20140528 Keterampilan Gerak Dasar Siswa

KETERAMPILAN GERAK DASAR SISWA KELAS ATAS
MI MIFTAHUL ULUM 3 PERENG KULON GRESIK
Bayu Budi Prakoso, S.Pd., Hasan Saifuddin, S.Pd., dan
Rizki Burstiando, S.Pd.
Program Studi S-2 Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keterampilan gerak dasar siswa kelas
atas. Hal ini penting dilakukan karena dapat membantu guru dalam memberikan
gambaran keterampilan gerak dasar siswa. Keterampilan gerak dasar sangat
penting karena memiliki manfaat kesehatan pada kurun waktu yang panjang.
Karena dengan keterampilan gerak dasar yang baik maka akan sangat mungkin
seseorang dapat dengan mudah melakukan aktivitas gerak sehingga seseorang
tersebut senang akan gerak dan akan hidup aktif. Dengan hidup aktif maka
kesehatan dinamis akan didapat.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
yang dilakukan untuk menjelaskan keadaan kemampuan gerak dasar siswa
kelas atas Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum III Pereng Kulon kecamatan
Bungah kabupaten Gresik provinsi Jawa Timur. Jumlah siswa yang dinilai
sebanyak 33 siswa yang terdiri atas 13 siswa putra dan 20 siswa putri dengan
usia 11 – 12 tahun. Proses observasi dilakukan dengan siswa melakukan 23

jenis gerak yang termasuk dalam kelompok gerak stability, locomotor, dan
manipulative. Hasil gerak tersebut direkam menggunakan handycam dan hasil
rekaman dianalisis menggunakan instrumen penelitian untuk menilai
keterampilan gerak dasar yang diadopsi dari Gallahue dan Ozmun (1998)
menggunakan skala penilaian: (1) absent bernilai 0; (2) emerging bernilai 1; dan
(3) mastered bernilai 2. Data hasil analisis selanjutnya diolah menggunakan
rumus proporsi dengan membandingkan contecxt score dengan maximal score
sehingga hasil akhir berupa persentase yang dikategorikan sesuai dengan aturan
kategori yaitu: (1) 0,00% - 33,33% = kurang; (2) 33,34% - 66,67% = cukup; dan
(3) 66,68% - 100,00% = baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar
stability masuk dalam kategori cukup (62,21%), locomotor masuk dalam kategori
baik (70,58%), dan manipilative masuk dalam kategori cukup (63,88%). Dari
ketiga kelompok gerak tersebut maka gerak dasar siswa masuk dalam kategori
cukup (66,03%). Secara umum keterampilan gerak dasar siswa putri lebih
rendah dibandingkan dengan siswa putra. Jenis gerak yang perlu mendapatkan
perhatian karena nilainya rendah yang masuk dalam kategori cukup bahkan
mendekati kurang adalah: body rolling, inverted supports, galloping and sliding,
skipping, overhand throwing, catching, kicking, striking, dan volleying. Dengan
keterlaksanaan penjasorkes di sekolah masuk dalam kategori sedang, siswa

memiliki kemampuan gerak dasar masuk dalam kategori cukup.
Untuk itu diharapkan dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keterampilan gerak dasar yang dilanjutkan dengan
penelitian eksperimen untuk memanipulasi faktor-faktor tersebut melalui inovasi
pembelajaran dengan harapan katerampilan gerak dasar dapat meningkat.
Kata Kunci: keterampilan gerak dasar, siswa MI kelas atas

1

2

PENDAHULUAN
Gerak adalah ciri kehidupan. Setiap yang hidup pasti melakukan gerak
untuk itu, manusia yang hidup pasti melakukan aktivitas gerak untuk memelihara
dan meningkatkan kualitas hidup (Giriwijoyo dan Sidik, 2013: 18). Sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki, manusia tetap melakukan aktivitas gerak sesuai
dengan kualitas hidup manusia tersebut. Untuk itu peningkatan kualitas gerak
yang mendasari seluruh gerak manusia höarus dilakukan sedini mungkin.
Menurut


Southal

(dalam

Vameghi

at

al,

2013)

bahwa

periode

kritis

perkembangan dan keahlian keterampilan gerak dasar terjadi pada anak usia
dini antara 3 – 6 tahun. Tidak hanya itu, menurut Vameghi at al, (2013)

menjelaskan bahwa jika dalam periode usia dini dan sekolah dasar terjadi
kegagalan dalam perkembangan keterampilan gerak dasar maka akan dapat
mengakibatkan kegagalan penguasaan keterampilan gerak pada usia dewasa.
Gerak yang mendasari seluruh gerak manusia dikenal dengan nama
fundamental movement atau gerak dasar. Keterampilan gerak dasar ini didapat
oleh anak melalui pengalaman bermain dan permainan yang terorganisasi
dengan baik. Menurut Vameghi at al (2013) dijelaskan bahwa pada dasarnya
permainan dan aktivitas jasmani yang teratur sangat penting sehingga tidak
dapat terlepas dari kehidupan manusia. Karena dampak dari permainan dan
aktivitas jasmani adalah pada perkembangan jasmani, kognitif, sosial dan
perkembangan motorik.
Permainan dan aktivitas jasmani menjadi unsur pokok dasar yang utama
dalam membantu perkembangan motorik. Bagian dari keterampilan gerak dasar
yang berkaitan dengan keterampilan motorik kasar dan halus. Sehingga
permainan anak harus didesain sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman
gerak sebagai media latihan dan pembelajaran untuk menguasai keterampilan
gerak dasar dengan baik. Untuk itu, sekolah melalui mata pelajaran penjasorkes
menjadi salah satu instansi tempat siswa mendapatkan pengalaman gerak yang
cukup (Juliantine, 2012). Pembelajaran yang diciptakan guru diharapkan mampu
memenuhi hasrat gerak siswa.

Berdasarkan kurikulum kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan
dasar siswa harus mengetahui konsep dan mempraktikkan pola gerak dasar dan
variasi gerak dasar. Dengan siswa menguasai konsep dan mempraktikkan
berbagai pola gerak dasar diharapkan siswa memiliki keterampilan gerak dasar
yang baik. Sehingga keterampilan gerak dasar yang baik tersebut dapat

3

membantu siswa mempertinggi kualitas hidup kedepannya termasuk kesehatan.
Menurut Breslin at al (2012) menjelaskan bahwa persepsi dan aktualisasi
keterampilan motorik memiliki hubungan dengan kemampuan gerak anak dan
aktivitas fisik anak yang kedepannya berpotensi mempengaruhi derajat
kesehatan pada jangka waktu yang panjang. Menurut Furtando (2012) dijelaskan
bahwa penguasaan keterampilan gerak dasar adalah faktor penting untuk
mencegah bertambahnya berat badan dan meningkatkan aktivitas jasmani. Hal
ini jelas bahwa gangguan penyakit kurang gerak sangat meresahkan. Menurut
World Healt Organization (WHO) fisik yang tidak aktif termasuk dalam empat
faktor utama penyebab kematian di dunia (6% dari kematian di dunia).
Selanjutnya, tekanan darah tinggi (13%), akibat tembakau (9%), dan tingginya
gula darah (6%) (WHO, 2010: 10). Kematian akibat kelebihan berat badan dan

obesitas sebesar 5%.
Aspek jasmani yang paling dekat dengan kesehatan adalah kebugaran
jasmani merupakan kapasitas tubuh untuk melakukan aktivitas rutin tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga untuk melakukan
aktivitas tambahan lainnya (Ratliffe and Ratliffe, 1994: 4). Menurut Vandaele at al
(2011) ternyata penguasaan keterampilan gerak dasar dapat diperoleh dari
aktivitas dan gerak yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kebugaran
seorang siswa. Asumsi dari pernyataan tersebut yaitu jika seorang anak yang
lebih menguasai keterampilan gerak dasar yang baik, pada akhirnya akan
memudahkan anak tersebut menjalani berbagai aktivitas gerak, yang membuat
anak menjadi semakin aktif dalam aktivitas gerak kemudian akan meningkatkan
pula kebugarannya.
Masih tentang kesehatan, dari pendapat ini menambah keyakinan bagi
kami bahwa keterampilan gerak dasar pada siswa harus diketahui sejak awal
karena untuk bisa mengarahkan kepada anak kearah yang baik nanti dalam
mengembangkan keterampilan gerak dasarnya ke olahraga kecabangan dan
juga dimungkinkan sebagai solusi mengatasi obesitas pada siswa melalui
keterampilan gerak dasar.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa banyak
manfaat yang didapat dari pemenuhan gerak siswa dengan bermain dan

beraktivitas fisik yang terorganisir sehingga dapat memberikan pengalaman
gerak untuk mengasah keterampilan gerak dasar. Pemberian pengalaman gerak

4

berupa keterampilan gerak dasar harus sejak dini pada anak usia TK dan
sekolah dasar.
Sesuai dengan prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP),
maka guru harus mengetahui karakteristik siswa yang termasuk di dalamnya
adalah keterampilan gerak dasar yang telah dikuasai oleh siswa. Hal ini penting
dilakukan karena data awal tersebut akan membantu guru dalam membuat
rencana pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan gerak dasar
siswa. Selain itu, data awal akan memberikan data nyata kenaikan dari dampak
pemberian pembelajaran penjas setelah dibandingkan dengan data akhir setelah
pemberian pembelajaran penjasorkes. Maka diperlukan penilaian keterampilan
gerak dasar kepada siswa sejak dini agar penanganan terhadap kondisi
keterampilan gerak dasar siswa akan se-segera mungkin dilakukan.
KETERAMPILAN GERAK DASAR
Banyak ahli menggolangkan dan memberikan istilah terhadap gerak
dasar. Secara senada, menurut Kalaja (2012) gerak dasar terdiri atas gerak

