Pengetahuan Masyarakat Mandailing Dalam Mengolah Pakkat (Studi Enofood Pada Masyarakat Mandailing di JL Letda Sujono Medan)

BAB II
MASYARAKAT MANDAILING DI KOTA MEDAN

2. 1Sejarah Kota Medan
8

Keberadaan kota medan saat ini tidak terlepas dari historis yang

panjang, dimulai dari dibangunnya kampong medan puteri pada tahun 1590
Oleh Guru Patimpus, Kota Medan Berkembang Saat Guru Patimpus
membangun kampong tersebut, Guru Patimpus adalah Sorang Putra Karo
bermarga Sembiring Pelawi Dan Memiliki istri Dari Putri Datuk Pulo
Brayan. Dalam Bahasa Karo Guru Berarti ―Tabib‖ ATAU ―Orang Pintar‖,
Kemudian Kata ―pa‖ Merupakan sebutan untuk seorang bapak Berdasarkan
Sifat atau Keadaan Seseorang sedangkan kata ―Timpus‖ Berarti Bundelan,
Bungkus Atau Bulat. Dengan Demikian Nama Guru Patimpus Bermakna
sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu
didalam kain yang diselempangkan dibadannya Untuk Membawa barang
bawaannya.

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang

diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari
Kesultanan Aceh. Perkembangan kota Medan selanjutnya ditandai dengan
perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju
Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen

8

(http://id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada tanggal 12 oktober 2016

19
Universitas Sumatera Utara

yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis,
perkembangan kota Medan
sejak awal memposisiskannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan.
Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Batubara, serta
adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau
dalam awal perkembangannya, yang telah mendorong berkembangnya kota
Medan sebagai Pusat Perdagangan sejak masa lalu :


20
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. 1 Monument Guru Patimpus di persimpangan jalan Gatot Subroto,
Medan. Diakses dari WWW.WIKIPEDIA.COM PADA TANGGAL 12
OKTOBER 2016
Di akhir abad ke-19

dan di awal abd ke 20 terdapat duga

gelombang migrasi besar yang dating kekota medan. Gelombang pertama
kedatangan orang tionghua dan jawa sebagai kuli kontrak diperkebunan.
Tetapi pada tahun 1880, perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan
orang tionghua, karena sebagian dari mereka lari dan membuat kerusuhan.
Lalu perusahaan perkebunan kembali mendatangkan orang jawa sebagi kuli
perkebunan, sedangkan orang-orang tionghua yang dulu sebagai buruh
perkebunan mulai didorong untuk membangun sector perdagangan.
Gelombang kedua kemudian datanglah orang minangkabau,
mandailing dan aceh. Mereka bertujuan dating kemedan bukanlah sebagai buruh
perkebunan, tetapi mereka dating sebagai pedagang, guru, dan ulama.

2. 2 Geografi Kota Medan

21
Universitas Sumatera Utara

S 9 ebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi sumatera
utara, kedudukan, fungsi, serta peran dari kota. Peran kota medan sangat penting
dan strategis secara regional. Bahkan sebagai ibu kota provinsi sumatera utara,
kota medan sering dijadikan sebagai barometerdalam pembangunan serta
penyelenggaraan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Secara geografis, kota medan memiliki kedudukan yang strategis, sebab
berbatasan langsung dengan selat malaka di bagian utara, sehingga relative dekat
dengan kota – kota dinegara tetangga seperti pulau penang Malaysia. Begitu juga
secara demografis, kota medan diperkirakan memiliki pasar barang ataupun jasa
yang cukup besar, hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang cukup besar
dimana pada tahun 2010 diperkirakan telah mencapai 2,712,236 jiwa, demikian
juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi oleh sector tertier
dan sekunder, kota medan sangat berkembang perdagangan dan keuangan regional
nasional.
Letak dari geografis dari kota medan sendiri adalah 3030 - 304 LU, Dan

98035’ – 980 66’ BT, Luas Kota Medan saat ini adalah ± 265,10 KM2 sedangkan
untuk wilayah perbatasan kota medan berbatas dengan
-. Sebelah utara berbatasan dengan selat malaka
-. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan deli tua dan pancur (
Kabupaten Deli serdang )

9

http://id.wikipedia.org.medan diakses pada tanggal 23 september 2016

22
Universitas Sumatera Utara

-. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan sunggal (kabupaten deli
serdang )
-. Sebelah timur berbatasan denga percut sei tuan dan tanjung morawa (
kabupaten deli serdang ).
Kota medan keberadaannya sendiri didukung oleh beberapa wilayah
kecamatan, serta kelurahan. Adapun kecamatan yang terletak dikota medan yaitu,
Kecamatan medan Helvetia, kecamatan medan barat, kecamatan medan petisah,

kecamatan medan perjuangan, kecamatan medan tembung, kecamatan medan area,
kecamatan medan maimun, kecamatan medan selayang,- kecamatan medan
polonia,-. Kecamatan medan tuntungan,-. Kecamatan medan johor,- . kecamatan
medan amplas,-. Kecamatan medan denai, Kecamatan medan baru.
Dari letak geografis

medan didukung oleh daerah daerah yang kaya

sumber daya alamnya seperti,
1. Deli serdang
2. Labuhan batu
3. Simalungun
4. Tapanuli utara
5. Tapanuli selatan/ mandailing natal
6. Karo dan
7. Binjai.

23
Universitas Sumatera Utara


Kondisi seperti ini menjadikan kota medan dari segi ekonomi mampu
mengembangkan berbagai kerja sama dan kemitraan yang sejajar, serta dapat
saling menguntungkan, dan saling memperkuat daerah daerah sekitarnya.
1.2.1

Demografi

Kota medan sndiri memiliki berbgai etnis yang mendiamminya, namun ada
beberapa suku yang lebih dominan dan serta lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan suku – suku lainnya yaitu, melayu, jawa, batak (toba,
simalungun, karo, mandailing-angkola.), nias dan tionghua.
Penduduk kota medan sendiri memilikiciri penting yaitu, yang meliputi
unsure seperti, agama, suku/ etnis, budaya, serta keragaman plural

(adat

istiadat), hal ini memunculkan karajter sebagian besar penduduk kota medan
bersifat terbuka.
Secara demografis, kota medan sendiri saat ini sedang mengalami masa
transisi demografi, kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu

keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi dan menuju keadaan
dimana tingkat kematian dan kelahiran semakin menurun.
Ada pun berbagai factor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat
kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan sosial
ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang
memadai juga mempengaruhi tingkat kematian. Dalam kependudukan dikenal
istilah transisi penduduk. Istilahini mengacu pada suatu proses pergeseran dari
suatu keadaan dimana tingkatkelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana

24
Universitas Sumatera Utara

tingkat kelahiran dan kematian merendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini
disebabkan oleh banyak factor,antara lain perubahan pola berfikir masyarakat
akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan
pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh
membaiknya gizi masyarakat akibatdari pertumbuhan pendapatan masyarakat.
Pada tahap ini pertumbuhan pendudukmulai menurun.
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian
sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung

untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau
urbanisasi.Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan
berbagai berbagaidinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial
maupun kultural.Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian
(mortalitas),meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses
urbanisasi,termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan
kependudukan yang diterapkan.Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat
kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah
penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan
faktor migrasi atau urbanisasi.Komponen kependudukan lainnya umumnya
menggambarkan berbagai berbagaidinamika sosial yang terjadi di masyarakat,
baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya

tingkat

kelahiran

(fertilitas)


dan

tingkat

kematian

(mortalitas),meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses
urbanisasi,termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan
kependudukanyang diterapkan.

