PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP UTANG

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP UTANG LUAR NEGERI SERTA
ALTERNATIF SOLUSINYA
BAGI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
M. SOFYAN SAURI
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
sofyantsaur@gmail.com
Abstract
The problem discussed in this research is how the role of indonesia’s foreign debt as well as
alternative solutions given the economic perspective of islam. This reaserch is a library.
Analysis in this research using qualitative approach method. Based on the results of the study
shows that indonesia’s foreign debt since the crisis that occurred during the Orde Baru
precisely in 1998 tended to increase every year. For a developing country like indonesia the
debt policy instrument is indeed the fastest policy to cover the budget deficit. Foreign debt
will be used to increase economic development. However, the foreign debt system applied by
indonesia contains riba, which is categorized in riba nasi’ah. Such a system is not in
accordance with the guidelines of islamic economic law in Al- Qur’an and Hadith. This
paper offers an alternative solution based on islamic economic that can be developed as a
form of external financing in the APBN
Keywords : Foreign Debt, Economic Development, State Budget Deficit, Islamic Economic

Abstrak
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai bagaimana peranan utang
luar negeri Indonesia serta alternatif solusi yang diberikan perspektif ekonomi islam.
Penelitian ini adalah suatu penelitian kepustakaan. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa utang luar negeri Indonesia sejak krisis yang terjadi pada masa Orde Baru tepatmya
tahun 1998 cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bagi negara berkembang
seperti Indonesia instumen kebijakan utang memang suatu kebijakan yang paling cepat untuk
menutup defisit APBN. Utang Luar Negeri nantinya digunakan untuk melakukan peningkatan
pembangunan ekonomi. Namun, sistem utang luar negeri yang diterapkan oleh Indonesia
mengandung riba, yang dikategorikan pada riba nasi’ah. Sistem yang diterapkan demikian
tersebut tidak sesuai dengan pedoman hukum ekonomi islam yakni Al-Qur’an dan Hadis.
Paper ini manawarkan suatu alternatif solusi berdasarkan ekonomi islam yang dapat
dikembangkan sebagai suatu bentuk pembiayaan eksternal dalam APBN.
Kata kunci : Utang Luar Negeri, Pembangunan Ekonomi, Defisit APBN, Ekonomi Islam.

PENDAHULUAN
Hingga tahun 1997 tepat sebelum runtuhnya rezim Orde Baru Negara Indonesia
merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil dan sangat
baik. Bahkan lembaga keuangan sekelas World Bank memuji pembangunan Indonesia.

Namun ketika Indonesia diterpa krisis pada tahun 1998 memberikan implikasi yang
memprihatinkan pada seluruh sendi pembangunan ekonomi dan tatanan kehidupan
1

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

masyarakat. Seluruh pondasi ekonomi yang dibangun kurang kokoh sehingga seketika hancur
diterpa badai krisis. Kinerja ekonomi nasional secara drastis mengalami kemunduran. Hal ini
telah membawa pembangunan ekonomi Indonesia pada masalah yang serius.
Semenjak krisis pada tahun 1998 tersebut, Indonesia terus menerus dibayang-bayangi
oleh beban utang luar negeri yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. Pembangunan
yang dilakukan di Indonesia selama ini dibiayai oleh utang luar negeri. Jumlah utang luar
negeri Indonesia bukanlah jumlah yang sedikit dengan persentase setiap tahun mengalami
peningkatan. Berbagai bentuk proyek pembangunan yang terjadi di Indonesia ditopang oleh
pinjaman luar negeri.
Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia cara tercepat untuk medapatkan
tambahan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) yang mengalami defisit adalah
dengan melakukan pinjaman luar negeri. Beberapa pandangan beranggapan cara seperti ini
dianggap cukup efektif. Menurut pandangan Muhammad Kahirin Majid mengenai utang luar
negeri, dengan adanya pemasukan dana dari luar negeri cenderung akan dibarengi dengan

masuknya teknologi maju serta tenaga-tenaga ahli yang diperlukan oleh proyek-proyek
pembangunan.
Berdasarkan data Utang Luar Negeri yang diterbitkan oleh Kementrian Keuangan,
Posisi Utang luar negeri terus menerus mengalami peningkatan. Berikut data posisi Utang
Luar Negeri Indonesia.
Tabel 1 Posisi Utang Luar Negeri Menurut Kelompok Peminjam
Tahun 1997-2016 ( USD )
No.

