Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
2.1.1. Pengertian Persepsi
Persepsi
merupakan
pandangan
maupun
kemampuan
individu
untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati,
2005)
Persepsi merupakan suatu proses
individu untuk menyeleksi ,mengorganisir dan
menginterpretasikan terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito 2002 dalam
Sitinjak 2007),
Persepsi merupakan
suatu proses yang didahului penginderaan,yaitu dengan
diterimanya simulus oleh reseptor, diteruskan keotak atau pusat saraf yang diorganisasikan
dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis.Akhirnya individu menyadari tentang apa
yang dilihat dan didengarnya syaraf terjadinya persepsi (Winardi,2001)
2.1.2. Jenis- Jenis persepsi
Ada 2 jenis persepsi,yaitu eksternal perception,yaitu persepsi karena adanya rangsang
yang datang dari luar individu, dan selfperseption yaitu rangsangan
yang terjadi karna
adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu dalam hal ini yang menjadi objek
adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004)
2.1.3 Syarat terjadinya Persepsi
6
Universitas Sumatera Utara
7
Menurut sunaryo (2010) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut
:adanya objek yang di persepsi, adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam mengadakan
persepsi, adanya alat/ reseptor yaitu alat
untuk
menerima stimulus, saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus keotak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu :
1. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini yang mempengaruhi adalah karakteristik
individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.
2. Sasaran persepsi, yang menjadi
sasaran
persepsi
dapat berupa orang benda,
peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang
melihatnya, hal-hal lain yang ikut mempengaruhi.
2.1.5. Prinsip – prinsip keperawatan anak
Prinsip atau dasar dalam keperawatan anak sebagai pedoman dalam memahami
filosofi
keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan keperawatan
anak menurut
Hidayat(2005) adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini
mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, anak
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
b. Anak mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.
Anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai
denga usia tumbuh kembang kebutuhan tersebut
dapat meliputi kebutuhan
fisiologis,psikologis,sosial, dan spiritual.
Universitas Sumatera Utara
8
c. Berorientasi pada upaya promotif dan preventif
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
anak.
d. Berfokus pada kesejahteraan anak
Keperawatan anak merupakan disiplin
ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensip dalam
memberikan asuhan keperawatan anak.
e. Kontrak dengan anak dan keluarga
Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji,mengintervensian meningkatkan kesejahteraan hidup dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum(legal)
2.1.6. Peran perawat anak
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam satu sistem (kozier,2004). Perawat
adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(undang-undang kesehatan no 23-1992). Menurut supartini(2004) perawat adalah
salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua.Peran perawat
adalah cara untuk mengatasi aktivitas
menyelesaikan pendidikan
perasat dalam praktik. Dimana telah
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
pemerintah untuk menjalankan
oleh
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
Universitas Sumatera Utara
9
profesional sesuai dengan kode etik profesionalnya (Mubarak,2006) : beberapa peran
penting seorang perawat anak menurut Supartini(2004) yaitu :
a. Peran sebagai pelaksana keperawatan
Seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan
dari melakukan pengkajian,menyusun rencana keperawatan
keperawatan,melaksanakan
mendokumentasikan
intervensi
sampai
pada
sesuai diagnosa
mengevaluasi
dan
secara tertulis kepada rekam medik setiap selesai
melaksanakan tugas dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit.
b. Peran sebagai pendidik
Perawat memberikan pendidikan
dan pemahaman kepada individu, keluarga,
kelompok dan rumah sakit secara
perilaku seperti yang diharapkan
terorganisir dalam rangka menanamkan
untuk meningkatkan
optimal(Friedman,1998). Perawat berperan
kesehatan
sebagai pendidik
yang
baik secara
langsung dengan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun
secara tidak langsung
dengan menolong
orang tua atau anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya (Supartini, 2004)
c. Peran sebagai administrasi
Perawat kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan
melakukan pengelolahan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan
dalam pemecahan masalah,pengolahan tenaga,membuat mekanisme kontrol,kerja
sama lintas sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan masyarakat
(Fridman,1998).
