PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PEG
PENGARUH PENGAWASAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
OLEH
RIDWAN HASANUDIN
NPM : 11010082
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S1)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE BINA BANGSA
BANTEN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia secara
sederhana yaitu sekelompok orang
atau individu yang bekerja pada
suatu perusahaan atau instansi
pemerintah yang disebut dengan
personil atau karyawan, pegawai dan
yang lainnya. Kemudian Sumber
Daya manusia dalam arti luas yaitu
sebagai Aset utama organisasi yang
harus dikelola dengan baik, jadi
Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) yang sifatnya lebih
strategis bagi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Peran strategis SDM dalam
organisasi bisnis dapat dikolaborasi
dari segi teori sumber daya, di mana
fungsi
perusahaan
adalah
mengerahkan seluruh sumber daya
atau kemampuan internal untuk
menghadapi
kepentingan
pasar
sebagai faktor eksternal utama.
Pengawaan atau controling
merupakan salah satu fungsi
manajemen
yang
memastikan
aktivitas yang dilakukan pegawai
sesuai hasil yang diharapkan,
organisasi
diharapkan
dapat
mengontrol aktivitasnya dengan
terfokus pada pelanggan dan
kebutuhannya,
organisasi
dan
kompetensi intinya serta komitmen
pada kualitas layanan, baik terhadap
pelanggan internal mau pun ekternal.
Sedangkan Odgers mengemukakan
tujuan dari Pengawasan yaitu : a).
Meningkatkan
kinerja
kerja
organisasi secara continue karena
kondisi persaingan usaha semakin
tinggi menuntut organisasi setiap
saat mengawasi kinerjanya. b)
Meningkatkan
efisiensi
dan
keuntungan bagi organisasi dengan
menghilangkan pekerjaan yang tidak
perlu
atau
mengurangi
penyalahgunaan atau bahan. c)
Menilai derajat pencapaian rencana
kerja dengan hasil pemberian
konpesesi bagi pengawas. d)
Mengkoordinasikan beberapa elemen
tugas atau program yang dijalankan.
e)
Meningkatkan
keterkaitan
terhadap tujuan organisasi agar
tercapai.
Beberapa
manfaat
pengawasan menurut Quibe : a)
Membantu
memaksimalkan
keuntungan yang akan diperoleh
organisasi. b) Membantu pegawai
dalam meningkatkan produktivitas .
c)
Menyediakan
alat
ukur
produktivitas pegawai atau aktivitas
yang objektif bagi organisasi. d)
Mengidentifikasi beberapa hal yang
membuat rencana tidak sesuai
dengan hasil aktual yang dicapai dan
memfasilitasi pemodifikasian .e)
Membantu pencapaian sesuai tingkat
atau deadline yang ditetepkan.
Pengawasan terhadap kualitas
mencangkup
evaluasi
atas
keakuratan
pekerjaan
yang
dilakukan, beberapa teknik yang
dilakukan
dalam
pengawasan
kualitas.
a)
Inspeksi
Total
(pengecekan menyeluruh terhadap
seluruh unit kerja). b) Pengecekan
pada area tertentu (pengecekan
kinerja pegawai di departemen atau
instansi). c) Pengontrolan kualitas
secara statistik (salah satu cara
melalui data berbasis sampel untuk
menjamin
validitas
hasil
pengukuran). d) Kesalahan Nihil
(teknik preventif terhadap potensi
kesalahan yang dilakukan pegawai
sejak pertama kali mengerjakan
tugas).
Di dalam organisasi pasti ada
sebuah pemimpin yang memberi
perintah kepada bawannya langsung,
untuk mendapatkan hasil pekerjaan
yang baik dan bermutu maka
diperlukan pengawasan yang baik
dan ketat. Organisasi akan berjalan
terus dan semakin komplek dari
waktu ke waktu, banyaknya orang
yang melakukan kesalahan dan guna
mengevaluasi atas hasil kegiatan
yang telah dilakukan, maka inilah
fungsi pengawasan semakin penting
dalam setiap organisasi. Tanpa
adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan
yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun
bagi para pekerjanya. Pengawasan
merupakan salah satu fungsi mutlak
dari manajemen, tanpa adanya
pengawasan ini maka fungsi-fungsi
yang lain dalam manajemen tidak
akan efektif.
Dalam
pengawasan
masih
banyak
para
pegawai
yang
melanggar
untuk
memenuhi
kewajibannya terhadap pekerjaan
yang ditugaskan. Oleh karena itu
masih
adanya
kelemahan
pengawasan yang membuat para
pegawai melakukan pelanggaran.
Harapan
terhadap
pegawai
negeri sipil ini dilatarbelakangi oleh
adanya kesenjangan antara kinerja
yang diharapkan dengan kinerja yang
dihasilkan oleh pegawai. Masih
banyak tingkat efisiensi dalam
pelaksanaan tugas merupakan bukti
nyata kompetensi yang masih
rendah. Pegawai negeri sipil yang
kurang professional dan kurang
memiliki kesadaran moral cenderung
melakukan
penyalahgunaan
wewenang atau penyalahgunaan
keuangan Negara. Perilaku pegawai
negeri sipil yang menimpang
tersebut akan menjadi permasalahan
yang rumit, manakala pegawai belum
mampu beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan termasuk
kurang
peka
menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
serta
sulit
untuk
memperbaiki kinerjanya
Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, maka pengawasan harus
dilakukan
secara
berkelanjutan
sesuai
kebutuhan
untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan
karyawan atau pegawai sesuai
dengan rencana yang ditetapkan dan
dikehendaki oleh pengawas yaitu
pimpinan.
Pengawasan merupakan hal
penting disetiap pekerjaan dalam
perusahaan atau instansi pemerintah,
dikarenakan
dengan
adanya
pengawasan yang baik, maka suatu
pekerjaan akan berjalan dengan
lancar dan menghsilkan kerjaan yang
optimal. Bila pekerjaan dibarengi
dengan pengawasan pasti hasilnya
akan sangat baik dan memuaskan.
Pengawasan yang dilakukan
pada
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten yaitu kepala dinas
melakukan pengawasan di setiap
area yang ada di dalam DPPKD,
mulai dari lantai dasar atau Basement
sampai lantai tiga, pada dasarnya
pengawasan yang dilakukan oleh
kepala dinas tidak terjadwal secara
terstruktur, melainkan bila merasa
ada kinerja dari pegawai ada yang
kurang optimal. Sebaliknya dari
setiap kepala Sub Bag melakukan
pengawasan
secara
berlanjut
(Qontinue) tiap hari. Pengawasan ini
tidak membedakan antara tenga
honorer (TKS) dengan pegawai
Pegawai Negeri Sipil (PNS),
melainkan semuanya sama diawasi
oleh kepala Sub bagian masingmasing. Berdasarkan fakta yang ada
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu
para pegawai sipil maupun honorer
bekerja dengan baik, adapun pegawai
yang melakukan kegiatan diluar
dinas maka kepala sub bag masingmasing
akan
menanyakan
pegawainya kepada pegawai lain
yang ada diruang kerja.
Fakta yang ada di Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Banten
yaitu memiliki kinerja normal, arti
normal disini adalah pegawai biasa
melakukan
kesalahan
atau
penyimpangan atau penyelewengan
kerja dimana banyaknya pegawai
yang sering bolak balik ruangan
kerja hanya sekedar duduk dan
melihat saja, sering kebanyakan
ngobrol dan lain sebagainya. Melihat
penyalahgunaan atau penyelewengan
kerja tersebut seolah-olah sudah
menjadi biasa atau bahkan budaya
dalam bekerja, maka dari itu sangat
perlu adanya pengawasan yang lebih
ketat dan harus ditindak lanjuti.
Bila di dalam organisasi faktor
pengawasan tidak berjalan, maka
hasil pekerjaan akan sangat buruk
dan tidak optimal bahkan jauh dari
kata mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan oleh organisasi. Oleh
karena
itu
pimpinan
harus
melakukan pengawasan yang efektif
sehingga pegawai bisa mencapai
prestasi kerja yang optimal. Dengan
melihat
adanya
kecenderungan
kurangnya
pengawasan
dari
pimpinan sehingga rasa tanggung
jawab pegawai pun akan berkurang,
hal ini tidak boleh dibiarkan terus
menerus karena akan mempengaruhi
tingkat kinerja pegawai.
Pengaruh pengawasan terhadap
kinerja pegawai menjadi sangat
penting untuk dibahas dan diteliti,
hal ini bermaksud untuk melihat
apakah
dengan
diadakannya
pengawasan ini dapat berpengauh
terhadap kinerja pegawai.
Berdasarkan hal diatas yang
telah dijabarkan, maka penulis
tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian denga judul :
“PENGARUH PENGAWASAN
TERHADAP
KINERJA
PEGAWAI
DI
DINAS
PENDAPATAN
DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH PROVINSI BANTEN”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas,
maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Banyaknya para pegawai
yang sering bolak-balik ke
ruang kerja hanya untuk
melihat-lihat.
2. Pegawai
cenderung
membuang waktu untuk
mengobrol
dibandingkan
mengerjakan pekerjaannya.
3. Waktu kerja sering dipakai
untuk
mengoperasikan
komputer
hanya
untuk
bermain internet saja.
4. Dalam
menyelesaikan
pekerjaanya lebih memilih
melanjutkan di keesokan hari
dari pada menyelesaikan hari
itu juga.
5. Terlalu sering menggunakan
telepon selular dari pada
menyelesaikan pekerjaan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
Identifikasi
Masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan
diteliti agar tepat sesuai sasaran,
adapun rumusan masalahnya sebagi
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh
pengawasan terhadap kinerja
di Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah Provinsi Banten.
2. Seberapa besar pengaruh
pengawasan terhadap kinerja
pegawai di Dinas Pendapatan
dan Pendapatan Keuangan Da
erah Provinsi Banten.
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian
ini, dengan adanya keterbatasan
waktu peneliti, tenaga, pikiran
ataupun materi maka penulis hanya
meneliti pada dua variabel saja yaitu
pengawasan dan kinerja pegawai,
serta
pengaruhnya
pengawasan
terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Banten.
Dan karena pengawasan merupakan
variabel yang utama terhadap kinerja
pegawai.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penulis mengharapkan dari
hasil penelitian ini dapat menjadikan
atau memberikan bahan kajian
kedepan yang bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Dapat
menambah
ilmu
pengetahuan dan wawasan
berfikir atau mengembangkan
kemampuan berfikir, serta
penulisan skripsi ini melalui
karya ilmiah.
2. Bagi Organisasi
Organisasi
Negeri
atau
Swasta yang bergerak dalam
bidang memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat
maupun bidang produksi
yang ada dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk
pengambilan
kebijakankebijakan
baru,
bahwa
pengawasan sangat penting
diterapkan di setiap kegiatan
dan menemukan masalah
yang ada di dalam organisasi.
3. Bagi Akademik
Dapat
dijadikan
bahan
referensi bagi mahasiswa
yang sedang melakukan
penyusunan
skripsi
dikemudian hari dan menjadi
berkas atau data di dalam
perpustakaan STIE Bina
Bangsa.