25
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data kependudukan tahun 2010, penduduk Medan saat
inidiperkirakan telah mencapai 2.712.236 jiwa, dengan wanita lebih besar dari
pria.Sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 566.611
jiwa,yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan
salahsatu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Kota Medan terdiri dari
21Kecamatan dan 151 Kelurahan. Selain itu, Kota Medan juga merupakan
daerah perkotaan yang dihuni oleh berbagai etnis dengan latar belakang yang

berbeda.Kondisi Kota Medan yang heterogen ini, mengakibatkan banyaknya
timbulorganisasi-organisasi yang berdasarkan etnis (BPS Kota Medan 2011
2.3 Asal usul orang mandailing
10

Masyarakat Mandailing yang mendiami kota Medan tidak terlepas

denganasal muasal oleh leluhurnya yang bertempat tinggal di Wilayah
Mandailing.Masyarakat Mandailing diduga sudah ada pada ribuan tahun yang
lalu.Menelusuri latar belakang masuknya penduduk didaerah Mandailing beberapa
pendapat orang berbeda-beda, dan pendapat berbeda itulah bila tidak didukung
dengan fakta – fakta tertulis, seperti prasasti-prasasti tentu tidak mudah untuk
mempertanggung jawabkannya. Penulis mengambil beberapa pendapat mengenai
asal usul Masyarakat Mandailing sebagai bahan informasi mengenai asal usulnama
daerah Madailing dan masyarakatnya. Memungkinkan bahwa Wilayah Mandailing
pada zaman Kerajaan Majapahit mempunyai masyarakat secara homogen, yaitu
masyarakat yang tumbuh dan terhimpun dalam suatu Ketatanegaraan Kerajaan

10


http://Pusat- Informasi- dan- documentasi- mandailing -(PIDM) selasa 23

september 2016 .

26
Universitas Sumatera Utara

dalam Kebudayaannya. Terbukti dari ekspansi pasukan Kerajaan Majapahit pada
sekitar tahun 1287 Caka (365 M). dimana salah satu
syairnya disebut nama Mandailing. Adapun syair tersebut yaitu: ― Lwir ning
nusapranusa

pramuka

Palembangkaritang

I

sakahawat
teba

len

ksoniri

malayu/ning

dharmamacraya

jambi,

mwang

tumut/kandis

kahwas

manangkabwa ri siyakrekan Kampar mwang I pane/ kampe harw athawe

mandailing I tumihang parilakmwang I babrat.‖Sebagai mana terlihat pada teks
tersebut ekspansi Kerajaan Majapahit ke
Malayu

di

Sumatera

merata

sejak

Jambi,

Palembang,

Muara

Tebu,

Darmasraya.Minangkabau, Siak. Rokan, Kampar, Panai, Pulau Kampar, Haru,
Mandailing.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nama Mandailing sudah
terlukis pada syair ke 13 Negarakertagamanya Propanca yang agung seperti
tersebut di atas.(Mhd. Arbain Lubis Ha 11-24) Menurut ulasan dari seorang tokoh
budaya Mandailing, Z. PangaduanLubis, yang juga dosen Fakultas Sastra USU
atau sekarang Ilmu Budaya USUMedan, dalam bukunya Kisah Asal-Usul
Mandailing (1986:4-6), mengatakanselanjutnya bahwa di dalam tonggo-tonggo

(doa) terdapat kata-kata: ―di situlah(di Tanah Mandailing) bertamasya Si Boru
Deakparujar .‖ Dengan demikian dapatditafsirkan bahwa kemungkinan sekali

justru di Tanah Mandailing itu pula SiBoru Deakparujar turun dari kayangan.
Dapat diketahui bahwa Deakparujar adalah tokoh mitologi dalam Kebudayaan
Toba-Tua. Selanjutnya menurutmitologi Si Boru Deakparujar adalah Puteri Debata
Mulajadi Nabolon yangdititahkannya turun dari Benua ke Benua Tengah

membawa sekepal tanah untukmenempa bumi di atas lautan. Tonggo-Tonggo Si
Boru Deakparujar merupakanKesusasteraan Toba Tua yang klasik yang terdiri

27
Universitas Sumatera Utara

dari 10 pasal sebagai dasar atau sumber dari falsafah masnyarakat dan kerohanian
dari dalihan na tolu.Dada Meuraxa mengatakan di dalam bukunya Sejarah
KebudayaanSumatera (974:349) menyatakan bahwa kata Mandailing ada yang

mendugaberasal dari perkataan Mande Hilang dalam bahsa Minangkabau
perkataantersebut berarti Ibu yang Hilang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa ada
yangmenyangka nama Mandailing berasal dari perkataan ―Mundahilang‖ yang
berarti―Munda yang Mengungsi.‖ Dalam hubungan ini disebut bahwa bangsa
Mundayang berada di India pada masa yang silam melakukan pengungsian
kepadamereka terdesak oleh Bangsa Aria. Slamet Mulyana dalam bukunya Asal
Bangsadan

Bahasa

Indonesia

(1964:140)

mengatakan

sebagai

berikut:

―sebelumkedatangan Bangsa Aria, Bangsa Munda menduduki India Utara. Karena
desakan angsa Aria, maka bangsa Munda menyingkir ke selatan yang terjadi
sekitar 1500SM.‖ Pada waktu perpindahan bangsa Munda dari India Utara ke Asia
Tenggaraoleh karena terdesak bangsa Aria. Diduga ada sebagian yang masuk ke
Sumatera.
Dengan melalui Pelabuhan Barus pantai barat Sumatera mereka
meneruskanperjalanan sampai ke suatu daerah yang kemudian disebut dengan
Mandailing,yang berasal dari perkataan Mundahiling yang berarti Munda yang
MengungsiDi dalam buku yang dikemukakan oleh pengarangnya Mangaraja

LeloLubis

bahwa

menurut

orang

tua,

nama

Mandailing

berasal

dari

perkataan―Mandala Holing‖. Pada zaman dahulu kala Mandala Holing adalah
sebuahkerjaan yang menguasai daerah mulai dari Portibi di Gunung Tua Padang
Lawassampai ke daerah Pidoli di Mandailing. Semua pusat kerajaan ini terletak
diPortibi Gunung Tua, tenpat dimana banyak ditemukan Candi-candi Purba.

