OBSERVASI KAPASITAS PARU PEROKOK DAN BUK
OBSERVASI KAPASITAS PARU PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Alisia Margaretha Ayakeding
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacanaa
[email protected]
Abstrak
Pengujian spirometri dapat dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru seseorang,
menentukan kekuatan fungsi dada dan mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan.
Pada saluran napas besar, merokok dapat menyebabkan bertambahnya mukosa. Sedangkan
pada saluran napas kecil, merokok dapat menyebabkan radang ringan hingga penyempitan.
Pemeriksaan auskultasi dapat mengetahui adanya sekret pada saluran napas apabila terdengar
suara ronki pada saat pemeriksaan menggunakan stetoskop. Kebiasaan berolahraga dan
melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini
dikarenakan olahraga dapat mengatur berat badan, menguatkan sistem jantung dan pembuluh
darah, serta membantu sistem metabolisme tubuh sehingga dapat menjaga kebugaran paru.
Kata kunci: spirometri, auskultasi
PENDAHULUAN
Uji faal paru adalah pengujian fungsi paru seseorang yang berada dalam keadaan
normal atau abnormal. Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di
paru-paru dan saluran pernapasan. Pengujian spirometri penting untuk mendetaksi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometri merupakan alat
skrining untuk penyakit paru dan paling sering digunakan untuk menguji fungsi paru serta
mendeteksi kelainan pada saluran pernapasan. Indikasi lain penggunaan spirometri adalah
untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran
pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok. (Lakshman, 2012, hal.
2)
Pemeriksaan diagnosis yang digunakan untuk mendeteksi penyakit paru dapat
diklasifikasikan ke dalam dua ketegori, yaitu metode morfologis, seperti pemeriksaan
radiologi, bronkoskopi, serta pemeriksaan biopsi dan sputum (dahak); dan metode fisiologis,
yaitu dengan melakukan pengukuran gas darah dan tes-tes fungsi ventilasi. (Somantri, 2007,
hal. 17)
Metode perhitungan volume dan kapasitas paru untuk volume tidal, yakni volume
udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernapasan normal, adalah sebesar
±500 cc pada rata-rata orang dewasa. Volume cadangan inspirasi yang merupakan volume
udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, memiliki kapasitas mencapai ±3000 cc
berbeda dengan volume cadangan ekspirasi yang merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal yang besarnya ±1100 ml.
Volume residu, yakni volume udara yang masih tetap berada di dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat, besarnya ±1200 ml. (Rifa’i dkk, 2013, hal. 5)
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan retriksi, yaitu gangguan pengembangan paru
serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran pernapasan. Parameter
yang sering digunakan untuk melihat gangguan retriksi adalah kapasitas vital paru, sedangkan
untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama dan
rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas paksa. (Rahmawati, 2013,
hal.3)
Merokok adalah salah satu kegiatan yang mempengaruhi fungsi paru seseorang.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi paru serta saluran pernapasan.
Pada saluran napass besar terjadi pembesaran sel mukosa (hipertrofili) dan kelenjar mukus
bertambah banyak. Pada saluran napas kecil terjadi peradangan ringan hingga penyempitan
akibat bertambahnya penumpukan lendir. (Leinelejan, 2012, hal.12)
Rokok yang dihisap oleh seorang perokok akan mengeluarkan asam yang sama sekali
tidak enak baunya untuk dihirup oleh perokok. Hal tersebut dikarenakan asap rokok
mengandung bahan-bahan aktif berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Asap yang
dihembuskan perokok terbagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok sedangkan asam samping adalah asap
tembakau yang disebarkan ke udara bebas yang akan dihirup oleh orang lain. (Irwansyah dkk,
2007, hal. 146)
Kebiasaan olahraga merupakan latihan fisik teratur yang meningkatkan kemampuan
kapasitas pernapasan. Olahraga bermanfaat bermanfaat dalam mengatur berat badan dan
menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah serta membantu sistem metabolisme tubuh
sehingga aktivitas olahraga yang teratur dapat menjaga kebugaran paru dan mencegah
berbagai macam penyakit. (Leinelejan, 2012, hal.12)
Auskultasi paru dilakukan secara indirect dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan memberikan suara napas seperti suara napas utama dan suara napas tambahan.
Pada orang sehat terdengar sura napas vesikuler, bronkial atau trakeal dan bikonvesikuler.
