PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINE

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM SAHAM LQ45
Neni Asatuti1), Aminul Fajri2)
Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasakti Tegal
email: n_astuty@yahoo.co..id
2
Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasakti Tegal
email: aminulf@gmail.com
1

Abstract
The purpose of this study is to examine and analyze empirically the influence of intellectual
capital (VAIC) on financial performance which proxied by return on equity ratio (ROE). Samples
were financial statements of the companies belonging to the LQ45 stocks in 2010-2013. It can be
concluded that the VACA and STVA effect on financial performance (ROE).
This study proved that the intellectual capital have an important role for the creation of financial
performance and high market value. Therefore, managers should improve the efficiency of physical
capital, the efficiency of the employees management, organizational management and efficiency of
the company to improve its financial performance and market value. In the selection of the
investment, the investor can use the value of the three elements of intellectual capital to choose
which company has the potential to produce good financial performance and high market value.

Keywords: intellectual capital, VAIC, VACA, VAHU, STVA, financial performance (ROE)

1. PENDAHULUAN
Dalam dunia ekonomi, sumber daya yang
biasanya digunakan untuk menghasilkan
produk maupun jasa dapat berupa modal
(uang), tanah, bahan baku, sumber daya
manusia dan teknologi. Inovasi teknologi
dan persaingan bisnis yang ketat pada abad
ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk
mengubah cara mereka menjalankan
usahanya.
Perusahaan harus dengan cepat mengubah
strateginya dari bisnis yang didasarkan pada
tenaga kerja (labor-based business) menuju
bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge
based business), sehingga karakteristik
utama perusahaannya menjadi perusahaan
berbasis ilmu pengetahuan. Seiring dengan
perubahan ekonomi yang berkarakteristik

ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dengan
penerapan
manajemen
pengetahuan
(knowledge management), kemakmuran
suatu perusahaan akan bergantung pada
transformasi
dan
kapitalisasi
dari
pengetahuan itu sendiri.
Di Indonesia, fenomena modal intelektual
mulai
berkembang
terutama
setelah
munculnya PSAK NO. 19 (2000) tentang
aset tidak berwujud. Meskipun tidak

dinyatakan secara eksplisit sebagai modal

intelektual, namun lebih kurang modal
intelektual telah mendapat perhatian.
Salah satu sisi yang menarik terkait
dengan kegunaan modal intelektual adalah
sebagai salah satu alat untuk memprediksi
kinerja keuangan perusahaan di masa
mendatang (Ulum et al., 2008). Artinya
bahwa perusahaan yang mampu mengelola
dan memanfaatkan sumber daya strategisnya
maka perusahaan itu akan mampu
menciptakan suatu nilai tambah dan
keunggulan kompetitif sehingga akan
bermuara
pada
peningkatan
kinerja
keuangan perusahaan. Sumber daya strategis
yang dimaksud di atas dapat berupa aset
berwujud dan aset tidak berwujud. Aset tidak
berwujud di sini dapat berupa modal

intelektual perusahaan yaitu inovasi, sistem
informasi, budaya organisasi, sumber daya
manusia. Hal tersebut sesuai dengan Teori
Sumber Daya (Resourced Based Theory).
Pulic (1998) dalam Solikhah et al., (2010)
mengusulkan pengukuran secara tidak
langsung terhadap modal intelektual dengan
suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari
nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual perusahaan (Value Added
Intellectual Coefficient – VAIC™). VAIC
terdiri atas tiga komponen, yaitu VACA
1

(Value Added Capital Employed – Nilai
Tambah Modal Terpakai), VAHU (Value
Added Human Capital - Nilai Tambah
Modal Manusia), dan STVA (Structural
Capital Value Added - Nilai Tambah Modal
Organisasi). VACA merupakan indikator

efisiensi yang dihasilkan oleh modal yang
terpakai
(capital
employed).
VAHU
merupakan
indikator
efisiensi
yang
dihasilkan oleh modal manusia (human
capital). STVA merupakan indikator
efisiensi yang dihasilkan oleh modal
organisasi (structural capital).
Return on equity (ROE) merupakan salah
satu variabel kinerja keuangan yang
merepresentasikan return bagi pemegang
saham dari saham-saham umum, dan secara
umum dianggap sebagai indikator keuangan
yang penting bagi para investor.
Penelitian ini akan mengukur salah satu

modal perusahaan, yaitu modal intelektual.
Penelitian ini berusaha mengukur pengaruh
modal intelektual (dalam hal ini diproksikan
dengan VAIC yang terdiri dari VACA,
VAHU dan STVA) terhadap kinerja
keuangan (financial performance) yang
diukur dengan rasio imbal hasil terhadap
ekuitas (return on equity – ROE).
2. KAJIAN LITERATUR DAN
PEGEMBANGAN HIPOTESIS (JIKA
ADA)
Teori-teori
yang
menjelaskan
pentingnya modal intelektual diantaranya
adalah sebagai berikut:
A. Teori
Pemangku
Kepentingan
(Stakeholders Theory)

Salah satu teori yang mendasari
penelitian ini adalah Teori Pemangku
Kepentingan,
yang
lebih
mempertimbangkan
posisi
para
stakeholder yang dianggap powerfull.
Stakeholder
merupakan
individu,
sekelompok manusia, komunitas atau
masyarakat baik secara keseluruhan
maupun secara parsial yang memiliki
hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan.
Stakeholder adalah mereka kelompok
individu, organisasi, atau perusahaan yang
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh

suatu perusahaan, misalnya pemegang
saham, pelanggan/klien, karyawan, mitra
bisnis, LSM, dan masyarakat setempat

(Ernst & Young, 1999). Dengan demikian,
keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan
oleh stakeholder kepada perusahaan
tersebut.
Perusahaan hanyalah merupakan satu
bagian dari beberapa elemen yang
membentuk lingkungan kemasyarakatan
dalam sistem sosial yang berlaku.
Hubungan timbal balik antara perusahaan
dan para stakeholder akan terbentuk dari
sistem tersebut, yang berarti perusahaan
mempunyai peran ganda yang harus
dilaksanakan,
yaitu
melaksanakan

peranannya untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan sendiri sebagai sebuah entitas
ekonomi maupun stakeholder lainnya
dalam sebuah sistem sosial. Oleh karena
itu, segala sesuatu yang dihasilkan dan
dilakukan oleh masing-masing bagian dari
stakeholder akan saling mempengaruhi
satu dengan yang lainnya sehingga
tidaklah
tepat
jika
perusahaan
menyempitkan
pengertian
mengenai
stakeholder hanya dari sisi ekonominya
saja.
B. Teori Sumber Daya (Resourced
Based Theory)
Teori Sumber Daya (Resources Based

