Implementasi Augmented Reality Pada Alat Musik Bonang Jawa Berbasis Android

BAB 2

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan perancangan aplikasi
pembelajaran mengenal alat musik Bonang Jawa.

2.1 Sekilas Sejarah Augmented Reality

Sejarah tentang Augmented reality dimulai dari tahun 1957-1962, ketika seorang
penemu yang bernama Morton Heilig, seorang sinematografer, menciptakan dan
mempatenkan sebuah simulator yang disebut Sensorama dengan visual, getaran dan
bau. Pada tahun 1966, Ivan Sutherland menemukan head-mounted display yang dia
claim adalah, jendela ke dunia virtual. Tahun 1975 seorang ilmuwan bernama Myron
Krueger menemukan Videoplace yang memungkinkan pengguna, dapat berinteraksi
dengan objek virtual untuk pertama kalinya. Tahun 1989, Jaron Lanier
memeperkenalkan Virtual Reality dan menciptakan bisnis komersial pertama kali di
dunia maya, Tahun 1992 mengembangkan Augmented reality untuk melakukan
perbaikan pada pesawat boeing, dan pada tahun yang sama, LB Rosenberg
mengembangkan salah satu fungsi sistem AR, yang disebut Virtual Fixtures, yang
digunakan di Angkatan Udara AS Armstrong Labs, dan menunjukan manfaatnya pada

manusia, dan pada tahun 1992 juga, Steven Feiner, Blair Maclntyre dan dorée
Seligmann,

memperkenalkan

untuk

pertama

kalinya

Major

Paper

untuk

perkembangan Prototype AR.
Pada tahun 1999, Hirokazu Kato, mengembangkan ArToolkit di HITLab dan
didemonstrasikan


di

SIGGRAPH,

pada

tahun

2000,

Bruce.H.Thomas,

mengembangkan ARQuake, sebuah Mobile Game AR yang ditunjukan di
International Symposium on Wearable Computers.

8

Pada tahun 2008, Wikitude AR Travel Guide, memperkenalkan Android G1 Telephone
yang berteknologi AR. tahun 2009, Saqoosha memperkenalkan FLARToolkit yang

merupakan perkembangan dari ArToolkit. FLARToolkit memungkinkan kita
memasang teknologi AR di sebuah website, karena output yang dihasilkan
FLARToolkit berbentuk Flash. Ditahun yang sama, Wikitude Drive meluncurkan
sistem navigasi berteknologi AR di Platform Android. Tahun 2010, Acrossair
menggunakan teknologi AR pada I-Phone 3GS (Furht, Borko. 2011).

2.2 Augmented Reality (AR)

Augmented Reality (AR) adalah istilah yang digunakan untuk berbagai teknologi yang
terkait yang bertujuan untuk mengintegrasikan konten virtual dan dengan objek (user)
yang hidup, media pada waktu yang sebenarnya, sehingga batas diantara keduanya
menjadi sangat tipis. Ronald T. Azuma mendefinisikan AR sebagai sistem yang
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual
b. Berjalan interaktif secara Real Time
c. Integrasi dalam 3 Dimensi
AR merupakan variasi dari teknologi realitas maya yang telah dikembangkan
sebelumnya. Perbedaan mendasar dari kedua teknologi tampilan ini terletak pada
hubungan lingkungan nyata dan lingkungan virtual. Tujuan dari AR adalah
menciptakan lingkungan baru dengan menggabungkan interaktivitas lingkungan nyata

dan lingkungan virtual. Dengan kata lain, AR memungkinkan penggunanya untuk
melihat lingkungan nyata karena lingkungan baru yang diciptakan sama dengan
lingkungan disekitar pengguna, hanya ditambah dengan suatu objek virtual.
Sifat augmentasi dapat menjadi sesuatu dari sebuah naskah dan lapisan pada
scene yang nyata atau objek-objek yang menyeluruh, scene yang nyata, scene
interaktif grafis 3D mengintegrasi ke dalam bentuk nyata daritampilan tekstual lapisan
data pada adegan nyata atau benda untuk dapat diselesaikan, adegan interaktif 3D
grafis terintegrasi ke dalam yang nyata.
Augmented Reality sangat tergantung pada hardware yang bisa menangkap
informasi tentang dunia nyata, seperti video, posisi data, dan bentuk data lain yang

