Cabe rawit merupakan salah satu jenis ca

Cabe rawit merupakan salah satu jenis cabe yang sangat populer untuk di
budidayakan. Cabe rawit atau “Capsicum frutescens” ini sangat cocok
sekali di tanam di daerah tropis ya itu di sekitar garis khatulistiwa. Syarat
tumbuh cabe rawit antara ketinggian 0-500 mdpl. Namun dari hasil uji
lapangan tanaman ini dapat tumbuh di ketinggian 1000 mdpl, namun
dengan ketinggian tempat akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dalam berproduksi, biasanya dalam pembentukan buah yang tidak
maksimal.
Di indonesia sendiri banyak sekali jenis cabe budidaya yang sampai saat
ini menjadi kebutuhan masyarakat luas. Jenis cabe dari keluarga
“capsicum” ini menghasilkan parian dengan kebutuhanya masing-masing,
jenis cabe budidaya yaitu :
 Jenis cabe besar (Capsium annum L)
 Cabe merah besar
 Cabe merah keriting (Capsicum Annum var longum)
 Cabe hijau
 Jenis cabe rawit (Capsium frutescens)
 Jenis cabe hibrida
Untuk lebih jelasnya anda dapat baca artikel : Mengenal macam macam jenis
cabe


Di dalam budidaya cabe rawit anda harus mengetahui bagaimana sifat dan
karakter cabe. Biasanya jenis cabe apapun hampir sama dalam
budidayanya. Jika anda berada di daerah dataran tinggi, sebenarnya
tanama ini dapat berbuah, namun dalam priode penanaman dan panen
yang sangat minim, serta kualitas yang di hasilkan akan berpengaruh
sekali. Pada biji yang di hasilkan dari buah lebih sedikit di bandingkan

daerah yang di sukainya sehingga bobot pada buah cabe rawit akan
berkurang “ ringan “.
Tanaman ini sangat unik sekali karena banyak sekali manfaatnya untuk
penkonsumsinya. Melalui penelitian yang dilakukan di laboraturium inggris,
pada buah cabe rawit dapat mencegah kangker, meningkatkan nafsu
makan, untuk memperlambat penuaan, mengatasi struk, menjaga dan
merawat jantung, untuk mengatasi nyeri pada sendi dan merawat tubuh
anda.
Di daerah yang berbeda tentu cara penyebutkanya berbeda.

Indonesia
Inggris
Pilipina

Cina
Kingdom
Subkingdom
Super Divisi
Divisi
Kelas
Sub Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Cabai, cabe merah, lombok gede, cabe.
chili pepper
Siling Haba
la jiao
Plantae (Tumbuhan)
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Asteridae
Solanales
Solanaceae (suku terung-terungan)
Capsicum
Capsicum annum L.

Jika anda ingin membudidayakan cabe rawit, sebenarnya sangat mudah
sekali jika anda sudah mengetahui sayarat tumbuhnya, karena di
bandingkan dengan cabe besar yang cenderung banyak sekali resikonya.
Jika ke duanya di budidayakan dengan serentak, kemungkinan pada hama
dan penyakit yang beradi di tanaman cabe besar dapat menyerang cabe
rawit. Di sarankan anda tidak membudidayakan dengan sekaligus dari dua
jenis ini.

Langkah Awal Budidaya Cabe Rawit
Hal pertamakali yang anda harus lakukan untuk budidaya tanaman ini,
anda harus memilih varietas apa yang cocok di daerah anda. Di sarankan
anda menggunakan varietas :
 Bara

 Pelita F1
 Taruna
 Dewata F1
 Juwita F1

Pemilihan Benih Cabe Rawit
Banyak sekali jenis cabe rawit untuk budidaya dengan jenis dan
keunggulannya masing-masing, anda dapat memilih jenis hibrida seperti
jenis cabe rawit di atas. Perhitungan untuk modal utama anda di ukur dan
di jumlah terlebih dahulu berapa kebutuhan bibit cabe rawit untuk luas
lahan. Jika anda ingin menekan biaya, kami sarankan untuk membuat
penyeleksian benih cabe secara manual “ membuat benih cabe sendiri “
yang di perkirakan cocok untuk kondisi lahan and, benih yang di hasilkan
biasanya di dapat dari tanaman yang sebelumnya setelah masa dormansi
selesai, di sarankan benih yang di hasilkan dari panen ke 4 sampai ke 6
untuk ke 6 ke atas, kami sarankan jangan gunakan lagi, karena hasilnya
akan lebih buruk jika di paksakan dan tidak optimal.
Tanaman cabe bisa panen lebih dari 3 x, pada masa panen memiliki fase,
fase pertama sampai ke 3 biasanya cabe yang di hasilkan masih sedikit,
kemudian untuk panen selanjutnya dan menjelang akhir panen, jumlah biji