4. Bagi DPPKD
Dapat
menjadi
bahan
rujukkan dalam peraturan
baru untuk memperbaiki
sistem pengawasan terhadap
para pegawai di Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi
Banten.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1
Pengertian
Manajemen
Sumber Daya Manusia
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu
terwujudnya
tujuan
perusahaan,
karyawan
dan
masyarakat. Tujuannya adalah agar
perusahaan mendapatkan rentabilitas
laba yang lebih besar dari prtesentase
tingkat bunga Bank. Karyawan
bertujuan mendapatkan kepuasan
dari
pekerjaannya.
Masyarakat
bertujuan memperoleh barang dan
jasa yang baik dengan harga yang
wajar dan selalu tersedia dipasar,
sedangkan
pemerintah
selalu
berharap mendapatkan pajak. Unsur
manusia (Man) ini berkembang
menjadi
suatu
bidang
ilmu
manajemen yang disebut Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM)
yang merupakan terjemahan dari
Man
Power
Management.
Manajemen yang mengatur unsur
manusia ini ada yang menyebutnya
manajemen
kepegawaian
atau
manajemen personalia (Personnel
Management).
Menurut
Prof.
Dr.
Hj.
Sedarmayanti Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) adalah
kebijakan dan praktik menentukan
aspek ‘’manusia’’ atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen,
termasuk merekrut, menyaring,
melatih memberi penghargaan dan
penilaian.
Mary Parker Follet Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah suatu
seni untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-
orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan yang diperlukan,
atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu
sendiri.
Edwin B. Flippo Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
dan
pengawasan
kegiatan-kegiatan
pengadaan,
pengembangan,
Pemberian
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber
daya manusia agar tercapai berbagai
tujuan individu, organisasi dan
masyarakat.
Menurut Dr. Edy Sutrisno
Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan bidang strategis dari
organisasi. Manajemen sumber daya
manusia harus dipandang sebagai
perluasan dari pandangan tradisional
untik mengelola orang secara efektif
dan
untuk
itu
membutuhkan
pengetahuan
tentang
perilaku
manusia
dan
kemampuan
mengelolanya.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari
bahasa
Perancis
kuno ménagement, yang memiliki
arti "seni melaksanakan dan
mengatur." Kata manajemen
berasal
dari
bahasa
Italia maneggiare yang berarti
"mengendalikan," terutama dalam
konteks mengendalikan kuda,
yang berasal dari bahasa latin
manus yang
berarti
"tangan". Bahasa Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris
menjadi ménagement,
yang
memiliki
arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI)
Manajemen adalah orang yg
mengatur pekerjaan atau kerja
sama di antara berbagai kelompok
atau sejumlah orang untuk
mencapai sasaran; dan orang yang
berwenang dan
bertanggung
jawab
membuat
rencana,
mengatur,
memimpin,
dan
mengendalikan pelaksanaannya
untuk mencapai sasaran tertentu.
Dalam encylopedia of the
social svience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses
dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan
dan diawasi. Selanjutnya, Haiman
mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang
lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan
bersama. George R. Terry
mengatakan bahwa manajemen
adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang
lain.
Harold
Koontz
Dalam
bukunya yang berjudul “The
Management Theory Jungle”
menganggap
pengertian
manajemen
adalah
seni
menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui dan dengan beberapa
orang yang tergabung dalam suatu
kelompok
formal
yang
terorganisir.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah
proses dari langkah-langkah mulai
dari
perencanaan,
pengorganisasian,
staffing,
memimpin dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
James
Staner,
fungsi
manajemen
yaitu
planning,
organizing,
leading,
dan
controlling. Dalam pembahasan
ini akan diperinci empat fungsi
yang paling penting yaitu
planning, organizing, actuating,
dan controlling.
a) Perencanaan
(Planning)
adalah sesuatu yang akan
direncanakan tentang apa
yang akan dicapai, yang
kemudian
memberkan
pedoman, garis-garis besar
tentang apa yang akan dituju.
Perencanaan
merupakan
persiapan-persiapan
untuk
pelaksanaan suatu tujuan,
beruparumusan-rumusan
tentang
“apa”
dan
“bagaimana“ suatu pekerjaan
dapat
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tesebut
dapat
berupa
tindakantindakan administrasi atas
tindakan-tindakan
selanjutnya.
Fungsi
dari
Perencanaan yaitu :
Menjelaskan dan merinci dan
tujuan yang ingin dicapai
memberikan
pegangan
dan
menetapkan
kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk tujuan
tersebut.
1) Organisasi
menperoleh
standar
sumber daya terbaik
dan
mendayagunakannya
sesuai tugas pokok
fungsi yang telah
ditetapkan
menjadi
rujukan
anggota
organisasi
dalam
melaksanakan
aktivitas
yang
konsisten
prosedur
dan tujuan.
2) Memberikan
batas
kewenangan
dan
tanggung
jawab
bagiseluruh pelaksana.
3) Memonitor
dan
mengukur
berbagai
keberhasilan
secaraintensip
sehingga
bisa
menemukan
dan
memperbaiki
kepemimpinan secara
dini.
4) Memungkinkan untuk
terpeliharanya
persesuain
antarakegiatan
internal dengan situas
eksternal
5) Menghindari
pemborosan.
b) Pengorganisasian
(Organizing)
adalah
penetapan struktur peranperan melalui penentuan
aktivitas-aktivitas,
pegelompokan
aktivitas,
penugasan
kelompok
aktivitas,
pendelegasian
wewenang, pengkoordinasian
hubungan antar wewenang
serta informasi baik secara
vertikal maupun horizontal,
yang dibutuhkan organisasi
untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Penentuan sumber
daya dan kegiatan yang
dibutuhkan,menyusun
organisasi atau kelompok
kerja, penugasan wewenang
dan tanggungjawab serta
koordinasi.
Fungsi
dari
Pengorganisasian
sangat
penting dalam manajemen
karena membuat posisi orang
jelas dalam struktur dan
pekerjaannya dan melalui
pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang
profesional dan organisasi
dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
c) Pengarahan
(Actuating)
adalah
suatu
fungsi
pembimbingan
dan
pemberian pimpinan serta
penggerakan
orang-orang
agar orang-orang tersebut
mau dan suka bekerja.
Berdasarkan
pengertian
tersebut
jelaslah
bahwa
peranan
penggerakan
(actuating) sangat penting,
karena penggerakan berfungsi
untuk menggerakan fungsifungsi manajemen yang lain,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan. Fungsi dari
Pengarahan yaitu Pemimpin
lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan memotivasi
para personil agar dapat
melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik.
d) Pengawasan
(Controlling)
Penetapan
standar,
pengukuran pelaksanaan, dan
pengambilan
tindakan
korektif . Fungsi dari
Pengawasan Agar tenaga atau
karyawan pada lembaga
mampu mengemban tugas
atau
fungsinya
masing-
masing maka harus dilakukan
suatu pengawasan.
2.1.3 Pengertian Sumber Daya
Manusia
Menurut Nawawi ada tiga
pengertian Sumber daya manusia
yaitu :
a). Sumber daya manusia adalah
manusia
yang
bekerja
dilingkungan
suatu
organisasi (disebut juga
personil,tenaga
kerja,
pekerja atau karyawan).
b). Sumber daya manusia adalah
potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
c). Sumber daya manusia adalah
potensi yang merupakan
aset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non
finansial)
di
dalam
organisasi bisnis, yang
dapat
mewujudkan
menjadipotensi nyata (real)
secara fisik dan non-fisik
dalam
mewujudkan
eksistensi organisasi.
Berdasarkan
pengertian
tersebut dapat disimpulkan
bahwa sumber daya manusia
adalah
suatu
proses
mendayagunakan
manusia
sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar potensi fisik
dan psikis yang dimilikinya
berfungsi
maksimal
bagi
pencapaian tujuan organisasi
(lembaga).
2.1.4 Fungsi Sumber Daya
Manusia
Menurut beberapa para ahli
fungsi dari Sumber Daya Manusia
adalah
untuk
meningkatkan
produktivitas dalam menunjang
perusahaan lebih kompetitif.
Dalam hubungan ini, pengukuran
produktivitas
hanya
dibatasi
secara sempit pada peran Sumber
Daya Manusia, yang secara bisnis
disebut sebagai pekerja. Dengan
kata lain produktivitas pada fungsi
SDM tidak memperhitungkan
faktor lainnya, seperti cost,
quality, flexibility, dan delivery.
2.2 Pengertian Pengawasan
Menurut Schermerhorn dalam
Ernie dan Saefullah mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai
proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dalam pengambilan tindakan
yang dapat mendukung pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan
ukuran yang telah ditetapkan
tersebut. Sedangkan menurut Mathis
dan Jackson, menyatakan bahwa
pengawasan merupakan sebagai
proses pemantauan kinerja karyawan
berdasarkan standar untuk mengukur
kinerja, memastikan kualitas atas
penilaian kinerja dan pengambilan
informasiyang
dapat
dijadikan
umpan balik pencapaian hasil yang
dikomunikasikan ke para karyawan.
Menurut
Harahap,
Pengawasan
adalah keseluruhan sistem, teknik,
cara yang mungkin dapat digunakan
oleh seorang atasan untuk menjamin
agar segala aktivitas yang dilakukan
oleh dan dalam organisasi benarbenar menerapkan prinsip efisiensi
dan mengarah pada upaya mencapai
keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maringan,
pengawasan adalah proses dimana
pimpinan ingin mengetahui hasil
pelaksanaan
pekerjaan
yang
dilakukan bawahan sesuai dengan
rencana, perintah, tujuan,kebijakan
yang telah ditentukan. Selain itu
menurut Dessler, menyatakan bahwa
pengawasan
(Controlling)
merupakan penyusunan standar seperti kuota penjualan, standar
kualitas, atau level produksi;
pemeriksaan untuk mengkaji prestasi
kerja aktual dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan;
mengadakan tindakan korektif yang
diperlukan.
2.2.1 Fungsi Pengawasan
Pengawasan
dapat
didefinisikan sebagai proses untuk
‘menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi
dan
manajemen
tercapai.
Pengetian
ini
menunjukan adanya hubungan
yang
sangat
erat
antara
perencanaan dan pengawasan.
Seperti terlihat dalam kenyataan,
langkah awal proses pengawasan
adalah
sebenarnya
langkah
perencanaan, penetapan tujuan,
standar atau sasaran pelaksanaan
suatu
kegiatan.
Fungsi
pengawasan manajemen juga
berhubungan erat dengan fungsifungsi manajerial lainnya.
2.2.1.1 Tipe-Tipe Pengawasan
Ada tiga tipe pengawasan
yaitu :
a). Pengawasan Pendahuluan.
Pengawasan Pendahuluan
(Feedforward
Control).