9

berpotensi, dan juga dapat untuk dimainkan kembali dimana media hidup yang
bercampur dengan konten virtual yang memiliki arti dan kegunaan.
Adapun cara kerja Augmented Reality terdiri dari 6 (enam) tahap
(Villagomez,G. 2010). yakni:
a. Perangkat input menangkap video dan mengirimkannya ke prosesor.
b. Perangkat lunak di dalam prosesor mengolah video dan mencari suatu pola.
c. Perangkat lunak menghitung posisi pola untuk mengetahui dimana objek virtual

akan diletakkan.
d. Perangkat lunak mengidentifikasi pola dan mencocokkannya dengan informasi
yang dimiliki perangkat lunak.
e. Objek virtual akan ditambahkan sesuai dengan hasil pencocokan informasi dan
diletakkan pada posisi yang telah dihitung sebelumnya.
f. Objek virtual akan ditampilkan melalui perangkat tampilan.
Enam tahapan tersebut, maka dapat disimpulkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram Sistem Kerja AR
(Sumber: Villagomez,G. 2010. Augmented Reality. University of Kansas)
Adapun metode yang dikembangkan pada Augmented Reality saat ini terbagi
menjadi dua metode, yaitu Marker Based Tracking dan Markless Augmented Reality
(Chari,V, dkk. 2008).
a. Marker Augmented Reality (Marker Based Tracking)
Marker Based Tracking ini sudah lama dikembangkan sejak 1980-an dan pada
awal 1990-an mulai dikembangkan untuk penggunaan Augmented Reality. AR
berbasis Marker, disebut juga Pelacakan berbasis marker, merupakan tipe AR
yang mengenali marker dan mengidentifikasi pola dari marker tersebut untuk
menambahkan suatu objek virtual ke lingkungan nyata.


Marker

merupakan

10

ilustrasi persegi hitam dan putih dengan sisi hitam tebal, pola hitam di tengah
persegi dan latar belakang putih. Contoh Marker dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Contoh Marker
Titik koordinat virtual pada marker berfungsi untuk menentukan posisi dari
objek virtual yang akan ditambahkan pada lingkungan nyata. Posisi dari objek
virtual akan terletak tegak lurus dengan marker. Objek virtual akan berdiri
segaris dengan sumbu Z serta tegak lurus terhadap sumbu X (kanan atau kiri)
dan sumbu Y (depan atau belakang) dari koordinat virtual marker. Ilustrasi dari
titik koordianat virtual marker dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Titik Koordinat Virtual pada Marker
(Sumber: Chari, V,dkk. 2008)


b. Markerless Augmented Reality
Salah satu metode Augmented Reality yang saat ini sedang berkembang adalah
metode "Markerless Augmented Reality", dengan metode ini pengguna tidak
perlu lagi menggunakan sebuah marker untuk menampilkan objek-objek
virtualnya. Menurut Lazuardy (2012) terdapat beberapa teknik markerless yaitu:

11

1. Face Tracking
Face Tracking adalah teknologi Augmented Reality dengan menggunakan
algoritma yang dapat mendeteksi wajah manusia secara umum dengan cara
mengenali posisi mata, hidung dan mulut.
2. 3D Object Tracking
3D Object Tracking dapat mengenali bentuk yang lebih banyak, seperti
lemari, meja, televisi, dan lain-lain.
3. Motion Tracking
Motion Tracking merupakan teknik Augmented Reality yang dapat
menangkap gerakan. Umumnya digunakan dalam industri perfilman seperti
karakter dan tokoh yang sesuai dengan peran dan kebutuhan film tersebut.
4. Global Positioning System Based Tracking

Global Positioning System (GPS) Based Tracking adalah teknik Augmented
Reality yang diintegrasikan dengan GPS yang terdapat pada ponsel pintar
yang menampilkan informasi data dari GPS kemudian menampilkannya
dalam bentuk arah sesuai dengan yang kita inginkan secara real-time.

2.3 Software Development Kit

Software Development Kit (SDK atau devkit) tipikal merupakan satu set perkakas
pengembangan software yang digunakan untuk mengembangkan atau membuat
aplikasi untuk paket software tertentu, software framework, hardware platform, sistem
komputer, konsol video game, sistem operasi atau platform sejenis lainnya. Ia
mencakup

mulai

dari

pemrograman

sederhana


seperti

sebuah

Application

Programming Interface (API), sampai dengan pemrograman yang lebih rumit dengan
hardware yang canggih atau pada sistem embedded termasuk perangkat mobile.
Adapun yang merupakan Software Development Kit untuk Augmented Reality dalam
penerapan alat musik Bonang Jawa, adalah sebagai berikut:
1. Vuforia
Dalam pembangunan sebuah sistem dengan menggunakan Unity maka
dibutuhkan Vuforia. Vuforia merupakan ekstensi Augmented Reality ynag
diciptakan oleh Qualcomn dan Vuforia sangat tergantung pada software Unity
3D. Vuforia adalah marker dasar sistem Augmented Reality

