Hubungan Academic Self Management Dengan Pola Penggunaan E-learning Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SELF MANAGEMENT
1. Definisi Self Management
Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan
prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat tersebut
senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti mendorong diri
sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya, mengendalikan kemampuan
untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari
kehidupan pribadi. Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas dan bermanfaat dalam
menjalani kehidupannya. Self management juga membantu orang-orang untuk
mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya
ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Self management dan self-regulated merupakan instilah yang sering dijumpai
dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan. menurut
Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk mengatur dan
mengelola
dirinya.
Sedangkan
menurut
Zimmerman
(Woolfolk,
2004)
mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang
peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya
yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Secara teoritis
14
Universitas Sumatera Utara
15
dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk selfregulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka individu
tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu memanajemen
dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya.
2. Definisi Academic Self Management
Self management juga berfokus dalam bidang pendidikan yang dikenal
dengan Academic self management dan dimiliki oleh pelajar baik siswa maupun
mahasiswa. Menurut Menurut Cormier & Cormier (1985), self management
adalah suatu proses dimana seseorang mengarahkan tingkah lakunya sendiri
dengan menggunakan satu strategi. Pendapat tersebut sejalan dengan Dembo
(2004)
menyatakan
academic
self
management
adalah
strategi
yang
digunakanpelajar untuk menggontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar, yang meliputi strategi prilaku (manajemen waktu, dan pengaturan
lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi
emosi serta usasha) dan strategi cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari
dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self
management merupakan suatu pengaturan diri untuk membuat strategi dalam
pendidikan yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengontrol cara belajarnya
sehingga dapat mencegah dan menghindari faktor-faktor penghambat dalam
belajar.
15
Universitas Sumatera Utara
16
3. Komponen Academic Self Management
Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), terdapat lima komponen
dalam academic self management, yaitu:
a. Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang
berenergi dan terarah. Proses internal tersebut seperti tujuan seseorang,
keyakinan, persepsi, dan juga harapan. Misalnya, ketekunan dalam
mengerjakan tugas berhubungan dengan seberapa kompeten kamu dapat
menyelesaikan tugas tersebut. selain itu, keyakinan seseorang tentang
penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi
motivasi seseorang dan tindakannya pada tugas-tugas dimasa yang akan
datang.
Salah satu perbedaan utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang
tidak sukses adalah dalam hal motivasi, pelajar yang sukses mampu
memotivasi dirinya sendiri walaupun dia sedang berada dalam kondisi yang
kurang baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung sulit untuk
mengatur motivasi mereka. Pelajar yang sukses seharusnya mampu
berkonsentrasi dan yakin dengan kemampuannya dan pengaruh dari
lingkungan.
Selain itu masalah lainnya dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat
memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang
mengganggu selama motivasi sedang dibangun. Gangguan yang kecil dapat
16
Universitas Sumatera Utara
17
menyebabkan motivasi seseorang menjadi menurun. Untuk menjadi pelajar
yang sukses, seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan
lingkungan yang mengganggu. Setiap pelajar melewati setiap proses yang
berbeda untuk mengatur perilakunya.
b. Metode Belajar
Metode belajar sering juga dikenal sebagai strategi belajar. Strategi belajar
merupakan suatu metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan
informasi. Pelajar dengan prestasi yang tinggi menggunakaan strategi belajar
yang lebih baik daripada pelajar yang memiliki prestasi yang rendah. Strategi
belajar yang dapat digunakan seperti menggarisbawahi kalimat yang penting,
meringkas, dan menguraikan.
Pelajar yang sukses diharapkan memiliki strategi pembelajaran yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperlengkapi hal-hal yang membantu
pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru
menerangkan sehingga pada waktu ujian memiliki gambaran tentang poinpoin penting dan memudahkan untuk menghafal bahan pelajaran.
c. Penggunaan Waktu
Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar yang
keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat
dibutuhkan karena berdampak dengan management diri pelajar. Jika seorang
17
Universitas Sumatera Utara
18
pelajar mengalami kesulitan dalam waktu, dia akan mengalami kesulitan
untuk mengatur tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
d. Lingkungan Fisik dan Sosial
Komponen ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
merekonstrusi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan
pelajar. Merekonstruksi lingkungan fisik berhubungan dengan tempat untuk
belajar yang tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar. Merekonstruksi
lingkungan sosial berhubungan dengan kemampuan individu untuk
menentukan kapan dia harus belajar dalam kelompok, belajar sendiri atau
dengan teman, kapan waktunya dia membutuhkan bimbingan dosen, guru
pribadi, ataupun melalui sumber nonsosial (seperti melalui referensi buku
atau menggunakan internet).
e. Performansi
Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap
performansi, pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat
mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri,
dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai.
18
Universitas Sumatera Utara
19
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Academic Self Management
Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi academic self management, yaitu:
a. Faktor personal dan sosiokultural
Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
dibawa siswa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi
dan sosial budaya mereka. Hal ini mempengaruhui bagaimana motivasi,
perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain itu, faktor sosiokultural juga
mempengaruhi bagaimana motivasi siswa, hal tersebut dapat dilihat dari
level sosioekonomi, tingkat pendidikan orangtua, dan harapan orangtua dapat
mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.
b. Faktor lingkungan kelas
Faktor lingkungan yang mempengaruhi academic self management akan
mempengaruhi bagaimana academic self management pelajar di dalam kelas,
seperti jenis tugas yang diberikan, perilaku instruktur, dan metode
pembelajaran.
c. Faktor internal
Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi
pelajar yang akan berpengaruh terhadap academic self management.