Pengawasan pendahuluan atau
yang sering disebut steering
control,
dirancang
untuk
mengantisipasi
masalahmasalah atau penyimpanganpenyimpangan dari standar
atau tujuan dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum suatu
tahap
kegiatan
tertentu
diselesaikan. Jadi, pendekatan
pengawasan ini lebih aktif dan
agresif, dengan mendeteksi
masalah-masalah
dan
mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu
masalah terjadi. Pengawasan
ini akan efektif hanya bila
manajer mampu mendapatkan
informasi akurat dan tepat pada
waktunya tentang perubahanperubahan dalam lingkungan
atau tentang perkembangan
terhadap
tujuan
yang
diinginkan.
b). Pengawasan Concurrent.
Pengawasan
yang
dilakukan bersama dengan
pelaksanaan
kegiatan
(concurrent
control),
pengawasan ini sering disebut
pengawasan
“iya-tidak”,
screening
control
atau
“berhenti-terus”,
dilakukan
selama
suatu
kegiatan
berlangsung. Tipe pengawasan
ini merupakan proses dimana
aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu,
atau syarat tertentu harus
dipenuhi
dulu
sebelum
kegiatan-kegiatan
bisa
dilanjutkan,
atau
menjadi
semacam peralatan “doublecheck” yang lebih menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c). Pengawasan Umpan Balik.
Pengawasan umapan balik
“feedback control” dikenal
juga
sebagai
past-action
control, mengukur hasil dari
suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
Sebab-sebab
penyimpangan dari rencana
atau standar ditentukan, dan
penemuan-penemuan
diterapkan untuk kegiatankegiatan serupa dimasa yang
akan datang. Pengawasan ini
bersifat historis, pengukuran
dilakukan setelah kegiatan
terjadi.
2.2.1.2 Tahap-Tahap Dalam
Proses Pengawasan
a). Tahap Pertama :
Penetapan Standar
Tahap pertama dalam
pengawasan adalah penetapan
standar pelaksanaan. Standar
mengandung arti sebagi suatu
satuan pengukuran yang
dapat diguanakan sebagai
“patokan” untuk menilai
hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
kuota dan target pelaksanaan
dapat digunakan sebagai
standar. Bentuk standar yang
lebih khusus antara lain target
penjualan, anggaran, bagian
pasar, marjin keuntungan,
keselamatan kerja dan sasaran
produksi.
b). Tahap Kedua :
Penentuan
Pengukuran
Pelaksanaan kegiatan
Penetapan
standar
adalah sia-sia bila tidak
disertai berbagai cara untuk
mengukur
pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh karena
itu, tahap kedua dalam
pengawasan
adalah
menentukan
pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara
tepat. Beberapa pertanyaan
yang penting berikut ini dapat
digunakan : Berapa kali (how
often)
pelaksanaan
seharusnya diukur – setiap
jam,
harian,
mingguan,
bulanan? Dalam bentuk apa
(what from) pengukuran akan
dilakukan – laporan tertulis,
inspeksi
visual,
melalui
telepon? Siapa yang akan
terlibat – manajer staf
departemen? Pengukuran ini
sebaiknya
mudah
dilaksanakan
dan
tidak
mahal,
serta
dapat
diterangkan kepada para
karyawan.
c). Tahap Ketiga :
Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan
Setelah
frekuensi
pengukuran
dan
sistem
monitoring
ditentukan,
pengukuran
pelaksanaan
dilakukan sebagai proses
yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai
cara
untuk
melakukan
pengukuran
pelaksanaan,
yaitu
1)
pengamatan
(observasi),
2)
laporanlaporan, bail lisan dan
tertulis, 3) metoda-metoda
otomatis dan 4) inspeksi,
pengujian (test), atau dengan
pengambilan sampel.
d). Tahap Keempat :
Perbandingan
Pelasanaan dengan
Standar
dan
Analisa
Penyimpangan.
Tahap kritis dari proses
pengawasan
perbandingan
pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan
yang
direncanakan atau standar
yang
telah
ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling
mudah dilakukan, tetapi
kompleksitas dapat terjadi
pada
saat
menginterprestasikan adanya
penyimpangan
(deviasi).
Penyimpanganpenyimpangan
harus
dianalisa untuk menentukan
mengapa standar tidak dapat
dicapai.
e). Tahap Kelima :
Pengambilan
Tindakan
Koreksi Bila Diperlukan.
Bila hasil analisa
menunjukkan
perlunya
tindakan koreksi, tindakan
ini
harus
diambil.
Tindakan koreksi dapat
diambil dalam berbagai
bentuk. Standar mungkin
diubah,
pelaksanaan
diperbaiki, atau keduanya
dilakukan bersamaan.
2.2.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Ada empat macam dasar
pengelolaan
jenis
pengawasan, yaitu :
a). Waktu Pengawasan
Berdasarkan
bila
pengawasan dilakukan, maka
macam-macam pengawasan itu
dibedakan atas : a) pengawasan
preventif dan b) pengawasan
repressif. Dengan pengawasan
preveventif
dimaksudkan
pengawasan yang dilakukan
sebelum
terjadinya
penyelewengan, kesalahan atau
deviation.
Jadi,
diadakan
tindakan pencegahan agar
jagan
terjadi
kesalahankesalahan dikemudian hari.
Dengan pengawasan repressif,
dimaksudkan
pengawasan
setelah
rencana
sudah
dijalankan, dengan kata lain
diukur hasil-hasil yang dicapai
dengan alat pengukur standar
yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
b). Objek Pengawasan
Berdasarkan
objek
pengawasan,
pengawasan
dapat
dibedakan
atas
pengawasan dibidang-bidang
sebagai berikut :
1). Produksi, dalam bidang
produksi, maka pengawasan
itu
dapat
ditunjukkan
terhadap kuantitas hasil
produksi ataupun terhadap
kualitas ataupun terhadap
liquiditas perusahaan.
2). Pengawasan di bidanag
waktu bermaksud untuk
menentukan apakah dalam
menghasilkan suatu hasil
produksi sesuai dengan
waktu yang direncanakan
atau tidak.
3). Pengawasan di bidang
manusia dengan kegiatankegiatannya bertujuan untuk
mengetahui
apakah
kegiatan-kegiatan
dijalankan sesuai dengan
instruksi, rencana tata kerja
atau manual.
Menurut
Beishline,
pengawasan
berdasarkan
objeknya dapat dibedakan atas
(1) kontrol administratif dan
(2) kontrol operatif. Kontrol
operatif untuk bagian terbesar
berurusan dengan tindakan,
akan
tetapi
kontrol
administratif berurusan dengan
tindakan dan pikiran.
c). Subjek Pengawasan
Bilamana pengawasan itu
dibedakan
atas
dasar
penggolongan
siapa
yang
mengadakan
pengawasan,
maka pengawasan itu dapat
dibedakan atas (1) pengawasan
intern dan (2) pengawasan
ekstern. Dengan pengawasan
intern dimaksud pengawasan
yang dilakukan oleh atasan dari
petugas bersangkutan. Oleh
karena
itu,
pengawasan
semacam ini disebut juga
pengawasan
vertikal
atau
formal. Disebutka ia sebagai
pengawasan formal karena
yang melakukan pengawasan
itu
adalah
orang-orang
berwenang. Suatu pengawasan
disebut pengawasan ekstern,
bilamana orang-orang yang
melakukan pengawasan itu
adalah orang-orang di luar
organisasi
bersangkutan.
Pengawasan jenis ini lazim
pula disebut pengawasan sosial
(sosial
control)
atau
pengawasan internal.
d). Cara Mengumpulkan FaktaFakta Guna Pengawasan
Berdasarkan
cara
bagaimana
mengumpulkan
fakta-fakta guna pengawasan,
maka pengawasan itu dapat
digolongkan atas :
1).
Personal
Observation
(Personal Inspection)
2). Oral Report (Laporan
Lisan)
3). Written Report (laporan
Tertulis) dan
4). Control By Exception
2.2.2. Pengertian Kinerja
Menurut
Anwar
Prabu
Mangkunegara kinerja itu dapat di
definisikan sebagai:
“Hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang
pegawai
dalam
melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.” Sedangkan
Pengertian kinerja menurut Indra
Bastian, menyatakan bahwa:
“Kinerja
adalah
gambaran
mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang
dalam perumusan skema strategis
suatu organisasi”.
Pengertian
kinerja
menurut
Malayu S.P Hasibuan, mengatakan
bahwa :
“Kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan dan tepat waktu”.
Tika mendefinisikan kinerja
sebagai
hasil-hasil
fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu
tertentu. Fungsi pekerjaan atau
kegiatan yang dimaksudkan di
sini adalah pelaksanaan hasil
pekerjaan atau kegiatan seseorang
atau kelompok yang menjadi
wewenang
dan
tanggung
jawabnya dalam suatu organisasi.
Untuk
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
hasil
pekerjaan/prestasi kerja seseorang
atau kelompok terdiri factor intern
dan ekstern. Faktor intern yang
mempengaruhi
kinerja
karyawan/kelompok terdiri dari
kecerdasan,
keterampilan,
kestabilan
emosi,
motivasi,
persepsi peran, kondisi keluarga,
kondisi
fisik
seseorang,
karateristik kelompok kerja, dan
sebagainya. Sedangkan pengaruh
eksternal anatara lain berupa
peraturan
ketenagakerjaan,
keinginan pelanggan, pesaing,
nilai social, serikat buruh, kondisi
ekonomi, perubahan lokasi kerja,
dan kondisi pasar.
Menurut
Mangkunegara
bahwa kinerja SDM adalah
prestasi kerja atau hasil kerja
(output) baik kualitas maupun
kuantitas yang dicapai SDM
persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya
sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya..
Beberapa pengertian tersebut
di atas, dapat dipahami bahwa
kinerja adalah kemampuan yang
dilakukan untuk mencapai hasil
kerja yang diharapkan bersama
kearah
tercapainya
tujuan
lembaga atau perusahaan.
2.2.2.1 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah
proses untuk mengukur prestasi
kerja
pegawai
berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan,
dengan cara membandingkan
sasaran (hasil kerjanya) dengan
persyaratan deskripsi pekerjaan
yaitu standar pekerjaan yang
telah ditetapkan selama periode
tertentu. Penilaian kinerja juga
merupakan proses formal untuk
melakukan evaluasi kinerja
secara
periodik.
Penilaian
kinerja
dapat
memotivasi
pegawai agar terdorong untuk
bekerja lebih baik. Oleh karena
itu diperlukan penilaian kinerja
yang tepat dan konsisten.
Menurut
Panggabean
mendefinisikan Penilaian kinerja
adalah
sebagai
berikut
:
“Penilaian kinerja merupakan
sebuah proses formal untuk
melakukan peninjauan ulang dan
evaluasi kinerja seseorang secara
periodik.
Proses
penilaian
kinerja ini ditunjukkan untuk
memenuhi kinerja seseorang,
dimana kegiatan ini terdiri dari
identifikasi,
observasi,
pengukuran dan pengembangan
hasil kerja pegawai dalam
sebuah organisasi”
.