Theory) membahas bagaimana perusahaan
dapat mengolah dan memanfaatkan
sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan
akan mencapai keunggulan kompetitif
apabila perusahaan dapat mengolah dan
memanfaatkan
sumber
daya
yang
dimilikinya dengan baik.
Dalam konteks penelitian ini, Teori
Sumber Daya dapat menjelaskan bahwa
perusahaan harus dapat mengelola modal
intelektual dengan maksimal, dalam hal ini
seluruh sumber daya yang dimiliki
perusahaan, baik karyawan (human
capital), aset fisik (physical capital)
maupun organisasi (structural capital).
Apabila seluruh sumber daya intelektual
yang dimiliki perusahaan dapat dikelola

dan dimanfaatkan dengan baik maka akan
menciptakan value added bagi perusahaan
sehingga dapat berpengaruh terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan,
pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar.

2

C. Teori Modal Manusia (Human
Capital Theory)
Teori Modal Manusia berpendapat
bahwa investasi sumber daya manusia
mempunyai pengaruh yang besar terhadap
peningkatan produktivitas. Peningkatan
produktivitas tenaga kerja ini dapat
didorong melalui pendidikan dan pelatihan
Teori Modal Manusia dikembangkan
oleh Becker (1993) yang mengemukakan
bahwa investasi dalam pelatihan dan untuk
meningkatkan modal manusia adalah
penting sebagai suatu investasi dari
bentuk-bentuk modal lainnya. Tindakan
strategis
membutuhkan
seperangkat
sumber daya fisik, keuangan, manusia atau
organisasional
khusus,
sehingga
keunggulan kompetitif ditentukan oleh
kemampuannya untuk memperoleh dan
mempertahankan sumber daya (Becker
(1993); dalam Kwon, (2009)).
D. Kinerja Keuangan
Kinerja (performance) menjadi salah
satu hal yang penting bagi manajemen
karena kinerja menunjukkan hasil kerja
yang telah dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi
dalam rangka mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan
moral maupun etika. Kinerja merupakan
fungsi dari kemampuan organisasi untuk
memperoleh dan menggunakan sumber
daya dalam berbagai cara untuk
mengembangkan keunggulan kompetitif.
Menurut Hansen dan Mowen (2005)
kinerja dapat dibedakan ke dalam kinerja
keuangan dan non keuangan. Ukuran
keuangan untuk mengetahui hasil tindakan
yang telah dilakukan di masa lalu dan
ukuran keuangan tersebut dilengkapi
dengan ukuran non keuangan tentang
kepuasan customer, produktivitas dan cost
effectiveness proses bisnis/intern serta
produktivitas dan komitmen personel yang
akan menentukan kinerja keuangan masa
yang akan datang.
Ukuran keuangan menunjukkan akibat
dari berbagai tindakan yang terjadi di luar
non keuangan. Peningkatan financial
returns yang ditunjukkan dengan ukuran
ROE (return on equity) merupakan akibat
dari berbagai kinerja operasional seperti:

(1) meningkatnya kepercayaan customer
terhadap
produk
yang
dihasilkan
perusahaan,
(2)
meningkatnya
produktivitas dan cost effectiveness proses
bisnis/intern
yang digunakan
oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk
dan jasa, (3) meningkatnya produktivitas
dan komitmen personel.
Dalam penelitian ini elemen yang
digunakan adalah elemen keuangan yaitu
Return On Equity (ROE).
ROE dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =

Laba sebelum pajak
Modal sendiri

E. Modal Intelektual
Pada umumnya kalangan bisnis masih
belum menemukan jawaban yang tepat
mengenai nilai lebih apa yang dimiliki
perusahaan. Nilai lebih ini sendiri dapat
berasal dari kemampuan berproduksi suatu
perusahaan sampai pada loyalitas
pelanggan terhadap perusahaan.
Kesulitan terbesar dalam melaporkan
modal intelektual dan aktiva tidak
berwujud
lainnya
adalah
dalam
penilaiannya. Untuk itu perusahaan perlu
memberikan informasi nonfinansial yang
terkait dengan modal intelektual dan aktiva
tidak
berwujud.
Sehingga
dapat
ditemukan suatu pendekatan yang
berimbang dalam menilainya.
1. Definisi Modal Intelektual
Menurut International Federation of
Accountants (IFAC), Modal Intelektual
(Intellectual Capital) sama artinya dengan
intellectual property (hak intelektual),
intellectual asset (aset intelektual), dan
knowledge asset (aset pengetahuan).
Modal ini dapat diartikan sebagai saham
atau modal yang berbasis pada
pengetahuan yang dimiliki perusahaan.
Boda
dan
Szlávik
(2007)
mengemukakan modal intelektual sebagai
berikut:
“Intellectual capital and
intellectual assets are referring to the
same resources, therefore could be
used as synonyms, although the
“intellectual asset” label refers to the
asset side of the balance sheet while
the “intellectual capital” refers to the
3

