Artikel PTK ANTI GALAU DAN STAD STUDENT

ANTI GALAU DAN STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISION) SUATU
MODEL PEMBELAJARAN BERKARAKTER KEBANGSAAN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI SOSIALISASI KELAS X
SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 PANINGGARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh :
Luluk Wulandari
(SMA 1 Paninggaran)
Pengampu Sosiologi

ABTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan mencari solusi untuk masalah dalam
pembelajaran sosiologi di kelas. Peneliti menggunakan model pembelajaran contekstual
learning tipe STAD dikombinasi dengan ANTI GALAU yang merupakan kependekan dari
Aktif, Nasionalis, Teoritis, Inspiratif, Gotong-royong, Atraktif, Luhur, Agamis dan Ulet.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitaif. Data nilai ulangan harian siswa
dihitung sebagai landasan apakah metode yang diterapkan berhasil atau tidak dilihat dari
peningkatan nilai siswa dalam beberapa siklus. Metode kualitatif digunakan dengan teknik
wawancara untuk mengetahui seberapa minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar
guru ketika menggunakan model pembelajaran ini. Setting penelitian ini dalah SMA 1
Paninggaran dengan subyek yaitu siswa kelas X. Materi sosiologi yang digunakan ketika
penelitian ini berlangsung adalah kurikulum 2006. Kriteria Ketuntasan


Minimal siswa

mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I dan siklus II . Hal tersebut ditandai dengan
nilai rata rata prasiklus 58,68 meningkat pada siklus I dengan rata rata 71,06 dan meningkat
menjadi 75,12 pada siklus II sehingga memenuhi KKM sebesar 70. Hasil analisis pengamatan
diskusi menunjukkan bahwa target penelitian sudah tercapai. Untuk kemampuan bertanya
43%, kemampuan mengemukakan pendapat, 46% , keaktifan diskusi 59% , dan kerjasama
siswa

dalam berdiskusi 46% dikategorikan baik (78 s.d. 90). Peneliti dapat memberi

kesimpulan bahwa penggunaan Cooperative Learning apapun modelnya sangat bagus untuk
membantu pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa. Penggunaan metode ceramah

yang selama ini guru gunakan, tidak kondusif apalagi untuk materi ilmu sosial yang banyak
analisis dan konsep pemahaman, guru mudah lelah dan siswa banyak yang mengantuk.
Kata kunci: STAD, ANTI GALAU, karakter kebangsaan, belajar
PENDAHULUAN
Banyak pelajar menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk

berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dan pikiran pada suatu pokok bahasan, baik yang
sedang disampaikan guru maupun yang sedang dihadapi di meja belajar. Kegiatan ini hampir
selalu dirasakan sebagai beban daripada upaya aktif untuk memperdalam ilmu.
Mereka tidak menemukan kesadaran untuk mengerjakan seluruh tugas-tugas sekolah.
Banyak diantara siswa yang menganggap, mengikuti pelajaran tidak lebih sekedar rutinitas
untuk mengisi daftar absensi, mencari nilai, melewati jalan yang harus ditempuh, dan tanpa
diiringikesadaran untuk menambah wawasan ataupun mengasah ketrampilan.
Menurunnya gairah belajar, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis, juga
berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode
pengajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang
untuk berusaha. Termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru
dan siswa.
Selama ini proses belajar mengajar di SMA 1 Paninggaran seperti yang penulis
perhatikan siswa masih sebagai penerima informasi. Mereka kurang dilibatkan dalam proses
belajar mengajar, hanya beberapa guru saja yang menerapkan pemahaman bahwa siswa dapat
dijadikan sebagai sumber belajar. Padahal sekarang banyak metode belajar yang menawarkan
berbagai macam bentuk yang semuanya menerapkan konsep bahwa siswa bukan sebagai
wadah atau bejana yang hanya dijejali ilmu saja tanpa diberi kesempatan untuk ikut
menyumbangkan kemampuannya dalam pembelajaran. Maka dari itu, penulis sangat
berminat mencoba metode belajar yang baru selain ceramah atau metode konvensional. Di