Suara vesikuler merupakan suara yang terdengar lebih keras, panjang dan memiliki pitch atau
nada yang lebih tinggi pada saat inspirasi dari pada saat ekspirasi, dan terdengaar hampir di
seluruh lapangan paru. Suara napas bronkial atau trakeal, suara napas ekspirasi memiliki
intensitas yang lebih keras, durasinya lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara
inspirasi. Suara napas bronkovesikluler merupakan campuran antara suara napas vesikuler
dan bronkial yang ditandai dengan ekspirasi lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi
dari inspirasi.
Suara napas tambahan diantaranya adalah ronki yang dihasilkan oleh aliran udara
melalui saluran napas yang berisi sekret, Pleural Friction atau adanya bunyi pergeseran
antara pleura parietal dan viseral, The Whispered voice yang didapat dalam keadaan tidak
memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan napas, Bronkoponi yang apabila didengarkan
pada dinding torak akan terdengar kurang keras dan tidak jelas, serta Eugoponi yang
merupakan suara bronkoponi yang terdengar di nasal atau hidung. (Medison dkk, 2012, hal.
10)
METODE
Pemeriksaan dilakukan pada hari Kamis, 20 Oktober 2015 bertempat di kampus
Universitas Kristen Satya Wacana. Pemeriksaan spirometri dilakukan dengan dicari
probandus bukan perokok dan perokok yang bersedia untuk melakukan tes dengan
spirometer. Probandus disiapkan dengan posisi yang nyaman serta baju yang longgar.
Dipasangkan penjepit hidung dan probandus diminta menarik napas secara maksimal.
Mouthpiece dimasukkan ke dalam mulut probandus dan kedua bibir dirapatkan, selanjutnya
napas dihembuskan secepat dan sekuat mungkin pada spirometer. Kegiatan tersebut diulangi
3 kali untuk mendapatkan hasil yang aktual dan hasil dicatat pada laporan sementara.
Perbedaan kapasitas paru perokok dan bukan perokok diidentifikasi.
Pemeriksaan auskultasi dilakukan dengan menyiapkan probandus yang digunakan
dalam pemeriksaan spirometer dan dilakukan pemeriksaan auskultasi suara napas saat
inspirasi dan ekspirasi dengan menggunakan stetoskop, selanjutnya suara napas ditentukan.
Jika terdapat suara napas yang tidak normal, dipastikan letak stetoskop pada bagian dada
mana sesuai konsep suara napas abnormal, selanjutnya hasil dicatat pada laporan sementara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
.
1
Nama Probandus
Hendra
Tabel 1.0. Hasil
Kapasitas Paru Bunyi Napas
(cc)
1. 1800
Vesikuler
2. 1900
3. 1200
Rata-rata= 1633
Keterangan
Probandus bukan perokok
2
Thomas
1. 1800
Vesikuler
2. 2000
3. 1800
Rata-rata= 1600
Probandus perokok 3
batang per hari dan rajin
berolahraga
Setelah dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan pengujian spirometri, probandus
bukan perokok mendapatkan hasil rata-rata kapasitas paru sebesar 1633 cc. Bunyi napas yang
terdengar adalah suara inspirasi yang lebih keras, lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari
suara ekspirasi. Bunyi napas tersebut disebut bunyi napas vesikuler.
Pada probandus perokok, didapatkan hasil rata-rata kapasitas paru sebesar 1600 cc
dengan bunyi napas vesikuler. Hal ini menunjukkan keadaan yang masih normal pada
perokok. Hal tersebut dikarenakan probandus rajin berolahraga setiap harinya. Probandus
merokok 3 batang per hari dan hal itu tetap bisa menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
paru serta saluran pernapasan. Pada saluran napas besar, sel mukosa mengalami pembesaran
(hipertrofili) dan kelenjar mukus bertambah banyak. Pada saluran napas kecil, merokok dapat
menyebabkan terjadinya radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
penumpukan lendir.
Meskipun demikian, kebiasaan olahraga yang dimiliki probandus perokok secara
teratur dapat meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini dikarenakan olahraga bermanfaat
dalam menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah serta membantu sistem metabolisme
tubuh, sehingga dengan berolahraga dapat menjaga kebugaran paru probandus. Jika hal
tersebut tidak diimbangi dengan berhenti merokok, maka perlahan akan mengalami
penurunan fungsi paru.
