Faktor – Faktor Ketersediaan Beras di Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Menggunakan Analisis Jalur

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara adalah lembaga pemerintah
yang didirikan pada tanggal 16 Mei 2000 di Jalan Jenderal Besar Abdul haris
Nasution No 24 Medan.

Kantor badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara Medan
berlandaskan pada visi dan misi berikut:

1. Visi Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara
Terwujudnya ketahanan pangan masyarakat yang berbasis kepada sumber
daya lokal yang dimiliki secara efisien dan berkelanjutan menuju
masyarakat yang berkualitas dan sejahtera.

2. Misi Kantor Badan Ketahanan Pangan Privinsi Sumatera Utara
a. Meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk
mewujudkan ketahanan pangan yang berbasis sumber daya lokal yang
dimiliki.

b. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan kesejahteraan
masyarakat.
2.1.1

Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Tugas dan Fungsi Pokok Kantor Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Suamtera Utara adalah:

1. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis dalam
lingkup ketahanan pangan.
2. Menyelenggarakan evaluasi dan pengkajian ketahanan pangan,
pembinaan, kewaspadaan, dan gizi serta pembinaan penyeragaman
konsumsi pangan sumber daya dalam ketahanan pangan.
3. Melaksanakan tugas lain yang terkait dengan ketahanan pangan
sesuai dengan ketetapan kepala daerah.
4. Mengkoordinasikan


perumusan

kebijakan

dan

perencanaan

program peningkatan ketahanan pangan daerah yang meliputi
aspek – aspek sebagai berikut:
a. Aspek ketersediaan yang bersumber dari produksi, cadangan
dan import.
b. Aspek distribusi yang berbasis kepada stabilitas harga pangan,
aman dan terjangkau.
c. Aspek konsumsi yang berbasis kepada keanekaragaman
konsumsi non beras, bermutu atau bergizi dan aman.
5. Mengkoordinasikan monitoring program peningkatan ketahanan
pangan melaui rapat Dewan Ketahanan Pangan dan rapat PokJa
guna mengantisipasi dan memecahkan masalah yang dihadapi

melalui hal – hal sebagai berikut:
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan tani
b. Monitoring eksport atau import bahan pangan strategis

Universitas Sumatera Utara

c. Monitoring harga bahan pangan statergis dan lokal
d. Monitoring pengadaan/ penyajian/ penyaluran cadangan pangan
e. Monitoring daerah rawan pangan
f. Monitoring kewaspadaan pangan (bencana alam dan gangguan
OPT)
g. Monitoring penganekaragaman konsumsi bahan pangan
h. Monitoring mutu dan keamanan pangan
i. Supervisi yang terkoordinasi ke lapangan
6. Melaksanakan pengkajian, analisis dan pembinaan terhadap aspek–
aspek

ketahanan

pangan


(ketersediaan,

distribusi,

penganekaragaman konsumsi dan kewaspadaan dan keamanan
pangan).
7. Memantau mengendalikan ketersediaan dan distribusi bahan
pangan, terutama sembilan bahan pokok.
8. Mengkoordinasikan pelaporan dan evaluasi program peningkatan
ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan, mutu dan
keamanan pangan.
2.1.2

Kebijakan – kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk
Peningkatan Pangan
Kebijakan Kantor Badan Ketahanan Pangan untuk peningkatan pangan
meliputi berbagai aspek diantaranya adalah:

1. Kebijakan dalam aspek ketahanan pangan:

a. Menjaga

ketersediaan

pangan

melalui

upaya



upaya

peningkatan produksi dan produktivitas bahan nabati dan

Universitas Sumatera Utara

hewani sesuai potensi wilayah masing – masing yang
diwujudkan melalui 4 (empat) usaha pokok yaitu intensivikasi,

ekstensivikasi, diversivikasi, dan rehabilitasi dengan 8(delapan)
langkah kegiatan utama, yaitu:
1. Pemberdayaan kelompok tani dan kelembagaan kelompok
petani (KUD, Koptan dan lain – lain)
2. Pemantapan penyediaan dan penyaluran sarana produksi
(benih, pupuk, obat – obatan dan lain – lain)
3. Penyediaan dan penyalura kredit modal
4.

Peningkatan mutu teknologi

5. Peningkatan kinerja penyuluh
6. Mengembangkan kemitraan dalam pemasaran hasil
7. Peningkatan mutu koordinasi
8. Peningkatan dan pengembangan jaringan irigasi.

b. Perlunya menata ulang kembali mekanisme/ tata cara pengadaan
dan penyaluran pupuk yang sudah ada secara terkoordinasi
dengan pemerintah daerah sehingga pupuk betul – betul tersedia
ditengah – tengah petani yang memenuhi prinsip enam tepat.


c. Tingkat ketersediaan bahan pangan yang bersumber dari
produksi lokal harus diupayakan secara bertahap mencapai titik
ideal yaitu sesuai dengan tingkat kebutuhan dan jika terjadi
kelebihan (surplus) diprioritaskan untuk perdagangan antar
provinsi maupun eksport.