yang di hasilkan akan meningkat lebih banyak tetapi kecil – kecil. Untuk
memilih benih cabe rawit yang baik, pilih beberapa tanaman yang sehat
dan terlihat kuat. Dari tanaman tersebut pilih buah yang bentuknya
sempurna, bebas dari serangan penyakit dan hama. Kemudian biarkan
buah tersebut menua pada pohon. Kalau memungkinkan biarkan buah
hingga mengering di pohon.
Setelah buah di ambil buahnya, potong dengan arah membujur pada kulit
buah. Pisahkan kulit buah dan biji yang terdapat pada ujung-ujung buah
untuk di ambil bagain tengah buah, karena di dalam buah bagaian tengah
biasanya lebih berkualitas di bandingkan dengan biji yang terdapat pada
ujung buah.
Rendam semua biji seleksi anda pada larutan air bersih, tujuanya agar biji
dapat di pastikan bersih dari kotoran yang menempel. Dengan merendam
biji cabe rawit di dalam air, anda dapat melihat biji yang benar-benar baik,
di tandai dengan tenggelamnya biji biasanya itu lah biji yang berkualitas.
Buang semua biji yang mengapung di air, kemudian siapkan tampan “
wadah untuk menjemur biji “ untuk di jemur selam 3 hari.
Berbeda lagi dengan sasaran untuk organik, biasanya untuk yang organik
di bedakan dengan proses perendaman yang menggunakan fungisida

tujuanya agar biji dapat terhindar dari jamur.
Kita dapat mengukur dari kandungan air atau kadar air pada biji, hal ini
sangat penting untuk tujuan kita, jika anda ingin menyimpan biji ini dengan
jangka waktu yang panjang kadar air yang di gunakan harus benar-benar
kering, jika kering kemungkinan anda sudah berhasil untuk membuat biji
dengan proses dormansi “ dormansi adalah proses masa tidur tanaman “
dan bisa di simpan lebih dari 2 tahun dalam penyimpanan.
Benih yang baik anda bisa menggunakan pengecekan “ uji kecambah “ biji
cabe rawit dapat tumbuh hingga 80 % ke atas. Jika anda mengecek daya
kecambah kurang dari 50 % lebih baik jangan di tanam.
Ada beberapa faktor di dalam pertumbuhan, saya sarankan anda
membaca panduan ini : 4 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
Persemaian benih cabe rawit
Sebelum menanam hitung kebutuhan benih anda, jika anda menanam
dengan luas satu hektar di pasti kebutuhan anda adalah 0,5 kg. Kemudian
semai “ nursery “ dengan di berikan naungan, tujuanya untuk menghindari

sinar matahari langsung, kesetabilan suhu, menghindari dari hujan,
kelembaban yang terjaga dan terpaan angin.
Siapkan polybag ukuran 5×10 cm, untuk di isi tanah semai hingga ¾