Tahun

1.

1997

Posisi Utang Luar
Negeri
53. 865

2.


1998

67. 315

3.

1999

75. 721

4.

2000

74. 891

5.

2001


69. 404

6.

2002

74. 723

7.

2003

81. 727

8.

2004

82. 797


9.

2005

80. 184

10.

2006

75. 816

11.

2007

141.180

12.


2008

155.080

13.

2009

172.871

14.

2010

202.413

15.

2011


225.375

2

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

16.

2012

252.364

17.

2013

266.109

18.


2014

293.328

19.

2015

310.730

20.

2016

317.086
(kemenkeu.go.id)

Berdasarkan catatan statistik jumlah utang luar negeri indonesia pada tahun 2016
telah mencapai USD 317.086. Apabila dirupiahkan akan setara dengan Rp 4.251 trilliun

dengan kurs rupiah terhadap dolar adalah sebesar 13.408. Kondisi yang seperti ini jelas
sangat tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Akibatnya akan mempengaruhi ekonomi
dan politik negara. Persoalan utang luar negeri ini apabila tidak ditangani dengan baik dapat
menghambat pemulihan ekonomi. Modal pembangunan yang berasal dari luar negeri yang
tidak berfungsi dengan tujuan peminjaman utang, memunculkan kritik dari beberapa ahli
ekonomi pembangunan. Studi yang dilakukan oleh Teresa Hayter dan Cheryl Payer sepakat
bahwa utang luar negeri kurang lebih sama dengan imperialisme terhadap negara-negara
berkembang, karena mereka sengaja dijebak (trap) untuk masuk dalam jeratan utang luar
negeri yang sebagian besar terdiri dari barang-barang jasa asing (Arief, 2001a: 16). Alesiana,
Dollar, dan reno memperkuat study hayter dan payer (Wahyu, 2012, Vol.3, 454).
Beban pembayaran cicilan serta bunga pemerintah yang semakin tahun bertambah
banyak semakin memberatkan posisi indonesia. Secara tidak langsung masyarakat telah
terkena dampak dari permasalahan ini. Pasalnya dengan bertambah banyaknya jumlah cicilan
serta bunga utang luar negeri tentunya akan mempengaruhi pengeluaran proporsi pos-pos
untuk kesejahteraan masyarakat langsung. Dampak lain yang terjadi menyebabkan nilai
tukar rupiah terhadap dollar akan semakin menurun dibandingkan dengan nilai mata uang
negara lain. Pada akhirnya akan terjadi inflasi yang akan meningkatkan biaya hidup
masyarakat dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.
Utang luar negeri selama bertahun tahun telah membelenggu indonesia. Permasalahan
ini bermula dari utang yang bertujuan sebagai dana pelengkap pembangunan ekonomi telah

berubah menjadi dana utama untuk menutupi defisit APBN. Cepat serta mudahnya menutupi
defisit APBN, membutakan pemerintah bahwa hal tersebut adalah utang. Suatu saat nanti
akan ditagih oleh pemiliknya. Pemerintah lupa bahwa utang akan sangat mengikat dan
memberatkatkan indonesia. Jika terus menerus dililit dengan beban utang yang terus
meningkat. Tidak pula bisa dipastikan kapan akan terlepas dari jerakatannya yang telah
merenggut hak-hak masyarakat untuk hidup sejahtera.
Berdasarkan kajian ekonomi islam, utang luar negeri pemerintah dapat digolongkan
kepada utang yang mengandung Riba Nasi’ah. Utang luar negeri yang menjerat Indonesia
disebabkan oleh bunga yang terjadi karena adanya penangguhan waktu pembayaran utang
dalam bentuk mata uang asing (Winda, 2016, Vol. 1, No. 1, 4). Pemerintah pada keadaan
seperti ini terpaksa mengajukan pinjaman kembali untuk menutupi utang luar negeri
sebelumnya dengan mengajukan pinjaman yang baru. Sistem utang yang seperti ini dapat
digolongkan pada riba nasi’ah yaitu suatu transaksi utang piutang yang didalamnya
mensyaratkan adanya penambahan dana dari pokok pinjaman. oleh pihak yang memberikan
pinjaman dalam bentuk utang dengan penambahan waktu. Riba ini telah terjadi pada
masyarakat jahiliyah arab yang gemar meminta tambahan pengembalian dana dengan
penambahan waktu. Cara seperti ini seolah-olah menolong. Akan tetapi seiring berjalannya
3