dan

Vuforia


12

dapat mendeteksi gambar dan mengikuti kemampuan sistem ke dalam IDE
(Integrated Development Environment) Unity 3D, Vuforia juga mengizinkan
pembangunan sistem untuk untuk menciptakan secara mudah aplikasi
Augmented Reality dan permainan (games). Santoso (2012) menyebutkan
sebuah Vuforia berdasarkan aplikasi Augmented Reality disusun mengikuti
komponen utama, yaitu kamera, pengubah gambar, tracker, video background
renderer, kode aplikasi dan sumber-sumber target.
Mulai
Register/Login
Developer Vuforia

Target Manager

Buat Database Baru

Database


Unggah Gambar

Memilih Marker

Tidak

Ya
Mengunduh Target
Dataset

Menghubungkan
dengan Aplikasi

Selesai

Gambar 2.4 Diagram Alur Pembuatan Marker pada Vuforia
Diagram alur pembuatan marker pada vuforia ditunjukkan seperti pada Gambar
2.4 menunjukkan tahapan membuat marker pada vuforia yang dimulai dari
registrasi atau login pada voforia kemudian dengan membuat database dan
beberapa proses selanjutnya hingga selesai menjadi sebuah marker.
2. Unity 3D
Unity technologies dibangun pada tahun 2004 oleh David Helgason, Nicholas
Francis, dan Joachim Ante. Unity adalah sebuah game engine yang dapat
digunakan perseorangan maupun tim. Unity merupakan sebuah komputasi

13

metode yang diterapkan dan dioperasikan antar beberapa

platform

komputer

yang dikembangkan oleh Unity Technology. Roedavan (2014) menyatakan
bahwa perangkat lunak yang dirancang untuk membuat sebuah game disebut
Game Engine. Maka dari itu Unity 3D digunakan sebagai perancang objek 3D
sekaligus aplikasi Augmented Reality berbasis Android karena libraries Vuforia
didukung oleh Unity 3D. Alur kerja pengembangan sistem berbasis marker
dapat dilihat pada gambar 2.5. Dimana gambar tersebut menunjukkan proses
kerja pembuatan marker dengan menghubungkannya ke Unity Game
Development.

Gambar 2.5. Alur kerja pembuatan marker untuk diproses ke Unity
(sumber gambar: http://www.scirp.org/journal/PaperDownload.aspx?paperID=48585)

2.4 Android

Android dimulai sejak Oktober 2003 ketika 4 orang pakar IT, Andi Rubin, Rich
Minner, Nick Sears dan Chris White mendirikan Andoid Inc. di California US. Visi
Android untuk mewujudkan mobile device yang lebih peka dan mengerti pemiliknya,
kemudian menarik raksasa dunia maya Google. Google kemudian mengakuisisi
Android pada Agustus 2005. OS Android dibangun berbasis platform Linux yang
bersifat open source. Dengan nama besar Google dan konsep open source pada OS
Android, tidak membutuhkan waktu lama bagi Android untuk bersaing dan

14

menyisihkan Mobile OS lainnya seperti Symbian, Windows Mobile, Blackberry dan
iOS, serta menjelma menjadi penguasa operating system bagi Smartphone.
Pada November 2007 dibentuk Open Handset Alliance (OHA) yang merupakan
konsorsium beranggotakan perusahaan-perusahaan besar yang khususnya bergerak
dibidang mobile phone seperti Broadcam, Google, Intel, LG, Motorola, NVidia,
Qualcom, T-Mobile, dan lain-lain. Setahun kemudian, pada Desember 2008, 14
perusahaan besar lainnya bergabung dalam OHA. Hal ini merupakan langkah besar
bagi Android untuk memudian menguasai pasar mobile OS. Open Handset Alliance
yang dipimpin oleh Google terus mengembangkan Android, dan hingga saat ini.
Sejak April 2009, versi Android dikembangkan dengan nama kode yang
dinamai berdasarkan makanan pencuci mulut dan penganan manis. Masing-masing
versi dirilis sesuai urutan alfabet beserta penjelasannya, yakni:
a. Android versi 1.1
Pada tanggal 9 Maret 2009, Google merilis Android versi 1.1 dengan
pembaruan estetis pada aplikasi, jam alarm, voice search, pengiriman pesan
dengan Gmail dan penerimaan pemberitahuan email.
b. Android versi 1.5 (Cupcake)
Android versi 1.5 (Cupcake) pada Mei 2009 dimana pada versi ini terdapat
pembaharuan diantaranya kemampuan merekam dan menonton video dengan
modus kamera.
c. Android versi 1.6 (Donut)
Android versi 1.6 dirilis pada September 2009, terdapat beberapa pembaruan
paa versi ini diantaranya adalah fitur upload video ke Youtube dan gambar ke
Picasa langsung dari telepon, dukungan bluetooth A2DP, kemampuan
terhubung secara otomatis ke headset bluetooth, animasi layar, dan keyboard
pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem.
d. Android versi 2.0/2.1 (Eclair)
Dirilis pada 3 Desember 2009. Perubahan yang dilakukan adalah
pengoptimalan hardware, peningkatan Google Maps 3.1.2, peruabahan UI
dengan browser baru dan dukungan HTML 5, daftar kontak baru, dukungan
flash