kehidupan anak muda sekarang muncul berbagai macam istilah gaul, diantaranya “galau”.
Sebutan untuk anak muda yang sedang resah, gelisah, memikirkan pujaan hatinya karena
tidak kunjung SMS, galau karena diputus pacar dan sebagainya. Penulis menangkap istilah
galau dan ditambahai kata “anti” yang berarti tidak memihak, anti galau dapat diartikan
sebagai tidak mudah resah, santai tetap enjoy menikmati pelajaran. Anti Galau merupakan
kependekan dari Aktif, Nasionalis, Teoritis, Inspiratif, Gotong-royong, Atraktif, Luhur,
Agamis dan Ulet. Metode yang utama digunakan adalah metode STAD yang cara kerjanya

melibatkan seluruh siswa dikelas, tidak hanya siswa yang pintar secara akademik saja. Anti
Galau diterapkan pada kegiatan STAD, dan kepanjangan dari Anti Galau merupakan sifatsifat karakter bangsa Indonesia dan unsur sifat-sifat modern dalam pendidikan misalnya
atraktif. Diharapkan dengan model ini siswa tetap menghormati karakter budaya bangsa
dengan tetap up to date mengikuti arus globalisasi, mampu berdiskusi dan menghargai
pendapat melalui metode STAD dan menjadi insan yang memiliki nilai-nilai dan kepribadian
yang luhur.
LANDASAN TEORI
Pada bab pendahuluan telah disampaikan bahwa model ANTI GALAU adalah
singkatan dari Aktif, Nasionalis, Terampil, Inspiratif, Gotong-royong, Atraktif, Luhur, Adil
dan Ulet. Penulis menerapkan model ini sebagai pendamping pembelajaran cooperative
learning tipe STAD. Sebelumnya, penulis telah mencoba menggunakan tipe STAD dalam
pembelajaran. Tetapi, sebagai upaya menambah semangat siswa dalam kegiatan belajar

mengajar, penulis menambahkan unsur-unsur karakter bangsa Indonesia kemudian dirangkai
menjadi sebuah gagasan yang masih “in” dikalangan siswa yang notabene merupakan usia
remaja dan dikehidupan sehari-hari seringkali mengucapkan kata-kata gaul. Galau adalah
salah satunya, dan penulis berharap siswa tidak merasakan galau ketika mengikuti pelajaran
sosiologi yang selama ini dianggap pelajaran membosankan karena banyak hafalan dan
analisis yang berparadigma ganda.
Adapun kepanjangan dan arti kata dari anti galau peneliti dapatkan dari website
artikata.com. Peneliti juga mengambilnya dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata-kata
tersebut antara lain:
a. Aktif, 1. 1 giat (bekerja, berusaha): ia -- di bidang olahraga. 2 lebih banyak
penerimaan dp pengeluaran: neraca pembayaran. 3 dinamis atau bertenaga (sbg lawan
statis atau lembam);4 mampu beraksi dan bereaksi: nitrogen --; 5 Dok mempunyai
kecenderungan menyebar atau berkembang biak (tt penyakit, sel, dsb): dia mengidap
penyakit tuberkulosis --; meng·ak·tif·kan v menjadikan aktif; menggiatkan; peng·ak·tif
n 1 yg membuat aktif; 2 Kim sesuatu, biasanya suatu katalis, yg menyebabkan zat atau
sistem

menjadi

aktif;


peng·ak·tif·an n 1 proses, cara, perbuatan menjadikan aktif; 2 Kim pengubahbentukan
enzim yg tidak aktif menjadi enzim aktif; ke·ak·tif·an n kegiatan; kesibukan
b. Nasionalis, 1. pencinta nusa dan bangsa sendiri; orang yg memperjuangkan
kepentingan bangsanya; patriot: ia adalah seorang pejuang -- sejati