d. Peran sebagai konseling
Universitas Sumatera Utara
10
Perawat kesehatan merupakan tempat bertanya oleh individu,keluarga,kelompok
masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan dan masalah keperawatan
yang di hadapi(perry dan poter,2005). Perawat sebagai pembela bagi anak atau
keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil
keputusan atau menentukan pilihan, dam menyakinkan keluarga untuk menyadari
pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara
melibatkan keluarga(Supartini,2004)
2.2. Atraumatik care
Atraumatik care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui pengunaan tindakan yang
dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun
orang tuanya. Atraumatik care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi
memberi perhatian pada apa, siapa, dimana, dan bagaimana prosedur dilakukan pada
anak dengan tujuan mencegah dan mengurangui stres fisik dan psikologis (Supartini
2004). Menurut (Wong, ,2009) Atraumatic care meliputi pendekatan psikologis berupa
menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan sampai pada intervensi fisik terkait
menyediakan ruang bagi anak tinggal bersama orang tua dalam satu ruangan (rooming
in).
2.3. Prinsip –Prinsip atraumatik care
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang dapat dilakukan harus dimiliki
oleh perawat anak antara lain :
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, kurangya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses
Universitas Sumatera Utara
11
penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila
anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang
tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak cendrung
emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak bereaksi negatif waktu
pulang ke rumah. Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran
bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan
materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga. Jika
dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari keluarga dapat dilakukan
dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika
tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap
saat
dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan m empertahankan
kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan
guru, teman sekolah dan lain – lain.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas seharihari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan
dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. Dan fokuskan intervensi
keperawatan pada
upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberi
kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan
anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
12
dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya,
distraksi, relaksasi, imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengan
cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan
apa yang akan dilakukan dan
memberikan dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih dahulu
sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan
dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.
Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan
seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena
bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak, dan bisa
mengekspresikan perasaan anak. Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada
saat dilakukan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat
menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada
anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat
prosedur yang menyakitkanPada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan
khusus
jauh
hari
sebelumnya
apabila
memungkinkan.
Misalnya,
dengan
mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan yang dilakukan oleh
individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis.
Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau individu pada
Universitas Sumatera Utara
13
mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis
terganggu.
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat
dalam proses tumbuh
akan terhambat, dengan
tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak
seperti melakukan tindakan keperawatan yang berulang-ulang (dalam pemasangan
IVFD).
5. Modifikasi lingkungan fisik.
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga
anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang
perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan
tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar
dinding berupa
gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang
berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria (Hidayat, 2005).
Ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam
merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan stressor
fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan,
kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising,
bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan
anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang sedang
Universitas Sumatera Utara
14
dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami
anak.(Wong, 2009).
2.4. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah. sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis
utama yang tampak pada anak (Supartini,2004 dalam ekokapti,2008).
2.5. Stresor pada anak yang dirawat di rumah sakit
1. Cemas karena perpisahan
Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak
periode prasekolah,khusus nya anak yangh berumur 6 sampai 30 bulan adalah cemas
karna perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita, hubungan
anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan
dengan ibu
akan
menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan
akan lingkungannya yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
perasaan tidak aman dan rasa cemas.(Nursalam dkk, 2005)
2. Kehilangan kendali.
Anak berusaha
sekuat tenaga
terlihat jelas dalam perilaku
untuk mempertahankan
mereka dalam
otonominya, hal ini
hal kemampuan
motorik,bermain,
melakukan hubungan interpersonal,melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of
daily living-ADL), dan komunikasi, anak telah mampu menunjukkan kestabilan dalam
mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan ritun seperti
diatas, akibat sakit
dan dirawat
dirumah sakit ,anak akan kehilangan kebebasan
Universitas Sumatera Utara
15
pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan
regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit anak akan bereaksi
terhadap ketergantungan dengan negatifitis terutama anak akan menjadi cepat marah
dan agresif, jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama maka anak akan
kehilangan otonominya
dan pada akhirnya akan
menarik diri dari
hubungan
interpersonal.