28
Universitas Sumatera Utara

Olehkarena serangan Kerajaan Majapahit, kemudian pusat pemerintahan
kerajaandipindahkan ke Piu Delhi dimana kemudian hari kota ini dikenal dengan
namaPidoli di daerah Mandailing (didekat Kota Panyabungan yang sekarang).
Terbuktiterdapat candi-candi purba pada waktu silam didaerah Pidoli tetapi hancur
oleh pasukan islam dibawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol ratusan tahun yang
lalu.Masyarakat

Mandailing

digolongkan

kedalam

kelompok

Proto

Melayu(Melayu Tua), yang mempunyai persamaan dengan Suku Toba,
Simalungun,Karo, dan Pakpak-Dairi. Adapun persamaan itu bisa dilihat pada
bahasa dan adatistiadatnya.
Kelompok Proto ini berasal dari Tiongkok Selatan, dan berpindah di
wilayah Indonesia yang kemungkinan terjadi pada abad 7 atau ke 8 SM. Dan
daricici-ciri khas bentuk fisik dan temperamen, bahwa nenek moyang sukusukubangsa termasuk rumpun Proto Melayu (Emilkam Tambunan, 1982:33).
Apa yang telah diuraikan baik pendapat Dada Meuraxa, Emilkam Tambunan,
Slamet Mulyana sudah tersusun di dalam buku Z. Pangaduan Lubisberjudul Kisah
Asal-usul Mandailing (1986:6-10) Dengan pejabarannya yang luasdan yang

berhubungan antara satu dengan yang lain dan berdasarkan metodemetodeyang
absah kiranya dapat dicatat bahwa asal usul nama Mandailing yangmurni sudah
terbuka lebar, untuk mengungkapkan dan membuktikan kembalinama Mandailing
yang harum semenjak dari ribuan yang silam.
2.4 Lokasi Pemukiman Masyarakat Mandailing Dikota Medan

29
Universitas Sumatera Utara

11

Adapun beberapa wilayah dikota medan, dimana wilayah tersebut merupakan

wilayah pemukiman masyarakat mandailing yang tersebar di kota medan. Dimana
penulis hanya mengambil beberapa wilayah saja untuk sebagai pendukung
penelitian ini. Dimana wilayah tersebut dapat mewakili beberapa wilayah lainnya
yang banyak di tinggalli oleh masyarakat mandailing sebagai berikut.
1

.Wilayah Sei Mati, Medan Maimun

2. Wilayah Mariendal (Simpang Limun ),Mmedan Amplas
3. Wilayah Sei Agul, Medan Barat
4. Wilayah Bandar Selamat, Medan Tembung
5. Wilayah Pancing, Medan Tembung
Kelima Wilayah ini merupakan perwakilan di mana bermukimnya masyarakat
mandailing dikota medan. Dari setiap Wilayah akan dijelaskan keadaan alam
masing – masing dari kelima wilayah ini
2 .4.1 Wilayah Sei Mati Medan Maimun
Sejarah berdirinya daerah Sei Mati diawali pada zaman penjajahan
Belanda, melalui perkebunan yang dikelola oleh Belanda yang memerlukan tenaga
kerja dalam perkebunannya tersebut. Banyak pekerja yang akhirnya datang ke kota
Medan, diantara para pekerja tersebut banyak pekerja yang berasal dari daerah
Mandailing.
Seiring berjalannya waktu para pekerja di perkebunan Belanda tersebut
semakin banyak dibutuhkan dan hal ini juga yang menyebabkan jumlah
masyarakat Mandailing semakin bertambah banyak di kota Medan. Pada masa itu

11

http://www. Pemkomedan.go.id diakses pada tanggal 18 oktober 2018

30
Universitas Sumatera Utara

jumlah tenaga kerja mayoritas berasal dari etnis Mandailing yang beragama Islam.
Untuk mencari perlindungan mereka menghadap Sultan Deli, hal ini dikarenakan
mereka berpendapat persamaan agama akan membuat Sultan Deli mau membantu
mereka. Usaha yang dilakukan untuk menghadap Sultan Deli tidak sia-sia karena
beliau memberikan pinjaman wilayah sebagai tempat tinggal para pekerja yang
berasal dari Mandailing
Pada saat sekarang ini wilayah tersebut dikenal dengan wilayah Sungai
Mati di bawah naunagan kelurahan Medan Maimun. Adapun luas kecamatan
Medan Maimun adalah 2,98 km2, pada tahun 2010 kecamatan ini memiliki
penduduk sebesar 48.995 jiwa. Dan kepadatan penduduknya adalah 16. 441,28
jiwa/km ( kecamatan dalam angka 2010 )
Kecamatan Medan Maimun adalah salah satu dari 21 kecamatan yang
terdapat di kota Medan, Sumatera Utatara. Kecamatan Medan Mimun berbatasan
dengan Polonia di sebelah barat, Medan kota di timur, Medan Johor di selatan, dan
Medan Petisah di Utara.
Istana peninggalan Kesultanan Deli yang terkenal adalah Istana Maimun,
terletak di kecamatan ini. Kecamatan Medan Maimun memiliki enam kelurahan,
yaitu:
1. Sukaraja
2. Aur
3. Jati
4. Hamdan

31
Universitas Sumatera Utara

5. Sei Mati
6. Kampung Baru
2.4.2 Wilayah Mariendal (Simpang Limun ) Medan Ampls
Daerah Mariendal pada saat ini merupakan suatu istilah untuk menyebutkan
daerah administratif kelurahan Sitirejo. Pada dasarnya daerah ini merupakan
pusat transportasi darat di kota Medan. Daerah ini merupakan suatu tempat
berkumpulnya masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis dan golongan, hal
tersebut dimungkinkan karena daerah ini merupakan pusat transportasi yang
merupakan darah pintu utama bagi masyarakat yang berada di luar kota Medan
untuk memasuki kota Medan.
Kecamatan Medan Amplas juga terdapat Terminal Terpadu Amplas yang
merupakan terminal keluar masuk mobil angkutan umum antar kota dan proinsi.
Sebagai pusat transportasi, terminal Amplas juga merupakan tempat pertukaran
informasi. Pertukaran dan perpidahan penduduk dari daerah lain. Proses
perpindahan penduduk berdampak pada proses migrasi masyarakat. Proses
migrasi didsarkan pada kondisi kota Medan sebagai pusat pemerintahan
Sumatera Utara secara administratif. Pandangan-pandangan terhadap pusat kota
sebagai barometer pembangunan perkembangan yang tercermin dari proses
migrasi yang terjadi di kota Medan, adanya doktrin pada masyarakat yang
beranggapan kota Medan menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sehingga hal
ini yang membuat banyak para pendatang yang melakukan migran ke kota
Medan, termasuk masyarakat Mandailing.

