Perbedaan Self-Directed Learning Ditinjau dari Pola Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

MAULIDINI NAZLELY 071301030


(2)

Perbedaan Self Directed Learning Ditinjau Dari Pola

Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Maulidini Nazlely dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Self directed learning adalah seseorang dalam kegiatan belajarnya dan merupakan peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian, atau pengembangan diri yang dipilih dan dilakukan oleh seorang individu dengan cara apapun dan kapanpun dia inginkan. Menurut Wedemeyer (dalam Rusman, 2010), self directed learning dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran e-learning. Romiszowski (dalam, Naidu, 2002) menyatakan bahwa ada empat pola pembelajaran e-learning yaitu, pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning online, pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning offline, pola pembelajaran e-learning group based synchronously dan pola pembelajaran e-learning group based asynchronously. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Anava 1 Jalur. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah 334 orang yang berasal dari Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA dan Fakultas Pertanian. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster. Pada penelitian ini menggunakan skala self directed learning berdasarkan dari teori Romiszowski (2002) yang terdiri dari 33 aitem dan skala pola pembelajaran e-learning yang diadaptasi oleh Crocker and Algina. Uji reliabilitas dari penelitian ini menggunakan alpha cronbach dengan hasil pada skala self directed learning diperoleh p=0.837. sedangkan skala pola pembelajaran e-learning pada pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning online diperoleh nilai p=0.635, pada pola pembelajaran individual self paced e-learning offline diperoleh nilai p=0.635, pada pola pembelajaran e-learning group based group based synchronously diperoleh nilai p=0.694 dan pada pola pembelajaran e-learning group based asynchronously diperoleh nilai p=0.710. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada


(3)

Differences In Self Directed Learning On E-learning Modalities Of Student University North Sumatera

Maulidini Nazlely dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

Self directed learning is learning activity and an increase in knowledge, skill, accomplishment, or personal development that an individual selects and brings about by his or her own efforts using any method in any circumstances at any times. According to Wedemeyer (in Rusman, 2010), self directed learning is considered flexible and train student independence in learning, especially in e-learning. Romiszowski (in, Naidu, 2002) states that there are four modalities of learning which is individual self paced e-learning online, individual self paced e-e-learning offline, group based group based synchronously and group based asynchronously. The purpose of this research is to find out if there are differences in self-directed learning in modalities of e-learning of student learning at the University of North Sumatra.

This study used quantitative approach with Anova method of line 1. Subjects in this research is 334 students from the Faculty of Economics, Faculty of MIPA and Faculty of Agriculture. The sampling technique by used a cluster sampling. In this research used self-directed learning scale based on the theory of Romiszowski (2002) which consists of 33 items and scale of modalities of e-learning created by Crocker and Algina. Reliability test of this research used alpha cronbach with results on the scale of self-directed learning acquired p=0.837. While the scale of the modalities of e-learning that consists of a individual self paced e-learning online gain the result p=0.635, individual self paced e-learning offline gain the result p=0.635, group based group based synchronously gain the result p=0.694 and group based asynchronously gain the result p=0.710. The results of this research has a difference in self-directed learning in terms of modalities of e-learning of student at the University of North Sumatra (p = 0.19, p <0.05).


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul

“Perbedaan Self-Directed Learning Ditinjau dari Pola Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara”, guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Berbagai proses telah penulis alami selama ini. Perlu banyak usaha, kerja keras dan kemauan yang tinggi dalam setiap prosesnya. Bagi penulis penyelesaian penelitian ini merupakan titik awal untuk mencapai mimpi-mimpi lainnya. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terutama sekali penulis ingin mengucapkan Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah atas segala Nikmat dan KaruniaMu, penulis juga ingin berterima kasih kepada kedua orang tua penulis Dr. Nazaruddin Jaffar dan Dr. Maharani yang telah memberikan banyak perhatian, dukungan baik secara moril dan materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Penulis juga sangat mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku dekan Fakultas Psikologi USU.

2. Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan setulus hati telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan memberikan petunjuk, saran serta semangat selama proses penyusunan. Semoga Allah membalas segala kebaikan Ibu selama ini dengan jannah-Nya.

3. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas segala ilmu dan pengalaman yang telah diberikan. Semoga ilmu dan pengalaman yang diberikan menjadi bekal


(5)

4. Kakak dan abang tersayang, Harry Zulkarnaen, Drg. Radiah Nazmah Sari dan Rabithah Nazran, SH, terima kasih atas semangat dan bantuan yang begitu berarti untuk saya.

5. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumtera Utara. Bapak Iskandar, Bapak Aswan, Kak Ari, Bang Ronal dan Kak Devi, yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam hal administrasi.

6. Kepada Novita Armayanti, Trisa Novia, Rina Melati, Maria, Fenny Kurniawan, kakanda Sarah, Risa Fadillah serta teman semua teman senasib dan seperjuangan. Terima kasih untuk bersedia memberikan bantuan, semangat, masukan dan saran-sarannya.

7. Kepada Briyogi Shadiwa, terima kasih untuk dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

8. Kepada kakak Stevie Duma, terima kasih untuk bersedia memberikan bantuannya, bimbingan, semangat, masukan dan saran-sarannya.

9. Terima kasih juga penulis ucapkan pada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam proposal penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan penelitian ini. Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... …. i

ABSTRACT ... …. ii

KATA PENGANTAR ... …. iii

DAFTAR ISI ... … v

DAFTAR TABEL ... .. viii

BAB I. PENDAHULUAN ... viii

A. Latar Belakang ... 9

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Peneletian ... 15

E. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Self-Directed Learning ... 10

1. Pengertian belajar ... 10

2. Pengertian self-directed learning... 11

3. Dimensi self-directed learning ... 13

4. Proses self-directed learning dalam konteks online ... 16

5. Pengukuran Self-Directed Learning ... 18

B. E-learning ... 18

1. Pola-pola e-learning ... 20

2. Komponen e-learning ... 21

3. Kelebihan dan kekurangan pada e-learning ... 22

C. Mahasiswa ... 24

D. Hubungan Self-Drected Learning dengan Pola Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara ... 26


(7)

1. Variabel tergantung : Self-directed learning ... 31

2. Variabel bebas : Pola pembelajaran e-learning ... 31

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 31

1. Self-directed learning ... 31

2. Pola pembelajaran e-learning ... 32

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 34

1. Populasi dan Sampel ... 34

2. Metode pengambilan sampel ... 35

3. Jumlah sampel penelitian ... 36

D. Metode Pengumpulan Data ... 37

1. Skala self-directed learning ... 37

2. Skala pola pembelajaran e-learning ... 39

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

1. Validitas ... 40

2. Uji Daya Beda Aitem ... 41

3. Reliabilitas ... 42

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 42

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 47

G. Tahap Pelaksanaan Penelitian... 48

H. Tahap Pengolahan Data ... 49

I. Metode Analisis Data ... 49

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Analisa Data ... 51

1. Gambaran Subjek Penelitian ... 51

B. Hasil Penelitian ... 52

1. Uji normalitas sebaran ... 52


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

1. Saran Metodologis ... 63

2. Saran Praktis ... 64

DAFTAR PUSTAKA ……… 66 LAMPIRAN


(9)

Tabel 1.Penyebaran Jumlah Mahasiswa S1 Universitas Sumatera Utara …… 33 Tabel 2.Blue Print Skala Self-directed learning Sebelum Uji Coba

Tabel. 3. Blue print Skala Gaya Belajar Sebelum Uji Coba

Tabel 4. Blue Print Skala Self Directed Learning Setelah Uji Coba

Tabel 5. Blue Print Skala Self Directed Learning Setelah Uji Coba Dengan Penomoran Baru

Tabel 6. Blue Print Skala pola pembelajaran e-learning Setelah Uji Coba

Tabel 7. Skala pola pembelajaran e-learning Setelah Uji Coba dengan Penomoran Baru

Tabel 8. Pengelompokan Berdasarkan Pola Pembelajaran E-learning

Tabel 9. Normalitas Sebaran Variabel Self directed learning pada Pola pembelajaran e-larning

Tabel 10. Uji Homogenitas

Tabel 11. Hasil Analisis Varians SDL di Tinjau Dari Pola Pembelajaran E-learning


(10)

Perbedaan Self Directed Learning Ditinjau Dari Pola

Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Maulidini Nazlely dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRAK

Self directed learning adalah seseorang dalam kegiatan belajarnya dan merupakan peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian, atau pengembangan diri yang dipilih dan dilakukan oleh seorang individu dengan cara apapun dan kapanpun dia inginkan. Menurut Wedemeyer (dalam Rusman, 2010), self directed learning dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian mahasiswa dalam pembelajaran terutama pada pembelajaran e-learning. Romiszowski (dalam, Naidu, 2002) menyatakan bahwa ada empat pola pembelajaran e-learning yaitu, pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning online, pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning offline, pola pembelajaran e-learning group based synchronously dan pola pembelajaran e-learning group based asynchronously. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Anava 1 Jalur. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah 334 orang yang berasal dari Fakultas Ekonomi, Fakultas MIPA dan Fakultas Pertanian. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik cluster. Pada penelitian ini menggunakan skala self directed learning berdasarkan dari teori Romiszowski (2002) yang terdiri dari 33 aitem dan skala pola pembelajaran e-learning yang diadaptasi oleh Crocker and Algina. Uji reliabilitas dari penelitian ini menggunakan alpha cronbach dengan hasil pada skala self directed learning diperoleh p=0.837. sedangkan skala pola pembelajaran e-learning pada pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning online diperoleh nilai p=0.635, pada pola pembelajaran individual self paced e-learning offline diperoleh nilai p=0.635, pada pola pembelajaran e-learning group based group based synchronously diperoleh nilai p=0.694 dan pada pola pembelajaran e-learning group based asynchronously diperoleh nilai p=0.710. Hasil dari penelitian ini adalah ada perbedaan self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada


(11)

Differences In Self Directed Learning On E-learning Modalities Of Student University North Sumatera

Maulidini Nazlely dan Filia Dina Anggaraeni

ABSTRACT

Self directed learning is learning activity and an increase in knowledge, skill, accomplishment, or personal development that an individual selects and brings about by his or her own efforts using any method in any circumstances at any times. According to Wedemeyer (in Rusman, 2010), self directed learning is considered flexible and train student independence in learning, especially in e-learning. Romiszowski (in, Naidu, 2002) states that there are four modalities of learning which is individual self paced e-learning online, individual self paced e-e-learning offline, group based group based synchronously and group based asynchronously. The purpose of this research is to find out if there are differences in self-directed learning in modalities of e-learning of student learning at the University of North Sumatra.

This study used quantitative approach with Anova method of line 1. Subjects in this research is 334 students from the Faculty of Economics, Faculty of MIPA and Faculty of Agriculture. The sampling technique by used a cluster sampling. In this research used self-directed learning scale based on the theory of Romiszowski (2002) which consists of 33 items and scale of modalities of e-learning created by Crocker and Algina. Reliability test of this research used alpha cronbach with results on the scale of self-directed learning acquired p=0.837. While the scale of the modalities of e-learning that consists of a individual self paced e-learning online gain the result p=0.635, individual self paced e-learning offline gain the result p=0.635, group based group based synchronously gain the result p=0.694 and group based asynchronously gain the result p=0.710. The results of this research has a difference in self-directed learning in terms of modalities of e-learning of student at the University of North Sumatra (p = 0.19, p <0.05).


(12)

A. Latar Belakang

Pada paradigma lama proses belajar mengajar pada umumnya berlangsung di ruang kelas dan ditandai dengan kehadiran pendidik di muka kelas. Pendidik memiliki tanggung jawab penuh terhadap jalannya proses belajar mengajar dan bisa dianggap sebagai salah satu sumber daya paling penting dari sebuah proses belajar mengajar. Sebaliknya pada paradigma baru proses belajar mengajar harus

berfokus pada aktifitas “belajar” dan bukan pada aktifitas “mengajar” seperti pada

paradigma lama. Para paradigma baru mahasiswa menjadi active learner. Oleh karena itu, mahasiswa harus difasilitasi sesuai kebutuhannya masing-masing. (Widhiartha, 2008).

Perubahan paradigma untuk perguruan tinggi berkaitan dengan konsep pembelajaran, peran dosen, delivery system, dan sarana pendukung. Sementara bagi mahasiswa perubahan paradigma berkaitan dengan pembentukan persepsi dan kebiasaan belajar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengontrol, membimbing pembelajarannya secara sendiri (otonom dan independent, serta mahasiswa mampu untuk belajar secara mandiri (Hardianto, 2007). Hal ini bisa dilakukan salah satunya dengan mengasah kemampuan self directed learning secara baik agar memungkinkan mahasiswa untuk menyesuaikan dan mengontrol cara-cara


(13)

pengembangan karakter, serta menyiapkan mahasiswa untuk bisa belajar selama seumur hidup mereka (Gibbons, 2002).

Dalam hal ini yang dimaksud dengan self directed learning adalah suatu peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian atau pengembangan diri yang dipilih individu dan membuat usaha mereka sendiri dengan mengunakan metode dan situasi apapun pada setiap waktu. Selain itu, mahasiswa mengontrol atas pengalaman belajarnya, mampu mengembangkan ketrampilannya dalam pembelajaran, mahasiswa juga mengubah diri pada kinerja yang paling baik, mampu untuk manajemen diri dan yang terakhir adalah motivasi diri serta penilaian diri (Gibson, 2002).

Self-directed learning memberikan kesempatan kepada mahasiwa untuk menentukan tujuan belajar, merencanakan proses belajar, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilih, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan belajar. Self-directed learning merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa pendidikan jarak jauh atau pengguna e-learning. Karena pada pendidikan jarak jauh atau e-learning merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan untuk mengatasi keterpisahan yang hampir permanen dalam jarak ruang dan waktu antara mahasiswa dan dosen. Penyelenggaraan pendidikan e-learning ini lebih menitikberatkan pada penggunaan media dan sistem belajar yang lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada mahasiswa (Seamolec, 2008).


(14)

dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. Huruf “e” pada e-learning berarti elektronik, sedangkan kata learning sering diartikan dengan belajar pendidikan (education) atau pelatihan (training). Jadi, e-learning bisa diartikan pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanakannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya yang dilakukan melalui network (jaringan). Ini berarti dengan e-learning memungkinkan tersampainya bahan ajar kepada mahasiswa menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet atau intranet (Munir, 2008).

Pembelajaran melalui e-learning sudah mulai diterapkan di universitas-universitas yang ada di Indonesia, salah satunya di Universitas Sumatera Utara (USU). Kepala Pusat Sistem Informasi (PSI) USU menjelaskan bahwa konsep pembelajaran e-learning sudah dijalankan sejak tahun ajaran 2009/2010, hanya saja masih banyak dosen yang belum memanfaatkan fasilitas e-learning ini. Beliau juga menyatakan bahwa hanya sekitar 10 persen dosen USU yang memakai e-learning (dalam Muslim, 2010).

Salah satu bentuk e-learning yang dijalankan di USU antara lain adalah pola-pola pembelajaran via e-learning pada program pendidikan strata satu (S1). Romiszowski (dalam Naidu, 2006) menyatakan bahwa e-learning memiliki empat pola dari e-learning yang digunakan untuk keperluan pembelajaran. Pertama yaitu individualized self-paced e-learning online yang mengacu pada situasi di mana


(15)

paced e-learning offline yang mengacu pada situasi di mana seorang individu belajar dengan bantuan media elektonik secara offline. Ketiga adalah group-based e-learning synchronously mengacu pada situasi di mana sekelompok pelajar bekerja sama melalui intranet atau internet. Terakhir group-based e-learning asynchronously mengacu pada situasi di mana sekelompok pelajar bekerja melalui intranet atau internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara peserta terjadi dengan adanya jeda waktu (dalam Naidu, 2006).

Selaras dengan ini penelitian oleh Duma (2009) terhadap mahasiswa USU yang meneliti tentang sikap mahasiswa USU terhadap pola-pola e-learning. Hasil dari penelitian ini bahwa sampel berada di kategori netral pada setiap pola pembelajaran e-learning, yaitu pada pola pembelajaran individualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning offline, group-based e-learning synchronously dan group-based e-learning asynchronously. Sampel berada dikategori netral dapat diartikan bahwa mahasiswa yang tidak memiliki kepercayaan, perasaan ataupun kecenderungan perilaku yang terlalu positif maupun negatif terhadap pola pembelajaran e-learning. Hal ini terjadi karena kurangnya pengalaman para mahasiswa dengan dunia teknologi sehingga mereka tidak mengemukakan sikap yang positif maupun negatif pada e-learning yang digunakan.

Pada proses pembelajaran e-learning ini, self-directed learning sangat bermanfaat karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian


(16)

directed learning bisa membantu para mahasiswa supaya mereka dapat mengontrol diri mereka sendiri dalam pembelajaran dan mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisiplinkan dirinya untuk mengembangkan kemampuan belajar atas kemauan sendiri.

