MEMAHAMI DAN MENYUSUN KONTRAK DAGANG EKS

Memahami dan menyusun
KONTRAK DAGANG EKSPOR

Oleh:

Abdillah Sani, SH, M.Si
Widyaiswara Ahli Madya
Kementerian Perdagangan
Maret 2015

1

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................

i

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................


3

B. Identifikasi Masalah….....................................................................

5

C. Perumusan Masalah................…………………………………..........

5

D. Tujuan Penulisan ……………………………...………………….........

6

BAB II. KERANGKA TEORITIK
A. Kajian Kepustakaan..........................................................................

7


B. Teori Pendukung...............................................................................

14

B. Definisi Operasional, Variabel dan indikator yang digunakan.....................
C. Deskripsi Kerangka berpikir...............................................................

18

BAB III.

19

TEMUAN DAN BAHASAN

A. Pengungkapan masalah.....................................................................

20

B. Pembahasan Fakta di Lapangan........................................................


23

C. Analisis Tinjauan... ............................................................................
D. Analisis atas fakta hasil kajian dikaitkan dengan teori.......................

24
28

PENUTUP
2

A. Kesimpulan ……..............................................................................

31

B. Rekomendasi ...................................................................................

31


DAFTAR PUSTAKA..................................................…………………..…

ii

3

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Perdagangan luar negeri atau atau sering disebut ekspor impor merupakan
pertukaran barang melewati batas suatu negara, yang terjadi akibat kebutuhan
akan barang atau jasa tersbut tidak bisa dipenuhi di dalam negri, sehingga harus
diperoleh dari negara lain. Pelaksanaan perdagangan lintas negara tersebut
berbeda dengan perdagangan dalam negeri,

ditandai oleh banyaknya


perbedaan antara kedua negara dari mana para pelaku perdagangan yang
melakukan transaksi berasal, seperti dalam hal peraturan kepabean,standar
mutu produk, ukuran takaran dan timbangan serta peraturan perdagangan luar
negri yang ditetapkan oleh pemerintah setempat (Amir M.S,2003:100). Selain
hal-hal tersebut masih terdapat perbedaan lain, misalnya bahasa, mata uang
yang digunakan, nilai mata uang, budaya, atau sistem hukum yang berlaku di
masing-masing negara.

Kegiatan ekspor impor mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting, baik bagi
perkembangan kegiatan ekonomi para pelakunya sendiri, maupun bagi
masyarakat serta pemerintah. Manfaat yang diperoleh dari perdagangan
internasional bagi negara, akan mendorong negara tersebut untuk memacu
transaksi ekspor ke luar negri sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan nasional negara, karena transaksi ekspor sangat
penting untuk menambah cadangan devisa negara.

Bagi masyarakat,

pertumbuhan ekspor yang baik akan dapat meningkatkan kesejahteraan para
pelaku ekonomi, di samping akan berdampak pulapada berkurangnya tingkat

pengangguran

didorong

oleh

terjadinya

peningkatan

produktivitas

guna

memenuhi permintaan pembeli luar negeri.

4

Seiring dengan semakin meningkatnya intensitas ekspor impor yang diakukan
oleh para pengusaha sejalan dengan target yang ditetapkan oleh Pemerintah

untuk meningkatkan prosentase penerimaan negara dari hasil ekspor sebesar
300% pada akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo pada tahun 2019,
maka tentu saja berbagai hal yang menyangkut aktivitas ekspor impor harus
dibenahi. Regulasi ekspor harus makin dipermudah dan makin jelas, regulasi
impor harus makin transparan untuk mencegah penyelundupan, fasilitasi yang
mendukung pengusaha harus makin efektif dan terarah, serta para pelaku
ekspor impor sendiri harus makin diberikan pembinaan yang integratif dan
berkesinambungan sehingga memiliki sumberdaya manusia yang tangguh dalam
memanfaatkan setiap peluang emas yang muncul dari pasar bebas, baik dalam
rangka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), AFTA, APEC, WTO maupun
perjanjian bilateral dan internasional lainnya.

Hubungan dagang maupun diplomatik antara Indonesia dengan negara- negara
yang menjadi tujuan ekspor (NTE)

kini juga sudah semakin meluas, bukan

hanya negara-negara yang secara tradisional sudah menjadi tujuan ekspor
Indonesia seperti Jepang, USA dan negara-negara Eropa,


tetapi juga telah

makin meluas ke negara-negara yang disebut NTE non tradisional seperti
negara-negara Asean, Asia Pasifik, Amerika Latin

maupun negara-negara di

semenanjung Afrika.

Dari sekian banyak transaksi perdagangan luar negeri, baik dalam rangka ekspor
maupun

impor,

diketahui

bahwa

sekitar


80%

dilakukan

korespondensi surat menyurat antara seller dan buyer,

diawali

oleh

sisanya melalui

negosiasi tatap muka atau secara lisan via telpon. Baru setelah tercapai
kesepakatan

antara

kedua

belah


pihak,

kemudian

diteruskan

dengan

menuangkan kesepakatan tersebut dalam bentuk kontrak dagang ekspor, baik
yang bentuknya sederhana seperti “minutes” atau notulen yang ditandatangani
bersama, dalam bentuk “Memorandum of Understanding” (MOU) atau
5

Kesepahaman bersama, maupun Kontrak Dagang Ekspor yang sifatnya lebih
kompleks dan lengkap. Penuangan kesepakatan bersama inilah yang

lazim

disebut dengan “Persetujuan Prinsip” antara kedua belah pihak, yang

selanjutnya akan menjadi landasan bagi kedua belah untuk merealisasi ekspor,
menjadi landasan pemenuhan hak dan kewajiban mereka, maupun menjadi
dasar jika kelak antara mereka timbul kejadian-kejadian yang kurang diharapkan
seperti wanprestasi maupun sengketa dagang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas,

menjadi jelas bahwa pemahaman para pelaku

perdagangan ekspor maupun impor atas prinsip-prinsip yang terdapat dalam
penyusunan Kontrak

Dagang Ekspor menjadi suatu keniscayaan, untuk

mencegah

kerugian

timbulnya

dalam aktivitas bisnis mereka.

Sebagai

Widyaiswara pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor yang secara
khusus mengampu materi Kontrak Dagang Ekspor atau Export Sale Contract,
Penulis memandang perlu untuk menyusun tulisan berjudul : KONTRAK
DAGANG EKSPOR YANG SEDERHANA DAN EFEKTIF ini, baik sebagai acuan
sewaktu memberi ceramah mengenai materi tersebut, maupun sebagai
sumbangsih kepada masyarakat luas yang ingin mengetahui tentang seluk beluk
kontrak dagang ekspor atau impor.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah-masalah yang akan di bahas
dalam tulisan ini adalah :
1. Bagaimanakah fungsi Kontrak Dagang Eksor dan apa saja elemen-elmen
dalam Kontrak Dagang Ekspor yang perlu dipahami?
2. Bagaimana menyusun Kontrak Dagang Ekspor Impor yang sederhana.

C. Perumusan Masalah

6

Seiring dengan semakin meningkatnya intensitas perdagangan antar negara baik
dalam rangka ekspor maupun impor,

menjadikan pemahaman atas Kontrak

Dagang menjadi kebutuhan yang mendesak bagi para pelakunya di Indonesia.
Pemahaman yang baik mengenai masalah ini diharapkan bisa menjadi bekal dan
jaminan lebih baik bagi para pelaku tersebut guna menjalankan aktivitas bisnisnya
secara aman.
C. Tujuan Penulisan

Di samping akan menjadi panduan bagi Penulis sendir dalam menyajikan materi
Kontrak Dagang Ekspor kepada para peserta pelatihan yang menjadi audiens
ceramah, penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini juga bertujuan untuk memaparkan
masalah seputar penyusunan Kontrak Dagang Ekspor dan impor,agar lebih
dipahami oleh para pembaca, serta secara ringkas ingin memberi panduan dalam
penyusunan Kontrak Dagang Ekspor yang sederhana sehingga diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan. Tersirat niat juga dalam diri
penulis, bahwa penulisan KTI kiranya juga bisa terklasifikasi sebagai “ilmu yang
bermanfaat” bagi sebanyak mungkin orang,

sebagaimana ajaran agama yang

diyakini Penulis.

7

BAB II
KERANGKA TEORITIK

A.

Kajian kepustakaan
Perdagangan ekspor-impor lazim juga disebut sebagaai perdagangan dokumen
karena hampir seluruh aktivitasnya dibuktikan atau direpresentasikan dalam
bentuk dokumen. Penawaran dilakukan dalam bentuk terulis berupa surat
perkenalan (introduction letter) yang dikirim oleh seorang eksportir kepada calon
pembelinya di luar negeri, yang selanjutnya jika si calon pembeli tertarik terhadap
apa yang ditawarkan, akan mengirim surat pesanan juga tertulis. Surat balasan
yang sering disebut inquiry ini bisa berisi permintaan penjelasan informasi lebih
lanjut, atau bisa pula permintaan agar dikirimkan barang contoh, brosur, daftar
harga dan sebagainya.

Sampai di sini, kedua belah pihak sudah mulai melaksanakan korespondensi yang
akan berlanjut kepada tercapainya kesepakatan-kesepakatan tertentu mengarah
kepada suatu transaksi, dan nantinya, jika kedua belah pihak merasa perlu untuk
mengikatkan diri dalam bentuk dokumen tertulis yang menyebutkan secara jelas
hak dan kewajiban masing-masing pihak, yakni sebuah kontrak dagang ekspor.
Dengan demikian, kontrak jual beli atau kontrak dagang ekspor adalah sebuah
dokumen tertulis, sebagai dasar hukum bagi kedua belah pihak untuk merealisasi
hak dan kewajiban masing-masing.

Penuangan kesepakatan dalam bentuk kontrak dagang ekspor ini, sesuai dengan
kaedah dalam ilmu hukum yang menyebutkan bahwa : “perjanjian adalah hukum
bagi mereka yang membuatnya”, membuat kedua belah akan terkena ancaman
hukuman jika melalaikan kewajiban, juga akan mendapat perlindungan hukum jika
haknya tidak terpenuhi sebagaimana mestinya sesuai kesepakatan.

8

Untuk lebih jelasnya bagaimana suatu Kontrak Dagang akan menjadi alat
pemaksa dalam realisasi transaksi ekspor, kiranya lebih baik jika kita memahami
bagaimana sebenarnya proses yang berjalan sejak awal sampai terjadinya
pemenuhan hak dan kewajiban kedua belah pihak, sebagaimana tergambar
dalam bagan prosedur ekspor berikut ini:

Penjelasan:
a.

Proses awal hingga penandatangan kontrak dagang ekspor
1) Eksportir mempromosikan komoditas yang akan diekspornya melalui media
promosi seperti pameran dagang, iklan di koran, majalah, radio, maupun
televisi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, atau melalui badan-badan
9

khusus urusan promosi ekspor seperti Direktorat Jeenderal Pengembangan
Ekspor Nasional (DJPEN), Dewan Penunjang Ekspor (DPE), Kamar Dagang
dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia), Atase Perdagangan RI di Kedutaan
Besar RI di luar negeri, Atase Perdagangan asing di kedutaan besar asing
yang ada di Jakarta, Kamar Dagang dan Industri negara asing di Jakarta dan
kota-kota besar lainnya di Indonesia, ataupun melalui lembaga-lembaga
perdagangan asing di Indonesia seperti American Chamber of Commerce
(AMCHAM), China External Trade Association (CETRA), Japan External Trade
Organization (JETRO), Korean Trade Agency (KOTRA) dan lain-lain. Tujuan
promosi adalah untuk memperkenalkan produk dan perusahaan kepada calon
pembeli serta menarik minat calon importir terhadap komoditas yang akan
diekspor.
2)

Importir atau calon pembeli yang berminat kemudian akan mengirimkan surat
permintaan harga atau Letter of Inquiry kepada eksportir yang mengirim letter
of introduction, yang lazimnya berisikan permintaan penawaran harga dengan
memberitahukan berbagai informasi seputar produk yang ditawarkan seperti
tentang mutu, spesiifikasi, jumlah yang bisa dipesan, harga satuan dan total
harga dalam valuta asing (US$ atau lainnya), waktu pengiriman (shipment
date), dan nama pelabuhan tujuan yang diinginkan.

3) Eksportir memenuhi permintaan importir dengan mengirimkan surat penawaran
harga yang lazim disebut dengan Offersheet. Offersheet berisikan keterangan
sesuai permintaan importir, seperti uraian barang, mutu, jumlah, waktu
penyerahan, harga dan tempat penyerahan barang, syarat pembayaran,
waktu pengapalan, cara pengepakan barang, brosur, dan bila perlu contoh
barang yang ditawarkan. Penawaran itu juga menyebutkan apakah penawaran
bersifat free offer ataukah firm offer.
4) Importir, setelah mempelajari offersheet dari eksportir, menempatkan surat
pesanan dalam bentuk ordersheet atau purchase order kepada eksportir.
5) Setelah melakukan tatap muka melalui negosiasi langsung atau melalui media
lain seperti email ataupun telepon

antara kedua belah piha, eksportir
10

menyiapkan konsep kontrak jual beli ekspor (sale's contract) sesuai dengan
data dari offersheet dan ordersheet ditambah dengan keterangan seperti force
majeur clause, klaim, syarat pengapalan seperti shipment, transshipmente, dan
lain-lain. Hal penting yang juga harus disepakati oleh kedua belah pihak adalah
tentang pengaturan pertanggungjawaban selama perjalanan barang. Siapa
yang harus menanggung biaya transporasi, masalah resiko, pembayaran
asuransi, yang kesemuanya itu biasanya akan mengacu kepada ketentuanketentuan

yang

dimuat

dalam

International

Commercial

Terminologies

(INCOTERMS) yang versi terakhirnya dibuat pada tahun 2010. Incoterms inilah
yang harus disepakati oleh eksporter dan importer, hal mana juga akan
diperhitungkan dalam besarnya pembayaran yang akan dilakukan.
Siapa pihak yang akan menanggung pembiayaan transporasi, bea-bea dan
asuransi bisa dilihat dalam tabel Incoterms berikut ini:

11

6)

Setelah kontrak tersebut ditandatangani oleh eksportir, maka kontrak itu akan
dikirimkan

kepada

importir

untuk

ditandatangani

pula

sebagai

tanda

persetujuan atas sale's contract itu. Lazimnya sale's contract dibuatkan aslinya
dalam rangkap dua (two original).

Kontrak juga bisa dikonsep oleh pihak

importir dan dikirim kepada eksportir.

Siapa yang akan membuat konsep

kontrak dagang dimaksud, adalah sesuai kesepakatan antara mereka.
6) Jika konsep itu sudah disiapkan oleh eksportir, maka Importir tinggal mempelajarinya dan bila dapat menyetujui isinya kemudian ia menandatangani dan
mengembalikannya

kepada

eksportir.

Jika

kedua

belah

pihak

sudah

menandatangani, satu original copy dipegang oleh oleh importir sebagai

12

dokumen asli transaksi yang lazim disebut sebagai sale's confirmation. Kedua
sale's confirmation copy yang asli ini mempunyai kekuatan hukum yang sama.

b. Proses pembukaan L/C oleh impoter
1)

Importir meminta kepada bank devisa di negaranya untuk membuka sebuah
Letter of Credit (L/C) sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi
hutangnya kepada eksportir, sejumlah yang disepakati dalam sale's contract
sesuai dengan syarat-syarat pencairan yang disebut dalam sales contract,
merujuk pada ketentuan dari The Uniform Customs and Practice of
Documentary

Letter

of

Credit

yang

diterbitkan

Internasional, Paris no. 500 atauUCP-DC-500.

oleh

Kamar

Dagang

L/C yang dibuka adalah untuk

dan atas nama eksportir atau orang atau badan usaha lain yang ditentukan
eksportir, sesuai kesepakatan dalam sale's contract. Bank devisa yang diminta
eksportir membuka L/C itu disebut opening bank. Opening bank inilah yang
bertanggung jawab melakukan pembayaran atas L/C itu kepada eksportir
penerima L/C. Importir yang meminta pembukaan L/C disebut applicant.
2)

Opening bank setelah menyelesaikan jaminan dana L/C dengan importir,

melakukan pembukaan L/C melalui bank korespondennya di negara eksportir.
Pembukaan L/C dilakukan dengan surat, kawat, teleks, faksimile, atau media
elektronik lainnya yang sah. Penegasan pembukaan L/C dalam bentuk tertulis
itu disebut L/C confirmation yang diteruskan oleh opening bank kepada bank
korespondennya di negara eksporter untuk disampaikan kepada penerima,
yaitu eksportir yang disebut dalam surat itu. Bank koresponden yang diminta
opening bank untuk menyampaikan amanat pembukaan L/C disebut advising
bank.
3) Advising bank setelah meneliti keabsahan amanat pembukaan L/C yang
diterimanya dari opening bank meneruskan amanat pembukaan L/C itu kepada
eksportir yang berhak menerima dengan surat pengantar dari advising bank.
Surat pengantar itu disebut L/C Advice, sedangkan eksportir penerima L/C
disebut sebagai beneficiary dari L/C itu. Bila advising bank diminta dengan
13

tertulis oleh opening bank untuk turut menjamin pembayaran atas L/C tersebut,
maka advising bank juga disebut sebagai confirming bank.

D. Proses pengiriman barang (Cargo Shipment Process) oleh eksporter

1) Eksportir setelah menerima L/C confirmation yang sifatnya operatif (sah sebagai
landasan pembayaran) kemudian mempersiapkan barang ready for export,
melakukan booking atau memesan ruangan/tempat kepada perusahaan
pelayaran (shipping company) yang kapalnya akan berangkat ke pelabuhan
tujuan yang dimaksud dalam sale's contract serta sesuai dengan waktu
pengapalan (shipment date) yang disepakati dalam sale's contract tersebut.
Eksportir kemudian mengurus formalitas ekspor seperti mengisi pemberitahuan
ekspor barang, membayar Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan
(PET) melalui advising bank, mengurus izin muat kepada Kantor Inspeksi Bea
dan Cukai di pelabuhan muat. Setelah semua formalitas ekspor selesai,
eksportir menyerahkan barang kepada perusahaan pelayaran (shipping
company) untuk dimuat pada waktu yang disepakati.
2) Shipping company, setelah selesai melakukan pemuatan barang ke atas kapal,
menyerahkan bukti penerimaan barang, bukti kontrak angkutan, dan bukti
pemilikan barang dalam bentuk Bill of Lading atau transport document lainnya
kepada eksportir yang dalam pengangkutan ini disebut sebagai shipper.
3) Shipping company selanjutnya bertanggung jawab mengangkut muatan itu
sampai ke pelabuhan tujuan, serta menyerahkannya dengan selamat dan utuh
kepada penerima barang yang disebut dalam B/L di pelabuhan tujuan
(destination port) yang juga disebutkan dalam B/L itu.
4)

Importir selaku penerima barang (consignee), bila telah menerima dokumen

pengapalan (shipping document) dari opening bank, mengurus izin impor
(import clearance) kepada pihak Bea Cukai di pelabuhan tujuan. Kemudian

14

importir menghubungi agen pelayaran (shipping agent) di pelabuhan tujuan di
negaranya untuk menerima muatan itu.
5) Shipping agent menyerahkan muatan kepada importir segera setelah pelunasan
biayayang menjadi hak skipping agent berssmgkutan. Dengan ini maka
selesailah proses penerimaan barang oleh importir.

d.

Negosiasi Dokumen pengapalan (Shiping Documents Negotiation Process)
1) Eksportir, setelah menerima Bill of Lading dari perusahaan pelayaran,
menyiapkan semua dokumen pengapalan yang disyaratkan dalam Letter of
Credit seperti faktur, daftar pengepakan, sertifikat mutu, Surat Keterangan
negara Asal (SKA) dan lain sebagainya seperti wesel (draft) serta surat
pengantar negosiasi dokumen secara lengkap dan cermat. Semua dokumen
pengapalan itu diserahkan eksportir kepada negotiating bank yang ditentukan
dalam L/C untuk memperoleh pembayaran (payment).
2)

Negotiating bank meneliti semua dokumen pengapalan yang diminta dalam

syarat-syarat L/C. Bila semuanya cocok baik jumlah, jenis, maupun uraian
sebagaimana

yang

dituntut

oleh

L/C,

maka

negotiating

bank

akan

membayarkan jumlah yang ditagih oleh eksportir dari dana L/C yang tersedia.
Perlu diketahui bahwa kapan L/C bisa dicairkan, itu tergantung kepada
kesepakatan antara eksporter dan impoter yang telah dituangkan dalam kontrak
dagang ekspor. Begitu juga jenis L/C dan waktu pencairan, semua harus sudah
disepakati dan dimuat dalam kontrak.
3) Negotiating bank meneruskan dokumen pengapalan yang sudah dilunasi itu
kepada opening bank yang membuka L/C bersangkutan sebagai penagihan
kembali dari uang yang sudah dibayarkan oleh negotiating bank tersebut
kepada eksportir.
4) Opening bank memeriksa dokumen pengapalan dan bila sudah sesuai dengan
syarat-syarat L/C yang dibuka maka opening bank kemudian melunasi uang

15

yang sudah dibayarkan oleh negotiating bank. Pembayaran pelunasan kembali
ini disebut sebagai reimbursement.
5) Opening bank selanjutnya memberitahukan penerimaan dokumen pengapalan
itu kepada importir. Importir akan mengambil dokumen pengapalan itu kepada
opening bank dan menyelesaikan pelunasan dokumen pengapalan tersebut
dengan opening bank bersangkutan. Setelah itu opening bank akan
menyerahkan seluruh dokumen pengapalan itu kepada importir untuk
dipergunakan menerima barang bersangkutan dari perusahaan pelayaran dan
Bea Cukai setempat.

2. Teori Pendukung
Standar Kontrak
Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi 2 yaitu umum dan khusus.
- Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih dahulu
oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Misalnya antara eksporter dan impoter.
- Kontrak standar khusus, artinya kontrak standar yang ditetapkan pemerintah baik
adanya dan berlakunya untuk para pihak ditetapkan sepihak oleh pemerintah.
Biasanya ini berlaku untuk mereka yang ingin melakukan transaksi untuk suatu
Pada dasarnya orang bebas untuk membuat bentuk-bentuk kontraknya sendiri, oleh
karena kontrak adalah dokumen tertulis yang menuangkan kesepakatan yang telah
dibuat oleh mereka, sehingga bagaimana bentuk dan aoa isinya, adalah
sepenuhnya tergantung kepada mereka sendiri. Jika sudah diperjanjikan tertulis,
maka menurut pasal 1338 KUHP, itu akan menjadi hukum yang mengikat kedua
belah pihak.
Terdapat beberapa hal di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, yakni
pasal 1320 KUHPer, yang mensyaratkan bahwa suatu kontrak akan sah jika:
1. ada kesepakatan dari para pihak untuk mengikatkan diri. Sepakat maksudnya
adalah bahwa para pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat,
16

setuju untuk seia sekata mengenai segala sesuatu yang diperjanjikan. Kata
sepakat ini harus diberikan secara bebas, artinya tidak ada pengaruh dipihak
ketiga dan tidak ada gangguan.
2.

para pihak yang membuat perjanjian memiliki kecakapan dalam membuat
perjanjian, artinya mereka mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian
atau mengadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang yang sudah
dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.

3.

Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian.Artinya apa
yang diperjanjikan harus merupakan suatu obyek yang jelas, tidak terselubung.
Syarat ini diperlukan untuk dapat menentukan kewajiban para pihak jika terjadi
perselisihan. Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian
harus mempunyai sebagai suatu pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya.

4.

Sebab yang halal. Artinya perjanjian antara kedua belah pihak adalah sesuatu
yang tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Menurut
Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak halal ialah jika ia dilarang oleh
Undang Undang, bertentangan dengan tata susila atau ketertiban. Menurut
Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang palsu atau dilarang tidak
mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.

Berdasarkan Pasal 1320 jo 1338 ayat (1) BW/KUHPerdata dikenal adanya asas
konsensual, yang dimaksud adalah bahwa perjanjian/kontrak lahir pada saat
terjadinya konsensus/sepakat dari para pihak pembuat kontrak terhadap obyek
yang diperjanjikan.
Pada umumnya perjanjian yang diatur dalam BW bersifat konsensual. Sedang yang
dimaksud konsensus/sepakat adalah pertemuan kehendak atau persesuaian
kehendak antara para pihak di dalam kontrak. Seorang dikatakan memberikan
persetujuannya/kesepakatannya (toestemming), jika ia memang menghendaki apa
yang disepakati.
Mariam Darus Badrulzaman juga melukiskan pengertian sepakat sebagai
pernyataan kehendak yang disetujui (overeenstemende wilsverklaring) antar pihak17

pihak. Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte).
Pernyataan pihak yang menerima penawaran dinamakan akseptasi (acceptatie).
Jadi pertemuan kehendak dari pihak yang menawarkan dan kehendak dari pihak
yang akeptasi itulah yang disebut sepakat dan itu yang menimbulkan/melahirkan
kontrak/perjanjian.
Untuk kontrak dagang internasional, terdapat Konvensi PPB mengenai Kontrak jual
beli barang secara internasional, (UN CONVENTION ON CONTRACTS FOR THE
INTERNATIONAL SALE OF GOODS, 1980), yang antara lain mengatur tentang
Ps. 1 :

Konvensi ini akan berlaku terhadap kontrak -kontrak jual beli barang
antara para pihak yang tempat usahanya berada di negara yang berlainan
a. Bilamana negara-negara tersebut adalah negara peserta; atau
b. Bilamana peraturan hukum perdata internasional menyebabkan
berlakunya hukum dari suatu negara peserta.

Ps. 2

: Konvensi ini tidak berlaku terhadap jual-beli :
a. Barang yang dibeli untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah
tangga, kecuali penjual, setiap saat sebelum atau pada waktu
penyelesaian kontrak, tidak mengetahui atau tidak seharusnya
mengetahui bahwa barang yang dibeli adalah untuk keperluan tersebut
di atas
b. Melalui lelang
c. Melalui eksekusi atau karena wewenang hukum
d. Obligasi, saham, investment securities, kertas berharga, atau uang
e. Kapal, kendaraan terapung, hovercraft atau pesawat terbang
f. Listrik

Jika dikatakan bahwa Kontrak Dagang Ekspor merupakan suatu dokumen tertulis
hasil kesepakatan antara eksportir dan impotir, maka di dalamnya haruslah berisi:
1. Nama dan tanda tangan pihak-pihak yang membuat kontrak.
2. Subjek kontrak
18

3. Lingkup kontrak
4. Kewajiban dan tanggung jawab
6. Pembatalan kontrak
7. Cara penyelesaian jika antara kedua belah pihak terjadi sengketa.
Kontrak Dagang Ekspor dibutuhkan karena :
1. Resiko timbulnya sengketa
Terjadinya sengketa dalam pelaksanaan ekspor impor sangat dimungkinkan, oleh
karena pihak-pihak yang bertransaksi adalah mereka yang berasal dari negara
berbeda, dengan berbagai perbedaan yang ada.
2. Resiko kehilangan dan kerusakan
Pengi iman barang dari suatu negara ke negara lain jelas meiliki resiko tinggi,
baik melalui kapal laut maupun kapal udara.

Melalui laut, jarak tempuh bisa

berhari-hari, bahkan bisa sampai sebulan, di tengah-tengah gelombang
samudera yang memiliki resiko tinggi, termasuk juga dari adanya badai maupun
kejahatan para bajak laut.
3. Resiko perbedaan mata uang
Kondisi keuangan suatu negara dengan negara lain juga saling berbeda,
sehingga selalu ada fluktuasi nilai mata uang. Hal ini menyebabkan nilai ekspor
dalam setiap transaksi akan beresiko mengalami perbedaan pada saat
kesepakatan dicapai dengan saat pembayaran dilakukan.
4. Resiko akibat perbedaan bahasa
Perbedaan bahasa yang digunakan oleh para pihak yang berasal dari negara
berbeda, memiliki resiko terjadinya perbedaan dalam memahami isi kesepatan,
sehingga akan berakibat perbedaab pula dalam pelaksanaannya.
5. Resiko perubahan sosial politik
Kebijakan dan kondisi keamanan sosial di suatu negaa juga bisa menjadi
penghalang kelancaran pelaksanaan suatu transaksi, karena bisa saja setelah

19

dicapai kesepakatan antara kedua belah pihak, tetapi kemudian terjadi hal-hal
yang menyebabkan transaksi itu gagal atau tidak bisa dilaksanakan.

Misalnya

adalah terjadi pemberontakan, kudeta, keurusahan sosial, perubahan kebijakan
ekspor, dan lain-lain.

C. Definisi Operasional, Variabel dan indikator yang digunakan

1.

Definisi operasional
Dalam rangka mendapatkan persamaan persepsi mengenai variabel yang
dikaji, maka perlu diberikan definisi operasional dan variabel sebagai berikut:
a. Kontrak dagang ekspor adalah dokumen tertulis yang menyebutkan
berbagai hal yang sudah disepakati oleh eksporter dan impoter dalam suatu
transaksi, yakni tentang hak dan kewajiban kedua belah.
b. Transaksi ekspor yang menggunakan Kontrak Dagang akan efektif jika para
pihak memahami benar apa yang sudah disepakati, diperjanjikan dan
dituangkan dalam dokumen tertulis itu.
c. Bagaimana realisasi ekspor bisa dijamin lancar, adalah jika kedua belah
pihak sepenuhnya menjalankan apa yang sudah dituangkan dalam
dokumen Kontrak Dagang Ekspor, sehingga dapat dihindari kemungkinan
timbulnya wanprestasi, penyimpangan, maupun sengketa.

2. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penulisan ini adalah:
a.

Isi dokumen kontrak dagang ekspor

b.

Pemahaman para pihak atas hak dan kewajiban masing-masing

c.

Kemampuan para pihak untuk melaksanakannya secara baik maupun

untuk menegakkannya jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan.
D. Deskripsi Kerangka berpikir

20

Kegiatan ekspor ke berbagai negara tujuan ekspor sejalan dengan berlakunya
perjanjian dagang global, ,membuka peluang terjadinya peningkatan volume
maupun nilainya.

Dengan semakin meluasnya jangkauan Negara Tujuan

Ekspor (NTE) maka para pegusaha Indonesia sangat mungkin mengalami
perluasan usaha dan melakukan transaksi dengan negara-negara asing, dalam
rangka ekspor. Mengingat hal tersebut, pemahaman mengenai peran dan
fungsi suatu Kontrak Dagang Ekspor menjadi semakin penting dan mendesak
untuk dikuasai oleh para pengusaha. Seluk beluk dan cara pembuatan kontrak
dagang ekspor harus diketahui dengan baik, dalam rangka memberikan
jaminan perlindungan dari kemungkinan timbulnya hal-hal yang merugikan para
pengusaha Indonesia.

21

BAB III
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.

Pengungkapan masalah
Kontrak dagang, utamanya adalah berfungsi sebagai pelindung atas hak
dan kewajiban eksportir dan importer, mengingat kedua belah pihak adalah
berasal dari negara-negara yang masing-masing memiliki banyak perbedaan.
Oleh karena itu, melalui kontrak dagang diharapkan fungsi-fungsi berikut dapat
terjamin, yakni:
• jaminan pencapaian tujuan bersama
• Penampungan pokok kesepahaman bersama
• Untuk melaksanakan hak & kewajiban yang telah disepakati terhadap jasa &
barang agar tidak terjadi pelanggaran.
• Alat kontrol pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
• Landasan hukum penyelesaian sengketa
• Alat bukti tatkala diuji di pengadilan
Manfaat kontrak dagang ekspor
Di samping memberikan kepastian atas produk/jasa yang akan diperjualbelikan,
kontrak dagang juga bermanfaat bagi kedua belah pihak, oleh karena:
• Memberikan kepastian atas status order
• Memberikan kepastian atas prosedur pembayaran
• Mengurangi resiko kerugian
• Memberikan kepastian tentang resiko yang ditanggung para pihak
• Memberikan kepastian hukum pemenuhan hak dan kewajiban

22

Isi Kontrak Dagang
Berikut adalah isi kontrak dagang ekspor yang harus dicermati:
1. Number of the contract
2. Company name, address, phone and fax number, email address of the
related party
3. Conformity content of the contract
4. Kind of goods, quantity, quality and specification
5. Unit price and total price
6. Incoterms
7. Shipment terms and conditions (direct/transhipment)
8. Payment systems
9. Special or other conditions (if any)
10. References of the contract
11. Free flag vessel, free vessel age
12. Equal treatment (Penalty for late shipment/late payment)
13. Completness of the goods document
14. Signatures of the contract
15. Dispute settlement
16. Attachment (shipment, force majeur, inspection, quality, packing &marketing,
insurance & freight, payment, claim)

23

Negosiasi isi kontrak dagang
Point-poin penting dalam menyusun kontrak dagang adalah:
1. Kind of goods, quantity, quality and specification
2. Unit price and Total price
3. Packaging of goods or merchandise
4. Incoterms
5. Shipment terms and conditions (direct/transhipment)
6. Payment systems
7. Special or other conditions (if any)
8. References of the contract
9. Dispute settlement
10. Free flag vessel, free vessel age
11. Equal treatment (Penalty for late shipment/late payment)
12. Completly of the goods document

Menyusun Kontrak Dagang Ekspor
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka dalam memyusun kontrak dagang,
harus memperhatikan:
1. Penulisan yang tegas dan jelas
2. Persyaratan yang lengkap dalam perencanaan suatu kontrak
3. Perhatikan contoh kontrak dan formatnya, walaupun, tidak semata-mata
mencontoh secara keseluruhan.

24

4. Buat suatu kontrak sesuai dengan format standar
5 Mengetahui aspek-aspek legalitas

Prinsip dasar dalam penyelesaian sengketa dagang adalah:
- Itikad baik / Good faith
- Cara-cara damai / Peacefull
- Bebas memilih cara penyelesaian/ Free choice
- Bebas memilih produk hukum/Free legal choice
- Kesepakatan bersama /Consencus
- Menempuh hukum nasional lebih dahulu / Exhaustion of local remedies

Yang menjadi permasalahan di sini adalah:
1.Kesiapan para UKM Indonesia dalam menghadapi era globalisasi yang
membuka peluang untuk melakukan ekspor ke berbagai negara nampaknya
masih belum mengalami peningkatan.

Artinya, banyak dari mereka yang

belum memahami prinsip-prinsip kontrak dagang ekspor sebagaimana
diungkapkan di atas, sehingga dikhawatirkan mereka hanya akan menjadi
korban perilaku tidak jujur dari para mitranya di luar negeri. Sebagai pengajar
pada Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia, Direktorat
Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan,
Penulis tidak jarang menemukan para peerta peatihan yang notabene sudah
melakukan ekspor berulangkali tapi baru mengetahui masalah kontrak dagang
ini setelah mereka mengikuti diklat di PPEU. Artinya, sebelum mengikuti
pelatihan mereka melakukan ekspor tanpa dilengkapi dengan kontrak dagang.
2.

Belum adanya kesadaran pada UKM Indonesia yang melakukan transaksi
ekspor dengan para pembeli di luar negeri, bahwa mereka sebenarnya
memiliki kesamaan derajat dengan para buyer, yang artinya mereka memiliki
25

kesamaan hak dan kewajiban dalam merealisasi apa yang menjadi
kesepakatan dalam jual beli. Sejauh inmi, karena berbagai penyebab, UKM
Indonesia merasa selalu berada di pihak yang membutuhkan dan selalu
khawatir calon pembeli akan berpaling kepada eksporter lain, sehingga
mereka cenderung untuk menerima saja kondisi yang didiktekan oleh buyer,
meskipun mereka masih belum memiliki kejelasan dan kemungkinan terancam
mengalami kerugian.

B.

Pembahasan Fakta di Lapangan
Sejauh ini, di dalam prakteknya, ternyata masih sangat banyak pengusaha
Indonesia, terutama kalangan UK M, yang melakukan transaksi ekspornya tanpa
membuat kontrak dagang. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah:
1. Belum menyadari pentingnya dagang
2. Tidak mengetahui bagaimana cara membuat kontrak dagang
3.

Terlalu percaya diri atau terlalu mempercayai bahwa para pembeli adalah
orang-orang yang beritikad baik dan tidak mungkin menipu mereka.

4.

Menganggap pembuatan kontrak dagang adalah suatu hal yang rumit dan
memakan biaya

5.

Ketakutan pembeli akan lari jika penjual menyodorkan suatu kontrak dagang,
sehingga mereka terancam kehilangan pembeli.

Berdasarkan hal tersebut, maka kebanyakan transaksi ekspor yang dilakukan oleh
UKM hanya berdasarkan kepercayaan saja bahwa semua akan berjalan dengan
lancar.

Memang faktanya, banyak transaksi ancar-lancar saja meskipun tanpa

ada suatu kontrak dagang, tetapi tidak sedikit pula mereka yang mengalami
kerugian dan merasa pasrah saja atas apa yang terjadi, tanpa bisa melakukan
upaya hukum apa pun untuk menagih hak-haknya, karena ketiadaan bukti tertulis
berupa kontrak dagang.

Biasanya UKM hanya menganggap hal ini sebagai

musibah atau cobaan Tuhan saja.
26

Beberapa kasus yang terjadi dalam transaksi ekspor tanpa ada kontrak
1. Pembeli mengklaim bahwa barang yang dikirim tidak sesuai dengan
kesepakatan, baik dalam hal jumlah, kualitas maupun kuantitas .
2. Pembayaran tidak lancar, tidak sesuai kesepakatan.
3. Pembeli menuntut pengurangan pembayaran (diskon)
4.

Tidak jarang terjadi barang yang dikirim diklaim tidak sesuai, tapi sebenarnya
sudah beredar di pasaran, atau sudah dijual oleh pembeli (importer).

Sebagai akibatnya, karena tidak adanya Kontrak Dagang Ejspor, maka UKM
ekspoter tidak bisa melakukan tidakan hukum apa pun untuk menuntut hakhaknya. Padahal seandainya transaksi mereka dilindungi oleh Kontrak Dagang,
terdapat banyak jalan untuk menyelesaikan transaksi ekspor mereka yang
bemasalah.

C.

Analisis Tinjauan
Banyaknya permasalahan dalam realisasi ekspor, seringkali berawal dari ketiadaan
Kontrak Dagang Ekspor yang menjadi landasan bagi kedua belah pihak untuk
menentukan langkah dalam menegakkan hak dan kewajibannya. Begitu juga
seandainya kontrak dagang ekspor dibuat tapi kurang lengkap dan tidak
mencakup hal-hal yang perlu diatur secara detail sehingga menyebabkan
keraguan bagi kedua belah pihak yang kemudian beujung pada kesalahpahaman.
Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian awal tulisan ini, ketidakjelasan
dalam hal-hal berikut seringkali menyebabkan kesalahpahaman, yakni:
-

Masalah bahasa
Bahasa yang digunakan seringkali tidak jelas, tidak menggunakan kalimat
langsung, atau kalimat sederhana yang jelas maknanya bagi kedua belah
pihak Demikian juga dengan penggunaan istilah, ungkapan dan singkatan yang
kurang dipahami denga baik.
27

-

Format penanggalan
Penulisan penanggalan seperti 02/03/02 seringkali bisa berarti tanggal 2 Maret
2002, tapi bisa juga berarti tanggal 3 Pebruari 2002 yang tentu saja bisa
berimplikasi serius jika dilihat dalam konteks kapan suatu barang akan dikirim
atau kapan pembayaran akan dilakukan.

-

Syarat pembayaran
Syarat dan prosedur pembayaran seringkali tidak disebutkan secara detail,
demikian juga dengan dokumen yang dibutuhkan untuk memperoleh
pembayaran.

Juga harus disebutkan kapan dan dalam mata uang apa

pembayaran tersebut akan dilakukan.

-

Satuan ukuran
Satuan seperti ton, bisa mengacu kepada metric ton (2204 lbs atau 1000 Kg),
short ton ( 2000 lbs atau 907 Kg), atau long ton (2240 lbs atau 1016 Kg).
Dengan demikian harus disebutkan dengan jelas ukuran apa yang digunakan.

-

Penafsiran atau terjemahan
Akurasi terjemahan juga merupakan suatu hal yang
dipahami dan disepakati oleh kedua belah pihak.

harus dengan jelas

Penggunaan istilah bisa

memiliki perbedaan arti, karena adanya perbedaan budaya antar kedua belah
pihak.

Istilah yang memiliki arti berbeda tentu saja akan menyulitkan

kesamaan paham.

-

Penandatangan kontrak
Jika kontrak terdiri dari satu halaman lebih, maka sebaiknya kedua belah pihak
membubuhkan parafnya pada semua halaman.
28

Perselisihan dagang
Perselisihan atas suatu kontrak dagang sering disebabkan oleh tidak sepakatnya
kedua belah pihak atas hal-hal yang disebutkan di dalamnya. Oleh sebab itu
setiap ketentuan dalam kontrak hendaknya dibuat sejelas mungkin agar tidak ada
salah tafsir atau timbulnya keragu-raguan. Jika perselisihan ternyata memang
terjadi, maka ada beberapa cara untuk menyelesaikannya yakni:

Penjelasan
a. Kedua belah melakukan negosiasi kembali untuk memecahkan permasalahan
yang timbul antara mereka berdua;
b. Kedua belah pihak bersama-sama atau menunjuk pihak ketiga untuk
melakukan pencarian fakta untuk mendukung pemecahan masalah

29

c. Kedua belah pihak menunjuk pihak ketiga untuk melakukan menjadi jembatan
penghubung perundingan antara kedua belah pihak. Apa yang menjadi
keinginan kedua belah pihak dimediasi sampai akhirnya menemukan jalan
keluar sesuai kesepakatan kedua belah pihak yang beselisih
d. Kedua belah pihak menunjuk suatu lembaga untuk merundingkan apa yang
semestinya dilakukan untuk memecahkan permasalahan
e. Kedua belah pihak sepakat untuk menunjuk lembaga arbitrase tertentu untuk
menjadi wasit yang akan memutuskan bagaimana perkara ini diselesaiakn
f. Kedua belah pihak bersepakat untuk membawa masalah ini ke pengadilan
untuk menjatuhkan keputusan tentang pemecahan masalah.
Namun demikian, tiap cara penyelesaian sengketa tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan sebagaimana bisa dilihat dalam tabel di bawah ini.

E. Analisis atas fakta hasil kajian dikaitkan dengan teori.

30

Transaksi perdagangan yang bermacam-macam bentuknya,

mulai dari jual beli

barang, pengiriman dan penerimaan barang, produksi barang dan jasa yang
berdasarkan suatu kontrak, dll. Semua itu pasti tak lepas dari sengketa.
Umumnya,

negosiasi

sering

digunakan

sebagai

langkah

pertama

dalam

penyelesaian sengketa-sengketa dagang. Apabila cara ini gagal atau tidak berhasil,
barulah ditempuh cara lain seperti penyelesaian melalui pengadilan atau arbitrase.
Penyelesaian sengketa baik melalui pengadilan maupun arbitrase sering didasarkan
pada perjanjian di antara para pihak. Langkah yang biasa ditempuh adalah dengan
membuat suatu perjanjian atau memasukkan suatu usulan penyelesaian sengketa
ke dalam kontrak atau perjanjian yang mereka buat, baik melalui pengadilan atau ke
badan arbitrase.
Dasar hukum bagi forum atau badan penyelesaian sengketa yang akan menangani
sengketa adalah kesepakatan para pihak yang bersengketa. Kesepakatan tersebut
dilakukan baik pada waktu kontrak ditandatangani atau setelah sengketa timbul.
Kadang terdapat kelalaian dari para pihak untuk menentukan forum, yang pasti akan
berakibat sulitnya dalam penyelesaian sengketanya. Karena, dengan adanya
kesalahan pilihan forum tersebut akan menjadi alasan yang kuat bagi setiap forum
untuk menyatakan dirinya berwewenang untuk memeriksa suatu sengketa. Dalam
sistem hukum (Common Law) dikenal dengan konsep ‘long arm’ jurisdiction. Dengan
konsep ini, pengadilan dapat menyatakan kewenangannya untuk menerima setiap
sengketa yang dibawa ke hadapannya meskipun hubungan antara pengadilan
dengan sengketa tersebut tipis sekali.
Di samping forum pengadilan atau badan arbitrase, para pihak dapat pula
menyerahkan sengketanya kepada cara penyelesaian sengketa, yang lazim dikenal
sebagai ADR (alternative dispute resolution) atau APS (alternatif penyelesaian
sengketa).
Seluk beluk penyelesaian sengketa perdagangan
1. Pihak-pihak dalam Sengketa

31

Ada beberapa subyek hukum dalam hukum perdagangan internasional, yaitu
negara, perusahaan atau individu, dll. Dalam uraian berikut, para pihak yang
menjadi pembahasan dibatasi pada pihak pedagang (badan hukum atau
individu) dan negara.
2. Sengketa antara pedagang dan pedagang
Sengketa antara dua pedagang adalah sengketa yang sering dan paling banyak
terjadi. Sengketa seperti ini terjadi hampir setiap hari. Sengketanya dapat
diselesaikan melalui berbagai cara. Cara tersebut tergantung pada kebebasan
dan kesepakatan para pihak.
3. Sengketa antara pedagang dan negara asing
Sengketa antara pedagang dan negara juga merupakan hal yang lazim. Kontrakkontrak seperti ini biasanya dalam jumlah (nilai) yang relatif besar. Termasuk di
dalamnya adalah kontrak-kontrak pembangunan (development contracts).
Misalnya, kontrak di bidang pertambangan.
4. Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa
a. Prinsip kesepakatan para pihak (Konsensus)
Termasuk dalam lingkup pengertian kesepakatan ini adalah:
(1) bahwa salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak berupaya menipu,
menekan atau menyesatkan pihak lainnya;
(2) bahwa perubahan atas kesepakatan harus berasal dari kesepakatan
kedua belah pihak. Artinya, pengakhiran kesepakatan atau revisi
terhadap

muatan

kesepakatan

harus

pula

berdasarkan

pada

kesepakatan kedua belah pihak.
b. Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Penyerahan sengketa kepada arbitrase merupakan kesepakatan atau
perjanjian para pihak. Artinya, penyerahan suatu sengketa ke badan arbitrase
haruslah berdasarkan pada kebebasan para pihak untuk memilihnya.
32

c. Prinsip kebebasan memilih hukum
Prinsip penting lainnya adalah prinsip kebebasan para pihak untuk
menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan (bila sengketanya
diselesaikan) oleh badan peradilan (arbitrase) terhadap pokok sengketa.
Kebebasan para pihak untuk menentukan hukum ini termasuk kebebasan
untuk memilih kepatutan dan kelayakan (ex aequo et bono).

d. Prinsip itikad baik
Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan adanya itikad baik dari para pihak
dalam menyelesaikan sengketanya.
e. Prinsip exhaustion of local remedies
Menurut prinsip ini, hukum kebiasaan internasional menetapkan bahwa
sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke pengadilan internasional,
maka langkah-langkah penyelesaian sengketa yang tersedia atau diberikan
oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih dahulu ditempuh
(exhausted).

33

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrak Dagang adalah instrumen penting dalam kegiatan ekspor impor karena
merupakan landasan pijak bagi kedua belah pihak, yakni penjual (ekspoter) dan
pembeli (impoter), untuk melaksanakan sekaligus menuntut hak-haknya.

Kontrak

dagang ekspor bisa dibuat dalam bentuk yang sederhana maupun yang rumit. Yang
terpenting dalam Kontrak Dagang adalah adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak, sehingga bagaimana bentuk ataupun isi yang diperjanjikan diserahkan
sepenuhnya kepada kesepakatan mereka, asalkan dianggap bisa melindungi
kepentingan mereka masing-masing.
B. Rekomendasi
a.

Mengingat bahwa dalam era globalisasi perdagangan sekarang ini intensitas
transaksi dagang antara UKM Indonesia dengan mitra dagangnya akan semakin
meningkat, maka sudah selayaknya kepada mereka dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pengetahuan mereka dalam masalah pembuatan kontrak dagang
ekspor dan juga bagaimana mereka bisa menyusun suatu kontak yang memenuhi
kaedah-kaedah hukum dan memberi jaminan perlindungan kepada mereka untuk
mendapatkan hak-haknya serta untuk mau melaksankan kewajibannya sesuai
dengan kesepakatan bersama dengan importer.

b.

Di samping masalah peningkatan SDM UKM eksporter dalam masalah kontrak
dagang,

lembaga-lembaga

advokasi

dalam

penyelesaian

permasalahan

perdagangan kiranya juga perlu terus ditingkatkan.
c.

Fasilitasi Pemerintah dalam penyelesaian sengketa dagang seperti misalnya
dalam hal mediasi, arbitrase maupun berpekara di pengadilan kiranya akan
mendukung UKM dalam hal penegakan hak-haknya jika dalam transaksi ekspor
mereka terjadi permasalahan hukum.
Jakarta,

Pebruari 2015
34

DAFTAR PUSTAKA

Amir, MS 1999.Ekspor impor Teori dan Penerapana,Jakarta : PT. Pustaka
Binaan Pressindo
_________2002.Kontrak Dagang Ekspor,Jakarta : PT. Pustaka Binaan Pressindo
Hari Murti,dan Wahyu Agung Setyo. 2009. Panduan Magang Kerja dan
Penulisan Tugas Akhir D-3 Bisnis Internasional. Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
PPEI,BPEN & DEPPERINDAG, 2009. Modul Penunjang Praktek DIII Bisnis
Internasional. PPEI : Jakarta
Subekti, ”Aneka Perjajnian” cetakan keenam, Bandung; alumni

35