32
Universitas Sumatera Utara

Kecamata Medan Amplas adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota
Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Amplas berbatasan dengan Medan
Johor di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di timur, Kabupaten Deli
Serdang di selatan, Medan Kota dan Medan Denai di utara.
Pada tahun 2010 kecamatan Medan Amplas memiliki penduduk sebesar
88.638 jiwa. Luasnya adalah 11,19 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 7.
921,8 jiwa/km. kecamatan ini memiliki tujuh kelurahan, diantaranya sebagai
berikut:
1. Amplas
2. Sitirejo
3. Sitirejo III
4. Timbang Deli
5. Harjosari
6. Harjosari II
7. Bangun Mulia
2.4.3 Wilayah Sei Agul, Medan Barat
Sei Agul merupakan salah satu wilayah yang didiami oleh masyarakat
Mandailing di kota Medan, pemilihan daerah ini didasarkan sebagai daerah
alternatif tempat tinggal yang dikarenakan mayoritas pendududk masyarakat
Mandailing di wilayah ini memiliki mata pencaharian sebagai pedagang. Profesi

33
Universitas Sumatera Utara

pedagang ini pada awalnya dilakukan di Pajak Bundaran atau sekarang ini dikenal
dengan Pajak Petisah, di wilaah ini mereka melakukan proses perdagangan dan
perekonomian.
Perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Mandailing adalah
berdagang hasil-hasil alam, seperti sayuran, buah-buahan, maupun hasil kerajinan
tangan seperti kain dan peralatan rumah tangga. Masyarakat Mandailing ini
kemudian membentuk suatu tempat yang dianggap lebih dekat dengan tempat
mereka melakukan perdagangan sehingga lebih memudahkan mereka menuju
tempat perdagangan karena jarak yang tidak terlalu jauh dengan lokasi termpat
tinggal. Masyarakat Mandailing memilih tinggal di daerah Sei Agul karena
dianggap wilayah yang lebih dekat dengan lokasi perdagangan yang mereka
lakukan.
Kecamatan Medan Barat adalah salah satu dari 21 kecamatan yang terdapat
di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Barat berbatasan dengan
Medan Deli di sebelah barat, Medan Petisah di timur, Medan Timur di selatan, dan
Medan Helvetia di utara.
Pada tahun 2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 86.706 jiwa.
Luasnya kecamatan ini adalah 6,82 km2 dan kepadatan penduduknya adalah
12.713,49 jiwa/km Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di
kota Medan. Daerah Medan Barat terdapat sebuah bengkel khusus kreta api yang
dimiliki oleh PT. Kreta Api Indonesia Eksploitasi Sumatera Utara ( PT. KAI.ESU
).
Kecamatan ini mempunyai enam kelurahan, diantaranya :
1. Glugur Kota

34
Universitas Sumatera Utara

2. Karang Berombak
3. Pulo Brayan Kota
4. Sei Agul
5. Silalas
6. Kawasan
2.4.4 Wilayah Bandar Selamat Medan Tembung
Bandar Selamat pada perkembangannya merupakan pusat transportasi antar
kota yang terdapat di kota Medan, sama hal seperti wilayah Mariendal, kecamatan
Medan Amplas. Terbentuknya wilayah Bandar Selamat sebagai pusat Transportasi
kota Medan dipengaruhi oleh pembangunan jalan tol yang terdapat di wilayah
tersebut.
Kebijakan pemerintah kota Medan yang melarang kenderaan berat melintas di
dalam kota, memunculkan pembangunan jalan tol untuk memudahkan perjalanan
kenderaan berat yang ingin melintas di kota Medan.
Pembangunan jalan tol diwilayah Bandar Selamat telah menyebabkan wilayah
tersebut menjadi lokasi perwakilan kenderaan antar kota, baik yang mengangkut
barang maupun penumpang. Lokasi-lokasi perwakilan kendraan antar kota di
wilayah ini didominasi oleh usaha kendraan yang berasal dari daerah Mandailing
dan sekitarnya, hal ini kemudian menyebabkan banyaknya masyarakat Mandailing
yang mendiami wilayah ini , selain itu pada wilayah ini terdapat organisasi
HIKMA ( Organisasi Keluarga Mandailing ). Organisasi ini setidaknya menaungi

35
Universitas Sumatera Utara

masyarakat Mandailing yang terdiri dari beberapa marga, tujuan organisasi ini
adalah untuk merekatkan hubungan antara masyarakat Mandailing di kota Medan.
2.4.5 Wilayah Pancing Medan Tembug
Dalam penelitian ini wilayah pancing Medan Tembung juga merupakan
lokasi penelitian dikarenakan masyarakat Mandailing juga banyak mendiami
wilayah ini,wilayah Sei Agul, wilayah ini juga merupakan daerah alternatif tempat
tingal. Adanya faktor jarak dimana dalam hal ini masyarakat Mandailing yang
datang ke kota Medan dengan tujuan untuk menetap memilih jarak yang dekat
dengan pusat transportasi yang menghubungkan antara tempat tinggal di kota
Medan dan perwakilan transportasi serta kampung halaman mereka.
Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu dari 21 kecamatan yang
terdapat di kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Tembung berbatasan
dengan Medan Perjuangan di sebelah barat, Kabupaten Deli Serdang di Timur,
Medan Denai di selatan, dan Kbupaten Deli Serdang di sebelah Utara. Pada tahun
2010, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 134.113 jiwa. Luasnya adalah
7,99 km2 dan kepadatan penduduknya adalah 16.785,11 jiwa/km. kecamatan ini
memiliki tujuh kelurahan diantaranya :
1. Tembung
2. Bandar Selamat
3. Indra Kasih
4. Siderejo
5. Siderejo Hilir

36
Universitas Sumatera Utara

6. Bantan
7. Bantan Timur
2.5 Karakteristik masyarakat mandailing dikota medan
lokasi dalam penelitian ini didasarkan atas beberapa hal, seperti sejarah
lokasi, letak strategis lokasi. Adapun pemilihan penelitian ini juga memperlihatkan
karakteristik masyarakat Mandailing di Kota Medan, adapun karakteristik dalam
hal ini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan mengenai seberapa jauh masyarakat
Mandailing di Kota Medan dalam memandang dan melakukan budayanya dalam
kehidupan sehari-hari.Karakter Mandailing dalam penelitian ini dibagi atas
beberapa yaitu, (1)karakter masyarakat Mandailing yang masih memegang adat
budaya

