Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Belanja Pemeliharaan SKPD pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori
Pada landasan teori ini akan dibahas lebih lanjut mengenai teori keagenan,

anggaran belanja pemeliharaan, realisasi belanja modal, nilai buku aset tetap, dan
realisasi belanja pemeliharaan.
2.1.1 Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency relationship as a contract
under which one or more person (the principals) engage another person (the
agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some
decision making authority to the agent. Teori keagenan menggambarkan
hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan
manajemen sebagai agen. Agen adalah pihak yang dikontrak dan dibayar oleh
pihak prinsipal untuk bekerja demi kepentingan prinsipal karena itu manajemen
wajib mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada prinsipal.
Prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama jalannya suatu organisasi
dan masing-masing memiliki posisi, peran, dan kedudukan yang berbeda.

Prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi internal organisasi
sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai
informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh.
Prinsipal mengharapkan keberadaan agen sebagai penggerak organisasinya dapat
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada guna memaksimalkan
kekayaannya sebagai pemilik modal, sementara agen sebagai pengelola sumber
12

Universitas Sumatera Utara

13

daya dalam organisasi mengetahui segala potensi dan kekurangan yang ada dalam
organisasi secara lebih menyeluruh. Adanya perbedaan posisi, fungsi, tujuan,
kepentingan, dan latar belakang prinsipal dan agen berpotensi menimbulkan masalah
(conflict of interest). Teori keagenan menyatakan bahwa sulit untuk mempercayai
bahwa agen akan selalu bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga
diperlukan pengawasan dari pihak prinsipal.
Demikian juga halnya dengan pemerintah daerah, masyarakat bertindak sebagai
prinsipal dan pemerintah daerah selaku penyelenggara jalannya pemerintahan bertindak

sebagai agen. Sebagai agen, sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah daerah untuk
melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik mungkin dan pada akhirnya
melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan secara transparan kepada
masyarakat sebagai prinsipal.
2.1.2 Anggaran Belanja Pemeliharaan
Menurut Nafarin (2000) anggaran (budget) merupakan rencana tertulis mengenai
kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan
dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu. Secara lebih spesifik pada pemerintah
daerah, dokumen yang memuat anggaran pendapatan dan belanja dikenal dengan istilah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD disusun dan ditetapkan
untuk satu tahun anggaran mendatang dan memuat estimasi pendapatan dan rencana
belanja selama satu tahun.
Jika ditinjau dari proses penyusunannya, pemerintah daerah menganut sistem
demokasi (bottom up) dimana anggaran disusun mulai dari entitas akuntansi yang paling
rendah yaitu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hingga pada akhirnya

Universitas Sumatera Utara

14


dikonsolidasi menjadi Rancangan APBD dan disampaikan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) untuk ditetapkan sebagai APBD.
Dokumen anggaran pada SKPD dikenal dengan istilah Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA-SKPD) yang memuat rincian APBD secara lebih spesifik untuk
masing-masing SKPD. DPA-SKPD berisi estimasi pendapatan dan alokasi belanja
untuk

setiap

kegiatan

pada

SKPD.

Dalam

DPA-SKPD,

anggaran


belanja

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang
dan jasa. Anggaran belanja pemeliharaan termasuk dalam pos belanja barang dan jasa.
Sesuai prosedur penyusunannya, SKPD harus membuat Rencana Kebutuhan
Pemeliharaan Barang (RKPB) sebelum membuat Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
yang memuat anggaran belanja pemeliharan untuk tahun anggaran mendatang. Aset
tetap yang akan dipelihara, apa saja rincian pemeliharaannya, dan berapa biaya
pemeliharaan untuk masing-masing rincian pemeliharaan tersebut didaftarkan dalam
RKPB. Laporan aset tetap yang berisi daftar aset beserta kondisi aset dalam keadaan
yang sebenarnya di lapangan sangat diperlukan dalam pengalokasian belanja
pemeliharaan. Anggaran yang dibutuhkan untuk pemeliharaan aset tetap yang telah
didaftarkan dalam RKPB, dicantumkan dalam RKA-SKPD pada waktu penyusunan
anggaran di bawah kelompok belanja langsung, pos belanja barang dan jasa. RKASKPD dari seluruh SKPD dikonsolidasi menjadi dokumen anggaran pemerintah daerah
yaitu Rancangan APBD. Setelah Rancangan APBD disetujui dan ditetapkan menjadi
APBD, maka SKPD sebagai pengguna anggaran dapat melaksanakan program dan
kegiatan yang tercantum dalam DPA-SKPD.