c. Terampil, cakap dl menyelesaikan tugas; mampu dan cekatan; me·ne·ram·pil·kan v
membuat menjadi terampil; memberikan keterampilan; ke·te·ram·pil·an n kecakapan
untuk menyelesaikan tugas; ~ bahasa Ling kecakapan seseorang untuk memakai bahasa
dl menulis, membaca, menyimak, atau berbicara; ~ tematis Ling kesanggupan pemakai
bahasa untuk menanggapi secara betul stimulus lisan atau tulisan, menggunakan pola
gramatikal dan kosakata secara tepat, menerjemahkan dr satu bahasa ke bahasa lain,
dsb
d. Inspiratif, ilham; meng·in·spi·ra·si v menimbulkan inspirasi; mengilhami: mudahmudahan acara historis itu dapat ~ kita untuk tujuan yg lebih mulia dan besar;
meng·in·spi·ra·si·kan v menjadikan inspirasi; ter·in·spi·ra·si v telah diinspirasi; terilhami
e. Gotong-royong, 1. bekerja bersama-sama (tolong- menolong, bantu-membantu):
masyarakat berhasil membangun sebuah masjid yg megah secara --; pasir, batu kali,
dan material lainnya untuk membuat jalan itu dikumpulkan secara -- oleh warga desa;
ber·go·tong


ro·yong

v

bersama-sama

mengerjakan

atau

membuat

sesuatu;

ke·go·tong·ro·yong·an n perihal bergotong royong: cara kerja yg rasional dan efisien
akan dibina tanpa meninggalkan suasana ~
f. Atraktif, . mempunyai daya tarik; bersifat menyenangkan: pameran itu sangat-sehingga selalu dipenuhi pengunjung
g. Luhur, . tinggi; mulia: demi cita-cita yg -- , kami bersedia mengorbankan jiwa dan
raga;


me·lu·hur·kan v menganggap (memandang dsb) luhur; memuliakan;

menghormati: ~ nusa dan bangsa; ke·lu·hur·an n kemuliaan; kebesaran: terkenang
akan

~

tanah

airnya;

~

budinya

membuat

setiap

orang


meng

hor

matinya; ~ jiwa kemuliaan atau kebesaran jiwa: ~ jiwa seseorang dapat diketahui dr
tingkah lakunya
h. Adil, 1 sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak: keputusan hakim itu --; 2
berpihak kpd yg benar; berpegang pd kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenangwenang: para buruh mengemukakan tuntutan yg --; meng·a·dili v memeriksa,
menimbang, dan memutuskan (perkara, sengketa); menentukan mana yg benar (baik)
dan mana yg salah (jahat): hakim ~ perkara pembunuhan; ter·a·dil a paling (sangat)
adil;

ter·a·dili

v

dapat

diadili;


per·a·dil·an n segala sesuatu mengenai perkara pengadilan: lembaga hukum bertugas
memperbaiki ~; peng·a·dil n orang yg mengadili; hakim: pemain terkenal itu pernah
dikartumerahkan sang ~; peng·a·dil·an n 1 dewan atau majelis yg mengadili perkara;
mahkamah; 2 proses mengadili; 3 keputusan hakim: banyak yg tidak puas akan ~

hakim itu; 4 sidang hakim ketika mengadili perkara: di depan ~ terdakwa memungkiri
perbuatannya; 5 rumah (bangunan) tempat mengadili perkara: rumahnya terletak di
depan kantor ~ negeri; ~ agama badan peradilan khusus untuk orang yg beragama
Islam yg memeriksa dan memutus perkara perdata tertentu sesuai dng peraturan
perundang-undangan yg berlaku; ~ militer badan peradilan khusus yg berkuasa
memeriksa dan memutus perkara tindak pidana yg dilakukan oleh anggotaTNI; ~ negeri
badan peradilan pd tingkat pertama yg berkuasa mengadili semua perkara
penyelewengan hukum dl daerah hukumnya; ~ tinggi badan yg berkuasa mengadili
perkara banding yg berasal dr pengadilan negeri dl daerah hukumnya; ke·a·dil·an n sifat
(perbuatan, perlakuan, dsb) yg adil: dia hanya mempertahankan hak dan ~ nya;
Pemerintah

menciptakan


~

bagi

masyarakat;