Pada saat pemeriksaan auskultasi, dapat terdengar bunyi napas dimana suara inspirasi
lebih keras dari suara ekspirasi. Bunyinya juga lebih panjang dan nadanya juga lebih tinggi
dari bunyi ekspirasi. Bunyi napas pada probandus perokok masih terbilang bunyi vesikuler.
Bunyi yang tergolong normal tersebut dapat terjadi pada perokok karena probandus memiliki
kebiasaan berolahraga yang teratur dan mengkonsumsi rokok 3 batang tiap harinya, tetapi
bila kebiasaan merokok tidak dihentikan semakin lama fungsi paru akan menurun akibat
kandungan zat dalam rokok meskipun diimbangi dengan olahraga.
Pada pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi napas dimana suara inspirasi lebih keras
dari ekspirasi. Bunyi lebih yang terdengar lebih panjang dan nadanya juga lebih tinggi dari
bunyi ekspirasi yang disebut bunyi napas vesikuler. Bunyi yang normal tersebut dapat
terdengar karena kebiasaan olahraga probandus yang mempengaruhi paru. Pemeriksaan
auskultasi yang telah dilakukan pada probandus perokok juga tidak menghasilkan suara
tambahan, seperti ronki, hal tersebut menunjukkan tidak adanya pergeseran antara pleura
parietal dan viseral probandus. The whispered voice juga tidak terdengar pada saat
pemeriksaan karena probandus dalam keadaaan yang sangat memungkinkan untuk
melakukan pemerikasaan.
KESIMPULAN
Pengujian spirometri dapat dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru seseorang,
menentukan kekuatan fungsi dada dan mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan.
Gangguan ventilasi dapat terjadi, salah satunya akibat merokok yang dapat mengganggu
kapasitas paru maupun saluran pernapasan. Pada saluran napas besar, merokok dapat
menyebabkan bertambahnya mukosa. Sedangkan pada saluran napas kecil, merokok dapat
menyebabkan radang ringan hingga penyempitan.
Pemeriksaan auskultasi dapat mengetahui adanya sekret pada saluran napas apabila
terdengar suara ronki pada saat pemeriksaan menggunakan stetoskop. Pada orang sehat dapat
terdengar auskultasi suara vesikuler, bronkial atau trakeal dan bronkovesikuler. Jika terjadi
gangguan, maka suara yang terdengar tidak pada tempatnya, seperti ronki, pleural friction,
whispered voice, bronkoponi dan eugoponi.
Kebiasaan berolah raga dan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat
meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini dikarenakan olahraga dapat mengatur berat
badan, menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah, serta membantu sistem metabolisme
tubuh sehingga dapat menjaga kebugaran paru.
DAFTAR PUSTAKA
Irwansyah, dkk. 2007. Sehat dan Tangkas Berolahraga. Jakarta: Grafindo Media Pratama
Lakshman, DMP. 2012. Profil Pasien yang Menjalani Pemeriksaan Spirometri di Poli Faal
Paru dan Instalasi Diagnostik Terpadu di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
dari
Periode
Januari
2012
sampai
Juni
2012.
Diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38964/5/ChapterI.pdf
tanggal
4
November 2015
Linelajan, F. 2012. Gambaran Fungsi Paru, Kebiasaan Merokok dan Kebiasaan Olahraga
pada Nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado.
Diakses dari http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/Francin-Linelajan.pdf
pada tanggal 4 November 2015
Medison I dkk. 2012. Penuntun Skills Lab Blok 3.3, Respirasi. Diakses dari
http://repository.unand.ac.id/18503/10/Penuntun_Skills_lab_Gangguan_respirasi_blok3
.pdf pada tanggal 4 November 2015
Rahmawati, AF. 2013. Hubungan Derajat Klinis PPOK dengan Hasil Pemeriksaan Fungsi
Paru Berdasarkan Spirometri. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/43734 pada
tanggal 4 November 2015
Rifa’i, A dkk. 2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 dalam Alat Ukur Kapasitas
Vital Paru-paru. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj/50229 pada
tanggal 4 November 2015
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Alisia Margaretha Ayakeding
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacanaa
[email protected]
Abstrak
Pengujian spirometri dapat dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru seseorang,
menentukan kekuatan fungsi dada dan mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan.