untuk

kamera

3.2

MP,

digital

zoom

dan

bluetooth

2.1.

15

e. Android versi 2.2 (Froyo)
Dirilis pada 20 Mei 2010. Versi Android inilah yang sekarang banyak
digunakan sebagai standar sistem operasi mereka. Terdapat perubahan yang
cukup signifikan dari versi sebelumnya

diantaranya

adalah

kerangka

aplikasi memungkinkan penggunaan dan penghapusan komponen yang
tersedia. Dalvik Virtual Machine (DVM) yang dioptimalkan untuk perangkat
mobile, grafik di 2D dan 3D berdasarkan libraries OpenGL, SQLite,
mendukung berbagai format audio dan video, GSM, bluetooth, EDGE, 3G,
Wifi, kamera, Global Position System (GPS), kompas dan accelerometer.
f. Android versi 2.3 (Gingerbread)
Dirilis pada 6 Desember 2010. Beberapa perbaikan fitur dari versi sebelumnya
adalah SIP-based VoIP, Near Field Communication (NFC), gyroscope dan
sensor, multiple camera support, mixable audio effect dan download manager.
g. Android versi 3.0/3.1/3.2 (Honeycomb)
Diliris tahun 2011. Android versi ini dirancang khusus untuk tablet, sehingga
terdapat perbedaan dari fitur UI (User Interface). Honeycomeb sengaja dibuat
untuk layar yang lebih besar dan juga dapat mendukung multiprocessor.
h. Android versi 4.0 (Ice Cream Sandwich)
Versi ini masih dalam pengembangan. Dari berbagai informasi menyebutkan
bahwa versi Ice Cream merupakan gabungan antara versi Gingerbread dengan
Honeycomb, sehingga bisa digunakan untuk ponsel maupun tablet, dan
kemungkinan dirilis pada quarter ke 4 tahun 2011.
i. Android versi 4.1/4.2 (Jelly Bean)
Dirilis pertama pada Juli 2012 dengan berbasis Linux Kernel 3.30.31 untuk
komputer, tablet, dan ponsel pintar. Terdiri dari Android 4.1 API Level 16,
Android 4.2 API Level 17, Android 4.3 API Level 18. Jelly Bean memberikan
kontribusi lebih sebagai versi Android pertama yang menawarkan Googel Now
dan Asisten Digital pencarian. Tidak hanya itu, Google Now siap menjawab
dengan cepat. Google Now otomatis mempersiapkan diri untuk memberikan
arah ke tempat tujuan dan juga menyediakan perkiraan lalu lintas dan cuaca.
j. Android versi 4.4 (KitKat)
Dengan KitKat, Google tidak hanya memodernisasi antarmuka, tetapi juga
mendorong platform ini agar bisa digunakan pada hardware rendah. Berkat

16

banyak perbaikan kinerja yang terkait di KitKat, Google meyakinkan bahwa
bahkan perangkat dengan 512 MB RAM saja akan mampu menjalankan
KitKat dengan baik.
k. Android versi 5.0 (Lollipop)
Lolipop adalah versi Android dengan visual yang paling menarik yang pernah
ada, visual yang datar, jauh lebih berwarna dari pada sebelumnya.
Namun versi 1.5 dan 1.6 sudah tidak lagi digunakan karena tidak
dikembangkan dan merupakan versi yang rendah dengan fasilitas yang minim
sehingga jika digunakan akan menjadikan aplikasi yang terlalu sederhana. Versi-versi
Android diurutkan secara alfabet dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Perkembangan Android Secara Alfabet