2.2.3 Pengaruh Pengawasan
Terhadap Kinerja Pegawai
Fungsi pengawasan dalam
penyelenggaraan
manajemen
perusahaan
(coorporation)
sangat
diperlukan
untuk
mencegah berbagai kendala
pelaksanaan setiap kegiatan
organisasi
di
lingkungan
perusahaan atau badan usaha
baik milik pemerintah maupun
swasta. Efek yang diharapkan
dari dilaksanakannya fungsi
pengawasan
adalah
meningkatnya
kinerja
perusahaan dan prestasi kerja
karyawan.
Berangkat dari deskripsi
tersebut, Bacal, menjelaskan
bahwa kinerja pemerintahan
diawali dengan peningkatan
kinerja
pegawai.
Kinerja
pegawai
berkaitan
dengan
kemampuan
masing-masing
pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugasnya secara tepat
waktu dan sesuai dengan hasil
yang
ditentukan.
Proses
mencapai kinerja yang sesuai
dengan hasil yang secara
standard
telah
ditentukan
perusahaan
melibatkan
penggunaan
logika
untuk
mencari cara-cara yang paling
ekonomis untuk melaksanakan
tugas kerja, perlatan dan bahan
kerja, kondisi lingkungan dan
ruang, serta cara-cara yang
mudah dalam melaksanakan
tugas kerja.
Proses peningkatan kinerja
sebagaimana di atas merupakan
suatu indikator yang merupakan
suatu aktivitas terencana dan
berkesinambungan
serta
berhubungan dengan orang lain ,
maka untuk mencapai kinerja perlu
dilakukan
pengawasan
untuk
mengurangi munculnya kesalahan
dan memperbaiki metode yang
dinilai kurang efektif.
3.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin
dicapai penulis dalam melakukan
penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah yang ada, adalah :
Mengidentifikasi pengawasan
dan mengidentifikasi kinerja pegawai
dan Pengaruh Pengawasan terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pendapatan
Dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Banten.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian dan
lokasi yang dilakukan oleh peneliti
yaitu
di
Kawasan
Pusat
Pemerintahan
Provinsi
Banten
(KP3B) Jl. Syech Nawawi AlBantani, Palima Serang. Telp/Fax
(0254) 267019, 267008, 267009,
267020. Lokasi penelitiannya adalah
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten. Waktu penelitian
yang dilakukan peneliti adalah mulai
dari 19 Mei sampai dengan 25
November 2014.
3.5 Metode Penelitian
Metode
penelitian
yang
digunakan adalah metode survey
dengan jenis penelitian Kuantitatif
Assosiatif. Data yang digunakan
adalah data Primer dan sekunder
dengan
menggunakan
teknik
wawancara dan observasi secara
langsung di tempat penelitian yaitu
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten.
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek
yang
mempunyai kualitas dan
karakteristik
tertentu
yang
diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sampel adalah
bagian
dari
jumlah
dan
karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang diambil oleh
peneliti
adalah
di
Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi
Banten, dengan jumlah sampel
sebanyak
35
pegawai,
Sedangkan teknik penarikan
sampel yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah sampel
jenuh, yaitu teknik penarikan
sampel bila semua anggota
populasi di gunakan sebagai
sampel. Hal ini di lakukan bila
jumlah populasi relatif kecil 35
pegawai.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunaka oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
a). Observasi dan wawancara,
yaitu dalam teknik ini
mengumpulkan data secara
langsung terhadap objek
yang diteliti, data yang
diperoleh yaitu berupa data
primer dan data sekunder.
b). Kuesioner yaitu teknik
dengan cara mengumpulkan
data dengan membagikan
angket atau formulir berupa
pertanyaan yang diberikan
peneliti
kepada
para
responden
agar
dapat
mengisi secara cermat dan
objektif. Kuesioner yang
diberikan
kepada
para
responden yaitu mengenai
Pengawasan dan Kinerja
Pegawai.
3.7.1
Definisi
Konseptual
Variabel
3.7.1.1 Pengawasan
Pengawasan
yang
meliputi aspek Penilaian
Kinerja, Penetapan Standar,
Pengukuran Kinerja dan
Tindakan Koreksi.
3.7.1.2 Kinerja Pegawai
Kinerja
Pegawai
meliputi Kualitas dalam
bekerja, ketepatan waktu
dalam bekerja, kemampuan
dalam
bekerja,
dan
penyelesaian dalam bekerja.
3.7.2 Definisi Operasional
Variabel
3.7.2.1 Pengawasan
Merupakan
sikap
mental dan pengendalian
diri
seseorang
atau
kelompok yang tercermin
dalam sikap, tingkah laku,
tata cara atau perbuatan
yang
terlihat
secara
langsung
dan mengikuti
ketaatan peraturan yang
sudah diterapkan.
3.7.2.2 Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai adalah
hasil kerja pegawai baik
kuantitas atau kualitas yang
dicapai
dalam
melaksanakan
tugasnya
sesuai dengan tanggung
jawab yang talah diberikan
kepada para pegawai.
Penelitian ini menggunakan
dua macam variabel yaitu
independent (variabel bebas),
dan variabel dependent (variabel
tergantung).
Variabel
independent yang digunakan
pada penelitian ini adalah
pengawasan, sedangkan variabel
dependent pada penelitian ini
adalah kinerja pegawai.
Operasionalisasi variabel
tersebut
dilakukan
dengan
mengukur tingkat Pengawasan
dan
Kinerja
Pegawai
menggunakan kuesioner dengan
menggunakan skala likert. Skala
likert
digunakan
untuk
mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi
seseorang
atau
sekelompok
orang
tentang
fenomena sosial.
Uji Validitas
Pengawasan
dan
Reliabilitas
1. Pengujian Validitas.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan
rumus
korelasi
Product Moment yang digunakan
untuk mengukur validitas data suatu
instrumen penelitian. Uji validitas
dilakukan dengan mengukur korelasi
antara variabel/item dengan skor
total variabel
Rumus :
2. Perhitungan Reliabilitas
Pengujian Reliabilitas dengan
internal
consistency,
dilakukan
dengan cara mencoba instumen
sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisa dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan
untuk
memprediksi
reliabilitas
insrumen.
dalam
penelitian ini menggunakan rumus
Spearman Brown (Split half) sebagai
berikut :
Rumus :
3. Pengujian Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang
ditujukan untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi, variabel terikat
dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Data di uji
dengan
normalitas
KolmogrovSmirnov (KS).
4. Pengujian Linearitas
Uji Linear bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear
atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya
digunakan
sebagai
persyaratan dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan Test for
Linearity
pada taraf signifikansi
0,05. Dua variabel dikatakan
mempunyai pengaruh yang linear
bila signifikansi sebesar < 0,05.
5. Uji Koefisien Korelasi Product
Moment
Uji korelasi atau uji Product Moment
pada dasarnya adalah sebuah cara
dalam pengolahan data statistik yang
digunakan untuk menganalisis
apakah sebuah variabel mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan
variabel lainnya.
6. Uji Determinasi (r2)
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel X terhadap Y,
digunakan
rumus
koefisien
determinasi
(r2) dengan cara
mengkuadratkan nilai koefisien
korelasi (r) yang telah dihitung,
dengan rumus yaitu:
Rumus :
KD
2
= r x 100%
Ket:KD=Nilai Koefisien Determinasi
r
= Nilai Koefisien Korelasi
7. Regresi Linear Sederhana
Regresi merupakan suatu alat
ukur yang juga dapat digunakan
untuk mengukur ada atau tidaknya
korelasi antar variabel. Analisis
regresi
lebih
akurat
dalam
melakukan analisis korelasi. Dengan
demikian maka melalui analisis
regresi, peramalan nilai variabel
terikat pada nilai variabel bebas lebih
akurat pula.
Rumus :
Y’ = a + b X
Dimana : b
n XY X Y
n X 2 ( X ) 2
a
yb x
n
8. Uji Signifikan
Uji hipotesis uji-t
Yaitu alat analisis untuk signifikan
a da tidaknya variabel bebas terhadap
v ariabel terikat. Maka rumus thitung
se bagai berikut :
Rumus :
Pembahasan dan Hasil Penelitian
Melakukan interpretasi analisis
penelitian,
yaitu
melakukan
penafsiran
terhadap
pengujian
hipotesis. Walaupun hasil analisis
statistik itu sendiri sudah merupakan
suatu kesimpulan, tetapi belum
memadai tanpa ada interpretasi yang
dikaitkan
dengan
perumusan
masalah.
Metode
penelitian
yang
digunakan adalah metode survey,
dengan jumlah populasi yang ada di
DPPKD.
Teknik
pengumpulan
datanya adalah dengan menggunakan
kuesioner
dengan
instrumen
penelitian dengan menggunakan
skala likert, dan menggunakan
perhitungan SPSS versi 17 for
windows dan microsoft Excell 2010
for windows.
Berdasarkan analisis regresi di
peroleh nilai koefisien korelasi
product moment sebesar 0.870,
artinya terdapat hubungan yang kuat
antara pengawasan dengan kinerja
pegawai dan bernilai positif, berarti
jika pengawasan ditingkatkan maka
kinerja pegawai akan meningkat atau
sebaliknya,
jika
pengawasan
berkurang maka kinerja pegawai
akan menurun. Sedangkan nilai
koefisien determinasi didapat sebesar
0.758 ini berarti sebesar 75,8%
kinerja pegawai dipengaruhi oleh
pengetahuan manajemen, sedangkan
sisanya sebesar 24,2% dipengaruhi
oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti
dalam
penelitian
ini.
Selanjutnya
persamaan
regresi
didapat nilai sebesar Y = 14,348 +
0,788 X, ini berarti nilai konstanta
(α) sebesar 14.348 menyatakan
bahwa apabila tidak ada pengetahuan
manajemen (x=0) maka kinerja
pegawai hanya sebesar 0.788 satuan.
Jika
pengawasan
ditingkatkan
sebesar 1 satuan
maka kinerja
pegawai akan bertambah sebesar
0.788 satuan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengawasan dilingkungan
DPPKD Provinsi Banten sudah
sangat baik.
DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH PROVINSI BANTEN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bina Bangsa
OLEH
RIDWAN HASANUDIN
NPM : 11010082
JURUSAN : MANAJEMEN
KONSENTRASI : MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
PROGRAM PENDIDIKAN : STRATA-1 (S1)
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
STIE BINA BANGSA
BANTEN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumber Daya Manusia secara
sederhana yaitu sekelompok orang
atau individu yang bekerja pada
suatu perusahaan atau instansi
pemerintah yang disebut dengan
personil atau karyawan, pegawai dan
yang lainnya. Kemudian Sumber
Daya manusia dalam arti luas yaitu
sebagai Aset utama organisasi yang
harus dikelola dengan baik, jadi
Manajemen Sumber Daya Manusia
(MSDM) yang sifatnya lebih
strategis bagi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Peran strategis SDM dalam
organisasi bisnis dapat dikolaborasi
dari segi teori sumber daya, di mana
fungsi
perusahaan
adalah
mengerahkan seluruh sumber daya
atau kemampuan internal untuk
menghadapi
kepentingan
pasar
sebagai faktor eksternal utama.