Self-directed learning dapat mengontrol mahasiswa dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan e-learning secara mandiri. Mahasiswa dapat mengakses berbagai referensi dan bahan belajar yang disediakan. Tidak ada instruktur ataupun waktu khusus untuk berdiskusi dengan sesama peserta didik. Masing-masing peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan kebutuhannya. Pada pembelajaran e-learning sebenarnya menuntut para mahasiswa untuk bisa mengontrol, merencanakan pembelajarannya, memonitor dirinya sendiri serta mengevaluasi dan menilai dirinya sendiri (Widhiartha, 2008).

Untuk melihat gambaran self-directed learning pada pembelajaran yang menggunakan e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara, peneliti melakukan survey awal pada 75 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara yaitu, mahasiswa di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas ISIP, Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Farmasi, Fakultas MIPA dan Fakultas Keperawatan. Hasil survey ini menemukan bahwa 81,33% mahasiswa yang belum bisa mengontrol cara pembelajarannya dengan baik saat menggunakan pola pembelajaran e-learning.


(17)

mahasiswa tidak bisa fokus dalam mengerjakan tugasnya karena lebih tertarik membuka jejaring sosial.

Selain data yang diatas terdapat beberapa hal yang menyebabkan para mahasiswa tidak melakukan proses pembelajarannya dengan baik. Hal ini disebabkan 45,33% mahasiswa tidak mengetahui letak fasilitas e-learning, seperti Wi-Fi, bahkan beberapa mahasiswa tidak mengetahui fitur-fitur e-library dan e-journal pada situs Universitas. Selain itu disebabkan terbatasnya akses ke fasilitas e-library yang memuat berbagai literature yang dibutuhkan oleh mahasiswa.

Bukan hanya hal yang diatas saja, fakta menunjukkan bahwa sebenarnya para mahasiswa sudah banyak yang mengenal komputer dari kecil. Bahkan seperlima dari mahasiswa mengaku telah menggunakan komputer pada usia 5-8 tahun, dan semua mahasiswa sudah bisa memiliki komputer pribadi dan dua per tiga sudah memiliki akun e-mail pribadinya. Selain itu, tiga per empat mahasiswa memakai internet selama 4 jam per minggu atau lebih, sedangkan seperlimanya memakai selama 12 jam per minggu atau lebih. Setengah mahasiswa diwajibkan memakai email dalam perkuliahan. Dan untuk tujuan akademik, sebahagioan besar mahasiswa diwajibkan memakai e-mail dalam perkuliahan. Dan untuk tujuan membuat janji dengan profesor (62%), mendiskusikan nilai (58%), atau sekadar meminta penjelas terhadap tugas (75%). Tetapi, hampir 75% mahasiswa mengaku bahwa mereka online untuk berkomunikasi dengan teman-temannya (Williams & Sawyer, 2004).


(18)

bertujuan untuk memecahkan masalah atau memfasilitasi dalam kegiatan pembelajaran pada mahasiswa. Pembelajaran e-learning memang memiliki potensi memudahkan dalam penyampaikan modul baru pembelajaran, mengatasi sumber daya, waktu, dan kendala tempat, dan menyamakan kesempatan belajar. Sebanarnya pada pembelajaran e-learning, self-directed learning bisa sangat membantu karena para mahasiswa dituntut lebih aktif dalam melakukan pembelajaran (Song & Hill, 2007). Tetapi, pada kenyataannya ada beberapa mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang masih belum mampu menggunakan e-learning secara baik, selain itu dengan fasilitas e-learning pada setiap Fakultas juga belum setara. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara self-directed learning dengan pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini apakah ada perbedaan self-directed learning ditinjai dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

C. Tujuan Peneletian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan self-directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa


(19)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan membantu mengembangkan ilmu psikologi khususnya Psikologi Pendidikan dan bidang lainnya dalam aplikasinya dan memberikan sumbangsih karya ilmuiah yang berhubungan dengan perbedaan self-directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara sehingga dapat memperkaya teori yang ada sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbedaan self-directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Sumatera Utara kepada pembaca khususnya mahasiswa psikologi dan pendidik serta masyarakat luas.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai self-directed learning dan pola pembelajaran e-learning.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penelitian sebagai berikut :


(20)

BAB I : Pendahuluan

Bab I berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Bab II berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah. Disini peneliti mencoba menguraikan teori-teori yang menjadi landasan dilakukannya penelitian ini, yang kemudian disimpulkan dalam suatu hipotesa.

BAB III : Metode Penelitian

Berisikan mengenai metode-metode dalam penelitian yaitu identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel, dan metode analisis data.

Bab IV : Analisa dan Interpretasi Data Hasil Penelitian

Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Self-Directed Learning 1. Pengertian belajar

Lahey (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Belajar tidak semestinya melibatkan penguasaan fakta atau konsep sesuatu bidang ilmu tetapi juga melibatkan perasaan-perasaan yang berkaitan dengan emosi, kasih sayang, benci, hasrat, dengki dan kerohanian.

Spears (dalam Suryabrata, 2002) yang menyatakan belajar sebagai suatu proses atau kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada seseorang dalam melakukan kegiatan belajar. Perubahan yang terjadi ketika belajar juga dapat berbentuk perubahan cara berpikir yang mungkin dapat menyebabkan perubahan tujuan dan arah kehidupan, sehingga apa yang dilakukan sebelumnya ditinggalkan sama sekali.

Pada belajar ada suatu proses yang disebut dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar orang tersebut dapat belajar dengan efektif dan efisien (Miarso, 2004). Di dalam proses pembelajaran setiap mahasiswa selalu diarahkan untuk menjadi mahasiswa yang mandiri, dan


(22)

2. Pengertian self-directed learning

Self-directed learning atau kemandirian belajar merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh mahasiswa pendidikan jarak jauh atau pengguna e-learning. Definisi self-directed learning atau belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri dan diselesaikan sendiri, tetapi lebih kepada bagaimana dapat memperoleh pengetahuan atas inisiatif sendiri. Self-directed learning memberikan kesempatan kepada mahasiwa untuk menentukan tujuan belajar, merencanakan proses belajar, menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilih, membuat keputusan-keputusan akademis, dan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan belajar (Seamolec, 2008).

Bandura (dalam Tennant, 2006) mendefinisikan self-directed learning (SDL) yaitu berkaitan dengan kontrol diri dalam belajar. Merriam & Caffarella (dalam Gibbons, 2002) menyatakan self-directed learning juga didefinisikan sebagai sebuah proses di mana orang-orang mengambil inisiatif utama untuk perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri. Perspektif tujuan dari self-directed learning juga beragam, dan meliputi individu untuk mencapai potensial penuhnya, mendorong perspektif perubahan, atau belajar mempromosikan emansipatoris dan perubahan sosial (Baumgartner, 2003). Hiemstra (dalam Tennant, 2006) mengungkapkan self-directed learning merupakan kemampuan yang tidak banyak berkaitan dengan cara belajar yang digunakan, tetapi lebih berkaitan dengan bagaimana pembelajaran tersebut


(23)

dilakukan. Pendidikan jarak jauh atau e-learning merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan untuk mengatasi keterpisahan yang hampir permanen dalam jarak ruang dan waktu antara mahasiswa dan dosen. Penyelenggaraan pendidikan tersebut menitikberatkan pada penggunaan media dan sistem belajar yang lebih banyak menyerahkan kendali pembelajaran kepada mahasiswa.

Menurut Knowles (dalam, Tennant, 2006), self-directed learning adalah dimana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam mendiagnosa kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber daya manusia dan material untuk belajar, memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Sedangkan Wedemeyer (dalam Rusman, 2011) menyatakan bahwa self-directed learning adalah seseorang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pembelajaran yang diberikan dosen dikelas.

Candy (dalam Tennant, 2006) menyatakan bahwa self-directed learning dapat dianggap suatu proses dimana mahasiswa secara bertahap mengendalikan pembelajaran mereka atau sebagai titik akhir yang ideal di mana self-directed learning dapat dikembangkan. Sedangkan Gibbons (2002) menyatakan self-directed learning merupakan peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian, atau pengembangan diri yang dipilih dan dilakukan oleh seorang individu dengan cara apapun dan kapanpun dia inginkan.