2.5 Bonang Jawa

Alat musik bonang adalah salah satu alat musik yang termasuk dalam instrumen
gamelan Jawa. Bonang bisa dikatakan sebagai instrumen melodi yang paling
terkemuka dalam dunia Degung Gamelan Sunda. Cara memainkan alat musik ini
adalah dengan cara dipukul atau ditabuh pada bagian atasnya yang menonjol atau
disebut dengan pencu / pencon dengan menggunakan dua pemukul khusus yang
terbuat dari tongkat berlapis yang disebut dengan sebutan bindhi (Rahimawati, 2013).
Bonang merupakan kumpulan dari gong-gong kecil yan disebut dengan nama
“pot” atau “ceret”), kesemuanya diletakkan dan disusun berjajar pada bingkai kayu
(yang disebut “rancak”) dalam dua baris. Baris pertama atau baris yang bagian

17

disebut dengan nama Jaleran atau bisa juga disebut dengan Brunjung,
sedangkan baris yang kedua/bawah disebut dengan sebutan setren/dhempok. Gonggong kecil tersebut ditempatkan secara horizontal ke string dalam bingkai kayu
(rancak), baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat, tetapi di
sekelilingnya yang bernada rendah memiliki kepala datar, sedangkan yang lebih tinggi
memiliki melengkung satu. Masing-masing sesuai untuk lapangan tertentu dalam
skala yang sesuai; sehingga ada yang berbeda untuk bonang pelog dan slendro.
Mereka biasanya dipukul dengan tongkat berlapis (tabuh). Bonang dapat dibuat dari
perunggu dipalsukan, dilas dan dingin-dipalu besi, atau kombinasi dari logam. Selain
bentuk gong-berbentuk ceret, bonang ekonomis terbuat dari besi dipalu atau kuningan
pelat dengan mengangkat bos sering ditemukan di desa gamelan (Azizah, Zulfa,
2014). Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Alat Musik Tradisional Bonang Jawa

2.6 Penelitian terkait Augmented Reality

Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis antara lain:
1. Penelitian oleh Mustofa Mahmud Abubakar (2010) menggunakan metode marker
augmented reality berbasis desktop dalam mensimulasikan tata surya. Dalam
implementasinya menggunakan marker ARToolkit dan menggunakan dua bahasa
pemrograman, yakni Extensible Markup Language (XML) dan ActionScript 3.0.
Hasil implementasinya, marker difokuskan oleh webcam sebagai media untuk

18

mensimulasikan objek tata surya secara 3D dan secara otomatis suara penjelasan
akan muncul (Abubakar, M.M. 2010).
2. Penelitian oleh Septri Elvrilla (2011) menggunakan Augmented Reality berbasis
Android dalam panduan belajar shalat. Implementasinya merupakan dari buku
teks belajar shalat dengan menggunakan metode Marker Based Tracking dan
bahasa pemrograman yang digunakan adalah Javascript dan C#. Hasil output
implementasinya adalah aplikasi berbasis android pada smartphone. Marker
dapat dibaca jika camera pada smartphone sudah terinstall aplikasi .apk maka
akan muncul objek animasi gerakan shalat (Elvrilla, S. 2011).
3. Penelitian oleh Aditya Novaruna Widyaprasiddha (2012) pengenalan 33 provinsi
di Indonesia menggunakan Augmented Reality dengan penggunaan ARToolkit
Marker Generator sebagai inisialisasi marker dan penyisipan objek 3D. Output
dari hasil implementasi berbasis desktop dengan kamera pada komputer sebagai
media pembaca marker dalam menampilkan objek 33 Provinsi di Indonesia
secara 3D (Widyaprasiddha, A.N. 2012).
4. Penelitian oleh Fata Anshori (2014) memperkenalkan alat musik Gamelan dengan
memanfaatkan teknologi Augmented Reality pada MI Ma’arif NU 1 Pageraji
dengan perangkat mobile phone. Metode dalam pengembangan sistem adalah
Multimedia Development Live Cycle (MDLC) dengan versi Luther-Sutopo.
Multimedia Development Live Cycle terdiri dari enam tahap, yaitu concept,
design,

material-collecting,

assembly,

testing

dan

distribution.

Hasil

implementasi adalah aplikasi dalam bentuk file .apk dan .pdf untuk marker dalam
membaca Aplikasi AR-Gamelan (Anshori, F. 2014).