Pengawaan atau controling
merupakan salah satu fungsi
manajemen
yang
memastikan
aktivitas yang dilakukan pegawai
sesuai hasil yang diharapkan,
organisasi
diharapkan
dapat
mengontrol aktivitasnya dengan
terfokus pada pelanggan dan
kebutuhannya,
organisasi
dan
kompetensi intinya serta komitmen
pada kualitas layanan, baik terhadap
pelanggan internal mau pun ekternal.
Sedangkan Odgers mengemukakan
tujuan dari Pengawasan yaitu : a).
Meningkatkan
kinerja
kerja
organisasi secara continue karena
kondisi persaingan usaha semakin
tinggi menuntut organisasi setiap
saat mengawasi kinerjanya. b)
Meningkatkan
efisiensi
dan
keuntungan bagi organisasi dengan
menghilangkan pekerjaan yang tidak
perlu
atau
mengurangi
penyalahgunaan atau bahan. c)
Menilai derajat pencapaian rencana
kerja dengan hasil pemberian
konpesesi bagi pengawas. d)
Mengkoordinasikan beberapa elemen
tugas atau program yang dijalankan.
e)
Meningkatkan
keterkaitan
terhadap tujuan organisasi agar
tercapai.
Beberapa
manfaat
pengawasan menurut Quibe : a)
Membantu
memaksimalkan
keuntungan yang akan diperoleh
organisasi. b) Membantu pegawai
dalam meningkatkan produktivitas .
c)
Menyediakan
alat
ukur
produktivitas pegawai atau aktivitas
yang objektif bagi organisasi. d)
Mengidentifikasi beberapa hal yang
membuat rencana tidak sesuai
dengan hasil aktual yang dicapai dan
memfasilitasi pemodifikasian .e)
Membantu pencapaian sesuai tingkat
atau deadline yang ditetepkan.
Pengawasan terhadap kualitas
mencangkup
evaluasi
atas
keakuratan
pekerjaan
yang
dilakukan, beberapa teknik yang
dilakukan
dalam
pengawasan
kualitas.
a)
Inspeksi
Total
(pengecekan menyeluruh terhadap
seluruh unit kerja). b) Pengecekan
pada area tertentu (pengecekan
kinerja pegawai di departemen atau
instansi). c) Pengontrolan kualitas
secara statistik (salah satu cara
melalui data berbasis sampel untuk
menjamin
validitas
hasil
pengukuran). d) Kesalahan Nihil
(teknik preventif terhadap potensi
kesalahan yang dilakukan pegawai
sejak pertama kali mengerjakan
tugas).
Di dalam organisasi pasti ada
sebuah pemimpin yang memberi
perintah kepada bawannya langsung,
untuk mendapatkan hasil pekerjaan
yang baik dan bermutu maka
diperlukan pengawasan yang baik
dan ketat. Organisasi akan berjalan
terus dan semakin komplek dari
waktu ke waktu, banyaknya orang
yang melakukan kesalahan dan guna
mengevaluasi atas hasil kegiatan
yang telah dilakukan, maka inilah
fungsi pengawasan semakin penting
dalam setiap organisasi. Tanpa
adanya pengawasan yang baik
tentunya akan menghasilkan tujuan
yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun
bagi para pekerjanya. Pengawasan
merupakan salah satu fungsi mutlak
dari manajemen, tanpa adanya
pengawasan ini maka fungsi-fungsi
yang lain dalam manajemen tidak
akan efektif.
Dalam
pengawasan
masih
banyak
para
pegawai
yang
melanggar
untuk
memenuhi
kewajibannya terhadap pekerjaan
yang ditugaskan. Oleh karena itu
masih
adanya
kelemahan
pengawasan yang membuat para
pegawai melakukan pelanggaran.
Harapan
terhadap
pegawai
negeri sipil ini dilatarbelakangi oleh
adanya kesenjangan antara kinerja
yang diharapkan dengan kinerja yang
dihasilkan oleh pegawai. Masih
banyak tingkat efisiensi dalam
pelaksanaan tugas merupakan bukti
nyata kompetensi yang masih
rendah. Pegawai negeri sipil yang
kurang professional dan kurang
memiliki kesadaran moral cenderung
melakukan
penyalahgunaan
wewenang atau penyalahgunaan
keuangan Negara. Perilaku pegawai
negeri sipil yang menimpang
tersebut akan menjadi permasalahan
yang rumit, manakala pegawai belum
mampu beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan termasuk
kurang
peka
menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
serta
sulit
untuk
memperbaiki kinerjanya
Untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik, maka pengawasan harus
dilakukan
secara
berkelanjutan
sesuai
kebutuhan
untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan
karyawan atau pegawai sesuai
dengan rencana yang ditetapkan dan
dikehendaki oleh pengawas yaitu
pimpinan.
Pengawasan merupakan hal
penting disetiap pekerjaan dalam
perusahaan atau instansi pemerintah,
dikarenakan
dengan
adanya
pengawasan yang baik, maka suatu
pekerjaan akan berjalan dengan
lancar dan menghsilkan kerjaan yang
optimal. Bila pekerjaan dibarengi
dengan pengawasan pasti hasilnya
akan sangat baik dan memuaskan.
Pengawasan yang dilakukan
pada
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten yaitu kepala dinas
melakukan pengawasan di setiap
area yang ada di dalam DPPKD,
mulai dari lantai dasar atau Basement
sampai lantai tiga, pada dasarnya
pengawasan yang dilakukan oleh
kepala dinas tidak terjadwal secara
terstruktur, melainkan bila merasa
ada kinerja dari pegawai ada yang
kurang optimal. Sebaliknya dari
setiap kepala Sub Bag melakukan
pengawasan
secara
berlanjut
(Qontinue) tiap hari. Pengawasan ini
tidak membedakan antara tenga
honorer (TKS) dengan pegawai
Pegawai Negeri Sipil (PNS),
melainkan semuanya sama diawasi
oleh kepala Sub bagian masingmasing. Berdasarkan fakta yang ada
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu
para pegawai sipil maupun honorer
bekerja dengan baik, adapun pegawai
yang melakukan kegiatan diluar
dinas maka kepala sub bag masingmasing
akan
menanyakan
pegawainya kepada pegawai lain
yang ada diruang kerja.
Fakta yang ada di Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Banten
yaitu memiliki kinerja normal, arti
normal disini adalah pegawai biasa
melakukan
kesalahan
atau
penyimpangan atau penyelewengan
kerja dimana banyaknya pegawai
yang sering bolak balik ruangan
kerja hanya sekedar duduk dan
melihat saja, sering kebanyakan
ngobrol dan lain sebagainya. Melihat
penyalahgunaan atau penyelewengan
kerja tersebut seolah-olah sudah
menjadi biasa atau bahkan budaya
dalam bekerja, maka dari itu sangat
perlu adanya pengawasan yang lebih
ketat dan harus ditindak lanjuti.
Bila di dalam organisasi faktor
pengawasan tidak berjalan, maka
hasil pekerjaan akan sangat buruk
dan tidak optimal bahkan jauh dari
kata mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan oleh organisasi. Oleh
karena
itu
pimpinan
harus
melakukan pengawasan yang efektif
sehingga pegawai bisa mencapai
prestasi kerja yang optimal. Dengan
melihat
adanya
kecenderungan
kurangnya
pengawasan
dari
pimpinan sehingga rasa tanggung
jawab pegawai pun akan berkurang,
hal ini tidak boleh dibiarkan terus
menerus karena akan mempengaruhi
tingkat kinerja pegawai.
Pengaruh pengawasan terhadap
kinerja pegawai menjadi sangat
penting untuk dibahas dan diteliti,
hal ini bermaksud untuk melihat
apakah
dengan
diadakannya
pengawasan ini dapat berpengauh
terhadap kinerja pegawai.
Berdasarkan hal diatas yang
telah dijabarkan, maka penulis
tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian denga judul :
“PENGARUH PENGAWASAN
TERHADAP
KINERJA
PEGAWAI
DI
DINAS
PENDAPATAN
DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH PROVINSI BANTEN”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas,
maka penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Banyaknya para pegawai
yang sering bolak-balik ke
ruang kerja hanya untuk
melihat-lihat.
2. Pegawai
cenderung
membuang waktu untuk
mengobrol
dibandingkan
mengerjakan pekerjaannya.
3. Waktu kerja sering dipakai
untuk
mengoperasikan
komputer
hanya
untuk
bermain internet saja.
4. Dalam
menyelesaikan
pekerjaanya lebih memilih
melanjutkan di keesokan hari
dari pada menyelesaikan hari
itu juga.
5. Terlalu sering menggunakan
telepon selular dari pada
menyelesaikan pekerjaan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan
Identifikasi
Masalah di atas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan
diteliti agar tepat sesuai sasaran,
adapun rumusan masalahnya sebagi
berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh
pengawasan terhadap kinerja
di Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah Provinsi Banten.
2. Seberapa besar pengaruh
pengawasan terhadap kinerja
pegawai di Dinas Pendapatan
dan Pendapatan Keuangan Da
erah Provinsi Banten.
1.4 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penelitian
ini, dengan adanya keterbatasan
waktu peneliti, tenaga, pikiran
ataupun materi maka penulis hanya
meneliti pada dua variabel saja yaitu
pengawasan dan kinerja pegawai,
serta
pengaruhnya
pengawasan
terhadap kinerja pegawai di Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi Banten.
Dan karena pengawasan merupakan
variabel yang utama terhadap kinerja
pegawai.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penulis mengharapkan dari
hasil penelitian ini dapat menjadikan
atau memberikan bahan kajian
kedepan yang bermanfaat bagi :
1. Bagi Penulis
Dapat
menambah
ilmu
pengetahuan dan wawasan
berfikir atau mengembangkan
kemampuan berfikir, serta
penulisan skripsi ini melalui
karya ilmiah.
2. Bagi Organisasi
Organisasi
Negeri
atau
Swasta yang bergerak dalam
bidang memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat
maupun bidang produksi
yang ada dapat dijadikan
bahan pertimbangan untuk
pengambilan
kebijakankebijakan
baru,
bahwa
pengawasan sangat penting
diterapkan di setiap kegiatan
dan menemukan masalah
yang ada di dalam organisasi.
3. Bagi Akademik
Dapat
dijadikan
bahan
referensi bagi mahasiswa
yang sedang melakukan
penyusunan
skripsi
dikemudian hari dan menjadi
berkas atau data di dalam
perpustakaan STIE Bina
Bangsa.
4. Bagi DPPKD
Dapat
menjadi
bahan
rujukkan dalam peraturan
baru untuk memperbaiki
sistem pengawasan terhadap
para pegawai di Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi
Banten.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1
Pengertian
Manajemen
Sumber Daya Manusia
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia adalah ilmu dan seni yang
mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu
terwujudnya
tujuan
perusahaan,
karyawan
dan
masyarakat. Tujuannya adalah agar
perusahaan mendapatkan rentabilitas
laba yang lebih besar dari prtesentase
tingkat bunga Bank. Karyawan
bertujuan mendapatkan kepuasan
dari
pekerjaannya.
