PENERAPAN MODEL SCIENTIFIC PROCESS BASED

PENERAPAN MODEL SCIENTIFIC PROCESS BASED
LEARNING (SPBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA

Veni Fuzi Lestari1, Nandang Hidayat2, Susi Sutjihati3
ABSTRACT
This study a class action research and the subject of the research is 42 student of class XI Mia 4 at
the Cisaat SMA Negeri 1. The aim of the research to increase the student result in biology for domain
cognitive domain affective and domain psychomotor, the term Structure and Function of plant and animal
tissues through the studying model Scientific Process Based Learning (SPBL). The process of the research
action has done on two cycles. Each cycle four stape they are is planning, implementer, observation and
reflection. The end of each cycle given test with instruments that has been the validity and tested the
reliability. The results of the research show that there is an increasement. It show from the average of the
result of the studying domain cognitive every student on class XI Mia 4 pra cycle I that is 69,52 or about
45% from 42 student. On cycle I to be 73,09 or 61% from 42 student, and on cycle II to be 78,45 or about
78% from 42 student. Average for domain affective learning outcomes, pra cycle is 71,39 or about 52%. On
cycle I to be 73,01 or about 64% and cycle II that is 75,01 or about 78% with good category. And average of
the result of the domain psychomotor learning, for cycle I that is 69,85 or about 42,23% and increase for
cycle II that is 72,69 or about 76,19% with high category.The enthusiastic of the students has been increase
too on every cycle. Based on the result that has reached, the research has to be a conclusion that on the
learning Scientific Process Based Learning (SPBL)that can be increase the result of studying biology of

Structure and Function of plant and animal tissues class XI Mia 4 at the SMA Negeri 1 Cisaat Sukabumi
district.
Key words: Learning Result, Cognitive, Affective, Psychomotor, Learning model, Scientific Process Based
Learning (SPBL).

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian 42 siswa kelas XI Mia
4 di SMA Negeri 1 Cisaat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi pada kawasan
kognitif, afektif dan psikomotor materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan melalui model
pembelajaran Scientific Process Based Learning (SPBL). Proses penelitian tindakan dilakukan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan dan
refleksi. Akhir dari setiap siklus dilaksanakan tes dengan instrumen yang telah diuji validitas item tes dan uji
reliabilitas item tes. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat peningkatan. Terlihat dari rata-rata hasil
belajar kognitif siswa kelas XI Mia 4 pra siklus yaitu 69,52 atau sekitar 45%% dari 42 siswa. Pada siklus I
menjadi 73,09 atau sekitar 61%% dari 42 siswa, dan pada siklus II menjadi 78,45 atau sekitar 78% dari 42
siswa. Untuk rata-rata hasil belajar afektif, pra siklus yaitu 71,39 atau sekitar52%. Pada siklus I menjadi
73,01 atau sekitar 64% dan pada siklus II menjadi 75,01 atau sekitar 78% kategori baik. Dan untuk rata-rata
hasil belajar psikomotor, pada siklus I yaitu 69,85 atau sekitar 42,23% dan meningkat pada siklus II menjadi
72,69 atau sekitar 76,19% kategori tinggi. Antusias siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklus.
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa melalui model

pembelajaran Scientific Process Based Learning (SPBL) dapat meningkatkan hasil belajar biologi materi
Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan dan Hewan kelas XI Mia 4 SMA Negeri 1 Cisaat Kabupaten
Sukabumi.
Kata Kunci: Hasil belajar, Kognitif, Afektif, Psikomotor, Model pembelajaran, Model Scientific Process
Based Learning (SPBL).

PENDAHULUAN
1

Mahasiswa Program Studi Biologi FKIP Pakuan
Staf Pengajar Program Studi Biologi FKIP Pakuan
3
Staf Pengajar Program Studi Biologi FKIP Pakuan
2

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Pendidikan

sebagai
bahan
integral
kehidupan
masyarakat di era
global
harus
dapat
memberi
dan memfasilitasi
bagi tumbuh dan
berkembangnya
keterampilan
intelektual,
sosial,
dan
personal.
Pendidikan dapat
diartikan sebagai
proses perolehan

pengalaman
belajar
yang
berguna
bagi
peserta
didik
yang diharapkan
mampu
mengembangkan
potensinya.
Seperti
yang
terdapat
dalam
UU No.20 Tahun
2003
tentang
sistem
Pendidikan

Nasional.
Pada
pasal 1 ayat (1)
dijelaskan bahwa
pendidikan
adalah
usaha
sadar
dan
terencana untuk
mewujudkan
suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
agar peserta didik
secara
aktif
mengembangkan
potensi

dirinya
untuk
memilki
kekuatan
spiritual,
keagamaan,
pengendalian diri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta

keterampilan
yang diperlukan
dirinya,
masyarakat,
bangsa,
dan
negara. Jadi pada

akhirnya tujuan
pendidikan dapat
membantu
peserta didik agar
nantinya mampu
meningkatkan
dan
mengembangkan
dirinya sebagai
pribadi, sebagai
anggota
masyarakat, dan
sebagai
warga
negar serta dapat
memecahkan
berbagai
problema
kehidupan
terutama dalam

dunia pendidikan.
Berbagai
kemajuan seperti
ilmu pengetahuan
dan
teknologi
yang
berkembang
sangat
pesat
sehingga
menuntut adanya
upaya
untuk
meningkatkan
sumber
daya
manusia
yang
berkualitas.

Upaya
untuk
mencerdaskan
kehidupan bangsa
dan
mengembangkan
kualitas manusia
seutuhnya adalah
misi pendidikan
yang
menjadi
tanggung jawab
professional
seorang
guru.
Upaya
peningkatan
mutu guru dan

pendidikan sudah

sejak
lama
menjadi
komitmen
Departemen
Pendidikan
Nasional, yaitu
meningkatkan
kemampuan guru
dalam
merencanakan
dan
melaksanakan
pembelajaran.
Maka
sekolah
sebagai institusi
perlu
mengembangkan
pembelajaran

sesuai
tuntutan
kebutuhan
era
global. Dengan
kata
lain
pengembangan
kualitas tersebut
harus disesuaikan
dengan
paradigma baru.
Guru yang
profesional
merupakan
faktor
penentu
proses
pendidikan yang
berkualitas.
Dengan kata lain
guru tidak hanya
sekedar mengajar
(transfer
of
knowledge)
melainkan harus
menjadi
fasilitator,
motivator
ataupun mediator
dalam
belajar,
yang
bertujuan
untuk
menciptakan
kondisi
belajar
yang
mampu
mendorong
siswa untuk lebih
aktif dan kreatif
sehingga mampu

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

menguji
siswa
dalam
memecahkan
berbagai
permasalahan
dalam
pembelajaran.
Dan tugas guru
disini bertindak
sebagai fasilitator
yang
bertugas
memfasilitasi,
membimbing,
dan mengarahkan
siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan
berpikirnya.
Sehingga
diharapkan
adanya
pembelajaran
kolaboratif dalam
mempelajari
biologi
dan
meningkatnya
hasil
belajar
siswa.
Berdasarkan
hasil observasi di
SMA N 1 Cisaat
Kabupaten
Sukabumi yang
dilakukan
peneliti
menunjukkan
bahwa
pembelajaran
biologi
masih
menerapkan
metode
pembelajaran
ceramah, diskusi
dan praktikum.
Pembelajaran di
kelas sudah baik
namun
belum
maksimal.
Hal
tersebut
terjadi
dikarenakan
rendahnya
motivasi
yang
ada pada diri
siswa
dalam
mempelajari

materi ajar serta
penggunaan
model
ataupun
metode
yang
kurang bervariasi,
karena
penggunaan
model
jarang
digunakan
dan
kebanyakan
hanya
menggunakan
metode ceramah
dan diskusi serta
penggunaan
media
pembelajaran
yang
masih
kurang
mendukung,
sehingga
tidak
optimalnya
dalam
pemerolehan
hasil
belajar
siswa
yang
ditandai dengan
pencapaian
Kriteria
Ketuntasan
Minimum (KKM)
yang masih jauh
dari
yang
diharapkan. Hal
itu terlihat dari
rata-rata
hasil
belajar
biologi
siswa pada tahun
ajaran 2011/2012
hanya mencapai
rata-rata
nilai
sebesar 60 atau
34,37%, dari 32
siswa hanya 11
siswa
yang
mencapai KKM
dan pada tahun
ajaran 2012/2013
dari 42 siswa,
yang mencapai
KKM sebanyak
19 orang atau
45,23% dengan
rata- rata nilai
sebesar
69,52.

