Hak Mendahului Tagihan Utang Pajak Untuk Wajib Pajak Yang Dinyatakan Pailit

1

HAK MENDAHULUI TAGIHAN UTANG PAJAK UNTUK WAJIB
PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT

TESIS

Oleh

PAULUS HERDIANTO MANURUNG
127011009 / MKn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

2

HAK MENDAHULUI TAGIHAN UTANG PAJAK UNTUK WAJIB
PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT


TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara

Oleh

PAULUS HERDIANTO MANURUNG
127011009 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

3

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua

: Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum

Anggota

: 1. Dr. Bastari, MM
2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
4. Notaris Syafnil Gani, SH, M.Hum

4

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama


: PAULUS HERDIANTO MANURUNG

Nim

: 127011009

Program Studi

: Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis

: HAK MENDAHULUI TAGIHAN UTANG PAJAK
UNTUK WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas

perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.

Medan,
Yang Membuat Pernyataan

Nama : PAULUS HERDIANTO MANURUNG
Nim : 127011009

ABSTRAK
Hak mendahului tagihan utang pajak yaitu apabila wajib pajak pajak/
penanggung pajak pada saat yang sama di samping mempunyai utang-utang pribadi
(perdata), juga mempunyai utang terhadap negara (fiskus), di mana harta kekayaan
dari wajib pajak/ penanggung pajak tidak mencukupi untuk melunasi semua utangutangnya, maka negara memiliki hak mendahului atas tagihan pajak. Tentunya dalam
hal melaksanakan hak mendahului terhadap harta kekayaan wajib pajak pailit akan
berhadapan dengan para kreditor lainnya yang sama-sama memiliki kepentingan.
Oleh karena itu perlu dikaji bagaimana penetapan hak mendahului pada fiskus dalam
pelunasan utang pajak, atas wajib pajak yang dinyatakan pailit, bagaimana tata cara
penagihan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit, dan bagaimana

hambatan-hambatan dalam hak mendahului pada fiskus terhadap pelunasan utang
pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan
(library research). Analisis data yang dilakukan dengan metode analisis kualitatif.
Kemudian dalam analisa ini ditarik kesimpulan dengan menggunakan logika
deduktif.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penetapan tentang ketentuan
hak mendahului dalam pelunasan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit
berdasarkan Pasal 21 ayat (3a) UU KUP dan Pasal 19 ayat (6) UU PPSP berada pada
fiskus. Tata cara penagihan utang pajak atas wajib pajak yang dinyatakan pailit
dimulai dari penerbitan surat teguran, surat paksa, surat perintah melakukan
penyitaan, selanjutnya akan dilaksanakan pengumuman lelang, serta yang terakhir
akan dilaksanakannya pelelangan melalui pejabat lelang. Ketentuan tentang hak
mendahului pada fiskus dalam pelunasan utang pajak perusahaan atau wajib pajak
pailit dengan harta kekayaannya yang tersimpan di bank sulit dilaksanakan karena
tata cara atau prosedur untuk memindahbukukannya ke rekening fiskus sangat
panjang dan memerlukan waktu yang lama, sementara sebagai kreditur lainnya bank
dimana harta kekayaan perusahaan atau wajib pajak pailit tersebut tersimpan lebih
mudah untuk memindahbukukannya ke rekeningnya. Hanya saja fiskus sebaiknya

dapat menggunakan kewenangannya dengan sebaik-baiknya. Tata cara penagihan
utang pajak terhadap wajib pajak pailit dapat disederhanakan seperti dengan
penagihan seketika dan sekaligus. Serta di dalam KUHPerdata hendaknya diatur
secara tegas hak mendahului fiskus atas harta kekayaan wajib pajak pailit yang
tersimpan di bank, sehingga bank tidak bisa sertamerta memindahkan harta kekayaan
wajib pajak pailit ke rekening mereka.

Kata Kunci : Hak Mendahului, Utang Pajak, Kepailitan

i

ABSTRACT
A right to proceed the collection of tax debt is when a tax payer/tax guarantor
has some personal debts (civil), but at the same time, he also has some debts to the
country (fiskus). If his assets are not sufficient to pay all his debts, the country has the
rights to proceed the tax debts. Of course, in carrying out the rights to proceed
towards the assets of the bankrupted-tax payers, they will face other creditors who
have the same interest. Therefore, it is important to be analyzed how the decision of
rights to proceed to pay the tax debts to fiskus to the tax payers stated bankrupted,
how the procedures to collect tax debts to the tax payers stated bankrupted, how the