bagian. Untuk membuat media persemaian, anda dapat membuat sendiri
dengan campuran tanah, arang sekam dan kompos perbandinganya 1: 1 :
1. Media semai harus memiliki setruktur yang gembur dan halus bertujuan
untuk mempermudah perakaran benih, untuk mencapai setruktur tersebut
anda perlu mengayak semua bahan di atas.
Semua bahan sudah siap, kemudian langkah selanjutnya anda harus
merendam biji yang tadi anda keringkan dalam air hangat selama 6 jam
tujuanya agar menghilangkan proses dormansi biji cabe rawit. Kemudian
tanam biji ke dalam polybag sedalam 0,5 cm, tutup biji dengan tanah
semai.
Kemudian kita lakukan perawatan dengan penyiraman secara teratur
setiap pagi dan sore. Untuk menghindari kucuran air yang terlalu deras, di
sarankan menggunakan penutup bagian atas benin dengan kertas koran.
Kemudian siram menggunakan gembor jika menggunakan gembor, air
yang turun akan jatuh pada polybag secara berlahan dan kesetabilan
kelembaban akan terjaga karena kertas koran tersebut.
Setelah dua minggu dapat di pastikan bibit siap tanam. Tapi biasanya pada
hari ke-7 bibit sudah mulai tumbuh. Bibit cabe rawit baru bisa dipindahkan
ke lahan terbuka setelah berdaun 4-6 helai atau kira-kira berumur 1 hingga
1,5 bulan.


Pengolah lahan dan penanaman cabe rawit
Bibit yang kita siapkan sudah benar-benar siap untuk di tanam, kemudia
anda siapkan lahan untuk penanaman, pengolahan lahan bisa kita
gunakan dengan cara membjaknya dengan kedalam 40 cm.
Kita ukur ph tanah, jika lahan terlalu asam anda bisa menetralkan dengan
menambahkan kapur dolomit, biasanya di berikan dengan kisaran 1-4
ha/ton tergantung dari tingkat ke asaman pada lahan.
Kemudian pada bedengan buat dengan lebar 100-110 cm dengan tinggi
30-40 cm dan panjang tergantung dengan lahan anda, jarak antara lebar
berkisar 60. Jika tanah kurang unsur hara, anda harus menambahkan
pupuk dasar atau bisa dengan urea, sp36 dan KCL secukupnya.

Jika anda ingin menambah kualitas produktivitas kami sarankan agar
menggunakan mulsa hitam perak, namun anda harus mempertimbangkan
dengan segi biaya, karena menggunaka mulsa hitam perak biaya lumayan
besar. Karena jika di lihat dari pasaran cabe rawit di pasaran agak kurang
jika di bandingkan dengan cabe besar, jika di kolkulasikan akan rugi.
Berbicara tentang mulsa, sebenarnya ada alternatif lain untuk menghemat
biaya yang kita keluarkan oleh petani. Anda dapat menggunakan mulsa

organik dengan memanfaatkan jerami dan potongan batang jagung halus.
Buat lubang tanam dengan pola zig-zag dengan ukuran 50-60 cm, lubang
tanam dibuat dalam dua baris dalam satu bedengan dengan jarak antar
baris 60 cm. Pembuatan lubang dibuat zig-zag tidak sejajar. Hal ini
berguna untuk meningkatkan penetrasi sinar matahari dan sirkulasi udara.
Kemudian tahap transplanting “ pemindahan bibit dari polybag ke lahan “,
sobek bagain polybag kemudian masukan kedalam lubang tanam dan
tutup perakaran menggunakan tanah. Di sarankan anda melakukan
transplanting pada saat pagi hari atau sore hari. Dan usahakan anda
menanam dengan cepat dan rapi dalam satu hamparan 1 ha sehari sudah
berse dengan serentak.

Prawatan dan pemeliharaan cabe rawit
Dalam pemeliharaan tanaman cabe rawit cukup mudah, penyiraman bisa
di lihat dari kelembaban tanaman, bila tanah mengering kita siram
menggunakan air dengan kelembaban kisaran 70% dari keseluruhan. Di
dalam pengiran anda bisa menggunakan sistem leb bedengan “ merendam
semua bedengan dengan ketinggian setengah dari bedengan “ namun
metode ini jika di daerah anda banyak tersedia air.


Pemupukan sususlan
Setelah di pupuk yang pertamakali, anda harus menambahkan pupuk
susulan kisaran umur tanaman cabe rawit 1 bulan selanjutnya setiap panen
secara terus menerus di berikan pupuk susulan. Pemupukan bisa
menggunakan pupuk organik atau kompos atau dengan pupuk cair.
Tambahkan pupuk cair yang sudah di larutkan dengan perbandingan 100ml
/ tanaman. Jika anda menggunakan pupuk kompos berikan 500-700
gram/tanaman. Atau menggunakan pupuk NPK dan urea.