Walaupun sudah
mengalami
peningkatan pada
persentase hasil
belajar,
namun
secara keseluran
belum mecapai
KKM
yang
ditentukan oleh
guru yaitu 74 dan
kriteri
keberhasilan hasil
belajar
sebesar
75%.
Dengan
demikian
kesenjangan ini
merupakan
permasalahan
yang
sangat
penting
untuk
segera
mendapatkan
solusi.
Adanya
permasalahan
tersebut seorang
guru
dituntut
untuk mendesain
pembelajaran
yang lebih aktif,
kreatif
dan
inovatif
yang
mendorong siswa
untuk
berpartisipasi
aktif dalam setiap
pembelajaran
(student centered
learning),
sehingga
akan
terjadi
proses
pembelajaran
yang aktif dan
bermakna dalam
mengembangkan
berbagai
kemampuan dan
pengalamannya
siswa.
Salah satu
upaya yang dapat
dilakukan untuk
menanggulangi
masalah tersebut
adalah
dengan

menggunakan
model
pembelajaran
berbasis masalah
yang berdasarkan
pada
keaktifan
siswa
yang
menggunakan
pendekatan
scientific, yang
bertujuan
membantu siswa
dalam
mengembangkan
kemampuan nalar
dan daya analisis
serta
keterampilan
berpikir
untuk
mengatasi
berbagai masalah
sehingga
dapat
tercapainya
tujuan
pembelajaran
yang diharapkan.
Pendekatan
Scientific
merupakan
konsep
dasar
yang
melatarbelakangi
perumusan
metode mengajar
dengan
menerapkan
karakteristik yang
ilmiah. Hal ini
merupakan
implementasi dari
pembelajaran
dengan
menggunakan
kurikulum 2013.
Pengembangan
Kurikulum 2013,
dilandasi
oleh
Peraturan
Presiden Nomor
5 Tahun 2010
tentang Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
Nasional 20102014. Kurikulum

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

2013
menekankan
pengembangan
kompetensi
pengetahuan,
keterampilan, dan
sikap
peserta
didik
secara
holistic
(seimbang).
Penerapan
kurikulum 2013
ini
didasari
bahwa guru perlu
memperkuat
kemampuannya
dalam
memfasilitasi
siswa
agar
terlatih berpikir
logis, sistematis,
dan
ilmiah.
Tantangan
ini
memerlukan
peningkatan
keterampilan
guru
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
ilmiah.
Model yang
diduga
dapat
menyelesaikan
masalah di atas
adalah
model
pembelajaran
berbasis proses
ilmiah / Scientific
Process
Based
Learning. Model
ini
merupakan
penggabungan
dari
metode
Problem Based
Learning (PBL)
dan
metode
Participant
Centered
Learning (PCL).
Metode berbasis
masalah/
Problem Based

Learning (PBL)
ini
merupakan
pembelajaran
yang
penyampaiannya
dilakukan dengan
menyajikan suatu
permasalahan,
mengajukan
pertanyaanpertanyaan dan
memfasilitasi
penyelidikan.
PBL
juga
merupakan
metode
yang
menekankan
siswa
berperan
sebagai
seolah
profesional dalam
menghadapi
permasalahan
yang
muncul,
meskipun dengan
sudut
pandang
yang tidak jelas
dan
informasi
yang
minimal,
siswa
tetap
dituntut
untuk
menentukan
solusi
terbaik
dalam
setiap
permasalahan.
Sedangkan
metode
Participant
Centered
Learning
merupakan
metode
berdasarkan
partisipasi
dan
keaktifan siswa
dalam
menyelesaikan
masalah.
Sehingga model
Scientific Process
Based Learning
(SPBL)
merupakan
model
berbasis
masalah
berdasarkan pada

keaktifan siswa
dalam
menyelesaikan
berbagai masalah
yang
berlandaskan
pada penguatan
keterampilan
sains.
Penggunaan
model Scientific
Process
Based
Learning (SPBL),
diharapkan siswa
mampu
menghasilkan
produk
sains
sebagai
hasil
karya
siswa
dalam memahami
konsep-konsep
sains baik itu
berdasarkan
pengamatan,
eksperimen,
investigasi,
ataupun
pemahaman
siswa sendiri.
Berdasarkan
permasalahan
yang terjadi di
kelas XI Mia 4
SMA N 1 Cisaat
Sukabumi, maka
perlu dilakukan
suatu penelitian
tindakan
kelas
(PTK)
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Scientific Process
Based Learning
(SPBL).
Rumusan
masalah
yang
diajukan adalah
sebagai berikut:
1)
apakah
penerapan model

Scientific Process
Based Learning
(SPBL).
Untuk
meningkatkan
hasil
belajar
biologi
siswa
kelas XI SMA
Negeri 1 Cisaat
Kabupaten
Sukabumi?
2)
Bagaimana
penerapan model
Scientific Process
Based Learning
(SPBL)
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
biologi
siswa
kelas XI SMA
Negeri 1 Cisaat
Kabupaten
Sukabumi?.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
biologi
materi
Struktur
dan
Fungsi Jaringan
Tumbuhan
dan
Hewan di Kelas
XI Mia 4 SMA
Negeri 1 Cisaat
Kabupaten
Sukabumi hingga
memperoleh nilai
rata-rata kelas di
atas KKM yang
telah ditentukan
yaitu 74 pada
tahun
ajaran
2014/2015 serta
ketuntasan 75%
siswa mencapai
KKM
sebagai
efek
pembelajaran
yang diciptakan
guru.
Proses
pendidikan yang
paling
penting
adalah
belajar.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Belajar
merupakan suatu
kegiatan
yang
dilakukan
seseorang untuk
menuju
perkembangan
pribadi
seutuhnya.
Belajar
merupakan
hal
yang
penting
dalam kehidupan
seseorang
sepanjang masa
untuk
bisa
bertahan
(survive)
dan
berhasil (sukses)
dalam
menghadapi
setiap
masalah
dalam
mengembangkan
keingintahuan,
kerjasama
ataupun
untuk
melatih
mengkomunikasi
kan kepada orang
lain.
Belajar
banyak diambil
dari pengalaman
individu
itu
sendiri ataupun
dari orang lain
yang
berarti
belajar
itu
merupakan proses
mendapatkan
pengetahuan dan
perubahan
tingkah laku baik
kognitif, afektif
atau
psikomotornya.
Sepert
i halnya belajar
yang
dikemukakan
oleh
Musfiqon
(2012 ; 2), belajar
adalah
suatu
proses
yang
kompleks yang

terjadi
pada
setiap
orang
sepanjang
hidupnya, sejak
dilahirkan hingga
manusia
mati.
Proses
belajar
terjadi
karena
adanya interaksi
antara seseorang
dan lingkungan
sekitarnya.
Belajar
dapat
terjadi
kapan
saja dan dimana
saja. Salah satu
pertanda bahwa
seseorang
itu
telah
belajar
adalah
adanya
perubahan
tingkah
laku
pada
diri
seseorang, yang
disebabkan telah
terjadinya
perubahan pada
tingkat
pengetahuan,
keterampilan dan
sikap.
Bahwasan
nya proses belajar
itu terjadi karena
seseorang
mengalami suatu
perubahan
tingkah
laku,
perubahan
dari
tingkah laku ini
bisa
disebut
sebagai
hasil
belajar.
Seseorang akan
mengalami
perubahan
tingkah
laku
yang dialaminya
itu bisa berupa
perubahan
kognitif, afektif
ataupun
psikomotor.
Uraian
ini
sependapat yang