Universitas Sumatera Utara


15

Dalam menyusun anggaran belanja pemeliharaan, SKPD harus dapat
mengelompokkan pengeluaran mana yang harus dimasukkan ke dalam belanja
pemeliharaan (revenue expenditure) dan belanja modal (capital expenditure). Meskipun
bukan termasuk biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset tetap baru, realisasi
capital expenditure akan menambah nilai buku aset tetap sehingga dimasukkan dalam
kelompok belanja modal. Dalam pelaksanaannya, masih sering terjadi kesalahan dalam
penyusunan anggaran dimana anggaran belanja pemeliharaan yang akan dikapitalisasi
(capital expenditure) dimasukkan dalam kelompok belanja pemeliharaan.
Anggaran belanja pemeliharaan untuk tahun anggaran mendatang seringkali
tidak memperhatikan belanja pemeliharaan yang sudah terealisasi di tahun anggaran
berjalan sehingga terjadi pembebanan anggaran pemeliharaan yang berulang dan tidak
perlu. Heiling dan Chan (2012) mengatakan bahwa dalam perkembangan hubungan
antara akuntansi dan anggaran, penyusunan anggaran tahun anggaran mendatang harus
mempertimbangkan laporan akuntansi keuangan tahun anggaran berjalan. Realisasi
belanja modal, nilai buku aset tetap, dan realisasi belanja pemeliharaan menjadi sangat
penting diperhatikan untuk dapat mengoptimalkan proses penyusunan anggaran belanja
pemeliharaan.

2.1.3 Realisasi Belanja Modal
Belanja modal adalah salah satu jenis belanja daerah dari kelompok belanja
langsung. Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dinyatakan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka
mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan propinsi atau
kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang

Universitas Sumatera Utara

16

penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama
antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Belanja

modal

adalah


pengeluaran

yang

digunakan

dalam

rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai
manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan akan digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan,
jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Dalam pengertian yang lebih luas,
belanja modal bukan hanya untuk pengadaan aset tetap baru, pengeluaran setelah
pengadaan aset tetap berupa capital expenditure juga termasuk belanja modal karena
menambah nilai buku suatu aset tetap.
Secara spesifik dalam Buletin Teknis Nomor 04 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Belanja Pemerintah, suatu belanja dapat dikategorikan sebagai belanja
modal jika:

a.

Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah,

b.

Pengeluaran tersebut melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang ditetapkan dalam kebijakan akuntansi pemerintah daerah,

c.

Perolehan aset tetap tersebut tidak dimaksudkan untuk dijual.

Selain itu, perlu juga diperhatikan bahwa komponen belanja modal untuk
perolehan aset tetap meliputi harga beli aset tetap ditambah semua biaya lain yang
dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap untuk digunakan, misalnya biaya
transportasi, biaya uji coba, dan lain-lain. Demikian juga pengeluaran untuk belanja

Universitas Sumatera Utara


17

perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset tetap atau aset lainnya, termasuk
di dalamnya biaya konsultan perencana, konsultan pengawas, dan pengembangan
perangkat lunak (software) harus ditambahkan pada nilai perolehan. Komponenkomponen tersebut harus dianggarkan dalam APBD sebagai belanja modal dan bukan
sebagai belanja operasional dengan tetap memperhatikan nilai kewajaran dan kepatutan
dari biaya-biaya lain di luar harga beli aset tetap tersebut.
Realisasi belanja modal adalah alokasi belanja modal yang telah dilaksanakan
(terealisasi). Realisasi belanja modal akan menambah nilai buku aset tetap. Perolehan
aset tetap juga memiliki konsekuensi pada beban operasional dan pemeliharaan pada
masa yang akan datang (Bland dan Nunn, 1992). Pernyataan ini sejalan dengan hasil
penelitian Abdullah dan Halim (2006) yang menunjukkan bahwa konsekuensi langsung
dari belanja modal adalah bertambahnya aset tetap dan pengalokasian belanja modal
sangat berkaitan dengan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama pembiayaan
untuk pemeliharaan aset tetap yang dihasilkan dari belanja modal tersebut. Konsep
Multi-Term Expenditure Framework (MTEF) menyatakan bahwa kebijakan belanja
modal harus memperhatikan kemanfaatan (usefulness) dan kemampuan keuangan
pemerintah daerah (budget capability) dalam pengelolaan aset tersebut dalam jangka
panjang (Allen dan Tommasi, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa realisasi belanja

modal harus diiringi dengan penambahan anggaran belanja pemeliharaan.
2.1.4 Nilai Buku Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Aset tetap pada pemerintah daerah dikenal dengan istilah Barang