~ sosial kerja sama untuk menghasilkan masyarakat yg bersatu secara organis sehingga
setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yg sama dan nyata untuk tumbuh dan
belajar hidup pd kemampuan aslinya; ber·ke·a·dil·an v mempunyai keadilan.
i. Ulet, 1 liat; kuat (tidak mudah putus, tidak getas): talinya sangat -- , terbuat dr kulit
waru; 2 tidak mudah putus asa yg disertai kemauan keras dl berusaha mencapai tujuan
dan cita-cita: musuhnya -- , perlu dilawan dng senjata yg ampuh; ke·u·let·an n perihal
ulet: krn ~ nya, ia berhasil lulus ujian sarjana.
Pembelajaran cooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam
Slavin, 1995) merupakan pembelajaran cooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru
mulai menggunakan pembelajaran cooperatif. Pembelajaran cooperatif tipe STAD terdiri dari
lima tahapan utama sebagai berikut:
1. Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan
metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai

persiapan untuk mengikuti tes berikutnya.
2. Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para
siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban,
atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerjasama dengan sebaikbaiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.
3. Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan ters
secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu.

4. Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes
yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor
rata-rata kelompok.
5. Penghargaan kelompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan
penghargaan.
Berdasarkan pengamatan dilapangan nampak bahwa pada umumnya proses belajar
mengajar Sosiologi dikelas masih berjalan monoton, konvensional, kualitas pembelajaran,
dan prestasi siswa untuk pembelajaran Sosiologi rendah. Melihat situasi yang demikian, perlu
menggalang partisipasi siswa dalam KBM baik partisipasi kontribusi maupun inisiatif. Sistem
STAD dan model ANTI GALAU diharapkan mampu memecahkan masalah ini. Metode yang
digunakan tidak lagi konvensional akan tetapi lebih bersifat variatif dan partisipatoris,
kualitas pembelajaran sosiologi meningkat, dan prestasi siswa untuk mata pelajaran sosiologi
meningkat.
Dengan demikian, gambaran pola pemecahannya tahapan ditunjukkan pada gbr.
Berikut :
A.
Keadaan
sekarang

KBM berjalan
monoton
Belum ditemukan
strategi
pembelajaran
yang tepat
Metode yang
digunakan
konvensional
Rendahnya
kualitas PBM
Rendahnya hasil
PBM

Perlakuan

Penjelasan
pembelajaran
kooperatif
Pelatihan
pembelajaran
sistem STAD dan
model anti galau
Simulasi
pembelajaran
dengan sistem
STAD dan anti
galau

Diskusi Pemecahan
masalah

Evaluasi
Awal

Hasil

Guru mampu
menerapkan
pembelajaran
dengan sistem
STAD dan model
anti galau
Kualitas KBM
meningkat
Hasil KBM
meningkat

Penerapan Model
Anti Galau dan
Metode STAD
Efek Evaluasi

Evaluasi Akhir

Gbr 1. Kerangka Pemecahan Masalah

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitaif. Data nilai ulangan harian
siswa dihitung sebagai landasan apakah metode yang diterapkan berhasil atau tidak dilihat
dari peningkatan nilai siswa dalam beberapa siklus. Metode kualitatif digunakan dengan
teknik wawancara untuk mengetahui seberapa minat siswa mengikuti kegiatan belajar
mengajar guru ketika menggunakan model pembelajaran ini. Setting penelitian ini dalah
SMA 1 Paninggaran dengan subyek yaitu siswa kelas X. Materi sosiologi yang digunakan
ketika penelitian ini berlangsung adalah kurikulum 2006.
HASIL PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa mengubah mental yang sudah membudaya tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Tugas guru tidak hanya mengajar ilmu akademik, tetapi lebih
dari itu guru juga tidak boleh menutup mata mengenai keadaan peserta didiknya dari segi
apapun, ekonomi, budaya, sosial, dan lainnya. Melalui mata pelajaran sosiologi, peneliti
berusaha mendekati siswa dengan tanpa kekerasan (non Koersif). Jika siswa mulai senang
dan berminat terhadap sebuah ilmu, maka akan ada sugesti yang akan diterima siswa dari
pengampu mata pelajaran tersebut, hal itulah yang sedang peneliti lakukan. Materi sosialisasi
dipilih karena materi ini pada dasarnya mengajarkan tentang proses belajar, membiasakan
sebuah pengetahuan apapun kepada sebuah generasi yang baru.
Guru membentuk kelas menjadi 5 kelompok, untuk mengenalkan budaya Indonesia dan
sejarah batik, maka guru sengaja memberi nama kelompok dengan nama motif batik klasik,
yaitu, Sidomukti, Sidoasih, Mega Mendung, Jlamprang, Truntum. Masing-masing kelompok
mempelajari mengenai materi sosialisasi. Guru memberikan pertanyaan dan tiap kelompok
membuat ilustrasi sosialisasi yang pernah mereka alami, dengan empat tahap sosialisasi.
Dalam kegiatan ini terdapat unsur Anti Galau, yaitu Aktif, Nasionalis, Terampil, Inspiratif,
Gotong-Royong, Atraktif, Adil, Ulet.

Tabel 1. Nilai Ulangan Harian Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II
NILAI

ULANGAN

HARIA

SIKLUS I

N
SIKLUS

PRA
SIKLU
Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Persentase
Ketuntasan
Persentase

II

S
58,68
82
41

71,06
87
53

75,12
92
59

21,8%

62,6%

90,62%

78,1%

37,5%

9,37%

Ketidaktuntasa
n

Kriteria Ketuntasan Minimal siswa mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I dan
siklus II . Hal tersebut ditandai dengan nilai rata rata prasiklus 58,68 meningkat pada siklus I
dengan rata rata 71,06 dan meningkat menjadi 75,12 pada siklus II sehingga memenuhi KKM
sebesar 70.
. Tabel 2. Hasil Analisis Pengamatan Diskusi.
No.

Jumla

Aktivitas Peserta

h

Sangat

Baik

Cukup

Baik

1
2

Siswa
32
32

Kemampuan bertanya
Kemampuan

43%
46%

47%
28%

25%
25%

3

32

mengemukakan pendapat
Keaktifan diskusi

59%

21%

18%

4

32

Kerjasama

46%

34%

18%

Hasil analisis pengamatan diskusi menunjukkan bahwa target penelitian sudah
tercapai. Untuk kemampuan bertanya 43%, kemampuan mengemukakan pendapat, 46% ,
keaktifan diskusi 59% , dan kerjasama siswa dalam berdiskusi 46% dikategorikan baik
(78 s.d. 90).
PENUTUP
Peneliti dapat memberi kesimpulan bahwa penggunaan Cooperative Learning apapun
modelnya sangat bagus untuk membantu pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa.

Penggunaan metode ceramah yang selama ini guru gunakan, tidak kondusif apalagi untuk
materi ilmu sosial yang banyak analisis dan konsep pemahaman, guru mudah lelah dan siswa
banyak yang mengantuk.
1) Penerapan model Anti Galau pembelajaran Coperative learning model STAD di kelas
X.2 sebagai alternatif dalam rangka mengembangkan pembelajaran cooperatif
(kerjasama kelompok) untuk mata pelajaran Sosiologi.
2) Kriteria Ketuntasan Minimal siswa mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I dan
siklus II . Hal tersebut ditandai dengan nilai rata rata prasiklus 58,68 meningkat pada
siklus I dengan rata rata 71,06 dan meningkat menjadi 75,12 pada siklus II sehingga
memenuhi KKM sebesar 70.
3) Pembelajaran model Anti Galau dan Coperative learning model STAD dirasakan oleh
siswa m menyenangkan dan membuat siswa aktif dalam berdiskusi dan berpendapat.

DAFTAR PUSTAKA
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University
Press.
Ibrahim, M. et, all. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negri Surabaya
Press.
Jarolimek, J. & Foster, C.D. 1976. Teaching and Learning in The Elementary School.
London: Macmillan Publishing Co., Inc.
Johnson & Johnson. 1994. Cooperatuive Learning in The Classroom. Virginia, Kosasih,
Lie, Anita. 2005. Cooperative learning, mempraktekkan Cooperative Learning di ruangruang kelas. Jakarta.Grasindo.
Sharan, Y. & Sharan, S. 1990. Group Invetigation Expands Cooperative Learning.
Educational Leadership 46(4): 17-21.
Slavin, R. E. 1992. Cooperative Learning. USA: Allyn and Bacon.