Misalnya, jika pelajar menghargai tugas dan dapat menguasainya, maka
pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha
keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan.
19
Universitas Sumatera Utara
20
5. Strategi Dari Academic Self Management
Menurut Dembo (2004), strategi dari academic self management dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Strategi motivasi
Strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta
usaha. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standart untuk
performansi. Tujuan membantu pelajar untuk lebih aware terhadap hasil dan
menentukan apa yang ingin dilakukannya.. Emosi akademik dapat
mempengaruhi proses belajar seseorang, kontrol diri, dan pencapaian
akademik. Komponen utama dalam menentukan emosi yaitu self talk. Self
talk berfungsi untuk memicu seseorang untuk menjadi produktif dalam
belajar
b. Strategi prilaku
Strategi prilaku seperti manajemen atau mengatur waktu, pengaturan
lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu bertujuan untuk memastikan
bahwa semua tugas yang dianggap lebih penting sudah terlaksana, oleh
karena itu dibutuhkan strategi-strategi dalam mengatur waktu tersebut,
seperti membuat jadwal belajar, mengatur jam istirahat dalam proses belajar,
memiliki alternatif kegiatan yang akan diberikan ketika waktu senggang.
Pengaturan lingkungan fisik dan sosial meliputi kemampuan untuk
menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain,
20
Universitas Sumatera Utara
21
kapan waktunya untuk mencari bantuan dari tutor, teman sebaya, dan
sumber nonsosial lain.
c. Strategi cara belajar
Strategi cara belajar meliputi belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen,
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan dalam menjalani ujian.
Sebagai seorang pembaca yang belajar mealui buku bacaan diharapkan
mampu menentukan poin-poin penting dari bacaan, meringkas informasi,
memperoleh pemahaman dan kesimpulan dari materi yang sudah dibaca.
Pada saat dosen memberikan informasi diharapkan seorang pelajar mampu
memperoleh pesan yang disampaikan oleh dosen. Pelajar juga diharapkan
mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti ujian dengan mengulangi
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
B. E-LEARNING
1. Pengertian E-learning
Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari.
Kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah
satu respon positif dari perkembangan teknologi tersebut adalah pembelajaran
berbasis e-learning. E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan
singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi elearning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,
21
Universitas Sumatera Utara
22
video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang didukung
dengan penggunaan teknologi sebagai medianya (Santrock, 2007)
E-learning sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Menurut Naidu
(2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat
tersebut hampir sama dengan pendapat Rosenberg (2006), yang mengatakan
bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan
atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber
instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi
individu
dan
organisasi.
Pada
umunya,
e-learning
merupakan
proses
pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya
internet, yang bertujuan agar pelajar dan pengajar dapat berkomunikasi tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santock
(2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui
komputer.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning memanfaatkan
kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan jaringan
internet, sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar.
22
Universitas Sumatera Utara
23
2. Pola Penggunaan E-Learning
Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada empat pola penggunaan elearning, yaitu:
a. Individual self-paced e-learning online yang mengarahkan pada situasi
pelajar yang mengakses intranet atau internet menjadi sumber belajar.
Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang sedang belajar sendiri atau
mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal.
b. Individual self-paced e-learning offline yang mengarahkan pada situasi
pelajar yang tidak menggunakan intranet atau internet sebagai sumber
belajarnya. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui media
seperti CD dan DVD.
c. Group-based e-learning synchronously yang mengarah pada situasi
sekelompok pelajar, belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui
media intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang
menggunakan audio dan video konferensi
d. Group-based e-learning asynchronously
yang mengarah pada situasi
sekelompok pelajar yang tidak harus belajar dalam waktu yang sama.
Contoh dari tipe ini berupa diskusi online melalui email dan konferensi
dengan pembelajaran sistem manajemen.
23
Universitas Sumatera Utara
24
3. Kelebihan E-learning
Menurut Bates dan Wulf (dalam Nisa, 2012) pembelajaran melalui e-learning
memiliki kelebihan, antara lain:
a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara
cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara
sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar
(enhance interactivity).
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja
(time and place exibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas
secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui
internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber
belajar ini kapan saja dan dari mana saja.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a
global audience). Dengan eksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah
peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta
waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja, seseorang dapat belajar.
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang
24
Universitas Sumatera Utara
25
tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran
bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya
dapat dilakukan secara periodik dan mudah.
4. Kekurangan E-learning
Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas
dari berbagai kekurangan. beberapa kritik mengenai e-learning menurut
Yahfizham (2014) yaitu :
a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar-mengajar.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan
d. Berubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan TIK.
e. Yang diajar tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.
g. Gagap dalam menguasai computer.
25
Universitas Sumatera Utara
26
C. MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh
statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi
didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan
menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu
pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono
dalam Nugraha, 2001).
Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian
(achieving stage), yaitu tahap indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki
untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan
keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan
kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan
Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU secara sah
pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi. Mahasiswa USU
dapat dikategorikan ke dalam beberapa program, yaitu program diploma, program
strata-1, dan program pascasarjana. Universitas Sumatera Utara memiliki
beberapa program studi, seperti fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas
pertanian, fakultas teknik, fakultas ekonomi, fakultas kedokteran gigi, fakultas
26
Universitas Sumatera Utara
27
ilmu budaya, fakultas MIPA, fakultas FISIP, fakultas keseharan masyarakat,
fakultas keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi, dan faultas fasilkom.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari mahasiswa USU
program strata-1 fakultas psikologi. Mahasiswa psikologi adalah individu yang
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, dimana individu dituntut untuk
menguasai teori-teori psikologi. Batasan umur untuk mahasiswa tidaklah bersifat
mutlak, karena realita di lapangan, banyak individu yang menyandang gelar
mahasiswa kurang dari usia yang tertulis ataupun lebih dari batas atas. Fakultas
Psikologi USU memberikan fasilitas belajar menggunakan e-learning, seperti
menyediakan OHP pada setiap kelas, menyediakan jaringan internet untuk
membantu mahasiswa mencari referensi di internet. Hampir seluruh mahasiswa di
Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning, termasuk dalam kegiatan
perkuliahan. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu
Rencana Studi secara online setiap semester, kuliah online pada matakuliah
tertentu, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu,
serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui email.
D. HUBUNGAN
ACADEMIC
SELF
MANAGEMENT
DENGAN
PENGGUNAAN E-LEARNING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI
USU
Mahasiswa Fakultas Psikologi USU berperan sebagai individu yang menjalani
pendidikan orang dewasa dan dituntut untuk dapat mengatur dirinya untuk
27
Universitas Sumatera Utara
28
belajar.
Dalam menjalankan proses belajar mahasiswa dituntut untuk
memanfaatkan hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajarnya, salah
satunya dengan memanfaatkan e-learning.
E-learning memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu belajar mahasiswa.
Ketika mahasiswa memanfaatkan elearning dengan intensif maka mutu belajar
mahasiswa juga akan meningkat (Karwati, 2014). Mahasiswa Fakultas Psikologi
menggunakan e-learning untuk mendukung proses belajarnya. Mahasiswa
terdorong untuk menggunakan e-learning karena dapat diakses dimana saja dan
kapan saja, tampilannya lebih menarik dibandingkan menggunakan buku. Elearning juga dapat berbentuk audio, visual, maupun audiovisual. E-learning
dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa
bantuan perangkat elektronika. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan secara
individu ataupun kelompok. Pola e-learning yang mendukung pembejaran seperti
indidualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning
offline, group based e-learning synchronously, dan group based e-learning
asynchronously (Naidu, 2006).
Pola e-learning indidualized self-paced e-learning online mengacu pada
situassi dimana seorang individu belajar dengan memanfaatkan akses sumber
belajar menggunakan jaringan internet atau intranet. Melalui pola ini maka
mahasiswa akan cenderung untuk mengontrol, memonitoring, dan memilih
metode pembelajaran secara individu dengan melibatkan media elektronik yang
terhubung dengan jaringan internet. Media yang dapat dimanfaatkan oleh
28
Universitas Sumatera Utara
29
mahasiswa seperti media sosial, dimana penggunaannya dapat berupa mengakses
tutorial yang mendukung kegiatan belajar, memperoleh informasi yang ada di
mancanegara, mengakses jurnal-jurnal online.
Pola e-learning individualized self-paced e-learning offline mengacu pada
situasi seorang pelajar yang menggunakan sumber belajar seperti perangkat
elektronik dan tanpa melibatkan jaringan internet. Melalui pola ini maka
mahasiswa akan cenderung mengontrol, memonitoring serta melibatkan media
elekronik yang dapat mendukung proses belajar seperti laptop, smartphone, CDROM. Selain menggunakan perangkat elektronik, mahasiswa juga dapat
memanfaatkan software atau aplikasi yang ada dalam perangkat elektronik
tersebut. mahasiswa biasanya akan belajar menggunakan powerpoint slide dosen
ataupun makalah dalam bentuk softcopy.
Pola e-learning group based e-learning synchronously mengacu pada situasi
kelompok pelajar yang berinteraksi dengan melibatkan jaringan internet dan
saling terhubung dalam waktu yang sama. Hal ini termasuk konferensi berbasis
chat, dan audio ataupun video yang saling terhubung satu arau dua arah. Terakhir
pada pola e-learning group based e-learning asynchronously mengacu pada
situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui internet atau internet dan
dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara anggota kelompok terjadi
dengan jeda waktu.
Memanfaatkan e-learning untuk memaksimalkan proses belajar merupakan
salah satu gambaran ketika mahasiswa mampu melakukan pengaturan diri untuk
29
Universitas Sumatera Utara
30
belajar yang disebut sebagai academic self management. Academic self
management merupakan pengaturan untuk membuat strategi dalam pendidikan
yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengatur cara belajarnya dengan
mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
belajar. Terdapat 3 strategi dalam academic self managmenet yang dapat
membantu mahasiswa untuk belajar, yaitu strategi motivasi, perilaku, dan cara
belajar (Dembo, 2004).