Mandailingsesuai

dengan

adat

Mandailing

asli

tanpa

berusaha

menggabungkan adat budayalain yang berada di sekitarnya dimana ia tinggal, (2)
karakteristik masyarakat Mandailing yang memegang adat budaya Mandailing dan
berproses menggabungkannya dengan budaya lain yang berada di tempat mereka
tinggal, (3)karakteristik masyarakat Mandailing yang tidak mengenal adat
budayaMandailing dan memegang budaya lain seperti budaya Toba, Melayu,
dankebudayaan lain yang ada dalam lingkungan dimana ia tinggal.
Adapun indukator yang dapat menuntun penelitian ini untuk mendapatkan
setidaknya gambaran umum mengenai kebudayaan Mandailing yang tinggal
diberbagai wilayah di Kota Medan mengenai karakteristik masyarakatnya.
Adapunindikator karakteristik masyarakat Mandailing di Kota Medan sebagai
berikut:

37
Universitas Sumatera Utara

linguistik, sosial dan budaya. Indikator linguistik berkaitan dengan
penggunaan bahasa daerah (bahasa Mandailing) dalam bentuk kehidupan seharihari,setidaknya penggunaan bahasa daerah dapat memberi sedikit gambaran
mengenaikehidupan masyarakat Mandailing pada daerah penelitian ini, sedangkan
indicator sosial adalah indikator yang berusaha menangkap perilaku, cara
pandangmasyarakat Mandailing di

Kota Medan seperti apakah mereka

masihmenggunakan dan melakukan adat budaya Mandailing di Kota Medan.
Indikator
ketiga adalah budaya, indikator ini berhubungan dengan indikator
sebelumnya yaitu linguistik dan sosial.Melalui penjelasan tentang indikator yang
diatas dan digunakan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik
masyarakat Mandailing diberbagailokasi penelitian di Kota Medan, adapaun hasil
dari penggunaan indikator ini adalah sebagai berikut.
Pada daerah Medan Maimun bahwa kehidupan masyarakat Mandailing
dilokasi ini memiliki karakteristik masyarakat Mandailing yang sudah berpikir dan
bertindak

sesuai

dengan

lingkungan

sekitar

dalam

hal

ini

dijelaskan

bahwakehidupan masyarakat tersebut masih memegang budaya Mandailing
danberusaha untuk menerima budaya lain yang terdapat di sekitar tempat
tinggalmereka. Hal ini disebabkan kehidupan pada daerah tersebut memiliki
tingkatpenduduk yang tinggi dan intesitas pergaulan yang tinggi serta factor
heterogenitas penduduk di lokasi tersebut.
Di daerah Medan Barat, karakteristik masyarakat Mandailing pada
daerahini

adalah

karakteristik

masyarakat

yang masih

memegang adat

budayaMandailing dan tidak tertutup kemingkinan untuk menerima budaya dari

38
Universitas Sumatera Utara

luarbudaya Mandailing, hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam
strategisosialisasi dengan masyarakat dengan budaya yang berbeda.Di Medan
Denai, karakteristik masyarakat Mandailing yang menjadibagian masyarakat
daerah tersebut adalah karakteristik masyarakat yangmemegang adat budaya
Mandailing dan berusaha untuk mempertahankan adat budaya mereka dalam
lingkungan kehidupannya. Salah satunya terlihat padatindakan mereka yang selalu
didasarkan pada aturan adat maupun kebiasaan yangmereka ketahui dari daerah
asal mereka, hal ini disebabkan pada daerah inimasyarakat Mandailing
mendominasi pada daerah tersebut.
2.6 Sistem Religi
Pada masa sekarang ini masyarakat Mandailing umumnya menganut agama
Islam. Ada pula yang menganut agama Kristen. Nenek moyang merekasebelum
masuknya agama Islam maupun Kristen masih mempercayai animism atau
dikenal dengan Pelebegu (suatu pemujaan terhadap roh nenek moyang). Ajaran
religi

tersebut

mengakui

adanya

bermacam

makhlus

halus

dan

kekuatankekuatangaib yang dapat menimbulkan pengaruh buruk, misalnya
penyakit danmala petaka atas diri manusia (Parlaungan Ritonga 1997:10).
Di dalam pelaksanaan upacara ritual ( animisme), biasanya dipimpin
olehseorang yang sudah ahli ilmu gaib dan bukan orang sembarangan.
Orang ituadalah orang yang mengetahui tentang doa-doa yang harus
disampaikan kepadaleluhurnya atau disebut dengan Si Baso. Nenek
moyang orang Mandailing masaanimisme dahulu mempercayai Si Baso
sebagai perantara komunikasi denganroh-roh nenek moyang yang dapat
turun ke bumi dengan memberi berkah atausebaliknya.

39
Universitas Sumatera Utara

Sistem animisme ini mulai terhapus sekitar tahun 1820 sejak agama
Islammasuk ke Mandailing yang dibawa oleh Kaum Padri dari
Minangkabau. Ajaran yang dibawa langsung oleh Kaum Padri ini adalah
ajaran Agama Islam aliranWahabiah, yang dipandang ―keras‖ dalam
masalah bid’ah. Mereka tidakkompromi dengan masyarakat dan pemuka
adat Mandailing. Siapa saja yang tidakmau masuk ke agama Islam akan
menjadi budak kepada Kaum Padri. Lamakelamaanmasyarakat Mandailing
menerima agama Islam, dan akhirnya agamaIslam menjadi berkembang di
seluruh daerah Mandailing.Setalah Masyarakat Mandailing memeluk
agama Islam, membawapengaruh terhadap upacara-upacara animisme.
Karena agama Islam melarangsetiap kaumnya berhubungan dengan roh-roh
yang dipuja pada upacara ritualtersebut, karena dianggap bertentangan
dengan ajaran agama Islam.
Sekitar tahun 1839 agama Kristen mulai masuk ke daerah Mandailing yang
dibawa oleh para pendeta. Masyarakat Mandailing tidak banyak yangmenganut
agama Kristen karena telah terlebih dahulu menganut agama Islam.