dikemukakan
Gagne, Sudjana
(2009
;
2)
mengemukakan
bahwa
hasil
belajar
siswa
pada hakikatnya
adalah perubahan
tingkah laku yang
diperlihatkan
setelah
siswa
menempuh
pengalaman
belajarnya atau
proses
belajar
mengajar.
Tingkah
laku
sebagai
hasil
belajar
dalam
pengertian yang
luas
mencakup
bidang kognitif,
afektif
dan
psikomotor.
Dari
perubahan
tingkah laku yang
dialami
siswa
tersebut,
diharapkan
mendapatkan
pengetahuan yang
dapat menunjang
dalam
proses
berpikir, karena
dengan
adanya
kemampuan
berpikir
akan
memperkaya
ilmu pengetahuan
dan
didapatlah
hasil
belajar
untuk memahami
suatu konsep. Hal
ini senada dengan
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
Saefullah
(2012 ; 204)
hasil
belajar
merupakan
perubahan
tingkah laku yang
diperoleh siswa
setelah

mengalami
aktivitas belajar.
Perolehan aspekaspek perubahan
perilaku tersebut
bergantung pada
yang
dipelajari
oleh siswa. Oleh
karena
itu,
apabila
siswa
mempelajari
pengetahuan
tentang konsep,
perubahan
perilaku
yang
diperoleh adalah
berupa
penguasaan
konsep.
Menurut
Bloom et al.
dalam Kurniawan
(2011 : 13) hasil
belajar
digolongkan
menjadi
tiga
domain
belajar
yaitu
kognitif,
afektif,
dan
psikomotor.
Anderson (2013),
Hasil
belajar
kognitif
yaitu
hasil belajar yang
ada
kaitannya
dengan
aspek
pengetahuan,
ingatan,
kemampuan
berpikir
atau
intelektual. Pada
kategori ini hasil
belajar kognitif
terdiri dari enam
tingkatan
yaitu
Mengingat,
Memahami,
Mengaplikasikan,
Menganalisis,
Mengevaluasi,
dan
Mencipta.
Hasil
belajar
afektif berkenaan
dengan sikap dan

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

nilai.
Ada
beberapa
jenis
kategori
ranah
afektif
sebagai
hasil
belajar.
Kategorinya
dimulai
dari
tingkat
yang
paling dasar atau
sederhana sampai
tingkat
yang
kompleks. Pada
kategori ini hasil
belajar
afektif
terdiri dari lima
tingkatan
yaitu
Reciving,
Responding,
Valuing,
Organization, dan
Characterization.
Hasil
belajar
psikomotoris
yaitu
berupa
kemampuan
gerak
tertentu.
Kemampuan
gerak ini juga
bertingkat mulai
dari
gerak
sederhana yang
mungkin
dilakukan secara
reflex
sampai
gerak kompleks
yang terbimbing
hingga
gerak
kreativitas. Pada
kategori ini hasil
belajar terdiri dari
tujuh tingkatan
yaitu Persepsi,
Kesiapan, Gerak
terbimbing,
Gerak terbiasa,
Gerak kompleks,
Penyesuaian, dan
Kreativitas.
Metode
pembelajaran
sangat
menentukan
berhasil tidaknya
suatu
pembelajaran.

Oleh karena itu,
sangat
penting
bagi
seorang
guru
untuk
menguasai
metode mengajar
yang baik agar
bisa diterima oleh
siswa.
Dengan
menggunkan
metode
diharapkan siswa
dapat mencapai
suatu
keberhasilan
dalam mencapai
hasil
belajar
yang diinginkan.
Dengan demikian
metode
pembelajaran
memegang peran
penting
yang
digunakan oleh
guru,
karena
keberhasilan
implementasi
strategi
pembelajaran
tergantung cara
guru
dalam
menggunakan
metode
pembelajaran
yang
sudah
direncanakan dan
disusun
secara
sistematis
tersebut.
Uraia
n di atas dapat
didukung dengan
pendapat
yang
dikemukana oleh
Juma, (2013 ; 13)
menyatakan
bahwa
Metode
merupakan cara
sistematis untuk
mencapai tujuan,
prinsip,
dan
praktikanpraktikan
pengajaran.
Metode
sangat

diperlukan terkait
aktivitas
pembelajaran,
karena
aktvitas
pembelajaran
menyangkut
pencairan,
pembentukan,
dan transfer ilmu
pengetahuan,
yang
sering
disebut
disebut
aktivitas belajar
mengajar, metode
pembelajaran
sangat
penting
karena berkaitan
dengan
penyampaian
bahan pelajaran
yang
menentukan
berhasil
atau
tidaknya
suatu
proses
belajar
mengajar, serta
menjadi
bahan
integral
dari
sistem
pengajaran.
Paradigma
pembelajaran
telah
bergeser
dari
paradigma
lama
(behavioristik) ke
paradigma baru
(kontruktivistik).
Bahwasannya
pengetahuan itu
merupakan suatu
potensi
yang
dimiliki
oleh
setiap
orang,
sehingga
otak
yang
dimiliki
oleh
seseorang
bukan
seperti
wadah yang siap
diisi
dengan
pegetahuan,
tetapi otak yang
telah ditumbuhi
dengan
pengetahuan itu

harus
dikembangkan
dengan maksimal
dengan
suatu
pembelajaran
yang
dapat
melatih
otak
selalu
berfikir
secara
induktif
dengan
menyajikan suatu
permasalah yang
ada
pada
lingkungan,
sehingga
dari
permasalahan
tersebut adanya
suatu pemecahan
masalah
yang
dapat
diselesaikan.
Salah satu model
pembelajaran
berbasis masalah
yang digunakan
dalam penelitian
ini
adalah
Scientific Process
Based Learning
(SPBL),
yang
mana model ini
merupakan
penggabungan
dari dua metode
yaitu
Problem
Based Learning
(PBL)
dan
Participant
Centered
Learning dan satu
pendekatan yaitu
pendekatan
scientific
(scientific
Approach).
Probl
em
based
learning (PBL),
yang
mana
metode ini adalah
salah satu bentuk
pembelajaran
yang
berlandaskan
pada paradigma

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

kontruktivisme,
yang berorientasi
pada
proses
belajar
siswa
(student-centered
learning).
Menurut Siregar
(2010 ; 120)
berpendapat
bahwa Problem
based
learning
adalah
suatu
lingkungan
belajar di mana
masalah
mengendalikan
proses
belajar
mengajar.
Juma
(2013;129)
Participant
centered learning
(PCL) merupakan
sebuah
metode
pembelajaran
yang
berbasis
pada partisipasi
dan
keaktifan
siswa di kelas.
Proses
participant
centered learning
biasanya diawali
dengan
pertanyaanpertanyaan dari
guru
kepada
siswa
secara
acak, dilanjutkan
dengan diskusi.
Pertanyaan yang
digunakan guru
adalah pertanyaan
yang
bertujuan
menguji
kemampuan nalar
dan
mengasah
daya
analisis
siswa.Tujuan dari
participant
centered learning
adalah membuat
siswa
berpikir
krikis dan kreatif
terhadap berbagai

persoalan
dan
materi
yang
diberikan
di
kelas.
pembelajaran ini
juga menekankan
keaktifan siswa di
kelas, baik dalam
memecahkan
persoalan hidup
atau
berbagai
konsep tentang
wacana
untuk
memperkaya
pengetahuan.
Sudarwan
dalam
Majid
(2013 ; 194)
berpendapat
bahwa
pendekatan
scientific
bercirikan
penonjolan
dimensi
pengamatan,
penalaran,
penemuan,
pengabsahan, dan
penjelasan
tentang
suatu
kebenaran.
Dengan
demikian, proses
pembelajaran
harus
dilaksanakan
dengan dipandu
nilai-nilai,
prinsip-prinsip,
atau
kriteria
ilmiah. Sehingga
jika metode dan
pendekatan
ini
diramu menjadi
satu melahirkan
sebuah
model
pembelajaran
yang di sebut
Scientific Process
Based Learning
(SPBL).
Scientific
Process
Based
Learning (SPBL)