Pada saluran napas besar, merokok dapat menyebabkan bertambahnya mukosa. Sedangkan
pada saluran napas kecil, merokok dapat menyebabkan radang ringan hingga penyempitan.
Pemeriksaan auskultasi dapat mengetahui adanya sekret pada saluran napas apabila terdengar
suara ronki pada saat pemeriksaan menggunakan stetoskop. Kebiasaan berolahraga dan
melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini
dikarenakan olahraga dapat mengatur berat badan, menguatkan sistem jantung dan pembuluh
darah, serta membantu sistem metabolisme tubuh sehingga dapat menjaga kebugaran paru.
Kata kunci: spirometri, auskultasi
PENDAHULUAN
Uji faal paru adalah pengujian fungsi paru seseorang yang berada dalam keadaan
normal atau abnormal. Sejumlah gangguan dapat menyebabkan perubahan yang berbahaya di
paru-paru dan saluran pernapasan. Pengujian spirometri penting untuk mendetaksi beberapa
kelainan yang berhubungan dengan gangguan pernapasan. Spirometri merupakan alat
skrining untuk penyakit paru dan paling sering digunakan untuk menguji fungsi paru serta
mendeteksi kelainan pada saluran pernapasan. Indikasi lain penggunaan spirometri adalah
untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai penyakit saluran
pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok. (Lakshman, 2012, hal.
2)
Pemeriksaan diagnosis yang digunakan untuk mendeteksi penyakit paru dapat
diklasifikasikan ke dalam dua ketegori, yaitu metode morfologis, seperti pemeriksaan
radiologi, bronkoskopi, serta pemeriksaan biopsi dan sputum (dahak); dan metode fisiologis,
yaitu dengan melakukan pengukuran gas darah dan tes-tes fungsi ventilasi. (Somantri, 2007,
hal. 17)
Metode perhitungan volume dan kapasitas paru untuk volume tidal, yakni volume
udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali pernapasan normal, adalah sebesar
±500 cc pada rata-rata orang dewasa. Volume cadangan inspirasi yang merupakan volume
udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal, memiliki kapasitas mencapai ±3000 cc
berbeda dengan volume cadangan ekspirasi yang merupakan jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal yang besarnya ±1100 ml.
Volume residu, yakni volume udara yang masih tetap berada di dalam paru-paru setelah
ekspirasi kuat, besarnya ±1200 ml. (Rifa’i dkk, 2013, hal. 5)
Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan retriksi, yaitu gangguan pengembangan paru
serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran pernapasan. Parameter
yang sering digunakan untuk melihat gangguan retriksi adalah kapasitas vital paru, sedangkan
untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama dan
rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas paksa. (Rahmawati, 2013,
hal.3)
Merokok adalah salah satu kegiatan yang mempengaruhi fungsi paru seseorang.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi paru serta saluran pernapasan.
Pada saluran napass besar terjadi pembesaran sel mukosa (hipertrofili) dan kelenjar mukus
bertambah banyak. Pada saluran napas kecil terjadi peradangan ringan hingga penyempitan
akibat bertambahnya penumpukan lendir. (Leinelejan, 2012, hal.12)
Rokok yang dihisap oleh seorang perokok akan mengeluarkan asam yang sama sekali
tidak enak baunya untuk dihirup oleh perokok. Hal tersebut dikarenakan asap rokok
mengandung bahan-bahan aktif berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Asap yang
dihembuskan perokok terbagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok sedangkan asam samping adalah asap
tembakau yang disebarkan ke udara bebas yang akan dihirup oleh orang lain. (Irwansyah dkk,
2007, hal. 146)
Kebiasaan olahraga merupakan latihan fisik teratur yang meningkatkan kemampuan
kapasitas pernapasan. Olahraga bermanfaat bermanfaat dalam mengatur berat badan dan
menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah serta membantu sistem metabolisme tubuh
sehingga aktivitas olahraga yang teratur dapat menjaga kebugaran paru dan mencegah
berbagai macam penyakit. (Leinelejan, 2012, hal.12)
Auskultasi paru dilakukan secara indirect dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan memberikan suara napas seperti suara napas utama dan suara napas tambahan.
Pada orang sehat terdengar sura napas vesikuler, bronkial atau trakeal dan bikonvesikuler.
