Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perawatan atraumatik merupakan bagian dalam perawatan anak yang difokuskan pada
pencegahan terhadap trauma. Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti
keadaan yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain
yang akan berdampak pada psikologis anak dan secara tidak langsung akan mengganggu
perkembangan anak. Dengan demikian perawatan atraumatik merupakan bentuk pelayanan
terapeutik yang dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak adanya
trauma dari tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan (Hidayat, 2008).
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses
tumbuh-kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka
anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan
spiritual
Suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak tinggal di rumah
sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga pemulanganya kembali ke rumah,
merupakan suatu alasan proses hospitalisasi yang harus dijalani. (Supartini, 2004)
Sebagian besar proses keperawatan membuat anak menjadi takut bahkan trauma,

walaupun tindakan tersebut bertujuan untuk mempercepat proses kesembuhan anak itu
sendiri. Perawatan atraumatik adalah bentuk perawatan terapeutik yang bukan merupakan
bentuk intervensi yang nyata terlihat tetapi berfokus pada apa, siapa, dimana, mengapa dan
bagaimana prosedur dilakukan pada anak yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam

1
Universitas Sumatera Utara

2
pelayanan asuhan keperawatan anak melalui penerapan tindakan yang bertujuan mencegah
atau mengurangi trauma fisik maupun trauma psikologis yang dirasakan anak maupun orang
tua Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya
merupakan asuhan yang teraupetik karena bertujuan sebagai terapiotik bagi anak.(Waiswana
dkk, 2012).
Saat anak di rumah sakit, anak akan mengalami masa yang sulit beradaptasi karena
tidak dapat melakukan kebiasaaannya seperti bermain dengan teman-temannya. Di karnakan
lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak.
Walaupun sudah dilakukan perawatan yang secara optimal sering kali perawatan di rumah
sakit merupakan hal yang sangat ditakuti bahkan mungkin dibenci


oleh anak-anak.

Ketakutan dan kecemasan tersebut disebabkan oleh karena hampir semua tindakan yang
dilakukan pada anak untuk menyembuhkan penyakit dan untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sering kali merupakan tindakan yang membuat trauma, menyakitkan,
mengecewakan dan bahkan menakutkan. Ketakutan tentang bagian tubuh yang disakiti dan
nyeri terjadi pada seluruh anak-anak, termasuk bayi baru lahir. Pada anak usia prasekolah
protes dengan keras dapat menjadi agresif secara fisik dan verbal (Wong, 2009)
Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir mengalami
peningkatan pesat.Presentase anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini mengalami masalah
yang lebih serius dan kompleks dibandingkan dengan hospitalisasi tahun-tahun sebelumnya
(Wong, 2009).
Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami hospitalisasi
dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, mengalami kecemasan dan stres (Kain, 2006 dalam
Apriliawati,2011).Anak-anak yang menjalani hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per
1000 anak (Sumarko, 2008). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005,
menunjukan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50% (Susenas,

Universitas Sumatera Utara


3
2005). Perawatan anak sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan
krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat anak berada di rumah sakit,
anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi asuhan yang tidak dikenal. Anak
juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan
kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2009).
Oleh karena itu perlunya peran serta perawat

dan persepsi

yang baik terhadap

perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadi trauma pada anak baik fisik
maupun psikis (Supartini 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kurniawati, (2009)
di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan menyebutkan bahwa 16 orang (64%) perawat telah
memiliki persepsi cukup baik dan 9 orang (36%) perawat yang memiliki persepsi baik.
Analisa perkompeten dapat dilihat dari persepsi perawat cukup baik (60%) berkaitan dengan
mencegah dampak dari perpisahan keluarga, persepsi perawat cukup baik (68%) berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, persepsi
perawat cukup baik (96%) dalam mencegah cedera dan mengurangi nyeri pada anak, dan

persepsi perawat cukup baik (80%) terhadap modifikasi lingkungan fisik.
Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya harus
berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang teraupeutik karna bertujuan
sebagai terapi bagi anak. Perawatan atraumatik pada anak tidak terlepas dari peran serta
orang tua, sebuah hasil penelitian

yang dilakukan oleh hanna dan sherlock (1989)

menyebutkan bahwa 90% anak menginginkan orang tua mereka menemani selama proses
perawatan dirumah sakit (Wong 2002)
Dari survey awal yang dilakukan di rumah sakit St. Elisabeth medan, bahwa jumlah
anak yang dirawat di ruangan anak ( Santa theresia) mulai bulan januari hingga Desember
2015 Sebanyak 4320 anak yang sudah pernah dirawat di rumah sakit tersebut, setiap anakanak yang dirawat di ruangan tersebut mengalami trauma terkhusus ketika melihat

Universitas Sumatera Utara

4
perawat yang memakai baju putih, anak-anak tersebut akan mengalami respon ketakukan
yang berbeda-beda, ada yang menangis ketakutan,dan ada anak yang meronta-ronta dengan
teriakan yang kuat. Terkadang didalam ketakutan


yang mereka alami

bermula dari

lingkungan yang sepi dengan tidak adanya teman sebaya, dan tindakan yang dilakukan oleh
perawat seperti tindakan menginfus, mengukur suhu, dan memeberi obat injeksi maupun
oral. Dari data tersebut maka perawat sangatlah dianjurkan berperan dalam mengatasi
atraumatik pada anak saat dirawat inap.
Melihat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi perawat
terhadap perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit St. Elisabeth Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada
anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan anak yang
berkaitan dengan persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.
1.4.2. Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan

sebagi informasi dan tambahan

pengetahuan khususnya tentang perawatan atraumatik pada anak, khususnya dalam
bidang keperawatan anak.

Universitas Sumatera Utara

5
1.4.3. Bagi penelitian keperawatan selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data tambahan untuk
pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang persepsi
perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.

Universitas Sumatera Utara