merupakan model
pembelajaran
yang melakukan
pemusatan
pembelajaran
pada pengajaran
dan keterampilan
pemecahan
masalah
berdasarkan
partisipasi atau
keaktifan siswa,
yang
diikuti
dengan penguatan
keterampilan
sains
yang
bertujuan untuk
menguji
kemampuan
nalar dan daya
analisis
siswa
sehingga siswa
aktif, kreatif dan
membuat siswa
berfikir kritis.
Penelitian
tindakan
kelas
diharapkan dapat
memotivasi siswa
supaya
dapat
saling
mendukung dan
membantu satu
sama lain dalam
kelompok melalui
pembelajaran
bermakna yang
melibatkan proses
interaksi
di
dalamnya
sehingga secara
langsung
berdampak pada
peningkatan hasil
belajar
biologi
siswa. Selain itu
penelitian
tindakan kelas ini
diharapkan dapat
meningkatkan
kemampuan dari
guru
dalam
penyajian materi
dan pencapaian
tujuan

pembelajaran
serta
sebagai
rujukan
untuk
meningkatkan
sistem pendidikan
di
sekolah
terutama dalam
pelajaran Biologi.
Sekolah
dapat
menerapkan hasil
penelitian
ini
untuk
pengembangan
mutu pendidikan
sekolah semakin
baik lagi.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
Tindakan Kelas
dilaksanakan di
SMA Negeri 1
Cisaat
yang
berlokasidi
Jl.Veteran Km.3
Cisaat
Desa
Mangkalaya,
Kecamatan
Gunungguruh
Kabupaten
Sukabumi. Kelas
yang digunakan
untuk penelitian
adalah kelas XI
Mia
4
yang
berjumlah
42
orang yang terdiri
dari jumlah siswa
perempuansebany
ak 30 orang dan
siswa
laki-laki
sebanyak
12
orang
dengan
karakteristik yang
berbeda
baik
dilihat dari segi
kemampuan,
prestasi,
serta
ekonominya.
Materi
yang
disampaikan pada
penelitian
tindakan
kelas

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

kali ini adalah
Struktur
dan
Fungsi Jaringan
Tumbuhan
dan
Hewan.
Penelitian
ini
dilakukan pada
awal semester I
pada
Bulan
AgustusSeptember tahun
ajaran 2014/2015.
Dalam penelitian
ini
melibatkan
peneliti, observer
(pengamat). Guru
bertindak sebagai
pelaksana strategi
dan siswa sebagai
subjek serta objek
yang diteliti.
Penelitian
ini berpusat pada
penggunaan
model
pembelajaran
sebagai
solusi
dalam perbaikan,
perubahan
dan
peningkatan
dalam
proses
pembelajaran
sehingga
dapat
meningkatkan
hasil
belajar
biologi.
Penelitian
ini
meliputi beberapa
siklus dan diakhir
tiap
siklus
diadakan evaluasi
sebagai
tolak
ukur
terhadap
sejauh
mana
kompetensi yang
ada
mampu
dicapai
oleh
siswa.
Apabila
dalam
suatu
siklus
belum
mampu mencapai
target
yang
ditentukan maka
dilanjutkan
ke
siklus berikutnya,

tetapi
apabila
penelitian telah
tercapai
maka
penelitian
dibatasi hingga
siklus
tersebut.
Penelitian
tindakan
kelas
memliki
empat
tahapan yaitu: 1)
Perencanaan
(Planning),
2)
Pelaksanaan
(Action),
3)
Observasi
(Observation), 4)
Refleksi
(Reflection).
Pada tahap
perencanaan,
peneliti
menyusun
langkah-langkah
persiapan sebagai
berikut:
a)
membuat
dan
mempersiapkan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
untuk
dipelajari
oleh
guru
agar
mendapat
kesiapan terlebih
dahulu
dalam
memahami
langkah
pembelajaran
yang
akan
dilaksanakan di
kelas pada saat
dilakukannya
tindakan, Lembar
Kerja Siswa dan
tes evaluasi, b)
menyiapkan
media
pembelajaran
sebagai alat bantu
pembelajaran
dalam
rangka
optimalisasi
proses
pembelajaran, c)

menyiapkan
angket kuesioner
untuk
memperoleh
taggapan siswa
kelas XI Mia 4
SMA N 1 Cisaat
terhadap model
pembelajaran
yang
diaplikasikan, d)
menyiapkan
lembar observasi
siswa,
untuk
mengamati
aktivitas
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, e)
menyiapkan
lembar observasi
guru,
untuk
melihat
proses
pembelajaran
dengan
model
pembelajaran
yang digunakan,
f)
menyiapkan
lembar observasi
penilaian afektif
untuk
menilai
sikap
siswa
selama
proses
pembelajaran
berlangsung dan
menyiapkan
angket
yang
diberikan setiap
akhir siklus, g)
menyiapkan
lembar observasi
penilaian
psikomotor
(keterampilan
proses
sains),
yang digunakan
untuk
menilai
keterampilan
siswa
setiap
pembelajaran
berlangsung, h)
meyiapkan
dokumentasi
berupa foto untuk
melihat
proses

pembelajaran
secara
keeluruhan.
Tahap
pelaksanaan
tindakan
disesuaikan
dengan skenario
dalam RPP yang
telah
dibuat.
Tahap observasi
dan
evaluasi
dilakukan dengan
melakukan
pengamatan
aktifitas
siswa,
langkah-langkah
model
dengan
kegiatan
guru
yang
diamati
dalam
lembar
pengamatan dan
tes hasil belajar
yang
diberikan
setiap
akhir
siklus.
Tahap
analisis
dan
refleksi dilakuan
evaluasi tindakan
berupa
data
kualitatif
dan
kuantitatif, hasil
analisis menjadi
dasar
dalam
penyusunan
refleksi. Kegiatan
refleksi dilakukan
ketika
guru
sebagai pelaksana
sudah
selesai
melakukan
tindakan,
kemudian
berhadapan
dengan peneliti
untuk
mendiskusikan
implementasi
rancangan
tindakan
pada
siklus
selanjutnya.
Proses
pembelajaran
dilaksanakan

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

sesuai
dengan
jadwal
pembelajaran
Biologi kelas XI
Mia 4 dengan
setiap pertemuan
berlangsung
selama 2 X 45
menit dan pada
satu
siklus
terdapat 2 kali
pembelajaran dan
1 kali pertemuan
untuk evaluasi.
Deskripsi
tindakan
yang
dilakukan sesuai
dengan langkah
kerja/skenario
dalam
model
Scientifis Process
Based Learning
(SPBL).
Data
dikumpulkan
dengan teknik tes
dan non tes.
Teknik tes yang
digunakan untuk
mengukur hasil
belajar
siswa
berupa
tes
objektif pilihan
ganda (multiple
choice item test).
Tes hasil belajar
ini
dikalibrasi
dengan
uji
validitas
dan
reliabilitasnya.
Penguump
ulan
data
mengenai
hasil
belajar
ranah
kognitif
berjumlah 40 soal
yang sebelumnya
telah
diuji
validitas
dan
relibilitasnya.

Tabel

1
Pengump
ulan Data
Ranah
Kognitif
(Pengetah
uan)

Pengumpu
lan data untuk
mengukur
kemampuan hasil
belajar
afektif
siswa
menggunakan
angket
yang
disesuaikan
dengan indikator
dari
aspek
penialian afektif
yang berjumlah
20
pernyataan
yang sebelumnya
telah
diuji
validitas
dan
reliabilitasnya.
Tabel

2
Pengum
pulan
Data
Ranah
Afektif
(Sikap)

Pengumpu
lan data untuk
mengukur
kemampuan hasil
belajar
keterampilan
menggunakan
lembar observasi
yang
dibuat
sesuai
dengan

kawasan
penilaian
psikomotor dalam
keterampilan
proses sains. Tes
hasil
belajar
keterampilan ini
dikalibrasi
dengan metode
Jugment ahli.
Tabel 3 Judgment
Instrume
n Hasil
Belajar
Psikomo
tor
(keteram
pilan
proses
sains)

Pengumpu
lan data teknik
non tes dilakukan
dengan observasi
(aktivitas siswa
dan pengamatan
langkah-langkah
model
dengan
kegiatan guru),
wawancara, dan
kuesioner.
Kriteria
keberhasilan
tindakan
ini
meliputi
keoptimalan
pencapaian
strategi
pembelajaran,
ditandai dengan
adanya
penyusunan dan
penerapan model
pembelajaran
yang
telah
memenuhi unsur

kesesuaian
dengan
materi,
karakteristik
siswa,
dan
pencapaian tujuan
pembelajaran
yang
terlihat
dengan
peningkatan hasil
belajar
biologi
siswa
yang
mencakup aspek
pengetahuan
(kognitif), sikap
(afektif)
dan
keterampilan
(psikomotor).
Kompone
n yang menjadi
indikator
pencapaian
komptensi dasar
pada penelitian
ini adalah adanya
peningkatan hasil
belajar
biologi
dengan
membandingkan
skor rata-rata pra
siklus, tes ahkhir
siklus I dan tes
akhir siklus II
dengan
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
Scientific Process
Based Learning.,
pencapaian
kompetensi
dianggap tuntas
apabila
75%
jumlah
siswa
mencapai Kriteria
Ketuntasan
Minimum (KKM)
(Sanjaya, 2008).
Hal itu ditandai
dengan
meningkatnya
nilai
rata-rata
hasil
belajar
kognitif
dan
presentase

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

pencapaian KKM
sebesar
75%,
meningkatnya
rata-rata
hasil
belajar
afektif
dan
presentase
pencapaian sikap
sebesar
75%
siswa mencapai
kategori baik, dan
meningkatnya
rata-rata
hasil
belajar
psikomotor dan
presentase
keterampilan
sebesar sebesar
75% siswa yang
mencapai
kategori tinggi.
HASIL
PENELITIAN
Siklus I
Dalam
proses
pembelajaran
siklus I, dari hasil
pengamatan
terlihat rata-rata
hasil
belajar
biologi
siswa
meningkat,
antusias
siswa
dalam mengikuti
pembelajaran
pada siklus I
sudah
berjalan
dengan baik akan
tetapi masih ada
beberapa siswa
yang
kurang
antusias
dalam
mengikuti proses
pembelajaran,
langkah-langkah
model
pembelajaran
dengan cara guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran
mengalami

peningkatan pada
pertemuan ke-2
dibandingkan
pertemuan
ke1pada siklus I.
Hasil siklus I
pada penelitian
ini menunjukkan
peningkatan hasil
rata-rata belajar
siswa
dalam
aspek
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan
siswa
dibandingkan
sebelum
dilakukannya
tindakan,
akan
tetapi hasil ratarata pada siklus I
belum memenuhi
kriteria
keberhasilan yang
ditetapkan
sehingga
perlu
dilakukan
tindakan
selanjutnya. Hasil
tindakan siklus I
dapat dilihat pada
gambar 1, 2, 3, 4,
dan 5 di bawah
ini:

Sis
wa
As
pe
k
Pe
ng
eta
hu
an
pa
da
Sik
lus
I.
Berdasark
an gambar 1
terdapat
peningkatan hasil
belajar
biologi
siswa.
Peningkatan ratarata hasil belajar
pengetahuan
siswa
setelah
dilakukan
tindakan
meningkat
sebesar
3,54%
dengan
presentase
pencapaian KKM
sebesar 61,9%.

o
gi
Si
s
w
a
A
sp
ek
Si
ka
p
Si
kl
us
1
Berdasark
an gambar 2
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
aspek
pengetahuan.
Peningakatan
rata-rata
hasil
belajar
pengetahuan
siswa
setelah
dilakukan
tindakan
meningkat
sebesar
1,62%
dengan
presentase
pencapaian sikap
mencapai
64%
kategori baik.

gi
Sis
wa
As
pe
k
Ke
ter
am
pil
an
Sik
lus
1
Berdasark
an gambar 3
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
aspek
sikap.
Peningakatan
rata-rata
hasil
belajar
sikap
siswa
setelah
dilakukan
tindakan
meningkat
sebesar
1,84%
dengan
presentase
pencapaian sikap
mencapai 57,14%
kategori tinggi.

Gambar

(a) Rata-rata Hasil
Belajar

Gambar 1 Hasil
Bel
aja
r
Bi
olo
gi

(b)Gambar
Presentasi
Pencapaian
KKM (%)

2
H
as
il
B
el
aj
ar
Bi
ol

Gambar 3 Hasil
Bel
aja
r
Bi
olo

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

4
Akti
vita
s
Bela
jar
sisw
a
Per
10
Men
it
Pad

a
Seti
ap
Tind
aka
n
Sikl
us
1.

peningkatan On
task
siswa
sebesar
6,81%
sedangkan
Off
task
menurun
sebesar
6,81%
pada
tiap
pertemuan siklus
I.

Berdasark
an gambar 4
terlihat
pada
perhatian
yang
dilakukan siswa
di luar kegiatan
proses
pembelajaran
(Off-task) setiap
dilakukannya
tindakan.
Pada
tindakan 1 dan 2
terlihat fluktuasi
dari tindakan 1
pada menit ke-3
sedangkan pada
tindakan 2 pada
menit ke-6. Off
task
yang
dilakukan pada
menit
tersebut
lebih
banyak
mengobrol.

Siklus II
Siklus II
dilakukan setelah
menganalisis
hasil
tindakan
siklus I. hasil
analisis siklus I
kemudian
dilakukan refleksi
oleh
peneliti
secara
kolaborator
bersama observer
dan
pelaksana
model
untuk
melakukan
perbaikanperbaikan
kelemahan pada
siklus I untuk
merencanakan
tindakan
yang
akan dilakukan
pada siklus II.
Setelah dilakukan
tindakan
penelitian, pada
siklus
rata-rata
hasil
belajar
biologi
siswa
pada
aspek
pengetahuan,
sikap
dan
keterampilan,
antusias
siswa
mengalami
peningkatan serta
cara atau metode
yang digunakan
guru
dalam
menerapkan
model
pembelajaran
sudah
sesuai
dengan
yang

Gambar
5
Aktivitas Belajar
Siswa Siklus I.
Gambar 5
menunjukan
peningkatan
aktivitas belajar
siswa
dalam
mengikuti proses
pembelajaran.
Hal ini dapat
terlihat
adanya

diharapkan. Hal
ini dapat terlihat
dari gambar 4,5,
6, 7, 8, 9, 10, dan
11 dibawah ini:

Gambar 6 Hasil
Bela
jar
Biol
ogi
Asp
ek
Pen
geta
hua
n
Sis
wa
Sikl
us
2.
Berdasark
an gambar 6
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
aspek
pengetahuan.
Peningakatan
rata-rata
hasil
belajar
pengetahuan
siswa
setelah
dilakukan
tindakan menjadi
78,45 meningkat
sebesar
5,39
dengan
presentase
pencapaian
pengetahuan
mencapai 78% .

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Gambar 7 Hasil
Bela
jar
Biol
ogi
Sis
wa
Asp
ek
Sika
p
Sikl
us
2.
Berdasark
an gambar 7
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
aspek
sikap.
Peningakatan
rata-rata
hasil
belajar
sikap
siswa
setelah
dilakukan
tindakan
meningkat
sebesar
75,01
atau meningkat
sebesar
14%
dengan
presentase
pencapaian sikap
mencapai
78%
kategori baik.

Gambar

8
Akti
vita
s

Bela
jar
sisw
a
Per
10
Men
it
Pad
a
Seti
ap
Tind
aka
n.
Berdasark
an gambar 8
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
aspek
keterampilan.
Peningkatan ratarata hasil belajar
keterampilan
siswa
setelah
dilakukan
tindakan
meningkat
sebesar
2,84
menjadi
72,69
dengan
presentase
pencapaian sikap
mencapai 76,19%
kategori tinggi.

Gambar

9
Akti
vita
s
Bela
jar
sisw
a
Per
10

Men
it
Pad
a
Seti
ap
Tind
aka
n.
Berdasark
an gambar 9
terdapat
peningkatan ratarata hasil belajar
biologi
siswa
pada
ranah
kogniti,
afektif
dan psikomotor.
Peningkatan hasil
belajar yang lebih
tinggi yaitu pada
hasil
belajar
aspek
pengetahuan
(kognitif).

Gambar

10
Akti
vita
s
Bela
jar
sisw
a
Per
10
Men
it
Pad
a
Seti
ap
Tind
aka
n
Sikl

us
2.
Berdasark
an gambar 10
terlihat
pada
perhatian
yang
dilakukan siswa
di luar kegiatan
proses
pembelajaran
(Off-task) setiap
dilakukannya
tindakan.
Pada
tindakan 1 dan 2
siklus 2, terlihat
fluktuasi
dari
tindakan 1 pada
menit
ke-5
sedangkan pada
tindakan 2 pada
menit ke-7. Off
task
yang
dilakukan pada
menit
tersebut
lebih
banyak
mengobrol.

Gambar

11
Akti
vita
s
Bela
jar
sisw
a
Per
10
Men
it
Pad
a
Seti
ap
Tind
aka
n.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Berdasark
an gambar 11
terlihat fluktuasi
dari rata-rata on
task dan off task
siswa.
Pada
gambar terlihat
pada
setiap
diakukan
tindakan terdapat
peningkatan pada
on task siswa dan
penuruna pada off
task siswa.
PEMBAHASAN
Pembahas
an
temuan
penelitian
meliputi
hasil
belajar
biologi
pada
aspek
pengetahuan
(kognitif), sikap
(afektif)
dan
keterampilan
(psikomotor)
yang
lebih
khususnya yaitu
keterampilan
proses
sains,
pengamatan
terhadap aktivitas
siswa
dan
pengamatan
langkah-langkah
model
dengan
kegiatan guru.
Berdasark
an
hasil
pengamatan yang
dilakukan selama
dua
siklus,
terlihat
bahwa
rata-rata
hasil
belajar
pengetahuan
siswa
terus
mengalami
peningkatan dari
sebelum
dilakukannya
tindakan
(pra
siklus)
sampai

siklus 1 dan 2.
Pada pra siklus
rata-rata
nilai
kognitif
siswa
adalah
69,52,
dengan
tingkat
pencapaian KKM
hanya 45% dari
jumlah
siswa
seluruhnya.
Setelah siklus 1
dilaksanakan,
rata-rata
nilai
kognitif
siswa
meningkat
menjadi
73,09
dengan
tingkat
pencapaian
menjadi
61%.
Rata-rata
nilai
kognitif
siswa
pada saat pra
siklus dan siklus
1
meningkat
sebanyak 3,54%
dan peningkatan
tingkat
ketuntasan
sebanyak 19%.
Hasil
ini
menunjukkan
bahwa
penggunaan
model
pembelajarn
Scientific Process
Based Learning
(SPBL)
pada
materi jaringan
pada siklus 1
sudah
dapat
meningkatkan
hasil pengetahuan
siswa, hanya saja
secara
keseluruhan
masih dibawah
kriteria
keberhasilan yang
ditentukan. Maka
untuk tercapainya
kegiatan proses
pembelajaran
secara maksimal,
diperlukan

perbaikan yang
harus dilakukan
pada
siklus
selanjutnya
dengan variabel
yang ditingkatkan
pada siklus ke-2
ini adalah sebagai
berikut:
a) Proses
pembelajara
n
1. Hasil belajar
kognitif
Hasil
belajar kognitif
siswa pada pra
siklus mencapai
69,52 atau 45%
dan mengalami
peningkatan
setelah
dilaksanakannya
siklus 1 yaitu
rata-rata
hasil
belajar mencapai
73,09 atau 61%.
Namun
pada
siklus
pertama
belum mencapai
kriteria
ketuntasan yang
ditentukan yaitu
75%. Maka untuk
perbaikan
di
siklus-2
dalam
mengatasi hasil
belajar kognitif
perlu
adanya
perbaikan dalam
cara atau metode
guru
dalam
mengaplikasikan
model
pembelajaran
yang diinginkan.
Sehingga tujuan
dalam
pembelajaran
tercapai dengan
hasil
yang
diharapkan.
2. Hasil belajar
afektif

Hasil
belajar
afektif
pada pra siklus
sebesar
71,39
atau 52% dan
siklus
pertama
rata-rata afektih
hanya mencapai
73,01 atau 64%.
Maka pada hasil
belajar
afektif
belum mencapai
kriteria
ketuntasan
sebesar
75%.
Maka
untuk
perbaikan dalam
hasil
belajar
afektif
lebih
ditingkatkan lagi
arahan
serta
motivasi
guru
kepada
siswa
agar
siswa
terpacu
dalam
segala kegiatan
pada
proses
pembelajarn
di
sekolah.
3. Hasil belajar
psikomotor
Hasil
belajar
psikomotor pada
siklus
1
pertemuan
pertama sebesar
68,93
dan
pertemuan kedua
70,77.
Maka
Untuk perbaikan
dalam
hasil
belajar
psikomotor/keter
ampilan
siswa
terutama dalam
pengamatan yaitu
dengan
cara
memperbaiki
metode/cara guru
dalam
membimbing atau
mengarahkan
siswa pada proses
pembelajaran.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Selain
hasil belajar, yang
harus
ditingkatkan pada
saat
berlangsungnya
proses
pembelajaran
yaitu
aktivitas
siswa,
Aktivitas siswa
pada siklus 1 ontask
sebesar
65,21% dan offtask
sebesar
33,78% dan pada
pertemuan kedua
on-task sebesar
72,02% dan offtask
sebesar
26,97% walaupun
on- task siswa
mengalami
peningkatan
namun
harus
dilakukan pada
siklus 2 supaya
pada saat proses
pembelajaran
lebih
kondusif.
Maka perbaikan
dalam aktivitas
siswa
yaitu
dengan
cara
membimbing dan
memperhatikan
siswa
sehingga
siswa
lebih
termotivasi dan
aktif dalam setiap
kegiatan
pembelajaran.
Ada
beberapa faktor
yang menjadikan
kurang
tercapainya
kriteria
ketuntasan
sebesar
75%
yaitu:
1)
Kurangnya minat
siswa
terhadap
mata
pelajaran
biologi,
hal

tersebut
berdasarkan
evaluasi
dan
wawancara pada
beberapa siswa
yang dilakukan
peneliti. 2) Pada
saat
proses
pembelajaran
masih ada saja
yang bercanda,
sehingga
mengganggu
konsentrasi
kelompok lain.
Selain
perbaikan dalam
setiap
variable
yang
ingin
ditingkatkan,
dalam
proses
pembelajaran
juga perlu adanya
perbaikan yaitu:
a)
Pemilihan
siswa secara acak
dipilih
dengan
cara diundi yang
terdiri dari dua
kocokan
yang
pertama kocokan
unuk menentukan
kelompok, yang
kedua
untuk
menentukan
giliran siswa. b)
Pengaturan waktu
lebih tepat sesuai
dengan
alokasi
yang
terdapat
pada
rencana
pelaksaan
pembelajaran.
Alokasi
waktu
untuk
kegiatan
pembuka
10
menit, kegiatan
inti 65 menit, dan
kegiatan penutup
15 menit. Dan
untuk
kegiatan
pengamatan
setiap kelompok
di beri tugas

masing-masing
sehingga
jika
sudah
menemukan
objek kelompok
bisa
tukar
informasi,
sehingga untuk
pelaksaan dikusi
bisa teralokasikan
dan kegiatan tes
formatif
bisa
terlaksanakan
dengan baik. c)
Pemberian
reward
berupa
pujian (lisan) dan
pemberian
star
smart
kepada
setiap kelompok
yang
terbaik.
Guru
menyediakan star
smart berwarna
merah dan biru
berdasarkan
tingkatannya
yaitu sangat baik
diberikan
pada
kelompok yang
terbaik dan biru
baik
diberikan
kepada kelompok
yang aktif dan
kerjasama antar
kelompoknya
baik. Diberikan
bertujuan untuk
memacu supaya
kelompok lebih
aktif dan lebih
semangat untuk
mengikuti
pembelajaran. d)
Lebih memotivasi
siswa
supaya
lebih aktif dalam
pembelajaran
dengan
penggunaan
metode
yang
lebih baik lagi
seperti
penggunaan
kocokan
untuk

memilih
siswa
secara
acak
sehingga setiap
siswa siap dan
berkontribusi
aktif
untuk
mengeluarkan
tanggapan
dan
pendapatnya
dalam
merumuskan
masalah. e) Lebih
memperhatikan
siswa
supaya
lebih
kondusif,
memotivasi siswa
sehingga
dapat
berpartisipasi
aktif pada saat
kegiatan
pembelajaran.
Pembimbingan
dan pengarahan
siswa pada saat
kegiatan
pengamatan lebih
ditingkatkan
supaya jalannya
diskusi juga dapat
berjalan lancar. f)
Siswa harus lebih
dimotivasi
dan
diarahkan
sehingga siswa
dapat
berpartisipasi
aktif dalam setiap
kegiatan
pembelajaran.
Berdasark
an
hasil
penelitian bahwa,
rata-rata
hasil
belajar kognitif
siswa pada akhir
siklus 1 adalah
73,09
masih
belum mencapai
KKM yaitu 74,
jumlah
siswa
yang
sudah
mencapai KKM
hanya 26 orang
siswa atau 61%,
masih dibawah