Suara vesikuler merupakan suara yang terdengar lebih keras, panjang dan memiliki pitch atau
nada yang lebih tinggi pada saat inspirasi dari pada saat ekspirasi, dan terdengaar hampir di
seluruh lapangan paru. Suara napas bronkial atau trakeal, suara napas ekspirasi memiliki
intensitas yang lebih keras, durasinya lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari suara
inspirasi. Suara napas bronkovesikluler merupakan campuran antara suara napas vesikuler
dan bronkial yang ditandai dengan ekspirasi lebih keras, lebih lama dan nadanya lebih tinggi
dari inspirasi.
Suara napas tambahan diantaranya adalah ronki yang dihasilkan oleh aliran udara
melalui saluran napas yang berisi sekret, Pleural Friction atau adanya bunyi pergeseran
antara pleura parietal dan viseral, The Whispered voice yang didapat dalam keadaan tidak
memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan napas, Bronkoponi yang apabila didengarkan
pada dinding torak akan terdengar kurang keras dan tidak jelas, serta Eugoponi yang
merupakan suara bronkoponi yang terdengar di nasal atau hidung. (Medison dkk, 2012, hal.
10)
METODE
Pemeriksaan dilakukan pada hari Kamis, 20 Oktober 2015 bertempat di kampus
Universitas Kristen Satya Wacana. Pemeriksaan spirometri dilakukan dengan dicari
probandus bukan perokok dan perokok yang bersedia untuk melakukan tes dengan
spirometer. Probandus disiapkan dengan posisi yang nyaman serta baju yang longgar.
Dipasangkan penjepit hidung dan probandus diminta menarik napas secara maksimal.
Mouthpiece dimasukkan ke dalam mulut probandus dan kedua bibir dirapatkan, selanjutnya
napas dihembuskan secepat dan sekuat mungkin pada spirometer. Kegiatan tersebut diulangi
3 kali untuk mendapatkan hasil yang aktual dan hasil dicatat pada laporan sementara.
Perbedaan kapasitas paru perokok dan bukan perokok diidentifikasi.
Pemeriksaan auskultasi dilakukan dengan menyiapkan probandus yang digunakan
dalam pemeriksaan spirometer dan dilakukan pemeriksaan auskultasi suara napas saat
inspirasi dan ekspirasi dengan menggunakan stetoskop, selanjutnya suara napas ditentukan.
Jika terdapat suara napas yang tidak normal, dipastikan letak stetoskop pada bagian dada
mana sesuai konsep suara napas abnormal, selanjutnya hasil dicatat pada laporan sementara.
HASIL DAN PEMBAHASAN
No
.
1
Nama Probandus
Hendra
Tabel 1.0. Hasil
Kapasitas Paru Bunyi Napas
(cc)
1. 1800
Vesikuler
2. 1900
3. 1200
Rata-rata= 1633
Keterangan
Probandus bukan perokok
2
Thomas
1. 1800
Vesikuler
2. 2000
3. 1800
Rata-rata= 1600
Probandus perokok 3
batang per hari dan rajin
berolahraga
Setelah dilakukan pemeriksaan fungsi paru dengan pengujian spirometri, probandus
bukan perokok mendapatkan hasil rata-rata kapasitas paru sebesar 1633 cc. Bunyi napas yang
terdengar adalah suara inspirasi yang lebih keras, lebih panjang dan nadanya lebih tinggi dari
suara ekspirasi. Bunyi napas tersebut disebut bunyi napas vesikuler.
Pada probandus perokok, didapatkan hasil rata-rata kapasitas paru sebesar 1600 cc
dengan bunyi napas vesikuler. Hal ini menunjukkan keadaan yang masih normal pada
perokok. Hal tersebut dikarenakan probandus rajin berolahraga setiap harinya. Probandus
merokok 3 batang per hari dan hal itu tetap bisa menyebabkan perubahan struktur dan fungsi
paru serta saluran pernapasan. Pada saluran napas besar, sel mukosa mengalami pembesaran
(hipertrofili) dan kelenjar mukus bertambah banyak. Pada saluran napas kecil, merokok dapat
menyebabkan terjadinya radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya
penumpukan lendir.
Meskipun demikian, kebiasaan olahraga yang dimiliki probandus perokok secara
teratur dapat meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini dikarenakan olahraga bermanfaat
dalam menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah serta membantu sistem metabolisme
tubuh, sehingga dengan berolahraga dapat menjaga kebugaran paru probandus. Jika hal
tersebut tidak diimbangi dengan berhenti merokok, maka perlahan akan mengalami
penurunan fungsi paru.
Pada saat pemeriksaan auskultasi, dapat terdengar bunyi napas dimana suara inspirasi
lebih keras dari suara ekspirasi. Bunyinya juga lebih panjang dan nadanya juga lebih tinggi
dari bunyi ekspirasi. Bunyi napas pada probandus perokok masih terbilang bunyi vesikuler.
Bunyi yang tergolong normal tersebut dapat terjadi pada perokok karena probandus memiliki
kebiasaan berolahraga yang teratur dan mengkonsumsi rokok 3 batang tiap harinya, tetapi
bila kebiasaan merokok tidak dihentikan semakin lama fungsi paru akan menurun akibat
kandungan zat dalam rokok meskipun diimbangi dengan olahraga.
Pada pemeriksaan auskultasi terdengar bunyi napas dimana suara inspirasi lebih keras
dari ekspirasi. Bunyi lebih yang terdengar lebih panjang dan nadanya juga lebih tinggi dari
bunyi ekspirasi yang disebut bunyi napas vesikuler. Bunyi yang normal tersebut dapat
terdengar karena kebiasaan olahraga probandus yang mempengaruhi paru. Pemeriksaan
auskultasi yang telah dilakukan pada probandus perokok juga tidak menghasilkan suara
tambahan, seperti ronki, hal tersebut menunjukkan tidak adanya pergeseran antara pleura
parietal dan viseral probandus. The whispered voice juga tidak terdengar pada saat
pemeriksaan karena probandus dalam keadaaan yang sangat memungkinkan untuk
melakukan pemerikasaan.
KESIMPULAN
Pengujian spirometri dapat dilakukan untuk mengetahui kapasitas paru seseorang,
menentukan kekuatan fungsi dada dan mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan.
Gangguan ventilasi dapat terjadi, salah satunya akibat merokok yang dapat mengganggu
kapasitas paru maupun saluran pernapasan. Pada saluran napas besar, merokok dapat
menyebabkan bertambahnya mukosa. Sedangkan pada saluran napas kecil, merokok dapat
menyebabkan radang ringan hingga penyempitan.
Pemeriksaan auskultasi dapat mengetahui adanya sekret pada saluran napas apabila
terdengar suara ronki pada saat pemeriksaan menggunakan stetoskop. Pada orang sehat dapat
terdengar auskultasi suara vesikuler, bronkial atau trakeal dan bronkovesikuler. Jika terjadi
gangguan, maka suara yang terdengar tidak pada tempatnya, seperti ronki, pleural friction,
whispered voice, bronkoponi dan eugoponi.
Kebiasaan berolah raga dan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat
meningkatkan kapasitas pernapasan. Hal ini dikarenakan olahraga dapat mengatur berat
badan, menguatkan sistem jantung dan pembuluh darah, serta membantu sistem metabolisme
tubuh sehingga dapat menjaga kebugaran paru.
DAFTAR PUSTAKA
Irwansyah, dkk. 2007. Sehat dan Tangkas Berolahraga. Jakarta: Grafindo Media Pratama
Lakshman, DMP. 2012. Profil Pasien yang Menjalani Pemeriksaan Spirometri di Poli Faal
Paru dan Instalasi Diagnostik Terpadu di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan
dari
Periode
Januari
2012
sampai
Juni
2012.
Diakses
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38964/5/ChapterI.pdf
tanggal
4
November 2015
Linelajan, F. 2012. Gambaran Fungsi Paru, Kebiasaan Merokok dan Kebiasaan Olahraga
pada Nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota Manado.
Diakses dari http://fkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2012/10/Francin-Linelajan.pdf
pada tanggal 4 November 2015
Medison I dkk. 2012. Penuntun Skills Lab Blok 3.3, Respirasi. Diakses dari
http://repository.unand.ac.id/18503/10/Penuntun_Skills_lab_Gangguan_respirasi_blok3
.pdf pada tanggal 4 November 2015
Rahmawati, AF. 2013. Hubungan Derajat Klinis PPOK dengan Hasil Pemeriksaan Fungsi
Paru Berdasarkan Spirometri. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/43734 pada
tanggal 4 November 2015
Rifa’i, A dkk. 2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 dalam Alat Ukur Kapasitas
Vital Paru-paru. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj/50229 pada
tanggal 4 November 2015
Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika