Persepsi Mahasiswa dalam Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Ceramah di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Persepsi
2.1.1

pengertian Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di
sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas,
menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan
definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari
sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya.
Sugihartono, dkk (2007), mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Persepsi


manusia

terdapat

perbedaan

sudut

pandang

dalam

penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau
persepsi

yang

positif

maupun


persepsi

negatif

yang

akan

mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.

8
Universitas Sumatera Utara

9

Bimo Walgito (2004), mengungkapkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus
yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu
yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan
mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan
berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama,
maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin
akan berbeda juga.
Perbedaan

tersebut

bisa dipengaruhi

oleh

banyak

faktor,

diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya.

Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu
objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan
alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya.
Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan
rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera
muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang
membukanya. Jalaludin Rakhmat (2011) menyatakan persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Universitas Sumatera Utara

10

Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap
relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan
pola, dan perhatian. Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu
kesamaan pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang
dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi
dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam

lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

2.1.2

syarat terjadinya Persepsi
Menurut Sunaryo (2010), syarat-syarat terjadinya persepsi adalah
sebagai berikut:
a. adanya objek yang dipersepsi;
b. adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam mengadakan persepsi;
c. adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus;
d. saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak,
yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.1.3

faktor yang mempengaruhi Persepsi
Menurut

Jalaludin


Rakhmat

(2011),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

11

a. faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu,
prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses
belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan
juga minat, dan motivasi;
b. faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan

dan

kebutuhan

sekitar,

intensitas,

ukuran,

keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau
ketidak asingan suatu objek.

Menurut Bimo Walgito (2004), faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. objek yang dipersepsi;
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang
bekerja sebagai reseptor.
b. alat indera, syaraf dan susunan syaraf;
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan
syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

Universitas Sumatera Utara

12

Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang
dapat membentuk persepsi seseorang.
c. perhatian;
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu
persiapan


dalam

rangka

mengadakan

persepsi.

Perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda
satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam
mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut
benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh
berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun
situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian,

perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada
dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri
seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman,
proses belajar, dan pengetahuannya.

Universitas Sumatera Utara

13

2.1.4

proses Persepsi
Menurut Jalaludin Rakhmat (2011), proses terbentuknya persepsi
didasari pada beberapa tahapan, yaitu:
a. stimulus atau rangsangan;
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada
suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. registrasi;
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah
mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang

berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.
c. interpretasi;
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang
sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang
diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara
pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

2.2 Konsep Dasar Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Santrock dan Yussen mendefinisikan belajar sebagai perubahan
yang relatif permanen karena adanya pengalaman (Sugihartono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

14

Raber mendefinisikan belajar dalam dua pengertian. Pertama, sebagai
proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat (Sugihartono, 2007). Dari berbagai definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan
dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan
bereaksi yang relatif permanen atau menetap.
Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah
khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya
hasil-hasil tertentu. Karena belajar merupakan aktifitas yang berproses dimana
yang di dalamnya terjadi perubahan yang bertahap dan perubahan-perubahan
tersebut timbul melalui fase-fase yang antara yang satu dengan lainnya
bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Bruner dalam Syah (2011), dalam proses belajar,
seorang individu menempuh tiga episode atau fase, yakni:
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi), pada tahap ini seorang
individu sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai
materi yang sedang dipelajari;
b. Fase transformasi (tahap pengubahan materi), informasi yang telah
diperoleh itu di analisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi
bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya
dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas;

Universitas Sumatera Utara

15

c. Fase evaluasi (tahap penilaian materi), seorang individu akan menilai
sendiri sampai sejauhmana pengetahuan (informasi yang telah
ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Pembelajaran menurut Sudjana dalam Sugihartono, dkk (2007) merupakan
setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat
menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Gulo dalam
Sugihartono, dkk (2011) mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha untuk
menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar.
Nasution dalam Sugihartono, dkk (2007) mendefinisikan pembelajaran
sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses
belajar.
Lingkungan dalam hal ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi
guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan
dengan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (Sugihartono, 2007).
Menurut Bigs (dalam Sugihartono dkk, 2007), definisi pembelajaran
dibagi dalam tiga pengertian, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

16

a. pembelajaran dalam pengertian kuantitatif;
Pembelajaran adalah penularan pengetahuan dari guru kepada murid.
Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.
b. pembelajaran dalam pengertian institusional;
Pembelajaran adalah penataan segala kemampuan mengajar sehingga
dapat berjalan efisien. Dalam pengertian ini guru dituntut untuk selalu siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam
siswa yang memiliki berbagai perbedaan individual.
c. pembelajaran dalam pengertian kualitatif;
Pembelajaran adalah upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar
siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar
menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa
dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.

Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan
teori belajar adalah deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori
pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan
deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memberikan proses belajar.

Universitas Sumatera Utara

17

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel
yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana seseorang belajar. Teori
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi
orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel
yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.
Teori pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan
metode pembelajaran sebagai given, dan memeriksa hasil pembelajaran
sebagai variabel yang diamati . atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai
variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung . sedangkan
teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran
ditempatkan sebagai given, dan metode yang optimal ditempatkan sebagai
variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung
(Budiningsih, 2005).
Teori preskriptif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan), sedangkan
teori deskriptif adalah goal free (untuk memeriksa hasil). Variabel yang
diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah
metode

yang

optimal

untuk

mencapai

tujuan,

sedangkan

dalam

pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati
adalah hasil sebagai efek dari interaksi antara metode dan kondisi
(Budiningsih, 2005).

Universitas Sumatera Utara

18

Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan
menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode. Dengan demikian,
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan
hasil optimal artinya adanya perubahan perilaku peserta didik meliputi seluruh
aspek, yaitu kognitif, afektif, dan motorik.
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis
media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada beberapa aspek lain
yang harus diperhatikan seperti tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon
yang diharapkan dari siswa (Arsyad, 2007).
Kegiatan belajar dan mengajar yang efektif dapat dicapai dengan cara
belajar yang benar. Untuk itu perlu dipertimbangkan beberapa hal penting
yang merupakan persiapan mutlak dalam proses pembelajaran, yaitu:
a. persiapan belajar (pre learning preparation);
Pada prinsipnya, kegiatan belajar itu harus dimulai dengan persiapan.
Sebelum belajar dimulai, persiapan harus sudah ada, misalnya tujuan
belajar untuk apa, apa yang menjadi pendahuluan belajar atau syaratsyaratnya sehingga dalam proses belajar nanti akan lancar dan dapat
dicapai tujuan yang maksimal.

Universitas Sumatera Utara

19

b. motivasi (motivation);
Berdasarkan pengalaman belajar siswa, mana yang lebih disukai agar
perhatian belajarnya dapat meningkat. Dengan kata lain, bagaimana
motivasi belajar siswa.
c. perbedaan individual (individual difference);
Dalam

penyusunan

rencana

pengajaran,

perancang

harus

mempertimbangkan dan memperhatikan perbedaan-perbedaan individual
siswa sehubungan dengan perbedaan motivasi tersebut diatas. Karena itu
harus diperhatikan bagaimana membuat desain berdasarkan pengalaman
belajar siswa yang mennyangkut empat segi, yaitu penentuan kecepatan
belajar, penentuan tingkat, penentuan kemampuan, serta bahan pelajaran
apa (materi) yang paling tepat.
d. kondisi pengajaran (instructional condition);
Prinsip belajar juga berkaitan dengan bagaimana kondisi pengajarannya.
Kondisi pengajaran yang baik sudah tentu mempengaruhi hasil belajar.
Karena itu dapat disingkat bahwa:
1) belajar akan berhasil bila tujuan telah jelas dan kegiatan belajarnya
sudah diatur sedemikian rupa sehingga mudah mencapai tujuan
belajarnya;
2) materi yang dipelajari juga teratur (sistematis) mulai dari hal-hal yang
mudah dipelajari hingga hal-hal yang kompleks.

Universitas Sumatera Utara

20

e. partisipasi aktif (active participation);
Belajar adalah kegiatan transfern of knowledge / skill yang dilakukan oleh
siswa.

Keaktifan

sepenuhnya

ada

pada

siswa.

Pendidik

hanya

menyediakan bahan dan menunjukkan cara belajar yang sebaik-baiknya.
f. cara pencapaian yang berhasil (successful achievement);
Untuk memudahkan belajar agar berhasil baik, perlu diatur sedemikian
rupa sehingga tetap merangsang siswa belajar dan menggairahkan
keseimbangan usaha.
g. hasil yang sudah diperoleh (knowledge of results);
Motivasi belajar akan bertambah bila sistem dalam belajar selalu
memdapat informasi, apakah yang sedang dipelajari dapat diketahui benar
tidaknya. Ini berarti bahwa siswa dapat mengecek sendiri kebenarannya.
Soal yang dikerjakan selalu ada kunci jawabannya. Kunci jawaban
tersebut penting untuk self-check sehingga siswa selalu mendapat
informasi dan menjadi umpan balik yang mendorong untuk maju terus.
Cara belajar dengan modul dan program instruction adalah mengikuti
prinsip belajar itu.
h. latihan (practice);
Prinsip ini sanagt berkaitan dengan prinsip knowledge of results tersebut
diatas. Sebab bila siswa dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang
telah diambil pada knowledge of results positif, maka siswa diberi
kesempatan untuk membuktikan kebenaran.

Universitas Sumatera Utara

21

Siswa

diajak

untuk

membuktikan

kebenaran

tersebut

dengan

mempraktekkan prinsip-prinsip yang sudah diketahui. Jadi pengetahuan
maupun keterampilan yang sudah didapat hendaknya disertai latihan,
praktek, dan penerapannya.
i. kadar bahan yang diberikan (rate of presenting);
Dalam memberikan bahan bacaan pada siswa hendaknya disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Untuk menghindari hal-hal yang akan
memberatkan siswa tersebut, diharapkan pengajar dapat membantunya.
Selain itu, dalam penyampaian materi perkuliahan dapat disajiakn
sedemikian rupa sehingga mengundang siswa untuk aktif berpartisipatif,
mendorong siswa untiuk membuktikan, menerapkan, mengecek sendiri
dalam mengerjakan (self-testing) dan mempraktekkan.
j. sikap pengajar (instructur’s attitude).
Sikap positif pengajar dengan segala ketulusan bimbingan, bantuan, dan
dedikasi pengabdian pengajar, sangat mempengaruhi sikap belajar siswa
(Harjanto, 2005).

Secara global, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar
dan pembelajaran, yaitu:
a. faktor internal (faktor dari dalam diri individu),

yakni keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani individu;

Universitas Sumatera Utara

22

b. faktor eksternal (faktor dari luar diri individu), yakni kondisi lingkungan
sekitar individu;
c. faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar individu yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
individu untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran
(Syah, 2011).

Secara umum, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
hendaknya mengacu pada pencapaian kompetensi yang diharapkan dari
peserta didik yaitu:
a. berfokus pada siswa (Student Centered), artinya orientasi pembelajaran
berfokus pada siswa;
b. terpadu

(Integrated

Learning),

artinya

pengelolaan

pembelajaran

dilakukan secara integratif;
c. individu (Individual Learning), artinya siswa memiliki peluang untuk
pembelajaran secara individual;
d. ketuntasan belajar (Mastery Learning), artinya pembelajaran mengacu
pada ketuntasan belajar dalam pencapaian kompetensi dasar;
e. pemecahan masalah (Problem Solving), artinya proses dan hasil mengacu
pada aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan kontekstual;

Universitas Sumatera Utara

23

f. Experience-Based Learning, artinya pembelajaran dilaksanakan melalui
pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam pencapaian kompetensi
dasar tertentu (Sanjaya, 2011).

2.3 Konsep Pembelajaran Problem Based Learning
2.3.1

defenisi Pembelajaran problem based learning
Metode pembelajaran problem based learning adalah strategi
pembelajaran

baru

yang

menitikberatkan

pembelajaran

pada

mahasiswa, pembelajaran berpusat pada mahasiswa (student centered
learning). Model pembelajaran ini dirancang untuk graduate bidang
kesehatan oleh Barrows Howard pada tahun 1969, kemudian
diadaptasi dalam bidang pendidikan. Problem based learning
merupakan model pembelajaran yang menghadapkan mahasiswa pada
masalah dunia nyata (real world) dan merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif
kepada mahasiswa.

2.3.2

karakteristik Pembelajaran Problem based learning
Menurut Arends, berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan
masalah

telah

memberikan

model

pengajaran

itu

memiliki

karakteristik sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

24

a. pengajuan pertanyaan atau masalah;
Masalah harus berakar pada kehidupan nyata mahasiswa daripada
berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu, masalah harus
dirumuskan dengan jelas dan mudah dipahami serta mencakup
seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan dan masalah
bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri.
b. berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu;
Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin
ilmu.
c. penyelidikan autentik (nyata);
Dalam penyelidikan mahasiswa menganalisis dan merumuskan
masalah,

mengembangkan

mengumpulkan

dan

dan

menganalisis

meramalkan

hipotesis,

informasi,

melakukan

eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil
akhir.
d. menghasilkan produk dan memamerkannya;
Mahasiswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk
karya.
e. kolaboratif.
Dalam hal ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan
bersama-sama antar mahasiswa (Trianto, 2010).

Universitas Sumatera Utara

25

2.3.3

teori yang melandasi Problem based learning
Dalam perkembangannya, pembelajaran problem based learning
dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan
kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Bruner.
a. Teori belajar konstruktivisme
Teori ini menyatakan bahwa mahasiswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturanaturan itu tidak sesuai lagi. Agar mahasiswa benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatunya
sendiri, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-idenya
sendiri. Menurut teori konstruktivisme ini, bahwa dosen tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada mahasiswa namun
mahasiswa juga harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya.
b. Teori perkembangan kognitif
Teori belajar kognitif pertama kali diperkenalkan oleh Piaget.
Menurutnya, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan
oleh

manipulasi

dan

interaksi

aktif

individu

dengan

lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara

26

Piaget yakin bahwa pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Teori ini
memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana
individu secara aktif membangun sistem makna dan memahami
realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka.
c. Teori penemuan Jerome Bruner
Teori belajar yang paling melandasi pembelajaran problem based
learning adalah teori belajar penemuan (discovery learning) yang
dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner
menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
akan memberi hasil yang paling baik dan pengetahuan yang benarbenar bermakna (Trianto, 2010).

2.3.4

tahap-tahap Pembelajaran Problem based learning
Pelaksanaan pembelajaran problem based learning terdiri dari 5
tahap proses, yaitu:
a. tahap pertama adalah proses orientasi peserta didik pada masalah
dimana dosen menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah dan mengajukan masalah;

Universitas Sumatera Utara

27

b. tahap kedua adalah mengorganisasi peserta didik, dimana pada
tahap ini dosen membagi peserta didik ke dalam kelompok,
membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah;
c. tahap ketiga merupakan tahap membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok, dimana dosen mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan

informasi

yang

dibutuhkan,

melaksanakan

eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah;
d. tahap keempat adalah mengembangkan dan menyajikan hasil,
dosen membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu
mereka berbagi tugas dengan sesama temannya;
e. tahap kelima merupakan tahap menganalisis dan mengevaluasi
proses dan hasil pemecahan masalah, dimana peserta didik
melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil
penyelidikan yang mereka lakukan.

2.3.5

kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Problem based learning
Sebagai suatu model pembelajaran, problem based learning memiliki
beberapa kelebihan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

28

a. menantang kemampuan mahasiswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi mahasiswa;
b. meningkatkan motivasi dan aktifitas pembelajaran mahasiswa;
c. membantu mahasiswa dalam mentransfer pengetahuannya untuk
memahami masalah dunia nyata;
d. membantu mahasiswa mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan serta
dapat mendorong mahasiswamelakukan evaluasi sendiri baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya;
e. mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk berpikir kritis dan
menyesuaikan dengan pengetahuan baru;
f. memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki di dunia nyata;
g. mengembangkan minat mahasiswa untuk terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir;
h. memudahkan mahasiswa dalam menguasai konsep-konsep yang
dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata (Sanjaya, 2011).

Disamping kelebihan di atas, pembelajaran problem based
learning (PBL) juga memiliki kelemahan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

29

a. manakala mahasiswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan

bahwa

masalah

yang

dipelajari

sulit

untuk

dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya;
b. keberhasilan pembelajaran ini membutuhkan waktu yang cukup
banyak;
c. tanpa pemahaman mengapa mereka harus berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2011).
Seperti yang telah dikemukakan di awal bahwa metode sangat
mempengaruhi

proses

pembelajaran

yang

akan

membantu

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran termasuk strategi pembelajaran problem based learning.
Beberapa metode tersebut diantaranya metode ceramah, metode demonstrasi,
metode diskusi, metode simulasi. Metode yang paling sering digunakan
adalah metode ceramah (Sanjaya, 2011).
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok
pelajar. Metode ceramah merupakan metode yang sangat sering digunakan
oleh setiap pendidik atau instruktur (Sanjaya, 2011).

Universitas Sumatera Utara

30

Hal ini disebabkan selain oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari pendidik maupun pelajar. Pendidik biasanya
belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak
melakukan ceramah. Demikian juga pelajar, mereka akan belajar manakala
ada pendidik yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah (Sanjaya,
2011).
Ada beberapa alasan mengapa metode ceramah sering digunakan. Alasan
ini sekaligus menjadi keuntungan metode ini, yaitu:
a. ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Murah dalam hal ini berarti proses ceramah tidak memerlukan peralatanperalatan yang lengkap, berbeda dengan metode yang lain seperti
demonstrasi dan peragaan. Dikatakan mudah karena memang ceramah
hanya mengandalkan suara pendidik, dengan demikian tidak terlalu
memerlukan persiapan yang rumit;
b. ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi
pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya
oleh pendidik dalam waktu yang singkat;
c. ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
Artinya, pendidik dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang
perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai;

Universitas Sumatera Utara

31

d. melalui ceramah, pendidik dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab pendidik yang memberikan
ceramah;
e. organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau
tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit (Sanjaya, 2011).
Disamping beberapa kelebihan diatas, ceramah juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu:
a. materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil ceramah akan terbatas pada
apa yang dikuasai pendidik. Kelemahan ini memang kelemahan yang
paling dominan, sebab apa yang diberikan pendidik adalah apa yang
dikuasainya;
b. ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan
terjadinya verbalisme. Verbalisme adalah “penyakit” yang sangat
mungkin disebabkan oleh proses ceramah. Oleh karena itu dalam proses
penyajiannya, pendidik hanya mengandalkan bahasa verbal dan siswa
hanya mengandalkan kemampuan auditifnya. Sedangkan disadari bahwa
setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda termasuk dalam
ketajaman menangkap materi pelajaran melalui pendengarannya;
c. pendidik yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah
sering dianggap sebagai metode yang membosankan;

Universitas Sumatera Utara

32

d. melalui ceramah sangat sulit diketahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan pendidik atau belum (Sanjaya, 2011).
Metode ceramah tidak lantas dapat dilakukan dengan begitu saja. Ada
beberapa langkah dalam menggunakan metode ceramah ini, yaitu:
a. tahap persiapan;
1) merumuskan tujuan yang ingin dicapai;
2) menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan;
3) mempersiapkan alat bantu.
b. Tahap pelaksanaan;
1) Langkah pembukaan
Langkah pembukaan dalam metode ini merupakan langkah yang
menentukan keberhasilan pelaksanaan ceramah. di tahap awal
pendidik harus meyakinkan bahwa siswa memahami tujuan yang akan
dicapai. Selanjutnya lakukan langkah apersepsi, yaitu langkah
menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran
yang akan disampaikan.
2) Langkah penyajian
Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran
dengan cara bertutur. Agar ceramah berkualitas pendidik harus
menjaga perhatian siswanya dengan cara menjaga kontak mata secara
terus menerus dengan siswa, menggunakan bahasa yang komunikatif

Universitas Sumatera Utara

33

dan mudah dicerna oleh siswa, menyajikan materi pelajaran secara
sistematis, tidak meloncat-loncat, tanggapi respon siswa dengan
segera, jagalah agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk
belajar.
3) Langkah mengakhiri atau menutup ceramah
Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan
dikuasai siswa tidak dilupakan kembali. Hal ini dapat dilakukan
dengan

membimbing

siswa

untuk

menarik

kesimpulan

atau

merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan, merangsang
siswa untuk menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi
pembelajaran yang telah disampaikan, melakukan evaluasi untuk
mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang baru
saja disampaikan (Sanjaya, 2011).

Universitas Sumatera Utara