Penyiangan

Dari kebanyak pembudidaya cabe rawit sangat di jarangkan menggunakan
mulsa, sehingga penyiangan harus secara rutin di lakukan, untuk
menghindari pertumbuhan gulma.

Pengendalian hama dan penyakit cabe rawit
Untuk tanaman cabe rawit biasanya tanaman ini sangat kuat menghadapi
hama dan penyakit. Namun bukan tidak mungkin terserang hama dan
penyakit, kita harus mengantisifasi sebelum tenaman kita sakit.


Pengendalian penyakit cabe rawit
Hama pada tanaman cabe rawit yang umum di temukan :
 Aphis
 Lalat buah ” Untuk mengandalikanya kami sarankan baca : ” Cara
mengendalikan lalat buah “
 Kapik
Yang umum terjadi pada bagian buah cabe rawit terkena penyakit patek
yang di sebabkan oleh sejenis serangga yang menanamkan larpa
menimbulkan penyakit. Namun bukan hanya penyakit patek ada beberapa
penyakit cabe rawit yang harus anda ketahui yaitu Keriting daun biasanya
timbul saat musim hujan, di karenakan ph asam basa dari air hujan yang
menempel pada daun cabe rawit.
Pemanenan cabe rawit
Panen dapat di lakukan pada umur 2,5 – 3 bulan di hitung sejak tanam.
Pemanenan bisa di lakukan hingga tanaman cabe mencapai umur 6 bulan
bahkan bisa lebih, umur maksimal cabe rawit adalah 24 bulan. Fase panen
hingga 15-18 kali dalam sekali tanam. Perhitunganya pada umur yang tua
hasil panen akan berkurang dan kualitas cabe akan menurun sehingga
tidak ekonomis lagi. Hasil yang di dapat jika anda berhasil
membudidayakanya bisa mencapai 30 ton/ha bahkan bisa lebih dari jumlah
itu.
Kami sarankan memanen cabe rawit pada pagi hari. Caranya dengan
memetik buah berserta tangkainya. Buah yang yang baik bentuknya
ramping dan padat berisi. Tipe buah seperti ini biasanya rasanya pedas

dan dihargai lebih tinggi di pasar dibanding buah yang besar namun
kopong.

Potensi Produktivitas Cabai
Merah, Komoditas Hortikultura
“Eksklusif” di Indonesia
08/03/2017

Cabai / Dokumentasi pribadi
Pasti semua tahu dengan komoditas pertanian yang satu ini.
Tanaman Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan
komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan
banyak diusahakan oleh petani di dataran rendah sampai dataran
tinggi. Penanamannya dapat dilakukan di lahan sawah maupun
lahan kering. Manfaatnya beragam, dapat sebagai bumbu masak
atau sebagai bahan baku berbagai industri makanan dan obatobatan yang membuat cabai merah semakin menarik untuk
diusahakan.

Kebutuhan akan cabai terus meningkat sejalan dengan tingginya
permintaan masyarakat, termasuk permintaan di off season yaitu
musim hujan. Padahal saat musim hujan, budidaya tanaman cabai
lebih beresiko dibandingkan dengan musim kemarau karena
tanaman cabai tidak tahan terhadap hujan lebat yang terusmenerus. Kelembaban udara yang tinggi meningkatkan
penyebaran dan perkembangan penyakit tanaman, terutama dari
golongan jamur. Balai Penelitian Tanaman Sayuran melaporkan,
prediksi kebutuhan dalam negeri akan cabai merah sebesar
720.00 – 840.000 ton/ha, sedangkan produksi nasional dengan
luas panen 126.790 ha sebanyak 1.061.428 ton/ha. Produksi
tanaman cabai merah sudah dapat mencukupi kebutuhan
tahunan, namun fluktasi produksi sepanjang tahun menyebabkan
terjadinya lonjakan harga yang berimbas pada inflasi
Coba kita lihat grafik produktivitas cabai merah di Indonesia
berikut :

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral
Hortikultura.
Bisa dilihat bahwa potensi produktivitas cabai merah terus
meningkat. Padahal areal panen berkurang dari 128.734 ha pada
tahun 2014 menjadi 120.847 ha di tahun 2015 (BPS). Hasil
tersebut masih rendah apabila dibandingkan dengan potensinya
yang dapat mencapai lebih dari 20 ton/ha. Oleh karena itu perlu
diadakan upaya peningkatan produksi cabai dengan
memperhatikan dan mengusahakan teknik budidaya yang benar
agar mendapat hasil optimum dan mutu yang baik.
Menurut Syukur dkk. dalam buku Budidaya Cabai Panen Setiap
Hari, rendahnya produktivitas cabai dapat disebabkan oleh
serangan penyakit antraknosa dan penyakit daun keriting kuning.
Penyakit tersebut sudah sangat meluas di Indonesia dan
merugikan karena menyerang berbagai fase perkembangan serta
berdampak pada kehilangan panen sebesar 75%. Aplikasi

fungisida saat benih dan pembibitan dapat mencegah infeksi
penyakit. Sedangkan menurut Hardiansyah pada penelitannya
yang berjudul Pengaruh Pemberian Pyraclostrobin terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah Keriting (Capsicum
annum L), untuk mengurangi dampak penyakit daun keriting
kuning oleh infeksi Gemini virus dapat dilakukan penanaman
tanaman barrier yaitu tanaman jagung manis atau hibrida
disekeliling lahan dengan jarak tanam rapat. Jagung ditanam 3
minggu sebelum pindah tanam tanaman cabai.
Penggunaan varietas unggul sangat penting. Sebaiknya pilih
varietas – varietas yang telah dirilis Kementerian Pertanian.
Cermati deskripsi varietas sebelum menanam, sesuaikan dengan
lahan yang akan ditanami. Misalkan lahan terletak diketinggian
500 mdpl, saat ini curah hujan cukup tinggi sehingga
membutuhkan varietas yang toleran terhadap iklim basah
terutama toleran genangan, jenis tanah andisol. Maka, cabai
keriting merah Varietas Kencana dapat menjadi pilihan, seperti
yang dikatakan Setiawan pada penelitian Sumbangsih cabai
keriting Varietas Kencana dalam menghadapi kebijakan
swasembada cabai. Selain menyeseuaikan lahan, menurut Syukur
dkk., kita dapat menduga hasil produksi berdasarkan informasi
dari deskripi varietas. Misalkan Varietas PM 999 berat buah 5-6
gram, potensi produktivitas 0,8 – 1,2 kg. Apabila lahan yang
ditanami seluas 500m2 dengan populasi 1000 tanaman, maka
produktivitas dapat ditaksir sebesar 1000 kg/m2 jika dikonversi ke
ha maka dihasilkan 20 ton/ha.
Hampir seluruh provinsi di Indonesia memiliki lahan pertanian.
Lahan tersebut berpotensi ditanam berbagai komoditas termasuk
cabai merah. Produktivitas cabai merah yang meningkat masih di
bawah potensi optimal. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor

seperti hama dan penyakit yang menyerang serta penggunan
benih yang belum sesuai. Budidaya pertanian yang dilakukan
sebaiknya sesuai dengan SOP, didampingi oleh Penyuluh
Pertanian Lapangan, sehingga perencanaan dan harapan produksi
dapat tercapai.

Cabai rawit (Capsicum frutescens), biasa disebut cabai kecil dengan ukuran panjang
antara 2–4 cm, mempunyai rasa pedas dan warnanya bervariasi, yaitu hijau, merah,
kuning dan oranye.
Tanaman cabai rawit termasuk dalam famili solanaceae (terong-terongan) yang dapat tumbuh
di daerah rendah maupun di dataran tinggi, umurnya panjang dan berbuah sepanjang tahun
sampai 2-3 tahun jika dipelihara dengan baik serta kebutuhan haranya tercukupi.
Cabai rawit salah satu komoditi yang penting karena sehari-hari digunakan oleh masyarakat
sebagai sambal, bumbu masak, lalapan (teman makan tahu goreng, bakwan, bakmi, dan lainlain). Selain itu juga digunakan sebagai bahan industri sambal dan cabai bubuk. Sebagai
komoditas penting, cabai rawit harus terus diupayakan untuk ditingkatkan produksi dan
produktivitasnya di berbagai daerah wilayah Indonesia, agar diperoleh pasokan produksi sesuai
dengan peningkatan konsumsi oleh masyarakat serta permintaan pasar lokal dan nasional.