(24)

Jadi, self-directed learning merupakan suatu kemampuan dari individu untuk dapat berpikir, merencanakan, memilih strategi belajar, dan mengevaluasi performanya sehingga individu dapat menyelesaikan masalahnya secara efektif. Self-directed learning bisa dikatakan kemandirian seseorang dalam kegiatan belajarnya.

3. Dimensi self-directed learning

Menurut Gibbons (2002) ada beberapa dimensi dari self-directed learning yaitu:

a. Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya.

Bagi mahasiswa, diarahkan untuk bisa mengontrol diri dari luar untuk dapat mengendalikan dirinya. Seperti pada perubahan besar yang berlangsung dalam kehidupan mahasiswa karena mereka mulai membangun diri sebagai individu yang terpisah dari ketergantungan yang ada di masa kecil mereka. Mahasiswa mulai membentuk pendapat mereka sendiri dan ide, membuat keputusan sendiri, memilih kegiatan mereka sendiri, mengambil tanggung jawab lebih untuk diri mereka sendiri, dan memasuki mulai dunia kerja. Mahasiswa mengembangkan metode pembelajaran mereka sendiri untuk memperdayakan diri mereka sendiri, disini akan berkembang individualitas mereka yang akan membantu mereka untuk berlatih menjadi orang dewasa. Saat mereka mengarahkan diri (self-directing)


(25)

mereka sendiri, mereka tidak hanya belajar secara efektif tetapi mereka juga menjadi sendiri mereka sendiri.

b. Perkembangan ketrampilan

Dimana mahasiswa belajar untuk fokus dan mengeluarkan bakat dan energi. Untuk alasan ini, penekanan dalam self directing learning ada pada perkembangan ketrampilandan proses yang mengarah pada kegiatan yang produktif. Mahasiswa belajar untuk mencapai hasil yang baik, berpikir secara independen, dan merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka sendiri. Proses-proses, dan keterampilan yang terlibat di dalamnya, datang secara bersama-sama untuk melakukan suatu tindakan. Mahasiswa mempersiapkan dan kemudian bernegosiasi dengan diri mereka sendiri dengan dosennya, sering dalam bentuk perjanjian tertulis yang menjadi catatan dari kontrak. Tujuannya adalah untuk menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan mahasiswa untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan melengkapi mereka untuk mewujudkannya dengan sukses.

c. Mengubah diri pada kinerja yang paling baik

Self-direction disini akan terbengkalai jika tidak diberikan tantangan. Pertama, dosen akan menantang mahasiswa, dan kemudian para mahasiswa akan menantang diri mereka sendiri. Tantangan dibutuhkan untuk meraih kinerja baru dalam bidang atau hal baru agar lebih menarik. Ini berarti standar prestasi yang lebih tinggi bisa dengan mudah dicapai. Menantang diri sendiri berarti mengambil


(26)

risiko untuk melampaui yang mudah dan susah. Bagi mahasiswa itu berarti mahasiswa mau untuk menunjukan kemampuan mereka yang terbaik.

d. Manajemen diri

Manajemen diri yaitu, pengelolaan diri dan usaha mereka dalam belajar. Dalam self-directed learning, pilihan dan kebebasan akan dicocokkan dengan kontrol diri dan tanggung jawab. Mahasiswa belajar untuk mengekspresikan kontrol diri dengan mencari, dan membuat komitmen untuk, kepentingan pribadi inti. Dalam proses ini, mereka tidak hanya menentukan apa yang akan mereka lakukan tetapi jenis penampilanyang akan mereka lakukan. Self-directed learning membutuhkan keyakinan, keberanian, dan tekad untuk memberi energi pada usaha yang akan dilakukan. Mahasiswa mengembangkan sifat ini agar mereka terampil dalam mengelola waktu mereka sendiri dan usaha serta sumber daya yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan mereka. Bahkan dalam hal organisir dengan baik. Dalam menghadapi hambatan, mahasiswa belajar untuk memecahkan kesulitan mereka, mencari alternatif, dan memecahkan masalah mereka dalam rangka mempertahankan produktivitas yang efektif.

e. Motivasi diridan penilaian diri.

Banyak prinsip-prinsip motivasi yang dibangun pada self-directed learning, seperti mengejar tujuan sendiri. Ketika mahasiswa mengadopsi prinsip-prinsip ini, mereka menjadi unsur utama untuk memotivasi diri. Dengan menetapkan tujuan yang penting bagi diri mereka sendiri, mengatur untuk umpan balik pada


(27)

pekerjaan mereka, dan mencapai sukses, mereka belajar untuk menginspirasi usaha mereka sendiri. Demikian pula, mahasiswa belajar untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri mereka menilai kedua kualitas pekerjaan mereka dan proses yang mereka dirancang untuk melakukan itu. Dalam self-directed learning, penilaian diri adalah cara penilaian yang penting dalam belajar dan belajar bagaimana belajar menjadi mahasiswa kritis dan penilaian akan kegiatan mereka sendiri. Sama seperti motivasi diri memberikan energi mahasiswa untuk menghasilkan prestasi yang dievaluasi, penilaian diri, dan memotivasi mahasiswa untuk mencari prestasi terbaik.

4. Proses self-directed learning dalam konteks online

Beberapa peneliti juga telah memeriksa dampak pembelajaran online pada proses self-directed learning (dalam Gibbons, 2002). Tiga bidang utama telah dieksplorasi, yaitu:

a. Perencanaan

Belajar online menyediakan fleksibilitas bagi mahasiswa untuk kecepatan belajar mereka sendiri. Dalam pembelajaran e-learning (misalnya, chatting atau classroom-virtual), mahasiswa masih memiliki fleksibilitas untuk memilih tempat yang paling nyaman dari yang untuk berpartisipasi. Tidak seperti di kelas tradisional dimana waktu tempat, spesifik, dan jadwal kegiatan disusun untuk kelas yang memerlukan mahasiswa, sehingga belajar secara online banyak kontrol


(28)

bagi mahasiswa untuk menciptakan ruang belajar mereka sendiri dan menentukan kecepatan belajar mereka sendiri dan urutan.

b. Monitoring

Fleksibilitas yang diberikan dalam pembelajaran online menawarkan kebebasan lebih untuk mahasiswa, namun juga menyajikan tantangan (dalam Gibbons, 2002). Beberapa tantangan dapat diamati oleh mahasiswa untuk memonitoring pembelajaran mereka. Tidak seperti di ruang kelas tradisional dimana instruktur dapat dengan mudah melihat apakah mahasiswa memperhatikan atau aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelas dengan mengamati isyarat fisik mereka (seperti ekspresi wajah), dalam sebuah lingkungan belajar online, tanggung jawab memotitoring diri sangat besar.

c. Mengevaluasi

Palloff dan Pratt (dalam Gibbons, 2002), telah menyimpulkan bahwa instruktur menghabiskan waktu lebih banyak memberikan kursus online dibandingkan mereka melakukan tatap muka kelas. Tantangan beban kerja yang berat membuat hampir tidak mungkin bagi instruktur untuk menanggapi setiap pesan diposting dipapan buletin. Hal ini agak tak terelakkan bahwa peserta didik akan memberikan komentar, saran, dan jawaban untuk satu sama lain dalam lingkungan semacam ini.


(29)

5. Pengukuran Self-Directed Learning

Salah satu cara untuk mengetahui self-directed learning subjek adalah dengan menggunakan pengukuran self-directed learning. Metode self-report yang akan digunakan untuk mengungkapkan self-directed learning yang mengacu dari teori Gibbon (2002). Metode ini dianggap sebagai salah satu metode yang paling bisa diandalkan dengan menggunakan beberapa daftar pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu. Metode ini sering disebut dengan skala self-directed learning. Dari respon subjek pada setiap pernyataan akan disimpulkan guna mengetahui arah dan intensitas self-directed learning pada setiap subjek. Salah satu sifat skala self-directed learning adalah isi pernyataannya dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya, akan tetapi dapat pula berupa pernyataan langsung yang kurang jelas bagi para subjek. Para subjek akan mendapatkan stimulus tentang self-directed learning yang jawabannya berupa setuju sampai tidak setuju (Azwar, 2000).

B. E-learning

Munir (2008) menyatakan bahwa e-learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. E-learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.


(30)

E-learning bisa juga diartikan sebagai pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau internet. E-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara online baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara offline menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-learning (E-learning system, 2008).

E-learning sering disebut penggunaan jaringan pada teknologi informasi dan komunikasi dalam mengajar dan belajar. Sejumlah istilah lain juga digunakan untuk menggambarkan cara mengajar dan belajar. E-learning termasuk online learning (pembelajaran online), virtual learning (pembelajaran virtual), distributed learning, network and web-based learning. Pada dasarnya, mereka semua merujuk kepada proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menengahi kegiatan pembelajaran asynchronous maupun synchronous dan aktifitas pembelajarannya (Naidu, 2006).


(31)

1. Pola-pola e-learning

Menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006), ada 4 (empat) pola dalam penggunaan e-learning yaitu,

a. Individualized self-paced e-learning online

Individualized self-paced e-learning online mengacu pada situasi dimana seorang individu belajar melalui mengakses sumber belajar seperti database atau course content online via intranet atau internet, contohnya tipikal dari ini adalah seorang mahasiswa belajar sendiri atau melakukan beberapa penelitian di internet atau local network.

b. Individualized self-paced e-learning offline

Individualized self-paced e-learning offline mengacu pada situasi di mana seorang pembelajar menggunakan sumber belajar seperti database atau secara offline belajar dengan bantuan komputer (misalnya, meskipun tidak tersambung ke intranet atau internet), contoh dari hal ini adalah mahasiswa bekerja sendirian dari hard drive, CD atau DVD.

c. Group-based e-learning synchronously

Group-based e-learning synchronously mengacu pada situasi dimana kelompok mahasiswa belajar bersama melalui intranet atau internet. Ini mungkin termasuk konferensi berbasis chat, dan satu atau dua arah audio atau video-conference, contoh ini termasuk mahasiswa yang terlibat dalam chatting atau audio-videoconference.


(32)

d. Group-based e-learning asynchronously

Group-based e-learning asynchronously mengacu pada situasi di mana sekelompok mahasiswa belajar bersama melalui intranet atau internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara peserta terjadi dengan jeda waktu (yakni, tidak secara real time), contoh umum semacam ini aktivitas termasuk diskusi online melalui mailing list dan text-based conferencing dalam sistem pembelajaran manajemen.

2. Komponen e-learning

Secara garis besar, menurut Romiszowski (dalam Naidu, 2006) ada 3 (tiga) komponen utama yang menyusun e-learning, yaitu:

a. Sistem e-learning

Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan learning managements system (LMS).

b. Konten e-learning

Konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (learning management system). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk


(33)

multimedia-based content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau text-based content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa)

c. Peralatan e-learning

Infrastruktur e-learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

3. Kelebihan dan kekurangan pada e-learning

Rusman (2011) ada beberapa kelebihan dari e-learning yaitu :

a. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja tanpa dibatasi jarak, tempat, dan waktu.

b. Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.

c. Mahasiswa dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.

d. Bila mahasiswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat mengakses di internet secara lebih mudah.


(34)

e. Baik dosen maupun mahasiswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah mahasiswa yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

f. Perubahan dari mahasiswa yang pasif ke aktif dan lebih mandiri.

g. Relatif lebih efisien, misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi.

Selain itu, ada terdapat beberapa kritik mengenai e-learning menurut Bullen (dalam Rusman, 2011), yaitu :

a. Kurangnya interaksi antara dosen dan mahasiswa atau bahkan antar sesama mahasiswa itu sendiri.

b. Kecenderungan mengabaikan aspek akademis atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.

c. Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.

d. Perubahan peran dosen dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium komputer.

e. Mahasiswa yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. f. Tidak semua tempat tersedia difasilitasi internet.

g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki ketrampilan mengoperasikan internet.


(35)

C. Mahasiswa

Mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Menurut Susantoro (dalam Puspita 2009) mahasiswa merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa. Sosok mahasiswa juga kental dengan nuansa kedinamisan dan sikap kenyataan objektif, sistematik dan rasional.

Menurut Papalia (2003), mahasiswa termasuk dalam tahap pencapaian (achieving stage), yaitu tahap dimana indivdu menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai kemandirian dan kompetensi, misalnya dalam hal karir dan keluarga. Masa di kampus merupakan tempat dimana mahasiswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu mereka secara intelektual, dan meningkatkan kemampuan dalam hal bekerja serta meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Memilih untuk kuliah merupakan suatu gambaran untuk memperoleh karir di masa depan dan hal ini akan cenderung mempengarhui pola berpikir individu.

Perry (dalam Papalia, 2003) menyatakan bahwa terjadi perubahan pola berpikir pada masa transisi dari sekolah menengah menuju universitas, dimana pola berpikir yang awalnya kaku berubah menjadi lebih fleksibel dan dapat memilih sesuatu dengan bebas. Namun, penuh dengan komintmen. Mahasiswa juga telah dapat mengenali individu yang berbeda dan memiliki nilai-nilai


(36)

tersendiri, sehingga mahasiswa mencapai komitmen yang relatif dimana dia membuat pertimbangan sendiri dan memilih nilai serta kepercaan yang benar menurutnya.

Menurut Piaget (dalam Papalia, 2003) mahasiswa termaksud dalam tahap berpikir post-formal, yaitu pola berpikir yang matang didasari pada pengalaman dan intuisi subjektif, tapi tetap berlandaskan pada logika untuk mengatasi keraguan, ketidakpastian dan lainnya. Secara umum, mahasiswa adalah seseorang yang terdaftar dan aktif dalam perkuliahan di perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.

Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) adalah para peserta didik yang terdaftar, aktif dan belajar di perguruan tinggi USU. Mahasiswa USU Stara-1 (S-Stara-1) tersebar di Stara-13 fakultas, dimana sudah mulai menggunakan sistem e-learning. Salah satu bentuk dari e-learning adalah dari pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) yang sekarang dilakukan secara online dengan mengakses portal akademik. Selain itu para mahasiswa USU sering menggunakan media elektronik sebagai alat pendukung dalam pembelajarannya seperti dengan menggunakan laptop, in-focus,flashdisk, Wi-Fi dan lainnya.

Selain itu, USU juga telah membuat suatu program e-learning di dalam situs akamedik USU, disana mahasiswa dapat mengunduh beberapa materi perkuliah yang tersedia. Di beberapa Fakultas di USU juga sudah menggunakan slide powerpoint dalam pembelajaran mereka, lalu menggunakan e-mail sebagai


(37)

media untuk mengirim tugas serta menggunakan milis Fakultas sebagai tempat untuk berbagi informasi atau untuk berdiskusi baik dengan dosen maupun teman-teman. Wi-Fi juga sudah hampir ada di setiap kawasan USU, dengan menggunakan weblogin USU dimana mahasiswa bisa mengakses internet secara gratis dengan memasukan username dan password yang ada pada setiap mahasiswa

D. Hubungan Self-Drected Learning dengan Pola Pembelajaran E-learning Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Belajar adalah sebagai perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari latihan dan pengalaman (Lahey, 2007). Proses dimana seseorang belajar sering juga disebut dengan pembelajaran. Pembelajaran merupakan upaya sengaja dan bertujuan yang berfokus kepada kepentingan, karakteristik, dan kondisi orang lain agar orang tersebut dapat belajar dengan efektif dan efisien (Miarso, 2004). Di dalam proses pembelajaran, para mahasiswa selalu diarahkan untuk menjadi mahasiswa yang mandiri, dan untuk menjadi seorang mahasiswa dituntut untuk belajar, sehingga dapat dicapai suatu kemandirian belajar atau self directed learning.

Self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian, atau pengembangan diri yang dipilih dan dilakukan oleh seorang individu dengan cara apapun dan kapanpun dia inginkan (Gibbons, 2002). Gibbon


(38)

(2002) menyatakan ada lima dimensi dalam mahasiswa mengontrol atas pengalaman belajarnya, mampu mengembangkan ketrampilannya dalam pembelajaran, mahasiswa juga mengubah diri pada kinerja yang paling baik, mampu untuk manajemen diri dan yang terakhir adalah motivasi diri serta penilaian diri.

Kerka (dalam Hiemstra, 2009) menyatakan bahwa self directed learning bersifat fleksibel dalam proses pembelajaran baik secara waktu dan tempat. Self directed learning bisa digunaka pada setiap metode pembelajaran termaksud pada pembelajaran e-learning. Hal ini selaras dengan Ruelland (dalam Hiemstra, 2009), bahwa e-learning menyediakan flesibilitas dalam ritme pembelajaran.