dasar locomotor, manipulative, dan balance skills. Selanjutnya menurut Gallahue
dan Ozmun (1998) gerak dasar diklasifikasikan menjadi tiga kelompok
keterampilan gerak yaitu keterampilan gerak dasar stability, locomotor, dan
manipulative. Setiap kelompok gerak dasar memiliki sejumlah jenis gerak.
Keterampilan gerak dasar stability merupakan kemampuan tubuh
memelihara keseimbangan selama melakukan gerakan secara horizontal atau
vertikal (Gallahue, 1996: 259). Menurut Gallahue dan Ozmun (1998: 217-220)
yang termasuk dalam kelompok gerak dasar stability adalah gerak axial, body
rolling, dodging, one-foot balance, beam walking, and inverted supports. Gerakan
dasar stability sangat penting dikuasai karena gerak dasar stability merupakan
aspek dasar dari belajar gerak. Karena semua gerak membutuhkan dasar
kesimbangan untuk memelihara kesetabilan tubuh.
Keterampilan gerak dasar locomotor merupakan seluruh gerak tubuh
yang mana tubuh berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya secara kasar pada
arah horizontal atau vertikal (Gallahue, 1996: 279). Menurut Gallahue dan
Ozmun (1998: 224-234) yang termasuk dalam kelompok gerak dasar locomotor
adalah walking, running, jumping from a height, vertical jumping, horizontal
jumping, hopping, galloping and sliding, leaping, and skipping.

5


Keterampilan gerak dasar manipulative termasuk dalam gerak motorik
kasar dan motorik halus. Keterampilan ini intinya adalah mengendalikan interaksi
dengan objek dalam lingkungan (Gallahue, 1996: 316). Menurut Gallahue dan
Ozmun (1998: 238-248) yang termasuk dalam kelompok gerak dasar
manipulative adalah ball rolling, overhand throwing, catching, kicking, trapping,
striking, dribbling, and volleying. Keterampilan gerak dasar manipulative
tergolong dalam gerak motorik kasar karena dalam melakukan gerak
memberikan gaya kepada objek atau menerima gaya dari objek. Sedangkan
tergolong dalam gerak dasar halus, dalam melakukan gerak sedikit memegang
objek hanya menekankan penguasaan motorik, ketelitian, dan ketepatan
gerakan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu
penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan keadaan kemampuan gerak dasar
siswa kelas atas Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon kecamatan
Bungah kabupaten Gresik provinsi Jawa Timur. Jumlah siswa yang berpartisipasi
sebanyak 33 siswa yang terdiri atas 13 siswa putra dan 20 siswa putri dengan
usia 11 – 12 tahun. Penelitian dilakukan pada 29 desember 2013.
Proses observasi dilakukan dengan siswa melakukan 23 jenis gerak

yang termasuk dalam kelompok gerak stability, locomotor, dan manipulative.
Gerak tersebut direkam untuk dijadikan video menggunakan handycam.
Selanjutnya video hasil rekaman dianalisis menggunakan instrumen penelitian
untuk menilai keterampilan gerak dasar siswa yang diadopsi dari Gallahue dan
Ozmun (1998). Proses analisis video dilakukan oleh tiga orang dengan cara
setiap orang menganalisis satu kelompok gerak kepada seluruh siswa. Analisis
dilakukan dengan menilai gerak siswa sesuai dengan indikator gerak yang telah
ditentukan dengan memberikan tiga jenis skala nilai yaitu: (1) absent bernilai 0;
(2) emerging bernilai 1; dan (3) mastered bernilai 2.
Data hasil analisis selanjutnya diolah menggunakan rumus proporsi
dengan membandingkan contecxt score dengan maximal score yang nantinya
akan didapatkan hasil akhir berupa persentase. Context score merupakan nilai
yang didapat dengan cara menjumlahkan seluruh nilai yang didapat siswa,
sedangkan maximal score merupakan nilai yang didapat dengan cara
menjumlahkan hasil kali jumlah indikator dikali dengan dua (nilai maksimal) untuk

6

semua siswa. Selanjutnya persentase dari hasil analisis tersebut dikategorikan
sesuai dengan aturan kategori yaitu: (1) 0,00% - 33,33% = kurang; (2) 33,34% 66,67% = cukup; dan (3) 66,68% - 100,00% = baik.

Selain itu juga digunakan instrumen Pangkalan Data Pendidikan
Jasmani dan Olahraga Indonesia (PDPJOI). Data yang didapat berguna untuk
mengetahui sejauh mana keterlaksanaan penjasorkes di sekolah. Hasilnya akan
dihubungkan dengan keadaan keterampilan gerak dasar siswa. Penilaian
PDPJOI dilakukan terhadap empat komponen yaitu: (1) ketersediaan sarana dan
prasarana; (2) ketersediaan tenaga pelaksana; (3) hasil kerja kurun satu tahun
terakhir; dan (4) prestasi dan penghargaan satu tahun terakhir. Pengkategorian
hasil berdasarkan norma sebagai berikut:
Tabel 1: Kategori Keterlaksanaan Penjasorkes
Komponen
E
D
C
B
A
I
0 – 49
50 – 99
100 – 149 150 – 199 200 – ke atas
II
0 – 49
50 – 99
100 – 149 150 – 199 200 – ke atas
III
0 – 59
60 – 119
120 – 179 180 – 239 240 – ke atas
IV
0 – 39
40 – 79
80 – 119
120 – 159 160 – ke atas
Total
0 – 198
199 – 398 399 – 598 599 – 798 799 – ke atas
Keterangan: E= kurang sekali; D= kurang; C= sedang; B= baik; A= baik sekali
Sumber: http://pdpjoi.kemenpora.go.id pada Rabu, 5 Januari 2011
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian berisi tentang deskripsi data keterampilan gerak dasar siswa
yang terdiri atas kelompok gerak stability, locomotor, dan manipulative. Penyajian
data hasil penelitian akan dilengkapi dengan penjelasan akan disertai dengan
komponen gerak yang termasuk dalam kelompok gerak dasar tersebut yaitu: (1)
kelompok gerak dasar stability terdiri atas 6 jenis gerak; (2) kelompok gerak
dasar locomotor terdiri atas 9 jenis gerak; dan (3) kelompok gerak dasar
manipulative terdiri atas 8 jenis gerak.
Keterampilan Gerak Dasar Stability
Komponen pertama untuk menilai keterampilan gerak dasar siswa
adalah kelompok gerak keterampilan gerak dasar stability. Untuk menilai
keterampilan gerak dasar siswa dalam menguasai keterampilan gerak dasar
stability maka dilakukan analisis pada enam jenis gerak yang termasuk di
dalamnya yaitu: (1) axial movements; (2) body rolling; (3) dodging; (4) one-foot
balance; (5) beam walking; (6) inverted supports. Hasil analisis gerak tersebut
dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:

7

Tabel 2: Nilai Keterampilan Fundamental Stability Movements
Context
Score

Maximal
Score

Persentase Kategori

1. Axial Movements
Putra
93
130
71,54%
Putri
146
200
73,00%
Total
239
330
72,42%
2. Body Rolling
Putra
114
156
73,08%
Putri
99
240
41,25%
Total
213
396
53,79%
3. Dodging
Putra
92
130
70,77%
Putri
131
200
65,50%
Total
223
330
67,58%
4. One-Foot Balance
Putra
97
130
74,62%
Putri
144
200
72,00%
Total
241
330
73,03%
5. Beam Walking
Putra
132
182
72,53%
Putri
200
280
71,43%
Total
332
462
71,86%
6. Inverted Supports
Putra
86
156
55,13%
Putri
62
240
25,83%
Total
148
396
37,37%
Keterampilan Gerak Dasar Stability
Putra
614
884
69,46%
Putri
782
1360
57,50%
Total
1396
2244
62,21%
Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup;
66,68% - 100,00% = baik.

Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup
Kurang
Cukup
Baik
Cukup
Cukup

Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat dilihat bahwa siswa putri
memiliki keterampilan gerak dasar lebih rendah dibandingkan dengan siswa
putra. Hal ini terjadi pada komponen gerak body rolling, dodging, dan inverted
supports. Keterampilan gerak dasar stability merupakan aspek dasar dari belajar
gerak karena semua gerak membutuhkan dasar kesimbangan untuk memelihara
kesetabilan tubuh. Termasuk gerak dasar lokomotor dan manipulatif merupakan
gerak dasar yang memerlukan keseimbangan dalam melakukannya. Untuk itu,
fundamental stability movements perlu dikuasai dengan baik. Tetapi berdasarkan
hasil observasi, kemampuan siswa masih dalam kategori cukup (62,21%).

8

Keterampilan Gerak Dasar Locomotor
Keterampilan gerak dasar locomotor merupakan komponen kedua dari
penilaian keterampilan gerak dasar siswa. Keterampilan gerak dasar locomotor
merupakan aspek dasar dalam belajar gerak yang dilakukan dengan bergerak
secara efektif dan efisien termasuk penekanan tubuh ke dalam lingkungan luar
dengan mengubah posisi secara relatif untuk menetap pada sebuah posisi.
Untuk menilai keterampilan siswa dalam menguasai gerak dasar locomotor maka
dilakukan analisis pada sembilan jenis gerak yang termasuk di dalamnya yaitu:
(1) walking; (2) running; (3) jumping from e height; (4) vertical jumping; (5)
horizontal jumping; (6) hopping; (7) gallopping and sliding; (8) leaping; dan (9)
skipping. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 3: Nilai Keterampilan Fundamental Locomotor Movements
Context
Maximal
Persentase Kategori
Score
Score
1. Walking
Putra
117
130
90,00%
Baik
Putri
165
200
82,50%
Baik
Total
282
330
85,45%
Baik
2. Running
Putra
139
182
76,37%
Baik
Putri
172
280
61,43%
Cukup
Total
311
462
67,32%
Baik
3. Jumping from a Height
Putra
135
156
86,54%
Baik
Putri
187
240
77,92%
Baik
Total
322
396
81,31%
Baik
4. Vertical Jumping
Putra
136
182
74,73%
Baik
Putri
178
280
63,57%
Cukup
Total
314
462
67,97%
Baik
5. Horizontal Jumping
Putra
136
182
74,73%
Baik
Putri
178
280
63,57%
Cukup
Total
314
462
67,97%
Baik
6. Hopping
Putra
123
156
78,85%
Baik
Putri
159
240
66,25%
Cukup
Total
282
396
71,21%
Baik
7. Galloping and Sliding
Putra
131
182
71,98%
Baik
Putri
167
280
59,64%
Cukup
Total
298
462
64,50%
Cukup