obstacles in the rights to proceed the tax debts to fiskus to the tax payers stated
bankrupted.
This research uses a normative-judicial law. Data collecting technique of this
research is a library research. To analyze the data, method of qualitative analysis is
used. Conclusion is drawn by using a deductive logic.
From the results of the research, it is found out that the decision about the
provision of rights to proceed payment of tax debt to tax payers stated bankrupted
based on Article 21 clause (3a) General Provision and Tax System and Article 19
clause (6) Tax Collection with a Letter of Warrant is on fiskus. The procedures to
collect the tax debts to tax payers stated bankrupted start from issuing a letter of
notification, a letter of warrant, a letter of order to confiscate, then auction notice
will be issued, and finally confiscation will be carried out by the auction officials.
Provision about the rights to proceed the payments of debts of company tax or tax
payers stated bankrupted with the assets in the banks to fiskus is difficult to execute
because the procedures to transfer the accounts to fiskus takes a very long time, while
as other creditors, in the banks where the assets of company or bankrupted-tax
payers are kept, their accounts will be easier to be transferred. However, fiskus
should use their authority as well as possible. Procedures to collect tax debt to the
bankrupted-tax payers can be simplified as by immediate and all at once collection.
Rights to proceed to fiskus on assets of bankrupted-tax payers kept in the banks

should be explicitly regulated in the Civil Code so that the banks cannot as soon as
transfer the assets of bankrupted-tax payers to their accounts.

Keywords: Proceeding Right, Tax Debts, Bankruptcy

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Universitas Sumatera
Utara Medan. Dalam memenuhi tugas inilah penulis menyusun dan memilih judul:
“Hak Mendahului Tagihan Utang Pajak Untuk Wajib Pajak Yang Dinyatakan
Pailit”. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam
penulisan tesis ini, untuk itu dengan hati terbuka menerima saran dan kritik dari
semua pihak, agar dapat menjadi pedoman dimasa yang akan datang.
Dalam penulisan dan penyusunan tesis ini, penulis mendapat bimbingan dan
pengarahan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tidak ternilai harganya

secara khusus kepada Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku ketua Komisi
Pembimbing dan Bapak Dr. Bastari, MM serta Ibu T. Keizerina Devi Azwar, SH,
CN, M.Hum masing-masing selaku anggota komisi pembimbing yang banyak
memberi masukan dan bimbingan kepada penulis selama dalam penulisan tesis ini
dan kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Bapak Notaris
Syafnil Gani, SH, MKn selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
kritikan, saran serta masukan dalam penulisan tesis ini.
Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada:
1.

Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
iii

2.

Bapak Prof. Dr. Runtung SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

3.


Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

4.

Ibu T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum selaku Sekretaris Program
Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

5.

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga para karyawan
Biro Administrasi pada Program Studi Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara.
Secara khusus penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada

ayahanda S.B. Manurung dan Ibunda T. Purba, yang telah melahirkan,
membesarkan, mendidik ananda dengan penuh kasih saying dan segala doa serta
semangat yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Tak lupa penulis ucapkan
kepada kakak dan abang penulis, Melky Manurung, Susanti Dewi Manurung,

Rosauli Manurung, Maria Manurung, yang banyak memberikan dorongan kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kekasih penulis Rachel
Sheila Sitorus yang telah memberikan semangat dan dukungan, serta rekan-rekan
seperjuangan, khususnya rekan-rekan Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara, Tri Apriano, Andre Nasution, Barory Mirza, Muhammad Fauzi, Muhammad
Fadhil, Al Jamil, Albert Siahaan, Trial Daulay, dan kawan-kawan satu angkatan lain
yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan
motivasi, semangat dan kerjasama dan diskusi, membantu dan memberikan
iv

pemikiran kritik dan saran dari awal masuk Magister Kenotariatan Universitas
Sumatera Utara sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa, agar selalu
dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah.
Akhrinya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak
khususnya yang berkaitan dengan bidang Kenotariatan.

Medan,

Februari 2015

Penulis,

PAULUS HERDIANTO MANURUNG

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama

: Paulus Herdianto Manurung

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Meral Karimun, 25 Juni 1991
3. Jenis Kelamin

: Laki-laki

4. Status

: Belum Menikah

5. Agama

: Kristen Katolik

6. Alamat

: Jl. Setia Budi Pasar II Tanjung Sari, Medan

II. KELUARGA
1. Nama Ayah

: S. B. Manurung

2. Nama Ibu

: T. Purba

3. Nama Saudara/I

: 1. Melky Hasintongan Manurung, ST
2. Susanti Dewi Manurung, SE
3. dr. Rosauli Manurung
4. dr. Maria Afriani Manurung

III. PENDIDIKAN
1. SD

: SD Ora Et Labora Kab. Karimun
Tahun 1996-2002

2. SMP

: SMP Negeri 1 Kab. Karimun
Tahun 2002-2005

3. SMA

: SMA Negeri 2 Kab. Karimun
Tahun 2005-2008

4. Perguruan Tinggi (S1)

: Universitas Sumatera Utara
Fakultas Hukum
Tahun 2008-2012

5. Perguruan Tinggi (S2)

: Universitas Sumatera Utara
Magister Kenotariatan
Tahun 2012-2014
vi

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………………………………………………………………………

i

ABSTRACT…………………………………………………………………….

ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………….

vi

DAFTAR ISI ………………………..………………………………………….

vii

DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………………

ix

DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………

xi

BAB I

PENDAHULUAN...............................................................................

1

A. Latar Belakang………….………………………………………......

1

B. Perumusan Masalah…...…………………………..………………

13

C. Tujuan Penelitian…………………………………..……………… 13
D. Manfaat Penelitian………………………..………..……………… 14
E. Keaslian Peneltian……………………………………...…………. 15
F. Kerangka Teori dan Konsepsi…………………………………….

BAB II

16

1.

Kerangka Teori………..…………………………….…….

16

2.

Kerangka Konsepsi……..…………………...……………

23

G. Metode Penelitian……………………………..……..……………

28

1.

Jenis dan Sifat Penelitian……..…………………….……..

29

2.

Sumber Data Penelitian……...………..…….……………

30

3.

Teknik Pengumpulan Data……………..…………………

32

4.

Analisis Data…………………………………..…………... 33

PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB
PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT………………...……….
vii

35

A. Kepailitan dan Akibat Hukum yang Ditinggalkannya…………..

35

B. Kreditor dalam Kepailitan………………………………………… 44
C. Kedudukan Fiskus dalam Kepailitan…………………………….
BAB III

52

TATA CARA PENAGIHAN UTANG PAJAK TERHADAP WAJIB
PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT……………………….....

56

A. Dasar Hukum dan Dasar Administratif Penagihan Utang Pajak yang
Memiliki Kekuatan Hukum Memaksa…………………………… 56
B. Utang Pajak………………………………………………………. 68
C. Prosedur Penagihan Pajak Secara Paksa…………………………. 76

BAB IV

D. Penagihan Seketika dan Sekaligus……………………………….

79

E. Penagihan Pajak Kepada Wajib Pajak yang Pailit……………….

82

HAMBATAN-HAMBATAN DALAM HAK MENDAHULUI PADA
FISKUS
WAJIB

TERHADAP PELUNASAN UTANG PAJAK ATAS
PAJAK

YANG

DINYATAKAN

PAILIT…………………………………………………………….…

88

A. Utang Pajak Atas Wajib Pajak yang Dinyatakan Pailit………….

88

B. Kewenangan Memperoleh Pelunasan Utang Dari Wajib
Pajak Pailit……………………………………………………….

91

C. Hak Mendahului dalam Pelunasan Utang Pajak Untuk
Wajib Pajak yang Dinyatakan Pailit…………………………….

95

D. Pelunasan Utang Pajak dengan Harta Wajib Pajak Pailit yang

BAB V

Tersimpan di Bank………………………..…………………….

101

KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………….

109

A. Kesimpulan……………………………………………………… 109
B. Saran…………………………………………………………….. 110
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….. 112

viii

DAFTAR ISTILAH

Budgetair

: Untuk mengisi kas negara

Bestuur

: Pemerintah

Regulerend

: Untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah.

Tax Compliance

: Kepatuhan wajib pajak

Debt Collector

: Penagih atas piutang pajak

Final and Binding

: Putusan yang sifatnya final dan mengikat

Power

: Kekuatan yang tidak terbatas

Theorie
Van Staatssouveriniteit

: Teori kedaulatan negara

Juncto

: Bertalian dengan atau berhubungan dengan

Statute Approach

: Pendekatan perundang-undangan

Historical Approach

: Pendekatan historis

Field Research

: Penelitian lapangan

Library Research

: Penelitian kepustakaan

Judgment

: Pendapat atau keputusan

Limited Defence

: Pertahanan terbatas

Concursus Creditorum

: Syarat adanya dua atau lebih kreditor

Prorate

: Membagi secara rata

ix

Paritas Creditorum
System Self Assessment

: Kedudukan para kreditor adalah sama
:Pemungutan

pajak

yang

member

wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, membayar dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
Lex Specialis Derogat
Lex Generalis

:Hukum yang bersifat khusus mengesampingkan
hukum yang bersifat umum

Onderdeel

: Bagian tertentu dari suatu kewenangan

Taatbestand

: Keadaan, peristiwa ataupun perbuatan tertentu yang
menyebabkan

orang

tersebut

dikenakan

menurut undang-undang perpajakan.
Secured Creditors

: Kreditor separatis

Preferred Creditors

: Kreditor preferen

Unsecured Creditors

: Kreditor Konkuren

x

pajak

DAFTAR SINGKATAN

BPPN

: Badan Penyehatan Perbankan Nasional

BPHTB

: Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

BBNKB

: Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

UU PPSP

: Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

UU KUP

: Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan

UU HT
UUK

: Undang-Undang Hak Tanggungan
: Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang

KUH Perdata

: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

DJP

: Direktorat Jenderal Pajak

NPWP

: Nomor Pokok Wajib Pajak

PPh

: Pajak Penghasilan

PPn

: Pajak Pertambahan Nilai

PPn BM

:Pajak Penjualan atas Barang Mewah

BHP

: Balai Harta Peninggalan

RAPBN

: Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara

SKP

: Surat Ketetapan Pajak

STP

: Surat Tagihan Pajak

xi

SKPKB

: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

SKPKBT

: Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan

SKPLB

: Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar

SKPN

: Surat Ketatapan Pajak Nihil

SK Pembetulan

: Surat Keputusan Pembetulan

SK Keberatan

: Surat Keputusan Keberatan

SPMP

: Surat Perintah Melakukan Penyitaan

WP

: Wajib Pajak

xii