Selain itu, Mathai (dalam Hiemstra, 2009) bahwa e-learning adalah alat yang baik untuk meningkatkan self directed learning karena bisa mengakses informasi yang tidak terbatas dan memudahkan untuk berkomunikasi. Boyd (dalam Hiemstra, 2009) melihat e-learning dapat mengidentifikasi beberapa karakteristik keberhasilan dimana dalam melakukan pembelajaran e-learning, seorang mahasiswa juga mengasah kemampuannya untuk motivasi diri, disiplin diri, dan merasa nyaman dalam self directed learning. Dari hal ini dapat terlihat bahwa, self-directed learning seorang mahasiswa yang baik, maka mahasiswa akan mampu melakukan salah satu dari pola pembelajaran e-learning secara baik. Tetapi jika seorang mahasiswa tidak mampu untuk melakukan self-directed


(39)

learning yang tidak baik maka mahasiswa tidak akan mampu melakukan salah satu dari pola pembelajaran e-learning secara baik.

E-learning bisa diartikan pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika (Munir, 2008). Sedangkan Romiszowski (dalam Naidu, 2006) menyatakan terdapat empat pola dari e-learning yang digunakan untuk keperluan pembelajaran, yaitu individualized self-paced e-learning online yang mengacu pada situasi dimana seorang individu belajar melalui mengakses sumber belajar seperti database atau course content online via intranet atau internet. Individualized self-paced e-learning offline mengacu pada situasi dimana seorang pembelajar menggunakan sumber belajar seperti database atau secara offline belajar dengan bantuan komputer (misalnya, meskipun tidak tersambung ke intranet atau internet). Group-based e-learning synchronously mengacu pada situasi dimana kelompok pelajar bekerja sama melalui intranet atau internet. Hal ini termasuk konferensi berbasis chat, dan satu atau dua arah audio atau video-conference, dan group-based e-learning asynchronously mengacu pada situasi dimana sekelompok pelajar bekerja melalui intranet ata internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara peserta terjadi dengan jeda waktu.

Sama seperti sistem pendidikan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang sudah mulai menetapkan pola pembelajaran e-learning sejak tahun ajaran 2009/2010 (Ramli, 2011). Tidak hanya para dosen yang menggunakan proses


(40)

pembelajaran e-learning tetapi para mahasiswa juga sudah mulai melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan pola pembelajaran e-learning.

Hal ini bisa dilihat jelas bahwa pada self directed learning mahasiswa USU memiliki keterkaitan dengan pola pembelajaran yang ada di USU. Perbedaan antara self directed learning dengan pola pembelajara e-learning yang dimaksudkan sebagai perbedaan pada suatu peningkatan pengetahuan, kemampuan, pencapaian atau pengembangan diri yang dipilih individu dan membuat usaha mereka sendiri yang ditinjau dari penggunaan pola-pola pembelajaran e-learning itu sendiri yaitu, Pertama, individualized self-paced e-learning online, Kedua, individualized self-paced e-learning offline, Ketiga, group-based e-learning synchoronously dan yang Keempat, group-based e-learning asynchoronously.

Pada mahasiswa yang mengontrol pengalaman belajarnya, maka pada pola pembelajaran e-learning individualized self-paced e-learning online mahasiswa akan cenderung untuk mengontrol, memonitoring dan memilih metode pembelajaran secara individu dengan menggunakan media elektronik yang terhubung dengan internet. Jika dihubungan dengan pola pembelajaran self-pased e-learning offline mahasiswa lebih cenderung untuk mengontrol, memonitoring serta memilih metode pembelajaran dengan menggunakan media elektronik tanpa harus terhubung dengan internet misalnya dengan menggunakan laptop, flashdisk, atau hanya menggunakan CD-ROM saja. Lain halnya jika dihubungkan dengan


(41)

pola pembelajaran e-learning group-based e-learning synchoronously dimana mahasiswa lebih suka untuk memilih dan mengontrol pembelajarannya dalam belajar secara kelompok dengan menggunakan sarana internet seperti menggunakan chatting room, video conference dan lainnya. Terakhir pada pola pembelajaran e-learning group-based e-learning synchoronously mahasiswa akan mengontrol, memonitoring dan memilih pembelajarannya dalam belajar secara kelompok dimana melalui internet yang terdapat jeda waktu didalamnya.

E. Hipotesa Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan self-directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU).

A. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Self-directed learning

2. Variabel bebas : Pola pembelajaran e-learning

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Self-directed learning

Self-directed learning adalah kemampuan seseorang dalam kegiatan belajarnya dan mengembangkan metode pembelajaran mereka sendiri untuk memperdayakan diri sendiri, juga bisa belajar untuk fokus dan mengeluarkan


(43)

untuk dapat meraih kinerja baru dalam pembelajarannya atau hal baru agar lebih menarik agar mahasiswa mau untuk menunjukan kemampuan mereka yang terbaik. Serta, memanjemen diri sendiri dalam belajar yang akan disesuaikan dengan kontrol diri dan tanggung jawab. Serta mampu memotivasi dan menilai diri untuk bisa mengevaluasi memberikan feedback pada diri sendiri dan dapat mengejar tujuan. Dalam penelitian ini self-directed learning diukur menggunakan skala self directed learning yang disusun menggunakan dimensi self directed learning yang dikemukakan oleh Gibbons (2002).

Pada skala self directed learning, semakin tinggi skor yang didapatkan oleh subjek penelitian, maka semakin tinggi self directed learning yang dimiliki oleh subjek penelitian dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh subjek penelitian, maka semakin rendah self directed learning yang dimiliki oleh subjek penelitian.

2. Pola pembelajaran e-learning

Pola pembelajaran e-learning adalah beberapa bentuk pembelajaran yang dilakukan secara individu atau kelompok, terhubung secara online atau offline, serentak atau memiliki jeda waktu melalui jaringan komputer atau hanya menggunakan perangkat elektronik saja (Romiszowski, dalam Naidu, 2006). Pola pembelajara e-learning didasari oleh teori Romiszowski (dalam Naidu, 2006), yang terdapat 4 pola, yaitu,


(44)

a. Individualized self-paced e-learning online

Individu belajar dengan menggunakan sumber belajar seperti database atau course content online melalui intranet atau internet.

b. Individualized self-paced e-learning offline

Individu belajar menggunakan sumber belajar secara offline dengan bantuan media elektronik.

c. Group-based e-learning synchronously

Sekelompok pelajar belajar bersama melalui intranet atau internet, seperti menggunakan konferensi berbasis chat, audio atau video-conference, dan lainnya.

d. Group-based e-learning asynchronously

Sekelompok pelajar belajar bersama melalui intranet atau internet dan dalam pertukaran atau proses pembelajaran antara pelajar terjadi dengan jeda waktu.

Pada penelitian ini pola pembelajaran e-learning menggunakan skala yang dikemukan oleh Crocker and Algina (dalam Marios & Chong, 2000). Seseorang akan dikategorikan pada salah satu pola pembelajaran e-learning dengan melihat jumlah total skor tertinggi. Misalnya, jika subjek memiliki skor yang tinggi pada pola pembelajaran e-learning individual self paced e-learning online menunjukan bahwa subjek memiliki pola pembelajaran e-learning individual self paced


(45)

e-C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh individu atau penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang masih aktif kuliah. Jumlah populasi mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 32.401 orang. Penyebaran jumlah mahasiswa strata-1 (S-1) Universitas Sumatera Utara bisa dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Penyebaran Jumlah Mahasiswa S1 Universitas Sumatera Utara

No Fakultas Jumlah

Mahasiswa

No Fakultas Jumlah

Mahasiswa

1 Ilmu Budaya 2641 8 Farmasi 1278

2 Hukum 1989 9 Ilmu-Ilmu

Sosial Dan Politik

3268

3 Kedokteran 1840 10 Pertanian 3305

4 Kedokteran Gigi

813 11 Kesehatan

Masyarakat

1327

5 Psikologi 569 12 Ekonomi 6022

6 Keperawatan 1310 13 Teknik 4001

7 Matematika Dan Ipa

4038 Total 32.401

Sumber : Pusat Sistem Informasi Universitas Sumatera Utara

Menyadari keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel.


(46)

kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan suatu hal yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan kesempatan yang diberikan, izin dari pihak akademik dan waktu yang tersedia. Adapun populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa/mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif (tidak sedang dalam masa cuti kuliah/PKA) dalam mengikuti perkuliahan.

b. Mahasiswa/mahasiswi Universitas Sumatera Utara yang mampu dan aktif menggunakan e-learning.

2. Metode pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability, dalam teknik probability setiap unsur (anggota) populasi diberikan peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik probability yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling, dimana pemilihan sekelompok sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Pada cluster sample satuan sampel tidak terdiri dari individu-individu, melainkan dari kelompok-kelompok atau cluster (Hadi, 2000).