2.6. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit
1. Reaksi orang tua
Reaksi orang tua terhadap anaknya
yang sakit
dan dirawat
dirumah sakit
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : Tingkat keseriusan penyakit
anak, Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit, Prosedur
pengobatan, Sistem pendukung yang tersedia, Kekuatan ego individu, Kemampuan
dalam penggunaan koping, Dukungan dari keluarga, Kebudayaaan dan kepercayaan,
Komunikasi dalam keluarga.
2. Reaksi saudara sekandung (sibling)
Reaksi saudara sekandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit
adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci dan merasa bersalah.
Orang tua sering kali mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap anak
yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat.
3. Penurunan peran anggota keluarga
Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang
tua, saudara, dan anak. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit ,
akibatnya saudara-saudaranya yang lain menganggap bahwa hal tersebut tidak
adil, sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka denga anggota
keluarga yang lain atau teman sekelompok. (Nursalam dkk, 2005)
Universitas Sumatera Utara
16
2.7. Pengelompokan masalah keperawatan anak yang dirawat di rumah sakit
2.7.1 Masalah fisik
Masalah fisik yang terjadi bisa berupa perubahan tanda-tanda vital: suhu,pernafasan,
nadi dan tekanan darah gangguan terhadap kebutuhan cairan dan nutrisi, gangguan terhadap
aktifitas dan istirahat, penurunan respon imun.
2.7.2 Masalah psikis
Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adalah perasaan tidak berdaya karna
perpisahan dengan keluarga atau pengasuh, protes, apatis, penolakan, cemas serta takut
terhadap lingkungan baru(alat0alat,peraturan, dan sikap petugas kesehatan.
2.7.3Masalah sosial
Masalah sosial yang sering terjadi pada anak adalah perasaan terisolasi dan suka
menyendiri sedangkan masalah ketergantungan
bisa berupa perasaan bersalah, dan
memerlukan pertolongan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persepsi
2.1.1. Pengertian Persepsi
Persepsi
merupakan
pandangan
maupun
kemampuan
individu
untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati,
2005)
Persepsi merupakan suatu proses
individu untuk menyeleksi ,mengorganisir dan
menginterpretasikan terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito 2002 dalam
Sitinjak 2007),
Persepsi merupakan
suatu proses yang didahului penginderaan,yaitu dengan
diterimanya simulus oleh reseptor, diteruskan keotak atau pusat saraf yang diorganisasikan
dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis.Akhirnya individu menyadari tentang apa
yang dilihat dan didengarnya syaraf terjadinya persepsi (Winardi,2001)
2.1.2. Jenis- Jenis persepsi
Ada 2 jenis persepsi,yaitu eksternal perception,yaitu persepsi karena adanya rangsang
yang datang dari luar individu, dan selfperseption yaitu rangsangan
yang terjadi karna
adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu dalam hal ini yang menjadi objek
adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004)
2.1.3 Syarat terjadinya Persepsi
6
Universitas Sumatera Utara
7
Menurut sunaryo (2010) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut
:adanya objek yang di persepsi, adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam mengadakan
persepsi, adanya alat/ reseptor yaitu alat
untuk
menerima stimulus, saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus keotak, yang
kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu :
1. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini yang mempengaruhi adalah karakteristik
individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.
2. Sasaran persepsi, yang menjadi
sasaran
persepsi
dapat berupa orang benda,
peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang
melihatnya, hal-hal lain yang ikut mempengaruhi.
2.1.5. Prinsip – prinsip keperawatan anak
Prinsip atau dasar dalam keperawatan anak sebagai pedoman dalam memahami
filosofi
keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan keperawatan
anak menurut
Hidayat(2005) adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini
mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, anak
mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.
b. Anak mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.
Anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai
denga usia tumbuh kembang kebutuhan tersebut
dapat meliputi kebutuhan
fisiologis,psikologis,sosial, dan spiritual.