Masyarakat
bertujuan memperoleh barang dan
jasa yang baik dengan harga yang
wajar dan selalu tersedia dipasar,
sedangkan
pemerintah
selalu
berharap mendapatkan pajak. Unsur
manusia (Man) ini berkembang
menjadi
suatu
bidang
ilmu
manajemen yang disebut Manajemen
Sumber Daya Manusia (MSDM)
yang merupakan terjemahan dari
Man
Power
Management.
Manajemen yang mengatur unsur
manusia ini ada yang menyebutnya
manajemen
kepegawaian
atau
manajemen personalia (Personnel
Management).
Menurut
Prof.
Dr.
Hj.
Sedarmayanti Manajemen Sumber
Daya Manusia (MSDM) adalah
kebijakan dan praktik menentukan
aspek ‘’manusia’’ atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen,
termasuk merekrut, menyaring,
melatih memberi penghargaan dan
penilaian.
Mary Parker Follet Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah suatu
seni untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-
orang lain untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan yang diperlukan,
atau dengan kata lain tidak
melakukan pekerjaan-pekerjaan itu
sendiri.
Edwin B. Flippo Manajemen
Sumber Daya Manusia adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan
dan
pengawasan
kegiatan-kegiatan
pengadaan,
pengembangan,
Pemberian
kompensasi,
pengintegrasian,
pemeliharaan dan pelepasan sumber
daya manusia agar tercapai berbagai
tujuan individu, organisasi dan
masyarakat.
Menurut Dr. Edy Sutrisno
Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan bidang strategis dari
organisasi. Manajemen sumber daya
manusia harus dipandang sebagai
perluasan dari pandangan tradisional
untik mengelola orang secara efektif
dan
untuk
itu
membutuhkan
pengetahuan
tentang
perilaku
manusia
dan
kemampuan
mengelolanya.
2.1.1 Pengertian Manajemen
Kata Manajemen berasal dari
bahasa
Perancis
kuno ménagement, yang memiliki
arti "seni melaksanakan dan
mengatur." Kata manajemen
berasal
dari
bahasa
Italia maneggiare yang berarti
"mengendalikan," terutama dalam
konteks mengendalikan kuda,
yang berasal dari bahasa latin
manus yang
berarti
"tangan". Bahasa Prancis lalu
mengadopsi kata ini dari bahasa
Inggris
menjadi ménagement,
yang
memiliki
arti seni
melaksanakan dan mengatur.
Menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
(KBBI)
Manajemen adalah orang yg
mengatur pekerjaan atau kerja
sama di antara berbagai kelompok
atau sejumlah orang untuk
mencapai sasaran; dan orang yang
berwenang dan
bertanggung
jawab
membuat
rencana,
mengatur,
memimpin,
dan
mengendalikan pelaksanaannya
untuk mencapai sasaran tertentu.
Dalam encylopedia of the
social svience dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses
dengan mana pelaksanaan suatu
tujuan tertentu diselenggarakan
dan diawasi. Selanjutnya, Haiman
mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai
sesuatu melalui kegiatan orang
lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan
bersama. George R. Terry
mengatakan bahwa manajemen
adalah pencapaian tujuan yang
ditetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang
lain.
Harold
Koontz
Dalam
bukunya yang berjudul “The
Management Theory Jungle”
menganggap
pengertian
manajemen
adalah
seni
menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui dan dengan beberapa
orang yang tergabung dalam suatu
kelompok
formal
yang
terorganisir.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah
proses dari langkah-langkah mulai
dari
perencanaan,
pengorganisasian,
staffing,
memimpin dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang telah
ditetapkan organisasi.
James
Staner,
fungsi
manajemen
yaitu
planning,
organizing,
leading,
dan
controlling. Dalam pembahasan
ini akan diperinci empat fungsi
yang paling penting yaitu
planning, organizing, actuating,
dan controlling.
a) Perencanaan
(Planning)
adalah sesuatu yang akan
direncanakan tentang apa
yang akan dicapai, yang
kemudian
memberkan
pedoman, garis-garis besar
tentang apa yang akan dituju.
Perencanaan
merupakan
persiapan-persiapan
untuk
pelaksanaan suatu tujuan,
beruparumusan-rumusan
tentang
“apa”
dan
“bagaimana“ suatu pekerjaan
dapat
dilaksanakan.
Persiapan-persiapan tesebut
dapat
berupa
tindakantindakan administrasi atas
tindakan-tindakan
selanjutnya.
Fungsi
dari
Perencanaan yaitu :
Menjelaskan dan merinci dan
tujuan yang ingin dicapai
memberikan
pegangan
dan
menetapkan
kegiatan-kegiatan
yang harus dilakukan untuk tujuan
tersebut.
1) Organisasi
menperoleh
standar
sumber daya terbaik
dan
mendayagunakannya
sesuai tugas pokok
fungsi yang telah
ditetapkan
menjadi
rujukan
anggota
organisasi
dalam
melaksanakan
aktivitas
yang
konsisten
prosedur
dan tujuan.
2) Memberikan
batas
kewenangan
dan
tanggung
jawab
bagiseluruh pelaksana.
3) Memonitor
dan
mengukur
berbagai
keberhasilan
secaraintensip
sehingga
bisa
menemukan
dan
memperbaiki
kepemimpinan secara
dini.
4) Memungkinkan untuk
terpeliharanya
persesuain
antarakegiatan
internal dengan situas
eksternal
5) Menghindari
pemborosan.
b) Pengorganisasian
(Organizing)
adalah
penetapan struktur peranperan melalui penentuan
aktivitas-aktivitas,
pegelompokan
aktivitas,
penugasan
kelompok
aktivitas,
pendelegasian
wewenang, pengkoordinasian
hubungan antar wewenang
serta informasi baik secara
vertikal maupun horizontal,
yang dibutuhkan organisasi
untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Penentuan sumber
daya dan kegiatan yang
dibutuhkan,menyusun
organisasi atau kelompok
kerja, penugasan wewenang
dan tanggungjawab serta
koordinasi.
Fungsi
dari
Pengorganisasian
sangat
penting dalam manajemen
karena membuat posisi orang
jelas dalam struktur dan
pekerjaannya dan melalui
pemilihan, pengalokasian dan
pendistribusian kerja yang
profesional dan organisasi
dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.
c) Pengarahan
(Actuating)
adalah
suatu
fungsi
pembimbingan
dan
pemberian pimpinan serta
penggerakan
orang-orang
agar orang-orang tersebut
mau dan suka bekerja.
Berdasarkan
pengertian
tersebut
jelaslah
bahwa
peranan
penggerakan
(actuating) sangat penting,
karena penggerakan berfungsi
untuk menggerakan fungsifungsi manajemen yang lain,
seperti
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan. Fungsi dari
Pengarahan yaitu Pemimpin
lebih menekankan pada upaya
mengarahkan dan memotivasi
para personil agar dapat
melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya dengan baik.
d) Pengawasan
(Controlling)
Penetapan
standar,
pengukuran pelaksanaan, dan
pengambilan
tindakan
korektif . Fungsi dari
Pengawasan Agar tenaga atau
karyawan pada lembaga
mampu mengemban tugas
atau
fungsinya
masing-
masing maka harus dilakukan
suatu pengawasan.
2.1.3 Pengertian Sumber Daya
Manusia
Menurut Nawawi ada tiga
pengertian Sumber daya manusia
yaitu :
a). Sumber daya manusia adalah
manusia
yang
bekerja
dilingkungan
suatu
organisasi (disebut juga
personil,tenaga
kerja,
pekerja atau karyawan).
b). Sumber daya manusia adalah
potensi manusiawi sebagai
penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
c). Sumber daya manusia adalah
potensi yang merupakan
aset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non
finansial)
di
dalam
organisasi bisnis, yang
dapat
mewujudkan
menjadipotensi nyata (real)
secara fisik dan non-fisik
dalam
mewujudkan
eksistensi organisasi.
Berdasarkan
pengertian
tersebut dapat disimpulkan
bahwa sumber daya manusia
adalah
suatu
proses
mendayagunakan
manusia
sebagai tenaga kerja secara
manusiawi, agar potensi fisik
dan psikis yang dimilikinya
berfungsi
maksimal
bagi
pencapaian tujuan organisasi
(lembaga).
2.1.4 Fungsi Sumber Daya
Manusia
Menurut beberapa para ahli
fungsi dari Sumber Daya Manusia
adalah
untuk
meningkatkan
produktivitas dalam menunjang
perusahaan lebih kompetitif.
Dalam hubungan ini, pengukuran
produktivitas
hanya
dibatasi
secara sempit pada peran Sumber
Daya Manusia, yang secara bisnis
disebut sebagai pekerja. Dengan
kata lain produktivitas pada fungsi
SDM tidak memperhitungkan
faktor lainnya, seperti cost,
quality, flexibility, dan delivery.
2.2 Pengertian Pengawasan
Menurut Schermerhorn dalam
Ernie dan Saefullah mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai
proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dalam pengambilan tindakan
yang dapat mendukung pencapaian
hasil yang diharapkan sesuai dengan
ukuran yang telah ditetapkan
tersebut. Sedangkan menurut Mathis
dan Jackson, menyatakan bahwa
pengawasan merupakan sebagai
proses pemantauan kinerja karyawan
berdasarkan standar untuk mengukur
kinerja, memastikan kualitas atas
penilaian kinerja dan pengambilan
informasiyang
dapat
dijadikan
umpan balik pencapaian hasil yang
dikomunikasikan ke para karyawan.
Menurut
Harahap,
Pengawasan
adalah keseluruhan sistem, teknik,
cara yang mungkin dapat digunakan
oleh seorang atasan untuk menjamin
agar segala aktivitas yang dilakukan
oleh dan dalam organisasi benarbenar menerapkan prinsip efisiensi
dan mengarah pada upaya mencapai
keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Maringan,
pengawasan adalah proses dimana
pimpinan ingin mengetahui hasil
pelaksanaan
pekerjaan
yang
dilakukan bawahan sesuai dengan
rencana, perintah, tujuan,kebijakan
yang telah ditentukan. Selain itu
menurut Dessler, menyatakan bahwa
pengawasan
(Controlling)
merupakan penyusunan standar seperti kuota penjualan, standar
kualitas, atau level produksi;
pemeriksaan untuk mengkaji prestasi
kerja aktual dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan;
mengadakan tindakan korektif yang
diperlukan.
2.2.1 Fungsi Pengawasan
Pengawasan
dapat
didefinisikan sebagai proses untuk
‘menjamin” bahwa tujuan-tujuan
organisasi
dan
manajemen
tercapai.
Pengetian
ini
menunjukan adanya hubungan
yang
sangat
erat
antara
perencanaan dan pengawasan.
Seperti terlihat dalam kenyataan,
langkah awal proses pengawasan
adalah
sebenarnya
langkah
perencanaan, penetapan tujuan,
standar atau sasaran pelaksanaan
suatu
kegiatan.
Fungsi
pengawasan manajemen juga
berhubungan erat dengan fungsifungsi manajerial lainnya.
2.2.1.1 Tipe-Tipe Pengawasan
Ada tiga tipe pengawasan
yaitu :
a). Pengawasan Pendahuluan.
Pengawasan Pendahuluan
(Feedforward
Control).