(47)

setara dan memiliki fakultas, departemen serta jurusan sendiri. Adapun fakultas yang setara dan menjadi sasaran subjek penelitian adalah Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, dan Fakultas MIPA. Lalu peneliti mengambil secara random kelompok-kelompok sampel yang akan dijadikan subjek penelitian dengan cara mengundinya. Dari hasil pengundian didapatkan sampel untuk subjek penelitian adalah Fakultas Ekonomi angkatan 2009, Fakultas Pertanian angkatan 2011, dan Fakultas MIPA angkatan 2010.

3. Jumlah sampel penelitian

Azwar (2000), menyatakan secara tradisional statistika menganggap bahwa jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Menurut Hadi (2000), menetapkan jumlah sampel yang banyak lebih baik daripada menetapkan jumlah sampel yang sedikit. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 334 orang yang akan dibagi lagi pada beberapa fakultas atau beberapa kelompok yang dipilih dengan proses pengacakan. Setiap anggota yang berada didalam kelompok atau cluster yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang digunakan (Sudjana, 2002). Maka, oleh karena itu sampel penelitian ini berjumlah 334 orang yang terdiri dari 140 orang Fakultas Ekonomi angkatan 2009, 135 orang Fakultas Pertanian angkatan 2011, dan 59 orang Fakultas MIPA angkatan 2010.


(48)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dijadikan alat ukur dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstruk atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan (Azwar, 2000). Azwar (2000) mengemukakan kebaikan-kebaikan skala dan alasan-alasan penggunaannya, yaitu

a. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan subjek sendiri yang tidak disadari.

b. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal.

c. Subjek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari pertanyaan skala.

1. Skala self-directed learning

Skala self-directed learning yang digunakan adalah skala berdasarkan teori dari Gibbons (2002) yang memiliki dimensi yaitu, mahasiswa mengontrol atas pengalaman belajarnya, pengembangan keahlian, mahasiswa belajar untuk menantang diri mereka sendiri agar memiliki kinerja yang terbaik, manajemen diri dan, motivasi diri & penilaian diri. Skala self-directed learning disusun berdasarkan uraian yang terdapat dalam landasan teoritis. Skala ini terdiri dari dua kategori aitem yaitu aitem favorable dan aitem unfavorable. Aitem favorable


(49)

atribut yang diukur, sedangkan aitem unfavorable adalah aitem yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar, 2009).

Pada pengisian skala self directed learning, subjek diminta untuk memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (TST). Bobot penilaian untuk pernyataan favorable adalah SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable adalah SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5. Blueprint skala self directed learning yang disajikan sebagai berikut:

Tabel 2. Blue Print Skala Self-directed learning Sebelum Uji Coba

No Dimensi Indikator

Perilaku

Aitem Total Bobot

Fav Unfav 1. Mahasiswa

mengontrol pengalaman belajarnya

a. Mahasiswa menetukan metode pembelajaran mereka sendiri

1,9,21 6,14,22 6 10.35% b. Mengeluarkan pendapat/ide

sendiri

5,15, 27

2,30,34 6 10.35% 2. Perkembang

an

ketrampilan

a. Berpikimelaksanakan kegiatan belajar yang produktif

13,31, 37,42

4,8, 10,26

8 13.78% b. Belajar secara diskusi 39,43

,49

20.38, 32

6 10.35% 3. Mengubah

diri pada kinerja/perf orma yang paling baik

a. Berusaha mencapai nilai yang baik

7,19, 45

28,36, 50

6 10.35% b. Mencoba cara pembelajaran

yang baru

23,33, 47,53

3,40, 44,52

8 13.78% 4. Manajemen

diri

a. Tanggung jawab 11,29,

35

24,46, 48

6 10.35%

b. Kontrol diri 17,55,

57

16,56, 58

6 10.35% 5. Motivasi

diri dan

a. Member umpan balik pada hasil pembelajaran

18,25, 41

12,51, 54


(50)

Skala self directed learning terlebih dahulu diuji coba sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian. Aitem-aitem yang berkualitas akan ditunjukkan oleh koefisien kolerasi yang tinggi antar aitem dengan jumlah skor total dari seluruh aitem (rit). Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem dengan jumlah skor total dari seluruh aitem menggunakan batasan rit ≥ 0.250. Semua aitem yang mencapai koefisien minimal 0.250 dianggap memiliki daya beda aitem yang baik.

Selain aitem-aitem tersebut pada skala juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri itu meliputi nama, jenis kelamin, fakultas/jurusan, dan usia. Data identitas ini akan digunakan sebagai gambaran subjek penelitian. Setelah uji coba selesai, maka selanjutnya peneliti akan melakukan penomoran kembali pada aitem-aitem skala untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data penelitian yang sebenarnya.

2. Skala pola pembelajaran e-learning

Data dalam penelitian ini akan diperoleh melalui metode skala. Skala pola pembelajaran e-learning ini dikemukan oleh Crocker and Algina (dalam Marios & Chong, 2000). Skala pola pembelajaran e-learning ini menggunakan model skala nominal, yang digunakan untuk mengetahui salah satu pola pembelajaran e-learning yang dimiliki oleh subjek penelitian. Adapun bentuk skala pengukurannya sebagai berikut :


(51)

Tabel. 3. Blue print Skala Gaya Belajar Sebelum Uji Coba No Pola Pembelajaran

e-learning

Indikator Perilaku

Aitem Total Bobot 1 Individualized self

paced e-learning online

Belajar secara individu yang terhubung dengan internet

3,4,7,11,13, 15,16,17,18

9 31%

2 Individualized self paced e-learning offline

Belajar secara individu yang hanya menggunakan media elektronik saja

1,2,5,6,8,9 10,12,14

9 31%

3 Group based e-learning

synchronously

Belajar secara

kelompok dan

terhubung dengan internet

1,6,8,10 4 13.8%

4 Group based e-learning asynchronously Belajar secara kelompok dan terhubung dengan internet tetapi memiliki jeda waktu

2,3,4,5 7,9,11

7 24.2%

Jumlah 29 29 100%

E. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes ini (Azwar, 2000).

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu berkaitan dengan apakah aitem mewakili pengukuran dalam area isi sasaran yang


(52)

dimensi yang akan diukur ditentukan, peneliti akan menyusun aitem-aitem mengacu pada blueprint yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya, peneliti meminta pertimbangan professional judgement yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing peneliti sebelum aitem-aitem mana yang dapat dijadikan alat ukur sesuai dengan blue-print yang ada.

2. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini adalah dengan memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras dengan fungsi ukur tes atau memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 2007). Pengujian daya beda aitem dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor pada aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan indeks daya beda aitem. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan batasan rix ≥ 0.250. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.250, daya pembedanya dianggap baik. Aitem yang memiliki harga rix < 0.250 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2007). Penelitian ini menggunakan batasan rix ≥ 0.250.


(53)

3. Reliabilitas

Pengertian dari Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Dapat dikatakan reliabilitas alat ukur itu

adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. “dapat dipercaya”

disini maksudnya adalah dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur di dalam diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2000).

Reliabilitas alat ukur mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Uji reliabilitas daya beda aitem dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for Windows

4. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Sebelum melakukan pengujian reliabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2000). Uji coba dilakukan pada 269 mahasiswa Universitas Sumatera


(54)

a. Skala self directed learning

Aitem yang diujicobakan pada skala self directed learning ini ada sebanyak 58 aitem dan diperoleh 33 aitem yang memiliki daya beda aitem yang baik dan 25 aitem gugur, yang akan dipaparkan pada tabel 4.

Tabel 4. Blue Print Skala Self Directed Learning Setelah Uji Coba

No Dimensi Indikator

Perilaku

Aitem Total Bobot Fav Unfav

1. Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya

a. Mahasiswa menetukan metode pembelajaran mereka sendiri

1,9,21 6,14,22 6 10.35% b. Mengeluarkan pendapat/ide

sendiri

5,15, 27

2,30,34 6 10.35% 2. Perkembang

an

ketrampilan

a. Berpikir melaksanakan kegiatan belajar yang produktif

13,31, 37,42

4,8, 10,26

8 13.78%

b. Belajar secara diskusi 39,43 ,49

20,38, 32

6 10.35%

3. Mengubah diri pada kinerja/perf orma yang paling baik

a. Berusaha mencapai nilai yang baik

7,19, 45

28,36,5 0

6 10.35%

b. Mencoba cara pembelajaran yang baru

23,33, 47,53

3,40, 44,52

8 13.78%

4. Manajemen diri

a. Tanggung jawab 11,29,

35

24,46,4 8

6 10.35%

b. Kontrol diri 17,55,

57

16,56, 58

6 10.35%

5. Motivasi diri dan penilaian diri

a. Member umpan balik pada hasil pembelajaran

18,25, 41

12,51, 54

6 10.35%


(55)

yang baik dan mewakili dari masing-masing dimensi dari self directed learning. Hasil dari uji coba terhadap skala self directed learning menunjukkan reliabilitas

α = 0.837 dengan daya beda aitem yang bergerak dari 0.252 sampai dengan 0.486. Setelah mendapatkan aitem-aitem yang sesuai dari uji reliabilitas, selanjutnya peneliti melakukan penomoran ulang untuk skala penelitian. Tabel 5 menunjukkan distribusi aitem skala untuk penelitian.