Universitas Sumatera Utara

d. Mendukung kebijakan pemerintah untuk tetap melaksanakan
larangan import beras tahun 2005 dan tahun 2006, menginat
cadangan dan produksi cukup tinggi.

e. Untuk memantapkan ketersediaan gula, pemerintah dihimbau
untuk memberikan kepercayaan kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan import gula melalui importir daerah
sehingga lebih memudahkan dalam pengawasan.

2. Kebijakan dalam aspek distribusi:
a. Mengembangkan kerja sama jaringan distribusi dan informasi

pangan dalam daerah dan antar daerah untuk mewujudkan
ketersediaan dan stabilitas harga.

b. Peningkatan efisiensi kelancaran distribusi bahan pangan
melalui informasi berbagai peraturaan yang menghambat lalu
lintas perdagangan, pengembangan sasaran dan prasarana
distribusi serta pelayanan teknologi pasca panen.
c. Peningkatan kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah
dalam menstabilkan harga bahan pangan antar waktu maupun
antar wilayah.

d. Penguatan pasar yang bukan saja antar provinsi tetapi juga
eksport serta pengembangan kemitraan pemasaran hasil.

3. Kebijakan dalam aspek penganekaragaman konsumsi:

Universitas Sumatera Utara

a. Melakukan upaya –upaya diverifikasi konsumsi pangan yang
beragam, bergizi dan berimbang serta aman, sesuai dengan

kondisi dan situasi daerah dengan mengutamakan sumber
pangan lokal untuk mencegah ketergantungan terhadap satu
jenis pangan tertentu sesuai dengan Pola Pangan Harapan
(PPH).
b. Penurunan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok
masyarakat.
c. Peningkatan

penganekaragaman

konsumsi

pangan

yang

seimbang baik jenis nabati, atau hewani maupun mutu dan gizi.
d. Peningkatan konsumsi bahan pangan lokal sebagai basis pada
non beras.


4. Kebijakan dalam aspek kewaspadaan dan keamanan pangan:
a. Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan sertsa
mengembangkan cadangan pangan daerah untuk mengantisipasi
kondisi darurat (bencana alam, kerawanan pangan kronis, dan
lain – lain) yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam 3 bulan.
b. Peningkatan kemampuan fungsi Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG).
c. Peningkatan keberdayaan masyarakat miskin yang berada dalam
kondisi kerawanan pangan kronis serta pengembangan jaringan

Universitas Sumatera Utara

pengamanan pangan bagi kelompok rawan pangan transien
(mendadak) karena bencana alam dan sosial.
d. Peningkatan pengembangan keamanan mutu dan gizi pangan.

5. Kebijakan dalam upaya pengentasan kemiskinan:
a. Mengurangi jumlah penduduk yang kelaparan sekurang –
kurangnya 1% per tahun sebagai komitmen Indonesia dalam

deklarasi Roma Tahun 1996 pada KKT Pangan Dunia melaluo
Pembangunan Ketahanan Pangan di pedesaan dan perkotaan.
b. Mengembangkan desa mandiri pangan dan menggalang sumber
– sumber dana masyarakat yang memadai yang dimulai pada
tahun 2005.

6. Kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan
pangan:
Meningkatkan pemberian bantuan langsung masyarakat baik
berupa dana penguatan modal bagi lembaga ekonomi pedesaan
maupun bantuan dana berupa penguatan modal usaha kelompok
petani di pedesaan.

2.2 Konsep Dasar Statistika

Statistika

merupakan

cara – cara tertentu

yang digunakan

dalam

mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa, dan
memberi informasi serta interpretasi terhadap sekumpulan data. Sehingga

Universitas Sumatera Utara

kumpulan bahan keterangan yang dikumpulkan dapat memberi pengertian dan
makna tertentu. Seperti pengambilan kesimpulan membuat estimasi dan juga
prediksi yang akan datang.