2.7 Bahasa
Bahasa Mandailing merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia
yangdipergunakan oleh suku Batak Mandailing yang sebagaimana bahasa
tersebutdapat dipakai didaerah Mandailing maupun daerah perantauan yang
digunakansebagai media komunikasi diantara sesama Etnis Mandailing.
Menurut H.Pandapotan Nasution (2005:14-15) mengungkapkan bahwa

40
Universitas Sumatera Utara

sesuai pemakainyabahasa Mandailing terdiri dari 5 tingkatan, yaitu sebagai
bertikut.
1. Bahasa adat (bahasa pada waktu upacara adat),
2. Bahasa andung (bahasa waktu bersedih),

3. Bahasa parkapur (bahasa ketika di hutan),
4. Bahasa na biaso (bahasa sehari-hari), dan
5. Bahasa bura (bahasa waktu marah atau kasar).
Pertuturan

bahasa

Mandailing

masih

dipergunakan

pada

saat

tertentu,misalnya dalam upacara peradatan, arisan, perkumpulan keluarga, atau
perkumpulan marga, dan lainnya. Walau demikian, bahasa Mandailing tentu
sajaakan mengikuti perubahan dan kontinuitas kebudayaan yang dipengaruhi
olehkebudayaan di sekitarnya, nusantara, dan dunia.
2.8 Sistim kekerabatan masyarakat mandailing
Sistem kekerabatan adat istiadat Mandailing masih memegang pada
adat istiadat yang disebut dengan markoum marsisolkot. Adat-istiadat ini
sudahdisempurnakan atas pihak-pihak yang untuk dapat disatukan menjadi
hidupberdampingan rukun dan damai. Karena dari arti dan makna
markaoum adalahberkaum atau famili dekat. Meskipun ia dari orang yang

jauh atau orang yangtidak perna dikenal. Sedangkan marsisolkot artinya
mendekatkan yang sudahdekat, artinya masih satu marga atau suku dari

satu nenek moyang.Adat-istiadat markoum masrsisolkot di Mandailing
sudah disepakati untukdipakai kepada masyarakatnya, baik dalam upacara
siriaon (upacara suka cita)ataupun upacara siluluton (upacara duka cita).

Dikatakan bahwa adat-istiadat yangberdasarkan markoum marsisolkot yang

41
Universitas Sumatera Utara

tertuang dalam beberapa lembaga adatyaitu: (1) patik, (2) ugari, (3) uhum,
dan (4) hapantunon.Patik adalah peraturan adat yang tidak boleh dilanggar,
jika dilanggar akandihukum, sebagaiman patik sebagai peraturan yang
dipakai untuk pedoman agarsemua kegiatan dalam kehidupan dapat
menciptakan kasih sayang , atau tidakmenimbulkan pertentangan atau
pergesekan kepada masyarakat.
Ugari adalahkebiasaan yang diangkat seperti peraturan. Jadi adat

kebiasaan yang diadatkandari suatu daerah tidak merusak adat.Selanjutnya
uhum adalah sanksi hukum terhadap perlanggaran atasperaturan seperti
patik, ugari, dan hapantunon. Uhum atau sanksi pelanggaran itubertingkat-

tingkat mulai dari teguran, denda, pasung, diusir dari kampong, dankepada
hukuman mati.
Hapantunon

adalah

salah

atau

dengan

satu

adat

istiadat

yang

bertujuan

memperhalus
hubungan

manusia

manusia

yang

lain.

Hapantunon

memberikankepada masyarakat maupun keluarga yang mempelajari etika
pergaulan ataupunetika dalam bergaul sehari-hari atau dalam ikatan keluarga di
dalam pertuturon.Adat-istiadat markaoum marsisolkot ini belakang hari
dikatakan orang juga sebagai dalihan na tolu . Dalihan artinya batu tungku,
dan na tolu artinyayang tiga , maksudnya ketiga batu ini menjujung satu wadah
atau satu adat. Yaknitiga unsur kelompok yang berbeda menjujung satu wadah
adat Mandailing, yangterdiri dari kahanggi, anak boru , dan mora . Kahanggi
adalah kelompok yangterdiri dari pihak kita sendiri yang bersaudara kandung
dan ditambah dengankelompok yang sesame satu marga. Unsur kahanggi juga

42
Universitas Sumatera Utara

termasuk saama-saibu(seayah dan seibu), saompu (satu nenek), saparaman
(satu bapak), sabana (seketurunan), sapangupaan (kakek bersaudara kandung),
dan sakahanggi (orangorang satu marga dalam satu kampung).Anak Boru
adalah tempat pemberian anak-anak gadis dari kelompok kitatadi. Atau
kelompok kerabat yang menerima anak gadis dari pihak mora . Danbiasanya
pihak keluarga anak boru hormat kepada pihak mora nya. Di sisi lain,mora
adalah kelompok saudara-saudara dari istri-istri dari pihak kita atau
tempatpengambilan anak-anak gadis dalam perkawinan.
Dari hasil keputusan musyawarah dari ketiga kelompok inilah atau dari
pihak kahanggi, anak boru, dan mora terciptanya adat Mandailing yang
dikatakanadat markoum marsisolkot. Apabila salah satu kelompok diantaranya
tidak diikutsertakan, maka upacara adat Mandailing yang berdasarkan adatistiadat markoummarsisolkot tidak tercipta, atau dengan perkataan lain
dibatalkan sama sekali.Di Mandailing menganut Marga yang diturunkan
melalui dari marga ayahatau disebut dengan patrilineal. Orang-orang yang atau
garis keturunan patrilinealini di daerah Mandailing dikelompokan menjadi
marga yang dimaksud samadengan clan. Adapun marga yang terdapat di
Mandailing yaitu (a) Nasution, (b)Lubis, (c) Pulungan, (d) Rangkuti, (e) Batu
Bara , (f) Dulae, (g) Matondang, (h)Parinduri, dan (i) Hasibuan. Marga Lubis

dan Nasution merupakan marga yangpaling banyak jumlah warganya di daerah
Mandailing. Setiap anggota masyarakat yang mempunyai marga, akan
meletakkan
nama marganya di belakang marga sendiri. Karena hal ini merupakan suatu
tradisiyang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat Mandailing sejak

43
Universitas Sumatera Utara

dahulu.Marga adalah suatu yang memiliki nilai-nilai solidaritas di dalam
keluargamaupun di masyarakat. Orang-orang yang semarga dianggap
bersaudara atau satuketurunan yang disebut markahanggi.Sistim kekerabatan
lain yang luas dari marga juga terdapat padamasyarakat Mandailing. Sistim
kekerabatan ini didasari oleh adanya suatu ikatandarah dan ikatan perkawinan
antara anggota kelompok marga yang ada padamasyarakat. Ikatan darah dan
perkawinan inilah yang melahirkan sistim social yang dilandasi dengan
hubungan kekerabatan yang dinamakan dalihan na tolu.
2.7 Kesenian
Masyarakat Mandailing sudah mengenal kesenian sejak zaman dahulu,
seni musik yang hidup pada saat itu sangat berkaitannya dengan sistim
kepercayaan lama atau dengan Pelebegu (menyembah roh nenek moyang).
Setiap melakukan upacara ritual atau keagamaan pada masa itu, musik
digunakan sebagai perantaraan dalam upacara. Di dalam kehidupan
masyarakat Mandailing pada masa pra-Islam, musik merupakan bahagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan keagamaan (religi) dan upacaraupacara adat, baik itu upacara yangbersifat suka cita yang dinamakan
siriaon, ataupun upacara adat siluluton, yaituupacara adat duka cita.Sistim

kepercayaan animisme

yang dikenal

dengan pele

begu tersebut

menempatkan musik (yang dipergunakan untuk upacara religi) pada
kedudukanyang

tinggi.

Seperti

penjelasan

yang

dibuat

oleh

koentjaraningrat bahwa : hal itudisebabkan karena suara, nyanyian dan
musik, merupakan suatu unsure yangsangat penting dalam upcara

44
Universitas Sumatera Utara

keagamaan sebagai hal yang biasa menambahsuasana keramat atau sakral
(Koentjaraningrat 1980:245).
Dalam tradisi di Mandailing pada masa pra-Islam pemujaan itu selalu
menggunakan seorang perantara yang dinamakan Si Baso. Sedangkan
bunyi bunyian suci diperkirakan adalah ensambel gondang maupun
gordang. Di sisilain, pemain musik yang ahli pada masa itu dinamakan
datu peruning-uninganatau datu pargondang. Hal ini karena dipercayai

mereka belajar bermain music bukan dari manusia, melainkan dari begu.
Yang secara khusus pula begu memberikan irama-irama gondang kepada
datu paruning-uningan. Setelah masukdan berkembangnya agama Islam di
daerah Mandailing, penggunaan musik yangditujukan kepada roh nenek
moyang tidak dibenarkan untuk ditampilkan, karena hal itu sangat
bertentangan dengan ajaran agama Islam. Misalnya tradisi mangandung
(meratap di hadapan jenazah) yang dilakukan pada upacara adat siluluton
(duka cita). Mangandung pada adat siluluton adalah suatu perbuatanyang
tidak diperkenankan yang tidak sesaui dengan kaidah ajaran Islam.
Dalam bentuk nyanyian biasanya masyarakat dibawakan secara solo.
Misalnya jenis nyanyian ungut-ungut. Nyanyian ini sering dibawakan oleh
anakmuda (meskipun siapa saja boleh membawakannya) sebagai nyanyian
pelipur larayang melukiskan tentang rasa duka dalam hal percintaan, dan
dinyanyikan tidak didepan umum atau secara tertutup hanya secara pribadi.
Masyarakat

Mandailing,

terutama

ibu-ibu

rumah

tangga

ataupun

anakanakgadis bila hendak menidurkan anak bayi biasanya akan dibawakan
nyanyiankhusus yang dinamakan bue-bue. Sambil membuei si bayi, ibunya

45
Universitas Sumatera Utara

ataupun anakanakgadis akan mendendangkan nyanyian nyanyian agar buah
hatinya tertidur.
Tradisi bernyanyi seperti ini jarang hampir tidak dipergunakan oleh
masyarakatterutama ibu rumah tangga. Hal ini disebabkan perkembangan
zaman yangberubah ubah.Secara khusus masyarakat Mandailing menggunakan
istilah ende untukmenyebutkan segala jenis nyanyian atau seni vokal yang
terdapat pada masyarakattersebut. Walaupun pada tiap nyanyian yang
dibawakan oleh masyarakat yangmempunyai fungsi berbeda-beda seperti
contoh di atas.
Adapun jenis alat musik di masyarakat Mandailing yang sumber
bunyinyadari udara yang disebut dengan aerofon, yaitu (a) tulila , merupakan
alat music tiup yang digunakan oleh para anak-anak muda untuk memikat anak
gadis yangdilakukan pada malam hari. Sang pemuda mendatangi rumah si
gadis untukberdialog secara berbisik dari dibali dinding tentang rasa cinta
antara keduanya. (b) uyup-uyup, merupakan alat musik tiup yang ter buat dari
batang padi.Digunakan oleh para pemuda sebagai hiburan di sawah-sawah, dan
tidak jarangpula untuk menarik perhatian oleh para gadis-gadis. (c) ole-ole atau
olang-olangyang merupakan alat musik tiup ini terdapat lilitan daun kelapa

yang berbentukcorong dan berfungsi untuk memperbesar suara. (d) suling,
yang terbuat daribambu dan digunakan untuk hiburan (e) sordam. Merupakan
alat musik bambu. Alat musik ini kegunaannya sama dengan suling yang
dilakukan di tempatbernaungan seperti di bawah-bawah pohon.Jenis alat musik
membranofon yang sumber bunyi berasal dari kulit ataumembran yaitu: (a)
gondang dua . Ensambel ini juga dinamakan gondang boru.

46
Universitas Sumatera Utara

Alat musik ini terdiri dari dua buah gondang. Keduanya memliki ukuran
danbentuk yang sama dan kegunaan gondang dua atau gondang boru ini
digunakanpada upacara adat siriaon (suka cita) misalnya perkawinan yang
berfungsi untukmenjemput pengantin perempuan, dan upacara siluluton (duka
cita) misalnyaupacara kematian. (b) gordang tano, gordang tanoh ini terbuat
dari tanah yangdikorek kemudian ditutup dengan papan dan dibuat tiang
penyangga yangfungsinya untuk mengikat rotan. Rotan inilah yang dipukul
untuk menghasilkanbunyi. Gordang tano digunakan uttuk menurunnkan hujan,
tetapi pada saatsekarang sudah sulit untuk ditemui. (c) gordang sambilan,
endambel ini terdiridari sembilan buah gordang yang bentuknya panjang dan
besar dengan ukuranyang berbeda-beda. Nama-nama gordang ini tidak sama di
wilayah Madailingseperti di daerah Pakantan, Huta Pungkut, dan Tamiang.
Untuk sepasang gordang yang paling besar di daerah Pakantan disebut : jangat
(1,2), hudong-kudong (3,4),panduai (5,6), patolu (7,8) dan enek-enek (9),
sedangkan di daerah Hutapungkutdan Tamiang disebut jangat yang dibagi
dalam tiga bagian yaitu (1) jangat siangkaan , (2) jangat silitonga , dan (3)
jangat sianggian , (4,5) pangaloi, (6,7)paniga , (8) hudong-kudong, (9) teke-teke