Pengawasan pendahuluan atau
yang sering disebut steering
control,
dirancang
untuk
mengantisipasi
masalahmasalah atau penyimpanganpenyimpangan dari standar
atau tujuan dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum suatu
tahap
kegiatan
tertentu
diselesaikan. Jadi, pendekatan
pengawasan ini lebih aktif dan
agresif, dengan mendeteksi
masalah-masalah
dan
mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu
masalah terjadi. Pengawasan
ini akan efektif hanya bila
manajer mampu mendapatkan
informasi akurat dan tepat pada
waktunya tentang perubahanperubahan dalam lingkungan
atau tentang perkembangan
terhadap
tujuan
yang
diinginkan.
b). Pengawasan Concurrent.
Pengawasan
yang
dilakukan bersama dengan
pelaksanaan
kegiatan
(concurrent
control),
pengawasan ini sering disebut
pengawasan
“iya-tidak”,
screening
control
atau
“berhenti-terus”,
dilakukan
selama
suatu
kegiatan
berlangsung. Tipe pengawasan
ini merupakan proses dimana
aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu,
atau syarat tertentu harus
dipenuhi
dulu
sebelum
kegiatan-kegiatan
bisa
dilanjutkan,
atau
menjadi
semacam peralatan “doublecheck” yang lebih menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c). Pengawasan Umpan Balik.
Pengawasan umapan balik
“feedback control” dikenal
juga
sebagai
past-action
control, mengukur hasil dari
suatu kegiatan yang telah
diselesaikan.
Sebab-sebab
penyimpangan dari rencana
atau standar ditentukan, dan
penemuan-penemuan
diterapkan untuk kegiatankegiatan serupa dimasa yang
akan datang. Pengawasan ini
bersifat historis, pengukuran
dilakukan setelah kegiatan
terjadi.
2.2.1.2 Tahap-Tahap Dalam
Proses Pengawasan
a). Tahap Pertama :
Penetapan Standar
Tahap pertama dalam
pengawasan adalah penetapan
standar pelaksanaan. Standar
mengandung arti sebagi suatu
satuan pengukuran yang
dapat diguanakan sebagai
“patokan” untuk menilai
hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
kuota dan target pelaksanaan
dapat digunakan sebagai
standar. Bentuk standar yang
lebih khusus antara lain target
penjualan, anggaran, bagian
pasar, marjin keuntungan,
keselamatan kerja dan sasaran
produksi.
b). Tahap Kedua :
Penentuan
Pengukuran
Pelaksanaan kegiatan
Penetapan
standar
adalah sia-sia bila tidak
disertai berbagai cara untuk
mengukur
pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh karena
itu, tahap kedua dalam
pengawasan
adalah
menentukan
pengukuran
pelaksanaan kegiatan secara
tepat. Beberapa pertanyaan
yang penting berikut ini dapat
digunakan : Berapa kali (how
often)
pelaksanaan
seharusnya diukur – setiap
jam,
harian,
mingguan,
bulanan? Dalam bentuk apa
(what from) pengukuran akan
dilakukan – laporan tertulis,
inspeksi
visual,
melalui
telepon? Siapa yang akan
terlibat – manajer staf
departemen? Pengukuran ini
sebaiknya
mudah
dilaksanakan
dan
tidak
mahal,
serta
dapat
diterangkan kepada para
karyawan.
c). Tahap Ketiga :
Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan
Setelah
frekuensi
pengukuran
dan
sistem
monitoring
ditentukan,
pengukuran
pelaksanaan
dilakukan sebagai proses
yang berulang-ulang dan
terus-menerus. Ada berbagai
cara
untuk
melakukan
pengukuran
pelaksanaan,
yaitu
1)
pengamatan
(observasi),
2)
laporanlaporan, bail lisan dan
tertulis, 3) metoda-metoda
otomatis dan 4) inspeksi,
pengujian (test), atau dengan
pengambilan sampel.
d). Tahap Keempat :
Perbandingan
Pelasanaan dengan
Standar
dan
Analisa
Penyimpangan.
Tahap kritis dari proses
pengawasan
perbandingan
pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan
yang
direncanakan atau standar
yang
telah
ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling
mudah dilakukan, tetapi
kompleksitas dapat terjadi
pada
saat
menginterprestasikan adanya
penyimpangan
(deviasi).
Penyimpanganpenyimpangan
harus
dianalisa untuk menentukan
mengapa standar tidak dapat
dicapai.
e). Tahap Kelima :
Pengambilan
Tindakan
Koreksi Bila Diperlukan.
Bila hasil analisa
menunjukkan
perlunya
tindakan koreksi, tindakan
ini
harus
diambil.
Tindakan koreksi dapat
diambil dalam berbagai
bentuk. Standar mungkin
diubah,
pelaksanaan
diperbaiki, atau keduanya
dilakukan bersamaan.
2.2.1.3 Jenis-Jenis Pengawasan
Ada empat macam dasar
pengelolaan
jenis
pengawasan, yaitu :
a). Waktu Pengawasan
Berdasarkan
bila
pengawasan dilakukan, maka
macam-macam pengawasan itu
dibedakan atas : a) pengawasan
preventif dan b) pengawasan
repressif. Dengan pengawasan
preveventif
dimaksudkan
pengawasan yang dilakukan
sebelum
terjadinya
penyelewengan, kesalahan atau
deviation.
Jadi,
diadakan
tindakan pencegahan agar
jagan
terjadi
kesalahankesalahan dikemudian hari.
Dengan pengawasan repressif,
dimaksudkan
pengawasan
setelah
rencana
sudah
dijalankan, dengan kata lain
diukur hasil-hasil yang dicapai
dengan alat pengukur standar
yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
b). Objek Pengawasan
Berdasarkan
objek
pengawasan,
pengawasan
dapat
dibedakan
atas
pengawasan dibidang-bidang
sebagai berikut :
1). Produksi, dalam bidang
produksi, maka pengawasan
itu
dapat
ditunjukkan
terhadap kuantitas hasil
produksi ataupun terhadap
kualitas ataupun terhadap
liquiditas perusahaan.
2). Pengawasan di bidanag
waktu bermaksud untuk
menentukan apakah dalam
menghasilkan suatu hasil
produksi sesuai dengan
waktu yang direncanakan
atau tidak.
3). Pengawasan di bidang
manusia dengan kegiatankegiatannya bertujuan untuk
mengetahui
apakah
kegiatan-kegiatan
dijalankan sesuai dengan
instruksi, rencana tata kerja
atau manual.
Menurut
Beishline,
pengawasan
berdasarkan
objeknya dapat dibedakan atas
(1) kontrol administratif dan
(2) kontrol operatif. Kontrol
operatif untuk bagian terbesar
berurusan dengan tindakan,
akan
tetapi
kontrol
administratif berurusan dengan
tindakan dan pikiran.
c). Subjek Pengawasan
Bilamana pengawasan itu
dibedakan
atas
dasar
penggolongan
siapa
yang
mengadakan
pengawasan,
maka pengawasan itu dapat
dibedakan atas (1) pengawasan
intern dan (2) pengawasan
ekstern. Dengan pengawasan
intern dimaksud pengawasan
yang dilakukan oleh atasan dari
petugas bersangkutan. Oleh
karena
itu,
pengawasan
semacam ini disebut juga
pengawasan
vertikal
atau
formal. Disebutka ia sebagai
pengawasan formal karena
yang melakukan pengawasan
itu
adalah
orang-orang
berwenang. Suatu pengawasan
disebut pengawasan ekstern,
bilamana orang-orang yang
melakukan pengawasan itu
adalah orang-orang di luar
organisasi
bersangkutan.
Pengawasan jenis ini lazim
pula disebut pengawasan sosial
(sosial
control)
atau
pengawasan internal.
d). Cara Mengumpulkan FaktaFakta Guna Pengawasan
Berdasarkan
cara
bagaimana
mengumpulkan
fakta-fakta guna pengawasan,
maka pengawasan itu dapat
digolongkan atas :
1).
Personal
Observation
(Personal Inspection)
2). Oral Report (Laporan
Lisan)
3). Written Report (laporan
Tertulis) dan
4). Control By Exception
2.2.2. Pengertian Kinerja
Menurut
Anwar
Prabu
Mangkunegara kinerja itu dapat di
definisikan sebagai:
“Hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang
pegawai
dalam
melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.” Sedangkan
Pengertian kinerja menurut Indra
Bastian, menyatakan bahwa:
“Kinerja
adalah
gambaran
mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan
suatu
kegiatan/program
dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang
dalam perumusan skema strategis
suatu organisasi”.
Pengertian
kinerja
menurut
Malayu S.P Hasibuan, mengatakan
bahwa :
“Kinerja merupakan hasil
kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman dan
kesungguhan dan tepat waktu”.
Tika mendefinisikan kinerja
sebagai
hasil-hasil
fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan
organisasi dalam periode waktu
tertentu. Fungsi pekerjaan atau
kegiatan yang dimaksudkan di
sini adalah pelaksanaan hasil
pekerjaan atau kegiatan seseorang
atau kelompok yang menjadi
wewenang
dan
tanggung
jawabnya dalam suatu organisasi.
Untuk
faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap
hasil
pekerjaan/prestasi kerja seseorang
atau kelompok terdiri factor intern
dan ekstern. Faktor intern yang
mempengaruhi
kinerja
karyawan/kelompok terdiri dari
kecerdasan,
keterampilan,
kestabilan
emosi,
motivasi,
persepsi peran, kondisi keluarga,
kondisi
fisik
seseorang,
karateristik kelompok kerja, dan
sebagainya. Sedangkan pengaruh
eksternal anatara lain berupa
peraturan
ketenagakerjaan,
keinginan pelanggan, pesaing,
nilai social, serikat buruh, kondisi
ekonomi, perubahan lokasi kerja,
dan kondisi pasar.
Menurut
Mangkunegara
bahwa kinerja SDM adalah
prestasi kerja atau hasil kerja
(output) baik kualitas maupun
kuantitas yang dicapai SDM
persatuan periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya
sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya..
Beberapa pengertian tersebut
di atas, dapat dipahami bahwa
kinerja adalah kemampuan yang
dilakukan untuk mencapai hasil
kerja yang diharapkan bersama
kearah
tercapainya
tujuan
lembaga atau perusahaan.
2.2.2.1 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah
proses untuk mengukur prestasi
kerja
pegawai
berdasarkan
peraturan yang telah ditetapkan,
dengan cara membandingkan
sasaran (hasil kerjanya) dengan
persyaratan deskripsi pekerjaan
yaitu standar pekerjaan yang
telah ditetapkan selama periode
tertentu. Penilaian kinerja juga
merupakan proses formal untuk
melakukan evaluasi kinerja
secara
periodik.
Penilaian
kinerja
dapat
memotivasi
pegawai agar terdorong untuk
bekerja lebih baik. Oleh karena
itu diperlukan penilaian kinerja
yang tepat dan konsisten.