Ruang lingkup statistika meliputi statistika deduktif atau deskriptif dan
statistika induktif atau inferensial. Statistika induktif terdiri dari menghimpun,
menyusun, mengolah, menyajikan dan menganalisa data angka. Sedangkan
statistika deduktif adalah meliputi teori probability, distribusi teoritis,
distribusi sampling, penaksiran, pengujian hipotesa, korelasi, komparasi, dan
regresi. Sumber data statistik dapat dikumpulkan langsung oleh peneliti dari
pihak yang bersangkutan, disebut dengan data primer. Dan data juga dapat
juga diperoleh dari pihak lain atau data yang sudah ada disebut data sekunder.
2.3 Analisis Jalur

Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada
tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewall Wright (Joreskog dan
Sorbom, 1996; Johnson dan Wichern, 1992). Teknik analisis jalur sebenarnya
merupakan perkembangan korelasi yang diuraikan menjadi beberapa
interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut, analisis jalur
mempunyai kedekatan dengan regresi berganda. Dengan kata lain, regresi
berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur. Teknik ini juga dikenal
sebagai model sebab akibat (causing modeling). Penanaman ini didasarkan
pada alas an bahwa analisis jalur memungkinkan pengguna dapat menguji
proposisi teoritis mengenai hubungan sebab akibat tanpa memanipulasi
variabel-variabel (Sarwono, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisa hubungan sebab
akibat

yang terjadi

pada regresi berganda jika variabel bebasnya

mempengaruh variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga
secara tidak langsung (Robert D. Rutherford 1993).

2.3 Pengertian Analisis Jalur

Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan atau pendugaan
nilai Y atas dasar nilai-nilai X1, X2, ….., Xi, pola hubungan yang sesuai
adalah pola hubungan yang mengikuti model regresi, sedangkan untuk
menganalisis pola hubungan kausal antar variabel dengan tujuan untuk
mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara serempak atau
mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka
pola yang tepat adalah model analisis jalur. Analisis jalur (path analysis)
dikembangkan oleh Sewall Wright (1934). Path analysis digunakan apabila
secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab
akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung
seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya
yang merupakan variabel akibat.
Terdapat beberapa defenisi mengenai analisis jalur, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat
yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi

Universitas Sumatera Utara

variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak
langsung (Robert D. Rutherford 1993).
2. Analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda
dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan
signifikansi

(significance)

hubungan

sebab

akibat

hipotetikal

dalam

seperangkat variabel (Paul Webley, 1997).
3. Model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks
korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat yang
dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar
lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai
penyebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model
sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang
dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel
dan juga dilakukan perhitungan uji keselarasan statistik (David Garson, 2003).

Dari defenisi-defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya analisis
jalur merupakan kepanjangan dari analisis regresi berganda. Jadi, model path
analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat
variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Oleh sebab itu,
rumusan masalah penelitian dalam kerangka path analysis berkisar pada:

Universitas Sumatera Utara

a. Apakah variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) berpengaruh terhadap variabel
endogen Y
b. Berapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total
maupun simultan seperangkat variabel eksogen (X1, X2, ….., Xk) terhadap
variabel endogen

2.4 Kegunaan Analisis Jalur

Kegunaan model path analysis adalah untuk:
a. Penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti.
b. Prediksi nilai variabel terikat (Y) berdasarkan nilai variabel bebas (X), dan
prediksi dengan path analysis ini bersifat kualitatif.
c. Faktor determinan yaitu penentuan variabel bebas (X) mana yang berpengaruh
dominan terhadap variabel terikat (Y), juga dapat digunakan untuk menelusuri
mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
(Y).
d. Pengujian model, menggunakan teori trimming, baik untuk uji reliabilitas
konsep yang sudah ada ataupun uji pengembangan konsep baru.

2.5 Asumsi-asumsi Analisis Jalur

Sebelum melakukan analisis, hendaknya diperhatikan beberapa asumsi
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Pada model analisis jalur, hubungan antar variabel adalah bersifat linier,
adaptif dan bersifat normal.
2.

Hanya system aliran kausal kesatu arah artinya tidak ada arah kausalitas
yang berbalik.

3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan rasio.
4. Menggunakan sampel probability sampling yaitu teknik pengambilan
sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
5. Observed variables diukur tanpa kesalahan instrument pengukuran valid
dan reliable artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara
langsung.
6. Model yang dianalisis dispesifikasikan dengan benar berdasarkan teoriteori dan konsep-konsep yang relevan artinya model teori yang dikaji atau
diuji dibangun berdasarkan teoritis tertentu yang mampu menjelaskan
hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti.

2.6 Model Analisis Jalur

Beberapa istilah dan defenisi dalam path analysis:
1. Dalam path Analysis, kita hanya menggunakan sebuah lambung variabel,
yaitu X. Untuk membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, kita
menggunakan subscript (indeks). Contoh : X1, X2, X3, ….., Xk.
2. Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi
pengaruh

(exogenous

variable),

dan

variabel

yang

dipengaruhi

(endogenous variable).