ownership of these assets”.
2. Elemen Modal Intelektual
Sebagian
besar
peneliti
menggambarkan
modal
intelektual
menjadi 3 (tiga) bagian:
a. Human Capital
Human capital (modal manusia)
adalah modal intelektual yang
melekat pada manusia, merupakan
aset tak berwujud yang dimiliki
perusahaan
dalam
bentuk
kemampuan intelektual, kreatifitas
dan inovasi-inovasi yang dimiliki
oleh karyawannya. Human Capital
harus dikelola dan dikembangkan
oleh
perusahaan
agar
dapat
meningkatkan
kinerja.
Human
capital merupakan hal yang penting
karena human capital adalah
sumber
dari
inovasi
dan
pembaharuan.
Human
capital
merupakan
‘sumber kehidupan’ dalam modal
intelektual. Di sinilah sumber
inovasi dan pengembangan, tetapi
human capital merupakan komponen
yang sulit untuk diukur. Human
capital juga merupakan tempat
bersumbernya pengetahuan yang
sangat berguna, keterampilan, dan
kompetensi dalam suatu organisasi
atau perusahaan. Human capital
mencerminkan kemampuan kolektif
perusahaan untuk menghasilkan
solusi
terbaik
berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh
orang-orang yang ada dalam
perusahaan tersebut. Human capital
akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan
yang dimiliki oleh karyawannya.
Human capital diakui sebagai
aset tidak berwujud yang paling
besar dan paling penting dalam
sebuah orgaisasi. Hal ini bisa dilihat
dimana barang dan jasa yang
dibutuhkan
konsumen
atau
pemecahan masalah bagi konsumen
hanya bisa diselesaikan oleh
manusia. Human capital mencakup
pengetahuan kolektif, kompetensi,
pengalaman, keahlian dan bakat
manusia dalam organisasi (Ahangar,
2011).

Hal ini hampir mirip dengan
yang diungkapkan oleh Juma yaitu
bahwa human capital terdiri dari
karakteristik organisasi seperti
pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang berada pada
individu (Juma, 2009).
b. Structural Capital
Structural
capital
(modal
struktural) merupakan sarana dan
prasarana
yang
mendukung
karyawan
untuk
menciptakan
kinerja yang optimum, meliputi
struktur organisasi, paten, dan trade
mark. Modal struktural adalah
struktur
yang
memungkinkan
organisasi untuk mengeksploitasi
modal
intelektual
(intellectual
capital)-nya.
Modal
struktural
terdiri dari aset tidak berwujud yang
lengkap, seperti budaya dan
semangat organisasi, hak cipta,
merek dagang, paten, database
internal, serta sistem komputer dan
intranet perusahaan (Seetharaman et
al., 2004).
Sebuah organisasi dengan modal
struktural yang kuat akan memiliki
budaya yang mendukung yang
memungkinkan individu untuk
mencoba sesuatu, untuk gagal,
untuk belajar, dan untuk mencoba
lagi. Jika budaya terlalu memberi
sanksi terhadap suatu kegagalan,
keberhasilan yang akan dicapai akan
sedikit. Penataan aset intelektual
dengan sistem informasi dapat
mengubah pengetahuan individu
menjadi
pengetahuan
milik
kelompok. Hal ini merupakan
konsep modal struktural yang
memungkinkan modal intelektual
untuk diukur dan dikembangkan
dalam suatu organisasi. Akibatnya,
tanpa modal struktural, modal
intelektual hanya akan menjadi
modal manusia.
c. Customer capital
Customer
capital
(modal
pelanggan) dibagi ke dalam faktorfaktor yang berhubungan dengan
pasar dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan organisasi

4

internal. Customer capital juga
disebut sebagai relational capital.
Modal pelanggan merupakan
hubungan yang harmonis yang
dimiliki oleh perusahaan dengan
para mitranya, baik yang berasal dari
para pemasok yang andal dan
berkualitas, berasal dari pelanggan
yang loyal dan merasa puas akan
pelayanan
perusahaan
yang
bersangkutan,
berasal
dari
hubungan perusahaan dengan
pemerintah
maupun
dengan
masyarakat
sekitar.
Modal
pelanggan dapat muncul dari
berbagai bagian di luar lingkungan
perusahaan
yang
dapat
menambah nilai bagi perusahaan
tersebut.
F. Koefisien Nilai Tambah Intelektual
(Value Added Intellectual Coefficient
- VAIC)
Metode VAIC dikembangkan oleh
Pulic (1998) dalam Ulum (2008), didesain
untuk menyajikan informasi tentang
penciptaan nilai yang efisien (value
creation efficiency) dari aset berwujud
(tangible asset) dan aset tidak berwujud
(intangible
asset)
yang
dimiliki
perusahaan. Model ini dimulai dengan
kemampuan
perusahaan
untuk
menciptakan nilai tambah (value added VA). VA adalah indikator paling objektif
untuk menilai keberhasilan bisnis dan
menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam penciptaan nilai (value creation).
VA dihitung sebagai selisih antara output
dan input (Pulic, (1998); dalam Ulum et
al.,(2008)).
Output (OUT) mempresentasikan
revenue dan mencakup seluruh produk dan
jasa yang dijual di pasar. Input (IN)
mencakup seluruh beban yang digunakan
dalam memperoleh revenue. Satu hal yang
harus diperhatikan dalam model ini adalah
bahwa beban karyawan (labour expenses)
tidak termasuk dalam IN, karena peran
aktifnya dalam proses penciptaan nilai
(value creation), potensi intelektual (yang
direpresentasikan dengan biaya karyawan)
tidak dihitung sebagai biaya. Karena itu,
Pulic memperlakukan tenaga kerja sebagai
entitas penciptaan nilai (value creating

entity). Hasilnya adalah bahwa VA
mengekpresikan the new created wealth of
a period (Tan et al., 2007).
VA dapat dihitung dengan rumus :
VA = OUT - IN
Keterangan :
VA =Nilai Tambah (Value Added)
OUT =Output = Total Penjualan atau
total
pendapatan
dan
pendapatan lain-lain.
IN
=Input = Beban dan biayabiaya
(selain
beban
karyawan)
Metode VAIC juga dikenal dengan
nama “analisis efisiensi penciptaan nilai
(value creation efficiency analysis)”,
karena metode ini mengukur kinerja modal
fisik dan modal intelektual dengan cara
menjumlahkan tiga indikator efisiensi
sumber daya yaitu:
1. Efisiensi Modal Kerja (Capital
Employed Efficiency - VACA)
Capital Employed Efficiency (VACA)
yaitu suatu indikator nilai tambah yang
tercipta dari modal fisik yang dikelola
dengan
efisien.
Capital
employed
merupakan tipe aset berwujud yang
digunakan untuk operasional perusahaan,
seperti bangunan, peralatan, tanah, dan
teknologi yang dapat diperoleh di pasar.
Nilai Tambah Modal Kerja (Value
Added Capital Employed - VACA)
merupakan indikator value added yang
tercipta dari modal fisik yang diusahakan
dengan efisien. (Pulic (2005); dalam Ulum
et al., (2008)) merumuskan VACA sebagai
berikut:
VACA =

VA
CE

Keterangan :
VACA =Nilai Tambah Modal Kerja
(Value
Added
Capital
Employed)
VA =Nilai Tambah (Value Added)
CE =Capital Employed = Dana
yang tersedia (ekuitas)

5

2. Efisiensi Modal Manusia (Human
Capital Efficiency - VAHU)
Salah satu komponen dari modal
intelektual yang sangat menentukan modal
intelektual yang efisien adalah human
capital (modal manusia). Modal manusia
menunjukkan seberapa besar VA tercipta
dari dana yang telah ditanamkan pada
karyawan. Hubungan antara VA dengan
HC mengindikasikan kemampuan HC
untuk menciptakan nilai dalam sebuah
perusahaan (Tan, 2007).
Modal manusia sangat penting
karena merupakan sumber dari inovasi,
strategi, mimpi dari perusahaan, proses reengineering dan segala sesuatu yang
menciptakan suatu persepsi pasar yang
positif bagi perusahaan di mata pasar.
Persepsi pasar yang positif itu adalah
personal skill yang dimiliki oleh karyawan
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga
perusahaan dapat unggul dalam persaingan
dan penjualan.
Pulic (2000) dalam Ulum et al.,
(2008) merumuskan VAHU sebagai
berikut:
VAHU =

VA
HC

Keterangan :
HC = Human Capital = Beban
Karyawan
Beban karyawan dalam perhitungan
VAHU diambil dari beban gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan.
3. Efisiensi
Modal
Organisasi
(Structural Capital Efficiency STVA)
Structural capital yaitu suatu
indikator nilai tambah yang tercipta dari
modal organisasi (structural capital) suatu
perusahaan yang dikelola secara efisien.
Jika modal organisasi telah dikelola secara
efisien, maka nilai yang telah diperoleh
suatu perusahaan akan mulai bekerja
dengan
sendirinya
bagi
kemajuan
perusahaan (Roos et al., (1997); dalam
Margaretha dan Rakhman, (2006)).
Nilai tambah modal organisasi
merupakan sesuatu yang menjadikan
perusahaan tetap kokoh akibat nilai yang
telah tercapai dan perusahaan mulai
bekerja dengan sendirinya untuk kemajuan
perusahaan. Menurut Pulic (2000); dalam
Ulum et al., (2008) STVA mengukur

jumlah modal struktural (SC) yang
dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah
dari nilai tambah. SC diperoleh dengan
mengurangkan nilai tambah (value added)
dengan nilai tambah modal manusia
(human capital). Sedangkan STVA
diperoleh dengan membandingkan SC
dengan VA. STVA dapat dihitung dengan
rumus:
STVA =

SC
VA

Keterangan :
SC = VA – HC
SC

= Modal
Organisasi
(Structural Capital)

Konsep VAIC berbeda dengan
konsep akuntansi konvensional. Perbedaan
tersebut terutama pada perlakuan gaji dan
upah karyawan yang tidak diakui sebagai
biaya, melainkan sebagai investasi.
Metode VAIC memberikan kemudahan
dalam
perhitungan,
terstandarisasi,
memiliki
basis
pengukuran
yang
konsisten, serta memungkinkan analisis
komparatif antar perusahaan, antar
industri, bahkan antar negara. Selain itu,
data yang digunakan dalam perhitungan
VAIC adalah berdasarkan laporan
keuangan yang telah diaudit, sehingga
perhitungan VAIC dianggap obyektif dan
dapat diverifikasi. Pulic (2005); dalam
Ulum et al., (2008) juga berpendapat
bahwa metode VAIC dapat memberikan
solusi pengukuran modal intelektual yang
tepat.
VAIC (Value Added Intelectual
Capital) merupakan instrumen untuk
mengukur atau menilai suatu modal
intelektual dari suatu perusahaan. Untuk
mengetahui nilai dari VAIC, maka
dijumlahkan masing-masing nilai dari
variabel/komponen dari VAIC.
VAIC = VACA + VAHU + STVA
VAIC
diperoleh
dengan
menjumlahkan antar ketiga indikatornya
yaitu VACA, VAHU, dan STVA.

6

G. Indeks LQ45
Indeks LQ45 terdiri atas 45 saham
dengan likuiditas yang tinggi yang
diseleksi dengan mempertimbangkan
kapitalisasi pasar. Untuk dapat masuk
dalam pemilihan indeks LQ45, suatu
saham harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut:
1. Masuk dalam 60 besar dalam total
transaksi saham dari pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi 12 bulan
terakhir).
2. Urutan berdasarkan kapitalisasi
pasar (rata-rata nilai kapitalisasi
pasar 12 bulan terakhir).
3. Telah tercatat di Bursa Efek
Indonesia paling sedikit selama tiga
bulan.
4. Kondisi
keuangan,
prospek
pertumbuhan perusahaan, frekuensi
dan jumlah transaksi di pasar
reguler.
H. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu
mengenai modal intelektual dan hubungan
maupun pengaruhnya terhadap kinerja
perusahaan, namun belum ada kesimpulan
yang konsisten. Chen et al. (2005) meneliti
hubungan antara value creation efficiency
dengan market to book value dan financial
performance (ROE, ROA, GR, dan
employee productivity). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data
keuangan dari perusahaan publik yang
terdaftar di Taiwan Stock Exchange.
Analisis yang digunakan adalah analisis
korelasi dan regresi linier sederhana untuk
menguji hubungan dan pengaruh VAIC
dengan market value dan financial
performance dan regresi linier berganda
untuk menguji pengaruh masing-masing
komponen VAIC dengan market value dan
financial performance.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
investor memberi penilaian yang lebih
tinggi pada perusahaan yang memiliki
efisiensi modal intelektual yang lebih
besar. Perusahaan dengan VACA dan
VAHU yang lebih baik akan memperoleh
profitabilitas dan pertumbuhan pendapatan
yang lebih tinggi dalam tahun yang
bersangkutan dan tahun-tahun berikutnya.
Sedangkan STVA hanya berpengaruh
signifikan terhadap ROA dan tidak

berpengaruh
terhadap
indikator
profitabilitas yang lain.
Selanjutnya Ulum et al., (2008)
melakukan penelitian pada perusahaan
perbankan di Indonesia, yaitu “Intellectual
Capital
dan
Kinerja
Keuangan
Perusahaan: Suatu Analisis dengan
Pendekatan Partial Least Squares”.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh VAIC terhadap kinerja keuangan
sekarang dan masa depan. Akan tetapi,
tidak ada pengaruh ROGIC (rate of growth
of a company’s IC) terhadap kinerja
keuangan perusahaan masa depan.
Solikhah et al. (2010) juga melakukan
penelitian tentang implikasi intellectual
capital terhadap financial performance.
Hasilnya menunjukkan bahwa Modal
Intelektual terbukti signifikan berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan
nilai pasar perusahaan. Kontribusi Modal
Intelektual terhadap kinerja keuangan,
pertumbuhan perusahaan dan nilai pasar
perusahaan berbeda untuk masing-masing
industri. Namun perbedaan tersebut tidak
besar dikarenakan seluruh industri masih
dalam rumpun yang sama yaitu perusahaan
manufaktur.
Uadiale dan Uwuigbe (2011) meneliti
hubungan modal intelektual dan kinerja
bisnis. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah komponen modal
intelektual dan variabel kinerja bisnis yang
diambil dari laporan keuangan 32
perusahaan di Nigeria pada tahun 2011.
Komponen dan variabel tersebut adalah
human capital, structural capital, customer
capital, return on assets (ROA) dan return
on equity (ROE). Penelitian menggunakan
SPSS Version 17.0 untuk menguji
hubungan modal intelektual dan kinerja
bisnis yang diukur dengan ROA dan ROE.
Hasilnya
menunjukkan
bahwa
IC
mempunyai hubungan yang positip dan
signifikan dengan kinerja organisasi bisnis
di Nigeria.
3. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif
yaitu
penelitian
yang
menekankan pada pengujian teori-teori
melalui pengukuran variabel-variabel
7

penelitian dengan angka-angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur
statistik.
B. Populasi dan Sampel
Populasi
penelitian
ini
adalah
perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2013 yang masuk
dalam kategori perusahaan LQ45. Metode
pengambilan sampel yang digunakan
adalah dengan metode Purposive Sampling
dengan kriteria:
1. Perusahaan berturut-turut menjadi
anggota saham LQ45 dari tahun
2010 sampai dengan tahun 2013.
2. Perusahaan menerbitkan laporan
keuangan per 31 Desember dan
laporan keuangan tersebut telah
diaudit.
C. Variabel Penelitian dan Pengukuran
Variabel
Berdasarkan kajian pustaka dan
penelitian terdahulu, variabel penelitian
untuk masing-masing variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Efisiensi Modal Kerja (Capital
Employed Efficiency - VACA)
VACA merupakan indikator
value added yang tercipta dari
modal fisik yang diusahakan
dengan efisien. Pulic (2005) dalam
Ulum et al. (2008) merumuskan
VACA sebagai berikut:
VACA =

VA
CE

Chen
et
al.
(2005)
merumuskan CE sebagai berikut:
CE =

Modal Fisik + Aset Keuangan
Atau

CE = Total Aset – Aset tidak berwujud
b. Efisiensi
Modal
Manusia
(Human Capital Efficiency VAHU)
VAHU merupakan indikator
nilai tambah yang tercipta dari
manusia-manusia yang bekerja di
suatu perusahaan. Pulic (2000)

dalam Ulum et al. (2008)
merumuskan
VAHU
sebagai
berikut:
VAHU =

VA
HU

c. Efisiensi Modal Organisasi
(Structural Capital Efficiency STVA)
STVA merupakan sesuatu yang
menjadikan perusahaan tetap kokoh
akibat nilai yang telah tercapai dan
perusahaan mulai bekerja dengan
sendirinya
untuk
kemajuan
perusahaan. Menurut Pulic (2000)
dalam Ulum et al. (2008), STVA
dapat dihitung dengan rumus:
STVA =

SC
VA

dimana
SC = VA – HU
2. Variabel Dependen
Kinerja Keuangan
Variabel dependen pertama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kinerja keuangan yang dikhususkan
pada rasio imbal hasil terhadap
ekuitas (Return On Equity - ROE).
ROE dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROE =

Laba sebelum pajak
Modal sendiri

D. Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji autokorelasi, uji
heterokedastisitas,
dan
uji
multikolinearitas.
2. Analisis Statistik
Metode
analisis
data
yang
digunakan adalah metode regresi
berganda. Adapun metode regresi
berganda yang digunakan dalam
penelitian ini sesuai dengan hipotesis
yang telah ditetapkan adalah sebagai
berikut:
8

Y1=α+β1 X1+β2 X2+β3 X3+e
Y2=α+β1 X1+β2 X2+β3 X3+e
3. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini uji hipotesis
yang digunakan adalah uji t untuk
menguji koefisien regresi secara
parsial dari variabel independen
terhadap variabel dependen, dengan
tingkat signifikansi sebesar 5%.
Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah:
a) H1 : VACA
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
b) H2 : VAHU
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
c) H3 :
STVA
berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
d) H4 : VACA, VAHU dan STVA
sevara
bersama-sama
berpengaruh terhadap nilai
pasar perusahaan.
Hipotesis diterima jika : nilai
signifikansi α < 5%
Hipotesis ditolak jika : nilai
signifikansi α > 5%
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis Data
1. Hasil Analisis Deskriptif
Tabel berikut merupakan hasil
analisis
statistic
deskriptif
berdasarkan pada variabel modal
intelektual, kinerja keuangan dan
nilai pasar/nilai buku.
Tabel 1. Hasil Uji Analisis Deskriptif
N
VACA
VAHU
STVA
ROE
Valid N
(listwise)

Min Max

96 .07
.96
96 1.16 12.44
96 .14
.92
96 .06
.77
96

Mean
.3805
3.1563
.5971
.3186

Standar
Deviasi
.16887
1.81394
.16303
.15316

2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil uji normalitas dengan
menggunakan uji kolmogorovsmirnov
untuk
variabel
dependen ROE menunjukkan
signifikansi sebesar 0,178. Hal
ini berarti bahwa data yang
diteliti telah terdistribusi secara
normal.
b. Hasil uji autokorelasi dengan
menggunakan run test, untuk
variable
dependen
ROE
menunjukkan nilai signifikansi
sebesar
0,084.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
nilai
residual random sehingga tidak
terjadi autokorelasi antar nilai
residual.
c. Hasil uji heteroskedastisitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan
uji
Glejser,
dimana nilai dari probabilitas
signifikansi VACA, VAHU
maupun STVA semua nilai
signifikansinya di atas tingkat
kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi tidak
mengandung
adanya
heteroskedastisitas.
d. Hasil uji multikolinieritas untuk
masing-masing variable yang
diuji menunjukkan nilai VIF
kurang dari 10 dan nilai
tolerance di atas 0,10. Dengan
demikian tidak terdapat gejala
multikolinieritas dalam model
regresi.
3. Hasil Uji Regresi
Uji regresi yang didapat dari hasil
pengolahan data ditunjukkan dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Uji Regresi Berganda
Var.
Var.
Model
Koef.
Depend. Independ.
1
ROE
(Constant)
-0,198
VACA
0,595
VAHU
0,007
STVA
0,450
Berdasarkan tabel di atas, maka
dapat diketahui persamaan regresi
pertama adalah ROE = -0,198 +
0,595VACA + 0,007VAHU +
9

0,450STVA. Nilai ROE dipengaruhi
oleh VACA, VAHU, dan STVA.
4. Hasil Uji Hipotesis
Tabel di bawah ini digunakan untuk
menjawab hipotesis pertama (H1)
sampai dengan hipotesis keenam
(H6). Berikut hasil pengujian
hipotesis :
Tabel 3. Hasil Uji t
Variabel Independen
ROE
VACA
0,000
VAHU
0,303
STVA
0,000
a. Hipotesis pertama
Hasil uji t dilihat dari tabel 3 di
atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansinya sebesar 0,000
berada di bawah 0,05, maka
VACA berpengaruh terhadap
ROE. Dengan demikian, hasil
uji ini menerima hipotesis
pertama
yang
menyatakan
bahwa VACA berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
b. Hipotesis kedua
Hasil dari uji t pada tabel 3 di
atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansinya 0,303. Karena
nilai signifikansinya berada di
atas 0,05, maka VAHU tidak
berpengaruh terhadap ROE.
Dengan kata lain, hasil uji ini
menolak hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa VAHU
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
c. Hipotesis ketiga
Hasil uji t dilihat dari tabel 3 di
atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi 0,000 berada di
bawah 0,05, maka STVA
berpengaruh terhadap ROE.
Dengan demikian, hasil uji ini
menerima hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa VACA
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
d. Hasil hipotesis keempat
Hipotesis
keempat
yang
diajukan dalam penelitian ini
(H4) menyatakan bahwa modal
intelektual (VACA, VAHU dan

STVA) secara bersama-sama
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Hasil
uji
t
menunjukkan
bahwa
nilai
signifikansi 0,000 berada di
bawah 0,05, maka modal
intelektual (VACA, VAHU dan
STVA) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Dengan
demikian,
hasil
uji
ini
menerima hipotesis keempat
yang menyatakan bahwa modal
intelektual (VACA, VAHU dan
STVA) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
B. Pembahasan
1. Pengaruh VACA terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Hipotesis pertama menyatakan
bahwa VACA berpengaruh terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t, output
perhitungan SPSS menunjukkan
bahwa VACA memiliki nilai
signifikansi 0,000 yang lebih kecil
dari tingkat signifikan 0,05. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
VACA berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Dengan
demikian,
penelitian ini menerima hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa
VACA berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Adanya pengaruh VACA terhadap
kinerja keuangan berarti perusahaan
menyadari nilai tambah yang tercipta
dari modal fisik yang dikelola dengan
efisien
dalam
menciptakan
keunggulan
kompetitif
pada
lingkungan bisnis saat ini, termasuk
di Indonesia. Aset yang dimiliki
perusahaan harus digunakan oleh
perusahaan
untuk
kegiatan
operasionalnya secara efisien untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Hal ini sesuai dengan Teori Sumber
Daya (Resourced Based Theory) yang
antara lain menyebutkan bahwa
perusahaan
akan
mencapai
keunggulan
kompetitif
apabila
perusahaan dapat mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang
10

dimilikinya dengan baik. Dengan
adanya pengaruh VACA terhadap
kinerja
keuangan
ini
berarti
perusahaan dapat mengolah dan
memanfaatkan sumber daya yang
dimilikinya, yaitu modal fisiknya.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Chen et al. (2005)
yang menyatakan bahwa masingmasing
komponen
VAIC
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan (financial performance).
Penelitian Margaretha dan Rakhman
(2006) juga menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh VAIC maupun
ketiga
komponennya
terhadap
financial performance perusahaan.
2. Pengaruh VAHU terhadap kinerja
keuangan perusahaan
Hipotesis kedua yang diajukan
adalah VAHU berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hasil
uji t atas VAHU menunjukkan bahwa
VAHU memiliki nilai signifikansi
0,303 yang lebih tinggi dari tingkat
signifikan 0,05. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa VAHU
tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Dengan
demikian,
penelitian ini menolak hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa
VAHU berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Hal ini menunjukkan bahwa
investor lebih menilai aset yang
terlihat (tangible) dan cenderung
kurang mengapresiasi aset tidak
terlihat (intangible). Dengan kata lain
investor
lebih
mengapresiasi
perusahaan dengan capital employed
yang tinggi dibandingkan dengan
human capital seperti terlihat dari
hasil hipotesis pertama di atas.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan Firer dan Williams (2003)
yang mengadopsi VAIC untuk
menguji hubungan antara modal
intelektual dengan ukuran corporate
performance
tradisional
yaitu
profitabilitas (ROE), produktivitas
(perputaran total aset), dan market
value. Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara efisiensi value

added dengan profitabilitas (ROE),
produktivitas (perputaran total aset)
dan market value secara umum
terbatas.
Berbeda dengan hasil penelitian
Chen et al. (2005) yang menguji
pengaruh masing-masing komponen
VAIC dengan market value dan
financial performance. Hasilnya
menunjukkan
bahwa
investor
memberi penilaian yang lebih tinggi
pada perusahaan yang memiliki
efisiensi modal intelektual yang lebih
besar. Perusahaan dengan VACA dan
VAHU yang lebih baik akan
memperoleh
profitabilitas
dan
pertumbuhan pendapatan yang lebih
tinggi dalam tahun yang bersangkutan
dan tahun-tahun berikutnya.
3. Pengaruh STVA terhadap kinerja
keuangan perusahaan
Hipotesis ketiga yang diajukan
adalah STVA berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hasil
uji t atas STVA menunjukkan
menunjukkan bahwa STVA memiliki
nilai signifikansi 0,000, lebih rendah
dari tingkat signifikan 0,05. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa
STVA berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Dengan
demikian,
penelitian ini menerima hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa
STVA berpengaruh terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Hal
tersebut
menggambarkan
bahwa perusahaan yang menjadi
sampel
penelitian
sudah
memperhatikan nilai tambah dari
modal organisasi. Perusahaan yang
memiliki modal organisasi yang kuat
akan
memiliki
budaya
yang
mendukung individu-individu di
dalamnya untuk mencoba hal baru
dan untuk belajar lebih banyak.
Hasil penelitian ini bisa dikatakan
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Uadiale dan Uwuigbe
(2011) yang meneliti hubungan
modal intelektual dan kinerja bisnis
dengan sampel 32 perusahaan di
Nigeria pada tahun 2011. Komponen
dan variabel yang digunakan adalah
human capital, structural capital,
11

customer capital, return on assets
(ROA) dan return on equity (ROE).
Hasilnya menunjukkan bahwa IC
mempunyai hubungan yang positip
dan signifikan dengan kinerja
organisasi bisnis di Nigeria.
4. Pengaruh
Modal
Intelektual
(VACA, VAHU, STVA) terhadap
kinerja keuangan perusahaan
Hipotesis keempat yang diajukan
adalah modal intelektual (VACA,
VAHU, STVA) secara bersama-sama
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perusahaan. Hasil uji F
menunjukkan bahwa nilai signifikansi
untuk variable dependen ROE
adalah0. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa modal intelektual
(VACA, VAHU, STVA) berpengaruh
terhadap kinerja keuangan. Dengan
demikian, penelitian ini menerima
hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa modal intelektual (VACA,
VAHU, STVA) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan (ROE).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Solikhah et al. (2010) yang
melakukan
penelitian
tentang
implikasi intellectual capital terhadap
financial performance. Hasilnya
menunjukkan
bahwa
Modal
Intelektual
terbukti
signifikan
berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan, pertumbuhan
perusahaan,
dan
nilai
pasar
perusahaan.
Kontribusi
Modal
Intelektual
terhadap
kinerja
keuangan, pertumbuhan perusahaan
dan nilai pasar perusahaan berbeda
untuk
masing-masing
industri.
Namun perbedaan tersebut tidak
besar dikarenakan seluruh industri
masih dalam rumpun yang sama yaitu
perusahaan manufaktur.
5. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. VACA
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Dalam hal ini berarti perusahaan
sampel telah menggunakan aset

fisiknya
untuk
meningkatkan
kinerja keuangan. Nilai koefisien
VACA merupakan nilai yang
tertinggi.
2. VAHU tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan
sampel
belum
memanfaatkan
modal manusia secara efisien untuk
meningkatkan kinerja keuangan.
Nilai
koefisien
VAHU
menunjukkan nilai yang terkecil.
3. STVA
berpengaruh
terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan
telah
memanfaatkan
modal
strukturalnya untuk meningkatkan
kinerja keuangan.
4. Modal Intelektual (VACA, VAHU
dan STVA) secara bersama-sama
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan perusahaan
B. Saran
1. Perusahaan yang terdaftar dalam
saham
LQ45
harus
tetap
mempertahankan
modal
intelektualnya karena investasi
pada modal intelektual menjadi
salah satu alternatif yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk
meningkatkan kinerja keuangan
dan nilai pasar.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat mempergunakan nilai modal
intelektual yang sesungguhnya
untuk mengelompokkan perusahaan
berdasarkan rumpun usaha yang
berbeda.
3. Perusahaan LQ45 yang menjadi
obyek
penelitian
harus
memperbaiki nilai dari elemen
modal intelektual, terutama modal
manusia (VAHU), sehingga akan
meningkatkan nilai dari modal
intelektual yang akan diikuti pula
oleh kinerja keuangan dan nilai
pasar perusahaan.
6. REFERENSI

Ahangar, Reza Gharoie. 2011. The
Relationship Between Intellectual
Capital and Financial Performance:
12

An Empirical Investigation in An
Iranian Company. African Journal
of Business Management. Vol. 5(1),
pp. 88-95. Available online at
http://www.academicjournals.org/A
JBM
Binney, Derek. James Guthrie,
Christina Boedker, Fouad Nagm.
2007. A Framework for Identifying
the Intangible Capital Value of ICT
Investments. 11th Pacific-Asia
Conference on Information Systems.
Available
Online
at:
http://www.ske.org.au/download/Int
angible_Capital_Value_of_ICT_Inv
estments_PACIS2007_Conf_Procee
dings_Version.pdf
Boda, György, and Peter Szlávik.
2007. Alternative Accounting to
Manage Intellectual Capital. The
Electronic Journal of Knowledge
Management. Volume 5 Issue 1, pp
7-18.
Brigham F. Eugene & Joel F.
Houston.
2004.
Manajemen
Keuangan, Edisi Kedelapan, Buku
II. Erlangga: Jakarta.
Chen, Ming Chin., Shu Ju Cheng,
Yunchan Hwang. 2005. An
empirical investigation of the
relationship between intellectual
capital and firms’ market value and
financial performance. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 6 N0. 2.
pp. 159-176.
Chrisdianto.
2009.
Peran
Pengungkapan Intellectual Capital
pada Laporan Keuangan untuk
Memprediksi Kinerja Keuangan
Perusahaan di Masa Mendatang.
Jurnal Bisnis Perspektif (BIP's).
Vol.1, No.1, hal. 52-60.
Cleary, Peter, Tom Kennedy, David
O’Donnell, Philip O’Regan, Nick
Bontis.
2007.
Positioning
Management Accounting on The
Intellectual Capital Agenda. Int. J.
Accounting,
Auditing
and
Performance Evaluation, Vol. 4,
Nos. 4/5. pp.336-359.

Ernst
&
Young,
KPMG,
PricewaterhouseCoopers and House
of Mandag Morgen. 1999. The
Copenhagen
Charter:
A
Management Guide To Stakeholder
Reporting, House of Mandag
Morgen.
Firer, Steven, dan S. Mitchell
Williams. 2003. Intellectual Capital
and Traditional Measures of
Corporate Performance. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 4, No. 3,
pp. 348-360.
Ghozali, Imam. 2006. Analisis
Multivariate
dengan
program
SPSS. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang.
Hansen, Don R., and Maryanne M.
Mowen.
2005.
Management
Accounting,
7th
Edition.
Singapore: South-Western, a
Division of Thomson Learning Inc.
Hartono, Jogiyanto. 2009. Teori
Portofolio dan Analisis Investasi .
BPFE: Yogyakarta.
Huang, Ching Choo, Robert Luther,
Michael Tayles, dan Roszaini
Haniffa. 2009. Human Capital
Disclosures
in
Developing
Countries: Figureheads and Value
Creators.
Research
Paper.
University of Bradford.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009.
Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
Iswati, Sri. 2007. Memprediksi
Kinerja Keuangan dengan Modal
Intelektual
pada
Perusahaan
Perbankan Terbuka di Bursa Efek
Jakarta. Ekuitas. Vol. 11, No.2, Hal.
159-174.
Juma, Norma. 2009. Intellectual
Capital – Performance Relationship
Among High Tech Entrepreneurial
Firms: an Exploration of The
Moderating Role of Corporate.
Governance. Available Online at:
http://usasbe.org/knowledge/procee
13

dings/proceedingsDocs/2009/Paper
ID176.pdf
Kuryanto, Benny, dan Muchamad
Syafruddin. 2008. Pengaruh Modal
Intelektual
terhadap
Kinerja
Perusahaan. Proceeding Simposium
Nasional Akuntansi XI. Pontianak.
Kusumajaya, Dewa Kadek Oka. 2012.
Pengaruh Struktur Modal dan
Pertumbuhan Perusahaan terhadap
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan
pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Thesis.
Kwon, Dae-Bong. 2009. Human
Capital And Its Measurement. The
3rd OECD World Forum on
“Statistics, Knowledge and Policy”
Charting
Progress,
Building
Visions, Improving Life. 27-30
Oktober 2009. Busan, Korea.
Margaretha,
Farah,
dan
Arief
Rakhman. 2006. Analisis Pengaruh
Intellectual Capital terhadap Market
Value dan Financial Performance
Perusahaan dengan Metode Value
Added Intellectual Coefficient.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 8,
No. 2, Hal. 199-217.
Pramelasari, Yosi Metta. 2010.
Pengaruh
Intellectual
Capital
terhadap Nilai Pasar dan Kinerja
Keuangan Perusahaan. Skripsi.
Riahi, Ahmed, dan Belkaoui. 2001.
Teori Akuntansi. Salemba Empat.
Jakarta.
Sawarjuwono,
Tjiptohadi,
dan
Agustine Prihatin Kadir. 2003.
Intellectual Capital : Perlakuan,
Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah
Library Research). Jurnal Akuntansi
& Keuangan. Vol. 5, No. 1, hal. 3557.
Seetharaman, A., Kevin Lock Teng
Low, A.S. Saravanan. 2004.
Comparative
justification
on
intellectual capital. Journal of
Intellectual Capital. Vol. 5 No. 4,
pp. 522-539.
Solikhah, Badingatus, Abdul Rohman,
dan Wahyu Meiranto. 2010.

Implikasi
Intellectual
Capital
terhadap Financial Performance,
Growth dan Market Value; Studi
Empiris
dengan
Pendekatan
Simplistic
Specification.
Proceeding Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto.
Suhardjanto,
Djoko
dan
Mari
Wardhani, 2010. Praktik Intellectual
Capital Disclosure Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
JAAI. Vol. 14 No. 1, hal. 67-80.
Szlávik, Peter. 2011. Corporate
Valuation and Intellectual Capital.
6th International Workshop on
Knowledge Management. ISBN
978-80-89306-12-1.
Tan, Hong Pew, David Plowman and
Phil Hancock. 2007. Intellectual
Capital and Financial Returns of
Companies. Journal of Intellectual
Capital. Vol. 8, No. 1, pp.79-95.
Uadiale,
Olayinka
Marte
dan
Uwalomwa
Uwuigbe.
2011.
Intellectual Capital and Business
Performance:
Evidence
from
Nigeria. Interdisciplinary Journal of
Research in Business. Vol. 1, Issue.
10, pp.49- 56.
Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali, dan
Anis Chariri. 2008. Intellectual
Capital dan Kinerja Keuangan
Perusahaan: Suatu Analisis dengan
Pendekatan Partial Least Squares.
Proceeding Simposium Nasional
Akuntansi XI. Pontianak.
Ulum, Ihyaul. 2008. Intellectual
Capital
Performance
Sektor
Perbankan
Indonesia.
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10,
No. 2, Hal 77-84.
Widjanarko,
Indra.
2006.
Perbandingan
Penerapan
Intellectual Capital Report antara
Denmark, Sweden dan Austria
(Studi Kasus Systematic, Sentensia
Q Dan Oenb). Skripsi.
Woodcock, J., H.R. Whiting. 2009.
“Intellectual Capital Disclosure by
Australian Companies”. Paper
14

accepted for presentation at the
AFAANZ Conference. Juli 2009.
Adelaide, Australia.
Yusuf dan P. Sawitri. 2009. Modal
Intelektual dan Market Performance
Perusahaan-Perusahaan
yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Proceeding PESAT (Psikologi,
Ekonomi, Sastra, Arsitektur &
Sipil) Universitas Gunadarma, hal.
49-55.

15