9

Context
Score

Maximal
Score

Persentase

Kategori

8. Leaping
Putra
109
156
69,87%
Baik
Putri
161
240
67,08%
Baik
Total
270
396
68,18%
Baik
9. Skipping
Putra
72
104
69,23%
Baik
Putri
97
160
60,63%
Cukup
Total
169
264
64,02%
Cukup
Keterampilan Gerak Dasar Locomotor
Putra
1098
1430
76,78%
Baik
Putri
1464
2200
66,55%
Cukup
Total
2562
3630
70,58%
Baik
Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup;
66,68% - 100,00% = baik.
Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat dilihat bahwa pada jenis gerak
running, vertical jumping, horizontal jumping, hopping, galloping and sliding, dan
skipping siswa putri masih dalam kategori cukup. Sedangkan untuk siswa putra
sudah masuk dalam kategori baik pada seluruh jenis gerak. Dengan begitu nilai
total gerak dasar locomotor siswa putri juga masih masuk dalam kategori cukup
lebih rendah dibanding dengan nilai siswa putra. Nilai gerak dasar locomotor
masuk kategori baik (70,58%).
Keterampilan Gerak Dasar Manipulative
Untuk menilai keterampilan siswa dalam menguasai fundamental
locomotor movements maka dilakukan analisis pada delapan jenis gerak yang
termasuk di dalamnya yaitu: (1) ball rolling; (2) overhand throwing; (3) catching;
(4) kicking; (5) trapping; (6) striking; (7) dribbling; dan (8) volleying. Hasil dari
analisis gerak tersebut dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 4: Nilai Keterampilan Fundamental Manipulative Movements

1. Ball Rolling
Putra
Putri
Total
2. Overhand Throwing
Putra
Putri
Total

Context
Score

Maximal
Score

Persentase

144
185
329

182
280
462

79,12%
66,07%
71,21%

Baik
Cukup
Baik

161
233
394

234
360
594

68,80%
64,72%
66,33%

Baik
Cukup
Cukup

Kategori

10

Context
Score

Maximal
Score

Persentase

3. Catching
Putra
160
208
76,92%
Putri
147
320
45,94%
Total
307
528
58,14%
4. Kicking
Putra
126
182
69,23%
Putri
139
280
49,64%
Total
265
462
57,36%
5. Trapping
Putra
110
130
84,62%
Putri
117
200
58,50%
Total
227
330
68,79%
6. Striking
Putra
123
182
67,58%
Putri
133
280
47,50%
Total
256
462
55,41%
7. Dribbling
Putra
179
208
86,06%
Putri
200
320
62,50%
Total
379
528
71,78%
8. Volleying
Putra
87
130
66,92%
Putri
117
200
58,50%
Total
204
330
61,82%
Fundamental Manipulative Movements
Putra
1090
1456
74,86%
Putri
1271
2240
56,74%
Total
2361
3696
63,88%
Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup;
66,68% - 100,00% = baik.

Kategori
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Cukup

Berdasarkan tabel 4 di atas maka dapat dijelaskan bahwa dari seluruh
jenis gerak siswa putri masuk dalam kategori cukup. Sedangkan siswa putra
memiliki nilai lebih tinggi dari putri masuk dalam kategori baik pada seluruh jenis
gerak. Dengan hasil total menunjukkan bahwa nilai gerak dasar manipulative
masuk dalam kategori cukup (63,88%).
Keterampilan Gerak Dasar
Keterampilan gerak dasar didapat dari gabungan nilai gerak dasar
stability, locomotor, dan manipulative. Sehingga nilai keterampilan gerak dasar
dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:

11

Tabel 5: Nilai Keterampilan Gerak Dasar
Context
Maximal
Persentase
Kategori
Score
Score
Putra
2802
3770
74,32%
Baik
Putri
3517
5800
60,64%
Cukup
Total
6319
9570
66,03%
Cukup
Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup;
66,68% - 100,00% = baik.
Berdasarkan tabel 5 di atas maka dapat dijelaskan bahwa nilai
keterampilan gerak dasar siswa putra masuk dalam kategori baik (74,32%)
sedangkan nilai keterampilan gerak dasar siswa putri masuk dalam kategori
cukup (60,64%). Dari kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa nilai keterampilan
gerak dasar siswa kelas atas MI Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon masuk dalam
kategori cukup (66,03%).
Keterlaksanaan Penjasorkes di MI Miftahul Ulum III Pereng Kulon
Untuk mengetahui bagaimana penjasorkes dilaksanakan di MI Miftahul
Ulum 3 Pereng Kulon maka dilgunakan instrumen PDPJOI. Penilaian dilakukan
pada empat komponen yaitu: (1) ketersediaan sarana dan prasarana; (2)
ketersediaan tenaga pelaksanaa; (3) hasil kerja kurun 1 tahun lalu; dan (4)
prestasi dan penghargaan 1 tahun. Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel 4
sebagai berikut:
Tabel 6: Keterlaksanaan Penjasorkes
Komponen
1. Ketersediaan Sarana Prasarana
2. Ketersediaan Tenaga Pelaksana
3. Hasil Kerja kurun 1 Tahun Lalu
4. Prestasi dan Penghargaan 1 tahun
Total
Berdasarkan tabel 6 di atas maka dapat

Nilai
Kategori
130
C
70
D
200
B
20
E
420
C
dijelaskan bahwa komponen 4

yaitu prestasi dan penghargaan 1 tahun merupakan komponen paling rendah
masuk dalam kategori kurang sekali (20), komponen 2 yaitu ketersediaan tenaga
pelaksana masuk dalam kategori kurang (70), komponen 1 masuk dalam
kategori sedang (130), sedangkan komponen 3 yaitu hasil kerja kurun 1 tahun
lalu masuk dalam kategori baik (200). Dengan begitu nilai akhir keterlaksanaan
penjasorkes di Mi Miftahul Ulum III Pereng Kulon masuk dalam kategori sedang
(420).

12

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan gerak dasar
siswa dan keterlaksanaan penjasorkes di MI Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon
kecamatan Bungah kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dijelaskan bahwa terdapat masalah keterampilan gerak dasar siswa terutama
siswa putri. Pada gerak dasar stability satu jenis gerak yang dilakukan yaitu
inverted supports masuk dalam kategori kurang (25,83%) hal ini diakibatkan tidak
adanya keberanian dan motivasi. Menurut Kalaja at al (2010) bahwa motivasi
berhubungan dengan peningkatan keterampilan gerak dasar keseimbangan.
Rendahnya motivasi terlihat selama siswa mencoba melakukan gerak. Mereka
banyak yang putus asa ketika tidak bisa melakukan, tidak ada rasa ingin terus
mencoba, dan ditambah lagi guru kurang memberikan motivasi kepada siswa
agar siswa terus melakukan gerak dengan benar.
Pada gerak dasar locomotor siswa terlihat mudah melakukan gerak
sehingga nilai yang didapat juga cukup tinggi. Siswa putri memiliki nilai cukup
tetapi pada batas atas yang mendekati nilai baik. Tetapi pada jenis gerak
galloping and sliding siswa putri banyak yang mengalami kesulitan dalam
melakukan gerak. Hal ini diakibatkan oleh tingkat kesulitan galloping and sliding
yang masuk kategori cukup (59,64%) tergolong tingggi dibandingkan dengan
jenis gerak lain dalam kelompok gerak locomotor karena gerak ini merupakan
gabungan dari dua jenis gerak dasar yaitu melangkah dan melompat.
Kebanyakan dari siswa melakukan gerak meloncat terlalu tinggi sehingga
terkadang

siswa

kehilangan

keseimbangan

sehingga

mereka

harus

menggunakan kedua tangan untuk menjaga kesimbangan.
Dari dua kelompok gerak dasar di atas, gerak dasar manipulative
merupakan kelompok gerak yang mendapatkan nilai rendah. Nampaknya siswa
kesulitan dalam memainkan objek sesuai dengan tugas gerak yang diberikan.
Sama seperti kejadian pada gerak dasar stability and locomotor di atas siswa
putri memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai siswa putra. Akan
tetapi nilai yang lebih tinggi pada siswa putra masuk dalam kategori baik yang
mendekati nilai cukup. Sehingga nilai gerak dasar manipulative siswa masuk
dalam kategori cukup (63,88%).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan hasil bahwa nilai gerak dasar
siswa masuk dalam kaegori cukup (66,03%). Layak jika mutu hasil pembelajaran
berupa keterampilan gerak dasar tersebut dengan keterlaksanaan penjasorkes di

13

sekolah masuk dalam kategori sedang. Hal terpenting dalam membelajarkan
gerak dasar pada siswa sesungguhnya adalah kemampuan guru dalam
mengajar. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang diberikan pelatihan untuk
membelajarkan gerak dasar secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan
gerak dasar siswa (Breslin et al, 2012). Untuk itu jika melihat ketersediaan
tenaga pelaksana masuk dalam kategori kurang maka pihak sekolah berusaha
untuk memenuhi kekurangan tenaga pelaksana tersebut dengan memberikan
kesempatan untuk guru menerima pendidikan atau menambah guru yang sesuai
dengan tuntutan kompetensi dalam mengajar penjasorkes.
Walaupun peran guru dalam membelajarkan gerak menempati posisi
yang vital untuk keterampilan gerak, lingkungan sekolah juga berpengaruh
terhadap kemampuan gerak dasar siswa (Juliantine, 2011). Lingkungan sekolah
dapat dijadikan lingkungan bermain dan belajar gerak dasar siswa. hal tersebut
akan terwujud apabila sarana dan prasarana di sekolah memadai untuk siswa
bermain dan belajar. Permasalahan yang muncul adalah sarana dan prasarana
yang masih kurang. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat diperlukan
untuk membentuk lingkungan belajar yang baik sehingga memudahkan siswa
dalam belajar. Memfasilitasi seluruh hasrat gerak siswa dan juga bertindak
sebagai media belajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.
Untuk pembenahan yang sesuai dengan kebutuhan maka perlu
diketahui aspek dari gerak dasar yang harus diberikan perlakuan terlebih dahulu
sesuai keadaannya. Berikut ini grafik yang menyajikan perbandingan nilai
keterampilan tiga kelompok gerak dasar.
90,00%
76,78%

80,00%
70,00%
60,00%

69,46%
62,21%
57,50%

70,58%
66,55%

74,86%
63,88%
56,74%

50,00%

Putra

40,00%

Putri

30,00%

Total

20,00%
10,00%
0,00%
Stability

Locomotor

Manipulative

Grafik 1: Perbandingan Nilai Keterampilan Gerak Dasar

14

Berdasarkan grafik 1 di atas maka dapat diketahui bahwa pembelajaran
penjasorkes lebih fokus kepada siswa putri yang memiliki nilai keterampilan
gerak dasar di bawah nilai keterampilan gerak siswa putra. Keterampilan gerak
dasar manipulative berada pada posisi paling rendah dibandingkan dengan nilai
dua keterampilan gerak dasar lainnya. Diharapkan pembelajaran penjasorkes
dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa khususnya pada siswa putri
dari kategori cukup menjadi kategori baik. Pada keterampilan gerak dasar siswa
total terlihat bahwa nilai keterampilan gerak dasar stability memiliki nilai terendah
dibandingkan dengan nilai kedua jenis keterampilan gerak dasar yang lainnya,
berikutnya keterampilan gerak dasar manipulative, dan tertinggi adalah nilai
keterampilan gerak dasar locomotor.
Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan penjasorkes di sekolah
menggunakan instrumen PDPJOI terlihat bahwa dari empat komponen penilaian
nilai komponen yaitu prestasi dan penghargaan satu tahun terakhir masuk dalam
kategori kurang sekali dan pada komponen ketersediaan tenaga pelaksana
masuk adalam kategori kurang. Rendahnya nilai tersebut dikarena tingkat
pendidikan guru penjasorkes masih tamatan SMA yang belum memiliki
kompetensi yang cukup dalam melaksanakan pembelajaran penjasorkes di
sekolah. Hal inilah yang selanjutnya akan berdampak efektivitas pembelajaran
penjasorkes yang secara berkelanjutan akan memperendah mutu hasil
pembelajaran termasuk keterampilan gerak dasar siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis gerak yang
perlu mendapatkan perhatian karena nilainya rendah yang masuk dalam kategori
cukup bahkan mendekati kurang adalah: body rolling, inverted supports,
galloping and sliding, skipping, overhand throwing, catching, kicking, striking, dan
volleying. Secara berurutan dari nilai terendah sampai tertinggi komponen
keterampilan gerak dasar dapat ditulis sebagai berikut: keterampilan gerak dasar
stability mendapat nilai terendah masuk dalam kategori cukup (62,21%),
manipilative masuk dalam kategori cukup (63,88%) dan locomotor masuk dalam
kategori baik (70,58%). Dari ketiga komponen keterampilan gerak dasar tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa nilai keterampilan gerak dasar siswa masuk
dalam kategori cukup (66,03%).

15

Secara umum keterampilan gerak dasar siswa putri lebih rendah
dibandingkan dengan siswa putra. Permasalahan di atas tidak lepas dari peran
adanya penjasorkes di sekolah sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang
memanfaatkan

gerak

sebagai

media

belajar.

Dengan

keterlaksanaan

penjasorkes di sekolah masuk dalam kategori sedang, siswa memiliki
kemampuan gerak dasar masuk dalam kategori cukup.
SARAN
Permasalahan

ketersediaan

tenaga

pengajar

yang

berkualitas

nampaknya menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya mutu hasil
pembelajaran penjas berupa kemampuan gerak dasar siswa. Untuk itu
peningkatan kemampuan guru dalam mengajar sangat diperlukan. Selain itu
keterbatasan sarana dan prasarana yang banyak dialami oleh sekolah, menuntut
guru untuk kreatif dalam menciptakan lingkungan belajar. Inovasi pembelajaran
penjasorkes sangat diperlukan juga untuk mempertinggi motivasi siswa dalam
belajar agar siswa tidak bosan dalam bertemu dengan model pembelajaran yang
dari tiap tatap muka disajikan oleh guru dengan lingkungan dan keadaan yang
sama.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengungkap faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan gerak dasar siswa mulai dari lingkungan sekolah,
guru, teman, dan motivasi motivasi lebih luas dan mendalam. Sehingga dari
penemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian eksperimen
untuk memanipulasi beberapa faktor yang ditemukan untuk meningkatkan
kemampuan gerak dasar siswa.

16

DAFTAR RUJUKAN

Breslin, Gavin at al. (2012). The Effect Of Teachers Trained In A Fundamental
Movement Skills Programme On Children’s Self-Perceptions And Motor
Competence. Jurnal European Physical Education Review Online
tersedia di http://epe.sagepub.com diakses pada hari Minggu, 27 April
2014.
Furtado, Ovande. (2012).The Reability Of Classification Decisions For The
Furtadogallagher Computerized Observational Movement Pattern
Assessment System-FG-Compass. (online). Online tersedia di
http://search.proquest.com/docview/1040714840/fulltextPDF/BB8AED80
921D46ACPQ/16?accountid=38628 diakses pada hari Selasa, 20 Mei
2014.
Gallahue, David L. (1996). Developmental Physical Education for Todays
Children. Indiana University and The National Institute for Fitness and
Sport.
Gallahue, David L. and Ozmun, John C. (1998). Understanding Motor
Development Infants, Children, Adolescents, Adults. USA: The McGrawHill Compenies, Inc.
Giriwijoyo, H.Y.S. Santoso dan Sidik, Zafar Sidik. (2013). Ilmu Faal Olahraga
(Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk
Kesehatan dan Prestasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Juliantine, T. (2011). Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Jasmani melalui Modifikasi Sarana Pembelajaran. Proceeding
disampaikan pada acara Lokakarya dan Konferensi Nasional Pendidikan
Jasmani dan Olahraga pada 27 – 28 September 2011. Bandung:
Sekolah Pascasarna Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kalaja, Sami at al. (2010). The associations between seventh grade Finnish
students' motivational climate, perceived competence, self-determined
motivation, and fundamental movement skills. Jurnal European Physical
Education Review Online tersedia di http://epe.sagepub.com/
content/15/3/315.full.pdf+html diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014.
Kalaja, Sami. (2012). Fundamental movement skills, physical activity, and
motivation toward Finnish school physical education: A fundamental
movement
skills
intervention.
Jurnal
online
tersedia
di
https://jyx.jyu.fi/dspace/bitstream/handle/123456789/38391/978-951-394817-7.pdf?sequence=1 diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 64
Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.

17

Ratliffe, Thomas and Ratliffe, Laraine M. (1994). Teaching Children Fitness
Becoming a Master Teacher. USA: Human Kinetics Publisher.
Vameghi, Roshanak. (2013). The Effect Of Age, Sex, And Obesity On
Fundamental Motor Skills Among 4 To 6 Years-Old Children. (online)
tersedia: http://search.proquest.com/docview/1467959157/fulltextPDF/
BB8AED80921D46ACPQ/14?accountid=38628 diakses pada hari
Selasa, 20 Mei 2014.
Vandaele, Bart at al. (2011). Mastery of Fundamental Movement Skills Among 6years-old Flemish Pre-school Children. Jurnal European Physical
Education Review Online tersedia di http://epe.sagepub.com/
content/17/1/3.full.pdf+html diakses pada hari Selasa, 22 April 2014.
WHO. (2010). Global Recomendations on Physical Activity for Health. Online
tersedia
di
http://www.who.int/dietphysicalactivity/physical-activityrecommendations-5-17years.pdf diakses pada hari Jumat, 25 Oktober
2013.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN ANATOMI JARINGAN EPIDERMIS DAN STOMATA BERBAGAI DAUN GENUS ALLAMANDA (Dikembangkan menjadi Handout Siswa Biologi Kelas XI SMA)

5 148 23

Konstruksi Media tentang Kontroversi Penerimaan Siswa Baru di Kota Malang (Analisis Framing pada Surat Kabar Radar Malang Periode 30 Juni – 3 Juli 2012)

0 72 56

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Perancangan Sistem Informasi Akademik Pada SMK Bina Siswa 1 Gununghalu

27 252 1

Aplikasi Pengenalan Amatematika Dasar Untuk Anak Usia Dini Berbasis Multimedia

14 93 39

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60

Studi Perbandingan Sikap Sosial Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Think Pair Share Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

3 49 84

KAJIAN ASPEK HYGIENE SANITASI TERHADAP KONDISI KANTIN MAKANAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR (Studi Kasus di Sekolah Dasar Kota Bandar Lampung)

40 194 64

Asas Tanggung Jawab Negara Sebagai Dasar Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

0 19 17