Universitas Sumatera Utara

3. Lambang hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah
bermata satu, yang bersifat recursive atau arah hubungan yang tidak
berbalik/satu arah.
4. Diagram jalur merupakan diagram atau gambar yang mensyaratkan
hubungan terstruktur antar variabel (Harun Al Rasyid, 2005).

Ada beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan
yang lebih rumit, diantaranya diterangkan di bawah ini:
a. Analisa Jalur Model Trimming
Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model
struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen
yang koefisien jalur diuji secara keseluruhan apabila ternyata ada variabel yang
tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel yang tidak
signifikan, perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah
dihipotesiskan.

b. Analisis Jalur Model Dekomposisi
Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang bersifat
kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung ataupun tidak langsung dalam
kerangka path analysis, sedangkan hubungan yang sifatnya nonkausalitas atau
hubungan korelasional yang terjadi antar variabel eksogen tidak termasuk dalam
perhitungan ini. Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan
model dekomposisi pengaruh kausal antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga:

Universitas Sumatera Utara

1. Direct causal effects (Pengaruh Kausal Langsung) adalah pengaruh satu
variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui variabel
endogen lain.
2. Indirect causal effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung) adalah pengaruh satu
variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi melalui variabel endogen
lain terdapat dalam satu model kausalitas yang sedang dianalisis.
3. Total causal effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah dari pengaruh
kausal langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.

c. Model Regresi Berganda
Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan dua
variabel eksogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenous Y.
d. Model Mediasi
Model mediasi atau perantara dimana variabel Y memodifikasi pengaruh variabel
X terhadap variabel Z. Model digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1 Model Mediasi

e. Model Kombinasi Regresi Berganda Dan Mediasi
Model ini merupakan kombinasi antara model regresi berganda dan mediasi, yaitu
variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y . Model digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.2 Model kombinasi regresi berganda dan mediasi

f. Model Kompleks
Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara
langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung
mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.
Model digambarkan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Model Kompleks
g. Model Rekursif dan Model Non Rekursif
Dari sisi pandang arah sebab dan akibat, ada dua tipe model jalur, yaitu jalur
rekursif dan non rekursif. Model rekursif ialah jika semua anak panah menuju satu
arah.

Pada bagian berikut untuk mempermudah kita dalam memahami analisis
jalur, maka kita bisa menggunakan model-model jalur berikut:
1. Model Persamaan Satu Jalur
Model persamaan satu jalur merupakan hubungan sebenarnya sama
dengan regresi berganda, yaitu variabel bebas terdiri lebih dari satu
variabel dan variabel tergantungnya hanya satu.
2. Model Persamaan Dua Jalur
Model ini terdiri dari tiga variabel bebas dan mempunyai dua variabel
tergantung.
3. Model Persamaan Tiga jalur

Universitas Sumatera Utara

Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, salah satu variabel bebas menjadi
variabel perantara dan mempunyai dua variabel tergantung.

2.7 Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Pada saat akan melakukan analisis jalur, disarankan untuk terlebih dahulu
menggambarkan secara diagramatik struktur hubungan kausal antara variabel
penyebab dengan variabel akibat. Diagram ini disebut diagram jalur (Path
Diagram), dan bentuknya ditentukan oleh proposisi teoritik yang berasal dari
kerangka pikir tertentu.

Gambar 2.4 Diagram Jalur Yang Menyatakan Hubungan Kausal Dari X1
Sebagai Penyebab Ke X2 Sebagai Akibat
Keterangan:
X1 adalah variabel eksogenus (exogenous variable), untuk itu selanjutnya variabel
penyebab akan kita sebut sebagai variabel eksogenus. X2 adalah variabel
endogenus (endogenous variable), sebagai akibat, dan ε adalah variabel residu

Universitas Sumatera Utara

(residual variable), yang merupakan gabungan dari: (1) Variabel lain, di luar X1,
yang mungkin mempengaruhi X2 dan telah teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak
dimasukkan dalam model. (2) Variabel lain, di luar X1, yang mungkin
mempengaruhi X2 tetapi belum teridentifikasi oleh teori. (3) Kekeliruan
pengukuran (error of measurement), dan (4) Komponen yang sifatnya tidak
menentu (random component).

Langkah kerja yang dilakukan untuk menghitung koefisien jalur adalah:
1.

Gambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi
hipotetikyang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. Di sini
kita harus bisa menterjemahkan hipotesis penelitian yang kita ajukan ke
dalam diagram jalur, sehingga bisa tampak jelas variabel apa saja yang
merupakan

variabel

eksogenus

dan

apa

yang

menjadi

variabel

endogenusnya.
2. Menghitung matriks korelasi antar variabel formula untuk menghitung
koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Product Moment
Coeffisient dari Karl Pearson. Alasan penggunaan teknik koefisien korelasi
dari Karl Pearson adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari
korelasinya memiliki skala pengukuran interval.
3. Identifikasikan sub-struktur dan persamaan yang akan dihitung koefisien
jalurnya. Misalkan saja dalam sub-struktur yang telah kita identifikasi
terdapat k buah variabel eksogenus, dan sebuah (selalu hanya sebuah)
variabel endogenus Xu yang dinyatakan oleh persamaan:

Universitas Sumatera Utara

�� = �� � � 1 �1 + �� � � 2 �2 + … + �� � � � ��
Kemudian hitung matriks korelasi antar variabel eksogenus yang
menyusun substruktur tersebut.
4. Menghitung matriks invers korelasi eksogenus
5. Menghitung semua koefisien jalur �� � � � , dimana i = 1, 2, …, k
2.8 Besarnya Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel Endogen
Pengaruh yang diterima oleh sebuah variabel endogenus dari dua atau lebih
variabel eksogenus, dapat secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial), bisa berupa pengaruh langsung, bisa
juga berupa pengaruh tidak langsung, yaitu melalui variabel eksogen yang
lainnya. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus secara parsial,
dapat dilakukan dengan rumus:
1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenus terhadap variabel endogenus
= ��� �� ������
2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenus terhadap variabel
endogenus
= ����� ���� �� ������

Universitas Sumatera Utara

3. Besarnya pengaruh total variabel eksogenus terhadap variabel endogenus
adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak
langsung
= ������ ������ � + ������ ���� �� ������ �
Selanjutnya pengaruh bersama-sama (simultan) variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

�� ��(�� ,�� ,…,��)

� �� ��
� �� ��

= ������ ��� �� … ��� �� � � …
� �� ��

Dimana:
� 2 ��(� 1 ,� 2 ,…,� � ) adalah koefisien determinasi total X1, X2, … Xk terhadap Xu atau

besarnya pengaruh variabel eksogenus secara bersama-sama (gabungan) terhadap
variabel endogenus.
�� � � 1 �� � � 2 … �� � � � adalah koefisien jalur.
�� � � 1 �� � � 2 … �� � � � adalah

koefisien

variabel

eksogenus

X1,

X2,

...

Xk

denganvariabel endogenus Xu.

2.9 Pengujian Koefisien Jalur

Universitas Sumatera Utara

Menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah
dihitung, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, serta
menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenus
terhadap variabel endogenus, dapat dilakukan dengan langkah kerja berikut:
3.

Nyatakan hipotesis statistik (hipotesis operasional) yang akan diuji.
Ho :�� � � � = 0, artinya tidak terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu)
terhadap variabel endogenus (Xi).

H1 :�� � � � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh variabel eksogenus (Xu)

terhadapvariabel endogenus (Xi).
Dimana u dan i = 1, 2, …, k
4.

Gunakan statistik uji yang tepat, yaitu:
Untuk menguji setiap koefisien jalur:
�=

�����


�� � − � ��(�� ,�� ,…,��) ����
�−�−�

dimana:
i = 1, 2, …, k
k = Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang diuji
t = Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1

Kriteria pengujian:
Ditolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel thit> ttabel (n-k-1)

Universitas Sumatera Utara



Untuk menguji koefisien jalur secara keseluruhan atau bersama-sama:

�=

(� − � − �) (�� ��(�� ,�� ,…,��) )
�� � − �� ��(�� ,�� ,…,��) �

dimana:
i

= 1, 2, …, k

k

= Banyaknya variabel eksogenus dalam sub-struktur yang sedang

diuji
t

= Mengikuti tabel distribusi F snedecor, dengan derajat bebas

(degrees of freedom) k dan n – k – 1

Kriteria pengujian :
Ditolak Ho jika nilai hitung F lebih besar dari nilai tabel Fhit>Ftabel(k, n-k-1)


Untuk menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel
eksogenus terhadap variabel endogenus.

�=

����� − ��� ��


�� � − � ��(�� ,��,…,��) �(��� + ��� −���
�−�−�

Kriteria pengujian:
Ditolak Ho jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel thit>ttabel(n-k-1)
5.

Ambil kesimpulan, apakah perlu trimming atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Apabila terjadi trimming,maka perhitungan harus diulang dengan
menghilangkan jalur yang menurutpengujian tidak bermakna (no
signifikan).

Universitas Sumatera Utara