Hak Mendahului Tagihan Utang Pajak Untuk Wajib Pajak Yang Dinyatakan Pailit

ABSTRAK
Hak mendahului tagihan utang pajak yaitu apabila wajib pajak pajak/
penanggung pajak pada saat yang sama di samping mempunyai utang-utang pribadi
(perdata), juga mempunyai utang terhadap negara (fiskus), di mana harta kekayaan
dari wajib pajak/ penanggung pajak tidak mencukupi untuk melunasi semua utangutangnya, maka negara memiliki hak mendahului atas tagihan pajak. Tentunya dalam
hal melaksanakan hak mendahului terhadap harta kekayaan wajib pajak pailit akan
berhadapan dengan para kreditor lainnya yang sama-sama memiliki kepentingan.
Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana penetapan hak mendahului pada fiskus dalam
pelunasan utang pajak, atas wajib pajak yang dinyatakan pailit, bagaimana tata cara
penagihan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit, dan bagaimana
hambatan-hambatan dalam hak mendahului pada fiskus terhadap pelunasan utang
pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan
(library research). Analisis data yang dilakukan dengan metode analisis kualitatif.
Kemudian dalam analisa ini ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika
deduktif.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penetapan tentang ketentuan
hak mendahului dalam pelunasan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit
berdasarkan Pasal 21 ayat (3a) UU KUP dan Pasal 19 ayat (6) UU PPSP berada pada
fiskus. Tata cara penagihan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit

dimulai dari penerbitan surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan
penyitaan, selanjutnya akan dilaksanakan pengumuman lelang, serta yang terakhir
akan dilaksanakannya pelelangan melalui pejabat lelang. Ketentuan tentang hak
mendahului pada fiskus dalam pelunasan utang pajak perusahaan atau wajib pajak
pailit dengan harta kekayaannya yang tersimpan di bank sulit dilaksanakan karena
tata cara atau prosedur untuk memindahbukukannya ke rekening fiskus sangat
panjang dan memerlukan waktu yang lama, sementara sebagai kreditur lainnya bank
dimana harta kekayaan perusahaan atau wajib pajak pailit tersebut tersimpan lebih
mudah untuk memindahbukukannya ke rekeningnya. Hanya saja fiskus sebaiknya
dapat menggunakan kewenangannya dengan sebaik-baiknya. Tata cara penagihan
utang pajak terhadap wajib pajak pailit dapat disederhanakan seperti dengan
penagihan seketika dan sekaligus. Serta di dalam KUHPerdata hendaknya diatur
secara tegas hak mendahului fiskus atas harta kekayaan wajib pajak pailit yang
tersimpan di bank, sehingga bank tidak bisa sertamerta memindahkan harta kekayaan
wajib pajak pailit ke rekening mereka.

Kata Kunci : Hak Mendahului, Utang Pajak, Kepailitan

i


ABSTRACT
A right to proceed the collection of tax debt is when a tax payer/tax guarantor
has some personal debts (civil), but at the same time, he also has some debts to the
country (fiskus). If his assets are not sufficient to pay all his debts, the country has the
rights to proceed the tax debts. Of course, in carrying out the rights to proceed
towards the assets of the bankrupted-tax payers, they will face other creditors who
have the same interest. Therefore, it is important to be analyzed how the decision of
rights to proceed to pay the tax debts to fiskus to the tax payers stated bankrupted,
how the procedures to collect tax debts to the tax payers stated bankrupted, how the
obstacles in the rights to proceed the tax debts to fiskus to the tax payers stated
bankrupted.
This research uses a normative-judicial law. Data collecting technique of this
research is a library research. To analyze the data, method of qualitative analysis is
used. Conclusion is drawn by using a deductive logic.
From the results of the research, it is found out that the decision about the
provision of rights to proceed payment of tax debt to tax payers stated bankrupted
based on Article 21 clause (3a) General Provision and Tax System and Article 19
clause (6) Tax Collection with a Letter of Warrant is on fiskus. The procedures to
collect the tax debts to tax payers stated bankrupted start from issuing a letter of
notification, a letter of warrant, a letter of order to confiscate, then auction notice

will be issued, and finally confiscation will be carried out by the auction officials.
Provision about the rights to proceed the payments of debts of company tax or tax
payers stated bankrupted with the assets in the banks to fiskus is difficult to execute
because the procedures to transfer the accounts to fiskus takes a very long time, while
as other creditors, in the banks where the assets of company or bankrupted-tax
payers are kept, their accounts will be easier to be transferred. However, fiskus
should use their authority as well as possible. Procedures to collect tax debt to the
bankrupted-tax payers can be simplified as by immediate and all at once collection.
Rights to proceed to fiskus on assets of bankrupted-tax payers kept in the banks
should be explicitly regulated in the Civil Code so that the banks cannot as soon as
transfer the assets of bankrupted-tax payers to their accounts.

Keywords: Proceeding Right, Tax Debts, Bankruptcy

ii