MAKALAH PEMBELAJARAN MTK TIPE TGT DAN JI (1)

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu
pendidikan. Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang strategis di dalam
pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu pendidikan harus mendapat
perhatian serta penanganan secara serius, khususnya pada mata pelajaran
matematika.
Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang semakin dirasakan
keterkaitannya dengan bidang-bidang ilmu lainnya seperti ekonomi dan teknologi.
Ilmu matematika sekarang ini sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang
seperti bidang industri, asuransi, ekonomi, pertanian, dan di banyak bidang sosial
maupun teknik
Praktek pembelajaran matematika yang terjadi di sebagian besar sekolah
selama ini cenderung pada pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan
materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sementara siswa
mencatatnya pada buku catatan. Pengajaran dengan metode seperti ini dianggap
sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kemandirian siswa adalah dengan
menerapkan


pembelajaran

kooperatif

atau

belajar

secara

berkelompok.

Pembelajaran kooperatif menempatkan guru hanya sebatas sebagai fasilitator.
Guru memberikan informasi secara garis besar dan kemudian akan diselesaikan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecilnya.
Dari uraian diatas, kami ingin menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams Games and Tournaments) dan tipe jigsaw karena
selain kooperatif metode ini juga lebih aktif melalui permainan dan turnamen atau
lomba.


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pembelajaran kooperatif tipe TGT ?

1

2. Apa komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif
3.
4.
5.
6.

tipe TGT?
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
Bagaimana langkah-langkah metode jigsaw?
Apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode TGT dan Jigsaw?
Apa materi yang cocok untuk diterapkan dengan metode TGT dan Jigsaw?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pembelajaran kooperatif tipe
TGT

2. Untuk mengetahui

apa komponen-komponen dalam pelaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe TGT
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw
4. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah metode jigsaw
5. Untuk mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan dari metode
TGT dan Jigsaw
6. Untuk mengetahui apa materi yang cocok untuk diterapkan dengan
metode TGT dan Jigsaw

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games and Tournament)

Metode TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith
Edward. Metode ini merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok
dengan mengembangkan kerja sama antarpersonal. Dalam pembelajaran ini

2

terdapat penggunaan teknik permainan. Permainan ini mengandung persaingan
menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiaptiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
bersaing agar memperoleh suatu kemenangan.
Seperti karakteristik pembelajaraan kooperatif lainnya, TGT memunculkan
adanya kelompok dan kerjasama dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif
tipe TGT, siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda
dijadikan dalam sebuah tim atau kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif TGT sangat mudah diterapkan,
melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus membedakan adanya perbedaan
status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, dan adanya unsur reinforcement
(penguatan).
Edi Prayitno (2006: 7-8) mengemukakan bahwa dalam team games
tournaments (TGT) setiap tim beranggotakan 4-5 orang yang memiliki
kemampuan yang setara atas dasar hasil tes minggu sebelumnya. Siswa yang
berprestasi paling rendah pada tiap kelompok mempunyai peluang yang sama
untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi tinggi.
Meskipun keanggotaan tim tetap sama, tetapi tiga orang yang mewakili tim untuk
bertanding dapat berubah berdasarkan penampilan dan prestasi masing-masing

anggota. Sebagai contoh siswa yang berprestasi rendah yang sebelumnya
bertanding melawan siswa yang kemampuannya setara dapat bertanding melawan
siswa yang berprestasi lebih tinggi ketika mereka menjadi lebih mampu.
Model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen dan
setiap siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang dikemas dalam bentuk
turnamen akademik untuk memperoleh skor. Pengemasan pembelajaran ke dalam
sebuah turnamen akademik inilah yang membedakan TGT dengan tipe model
pembelajaran kooperatif lainnya.