Pada tahun 2015 sentra utama produksi cabai rawit terdapat di 6 (enam) wilayah, yaitu: 1)
Wilayah Jawa dengan produksi berjumlah 517.874 ton yang tersebar di 5 (lima) kabupaten
(Cianjur, Garut, Boyolali, Blitar dan Jember); 2) Wilayah Sumatera dengan produksi berjumlah
156.335 ton yang tersebar di 6 (enam) kabupaten (Bener Meriah, Aceh Tengah, Simalungun,
Tapanuli Utara, Rejang Lebong); 3) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara Barat dengan produksi
berjumlah 101.600 ton yang tersebar di 5 (lima) kabupaten (Karang Asem, Klungkung, Buleleng,
Lombok Timur, Bima); 4) Wilayah Sulawesi dengan produksi berjumlah 66.404 ton yang tersebar
di 3 (tiga) kabupaten (Gowa, Enrekang dan Tojo Una Una) serta Provinsi Gorontalo; 5) Wilayah
Kalimantan dengan produksi berjumlah

22.616 ton yang tersebar di 5 (lima) kabupaten/kota

(Kutai Kartanegara, Kapuas, Kota Balikpapan, Hulu Sungai Selatan, Lamandau); dan Wilayah
Maluku dan Papua dengan produksi berjumlah 11.972 ton yang tersebar di 4 (empat)
kabupaten/kota (Kep. Sula, Buru, Halmahera Tengah, Maluku Tengah, Halmahera Barat).
Untuk peningkatan produksi dan produktivitas tersebut, pada tahun 2016 Kementerian Pertanian
akan melakukan upaya khusus pengembangan cabai termasuk cabai rawit dengan sasaran
kualitatif sebagai berikut: 1) berkembangnya usaha agribisnis cabai pada daerah sentra produksi
dalam bentuk kawasan; 2) pemenuhan kebutuhan dalam negeri baik cabai segar maupun cabai
olahan untuk bahan baku industri sepanjang waktu; 3) pengurangan impor, terutama cabai
olahan; 4) peningkatan daya saing untuk ekspor, terutama cabai olahan; dan 5) stabilitas harga
di dalam negeri. Sedangkan sasaran kuantitatif cabai rawit tahun 2016 sampai dengan tahun
2019, berturut-turut 890.222 ton, 916.929 ton, 944.437 ton dan 972.770 ton.

Strategi yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu:
1.

Meningkatkan produktivitas, produksi, kualitas dan daya saing, melalui kegiatan: a)
Pengembangan dan penumbuhan kawasan pada sentra produksi dengan penekanan pada
pengembangan berbasis pada kelompok tani dan unit terkecil dalam pengembangan kawasan
seluas 15 ha; b) Peningkatan kapabiltas petani melalui SLPHT, SLGAP, SLGHP dan lain-lain dan
c) Penerapan sistem jaminan mutu pada proses produksi.

2.

Pengelolaan sistem produksi merata sepanjang tahun, melalui kegiatan: a) Produksi
“off-season’’ di sentra utama yang didukung oleh teknologi pengairan dan budidaya “offseason”; b) Menambah sentra produksi di luar Pulau Jawa dan c) Pengaturan pola produksi.

3.

Peningkatan usaha penanganan pascapanen, pengolahan hasil dan pemasaran produk,
melalui kegiatan: a) Fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil (packing
house, kontainer plastik, pengolahan hasil skala home industry); b) Fasilitasi toko tani; dan c)
Fasilitasi kemitraan dan jaringan usaha.

4.

Peningkatan kapabilitas SDM, melalui kegiatan: a) Optimalisasi dan sinkronisasi kegiatan
penyuluhan dan b) Optimalisasi kelembagaan tani dan asosiasi/koperasi tani.

5.

Sinergisme penelitian dan pengembangan, melalui dukungan kegiatan: a) Penelitian off
season; b) Penelitian dan studi kelayakan usaha dan c) Kebijakan dan pengembangan di
daerah.

6.