Menurut
Panggabean
mendefinisikan Penilaian kinerja
adalah
sebagai
berikut
:
“Penilaian kinerja merupakan
sebuah proses formal untuk
melakukan peninjauan ulang dan
evaluasi kinerja seseorang secara
periodik.
Proses
penilaian
kinerja ini ditunjukkan untuk
memenuhi kinerja seseorang,
dimana kegiatan ini terdiri dari
identifikasi,
observasi,
pengukuran dan pengembangan
hasil kerja pegawai dalam
sebuah organisasi”
.
2.2.3 Pengaruh Pengawasan
Terhadap Kinerja Pegawai
Fungsi pengawasan dalam
penyelenggaraan
manajemen
perusahaan
(coorporation)
sangat
diperlukan
untuk
mencegah berbagai kendala
pelaksanaan setiap kegiatan
organisasi
di
lingkungan
perusahaan atau badan usaha
baik milik pemerintah maupun
swasta. Efek yang diharapkan
dari dilaksanakannya fungsi
pengawasan
adalah
meningkatnya
kinerja
perusahaan dan prestasi kerja
karyawan.
Berangkat dari deskripsi
tersebut, Bacal, menjelaskan
bahwa kinerja pemerintahan
diawali dengan peningkatan
kinerja
pegawai.
Kinerja
pegawai
berkaitan
dengan
kemampuan
masing-masing
pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugasnya secara tepat
waktu dan sesuai dengan hasil
yang
ditentukan.
Proses
mencapai kinerja yang sesuai
dengan hasil yang secara
standard
telah
ditentukan
perusahaan
melibatkan
penggunaan
logika
untuk
mencari cara-cara yang paling
ekonomis untuk melaksanakan
tugas kerja, perlatan dan bahan
kerja, kondisi lingkungan dan
ruang, serta cara-cara yang
mudah dalam melaksanakan
tugas kerja.
Proses peningkatan kinerja
sebagaimana di atas merupakan
suatu indikator yang merupakan
suatu aktivitas terencana dan
berkesinambungan
serta
berhubungan dengan orang lain ,
maka untuk mencapai kinerja perlu
dilakukan
pengawasan
untuk
mengurangi munculnya kesalahan
dan memperbaiki metode yang
dinilai kurang efektif.
3.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin
dicapai penulis dalam melakukan
penelitian ini berdasarkan rumusan
masalah yang ada, adalah :
Mengidentifikasi pengawasan
dan mengidentifikasi kinerja pegawai
dan Pengaruh Pengawasan terhadap
kinerja pegawai di Dinas Pendapatan
Dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Provinsi Banten.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian dan
lokasi yang dilakukan oleh peneliti
yaitu
di
Kawasan
Pusat
Pemerintahan
Provinsi
Banten
(KP3B) Jl. Syech Nawawi AlBantani, Palima Serang. Telp/Fax
(0254) 267019, 267008, 267009,
267020. Lokasi penelitiannya adalah
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten. Waktu penelitian
yang dilakukan peneliti adalah mulai
dari 19 Mei sampai dengan 25
November 2014.
3.5 Metode Penelitian
Metode
penelitian
yang
digunakan adalah metode survey
dengan jenis penelitian Kuantitatif
Assosiatif. Data yang digunakan
adalah data Primer dan sekunder
dengan
menggunakan
teknik
wawancara dan observasi secara
langsung di tempat penelitian yaitu
di
Dinas
Pendapatan
dan
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Provinsi Banten.
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek
yang
mempunyai kualitas dan
karakteristik
tertentu
yang
diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sampel adalah
bagian
dari
jumlah
dan
karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang diambil oleh
peneliti
adalah
di
Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan Daerah Provinsi
Banten, dengan jumlah sampel
sebanyak
35
pegawai,
Sedangkan teknik penarikan
sampel yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah sampel
jenuh, yaitu teknik penarikan
sampel bila semua anggota
populasi di gunakan sebagai
sampel. Hal ini di lakukan bila
jumlah populasi relatif kecil 35
pegawai.
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunaka oleh
peneliti yaitu sebagai berikut :
a). Observasi dan wawancara,
yaitu dalam teknik ini
mengumpulkan data secara
langsung terhadap objek
yang diteliti, data yang
diperoleh yaitu berupa data
primer dan data sekunder.
b). Kuesioner yaitu teknik
dengan cara mengumpulkan
data dengan membagikan
angket atau formulir berupa
pertanyaan yang diberikan
peneliti
kepada
para
responden
agar
dapat
mengisi secara cermat dan
objektif. Kuesioner yang
diberikan
kepada
para
responden yaitu mengenai
Pengawasan dan Kinerja
Pegawai.
3.7.1
Definisi
Konseptual
Variabel
3.7.1.1 Pengawasan
Pengawasan
yang
meliputi aspek Penilaian
Kinerja, Penetapan Standar,
Pengukuran Kinerja dan
Tindakan Koreksi.
3.7.1.2 Kinerja Pegawai
Kinerja
Pegawai
meliputi Kualitas dalam
bekerja, ketepatan waktu
dalam bekerja, kemampuan
dalam
bekerja,
dan
penyelesaian dalam bekerja.
3.7.2 Definisi Operasional
Variabel
3.7.2.1 Pengawasan
Merupakan
sikap
mental dan pengendalian
diri
seseorang
atau
kelompok yang tercermin
dalam sikap, tingkah laku,
tata cara atau perbuatan
yang
terlihat
secara
langsung
dan mengikuti
ketaatan peraturan yang
sudah diterapkan.
3.7.2.2 Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai adalah
hasil kerja pegawai baik
kuantitas atau kualitas yang
dicapai
dalam
melaksanakan
tugasnya
sesuai dengan tanggung
jawab yang talah diberikan
kepada para pegawai.
Penelitian ini menggunakan
dua macam variabel yaitu
independent (variabel bebas),
dan variabel dependent (variabel
tergantung).
Variabel
independent yang digunakan
pada penelitian ini adalah
pengawasan, sedangkan variabel
dependent pada penelitian ini
adalah kinerja pegawai.
Operasionalisasi variabel
tersebut
dilakukan
dengan
mengukur tingkat Pengawasan
dan
Kinerja
Pegawai
menggunakan kuesioner dengan
menggunakan skala likert. Skala
likert
digunakan
untuk
mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi
seseorang
atau
sekelompok
orang
tentang
fenomena sosial.
Uji Validitas
Pengawasan
dan
Reliabilitas
1. Pengujian Validitas.
Dalam
penelitian
ini
menggunakan
rumus
korelasi
Product Moment yang digunakan
untuk mengukur validitas data suatu
instrumen penelitian. Uji validitas
dilakukan dengan mengukur korelasi
antara variabel/item dengan skor
total variabel
Rumus :
2. Perhitungan Reliabilitas
Pengujian Reliabilitas dengan
internal
consistency,
dilakukan
dengan cara mencoba instumen
sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisa dengan teknik
tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan
untuk
memprediksi
reliabilitas
insrumen.
dalam
penelitian ini menggunakan rumus
Spearman Brown (Split half) sebagai
berikut :
Rumus :
3. Pengujian Normalitas
Uji Normalitas adalah uji yang
ditujukan untuk menguji apakah
dalam sebuah regresi, variabel terikat
dan variabel bebas keduanya
mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Data di uji
dengan
normalitas
KolmogrovSmirnov (KS).
4. Pengujian Linearitas
Uji Linear bertujuan untuk
mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear
atau tidak secara signifikan. Uji ini
biasanya
digunakan
sebagai
persyaratan dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Pengujian pada
SPSS dengan menggunakan Test for
Linearity
pada taraf signifikansi
0,05. Dua variabel dikatakan
mempunyai pengaruh yang linear
bila signifikansi sebesar < 0,05.
5. Uji Koefisien Korelasi Product
Moment
Uji korelasi atau uji Product Moment
pada dasarnya adalah sebuah cara
dalam pengolahan data statistik yang
digunakan untuk menganalisis
apakah sebuah variabel mempunyai
pengaruh yang signifikan dengan
variabel lainnya.
6. Uji Determinasi (r2)
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel X terhadap Y,
digunakan
rumus
koefisien
determinasi
(r2) dengan cara
mengkuadratkan nilai koefisien
korelasi (r) yang telah dihitung,
dengan rumus yaitu:
Rumus :
KD
2
= r x 100%
Ket:KD=Nilai Koefisien Determinasi
r
= Nilai Koefisien Korelasi
7. Regresi Linear Sederhana
Regresi merupakan suatu alat
ukur yang juga dapat digunakan
untuk mengukur ada atau tidaknya
korelasi antar variabel. Analisis
regresi
lebih
akurat
dalam
melakukan analisis korelasi. Dengan
demikian maka melalui analisis
regresi, peramalan nilai variabel
terikat pada nilai variabel bebas lebih
akurat pula.
Rumus :
Y’ = a + b X
Dimana : b
n XY X Y
n X 2 ( X ) 2
a
yb x
n
8. Uji Signifikan
Uji hipotesis uji-t
Yaitu alat analisis untuk signifikan
a da tidaknya variabel bebas terhadap
v ariabel terikat. Maka rumus thitung
se bagai berikut :
Rumus :
Pembahasan dan Hasil Penelitian
Melakukan interpretasi analisis
penelitian,
yaitu
melakukan
penafsiran
terhadap
pengujian
hipotesis. Walaupun hasil analisis
statistik itu sendiri sudah merupakan
suatu kesimpulan, tetapi belum
memadai tanpa ada interpretasi yang
dikaitkan
dengan
perumusan
masalah.
Metode
penelitian
yang
digunakan adalah metode survey,
dengan jumlah populasi yang ada di
DPPKD.
Teknik
pengumpulan
datanya adalah dengan menggunakan
kuesioner
dengan
instrumen
penelitian dengan menggunakan
skala likert, dan menggunakan
perhitungan SPSS versi 17 for
windows dan microsoft Excell 2010
for windows.
Berdasarkan analisis regresi di
peroleh nilai koefisien korelasi
product moment sebesar 0.870,
artinya terdapat hubungan yang kuat
antara pengawasan dengan kinerja
pegawai dan bernilai positif, berarti
jika pengawasan ditingkatkan maka
kinerja pegawai akan meningkat atau
sebaliknya,
jika
pengawasan
berkurang maka kinerja pegawai
akan menurun. Sedangkan nilai
koefisien determinasi didapat sebesar
0.758 ini berarti sebesar 75,8%
kinerja pegawai dipengaruhi oleh
pengetahuan manajemen, sedangkan
sisanya sebesar 24,2% dipengaruhi
oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti
dalam
penelitian
ini.
Selanjutnya
persamaan
regresi
didapat nilai sebesar Y = 14,348 +
0,788 X, ini berarti nilai konstanta
(α) sebesar 14.348 menyatakan
bahwa apabila tidak ada pengetahuan
manajemen (x=0) maka kinerja
pegawai hanya sebesar 0.788 satuan.
Jika
pengawasan
ditingkatkan
sebesar 1 satuan
maka kinerja
pegawai akan bertambah sebesar
0.788 satuan. Hal ini menunjukkan
bahwa pengawasan dilingkungan
DPPKD Provinsi Banten sudah
sangat baik.