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

kriteria
keberhasilan
yaitu 75%. Oleh
karena
itu,
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran
Scientific Process
Based Learning
(SPBL)
masih
harus dilakukan
pada siklus 2 agar
dapat mencapai
kriteria
keberhasilan yang
ditentukan.
Setelah
dilakukannya
tindakan
pada
siklus 2, rata-rata
nilai
belajar
kognitif
siswa
menjadi
78,45
meningkat
sebanyak
5,39,
jumlah
siswa
yang mencapai
nilai diatas KKM
sebanyak
33
orang atau 78%,
meningkat
sebanyak
sebanyak
17%
dari siklus 1.
Hasil
rata-rata
perolehan
nilai
belajar kognitif
pada siklus 2
sudah melewati
KKM yang telah
ditentukan yaitu
74,
dengan
tingkat
ketuntasan lebih
dari
75%.
Perbandingan
peningkatan hasil
belajar kognitif
pada siklus 1 dan
siklus 2 dapat
menunjukkan
keberhasilan
penelitian

tindakan
kelas
yang
telah
dilaksanakan.
Hal itu
sesuai
dengan
yang
dikemukakan
Saefullah (2012 ;
206) bahwa hasil
belajar
yang
dicapai
siswa
dipengaruhi oleh
dua faktor utama,
yaitu faktor dari
dalam diri siswa
dan faktor yang
datang dari luar
diri siswa atau
faktor
lingkungan.
faktor
yang
datang dari diri
siswa
adalah
kemampuan yang
dimilikinya.
Faktor ini besar
sekali
pengaruhnya
terhadap
hasil
belajar
yang
dicapai.
Di
samping faktor
yang
dimilki
siswa, juga ada
faktor lain seperti
motivasi belajar,
minat
dan
perhatian, sikap
dan
kebiasaan
belajar
ketekunan, sosial
ekonomi,
fisik
dan
psikis.
Dengan adanya
faktor
tersebut
maka tidak sulit
bagi siswa untuk
mencapai
hasil
belajar yang baik.
Dalam
penelitian
tindakan kelas ini
diguanakan
model
pembelajaran

Scientific process
based learning.
Dalam
pembelajaran
dengan model ini
siswa
dikondisikan
untuk berperan
aktif agar siswa
mampu mengasah
daya nalar dan
analisis
siswa
supaya berfikir
kritis
terhadap
suatu
permasalahan
yang
diberikan
oleh guru. Karena
ciri utama dalam
pembelajaran
berbasis masalah
ini
adalah
orientasi terhadap
masalah
yang
diberikan untuk
mengahasilkan
sebuah
pemahaman
konsep-konsep
ataupun
hasil
karya.
Maka
dalam
model
pembelajaran ini
terdapat
tujuan
yaitu a) adaptasi
dan
partisipasi
dalam
suatu
perubahan,
b)
pemikiran yang
kreatif dan kritis,
c) apresiasi dari
berbagai
cara
pandang,
d)
kemajuan
mengarahkan diri
sendiri,
e)
kemampuan
komunikasi yang
efektif,
f)
kolaborasi
tim
yang sukses, g)
uraian
dasardasar
atau
argumentasi
pengetahuan, h)

pemanfaatan
sumber-sumber
yang bervariasi
dan
relevan.
Dengan adanya
tujuan di atas
secara
tidak
langsung
akan
mempengaruhi
hasil
kognitif
siswa, maka jika
tujuan di atas
tercapai
maka
hasil
belajar
siswa juga akan
baik.
Faktor
lain yang tidak
dapat dipisahkan
dalam
proses
pembelajaran di
kelas adalah guru.
Dalam
model
pembelajaran
Scentific process
based learning
guru
sebagai
fasilitatordan
dituntut
untuk
mampu
berinovasi
di
kelas. Kondisi ini
dapat membuat
interkasi antara
siswa dan guru
menjadi
meningkat. Siswa
dapat
dapat
langsung
bertanya apabila
menemukan
kendala
dan
kesulitan dalam
pembelajaran
sehingga
dapat
lebih memahami
materi
yang
sedang dipelajari.
Beber
apa faktor yang
dikemukakan di
atas merupakan
faktor
yang
menunjang
kondisi
belajar

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

yang
kondusif
untuk
dilaksanakannya
pembelajarn yang
berimplikasi pada
meningkatnya
hasil
belajar
siswa
pada
penelitian
tindakan
kelas
ini. Berdasarkan
hal tersebut maka
model
pembelajaran
Scentific process
based learning
cukup
efektif
untuk
meningkatkan
hasil
belajar
kognitif siswa.
Selain
peningkatan pada
ranah
kognitif,
peningkatan juga
terjadi pada hasil
belajar
sikap
antara pra siklus,
siklus 1 dan
siklus 2. Pada pra
siklus, rata-rata
nilai sikap siswa
adalah
71,39,
hasil
ini
meningkat
sebanyak 1,62%
pada siklus 1
menjadi
73,01
dengan kategori
baik.
Jumlah
siswa yang sudah
mencapai
kategori
baik
sebanyak
22
orang atau 52%
dan
meningkat
sebanyak
12%
menjadi
73,01
sebanyak
27
orang siswa atau
64%.
Hasil
peningkatan
tersebut
belum
memenuhi
kriteria

ketuntasan yang
telah ditentukan
yaitu
75%
walaupun
ratarata nilai sudah
mencapai
kategori
baik,
sehingga
pengukuran
kemampuan sikap
dilaksakan pada
siklus 2.
Ratarata nilai hasil
belajar sikap juga
meningkat pada
siklus-2.
Dari
hasil
siklus-1,
nilai
rata-rata
meningkat
sebesar 14% dari
73,01
menjadi
75,01
dengan
kategori
baik.
Tingkat
ketuntasan
pencapaian sikap
dengan kategori
baik meningkat
sebanyak 1,62%
dari mulai pra
siklus
sampai
siklus-1, dan 2%
dari mulai siklus1 ke siklus-2.
Peningkatan ratarata hasil belajar
sikap
setelah
tindakan siklus-1
dan
siklus-2
sudah mencapai
kriteria
keberhasilan yang
ditentukan yaitu
75% siswa yang
mencapai
nilai
dengan kategori
baik.
Penin
gkatan
hasil
belajar
afektif
pada penelitian
tindakan kelas ini
tidak
terlalu
signifikan apabila

dibandingkan
dengan
hasil
belajar kognitif,
karena perubahan
sikap seseorang
tidak
terjadi
secara
cepat
melainkan
perlahan-lahan.
Hal
ini sesuai dengan
yang
dikemukakan
oleh
Nana
sudjana
(2005;
30) Tipe hasil
belajar
afektif
tampak
pada
siswa
dalam
berbagai tingkah
laku
seperti,
perhatiannya
terhadap
pelajaran,
disiplin, motivasi
belajar,
dan
hubungan sosial.
Maka
sikap
pribadi
siswa
yang ada dalam
dirinya menjadi
faktor
yang
menunjang
peningkatan
kemampuan
afektif
pada
penelitian
tindakan
kelas
ini. Setiap siswa
mempunyai sikap
dan cara pandang
yan
berbeda
terhadap sesuatu.
Siswa
yang
mencapai
nilai
afektif
rendah
bukan
berarti
mempunyai
kepribadian yang
jelek
atau
sebaliknya.
Ranah
afektif berkenaan
dengan sikap dan
nilai. Beberapa

ahli mengatakan
bahwa
sikap
seseorang dapat
diramalkan
perubahannya,
bila
seseorang
memiliki
penguasaan
kognitif tingkat
tinggi.
Suasana
kelas
yang
kondusif,
pembelajarn yang
menyenangkan
dan keterlibatan
siswa secara aktif
dalam
pembelajaran
menjadi
faktor
eksternal
yang
menentukan
keberhasilan
sebuah
pembelajaran.
Apabila
siswa
merasa
senang
dan
nyaman
ketika
belajar
maka sikap dan
cara
pandang
siswa atas belajar
perlahan-lahan
akan
berubah.
Pada penelitian
ini, penggunaan
model
pembelajaran
Scentific process
based learning
memegang
peranan
yang
penting
dalam
proses
pembelajaran.
Selain
terdapat
peningkatan pada
pengetahuan
(kognitif)
dan
sikap
(afektif),
peningkatan juga
terdapat
pada
hasil
belajar
keterampilan
(psikomotor).

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Hasil
belajar
keterampilan
setiap dilakukan
tindakan
mengalami
peningkatan.
Pada pertemuan
pertama siklus-1
sebesar
68,93
(cukup),
pertemuan kedua
siklus-1
70,77
(tinggi),
dan
pertemuan
pertama siklus-2
adalah
72,23
(tinggi)
dan
pertemuan
2
siklus-2 adalah
73,15
(tinggi).
Sedangkan
ketuntasan
kategori
keterampilan
pada pertemuan
pertama sikus-1
adalah 54,76%,
pertemuan kedua
siklus-1 57,14%
dan
pertemuan
kedua
siklus-2
sebesar 69,04%,
sedangkan
pertemuan kedua
siklus-2 sebesar
76,19%. Rata-rata
hasil
belajar
psikomotor
mengalami
peningkatan
mulai
dari
kategori
cukup
sampai tinggi.
Hasil
belajar
psikomotor
mengalami
peningkatan pada
setiap
siklus.
Pada
siklus-1
hasil
belajar
sebesar
69,85
dengan
presentase
pencapaian

psikomotor
sebesar 45,23%
dengan kategori
cukup
dan
mengalami
peningkatan pada
siklus
ke-2
dengan
hasil
belajar
sebesar
72,69
dengan
presentase
pencapaian
psikomotor
sebesar 76,19%
dengan kategori
psikomotor yaitu
tinggi.
Peningkatan ratarata hasil belajar
psikomotor sudah
mencapai kriteria
sebesar
75%
siswa
yang
mencapai tinggi.
Dari data yang
diperoleh
pada
akhir
siklus-2,
nilai
rata-rata
hasil
belajar
psikomotor sudah
mencapai kriteria
keberhasilan yang
ingin
dicapai
yaitu
tinggi.
Tingkat
ketuntasan
keterampilan
psikomotor yang
telah dicapai pada
akhir
siklus-2
adalah
72,69.
Berdasarkan dari
nilai
tersebut
penelitian dapat
dikatakan
berhasil karena
siswa
sudah
memiliki kategori
keterampilan
psikomotor yang
tinggi.
Hasi
belajar
psikomotor
tampak
dalam

bentuk
keterampilan
(skill)
dan
kemampuan
bertindak.
Sudjana (2005 ;
30), ada enam
tingkatan
keterampilan
yaitu: a) gerakan
refles,
b)
keterampilan
pada
gerakangerakan dasar, c)
kemampuan
perseptual,
d)
kemampuan
dibidang disik, e)
gerakan-gerakan
skill
dan
f)
kemampuan yang
berkenaan dengan
komunikasi.
Tipe
hasil
belajar
psikomotor
berkenaan dengan
keterampilan atau
kemampuan
bertindak setelah
menerima
pengalaman
belajar tertentu.
Hasil belajar ini
sebenarnya tahap
lanjutan dari hasil
belajar
afektif
yang baru tampak
dalam
kecendrungankecendrungan
untuk berprilaku.
Faktor
yang
menunjang
peningkatan
psikomotor pada
penelitian
ini
pada
saat
orientasi
permasalahan
disampaikan oleh
guru, pada saat
melakukan
pengamatan,
presentasi
dan

diskusi
kelompok. Hasil
belajar
psikomotor pada
keterampilan
proses sains tidak
hanya
dapat
meningkatkan
keterampilan
motorik
siswa
namun
dapat
meningkatkan
keterampilan
siswa
dalam
proses ilmiah dan
sikap
ilmiah.
Peningkatan
dalam
kemampuan dan
sikap
tersebut
dapat
meningkatkan
pula rasa percaya
diri, kerjasama,
ataupun
keterampilan
dalam
berkomunikasi
dan berpikir kritis
pada siswa.
Penin
gkatan
hasil
belajar
psikomotor
ini
dapat dipengaruhi
oleh
model
pembelajaran
yang dilakukan
selama tindakan.
Pada
model
Scientific Process
Based Learning
(SPBL)
yang
diterapkan dalam
penelitian
ini
aspek
yang
melibatkan aspek
psikomotor yaitu
pada
saat
melakukan
pengamatan,
persentasi
dan
diskusi kelompok
hasil kerja siswa.

Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan, November 2014

Selain
perolehan
peningkatan hasil
belajar,
pada
penelitian
tindakan kelas ini
juga
dilakukan
pengamatan
aktivitas
siswa
pada
setiap
pertemuan selama
siklus-1
dan
siklus-2
Pada
gambar
11
terlihat fluktuasi
dari rata-rata on
task dan off task
siswa, pada saat
pertemuan
pertama siklus-1
rata-rata aktivitas
on task siswa
adalah
65,21%
dan
off
task
33,78%,
pada
pertemuan kedua
siklus-1 aktivitas
on
task
meningkat 6,81%
menjadi 72,02%
dan
off
task
menurun
dari
sebelumnya
33,78% menjadi
26,97%.
Pada
pertemuan
pertama
dan
kedua
siklus-2
aktivitas on task
siswa mengalami
peningkatan
5,24%
dari
76,73% menjadi
81,97%
dan
mengalami
penurunan pada
off task siswa
yaitu dari 22,26%
menjadi 17,02%.
Aktivi
tas on task siswa
pada
saat
kegiatan
pembelajaran

terus meningkat
dari
mulai
pertemuan
pertama siklus-1
sampai
dengan
siklus-2
dan
sebaliknya
penurunan
off
task
semakin
menurun. Hal ini
menunjukkan
bahwa
suasana
kelas pada saat
pembelajaran
semakin kondusif
karena kegiatan
di
luar
pembelajaran
seperti
mengobrol,
bercanda, jalanjalan, melamun
dan mengantuk
semakin
berkurang.
Penin
gkatan antusisme
siswa
pada
penelitian
ini
tidak lepas dari
penggunaan
model
pembelajaran
Scientific Process
Based Learning
yang diterapkan
di kelas pada saat
melakukan
pengamatan,
persentasi
dan
diskusi,
siswa
aktif dalam setiap
kegiatan tersebut
sehingga
hasil
yang
dicapai
menjadi
maksimal.
Penin
gkatan
antusiasme siswa
pada penelitian
ini juga tak lepas
dalam
peranan
guru.
Dalam
model ini guru

sebagai fasilitator
mampu
berinovasi.
Karena
Guru
tidak
hanya
dituntut
untuk
memahami materi
tetapi
dituntut
memahami dan
menguasai
participant skill,
social
skill,
communication
skill,
listening
skill, motivation
skill dan time
management
yang
memfasilitasi
siswa
dalam
kegiatan
pengamatan,
presentasi
dan
diskusi.
Guru
mendatangi

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62