MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING PBM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perbuahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek
dalam proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukan berbagai pendekatan
pembelajaran yang inovatif. Berbagai terobosan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah, dilanjutkan dengan menentukan
masalah dan penggunaan berbagai dimensi berpikir.
Alhasil pendidikan pada abad ke-21 berhubungan dengan permasalahn baru yang ada
di dunia nyata. Tidak heran kemudian Model Problem Based Learning atau Pembelajaran
Berbasis Masalah menjadi salah satu model pembelajaran yang disarankan penggunaannya
dalam Kurikulum 2013. Bahkan buku siswa mata pelajaran, khususnya matematika yaitu
pada jenjang kelas 7 dan kelas 10 pun, dikatakan sebagai penerapan Pembelajaran Berbasis
Masalah. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat kekeliruan dalam penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Beberapa buku dari jenjang SMP maupun SMA pun
masih ditemukan kesalahan dalam memberikan masalah yang belum memenuhi kategori
masalah yang digunakan dalam PBM. Selain itu juga, beberapa pendidik yang menggunakan
model PBM terlihat lebih aktif daripada siswanya, sedangkan hal tersebut tidak sesuai
dengan karakteristik PBM. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dipaparkan umum yang
berhubungan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dapat membantu para
calon pendidik memahami model PBM.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dapat dirumuskan dari paparan sebelumnya, yaitu:
1.

Bagaimana pengertian dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah?

2.

Bagaimana konsep/karakteristik dasar dari Pembelajaran Berbasis Masalah?

3.

Bagaimana kategori masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah?

4.

Bagaimana prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah?

5.


Bagimana prosedur/sintaks umum Pembelajaran Berbasis Masalah?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang diinginkan sesuai dengan paparan masalah sebelumnya, yaitu
untuk mengetahui dan memahami:
1.

Pengertian dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

2.

Konsep/karakteristik dasar dari Pembelajaran Berbasis Masalah.

3.

Kategori masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

4.

Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Masalah.


5.

Prosedur/sintaks umum Pembelajaran Berbasis Masalah.

BAB II
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM)
A. Pengertian PBM
Istilah pengajaran berdasarkan masalah (PBM) diadopsi dari istilah inggris Problem
Based Instruction (PBI). Pembelajaran Berbasis Masalah awal mulanya diterapkan dalam
pendidikan

kedokteran/medical education sekitar tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an,

Barrows dan kawan-kawan di McMaster University, mengembangkan Pembelajaran
Berbasis Masalah ini lebih jauh. Kemudian saat ini sudah menjamur tidak hanya pada
pendidikan kedokteran, tetapi juga merasuk ke semuadisiplin. Para dosen dan guru tertarik
untuk menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah ini.1 Model pembelajaran ini mulai
diangkat sebab ditinjau secara umum berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada
siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan

kepada kepada mereka untuk melakukan penyidikan dan inquiry.
Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dengan respon, merupakan hubungan dua arah, belajar dengan lingkungannya. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf
otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa
yang diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna
memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan pembelajarannya.2
Pengajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran
proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa memproses informasi yang
sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial
dan sekitarnya. Pengajaran ini cocok untuk pengembangan pengetahuan dasar maupun
kompleks.3
1 Abdur Rahman Asari, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti
ApaWujudnya?,” Conference Paper , (Oktober 2013): 1-2. Diakses pada tanggal 02 April
2016, doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.
2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2009), h.91.
3 Ibid, hal. 92.


B. Konsep/ Karakteristik Dasar PBM
Mengingat asal muasal pengembangan Pembelajaran Berbasis Masalah di atas,
ketika seorang guru/dosen ingin menerapkan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini,
karakteristik dari model PBM ini perlu dikenali dengan baik. Adapun kesimpulan yang dapat
dipaparkan dari pendapat beberapa ahli adalah ;
1. Penyajian Masalah
Permasalahan merupakan starting point dalam belajar. Permasalahan yang
diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur. 4 Masalah
ini berperan sebagai stimulus awal serta sebagai kerangka acuan dalam belajar siswa. Di
dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, materi ajar dan keterampilan dikemas dalam
masalah sehingga ada hubungan timbal balik antara masalah dan pengetahuan itu. Belajar
menjadi terdorong karena adanya masalah, dan hasilnya digunakan lagi pada masalah
tersebut.
2. Pembelajaran Berpusat pada Siswa
Siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. Artinya,
inisiatif belajar adalah pada siswa (apa yang akan dipelajari, dan bagaimana
mempelajarinya ditentukan oleh siswa).5 Para siswa diberikan kebebasan untuk mengkaji
topik yang paling menarik perhatian mereka, dan diberikanpula kebebasan untuk
menentukan cara mengkajinya. Sehingga guru hanya sebagai fasilitator. Namun,
walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa

dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.

3. Bersifat Lintas Disiplin Ilmu
Pembelajarannya menuntut adanya integrasi antar berbagai disiplin ilmu.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran

4 Rusman, Mode- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi
Kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.232.
5 Abdur Rahman Asari, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti
ApaWujudnya?,” Conference Paper , (Oktober 2013): 3. Diakses pada tanggal 02 April
2016, doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.

tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.6
4. Bersifat Eksperiential & Activity
Siswa dapat belajar dari pengalaman melakukan sesuatu dan belajar sambil
melaksanakan kegiatan (tidak dengan mendengarkan ceramah guru). Dalam hal ini
termasuk kegiatan demonstrasi pemecahan masalah/alternatif yang telah dikaji.

5. Belajar Berkelompok

Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, maka PBM dilaksakan
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian
tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
C. Kategori Masalah dalam PBM
Masalah yang perlu disajikan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, menurut
Jonassen & Hung (2008) hendaknya berupa masalah kontekstual yang termasuk dalam
kategori7:
1. Masalah Pengambilan Keputusan (Decision Making Problems)
Masalah jenis Decision Making ini adalah masalah yang menuntut orang untuk
mengambil keputusan. Dengan memanfaatkan apa yang dimiliki, tantangan, dan peluang
ke depan, seseorang mengolah informasi yang dimiliki untuk mengambil keputusan.
Tentunya, keputusan tersebut tidak selalu beriring dengan keuntungan. Suatu keputusan
bisa saja keliru dan bisa juga benar. Tapi, yang paling penting, keputusan itu harus
mempertimbangkan semua aspek.
a. Contoh 1:
Asari punya uang US$2,000. Asari punya rencana untuk membuka usaha
Laundry. Sebaiknya kapan Asari berbelanja perabot untuk membuka usaha Laundry
tersebut?
6 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2009), h.93.
7 Abdur Rahman Asari, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti
ApaWujudnya?,” Conference Paper , (Oktober 2013): 11. Diakses pada tanggal 02 April
2016, doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.

b. Contoh 2:
Dura ingin membuat tempat beras yang mudah dipindah-pindah tetapi
sekaligus bisa digunakan sebagai alas untuk tempat barang lain yang sudah ada di
rumahnya. Rumah Dura sebenarnya sudah cukup sempit. Menurut Anda, jika harus
memiliki bentuk balok, bola, atau tabung, serta pilihan bahan dari kayu, atau plastik,
maka tempat beras berbentuk apa, dari apa,dan ukuran berapa yang perlu dibuat oleh
Dura?
2. Masalah Perbaikan Produk yang Gagal/Rusak
Masalah jenis troubleshooting adalah masalah yang pada dasarnya digunakan
untuk mengatasi kegagalan suatu produk.
Contoh :
Perusahaan Laundry Asari telah berjalan dengan lancar. Banyak pelanggan yang
datang setiap hari ke perusahaan Asari. Dengan kondisi itu, setiap bulan Perusahaan
Laundry Asari mampu menggaji dua orang karyawan, masing-masing Rp1.500.000.
Sudah 10 hari terakhir ini, tak satupun pelanggan yang datang ke perusahaan laundry ini.

Coba perbaiki perusahaan Laundry Asari tersebut sehingga perusahaan tersebut berjalan
lancar kembali dan memberikan keuntungan yang besar.
3. Masalah Diagnosis Penyelesaian
Masalah Diagnosis Solution yang menuntut seseorang untuk melakukan diagnosis
dan menemukan solusi dari penyebab masalah tersebut. Contoh dalam Pembelajaran:
Koperasi Q memiliki model matematika tentang sistempengadaan, dan penjualan
barang yang dimilikinya. Dengan mengikuti model matematika tersebut, selama ini
pengurus koperasi memperoleh keuntungan yang lumayan. Suatu bulan, meskipun tetap
mengikuti model matematika tersebut, koperasiQ ternyata mengalami kerugian. Coba
temukan alternatif cara mengatasi masalah ini.
4. Masalah Kinerja Strategis
Masalah Strategic Performance umumnya merupakan masalah manajemen. Ia
mencakup antara lain strategi pengembangan, penentuan target atau penentuan anggaran,
ramalan, pengukuran kinerja, reviu kinerja, dan kompensasi insentif. Contoh dalam
Pembelajaran :

Seorang pengusaha memiliki dua perusahaan A dan B. Perusahaan A berjalan
dengan baik, dan menghasilkan keuntungan yang besar, tapi perusahaan B kurang lancar.
Bagaimana cara memperbaiki kinerja Perusahaan B sehingga ia tidak menjadi beban bagi
pengusaha tersebut?


D. Prinsip-prinsip PBM
Sebuah model pembelajaran akan berjalan baik apabila memperhatikan prinsipprinsip dasar dari setiap model pembelajaran. Begitu juga pda Model Pembelajaran Berbasis
Masalah. Menurut Wardhani, prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
PBL adalah sebagai berikut:
1. Tugas-tugas Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan guru akanmemudahkan pelaksanaan berbagai tahap
kegiatan pembelajaran dan pencapaian tujuan yang diinginkan, yaitu antara lain sebagai
berikut:
a. Menetapkan tujuan pembelajaran
Guru menetapkan tujuan saat perencanaan dan tujuan itu dikomunikasikan
dengan jelas kepada siswa pada tahap berinteraksi.8
b. Merancang situasi masalah yang sesuai
Hal penting yang harus dilakukan guru adalah merancang situasi masalah
yang sesuai dan merencanakan cara-cara untuk memberi kemudahan bagi siswa
dalam melaksanakan proses perencanaan penyelesaian maslah. Situasi masalah
yang baik memenuhi lima kriteria, yaitu:
1) Masalah harus autentik, artinya masalah harus lebih berakar pada dunia nyata
daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2) Masalah seharusnya tak terdefinisi secara ketat dan mengandung teka-teki, hal

tersebut akan mencegah jawaban sederhana dan dapat menimbulkan adanya
alternatif pemecahan yang masing-masing alternatif memiliki kekuatan dan
kelemahan

8 Ibid., hal.99.

3) Masalah hendaknya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual mereka, artinya masalah yang diberikan terjangkau
oleh pikiran siswa dan modal dasar untuk menyelesaikan masalah sudah dmiliki
siswa
4) Masalah hendaknya cukup luas untuk memungkinkan guru menggarap tujuan
pembelajaran mereka dan masih cukup terbatas untuk membuat layaknya
pelajaran dalam waktu, tempat dan sumber daya yang terbatas
5) Masalah hendaknya efisien dan efektif bila diselesaikan secara kelompok,
artinya masalah itu memang layak dikerjakan dalam kelompok dan dengan
dilaksanakan dalam kelompok akan lebih lancar dibandingkan kalau
dilaksanakan secara individu, bukan sebaliknya.
c. Mengorganisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam hal ini tugas guru adalah mengorganisasi sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa. Guru bertanggung jawab dalam
memasok bahan yang diperlukan dalam kegiatan. Bila bahan yang dibutuhkan
tersedia di sekolah maka tugas perencanaan yang utama oleh guru adalah
mengumpulkan bahan-bahan tersebut dan menyediakan bahan tersebut untuk siswa.
Dalam pembelajaran berbasis maslah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan
berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaan bisa dilakukan di dalam kelas,
diperpustakaan maupun dilaboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.
2. Tugas interaktif
a. Mengorientasikan siswa pada situasi masalah
Pada saat pembelajaran dimulai guru seharusnya mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran denga jelas, menumbukna sikap-sikap positif terhadap pelajaran, dan
menguraikan apa yang diharapkan untu dilakukan oleh siswa. Pada tahap orientasi
ini, guru perlu menyajikan situasi masalah dengan hati-hati atau dengan prosedur
yang jelas dan melibatkan siswa dalam identifikasi masalah. Situasi masalah harus
disampaikan kepada siswa semenarik dan setepat mungkin.
Dalam hal ini yang penting diperhatikan guru adalah bahwa kegiatan
orientasi pada situasi masalah akanmenentukan pada tahap oenyelidikan berikutnya,
sehingga presentasinya harus menarik minat siswa dan menghasilkan rasa ingin tahu.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar
PBL membutuhkan pengembangan keterampilan kolaborasi antar siswa
dalam kegiatan penyelidikan, sehingga kegiatan penyelidikan perlu dilakuakan
secara bersama. Untuk itu, disarankan agar guru mengorgansasikan siswa dalam
kelompok-kelompok

belajar

kooperatif.

Pembentukan

kelompok

utamanya

didasarkan pada tujuan yang akan dicapai dan telah ditetapkan oleh guru dalam suatu
kegiatan penyelidikan.9
Tantangan bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa
aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan, dan semua penyelidikan dalam
sub-bab topik itu akan menghasilkan penyelesaian masalah umum yang telah dipilih
atau ditetapkan oleh guru dan siswa. Jika tugas penyelidikan cukup besar dan rumit
maka tugas guru adalah membantu siswa menghubungkan tugas dan aktivitas
penyelidikan dengan jadwal waktu yang dapat ditampilkan dalam bentuk diagram
jadwal kegiatan
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok dalam mengembangkan
dan menyajikan hasil karya.
Teknik penyelidikan dalam rangka memecahkan masalah dapat dilakukan
secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil. Pada intinya kegiatan
penyelidikan mencakup: pengumpulan data dan eksperimentasi (sesungguhnya atau
secara mental), berhipotesis, menjelaskan hipotesa, memberikan pemecahan dan
mengembangkanatau menyajikan artefak dan pameran
d. Pengumpulan data dan eksperimentasi
Pada tahap ini guru mendorong siswa ntuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimentasi mental atau eksperimentasi sesungguhnya sampai
mereka betul-betul memahami dimensi-dimensi situasi masalahnya. Tujuannya agar
siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri.
Oleh karenanya, guru dapat membantu siswa dalam mengumpulakan
informasi dalari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
membuat siswa memikirkan tentang masalah dan jenis-jenis informasi yang
9 Ibid., hal.100.

dibutuhkan agar siswa sampai pada: (1) pemecahan yang adapat dipertahankan, (2)
berhipotesis, menjelaskan dan memberi pemecahan. Pada tahap ini guru diharapkan
mendorong siswa untuk mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk hipotesis,
penjelasan dan pemecahan berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap
pengumpulan informasi dan eksperimentasi. (3) guru diharapkan menerima
sepenuhnya semua ide dan gagasan siswa.
Selanjutnya guru mengaukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat
siswa memikirkan kelayakan dari hipotesis, penjelasan, pemecahan dan kualitas
informasi yang telah mereka kumpulkan dan ajukan, (4) mengembangkan dan
menyajikan artefak serta pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis yang
meliputi berbagai karya nyata, misalnya: gambar video yang menunjukkan situasi
masalah dan pemecahan yang diusulkan, (5) menganalisis dan mengevaluasi prose
pemecahan masalah, pada tahap ini guru meminta siswa untuk melakukan
rekonstruksi pemikiran dan aktivitas mereka selama tahap-tahap pelajaran yang telah
dilewatinya.

E. Prosedur/ Sintaks Umum PBM
Sintaks suatu pembelajaran berisi suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis
yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran
berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis hasil kerja siswa.10
Pierce dan Jones mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul dalam
implementasi PBM, adalah: (1) keterlibatan: mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai
pemecahan masalah dengan cara bekerja sama, (2) inqury dan investigasi: mengeksplorasi
dan mendistribusikan informasi, (3) performansi: menyajikan temuan, (4) tanya jawab:
menguji keakuratan dari solusi, dan (5) refleksi terhadap pemecahan masalah.11
Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu: (1)
membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah, (2)
10 Ibid., hal.97.
11 Rusman, Mode- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru
Edisi Kedua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.242.

belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata, (3)
menjadi para siswa yang otonom.

PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan
mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun
pemahaman tentang fenomena itu.
Ibrahim dan Nur dan Ismail mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah sebagai berikut. 12

Fas
e

Tabel 1.0 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
Indikator
Tingkah laku guru
1. Orientasi siswa pada
masalah
2. Mengorganisasi siswa
untuk belajar
3. Membimbing pengalaman
individual/kelompok

4. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

12 Ibid., hal.243.

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah
membantu
siswa mendifinisikan dan
mengorganisasikan
Mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi
yang
sesuia,
melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuia laporan , dan
membantu mereka untuk berbagai tugas
dengan temannya
Membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka
dan proses yang mereka gunakan

BAB III
KESIMPULAN
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berkaitan dengan kecerdasan dari
masing-masing individu yang berada dalam sebuah kelompok dalam pemecahan masalah.
Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru yang tentunya masalah tersebut harus
autentik, mengandung teka-teki, tidak didefinisikan secara ketat, bermakna bagi siswa, bisa
diselesaikan bersama dan mencapai tujuan. Permasalahan dihadapkan sebelum semua
pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah
tentang materi subjek yang melatarbelakangi masalah tersebut.
Dalam hal ini, pembelajaran berpusat pada siswa dengan membentuk kelompok kecil.
Sehingga guru hanya sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.
Masalah yang telah disugguhkan diharapkan dapat dianalisis dan diselesaikan oleh siswa dari
berbagai sudut pandang ilmu pengetahuan. PBL akan menjadi lengkap bila siswa melaporkan
hasil penelitiannnya (apa yang dipelajari) pada pertemuan berikutnya. Hal inilah yang
membedakan antara PBL dan metode yang berorientasi masalah lainnya. Kemudian pada tahap
akhir guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses yang mereka gunakan. Pelaksanaan Model PBM ini akan berlangsung baik
apabila pendidik memperhatikan prinsip-prinsip PBM yang juga berhubungan dengan
karakteristik dasar PBM. Sehingga memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur Rahman Asari. “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Matematika: Seperti Apa
Wujudnya?,” Conference Paper . Oktober 2013. Diakses pada tanggal 02 April 2016,
doi: 10.13140/RG.2.1.2607.8248.
Rusman. Mode- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2014.
Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup. 2009.