Strategi motivasi dapat melibatkan mahasiswa untuk terdorong menggunakan
e-learning. Melalui e-learning mahasiswa mendapatkan proses pembeljaran yang
efektif dan efisien serta menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa
terdorong untuk memanfaatkan e-learning untuk mendukung proses belajarnya
(Uwes, 2008) Manajemen waktu meliputi mengatur waktu untuk belajar dan juga
beristirahat. Lingkungan fisik dan sosial juga berpengaruh pada proses belajar,
seperti kapan seseorang harus belajar sendiri, menggunakan internet sebagai
referensi utama maupun sebagai referensi tambahannya, belajar dalam kelompok
dengan menggunakan media grup chat. Melalui e-learning dapat memudahkan
mahasiswa untuk berkomunikasi secara kelompok melalui grup chatting dengan
teman ataupun dengan dosen, tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler (Yazdi,
2012). Strategi cara belajar yang dapat dilakukan mahasiswa seperti belajar dari
buku bacaan dapat berbentuk harcopy ataupun softcopy dan menggunakan
perangkat elektronik, menyusun rencana belajar untuk mempersiapkan diri
menghadapi ujian dapat menggunakan memo atau alarm untuk mengatur waktu.
30
Universitas Sumatera Utara
31
Melalui academic self management, mahasiswa mampu mengurangi bahkan
menghindari hal-hal apa saja yang dapat menghambat perkembangannya dalam
akademik, seperti terlalu banyak mengikuti organisasi, kurangnya komitmen
dalam belajar, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan sebagainya.
Sedangkan hal-hal yang mendukung perkembangan akademiknya, seperti metode
belajarnya ataupun waktu yang efektif digunakan untuk belajar. Seseorang yang
memiliki academic self management yang baik umumnya mampu untuk mengatur
dirinya sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain.
Seseorang yang memiliki academic self management dapat mengatur kegiatan
belajarnya, untuk memaksimalkan proses belajarnya. E-learning dapat melibatkan
setiap strategi dalam academic self management. Ketika mahasiswa menggunakan
pembelajaran
e-learning
maka
mahasiswa
tersebut
juga
mengasah
kemampuannya untuk memotivasi diri, disiplin dalam penggunaan waktu,
pengaturan lingkungan fisik dan sosial, serta cara belajar yang nyaman dan sesuai
dengan dirinya sendiri. Ketika seorang mahasiswa memiliki academic self
management yang baik, dia dapat memanfaatkan fasilitas e-learning yang ada
untuk meningkatkan peforma akademiknya.
31
Universitas Sumatera Utara
32
E. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa, yaitu
a. Hipotesa Mayor:
Terdapat hubungan antara academic self management dengan pola
penggunaan e-learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.
b. Hipotesa minor:
1. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Individual self-paced e-learning online pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
2. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Individual self-paced e-learning offline pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
3. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
4. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
32
Universitas Sumatera Utara
LANDASAN TEORI
A. SELF MANAGEMENT
1. Definisi Self Management
Menurut Gantina (2011) mengatakan bahwa self management merupakan
prosedur pada individu untuk mengatur prilakunya sendiri. Pendapat tersebut
senada dengan pendapat Gie (2000) self management berarti mendorong diri
sendiri untuk maju, mengatur kemampuan dirinya, mengendalikan kemampuan
untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari
kehidupan pribadi. Self management diperlukan bagi seseorang agar mampu
menjadikan dirinya sebagai pribadi yang berkualitas dan bermanfaat dalam
menjalani kehidupannya. Self management juga membantu orang-orang untuk
mengarahkan setiap prilakunya kepada hal-hal positif dan dapat mengatur dirinya
ke arah yang lebih baik dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Self management dan self-regulated merupakan instilah yang sering dijumpai
dalam literatur psikologi, khususnya dalam psikologi pendidikan. menurut
Rismanto (2016) self management merupakan kemampuan untuk mengatur dan
mengelola
dirinya.
Sedangkan
menurut
Zimmerman
(Woolfolk,
2004)
mengatakan bahwa self-regulation merupakan sebuah proses dimana seseorang
peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya
yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan. Secara teoritis
14
Universitas Sumatera Utara
15
dapat dikatakan bahwa self management menjadi aspek dalam membentuk selfregulated learning. Jadi ketika individu sudah meregulasi dirinya, maka individu
tersebut memiliki self management, namun ketika individu mampu memanajemen
dirinya belum tentu individu tersebut sudah meregulasi dirinya.
2. Definisi Academic Self Management
Self management juga berfokus dalam bidang pendidikan yang dikenal
dengan Academic self management dan dimiliki oleh pelajar baik siswa maupun
mahasiswa. Menurut Menurut Cormier & Cormier (1985), self management
adalah suatu proses dimana seseorang mengarahkan tingkah lakunya sendiri
dengan menggunakan satu strategi. Pendapat tersebut sejalan dengan Dembo
(2004)
menyatakan
academic
self
management
adalah
strategi
yang
digunakanpelajar untuk menggontrol faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar, yang meliputi strategi prilaku (manajemen waktu, dan pengaturan
lingkungan fisik dan sosial), strategi motivasi (menyusun tujuan dan meregulasi
emosi serta usasha) dan strategi cara belajar (belajar dari buku bacaan, belajar dari
dosen, mempersiapkan diri untuk ujian, dan menjalani ujian)
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa academic self
management merupakan suatu pengaturan diri untuk membuat strategi dalam
pendidikan yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengontrol cara belajarnya
sehingga dapat mencegah dan menghindari faktor-faktor penghambat dalam
belajar.