Dukungan kebijakan lintas sektoral dan akses permodalan, resiko usaha serta jaringan
pasar, melalui dukungan kegiatan: a) Penciptaan iklim usaha yang kondusif; b) Fasilitasi jaringan
distribusi; c) Fasilitasi akses permodalan dan d) Jaringan pasar dan distribusi produk.
Adapun rencana aksi pengembangan cabai rawit tahun 2016, meliputi: 1) Pengaturan pola
produksi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan permintaan; 2) Fasilitasi bantuan saprodi,
penyediaan sarana budidaya dan pascapanen; 3) Pengembangan budidaya aneka cabai off
season di sentra utama; 4) Menumbuhkan sentra produksi di luar Pulau Jawa dan khususnya
wilayah Indonesia timur untuk cabai rawit merah; 5) Penyebaran areal produksi ke daerah baru
dengan agroklimat berbeda, sebagai penyangga penyediaan pada musim penghujan; 6)
Meningkatkan gerakan pengendalian OPT ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan
pestisida; 7) Sosialisasi pemakaian pupuk organik; 8) Percontohan penerapan GAP/SOP
budidaya; 9) Pengembangan desa organik berbasis cabai; 10) Manajemen produksi, untuk
pemerataan dan keseimbangan luas panen sepanjang tahun; 11) Temu usaha antara kelompok
tani/Gapoktan dan pelaku usaha; 12) Pengembangan varietas asal lokal untuk memperkaya
keragaman hayati; 13) Peningkatan ketersediaan benih sumber dari varietas-varietas yang
diminati konsumen; 14) Peningkatan peran serta BUMN dalam penguatan modal dan
pemberdayaan kelompok tani; 15) Sosialisasi pemanfaatan benih bersertifikat dan 16) Perbaikan
sistem informasi supply/demand benih.
Dukungan Penyuluhan Pertanian

Berdasarkan sasaran, strategi, rencana aksi pengembangan cabai rawit tahun 2016 tersebut di
atas, Direktorat Jenderal Hortikultura perlu dukungan dari penyuluhan pertanian di lapangan,
antara lain: 1) Melakukan demplot cabai rawit dengan teknologi spesifik lokasi yang mutakhir
(seperti teknologi irigasi tetes, shading/border net/plastik, agens hayati, dll); 2) Memberikan
penyuluhan intensif terkait teknologi budidaya dan pascapanen cabai rawit sesuai SOP/GAP
(sejak persiapan benih, penanaman, pengendalian OPT, pemupukan, panen yang tepat hingga
teknologi pascapanen); 3) Penumbuhan dan penguatan kapasitas kelembagaan tani untuk
peningkatan produksi cabai rawit secara modern; 4) Melakukan pendampingan untuk menjalin
kemitraan petani/Poktan/Gapoktan di sektor hulu sampai hilir (dari aspek produksi, pengolahan
hingga pemasaran serta perbankan); dan 5) Melakukan sekolah-sekolah lapang penerapan PHT,
GAP, GHP, Organik dan lain-lain.

S Dukungan yang diharapkan tersebut dapat direalisasikan melalui kegiatan-kegiatan dengan
Dana Dekonsentrasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian
Tahun 2016, antara lain:
1.

Pengawalan dan Pendampingan Penyuluh di Lokasi Sentra Pangan;

2.

Peningkatan Kapasitas BP3K, khususnya kegiatan Latihan dan Kunjungan;

3.

Diklat Tematik di BP3K yang akan dilaksanakan, yaitu untuk daerah sentra pemantapan
produksi cabai dilatihkan: Diklat GAP, Diklat Pengendalian OPT, Diklat GHP dan Diklat Budidaya
Cabai di luar musim. Sedangkan untuk daerah sentra pengembangan cabai dilatihkan: Diklat
Budidaya Cabai, Diklat Penanganan Pascapanen, Diklat Budidaya di Musim Kemarau dan Diklat
Budidaya Cabai organik.
Semoga, pengembangan cabai rawit yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait dapat mewujudkan
swasembada yang ditargetkan pada tahun 2017 mendatang.
(SUSILO ASTUTI H. – Penyuluh Pertanian Pusluhtan/ dari beberapa sumber)
Untuk berlangganan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak SMS / Telepon ke 081317575066