Tabel 5. Blue Print Skala Self Directed Learning Setelah Uji Coba Dengan Penomoran Baru

No Indikator Indikator

Perilaku

Aitem Total Bobot

Fav Unfav

1. Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya

a. Mahasiswa menetukan metode pembelajaran mereka sendiri

9(7), 21(13)

22(4) 3 9%

b. Mengeluarkan pendapat/ide sendiri

5(24), 15(17), 27(30)

- 3 9%

2. Perkembang an

ketrampilan

a. Berpikimelaksanakan kegiatan belajar yang produktif

31(25), 37(1)

4(22), 8(10)

4 12.05

% b. Belajar secara diskusi 43(19) 38(14) 2 6% 3. Mengubah

diri pada kinerja/perf orma yang paling baik

a. Berusaha mencapai nilai yang baik 7(31), 19(28), 45(3) 28(2), 36(18) 50(20)

6 18%

b. Mencoba cara pembelajaran yang baru 23(21), 33(9), 47(32) 3(27), 40(12) 44(16)

6 18%

4. Manajemen diri

a. Tanggung jawab 11(23),

29(33), 35(29)

48(6) 4 12.05

%

b. Kontrol diri 17(5),

57(15)

16(8) 3 9%

5. Motivasi diri dan penilaian

a. Member umpan balik pada hasil pembelajaran

25(11), 41(26)


(56)

b. Skala pola pembelajaran e-learning

Aitem yang diujicobakan pada skala pola pembelajaran e-learning ini ada sebanyak 29 aitem dan diperoleh 20 aitem yang memiliki daya beda aitem yang baik dan 9 aitem gugur, yang akan dipaparkan pada tabel 6.

Tabel 6. Blue Print Skala pola pembelajaran e-learning Setelah Uji Coba No Pola Pembelajaran

e-learning

Indikator Perilaku

Aitem Total Bobot 1 Individualized self

paced e-learning online

Belajar secara individu yang terhubung dengan internet

3,4,7,11,13, 15,16,17,18

9 31%

2 Individualized self paced e-learning offline

Belajar secara individu yang hanya menggunakan media elektronik saja

1,2,5,6,8,9 10,12,14

9 31%

3 Group based e-learning

synchronously

Belajar secara

kelompok dan

terhubung dengan internet

1,6,8,10 4 13.8%

4 Group based e-learning asynchronously Belajar secara kelompok dan terhubung dengan internet tetapi memiliki jeda waktu

2,3,4,5 7,9,11

7 24.2%

Jumlah 29 29 100%

Dari hasil tabel 6 dapat lihat nomor aitem yang ditebalkan adalah aitem yang telah gugur yaitu sebanyak 9 aitem dan sebaliknya nomor aitem yang tidak ditebalkan yaitu ada 20 aitem merupakan aitem yang memiliki daya beda aitem yang memuaskan dan mewakili dari masing-masing pola-pola pembelajaran e-learning. Hasil dari uji coba terhadap skala pola pembelajaran e-learning


(57)

menunjukkan reliabilitas α = 0.635, pola pembelajaran learning group based e-learning synchrously menunjukkan reliabilitas α = 0.694, dan pada pola pembelajaran e-learning group based e-learning asynchrously menunjukkan reliabilitas α = 0.710, dengan daya beda aitem yang bergerak dari 0.30 sampai dengan 0.574.

Setelah mendapatkan aitem-aitem yang sesuai dari uji reliabilitas, selanjutnya peneliti melakukan penomoran ulang untuk skala penelitian. Tabel 7 menunjukkan distribusi aitem skala untuk penelitian.

Tabel 7. Skala pola pembelajaran e-learning Setelah Uji Coba dengan Penomoran Baru

No Pola Pembelajaran e-learning

Indikator Perilaku

Aitem Total Bobot 1 Individualized self

paced e-learning online

Belajar secara individu yang terhubung dengan internet

3(9),7(2),11(7) 15(3),17(10)

5 25%

2 Individualized self paced e-learning offline

Belajar secara individu yang hanya menggunakan media elektronik saja

2(5),5(8), 6(12),8(11) 10(4),12(1)

14(6)

7 35%

3 Group based e-learning

synchronously

Belajar secara

kelompok dan

terhubung dengan internet

1(5),6(7),8(3) 3 15%

4 Group based e-learning asynchronously Belajar secara kelompok dan terhubung dengan internet tetapi memiliki jeda waktu

3(4),4(8),5(1) 9(6),11(2)

5 25%


(1)

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

polapembelajaranGS 49 106.41 12.050 83 133

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

polapembelajaranGS

N 49

Normal Parametersa,,b Mean 106.41

Std. Deviation 12.050

Most Extreme Differences Absolute .084

Positive .084

Negative -.075

Kolmogorov-Smirnov Z .587

Asymp. Sig. (2-tailed) .881

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

d.

Pola pembelajaran

e-learning group based e-learning asynchronously

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum


(2)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

polapembelajaranGA

N 75

Normal Parametersa,,b Mean 102.71

Std. Deviation 13.904

Most Extreme Differences Absolute .072

Positive .072

Negative -.048

Kolmogorov-Smirnov Z .624

Asymp. Sig. (2-tailed) .831

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Uji Homogenitas dan Anova

Descriptives

Self directed learning

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimu

m Maxi

Lower Bound Upper Bound

IO 161 109.00 14.684 1.157 106.71 111.29 55

IF 49 105.98 15.990 2.284 101.39 110.57 73

GS 49 106.41 12.050 1.721 102.95 109.87 83

GA 75 102.71 13.904 1.605 99.51 105.91 73

Total 334 106.76 14.511 .794 105.20 108.33 55

ANOVA

Self directed learning

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2075.951 3 691.984 3.356 .019

Within Groups 68048.363 330 206.207

Total 70124.314 333

Test of Homogeneity of Variances


(4)

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.658 3 330 .176

Post Hoc Test Self directed learning ditinjau dari pola pembelajaran e-learning

Multiple Comparisons Variabel bebas: pola pembelajaran e-learning

(I) polaele arning

(J) polaele

arning Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

IO IF 3.020 2.343 .198 -1.59 7.63

GS 2.592 2.343 .269 -2.02 7.20

GA 6.293* 2.008 .002 2.34 10.24

IF IO -3.020 2.343 .198 -7.63 1.59

GS -.429 2.901 .883 -6.14 5.28

GA 3.273 2.638 .216 -1.92 8.46

GS IO -2.592 2.343 .269 -7.20 2.02

IF .429 2.901 .883 -5.28 6.14

GA 3.701 2.638 .161 -1.49 8.89

GA IO -6.293* 2.008 .002 -10.24 -2.34

IF -3.273 2.638 .216 -8.46 1.92


(5)

Multiple Comparisons Variabel bebas: pola pembelajaran e-learning

(I) polaele arning

(J) polaele

arning Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

IO IF 3.020 2.343 .198 -1.59 7.63

GS 2.592 2.343 .269 -2.02 7.20

GA 6.293* 2.008 .002 2.34 10.24

IF IO -3.020 2.343 .198 -7.63 1.59

GS -.429 2.901 .883 -6.14 5.28

GA 3.273 2.638 .216 -1.92 8.46

GS IO -2.592 2.343 .269 -7.20 2.02

IF .429 2.901 .883 -5.28 6.14

GA 3.701 2.638 .161 -1.49 8.89

GA IO -6.293* 2.008 .002 -10.24 -2.34

IF -3.273 2.638 .216 -8.46 1.92

GS -3.701 2.638 .161 -8.89 1.49


(6)

LAMPIRAN C

DATA MENTAH HASIL

PENELITIAN

1.

DATA MENTAH HASIL PENELITIAN

SELF-DIRECTED LEARNING

2.

DATA MENTAH HASIL PENELITIAN POLA