2. Komponen-Komponen Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT
3

Secara umum ada 5 komponen utama dalam penerapan model TGT, yaitu:
1)

Penyajian Kelas (Class Presentations)
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian


kelas atau sering juga disebut dengan presentasi kelas (class presentations).
Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru,
karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan
pada saat game atau permainan karena skor game atau permainan akan
menentukan skor kelompok.
2)

Kelompok (Teams)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya

heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game atau permainan. Setelah guru memberikan penyajian
kelas, kelompok (tim atau kelompok belajar) bertugas untuk mempelajari lembar
kerja. Dalam belajar kelompok ini kegiatan siswa adalah mendiskusikan masalahmasalah, membandingkan jawaban, memeriksa, dan memperbaiki kesalahankesalahan konsep temannya jika teman satu kelompok melakukan kesalahan.


3)

Permainan (Games)

Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan
dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game atau permainan terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Game atau permainan ini

4

dimainkan pada meja turnamen atau lomba oleh 3 orang siswa yang mewakili tim
atau kelompoknya masing-masing. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa
untuk turnamen atau lomba mingguan.
4)

Turnamen atau Lomba (Tournament)
Turnamen atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau


permainan terjadi. Biasanya turnamen atau lomba dilakukan pada akhir minggu
atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah
mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Turnamen atau lomba pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen atau lomba. Tiga siswa
tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
5)

Penghargaan Kelompok (Team Recognition)
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru kemudian mengumumkan

kelompok yang menang, masing-masing tim atau kelompok akan mendapat
sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang telah
ditentukan. Tim atau kelompok mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata
skor 50 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 50-40 dan “Good
Team” apabila rata-ratanya 40 kebawah. Hal ini dapat menyenangkan para siswa
atas prestasi yang telah mereka buat.
Sesuai dengan kelima komponen diatas, maka secara singkat skenario
dalam model TGT ini adalah sebagai berikut:

a)

Guru menyampaiakan tujuan yang ingin dicapai dan menyampaiakan materi
yang akan dibahas pada hari itu. Kemudian membuat kelompok siswa
heterogen 4-5 orang, kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme
kegiatan.
5

b)

Menyiapkan meja turnamen atau lomba secukupnya, misal 10 meja dan
untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja pertama
diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya
sampai meja kesepuluh ditempati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan
kelompok.

c)

Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen atau lomba, setiap siswa

mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan
mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa
mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai, sehingga
diperoleh skor turnamen atau lomba untuk tiap individu dan sekaligus skor
kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen atau lomba sesuai dengan skor
yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior, very good, good dan

medium.
d) Begitu juga untuk turnamen atau lomba ketiga-keempat, dan seterusnya.
Dan dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen atau lomba
sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja
turnamen atau lomba yang sama, begitu pula untuk meja turnamen atau lomba
yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.

6

e)

Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual,
berikan penghargaan kelompok dan individual.


3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

secara etimologi Jigsaw berasal dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan
ada juga yang menyebutnya dengan istilah Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang
menyususn potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( jigsaw), yaitu siswa melakukan
sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama.
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan
temen-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001) Teknik mengajar
Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al.sebagai model Cooperative Learning.
Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,berbicara,
ataupun mendengarkan. Dalam Teknik ini, guru memperhatikan skemataatau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Sedangkan menurut Agus Suprijono( 2009: 89 ) Model pembelajaran
kooperatif jigsaw merupakan pembelajaran kooperatif dimana guru membagi
kelas dalam kelompok-kelompok lebih kecil. Selain itu Yuzar dalam Isjoni (2010:
78) mengatakan, dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dengan
kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 6 orang, heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam.Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
7

kepada anggota kelompok asal.Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001) :

4. Langkah-Langkah Tipe Jigsaw
 Tahap Pendahuluan
1. Review, apersepsi, motivasi
2. Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan
menjelaskan manfaatnya.
3. Pembentukan kelompok.
4. Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang
heterogen.
5. Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
 Tahap Penguasaan
1. Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan
berusaha menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.
2. Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
 Tahap Penularan
1. Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
2. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok
asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang
mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan denga sungguhsungguh.
3. Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
4. Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.
 Penutup

8

5.

Kelebihan dan Kekurangan Tipe TGT dan Jigsaw
a. Kelebihan Tipe TGT
1. Model TGT tidak hanya membuat siswa yang cerdas (berkemampuan
akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran, tetapi siswa
yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan
mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan
dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat siswa lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru
4.

menjanjikan sebuah penghargaan pada siswa atau kelompok terbaik.
Dalam pembelajaran siswa ini membuat siswa menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa
tournamen dalam model ini

b.

Kelemahan tipe TGT
1.

Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat

lama.
2. Dalam model pembelajaran ini, guru dituntut untuk pandai memilih
materi pelajaran yang cocok untuk model ini.
3. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan
Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan
guru harus tahu urutan akademis siswa dari yang tertinggi hingga
terendah.
c.

Kelebihan Tipe Jigsaw
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekanrekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam

d.

berbicara dan berpendapat.
Kelemahan Tipe Jigsaw (Menurut Roy Killen)
9

1. Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh
teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi
dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
2. Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi
menyampaikan materi pada teman.
3. Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah
dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk
mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4. Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5. Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa)
sangatlah sulit.

6. Materi Matematika yang cocok dengan metode TGT dan Jigsaw
Beberapa contoh materi matematika yang cocok di jigsawkan dan di TGT
kan adalah: menyelesaikan sistim persamaan linier dua peubah ( kelompok ahli 1
mempelajari menyelesaikan dengan eliminasi, kelompok ahli 2 dengan substitusi,
kelompok ahli 3 dengan garis bilangan, kelompok ahli 4 dengan matrik, dll), limit
kiri-limit kanan (kelompok ahli 1 mempelajari limit kiri, yang lain limit kanan),
Luas bangun segi 4 (kel 1 mempelajari belah ketupat, kelompok 2 layang-layang,
kelompok ahli 3 tentang trapezium sama kaki, kelompok ahli 4 trapesium
sebarang, dst).
Pemilihan materi tidak hanya didasarkan pada banyaknya sub bab atau subsub bab saja yang mengindikasikan mudah “dibagi-bagi” untuk didiskusikan
dalam kelompok-kelompok ahli. Namun hal penting lain yang tidak boleh
dilupakan bahwa seyogyanya kita tidak memaksakan 1 rangkaian pembelajaran
kooperatif, apa saja, dalam satu pertemuan. Masih banyak materi yang sesuai dijigsaw-kan. Namun kita harus memeriksanya terlebih dahulu, sehingga tujuan kita
tercapai, bukan sebaliknya menambah bingung siswa.

10

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Praktek pembelajaran matematika yang terjadi di sebagian besar sekolah

selama ini cenderung pada pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan
materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah sementara siswa
mencatatnya pada buku catatan. Pengajaran dengan metode seperti ini dianggap
sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kemandirian siswa adalah dengan
menerapkan

pembelajaran

kooperatif

atau

belajar

secara

berkelompok.

Pembelajaran kooperatif menempatkan guru hanya sebatas sebagai fasilitator.
Guru memberikan informasi secara garis besar dan kemudian akan diselesaikan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok kecilnya.

11

Contoh pembelajaran kooperatif

yaitu tipe Teams Games Tournamen

(TGT). TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil yang bersifat heterogen dan setiap siswa
berperan aktif dalam pembelajaran yang dikemas dalam bentuk turnamen
akademik untuk memperoleh skor. Dalam permainan ini setiap tim beranggotakan
5-6 siswa dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik.
Contoh kedua pembelajaran kooperatif yaitu Tipe Jigsaw. Model
pembelajaran Jigsaw menurut Yuzar dalam Isjoni (2010: 78) mengatakan, dalam
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dengan kelompok kecil yang
terdiri 4 sampai 6 orang, heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang
positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Silberman, Mel. 2010. Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif. Jakarta: PT Indeks.
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers
http://matematika-ipa.com/pembelajaran-kooperatifmodel-pembelajarankooperatif-tipe-jigsaw-kelebihan-dan-kelemahan-tipe-jigsaw/

diakses

pada

tanggal 23 Oktober 2016
http://www.sekolahdasar.net/2012/05/pembelajaran-kooperatif-tipe-tgtteams.html#ixzz27oy5dy2M diakses pada tanggal 23 Oktober 2016
http://catatantami.blogspot.co.id/2013/08/model-pembelajaranteams-games.html diakses pada tanggal 23 Oktober 2016

12

13