15
Universitas Sumatera Utara
16
3. Komponen Academic Self Management
Zimmerman & Risemberg (dalam Dembo, 2004), terdapat lima komponen
dalam academic self management, yaitu:
a. Motivasi
Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang
berenergi dan terarah. Proses internal tersebut seperti tujuan seseorang,
keyakinan, persepsi, dan juga harapan. Misalnya, ketekunan dalam
mengerjakan tugas berhubungan dengan seberapa kompeten kamu dapat
menyelesaikan tugas tersebut. selain itu, keyakinan seseorang tentang
penyebab keberhasilan dan kegagalan pada tugas-tugas ini mempengaruhi
motivasi seseorang dan tindakannya pada tugas-tugas dimasa yang akan
datang.
Salah satu perbedaan utama dari pelajar yang sukses dan pelajar yang
tidak sukses adalah dalam hal motivasi, pelajar yang sukses mampu
memotivasi dirinya sendiri walaupun dia sedang berada dalam kondisi yang
kurang baik, sedangkan pelajar yang tidak sukses cenderung sulit untuk
mengatur motivasi mereka. Pelajar yang sukses seharusnya mampu
berkonsentrasi dan yakin dengan kemampuannya dan pengaruh dari
lingkungan.
Selain itu masalah lainnya dalam motivasi adalah ketekunan. Pelajar dapat
memotivasi dirinya sendiri, namun tidak tekun karena ada hal-hal yang
mengganggu selama motivasi sedang dibangun. Gangguan yang kecil dapat
16
Universitas Sumatera Utara
17
menyebabkan motivasi seseorang menjadi menurun. Untuk menjadi pelajar
yang sukses, seharusnya mampu untuk berkonsentrasi dan tanggap dengan
lingkungan yang mengganggu. Setiap pelajar melewati setiap proses yang
berbeda untuk mengatur perilakunya.
b. Metode Belajar
Metode belajar sering juga dikenal sebagai strategi belajar. Strategi belajar
merupakan suatu metode yang digunakan pelajar untuk mendapatkan
informasi. Pelajar dengan prestasi yang tinggi menggunakaan strategi belajar
yang lebih baik daripada pelajar yang memiliki prestasi yang rendah. Strategi
belajar yang dapat digunakan seperti menggarisbawahi kalimat yang penting,
meringkas, dan menguraikan.
Pelajar yang sukses diharapkan memiliki strategi pembelajaran yang baik.
Hal ini dapat dilakukan dengan memperlengkapi hal-hal yang membantu
pelajar dalam memahami sesuatu. Seperti membuat catatan kecil ketika guru
menerangkan sehingga pada waktu ujian memiliki gambaran tentang poinpoin penting dan memudahkan untuk menghafal bahan pelajaran.
c. Penggunaan Waktu
Pelajar dengan kemampuan manajemen waktu yang lebih baik cenderung
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelajar yang
keterampilan manajemen waktu yang tidak baik. Manajemen waktu sangat
dibutuhkan karena berdampak dengan management diri pelajar. Jika seorang
17
Universitas Sumatera Utara
18
pelajar mengalami kesulitan dalam waktu, dia akan mengalami kesulitan
untuk mengatur tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
d. Lingkungan Fisik dan Sosial
Komponen ini berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
merekonstrusi lingkungan fisik dan sosial untuk memenuhi kebutuhan
pelajar. Merekonstruksi lingkungan fisik berhubungan dengan tempat untuk
belajar yang tenang dan tidak mengganggu kegiatan belajar. Merekonstruksi
lingkungan sosial berhubungan dengan kemampuan individu untuk
menentukan kapan dia harus belajar dalam kelompok, belajar sendiri atau
dengan teman, kapan waktunya dia membutuhkan bimbingan dosen, guru
pribadi, ataupun melalui sumber nonsosial (seperti melalui referensi buku
atau menggunakan internet).
e. Performansi
Pada saat pelajar belajar bagaimana mengamati dan mengontrol setiap
performansi, pelajar dapat menjadi mentor diri sendiri. Pelajar dapat
mempraktekkan kemampuan yang dimilikinya, proses pengevaluasian diri,
dan membuat perubahan sehingga tujuan dapat tercapai.
18
Universitas Sumatera Utara
19
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Academic Self Management
Dembo (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi academic self management, yaitu:
a. Faktor personal dan sosiokultural
Faktor personal meliputi bagaimana sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
dibawa siswa sampai ke perguruan tinggi berdasarkan pengalaman pribadi
dan sosial budaya mereka. Hal ini mempengaruhui bagaimana motivasi,
perilaku, dan kelangsungan studi pelajar. Selain itu, faktor sosiokultural juga
mempengaruhi bagaimana motivasi siswa, hal tersebut dapat dilihat dari
level sosioekonomi, tingkat pendidikan orangtua, dan harapan orangtua dapat
mempengaruhi motivasi dan perilaku pelajar.
b. Faktor lingkungan kelas
Faktor lingkungan yang mempengaruhi academic self management akan
mempengaruhi bagaimana academic self management pelajar di dalam kelas,
seperti jenis tugas yang diberikan, perilaku instruktur, dan metode
pembelajaran.
c. Faktor internal
Faktor internal meliputi tujuan siswa, kepercayaan, perasaan dan persepsi
pelajar yang akan berpengaruh terhadap academic self management.
Misalnya, jika pelajar menghargai tugas dan dapat menguasainya, maka
pelajar cenderung menggunakan strategi belajar yang berbeda, berusaha
keras, dan bertahan sampai tugas terselesaikan.
19
Universitas Sumatera Utara
20
5. Strategi Dari Academic Self Management
Menurut Dembo (2004), strategi dari academic self management dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Strategi motivasi
Strategi motivasi seperti menyusun tujuan dan meregulasi emosi serta
usaha. Perencanaan tujuan meliputi proses membuat standart untuk
performansi. Tujuan membantu pelajar untuk lebih aware terhadap hasil dan
menentukan apa yang ingin dilakukannya.. Emosi akademik dapat
mempengaruhi proses belajar seseorang, kontrol diri, dan pencapaian
akademik. Komponen utama dalam menentukan emosi yaitu self talk. Self
talk berfungsi untuk memicu seseorang untuk menjadi produktif dalam
belajar
b. Strategi prilaku
Strategi prilaku seperti manajemen atau mengatur waktu, pengaturan
lingkungan fisik dan sosial. Manajemen waktu bertujuan untuk memastikan
bahwa semua tugas yang dianggap lebih penting sudah terlaksana, oleh
karena itu dibutuhkan strategi-strategi dalam mengatur waktu tersebut,
seperti membuat jadwal belajar, mengatur jam istirahat dalam proses belajar,
memiliki alternatif kegiatan yang akan diberikan ketika waktu senggang.
Pengaturan lingkungan fisik dan sosial meliputi kemampuan untuk
menentukan kapan pelajar harus bekerja sendiri atau dengan orang lain,
20
Universitas Sumatera Utara
21
kapan waktunya untuk mencari bantuan dari tutor, teman sebaya, dan
sumber nonsosial lain.
c. Strategi cara belajar
Strategi cara belajar meliputi belajar dari buku bacaan, belajar dari dosen,
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, dan dalam menjalani ujian.
Sebagai seorang pembaca yang belajar mealui buku bacaan diharapkan
mampu menentukan poin-poin penting dari bacaan, meringkas informasi,
memperoleh pemahaman dan kesimpulan dari materi yang sudah dibaca.
Pada saat dosen memberikan informasi diharapkan seorang pelajar mampu
memperoleh pesan yang disampaikan oleh dosen. Pelajar juga diharapkan
mempersiapkan dirinya sebelum mengikuti ujian dengan mengulangi
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya.
B. E-LEARNING
1. Pengertian E-learning
Perkembangan teknologi merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindari.
Kemajuan teknologi berjalan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah
satu respon positif dari perkembangan teknologi tersebut adalah pembelajaran
berbasis e-learning. E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu 'e' yang merupakan
singkatan dari 'electronica' dan 'learning' yang berarti 'pembelajaran'. Jadi elearning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat
elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio,
21
Universitas Sumatera Utara
22
video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang didukung
dengan penggunaan teknologi sebagai medianya (Santrock, 2007)
E-learning sendiri memiliki berbagai macam pengertian. Menurut Naidu
(2006), e-learning merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi yang disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pendapat
tersebut hampir sama dengan pendapat Rosenberg (2006), yang mengatakan
bahwa e-learning merupakan penggunaan teknologi internet untuk menciptakan
atau mengirimkan lingkungan pembelajaran yang meliputi sekumpulan sumber
instruksi, informasi, dan solusi, yang bertujuan untuk meningkatkan performansi
individu
dan
organisasi.
Pada
umunya,
e-learning
merupakan
proses
pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, khususnya
internet, yang bertujuan agar pelajar dan pengajar dapat berkomunikasi tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Santock
(2007) yang menyatakan bahwa internet merupakan inti dari komunikasi melalui
komputer.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning memanfaatkan
kemajuan teknologi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan jaringan
internet, sehingga memudahkan kegiatan belajar mengajar.
22
Universitas Sumatera Utara
23
2. Pola Penggunaan E-Learning
Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada empat pola penggunaan elearning, yaitu:
a. Individual self-paced e-learning online yang mengarahkan pada situasi
pelajar yang mengakses intranet atau internet menjadi sumber belajar.
Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang sedang belajar sendiri atau
mengadakan penelitian pada internet atau jaringan lokal.
b. Individual self-paced e-learning offline yang mengarahkan pada situasi
pelajar yang tidak menggunakan intranet atau internet sebagai sumber
belajarnya. Contoh dari tipe ini adalah pelajar yang belajar melalui media
seperti CD dan DVD.
c. Group-based e-learning synchronously yang mengarah pada situasi
sekelompok pelajar, belajar bersama dalam waktu yang nyata melalui
media intranet atau internet. Hal ini meliputi komunikasi dua arah yang
menggunakan audio dan video konferensi
d. Group-based e-learning asynchronously
yang mengarah pada situasi
sekelompok pelajar yang tidak harus belajar dalam waktu yang sama.
Contoh dari tipe ini berupa diskusi online melalui email dan konferensi
dengan pembelajaran sistem manajemen.
23
Universitas Sumatera Utara
24
3. Kelebihan E-learning
Menurut Bates dan Wulf (dalam Nisa, 2012) pembelajaran melalui e-learning
memiliki kelebihan, antara lain:
a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan
guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara
cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi
pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara
sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar
(enhance interactivity).
b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja
(time and place exibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas
secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui
internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber
belajar ini kapan saja dan dari mana saja.
c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a
global audience). Dengan eksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah
peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta
waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan
saja, seseorang dapat belajar.
d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran
(easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang
24
Universitas Sumatera Utara
25
tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran
bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya
dapat dilakukan secara periodik dan mudah.
4. Kekurangan E-learning
Pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas
dari berbagai kekurangan. beberapa kritik mengenai e-learning menurut
Yahfizham (2014) yaitu :
a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar
itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses belajar-mengajar.
b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan
sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis.
c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan
d. Berubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang
menggunakan TIK.
e. Yang diajar tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung
gagal.
f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.
g. Gagap dalam menguasai computer.
25
Universitas Sumatera Utara
26
C. MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh
statusnya dalam kaitannya dengan perguruan tinggi, sedangkan perguruan tinggi
didefenisikan sebagai lembaga pendidikan formal di atas sekolah lanjutan
menengah ke atas yang terutama memberikan pendidikan teori dari suatu ilmu
pengetahuan, disamping mengajarkan keterampilan (skill) tertentu (Sarwono
dalam Nugraha, 2001).
Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian
(achieving stage), yaitu tahap indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki
untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan
keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan
kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan
Mahasiswa USU merupakan peserta didik yang terdaftar di USU secara sah
pada satu jenis pendidikan akademik, profesi, dan/atau vokasi. Mahasiswa USU
dapat dikategorikan ke dalam beberapa program, yaitu program diploma, program
strata-1, dan program pascasarjana. Universitas Sumatera Utara memiliki
beberapa program studi, seperti fakultas kedokteran, fakultas hukum, fakultas
pertanian, fakultas teknik, fakultas ekonomi, fakultas kedokteran gigi, fakultas
26
Universitas Sumatera Utara
27
ilmu budaya, fakultas MIPA, fakultas FISIP, fakultas keseharan masyarakat,
fakultas keperawatan, fakultas psikologi, fakultas farmasi, dan faultas fasilkom.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari mahasiswa USU
program strata-1 fakultas psikologi. Mahasiswa psikologi adalah individu yang
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, dimana individu dituntut untuk
menguasai teori-teori psikologi. Batasan umur untuk mahasiswa tidaklah bersifat
mutlak, karena realita di lapangan, banyak individu yang menyandang gelar
mahasiswa kurang dari usia yang tertulis ataupun lebih dari batas atas. Fakultas
Psikologi USU memberikan fasilitas belajar menggunakan e-learning, seperti
menyediakan OHP pada setiap kelas, menyediakan jaringan internet untuk
membantu mahasiswa mencari referensi di internet. Hampir seluruh mahasiswa di
Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning, termasuk dalam kegiatan
perkuliahan. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu
Rencana Studi secara online setiap semester, kuliah online pada matakuliah
tertentu, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu,
serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui email.
D. HUBUNGAN
ACADEMIC
SELF
MANAGEMENT
DENGAN
PENGGUNAAN E-LEARNING PADA MAHASISWA PSIKOLOGI
USU
Mahasiswa Fakultas Psikologi USU berperan sebagai individu yang menjalani
pendidikan orang dewasa dan dituntut untuk dapat mengatur dirinya untuk
27
Universitas Sumatera Utara
28
belajar.
Dalam menjalankan proses belajar mahasiswa dituntut untuk
memanfaatkan hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajarnya, salah
satunya dengan memanfaatkan e-learning.
E-learning memiliki pengaruh yang positif terhadap mutu belajar mahasiswa.
Ketika mahasiswa memanfaatkan elearning dengan intensif maka mutu belajar
mahasiswa juga akan meningkat (Karwati, 2014). Mahasiswa Fakultas Psikologi
menggunakan e-learning untuk mendukung proses belajarnya. Mahasiswa
terdorong untuk menggunakan e-learning karena dapat diakses dimana saja dan
kapan saja, tampilannya lebih menarik dibandingkan menggunakan buku. Elearning juga dapat berbentuk audio, visual, maupun audiovisual. E-learning
dapat diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa
bantuan perangkat elektronika. Pembelajaran e-learning dapat dilakukan secara
individu ataupun kelompok. Pola e-learning yang mendukung pembejaran seperti
indidualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning
offline, group based e-learning synchronously, dan group based e-learning
asynchronously (Naidu, 2006).
Pola e-learning indidualized self-paced e-learning online mengacu pada
situassi dimana seorang individu belajar dengan memanfaatkan akses sumber
belajar menggunakan jaringan internet atau intranet. Melalui pola ini maka
mahasiswa akan cenderung untuk mengontrol, memonitoring, dan memilih
metode pembelajaran secara individu dengan melibatkan media elektronik yang
terhubung dengan jaringan internet. Media yang dapat dimanfaatkan oleh
28
Universitas Sumatera Utara
29
mahasiswa seperti media sosial, dimana penggunaannya dapat berupa mengakses
tutorial yang mendukung kegiatan belajar, memperoleh informasi yang ada di
mancanegara, mengakses jurnal-jurnal online.
Pola e-learning individualized self-paced e-learning offline mengacu pada
situasi seorang pelajar yang menggunakan sumber belajar seperti perangkat
elektronik dan tanpa melibatkan jaringan internet. Melalui pola ini maka
mahasiswa akan cenderung mengontrol, memonitoring serta melibatkan media
elekronik yang dapat mendukung proses belajar seperti laptop, smartphone, CDROM. Selain menggunakan perangkat elektronik, mahasiswa juga dapat
memanfaatkan software atau aplikasi yang ada dalam perangkat elektronik
tersebut. mahasiswa biasanya akan belajar menggunakan powerpoint slide dosen
ataupun makalah dalam bentuk softcopy.
Pola e-learning group based e-learning synchronously mengacu pada situasi
kelompok pelajar yang berinteraksi dengan melibatkan jaringan internet dan
saling terhubung dalam waktu yang sama. Hal ini termasuk konferensi berbasis
chat, dan audio ataupun video yang saling terhubung satu arau dua arah. Terakhir
pada pola e-learning group based e-learning asynchronously mengacu pada
situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui internet atau internet dan
dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara anggota kelompok terjadi
dengan jeda waktu.
Memanfaatkan e-learning untuk memaksimalkan proses belajar merupakan
salah satu gambaran ketika mahasiswa mampu melakukan pengaturan diri untuk
29
Universitas Sumatera Utara
30
belajar yang disebut sebagai academic self management. Academic self
management merupakan pengaturan untuk membuat strategi dalam pendidikan
yang digunakan oleh pelajar untuk bisa mengatur cara belajarnya dengan
mengurangi dan menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam
belajar. Terdapat 3 strategi dalam academic self managmenet yang dapat
membantu mahasiswa untuk belajar, yaitu strategi motivasi, perilaku, dan cara
belajar (Dembo, 2004).
Strategi motivasi dapat melibatkan mahasiswa untuk terdorong menggunakan
e-learning. Melalui e-learning mahasiswa mendapatkan proses pembeljaran yang
efektif dan efisien serta menyenangkan. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa
terdorong untuk memanfaatkan e-learning untuk mendukung proses belajarnya
(Uwes, 2008) Manajemen waktu meliputi mengatur waktu untuk belajar dan juga
beristirahat. Lingkungan fisik dan sosial juga berpengaruh pada proses belajar,
seperti kapan seseorang harus belajar sendiri, menggunakan internet sebagai
referensi utama maupun sebagai referensi tambahannya, belajar dalam kelompok
dengan menggunakan media grup chat. Melalui e-learning dapat memudahkan
mahasiswa untuk berkomunikasi secara kelompok melalui grup chatting dengan
teman ataupun dengan dosen, tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler (Yazdi,
2012). Strategi cara belajar yang dapat dilakukan mahasiswa seperti belajar dari
buku bacaan dapat berbentuk harcopy ataupun softcopy dan menggunakan
perangkat elektronik, menyusun rencana belajar untuk mempersiapkan diri
menghadapi ujian dapat menggunakan memo atau alarm untuk mengatur waktu.
30
Universitas Sumatera Utara
31
Melalui academic self management, mahasiswa mampu mengurangi bahkan
menghindari hal-hal apa saja yang dapat menghambat perkembangannya dalam
akademik, seperti terlalu banyak mengikuti organisasi, kurangnya komitmen
dalam belajar, penggunaan media sosial yang berlebihan, dan sebagainya.
Sedangkan hal-hal yang mendukung perkembangan akademiknya, seperti metode
belajarnya ataupun waktu yang efektif digunakan untuk belajar. Seseorang yang
memiliki academic self management yang baik umumnya mampu untuk mengatur
dirinya sendiri, tanpa harus melibatkan orang lain.
Seseorang yang memiliki academic self management dapat mengatur kegiatan
belajarnya, untuk memaksimalkan proses belajarnya. E-learning dapat melibatkan
setiap strategi dalam academic self management. Ketika mahasiswa menggunakan
pembelajaran
e-learning
maka
mahasiswa
tersebut
juga
mengasah
kemampuannya untuk memotivasi diri, disiplin dalam penggunaan waktu,
pengaturan lingkungan fisik dan sosial, serta cara belajar yang nyaman dan sesuai
dengan dirinya sendiri. Ketika seorang mahasiswa memiliki academic self
management yang baik, dia dapat memanfaatkan fasilitas e-learning yang ada
untuk meningkatkan peforma akademiknya.
31
Universitas Sumatera Utara
32
E. HIPOTESA PENELITIAN
Berdasarkan uraian teoritis, maka peneliti membuat hipotesa, yaitu
a. Hipotesa Mayor:
Terdapat hubungan antara academic self management dengan pola
penggunaan e-learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.
b. Hipotesa minor:
1. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Individual self-paced e-learning online pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
2. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Individual self-paced e-learning offline pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
3. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
4. Terdapat hubungan antara academic self managment dengan pola
Group-based e-learning synchronously pada mahasiswa Fakultas
Psikologi USU.
32
Universitas Sumatera Utara