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

waktu semakin lama dan utang makin menumpuk pada akhirnya akan sangat menjerat pihak
peminjam.
Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 275

‫ن ُا ذلل ُ ي‬
ِ‫ذي‬
‫كمَا ُي ي م‬
‫ن ُالرريبوُا ُيل ُي ي م‬
‫م ُال ل ذ‬
‫موُ ي‬
‫ن ُييأَ ُك مل موُو ي‬
‫قوُ م‬
‫قوُ م‬
‫ال لذ ذي و ي‬
‫ييتَخبطه ُالشيطان ُمن ُالمَس ُـ ُذالك ُبأَنهم ُقالوُ ُانمَا‬
‫البيع ُمثل ُالربوُاـ ُواحل ُالله ُالبيع ُوحرم ُالربوُا ُـ‬
‫فمَن ُجاء ُه ُموُعظة ُمن ُربه ُفانتَهى ُفله ُما ُسلف ُـ‬
‫وأمره ُالى ُالله ُـ ُومن ُعاد ُفأَلئك ُاصحب ُالنار ُـ ُهم‬
٢٧٥ُ ‫فيها ُخلدون‬
“ orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila – yang demikian itu karena
mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat peringatan
dari tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi
miliknya- dan maka urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi,
mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” ( Q.S. Al-Baqarah 275)
Riba seperti yang disebutkan diatas adalah golongan Riba Nasi’ah. Oleh karena itu
Riba Nasi’ah dihukumi haram sesuai dengan ketetapan Nash Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan
Qiyas. Utang luar negeri Indonesia adalah riba nasi’ah. Korelasi antara utang luar negeri
dengan riba nasi’ah yaitu dalam bentuk transaksi yang merupakan utang piutang yang
memiliki persyaratan bunga dalam pengembaliannya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Kualitatif.
Metode pendekatan kualitatif adalah suatu riset yang bersifat deskriptif serta cebderung
menggunakan analisis dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini proses lebih dipentingkan
dari pada hasil serta analisis cenderung dilakukan secara analisa induktif. Dalam
pengumpulan data. Tekni yang digunakan adalah studi kepustakaan. Merupakan suatu
metode pengumpulan data dengan megadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,
literatur-literatur, catatan-catatan, laporan-laporan, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
masalah yang akan dipecahkan.
HASIL PENELITIAN
Peran Utang Luar Negeri Perspektif Konvensional

4

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

Indoneia dikategorikan sebagai negara dunia ketiga. Artinya masih dalam
perkembangan atau negara berkembang. Tidak semua negara yang dikategorikan sebagai
negara ketiga merupakan suatu negara yang miskin. Kebanyakan dari negara dunia ketiga
banyak memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia. Namun, sumber daya yang
ada tersebut belum digunakan secara sempurna. Dalam hal pendidikan dan kemampuannya
belum mampu untuk memberikan sumbangsi yang besar terhadap pembangunan ekonomi
negara. Pada negara berkembang masalah utama yan sering dihadapi adalah pada kurangnya
ketersediaan modal. Pendapatan perkapita penduduk yang rendah semakin memperparah
kekurangan ketersediaan modal. hal ini akan mempengaruhi penghasilan pajak pemerintah.
Jika ini terjadi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akan mengalami defisit
pendapatan.
Kebijakan yang dianggap paling sesuai untuk mengatasi kurangnya ketersediaan
modal atau dana adalah dengan melakukan pinjaman luar negeri. Banyak ahli yang
mendukung perlunya utang luar negeri karena akan memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat sebaliknya (Arief,
2001a: 18). Menurut beberapa ahli yang pro perlunya utang luar negeri. Beranggapan bahwa
apabila suatu negara mempunyai profil yang wajar atau yang diinginkan (a desirable debt
profile) maka negara tersebut tidak perlu mengkhawatirkan eksistensi utang sebagai salah
satu pendukung keberhasilan pembangunan. Jika utang tidak terlalu besar. Hal ini tidak akan
mengancam kestabilan makro ekonomi negara. Sedangkan beberapa dari para ahli yang
yang kontra terhadap utang luar negeri mengatakan. Bahwasanya utang luar negeri hanya
akan menjadi bumerang bagi negara penerima. (Arief, 2001a: 18).
Setidaknya terdapat dua penjelasan teori-teori konvensional mengenai urgensitas
utang luar negeri bagi pembangunan ekonomi. Teori pertama mengatakan, utang luar negeri
adalah seperti halnya investasi asing. Ini diperlukan untuk menutup saving gap (Muhaimin,
2010). Ketika APBN mengalami defisit sehingga tidak mencukupi untuk melakukan
pembangunan. Utang luar negeri digunakan untuk menutup saving gap tersebut. Teori yang
kedua menjelaskan tentang fenomena utang luar negeri dari sisi neraca pembayaran.
Fungsinya mengakomodasikan kepentingan neraca berjalan yang bersifat otonom. Ketika
neraca berjalan mengalami defisit maka akan dkompensasikan dalam utang luar negeri
kedalam neraca modal. Jika hal ini terjadi maka utang luar negeri dapat di jadikan sebagai
gap filling yaitu mengisi gap akibat dari terjadinya defisit neraca berjalan.
Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia
Instrumen utang luar negeri (ULN) digunakan untuk mempercepat pembangunan
perekonomian negara, ULN dimasukkan kedalam APBN sebagai penerimaan pemerintah
setiap tahun. Meskipun menjadi suatu komponen yang penting dalam pembangunan. ULN
harus digunakan secara selaras untuk pembiayaan proyek-proyek produktif dan juga
bermanfaat.
Pada awalnya ULN lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Dengan semakin
pesatnya pembangunan. Keterbatasan pemerintah sebagai penggerak utama pembangunan
nasional. Pemerintah semakin ketergantungan pada utang luar negeri. Alasan yang paling
mendasar dibutuhkannya ULN dikarenakan tidak cukupnya domestik saving (tabungan
domestik) yang dimiliki negara.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh kementrian keuangan. ULN terus mengalami
peningkatan. Tercatat mulai dari tahun 1997, ULN pemerintah barada pada posisi USD 53.
865 milliar. Pada tahun 2001 ULN pemerintah mengalami penurunan 1,10% menjadi USD
5

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

69.404 milliar. Tahun 2002 ULN pemerintah mengalami peningkatan kembali. Hal ini
disebabkan pemerintah menambah ULN baru. Pada tahun ini posisi ULN pada USD 74.723
mulai dari angka ini sampai beberapa tahun selanjutnya mengalami kenaikan dan bertambah
banyak. Meskipun sempat turun pada tahun 2006. Namun, hanya penurunan yang sedikit.
Hingga sampai tahun 2016 posisi ULN pemerintah Indonesia mencapai angka USD
317.086 atau setara dengan Rp 4.251 trilliun dengan kurs tukar rupiah pada Rp. 13.408.
kondisi seperti ini berdasarkan analisa keuangan bahwasanya masih dalam kondisi yang
wajar. Hal tersebut dikarenakan porsi nilai ULN Indonesia hanya 30% dari PDB. Meskipun
demikian hal ini tetap berbahaya bagi stabilitas sistem keuangan yang dapat terjadi masalah
sewaktu-waktu.
Dampak Utang Luar Negeri Bagi Pembangunan Ekonomi
Utang luar negeri merupakan salah satu komponen dalam APBN Idonesia.
Instrumen ini terjadi sebagai penutup defisit APBN. Meskipun tujuan adanya utang ini baik
untuk pembangunan ekonomi negara. Namun jika tidak diperhatikan secara serius akan
memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian. Selain itu juga pada saat ini ULN
Indonesia telah menjadi faktor pengganggu stabilitas APBN. Pasalnya akhir-akhir ini ULN
belum mampu mengangkat pembangunan ekonomi indonesia menjadi negara maju. Selain
itu, beban cicilan pokok pemerintah tahun 2016 menggelontarkan uang sebesar Rp. 398,1
trilliun untuk membayar cicilan pokok serta bunga ULN. Jumlah sebesar itu setara dengan
36,8% dari jumlah penerimaan negara pada akhir tahun 2016.
Dalam jangka panjang, apabila ULN tidak dibenahi. Selain akan merusak tatanan
ekonomi negara. Juga akan membuat beban psikologis negara menjadi ketergantungan
dengan ULN. Selain itu beban ekonomi yang harus diterima rakyat sudah merenggut
kesejahteraan mereka. Faktor ULN tersebut telah menyebabkan dampak negatif. Tidak
hanya pada sisi teknis. Dampak negatif ULN tersebut telah menjalar hingga ke aspek-aspek
non-ekonomi terutama kerusakan birokrasi, iklim usaha, in-efisiensi dan sebaginya.
Tidak efektifnya ULN sebagai pemacu pembangunan ekonomi nasional disebabkan
oleh empat faktor (Arief, 2001a: 19). Pertama, ULN tidak dialirkan kepada kegiatan
produkif. Ketika ULN dialirkan pada kegiatan yang produktif akan mendapatkan produkproduk yang bisa diekspor. Dengan danya produk tersebut akan menghasilkan keuntungan
sebagai penambah penerimaan anggaran pemerintah serta mebiayai pokok cicilan ULN.
Kedua, hutang luar negeri dikorupsi oleh pejabat dan antek-anteknya. Pejabat yang telah
disumpah sebagai wakil dari rakyat malah gelap mata. Mereka justru tidak berfikir dengan
beban yang akan ditanggung oleh rakyat. Sebasar 30% dana pinjaman dari luar negeri di
korupsi untuk kepentingan pribadi. Ketiga, pemerintah belum mampu memanfaatkan ULN
secara efektif dan efisien. Fokus pemerintah terhadap pengelolaan dana ULN dianggap
kurang. Pasalnya pemerintah lebih menggunakan dana ULN untuk sektor konsumsi.
Seharusnya fokus pemerintah lebih ditekankan pada penciptaan lapangan pekerjaan,
penurunan tingkat kemiskinan, dengan menciptakan pelatihan ekonomi kreatif serta
perbaikan kualitas hidup. Keempat, moral hazard para penguasa. Sehingga tidak ada
dorongan untuk melunasi ULN. Mereka berfikir bahwa itu adalah bukan tanggungannya.
Karena Moral hazard yang seperti ini berfikiran, pengambilan resiko yang nantinya
ditanggung oleh orang lain inilah penyebab ULN Indonesia tak kunjung usai.
Pandangan Ekonomi Isalm Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya
Ekonomi islam dalam sistemnya berusaha memecahkan masalah dengan menempuh
jalan tengah antara kapitalis dan komunis. Dalam hal ini pengambilan keputusan suatu
6

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

tindakan ekonomi tolak ukurnya adalah Al-Qur’an dan hadist. Pada zaman Rasulullah
SAW tidak mengenal adanya kebijakan Utang Luar Negeri (ULN). Namun bukan berarti
tidak terjadi krisis fiskal pada masa pemerintahan Rasulullah. Hanya saja Rasulullah dalam
pemerintahannya tidak menggunakan instrumen kebijakan utang. Krisis pertama yang
dialami oleh umat islam adalah pada perang tabuk. Ketika itu masa paceklik. Tuntutan
kebutuhan peralatan perang semakin banyak. Akan tetapi dana untuk pembutan atau pun
untuk membelinya tidak tersedia. Sehingga negara memungut pajak kepada rakyat sebagai
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Utang merupakan sesuatu yang dibolehkan dalam islam. Dalam islam telah terdapat
prinsip-prisip dalam berhutang. Akan tetapi utang yang dilakukan oleh Indonesia telah salah
sejak awal. Sistem utang yang digunakan sama dengan sistem yang terjadi pada masa
jahiliyah arab. Mereka menetapkan bunga yang tinggi dengan penambahan jangka waktu
dalam pengembalian pembayarannya. Sistem tersebut mengandung riba. Dan riba dalam
sistem ini digolongkan sebagai riba nasi’ah. Riba Nasi’ah dihukumi haram sesuai dengan
ketetapan Nash Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Utang luar negeri Indonesia adalah
riba nasi’ah. Korelasi antara utang luar negeri dengan riba nasi’ah yaitu dalam bentuk
transaksi yang merupakan utang piutang yang memiliki pensyaratan bunga dalam
pengembaliannya dengan penambahan jangka waktu pengembalian.
Mengenai perbedaan dan perbandingan sistem keuangan pada era Rasulullah dengan
era saat ini tentu berbeda. Pada saat ini sistem keuangan telah berkembang menjadi jauh
lebih kompleks. Hal inilah yang membuatnya sangat berbeda. Menyikapi ULN Indonesia
yang mencapai lebih dari 4.000 trilliun rupiah. Dalam hal utang piutang ini islam
memberikan prinsip untuk dapat mengembalikan semangat membangun penegakkan
ekonomi menjadi jauh lebih baik.
1. Utang merupakan solusi terakhir untuk mendapatkan dana. Artinya utang hanya
boleh dilakukan jika keadaan memang benar-benar sulit. Tidak ada jalan lain untuk
mendapatkan dana selain dengan berhutang (keterpaksaan).
2. Jika terpaksa berhutang, tidak boleh berhutang diluar kemampuan. Dalam islam ini
disebut dengan Ghalabaitid Dayn atau terlilit utang.
3. Jika utang telah dilakukan. Pihak peminjam harus mengembalikan (membayar).
Rasulullah bersabda “barang siapa yang memiliki utang dan mempunyai niat untuk
membayarnya, sebesar apapun utang yang dimilikinya, maka akan sanggup
membayarnya. Namun barang siapa berhutang namun tidak ada niat membayarnya,
sekecil apapun utangnya, ia tidak akan mampu membayarnya. (M. Said, 2014)
Utang telah melilit Bangsa Indonesia sejak lama. Utang sebsar lebih dari 4.000
trilliun menjadi momok menakutkan bagi bangsa ini. Pada prinsipnya utang tetaplah utang.
Utang haruslah dibayar. Bagaimana agar dapat keluar dari jeratan utang luar negeri yang
sudah terlanjur melilit bangsa ini ? dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwasanya utang harus di
selesaikan terlebih dahulu. Islam sebagai pembawa rahmat, ketentuan hukumnya menuju
kedamaian hubungan antar manusia. Islam memandang urusan utang piutang tidak hanya
menilai dari kondisi debitur saja. Namun juga dari kondisi kreditur. Sehingga saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Al-Qur’an memberikan salah satu solusi untuk keluar dari masalah utang. Allah
berfirman yang artinya

7

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

“dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik
bagimu. Jika kamu mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah 280)
Dalam ayat diatas telah diterangkan bagi seseorang yang memberikan hutang harus
bersabar kepada peminjam (yang berhutang). Ketika yang berhutang sedang mengalami
kesusahan. Dalam ayat ini diterangkan untuk memberikan keringanan kepadanya. Ayat ini
jika kaitannya antar individu akan dapat direalisasikan dengan baik. Namun jika konteksnya
adalah negara. Kemungkinan diterapkan juga dapat terjadi. Jika kedua negara tersebut samasama meyakini Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam hukum islam. Namun utang piutang
Negara Indonesia tidak hanya pada negara yang mayoritas penduduknya beragama islam.
Melainkan juga bekerjasama dengan negara yang bermayoritas non-muslim yang dalam
negaranya menerapkan sistem kapitalis konvensional. Sehingga persentase kemungkinan
terealisasi sangat kecil. Alternatif lain yang dapat diterapkan yang diberikan oleh ekonomi
islam adalah diantaranya :
1. Konsep Musyarakah (Syirkah)
Yakni suatu konsep pencampuran dana yang bertujuan pada pembagian keuntungan.
Jadi pemerintah berbagi keuntungan pada lembaga keuangan Internasional seperti, IMF
dan World Bank atau dengan negara pemberi pinjaman dalam sebuah aset riil.
Keuntungan yang akan dihasilkan darinya. Dengan adanya konsep musyarakah ini akan
tercipta kerjasama yang adil. Sehingga ketika mendapat kerugian dalam kegiatan proyek
akan ditanggung barsama. Sebaliknya, jika mendapat keuntungan pula akan dibagi
bersama.
2. Konsep Mudharabah (bagi hasil)
Dalam hal ini indonesia mengajukan proposal untuk rencana proyek kepada IMF
atau World Bank atau lainnya. Kemudian dalam hal ini lembaga keuangan tersebut akan
memberikan dana 100% untuk dikelola oleh Indonesia. Dengan perjanjian nisbah yang
telah disepakati. Jika proyek tersebut menghasilkan keuntungan akan dibagi sesuai
persentase Nisbah yang telah disepakati.
Solusi diatas merupakan solusi dalam bentuk kerjasama antar kedua belah pihak.
Islam masih menawarkan teori penyelesaian krisis utang secara sosial. Jika kondisi negara
benar-benar dalam keadaan pailit (muflis). Islam memiliki dua alternatif solusi (Muhaimin,
2010)
1. Bantuan sosial dari masyarakat
Dalam hal ini masyarakat secara suka rela memberikan bantuan untuk menyelesaikan
ULN. Cara ini pernah dilakukan Rasulullah. Pada zaman Rasulullah terdapat seorang
pengusaha yang usahanya pailit dan masih menanggung utang yang sangat berat.
Kemudian Rasulullah menyeru kepada kaum muslimin untuk membantu pengusaha ini.
Meskipun belum terlunasi sepenuhnya. Namun dapat meringankan beban utang
pengusaha tersebut. (Ismail al- Kahlani, subulus salam.)
2. Bantuan dari lembaga zakat dan negara
Salah satu asnaf dalam penerima wajib zakat adalah gharimin (orang-orang yang
berhutang). Debitur yang sedang berhuang berhak mendapat bantuan dari lembaga zakat
8

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

yang ada. Dengan catatan dana tersebut benar-benar digunakan untuk mambayar cicilan
Utang Luar Negeri.
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas. Seharusnya pemerintah dalam hal ini
meninggalkan sistem utang konvensiaonal yang menggunakan riba. Karena itu sanagat
merugikan bagi pihak peminjam dana. Dengan demikian ini pemerintah seharusnya melirik
dan sadar. Bahwa seharusnya menerapkan sistem ekonomi islam dalam kebijakan
pengelolaan keuangan negara. Tampak jelas bahwa solusi yang diberikan oleh ekonomi
islam, realistis, adil, dan manusiawi serta yang paling penting maslahat bagi semua pihak
tanpa ada yang dirugikan.

Kesimpulan
Dalam hal urgensitas utang luar negeri. Para ahli pembangunan ekonomi ada yang
pro dan ada yang kontra. Dalam hal ini pendapat yang diutarakan oleh mereka tentunya
terdapat alasan tersendri. Masalah utang luar negeri indonesia yang telah mendarah daging.
Pasalnya dari runtuhnya Era Orde Baru hingga pada era sekarang ini masalah utang luar
negeri tak kunjung usai. Dan menarikanya pembahasan megenai utang luar negeri selalu
menjadi topik yang menarik untuk dibahas.
Pada dasarnya utang luar negeri memang baik kaitannya dalam peningkatan
pembangunan ekonomi negara. Jika benar-benar dilakukan secara efektif dan efisien. Serta
diselesaikan secepatnya. Agar tidak sampai berlarut-larut. Jika utang luar negeri ini tidak
dilaksanakan secara serius malah justru hanya akan menambah masalah bagi perekonomian
negara. Utang ini akan selalu melilit negara yang secara asal-asalan dalam mengatasinya.
Indonesia sendiri telah merasakannya sendiri. Dari tahun 1997 yang mulanya utang luar
negeri sebesar USD 53.865 menjadi USD 317.086.
Keadaan sudah semakin memburuk. Alternatif solusi yang diberikan oleh ekonomi
syari’ah tentunya perlu dilirik oleh pemerintah sebagai solusi pengentasan masalah utang
luar negeri ini. Solusi yang diberikan oleh ekonomi islam terdapat dua pokok penting. Yakni
menggunakan prinsip kerjasama seperti Konsep Musyarakah dan Konsep Mudharabah atau
menggunakan prinsip sosial seperti bantuan dari masyarakat atau bantuan dari lembaga
zakat.
Daftar Pustaka
Adwin Surya Atmaja. (2000). Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia
Perkembangan Dan Dampaknya.Wonocolo: Universitas Kristen Petra.
Arief Daryanto. (2001). Masalah Utang Luar Negeri Indonesia: Masalah &
Alternatif Solusinya.Bogor: Institut Pertanian Bogor
A Tony Prasetiantoni.(2012). Hutang Luar Negeri & Pembiayaan Pembangunan Di
Indonesia. Yogyakarta: Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakanُ Publik Universitas Gajah
Mada.
Benny Setiawan Kusumo. (2008). Dampak Utang Luar Negeri Pemerintah Terhadap
Kinerja Perekonomian Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

9

Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri Serta Alternatif Solusinya -Volume 1, No. 1, Juli 2017

Muhaimin. (2010). Masalah Krisis Utang Luar Negeri Indonesia Dan Alternatif
Solusinya Dalam Perspektif Kebijakan Ekonomi Makro Islam. Banjarmasin: IAIN Antasari.
Muhammad Jundi Robbani. (2014). Utang Luar Negeri Di Pandang Dari Sudut
Islam. Bandung : Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Univeritas padjadjaran.
Muhammad Said Hannaf. (2014). Pandangan Islam Mengenai Utang Negara,
Malang: Universitas Brawijaya.
Nidya Waras Sayekti. (2015). Kebijakan Indonesia Atas Utang Luar Negeri Dari
Lembaga Keuangan Global. Peneliti Muda Ekonomi Terapan Pada Bidang Ekonomi Dan
Kebijakan Publik. Pusat Pengkajian Pengolahan Data Dan Informasi (P3DI) Sekretariat
Jenderal Dpr Ri.
Wahyu Eko Yudiatmaja. (2012). Jebakan Utang Luar Negeri Bagi Perekonomian Dan
Pembangunan Indonesia. Padang : Universitas Andalas.
Winda Afriyenis. (2016., Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Utang Luar Negeri
Pemerintah Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Padang : Universitas Putra Indonesia
YPTK.
Sumber Internet
Anggun P. Situmorang. Ini Cara Pemerintah Jokowi Agar Utang Tak Terus
Membengkak. http://www.merdeka.com, 30 mei 2017 diakses pada tanggal 30 juni 2017.
Fiki Ariyanti. Ini Rasio Utang Pemerintah RI Dari Era Soeharto Hingga Jokowi.
Bisnis.liputan6.com/read/13 februari 2017. Diakses pada tanggal 30 juni 2017.
Kata data. http://m.katadata.co.id/berita/2016/10/21. diakses pada tanggal 30 juni
2017
Okezonefinance.warisan utang negara yang turun temurun. economy.okezone.com
/read/2013/23/24. Diakses pada tanggal 30 juni 2017
www. Kemenkeu.go.id. diakses pada tanggal 30 juni 2017

10