(Hutapungkut), eneng-eneng (Tamiang).Gordang Sambilan terbuat dari pohon
ingul tetapi pada saat sekarang tidak jarangmemakai batang pohon kelapa

karena pohon ingul sulit ditemukan. Untukmembrannya yaitu kulit lembu yang
diikat dengan rotan yang besarnya jarikelingking orang dewasa dan cara
memainkannya dipukul dengan sepasangbatang kayu. Gordang Sambilan
digunakan di dalam upacara siriaon (suka cita)misalnya upacara pernikahan,
menyambut tamu, memasuki rumah baru, danperesmian – peresmian. (d)

47
Universitas Sumatera Utara

gordang lima , dipergunakan lima buah gordang yangmemiliki ukuran dan

nama yang berbeda-beda. Ukuran yang terbesar bernamajangat. Kemudian
ukuran selanjutnya hudong kudong, ukuran yang ketigadinamaka padua, yang
keempat adalah patolu, dan yang terkecil adalah enekenek.Gordang lima
digunakan pada zaman dahulu untuk memohon kepada rohnenek moyang
mereka.Alat musik Mandailing lainnya yang bersifat kordofon yaitu
gondangbulu, dalam subklasifikasi ziter tabung dan mempunyai dawai yang

bersifatidiokordik. Gondang Bulu digunakan untuk menghibur dan mengiringi
anak-anakgadis berlatih tarian tortor .Jebis kesenian alat musik Mandailing
yang sumber bunyinya berasal daridirinya sendiri (idiofon) terdiri dari yaitu (a)
tali sasayak, (b) ogung jantan (lebihkecil dari ogung boru), (c) ogung betina

atau ogung boru, (d) doal, (e) momongan yang terdiri dari (1) pamulusi, (2)
panduai, dan (3) panolongi.

Yang sebenanya tortor menurut aslinya bukanlah tarian tetapi sebagai
pelengkap

gondang

berdasarkan kepada

falsafah adat.

Tortor

yang

dilakukandengan gerakan tertentu mempunyai ciri khas, makna, dan tujuan
tertentu
2.10 Organisasi Masyarakat Mandailing Di kota medan
Dari beberapa wilayah yang tersebar di Kota Medan,masing-masing
wilayah memiliki organisasi masyarakat yang menjadi wadah persatuan
masyarakat oleh aspek-aspek tertentu. organisasimasyarakat yang menjadi
gambaran mengenai masyarakat Mandailing di KotaMedan terdapat pada
beberapa organisasi masyarakat yang didasarkan oleh perkumpulan marga

48
Universitas Sumatera Utara

maupun asal daerah.Organisasi masyarakat penting untuk dijelaskan dalam
penelitian ini,
karena organisasi masyarakat merupakan perkumpulan bagi masyarakat
Mandailing yang berdomisili di Kota Medan, HIKMA (Himpunan Keluarga Besar
Mandailing) di Kota Medan memiliki beberapa perwakilan, yaitu: DewanPengurus
Daerah (DPD) Provinsi Sumatera Utara dan Dewan Pengurus Cabang(DPC)
terdapat di Jln. Letda Sutjono, Medan.
Awal mulanya terbentuknya organisasi masyarakat mandailing ini
dikarenakan bermula dari misi budaya merantau pada masyarakat mandailing telah
membentuk asosiasi/organisasi yang didirikan oleh para perantau dari mandailing
mereka mendirikan perkumpulan persaudaraan setia mandailing pada tahun 1917,
kemudian perkumpulan persatuan mandailing lahir pada awal tahun 1930an. Yang
memiliki tujuan agar memperkuat persatuan pada masyarakat mandailing.
Pendirian organisasi ini adalah guna menumbuhkan kesadaran masyarakat
mandailing untuk memulai pembangunan dari dasar ataupun dari diri mereka
sendiri. Selain itu juga bertujuan untuk menyambut pendatang – pendatang baru
dalam berbagai pertemuan, didalam pertemuan – pertemuan itu terdapat
perdebatan yang terjadi didaalam pertemuan itu dimana membahas mengenai
mandailing dan kebudayaannya. Bagaimana cara agar masyarakat mandailing yang
berada diperantauan ikut serta menjadi motivator pembangunan didaerahnya.
Mengenai masalah organisasi dan masyarakat mandailing, bukanlah suatu
pekerjaan yang ringan melainkan dibutuhkan seorang pemimpin yang tegas,
tangguh, dan bermental baja dalam memimpn organisasi ini.

49
Universitas Sumatera Utara

Selama ini organisasi yang dibentuk hanyalah berbentu STM serikat tolong
menolong, dimana hanya berfungsi sebagai dibidang pengajian, dan kemalangan
saja. Kemudian dibentuklah salah satu organisasi yang dimana lembaga ini
berfungsi sebagai persatuan masyarakat mandailing maka dibentuklah organisasi
yang bernama HIKMA (himpunan keluarga besar mandailing).
Selain HIKMA adapun organisasi yang berlandaskan marganya yakni
IKANAS (Ikatan Marga Nasution) organisasi masyarakat yang didasarkanpada
marga Nasution, organiasi ini tidak saja beranggotakan marga Nasutionmelainkan
juga menerima marga lainnya sesuai dengan kontribusi yang diberikanpada
organisasi.Organisasi

lainnya

pada

umumnya

organisasi

masyarakat

ini

berbasiskankepada garis keturuan yang didasarkan pada marga ataupun tempat asal
(daerahMandailing). Dengan demikian, organisasi masyarakat Mandailing ada
yanglebnih umum dan ada pula yang lebih spesifik, berdasar daerah tertentu saja.
2.11 Sistem pencaharian Masyarakat Mandailing Di Kota Medan
Umumnyamata

pencaharian

masyrakat

mandailing

di

mandaiing

adalahbertani (Mandailing Godang) dan berkebun (Mandailing Julu). Sementara
masyarakat mandailing yang sudah berdomisili di Kota Medan, sistem
matapencaharian yang mereka kerjakan adalah kebanyakan pegawai negeri
maupunswasta ataupun sebagai pejabat-pejabat lainnya. Misalnya Wali Kota
Medan yang sekarang ini yaitu Drs. Rahudman Harahap. M.M.
Selain itu, ada juga pekerjaan yang dikerjakan masyakat mandailing
sebagai pedagang, pemain musik, atau pekerjaan lainnya seperti supir
angkot,becak

dan

pengusaha

itu

semua

yang

mereka

kerjakan

untuk

mencukupikebutuhan kehidupan sehari-hari keluarga mereka. Mereka berupaya

50
Universitas Sumatera Utara

untukbersaing secara sehat dengan berbagai kelompok etnik lain di Kota Medan,
diberbagai bidang kehidupan, dalam rangka membangun Medan, Sumatera
Utara,dan Indonesia ini, berlandas masyarakat yang multikultur

51
Universitas Sumatera Utara