Pengaruh Displin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah korelasional
dengan analisis kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah penelitian yang
meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional
bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab
akibat dengan variabel yang lain.
B. Lokasi Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan pada Kantor Kecamatan Pancur Batu
Kabupaten Deli Serdang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono (2005: 90) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang

ditetapkan

oleh


peneliti

untuk

dipelajari

dan

kemudian

ditarik

kesimpulannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor Camat Pancur Batu yang berjumlah
33 pegawai.
2. Sampel
Pengambilan sampel dimaksudkan sebagai representatif dari seluruh populasi,
sehingga kesimpulannya juga berlaku bagi keseluruhan populasi. Menurut Arikunto
(2003:5), apabila populasi kurang dari 100 orang maka diambil dari keseluruhannya.


29

Universitas Sumatera Utara

Namun apabila jumlah populasinya lebih dari 100 orang, maka sampel yang diambil
sebesar 10%-15%-20%-25% atau lebih.
Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan prosedur
pengambilan sampel adalah seluruh pegawai di Kantor Camat Pancur Batu

D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner, yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang
berkaitan dengan disiplin kerja dan pelayanan publik yang ditujukan kepada
pegawai negeri sipil dan masyarakat.
2. Studi dokumentasi yaitu teknik yang digunakan dengan mengambil data
berdasarkan dokumen-dokumen atau laporan-laporan yang ada pada instansi
Kantor Camat yang berhubungan dengan penelitian seperti sejarah instansi,
struktur organisasi, uraian tugas dan lain-lainnya.
3. Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak Kantor
Camat maupun masyarakat sipil yang berhubungan dengan penelitian ini dalam

hal ini dengan staf personalia.

E. Teknik Pengukuran Skor
Dengan adanya penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan
yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor dari setiap
pertanyaan. Teknik pengukuran skor yang digunakan adalah skala ordinal untuk
menilai jawaban responden yang kemudian ditransformasikan lagi menjadi skala
interval.

30

Universitas Sumatera Utara

Di dalam skala interval ada lima alternatif jawaban dimana tiap-tiap
alternatif tersebut diberikan skor dengan penilaian nilai skala sebagai berikut :
a. Untuk alternatif jawaban “a” diberi skor 5.
b. Untuk alternatif jawaban “b” diberi skor 4
c. Untuk alternatif jawaban “c” diberi skor 3
d. Untuk alternatif jawaban “d” diberi skor 2
e. Untuk alternatif jawaban “e” diberi skor 1.

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden masing-masing
variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas
intervalnya.
Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas
intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :

Maka diperoleh :

���� ��������� − ���� �������ℎ
��������� ��������
5−1
= 0,8
5

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masingmasing variabel yaitu:
Kategori

Nilai

Sangat tinggi


4,24 – 5,00

Tinggi

3,43 – 4,23

Sedang

2,62 – 3,42

Rendah

1,81 – 2,61

Samgat rendah

1,00 – 1,80

31


Universitas Sumatera Utara

F. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisa data kuantitatif yang digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan perhitungan statistik.
Adapun metode statistik yang digunakan dalam mengelola data penelitian ini
adalah sebagai berikut :

1. Koefisien Korelasi Product Moment
Teknik analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya dan tinggi
rendahnya hubungan antar variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)
(Sugiyono, 2005: 212).
Cara perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

��� =

� .∑ �� −(∑ � )(∑ �)


���� .∑ � 2 �−(∑ � )2 ���� .∑ � 2 �−(∑ �)2 �

Keterangan :

���
N

= Koefisien korelasi antara gejala x dan y
= Jumlah sampel

∑ � = jumlah skor x
∑ � = jumlah skor y

∑ �� = jumlah hasil kali antara x dan y

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel dari hasil perhitungan,

maka dapat dirumuskan dengan memberikan tiga kemungkinan mengenai
hubungan antara kedua variabel yaitu :


32

Universitas Sumatera Utara

a. Nilai��� positif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan positif dimana
kenaikan nilai variabel pertama diikuti dengan variabel yang lain.

b. Nilai ��� negatif artinya kedua variabel menunjukkan hubungan negatif dimana
kenaikan nilai variabel pertama diikuti oleh turunnya variabel kedua.

c. Nilai r sama dengan nol artinya kedua variabel tidak menunjukkan hubungan
dimana variabel pertama tetap meskipun variabel lain berubah.
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua
variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau
interpretasi angka (Sugiyono, 2005 : 149), yaitu :
Tabel 1
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien

Tingkat Hubungan


Antara 0,00 – 0,199

Sangat Rendah

Antara 0,20 – 0,399

Rendah

Antara 0,40 – 0,599

Sedang

Antara 0,60 – 0,799

Kuat

Antara 0,80 – 1,000

Sangat Kuat


Dari nilai ��� yang diperoleh dapat dilihat secara langsung melalui tabel korelasi
untuk mengetahui apakah nilai r yang diperoleh berarti atau tidak. Tabel korelasi

ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan. Ketentuannya adalah bila
�ℎ����� lebih kecil dari ������ (�ℎ����� ������ ) maka Ha
diterima.

33

Universitas Sumatera Utara

Tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r signifikan tertentu, dalam
hal ini yang signifikan 5%. Bila nilai r tersebut adalah signifikan berarti hipotesa
kerja/hipotesa alternatif dapat diterima.
Pada korelasi product moment, data harus berskala interval maka data
berskala ordinal harus ditransformasikan terlebih dahulu menjadi skala interval
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan
pada setiap butir ditentukan beberapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5

yang disebut frekuensi
b. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
proporsi,
c. Menentukan nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi
secara berurutan perkolom skor,
d. Menggunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi
kumulatif yang diperoleh,
e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan nilai tabel tinggi densitas dengan rumus:
�(�)‐

1
√2�

� �−

�2
� , −∞ < � + ∞
2

f. Menentukan nilai setiap skala untuk setiap kategori
����� =

(������� �� ����� ����� )– (������� �� ����� �����)
(���� ����� ����� �����) − (���� ����� �����)

g. Hitung skor (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui persamaan
����� = ����� ����� + |����� ����� ���| + 1

34

Universitas Sumatera Utara

Tahapan-tahapan diatas telah ditransformasikan kedalam sebuah program
MSI (Methode of Succesivbe Interval) yang dirancang oleh Drs. Rasudyn Ginting,
M.Si. Program MSI sebagai penyempurnaan dari program-program yang telah ada
sebelumnya. Mentransformasikan data skala ordinal menjadi data skala interval
yang berguna untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametrik yang mana
data setidak-tidaknya berskala interval.

2. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi (Uji “t”)
Untuk mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan yang
independen atau tidak, maka perlu dilakukan uji independen. Hipotesis yang harus
diujikan adalah Ho : ρ = 0, melawan Ha : ρ≠ 0. Dimana sampel yang diambil dari
populasi normal bervariabel dua berukuran n memiliki koefisien korelasi r, maka
dapat digunakan uji statistik t dengan rumus (Suharyadi, 2004 : 466) :

Keterangan : t = nilai hitung

�=

�√� − 2

√1 − � 2

r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah data pengamatan
Hasil �ℎ����� kemudian dikonfirmasi pada nilai ������ untuk mengetahui

sejauh mana hasil penelitian memenuhi syarat kelayakan data secara empiris.
Kriteria pengujian adalah jika harga �ℎ����� < ������ , maka hipotesis alternatif

ditolak dan jika harga �ℎ����� > ������ , maka hipotesis alternatif diterima.

Selanjutnya untuk taraf nyata = α, maka hipotesis diterima jika –�(1 − 1/2)� <

� < �(1 − 1/2)� , dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = (n-2).

Dalam hal lainnya Ho ditolak.

35

Universitas Sumatera Utara

Bentuk alternatif untuk menguji hipotesis Ho bisa Ha : ρ> 0 atau Ha : ρ<
0. Yang pertama merupakan uji pihak kanan sedangkan yang kedua merupakan uji
pihak kiri. Daerah kritis pengujian harus disesuaikan dengan alternatif yang
diambil.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Adapun rumus
koefisien determinasi “D” yaitu (Sugiyono, 2005 : 212) :
2

D = ���� � � 100%

Keterangan:

D = Koefisien determinan
��� = Koefisien korelasi product moment anatara x dengan y.
4. Regresi Linier Sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal/sebab
akibat satu variabel independen (variabel bebas) dengan satu variabel dependen
(variabel terikat). Persamaan umum regresi linier sederhana adalah (Sugiyono,
2005 : 204-206):
Y = a +bX
Keterangan:
Y = Subjek dalam variable dependen yang diprediksikan
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Angka arah atau koefisien regresi peningkatan atau penurunan variable
X = Subjek variable independen yang mempunyai nilai tertentu.

36

Universitas Sumatera Utara

Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
(∑ ��)(∑ �� 2 ) − (∑ ��)(∑ ����)
�=
�. ∑ � 2 � − (∑ ��)2
�=

� ∑ ���� − (∑ ��)(∑ ��)
� ∑ � 2 � − (∑ ��)2

37

Universitas Sumatera Utara