Universitas Sumatera Utara
8
c. Berorientasi pada upaya promotif dan preventif
Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada
anak.
d. Berfokus pada kesejahteraan anak
Keperawatan anak merupakan disiplin
ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensip dalam
memberikan asuhan keperawatan anak.
e. Kontrak dengan anak dan keluarga
Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji,mengintervensian meningkatkan kesejahteraan hidup dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum(legal)
2.1.6. Peran perawat anak
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam satu sistem (kozier,2004). Perawat
adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan
(undang-undang kesehatan no 23-1992). Menurut supartini(2004) perawat adalah
salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua.Peran perawat
adalah cara untuk mengatasi aktivitas
menyelesaikan pendidikan
perasat dalam praktik. Dimana telah
formalnya yang diakui dan diberi kewenangan
pemerintah untuk menjalankan
oleh
tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
Universitas Sumatera Utara
9
profesional sesuai dengan kode etik profesionalnya (Mubarak,2006) : beberapa peran
penting seorang perawat anak menurut Supartini(2004) yaitu :
a. Peran sebagai pelaksana keperawatan
Seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan
dari melakukan pengkajian,menyusun rencana keperawatan
keperawatan,melaksanakan
mendokumentasikan
intervensi
sampai
pada
sesuai diagnosa
mengevaluasi
dan
secara tertulis kepada rekam medik setiap selesai
melaksanakan tugas dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit.
b. Peran sebagai pendidik
Perawat memberikan pendidikan
dan pemahaman kepada individu, keluarga,
kelompok dan rumah sakit secara
perilaku seperti yang diharapkan
terorganisir dalam rangka menanamkan
untuk meningkatkan
optimal(Friedman,1998). Perawat berperan
kesehatan
sebagai pendidik
yang
baik secara
langsung dengan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun
secara tidak langsung
dengan menolong
orang tua atau anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya (Supartini, 2004)
c. Peran sebagai administrasi
Perawat kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan
melakukan pengelolahan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan
dalam pemecahan masalah,pengolahan tenaga,membuat mekanisme kontrol,kerja
sama lintas sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan masyarakat
(Fridman,1998).
d. Peran sebagai konseling
Universitas Sumatera Utara
10
Perawat kesehatan merupakan tempat bertanya oleh individu,keluarga,kelompok
masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan dan masalah keperawatan
yang di hadapi(perry dan poter,2005). Perawat sebagai pembela bagi anak atau
keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil
keputusan atau menentukan pilihan, dam menyakinkan keluarga untuk menyadari
pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara
melibatkan keluarga(Supartini,2004)
2.2. Atraumatik care
Atraumatik care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui pengunaan tindakan yang
dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun
orang tuanya. Atraumatik care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi
memberi perhatian pada apa, siapa, dimana, dan bagaimana prosedur dilakukan pada
anak dengan tujuan mencegah dan mengurangui stres fisik dan psikologis (Supartini
2004). Menurut (Wong, ,2009) Atraumatic care meliputi pendekatan psikologis berupa
menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan sampai pada intervensi fisik terkait
menyediakan ruang bagi anak tinggal bersama orang tua dalam satu ruangan (rooming
in).
2.3. Prinsip –Prinsip atraumatik care
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang dapat dilakukan harus dimiliki
oleh perawat anak antara lain :
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, kurangya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses
Universitas Sumatera Utara
11
penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila
anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang
tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak cendrung
emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak bereaksi negatif waktu
pulang ke rumah. Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran
bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan
materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga. Jika
dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari keluarga dapat dilakukan
dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara
membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika
tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap
saat
dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan m empertahankan
kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan
guru, teman sekolah dan lain – lain.
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu
dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas seharihari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan
dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. Dan fokuskan intervensi
keperawatan pada
upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberi
kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan
anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
12
dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya,
distraksi, relaksasi, imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengan
cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan
apa yang akan dilakukan dan
memberikan dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih dahulu
sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan
dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.
Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan
seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena
bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas
bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak, dan bisa
mengekspresikan perasaan anak. Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada
saat dilakukan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat
menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada
anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak.
Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat
prosedur yang menyakitkanPada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan
khusus
jauh
hari
sebelumnya
apabila
memungkinkan.
Misalnya,
dengan
mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan yang dilakukan oleh
individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis.
Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau individu pada
Universitas Sumatera Utara
13
mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis
terganggu.
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti
dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan
demikian tindakan kekerasan pada anak sangat
dalam proses tumbuh
akan terhambat, dengan
tidak dianjurkan karena akan
memperberat kondisi anak
seperti melakukan tindakan keperawatan yang berulang-ulang (dalam pemasangan
IVFD).
5. Modifikasi lingkungan fisik.
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga
anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang
perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan
tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar
dinding berupa
gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang
berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria (Hidayat, 2005).
Ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam
merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan stressor
fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan,
kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising,
bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan
anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang sedang
Universitas Sumatera Utara
14
dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami
anak.(Wong, 2009).
2.4. Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau
darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan
sampai pemulangannya kembali ke rumah. sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis
utama yang tampak pada anak (Supartini,2004 dalam ekokapti,2008).
2.5. Stresor pada anak yang dirawat di rumah sakit
1. Cemas karena perpisahan
Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak
periode prasekolah,khusus nya anak yangh berumur 6 sampai 30 bulan adalah cemas
karna perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita, hubungan
anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan
dengan ibu
akan
menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan
akan lingkungannya yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
perasaan tidak aman dan rasa cemas.(Nursalam dkk, 2005)
2. Kehilangan kendali.
Anak berusaha
sekuat tenaga
terlihat jelas dalam perilaku
untuk mempertahankan
mereka dalam
otonominya, hal ini
hal kemampuan
motorik,bermain,
melakukan hubungan interpersonal,melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of
daily living-ADL), dan komunikasi, anak telah mampu menunjukkan kestabilan dalam
mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan ritun seperti
diatas, akibat sakit
dan dirawat
dirumah sakit ,anak akan kehilangan kebebasan
Universitas Sumatera Utara
15
pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan
regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit anak akan bereaksi
terhadap ketergantungan dengan negatifitis terutama anak akan menjadi cepat marah
dan agresif, jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama maka anak akan
kehilangan otonominya
dan pada akhirnya akan
menarik diri dari
hubungan
interpersonal.
2.6. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit
1. Reaksi orang tua
Reaksi orang tua terhadap anaknya
yang sakit
dan dirawat
dirumah sakit
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : Tingkat keseriusan penyakit
anak, Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit, Prosedur
pengobatan, Sistem pendukung yang tersedia, Kekuatan ego individu, Kemampuan
dalam penggunaan koping, Dukungan dari keluarga, Kebudayaaan dan kepercayaan,
Komunikasi dalam keluarga.
2. Reaksi saudara sekandung (sibling)
Reaksi saudara sekandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit
adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci dan merasa bersalah.
Orang tua sering kali mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap anak
yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat.
3. Penurunan peran anggota keluarga
Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang
tua, saudara, dan anak. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit ,
akibatnya saudara-saudaranya yang lain menganggap bahwa hal tersebut tidak
adil, sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka denga anggota
keluarga yang lain atau teman sekelompok. (Nursalam dkk, 2005)
Universitas Sumatera Utara
16
2.7. Pengelompokan masalah keperawatan anak yang dirawat di rumah sakit
2.7.1 Masalah fisik
Masalah fisik yang terjadi bisa berupa perubahan tanda-tanda vital: suhu,pernafasan,
nadi dan tekanan darah gangguan terhadap kebutuhan cairan dan nutrisi, gangguan terhadap
aktifitas dan istirahat, penurunan respon imun.
2.7.2 Masalah psikis
Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adalah perasaan tidak berdaya karna
perpisahan dengan keluarga atau pengasuh, protes, apatis, penolakan, cemas serta takut
terhadap lingkungan baru(alat0alat,peraturan, dan sikap petugas kesehatan.
2.7.3Masalah sosial
Masalah sosial yang sering terjadi pada anak adalah perasaan terisolasi dan suka
menyendiri sedangkan masalah ketergantungan
bisa berupa perasaan bersalah, dan
memerlukan pertolongan.
Universitas Sumatera Utara