Universitas Sumatera Utara

18

Milik Daerah (BMD). Permendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah mengartikan bahwa BMD adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau perolehan lainnya yang sah.
Aset tetap diklasifikasikan menjadi enam berdasarkan kesamaan dalam sifat dan
fungsinya dalam aktivitas operasi, yaitu: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta konstruksi dalam
pengerjaan. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan
memenuhi kriteria:
1.


mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan,

2.

biaya perolehan aset dapat diukur secara andal,

3.

tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas,

4.

diperoleh atau dibangun dengan tujuan untuk digunakan.

Aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional pemerintah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan
nilai tercatatnya.
Dalam penentuan besaran anggaran untuk pembelian/pengadaan aset tetap,
pemerintah daerah menetapkan Standar Satuan Harga dan Standar Satuan Biaya setiap
tahunnya yang dapat dijadikan batas maksimal harga wajar dalam menyusun anggaran
belanja modal. Realisasi belanja modal akan mengakibatkan penambahan aset tetap.
Nilai perolehan aset tetap bukan hanya dihitung dari harga realisasi pembelian aset tetap
saja namun harga beli aset tetap ditambah semua biaya lain yang dikeluarkan sampai
aset tetap tersebut siap untuk digunakan, misalnya biaya transportasi, biaya uji coba,
pengeluaran untuk biaya perjalanan dan jasa yang terkait dengan perolehan aset tetap

Universitas Sumatera Utara

19

atau aset lainnya, termasuk di dalamnya biaya konsultan perencana, konsultan
pengawas, pengembangan perangkat lunak (software), instalasi, dan lain sebagainya.
Dengan adanya penyusutan yang diterapkan dalam akuntansi berbasis akrual,
maka nilai aset tetap tidak lagi selalu sama dengan nilai perolehannya di awal. Nilai aset
tetap atau sering juga disebut nilai tercatat asset tetap dalam akuntansi akrual dikenal
sebagai nilai buku aset tetap. Nilai buku aset tetap adalah nilai aset tetap dikurang
akumulasi penyusutannya. Nilai buku aset tetap baru sebagai hasil dari realisasi belanja
modal adalah sama dengan nilai perolehan awal aset tetap tersebut. Seiring berjalannya
waktu, setiap aset tetap akan mengalami penyusutan yang akan mengurangi nilai buku
aset tetap tersebut. Nilai buku aset tetap hanya akan bertambah jika ada realisasi belanja
modal dan sebaliknya nilai buku aset tetap akan berkurang setiap tahun karena setiap
aset tetap akan mengalami penyusutan setiap tahun selama masa manfaatnya. Sesuai
dengan hasil penelitian Sidabutar dan Sinaga (2012) bahwa nilai aset tetap (untuk
penelitian ini digunakan nilai buku aset tetap) mempunyai pengaruh secara langsung
yang positif dan signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan.
2.1.5 Realisasi Belanja Pemeliharaan
Dalam Pemendagri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah dinyatakan bahwa pemeliharan merupakan kegiatan atau tindakan
agar semua barang selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat berupa:
a) Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari-hari oleh unit
pemakai/pengurus barang tanpa membebani anggaran,

Universitas Sumatera Utara

20

b) Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara
berkala oleh tenaga terdidik/terlatih yang mengakibatkan pembebanan anggaran,
dan
c) Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan sewaktuwaktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak dapat diduga sebelumnya, tetapi
dapat diperkirakan kebutuhannya yang mengakibatkan pembebanan anggaran.
Belanja pemeliharaan merupakan salah satu jenis belanja daerah dari kelompok
belanja langsung pos belanja barang dan jasa. Belanja pemeliharaan merupakan
pengeluaran yang dimaksudkan untuk memelihara dan mempertahankan aset tetap atau
aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal tanpa memperhatikan besar
kecilnya jumlah belanja. Contoh belanja pemeliharaan antara lain pemeliharaan tanah,
pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas,
perbaikan peralatan dan sarana gedung, jalan, jaringan, irigasi, peralatan mesin, dan
lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Setelah perolehan aset tetap, masih terdapat biaya-biaya lain agar aset tetap
dapat digunakan misalnya biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan (addition),
penggantian (replacement) atau perbaikan (repair). Pada dasarnya, pengeluaranpengeluaran untuk aset tetap setelah perolehan, dapat dikategorikan menjadi belanja
modal (capital expenditures) dan pemeliharaan (revenue expenditures). Revenue
expenditures adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk mempertahankan agar suatu
aset tetap dalam kondisi normal sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Revenue expenditures biasanya dianggarkan setiap tahun sebagai pengeluaran rutin
untuk pemeliharaan seperti pengecatan gedung, servis berkala kendaraan, dan servis

Universitas Sumatera Utara

21

berkala peralatan kantor sedangkan capital expenditures adalah pengeluaran setelah
perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang
kemungkinan besar menambah manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam
bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja. Capital expenditure
harus ditambahkan/dikapitalisasi pada nilai buku aset tetap yang bersangkutan.
Selain menambah manfaat dan nilai ekonomis suatu aset tetap, pengeluaran
belanja pemeliharaan diperlakukan sebagai capital expenditure jika memenuhi nilai
satuan minimum kapitalisasi (capitalization thresholds) yang ditetapkan pemerintah
daerah dalam peraturan kepala daerah tentang kebijakan kapitalisasi aset tetap. Nilai
satuan minimum kapitalisasi berbeda untuk masing-masing klasifikasi aset tetap.
Setelah ditetapkan dalam peraturan kepala daerah, nilai satuan minimum kapitalisasi
harus diterapkan secara konsisten dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK). Misalnya suatu pemerintah daerah menetapkan nilai satuan
minimum untuk pemeliharaan gedung dan bangunan sama dengan atau lebih dari
Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah), maka jika ada pengeluaran untuk renovasi satu
gedung

senilai

Rp35.000.000

(tiga

puluh

lima

juta

rupiah)

maka

harus

ditambahkan/dikapitalisasi sebesar Rp35.000.000 (tiga puluh lima juta rupiah) pada
nilai buku gedung tersebut.
Berdasarkan

uraian

di

atas

dapat

disimpulkan

bahwa

belanja

yang

diklasifikasikan sebagai belanja pemeliharaan adalah revenue expenditures. Belanja ini
seharusnya dianggarkan setiap tahun bukan hanya untuk aset tetap yang rusak tetapi
termasuk untuk barang yang baru dibeli. Meskipun dianggarkan setiap tahun secara

Universitas Sumatera Utara

22

rutin, alokasi belanja pemeliharaan untuk masing-masing aset tetap seharusnya
memperhatikan kondisi aset tetap di lapangan.
Realisasi belanja pemeliharaan adalah alokasi belanja pemeliharaan yang telah
dilaksanakan (terealisasi). Menurut Harahap (2001) bahwa dalam hubungan akuntansi
dan anggaran, realisasi tahun berjalan sangat dibutuhkan dalam penyusunan anggaran
tahun mendatang sebab dengan adanya data realisasi dapat dilakukan analisis
perbandingan dengan anggaran tahun berjalan. Jika anggaran tahun berjalan tidak
terealisasi dengan baik sesuai kebutuhan atau terdapat banyak penyimpangan maka
anggaran tahun mendatang diarahkan untuk tidak menyimpang dan lebih tepat sasaran.
Demikian juga halnya dengan hubungan realisasi belanja pemeliharaan tahun berjalan
terhadap anggaran belanja

pemeliharaan tahun mendatang,

realisasi belanja

pemeliharaan seharusnya mempengaruhi besaran alokasi belanja pemeliharaan di tahun
mendatang karena aset tetap yang sama, yang sudah dipelihara, seharusnya tidak
memerlukan alokasi belanja pemeliharaan yang sama besar setiap tahunnya. Namun,
secara umum, setiap tahun aset tetap akan membutuhkan biaya pemeliharaan yang
semakin besar karena adanya penurunan nilai dan fungsi aset tetap tersebut.
2.2

Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menganalisis dan menguji

hubungan dan pengaruh variabel-variabel independen terhadap belanja pemeliharaan
sebagai variabel dependen antara lain oleh Abdullah dan Halim (2006) yang berjudul
Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya
dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Data yang digunakan adalah
data realisasi APBD tahun anggaran 2003-2004. Sampel dalam penelitian ini adalah 20

Universitas Sumatera Utara

23

Kabupaten dan 12 Kota di beberapa Propinsi di Pulau Sumatera. Pengujian hipotesis
penelitian menggunakan model regresi sederhana. Penelitian ini menunjukkan bahwa
alokasi untuk belanja modal (X2) berasosiasi positif terhadap belanja pemeliharaan (Y)
untuk konteks pemerintahan daerah di Indonesia setelah otonomi daerah dilaksanakan
dan besaran belanja modal (X2) berasosiasi dengan pendapatan daerah (X1) yang
bersumber dari pemerintah pusat, tapi tidak dengan pendapatan sendiri.
Penelitian Purba (2013) yang berjudul Pengaruh Nilai Aset Tetap yang akan
Dipelihara dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Belanja Pemeliharaan dalam
Penyusunan APBD pada Pemerintahan Daerah di Propinsi Sumatera Utara
menggunakan data aset tetap dari neraca pemerintah daerah tahun 2011-2012 dan
APBD pemerintah daerah tahun 2012-2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 30
Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera

Utara.

Pengujian hipotesis

penelitian

menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara simultan nilai aset tetap yang akan dipelihara (X1) dan pendapatan asli daerah
(X2) berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan (Y) dan
secara parsial, nilai aset tetap yang akan dipelihara (X1) berpengaruh secara signifikan
terhadap anggaran belanja pemeliharaan (Y) tetapi pendapatan asli daerah (X2) tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap anggaran belanja pemeliharaan (Y).
Penelitian oleh Bland dan Nunn (1992) yang berjudul The Impact of Capital
Spending on Municipal Operating Budgets menunjukkan bahwa lima dari enam biaya
pemeliharaan (Y) kota (penelitian dilakukan di 48 kota besar di Amerika Serikat) yang
umum dilakukan dipengaruhi oleh realisasi belanja modal (X1) dan siklus anggaran
belanja modal dan operasional memiliki hubungan yang lebih dekat dimana belanja

Universitas Sumatera Utara

24

modal (X1) memiliki dampak yang positif dan nyata terhadap pemeliharaan (Y) di masa
depan.
Penelitian oleh Karo-Karo (2006) yang berjudul Hubungan Belanja Modal
dengan Anggaran Operasional dan Pemeliharaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota di
Pulau Jawa menggunakan data APBD pemerintah kabupaten/kota di Pulau Jawa. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa anggaran belanja modal (X1) tidak memiliki
hubungan dengan anggaran operasional dan pemeliharaan (Y) pada pemerintah
kabupaten/kota di Pulau Jawa. Temuan ini memberikan arti bahwa ketika pemerintah
daerah membuat kebijakan untuk mengalokasikan anggaran terhadap belanja modal,
tidak diiringi dengan pengalokasian anggaran yang sesuai untuk belanja operasional dan
pemeliharaan. Selain itu, ditemukan juga bahwa belanja modal (X1) dan belanja
operasional dan pemeliharaan (Y) untuk publik dan aparatur berbeda secara signifikan,
dimana belanja pelayanan publik lebih besar daripada belanja aparatur, ini memberikan
bukti bahwa aparatur lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan
aparatur dalam anggaran daerah.
Penelitian Abdullah (2007) yang berjudul Hubungan Belanja Modal dengan
Belanja Pemeliharaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia periode 20032004 menggunakan data realisasi pemerintah kabupaten/kota di Pulau Jawa dan luar
Pulau Jawa tahun 2003-2004. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal
(X1) pada tahun 2003 tidak mempunyai korelasi dengan belanja pemeliharaan (Y) pada
tahun yang sama untuk wilayah Pulau Jawa, namun mempunyai korelasi positif bagi
wilayah luar Pulau Jawa, hubungan antara belanja modal (X1) pada tahun 2003 dan
belanja pemeliharaan (Y) pada tahun 2004 mempunyai korelasi yang cukup kuat baik di

Universitas Sumatera Utara

25

Pulau Jawa maupun wilayah luar Pulau Jawa, belanja modal (X1) pada tahun 2004 dan
belanja pemeliharaan (Y) pada tahun 2004 menunjukkan bahwa di daerah Pulau Jawa
dan luar Pulau Jawa tidak memiliki korelasi, begitu juga untuk total selisih belanja
modal dan selisih belanja pemeliharaan tidak memiliki korelasi, dan hubungan belanja
modal (X1) dengan belanja pemeliharaan (Y) antara daerah Pulau Jawa dan daerah luar
Pulau Jawa berbeda secara signifikan, yaitu di daerah Pulau Jawa lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah di luar Pulau Jawa.
Penelitian Solichin (2009) yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Pendapatan Transfer terhadap Hubungan antara Belanja Modal dengan Belanja
Pemeliharaan dalam Anggaran Daerah menunjukkan bahwa pada pengujian pertama
pendapatan asli daerah (X1) berpengaruh positif terhadap hubungan antara belanja
modal (X3) tahun berjalan dengan belanja pemeliharaan (Y) tahun berikutnya.
Pengujian yang kedua menunjukkan bahwa pendapatan transfer (X2) tidak berpengaruh
positif terhadap hubungan antara belanja modal (X3) tahun berjalan dengan belanja
pemeliharaan (Y) tahun berikutnya. Penelitian ini juga memberikan bukti empiris
terjadinya flypaper effect dalam hubungan pendapatan dengan belanja dalam anggaran
daerah yang menyatakan bahwa orang cenderung akan lebih hemat dalam
membelanjakan pendapatan yang merupakan hasil dari usahanya sendiri dibanding
pendapatan yang diperoleh dari pihak lain.
Penelitian Fitriyati (2012) yang berjudul Analisis Hubungan Belanja Modal dan
Belanja Pemeliharaan pada Anggaran Pemerintah Daerah menggunakan data realisasi
belanja modal tahun 2009 dan realisasi belanja pemeliharaan tahun 2010. Sampel dalam
penelitian ini adalah pemerintah kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini

Universitas Sumatera Utara

26

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan positif antara belanja modal (X1)
tahun 2009 dan belanja pemeliharaan (Y) tahun berikutnya, yang berarti bahwa
keputusan pemerintah daerah untuk menaikan jumlah anggaran belanja modal telah
dibarengi dengan peningkatan jumlah alokasi dana untuk belanja pemeliharaan.
Penelitian oleh Sidabutar dan Sinaga (2012) mengenai Pengaruh Belanja Modal
dan Nilai Aset Tetap terhadap Belanja Pemeliharaan bertujuan untuk mengukur
pengaruh belanja modal dan nilai aset tetap terhadap belanja pemeliharaan secara
langsung dan tidak langsung. Data diperoleh dari Penjabaran Pertanggungjawaban
APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2006-2009 dan Laporan Keuangan Dinas Provinsi
Jawa Barat tahun 2006-2009. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh dinas di
Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan path
analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa belanja modal (X1) memiliki pengaruh
langsung yang positif dan signifikan terhadap nilai aset tetap (X2), belanja modal (X1)
memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap belanja pemeliharaan
(Y), nilai aset tetap (X2) memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan
terhadap belanja pemeliharaan (Y), dan belanja modal (X1) memiliki pengaruh tidak
langsung yang positif dan signifikan dan lebih besar daripada pengaruh langsungnya
terhadap belanja pemeliharaan (Y) dengan nilai aset tetap sebagai variabel intervening.
Penelitian Wuga (2012) yang berjudul Analisis Alokasi Anggaran Pemeliharaan
Kendaraan Dinas di Kabupaten Ende Tahun 2008-2010 bertujuan untuk menguji
pengaruh jumlah nilai aset kendaraan dinas terhadap jumlah alokasi anggaran
pemeliharaan kendaraaan dinas, mengetahui tingkat efisiensi dan target alokasi
anggaran pemeliharaan kendaraan dinas SKPD, dan mengetahui apakah terdapat

Universitas Sumatera Utara

27

perbedaan rata-rata alokasi anggaran pemeliharaan kendaraan dinas antara SKPD
penghasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan SKPD bukan penghasil PAD di
Kabupaten Ende. Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi data panel,
Data Envelopment Analysis (DEA), dan Independent Samples t-test. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah nilai aset kendaraan dinas (X1) tidak berpengaruh terhadap
jumlah anggaran pemeliharaan (Y) kendaraan dinas. Hasil tersebut dipengaruhi oleh
perubahan jumlah anggaran pemeliharaan kendaraan dinas yang mengalami penurunan
di tahun 2009 dan kembali meningkat di tahun 2010. Penyebab perubahan tersebut
adalah adanya pemeliharaan kendaraan dinas secara besar-besaran pada 2 SKPD di
tahun 2008 dan kebijakan kepala daerah tentang penertiban penggunaan kendaraan
dinas di tahun 2009. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa alokasi
anggaran pemeliharaan SKPD rata-rata belum efisien. Perbedaan rata-rata alokasi
anggaran pemeliharaan kendaraan dinas antara SKPD penghasil PAD dan SKPD bukan
penghasil PAD terjadi di tahun 2009.
Penelitian Rustiyaningsih (2012) yang berjudul Pengaruh Belanja Modal
terhadap Belanja Pemeliharaan (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Jawa Timur)
menggunakan data realisasi APBD tahun 2004-2006. Sampel dalam penelitian ini
adalah pemerintah daerah di Jawa Timur yang menerbitkan laporan realisasi APBD
pada tahun 2004-2006. Pengujian hipotesis menggunakan regresi linier sederhana. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa belanja modal (X1) berpengaruh secara signifikan
terhadap belanja pemeliharaan (Y) pada tahun yang sama, namun belanja modal tidak
berpengaruh signifikan terhadap belanja pemeliharaan di tahun yang berbeda. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

28

menunjukkan bahwa pengalokasian belanja pemeliharaan kurang memperhatikan
belanja modal yang telah terealisasi di tahun sebelumnya.
Secara ringkas, rangkuman penelitian terdahulu dan jurnal yang telah
dipublikasikan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

No.
1

2

Nama dan
Tahun
Penelitian
Abdullah dan
Halim
(2006)

Purba
(2013)

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel yang
Digunakan

Hasil Penelitian

Studi atas Belanja − Sumber
− Alokasi
untuk
Modal
pada
pendapatan
belanja
modal
Anggaran
(X1)
berasosiasi
Pemerintah Daerah − Belanja modal
positif terhadap
(X2)
dalam Hubungannya
belanja
dengan
Belanja − Belanja
pemeliharaan
pemeliharaan − Besaran belanja
Pemeliharaan
dan
(Y)
modal
Sumber Pendapatan
berasosiasi
dengan
pendapatan
daerah
yang
bersumber dari
pemerintah
pusat, tapi tidak
dengan
pendapatan
sendiri
Pengaruh
nilai − Nilai aset tetap − Secara simultan,
aset tetap yang
nilai aset tetap
yang
akan
akan dipelihara
yang
akan
dipelihara (X1)
dan pendapatan − Pendapatan asli
dipelihara
dan
daerah (X2)
asli
daerah
pendapatan asli
− Belanja
terhadap
daerah
pemeliharaan (Y)
anggaran
berpengaruh
belanja
secara signifikan
pemeliharaan
terhadap
dalam
anggaran belanja
penyusunan
pemeliharaan
APBD
pada
− Secara parsial,
pemerintahan
nilai aset tetap
daerah di wilayah
yang
akan
dipelihara
Propinsi

Universitas Sumatera Utara

29

Sumatera Utara

3

Bland dan
Nunn
(1992)

The Impact of − Capital spending −
(belanja modal)
Capital Spending
(X1)
on
Municipal
Operating
− Operating budget
Budgets
(belanja
operasional) (Y)


4

Karo-Karo
(2006)

− Belanja
modal −
Hubungan
(X1)
Belanja
Modal
dengan Anggaran − Anggaran
Operasional dan
operasional dan
Pemeliharaan
pemeliharaan (Y)
pada Pemerintah
Kabupaten/Kota
di Pulau Jawa

5

Abdullah
(2007)

Hubungan
− Belanja
modal −
Belanja
Modal
(X1)
dengan Belanja − Belanja
Pemeliharaan
pemeliharaan (Y)
pada Pemerintah
Kabupaten/Kota
di Indonesia
Periode
20032004

berpengaruh
secara signifikan
terhadap
anggaran belanja
pemeliharaan
tetapi pendapatan
asli daerah tidak
berpengaruh
secara signifikan
terhadap
anggaran belanja
pemeliharaan
Lima dari enam
biaya
pemeliharaan
kota dipengaruhi
oleh
realisasi
belanja modal
Belanja
modal
memiliki dampak
yang positif dan
nyata terhadap
pemeliharaan di
masa depan
Anggaran
belanja
modal
tidak memiliki
hubungan
dengan anggaran
operasional dan
pemeliharaan
pada pemerintah
kabupaten/kota
di pulau Jawa
Belanja
modal
2003
tidak
mempunyai
korelasi dengan
belanja
pemeliharaan
2003
untuk
wilayah
pulau
Jawa,
namun
mempunyai
korelasi positif
bagi wilayah luar

Universitas Sumatera Utara

30

6

Solichin
(2009)

Pengaruh
Pendapatan Asli
Daerah
dan
Pendapatan
Transfer terhadap
Hubungan antara
Belanja
Modal
dengan Belanja
Pemeliharaan
dalam Anggaran
Daerah






pulau Jawa
− Hubungan antara
belanja
modal
2003 dan belanja
pemeliharaan
2004 mempunyai
korelasi
yang
cukup kuat baik
di pulau Jawa
maupun wilayah
luar pulau Jawa
− Belanja
modal
2004 dan belanja
pemeliharaan
2004
menunjukkan
bahwa di daerah
pulau Jawa dan
luar pulau Jawa
tidak memiliki
korelasi
Pendapatan asli − Pendapatan asli
daerah
daerah (X1)
Pendapatan
berpengaruh
transfer (X2)
positif terhadap
Belanja
modal
hubungan antara
(X3)
belanja
modal
Belanja
tahun
berjalan
pemeliharaan (Y)
dengan belanja
pemeliharaan
tahun berikutnya
− Pendapatan
transfer
tidak
berpengaruh
positif terhadap
hubungan antara
belanja
modal
tahun
berjalan
dengan belanja
pemeliharaan
tahun berikutnya
− Penelitian
ini
memberikan
bukti
empiris
terjadinya
flypaper
effect

Universitas Sumatera Utara

31

7

Fitriyati
(2012)

Analisis
− Belanja
modal −
Hubungan
(X1)
Belanja
Modal − Belanja
dan
Belanja
pemeliharaan (Y)
Pemeliharaan
pada
Anggaran
Pemerintah
Daerah

8

Sidabutar dan
Sinaga
(2012)

modal −
Pengaruh Belanja − Belanja
(X1)
Modal dan Nilai
Aset
Tetap − Nilai aset tetap
terhadap Belanja
(X2)
Pemeliharaan
− Belanja
pemeliharaan (Y)




dalam hubungan
pendapatan
dengan belanja
dalam anggaran
daerah
yang
menyatakan
bahwa
orang
cenderung akan
lebih
hemat
dalam
membelanjakan
pendapatan yang
merupakan hasil
dari
usahanya
sendiri dibanding
pendapatan yang
diperoleh
dari
pihak lain
Terdapat
hubungan yang
kuat dan positif
antara
belanja
modal
tahun
anggaran 2009
dan
belanja
pemeliharaan
tahun anggaran
berikutnya 2010
Belanja
modal
memiliki
pengaruh
langsung
yang
positif
dan
signifikan
terhadap
nilai
aset tetap
Belanja
modal
memiliki
pengaruh
langsung
yang
positif
dan
signifikan
terhadap belanja
pemeliharaan
Nilai aset tetap
memiliki

Universitas Sumatera Utara

32



9

Wuga
(2012)

Analisis Alokasi − Nilai
aset −
Anggaran
kendaraan dinas
Pemeliharaan
(X1)
Kendaraan Dinas − Anggaran
pemeliharaan
di
Kabupaten
kendaraan dinas
Ende
Tahun
(Y)
2008-2010


10

Rustiyaningsih
(2012)

Pengaruh belanja − Belanja
modal −
modal terhadap
(X1)
belanja
− Belanja
pemeliharaan
pemeliharaan (Y)
(studi
empiris
pada pemerintah
daerah
jawa
timur)

pengaruh
langsung
yang
positif
dan
signifikan
terhadap belanja
pemeliharaan
Belanja
modal
memiliki
pengaruh tidak
langsung
yang
positif
dan
signifikan
dan
lebih
besar
daripada
pengaruh
langsungnya
terhadap belanja
pemeliharaan
Jumlah nilai aset
kendaraan dinas
tidak
berpengaruh
terhadap jumlah
anggaran
pemeliharaan
kendaraan dinas
Alokasi anggaran
pemeliharaan
SKPD rata-rata
belum efisien
Belanja
modal
berpengaruh
secara signifikan
terhadap belanja
pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara