Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

(1)

2. kuesioner Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak

No

Pernyataan

Sangat

setuju Setuju

Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1

Mencegah dampak dari perpisahan keluarga Selama anak di rawat di rumah sakit, orang tua diperbolehkan untuk tinggal bersama anaknya selama 24 jam (rooming in).

2 Selama anak di rawat di rumah sakit, anggota keluarga yang lain tidak di izinkan untuk menjenguk anak.

3 Jika tidak mungkin untuk rooming in, orang tua dilarang untuk melihat anaknya yang dirawat. 4 Selama anak dirawat dirumah sakit , guru dan

teman sekolah di fasilitasi untuk bertemu dengan anak.

5 Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak

Orang tua diberi kesempatan untuk mengawasi anak bermain selama dirawat di rumah sakit. 6 Orang tua tidak diberi kesempatan untuk

mengambil keputusan dalam perawatan anak. 7 Orang tua diberi pendidikan kesehatan dalam

perawatan anak.

8 Orang tua tidak perlu diberi pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda darurat pada anak.

9

Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis) Anak dan orang tua tidak diberi penjelasan sebelum tindakan perawatan di lakukan. 10 Perawat bercerita terlebih dahulu sebelum

melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri pada anak.

11 Sikap empati di tunjukkan oleh perawat pada saat akan melakukan tidakan yang menyakitkan pada anak.

12 Orang tua tidak boleh mendampingi anaknya pada saat tindakan perawatan di lakukan. 13 Pengalihan perhatian (distraksi) kepada anak

akan memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.

14 Tindakan yang membuat anak merasa tidak nyaman

Ketika anak tidak mau minum obat atau makan, perawat tidak akan memaksakannya.

15 Ketika tindakan keperawatan pada anak tidak berhasil dilakukan seperti pengambilan sampel darah, pemangan infus dan lain-lain, perawat boleh melakukannya berulang-ulang.

16 Mengingatkan kepada anak tindakan yang dilakukan untuk mempermudah perawat dalam melakukan tindakan keperawatan.


(2)

17 Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit di lakukan untuk mempercepat penyembuhan penyakit anak.

18 Memberikan ventilasi yang cukup, perlu di lakukan selama anak dirawat di rumah sakit. 19 Membatasi pengunjung tidak perlu dilakukan

selama anak dirawat di rumah sakit.

20 Ruangan anak tidak perlu di modifikasi dengan gambar – gambar bernuansa bunga,kartun dan lain-lain

master tabel : persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik di rumah sakit santa elisabeth medan

no usia j.kelamin pendidikan terakhir lama bekerja jabatan 1

27-32 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 2

33-38 Perempuan S1 Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 3

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 4

27-32 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 5

33-38 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 6

21-26 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun CI 7

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 8

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 9

21-26 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 10

27-32 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 11

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 12

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 13

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 14

27-32 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 15

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 16


(3)

17

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 18

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 19

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 20

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 21

27-32 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 22

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 23

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 24

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 25

33-38 Perempuan D III Keperawatan 9-12 tahun Perawat Pelaksana 26

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 27

21-26 Perempuan D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana 28

21-26 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 29

21-26 Perempuan D III Keperawatan 5-8 tahun Perawat Pelaksana 30

21-26 Laki - laki D III Keperawatan 1-4 tahun Perawat Pelaksana

Frequencies

[DataSet1] D:\ Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan Atraumatik pada anak.

Frequency Table

Pernyataan 1 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 6,7 6,7 6,7

setuju 17 56,7 56,7 63,3

sangat

setuju 11 36,7 36,7 100,0


(4)

Pernyataan 2 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 3 10,0 10,0 10,0

tidak setuju 25 83,3 83,3 93,3

sangat tidak

setuju 2 6,7 6,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 3 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 3,3 3,3 3,3

setuju 5 16,7 16,7 20,0

tidak setuju 15 50,0 50,0 70,0

sangat tidak

setuju 9 30,0 30,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 4 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak

setuju 2 6,7 6,7 6,7

tidak setuju 5 16,7 16,7 23,3

setuju 21 70,0 70,0 93,3

sangat setuju 2 6,7 6,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 5 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak

setuju 1 3,3 3,3 3,3

tidak setuju 1 3,3 3,3 6,7

setuju 26 86,7 86,7 93,3

sangat setuju 2 6,7 6,7 100,0


(5)

Pernyataan 6 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 3,3 3,3 3,3

setuju 7 23,3 23,3 26,7

tidak setuju 17 56,7 56,7 83,3

sangat tidak

setuju 5 16,7 16,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 7 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak

setuju 2 6,7 6,7 6,7

setuju 16 53,3 53,3 60,0

sangat setuju 12 40,0 40,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 8 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 3,3 3,3 3,3

setuju 1 3,3 3,3 6,7

tidak setuju 10 33,3 33,3 40,0

sangat tidak

setuju 18 60,0 60,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 9 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 7 23,3 23,3 23,3

setuju 1 3,3 3,3 26,7

tidak setuju 10 33,3 33,3 60,0

sangat tidak

setuju 12 40,0 40,0 100,0


(6)

Pernyataan 10

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 20 66,7 66,7 66,7

sangat

setuju 10 33,3 33,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 11 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 6,7 6,7 6,7

setuju 25 83,3 83,3 90,0

sangat

setuju 3 10,0 10,0 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 12 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 6 20,0 20,0 20,0

tidak setuju 19 63,3 63,3 83,3

sangat tidak

setuju 5 16,7 16,7 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 13 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 1 3,3 3,3 3,3

setuju 25 83,3 83,3 86,7

sangat

setuju 4 13,3 13,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 14 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat tidak

setuju 1 3,3 3,3 3,3

tidak setuju 17 56,7 56,7 60,0

setuju 12 40,0 40,0 100,0


(7)

Pernyataan 15

Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 19 63,3 63,3 63,3

tidak setuju 10 33,3 33,3 96,7

sangat tidak

setuju 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 16 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid sangat

setuju 1 3,3 3,3 3,3

setuju 22 73,3 73,3 76,7

tidak setuju 7 23,3 23,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 17 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak setuju 2 6,7 6,7 6,7

setuju 18 60,0 60,0 66,7

sangat

setuju 10 33,3 33,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 18 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 17 56,7 56,7 56,7

sangat

setuju 13 43,3 43,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Pernyataan 19 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid setuju 5 16,7 16,7 16,7

tidak setuju 10 33,3 33,3 50,0

sangat tidak

setuju 15 50,0 50,0 100,0


(8)

Pernyataan 20 Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat setuju 1 3,3 3,3 3,3

tidak setuju 13 43,3 43,3 46,7

sangat tidak

setuju 16 53,3 53,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Total Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 53 1 3,3 3,3 3,3

55 1 3,3 3,3 6,7

56 2 6,7 6,7 13,3

57 3 10,0 10,0 23,3

58 1 3,3 3,3 26,7

59 5 16,7 16,7 43,3

60 2 6,7 6,7 50,0

61 5 16,7 16,7 66,7

63 2 6,7 6,7 73,3

64 3 10,0 10,0 83,3

65 3 10,0 10,0 93,3

66 1 3,3 3,3 96,7

67 1 3,3 3,3 100,0

Total 30 100,0 100,0

Koding Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurang

Baik 2 6,7 6,7 6,7

Cukup

Baik 28 93,3 93,3 100,0


(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin. (2006), Prosedur Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta

Ekokapti, Rinik. (2013). Pengaruh bermain dengan mewarnai terhadap penurunan skor perilaku maladaptif anak usia pra sekolah (3-5 tahun) yang mengalami hospitalisasi di rumah sakit kabupaten kediri. Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas kedokteran universitas brawijaya. Diunduh tanggal-09-07-2015 pukul 23.00 wib dari http://www.jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/27/46 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. (2009). Buku Pedoman Penulisan

proposal dan Skripsi Sarjana Keperawatan. Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Keperawatan USU, Medan.

Hidayat, (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan anak. Jakarta: salemba Medika.

(2007). Riset KeperawatandanTehnik penulisan Ilmiah. Jakarta: SelembaMedika. (

Kurniawati, Sri. (2009). Persepsi Perawat terhadap Prinsip Atraumatik pada anak di Ruangan III Rumah sakit Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2008) Buku saku praktikum keperawatan anak jakarta EGC

Notoatmodjo, S. (2010). MetodologiPenelitianKesehatan. Jakrta: Rineka Cipta.

Nursalam, (2005). MetodologiPenelitianIlmuKeperawatan: PendekatanPraktis. Edisi 3. Jakarta Selatan: Salemba Medika .

(2005). Asuhan Keperawatan bayi dan anak :Edisi I. Jakarta : Salemba Medika. Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperaatan anak. Jakarta :EGC.

Sitinjak.(2007).persepsi perawat terhadap penerapan MPKP di ruang rawat inap RSUP. H. Adam Malik Medan. Skripsi. Medan: Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Utami,Resti. (2012). Hubungan Penerapan Atraumatic Care Dengan Tingkat Kepuasan orang tua Anak Selama proses Hospitalisasi Di ruang anak RSUD Balung


(15)

Jember.Diunduh tanggal09-07-2015pukul23.00wibdari http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3208

Waiswana, I Gusti Nyoman. (2012). Hubungan penerapan perawatan atraumatik dengan tingkat kooperatif anak usia 1-3 tahun saat Dilakukan injeksi intravena selamahospitalisasi di Bangsal anggrek rsud panembahan senopati bantul. Diunduh

tanggal-07-2015 pukul 23.20 wib dari http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/viewFile/36/32

Winardi, J. (2001), motivasi dan pemotivasian dalam managemen. Jakarta : PT Raja Gravindo Persada.

Wong.D. L (2009), Pedoman Klinis keperawatan Pediatrik,EGC, Jakarta (2002), pedoman klinis keperawatan pediatrik, EGC, Jakarta


(16)

17 BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak. Perawatan atraumatik merupakan bagian dalam perawatan anak yang difokuskan pada pencegahan terhadap trauma (Hidayat, 2008). Skema 1. Kerangka konsep persepsi perawat terhadap perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit St. Elisabeth Medan.

Persepsi Perawat: • Baik • Cukup baik • Kurang baik

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 1. Uraian Variabel penelitian dan Defenisi Persepsi perawat terhadap perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit St. Elisabeth Medan.

Prinsip Perawatan Atraumatik 1. Menurunkan atau mencegah dampak dari perpisahan keluarga 2.Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan pada anak.

3.Mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak.


(17)

18 No Variable penelitian Defenisi Operasional Alat ukur Hasil Ukur skala 1 Persepsi perawat

terhadap Prinsip Atraumatik pada anak

Suatu aturan yang harus dipatuhi perawat untuk melakukan perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak yang terdiri dari 5 komopnen.

a.Mencegah dampak perpisahan keluarga b.Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak c. Mencegah atau mengurangi cedera atau nyeri

d. Tidak melakukan kekerasan pada Anak e. Modifikasi

lingkungan fisik

Kuesiner yang terdiri dari 20 pernyataan dengan pilihan jawaban: 1= Sangat Tidak Setuju

2= TidakSetuju 3= Setuju 4= Sangat Setuju

1. Baik apa bila responden memperoleh nilai :61-80 2.Cukup baik apa bila responden memperoleh nilai : 41-60 3.Kurang baik apa bila responden memperoleh nilai : 20-40


(18)

19 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat desain dekskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap perawatan atraumatik pada anak di Rumah sakit St. Elisabeth Medan.

4.2Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Menurut Arikunto (2006) Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah semua perawat yang sedang bekerja diruang anak (St.Thresia) Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan saat ini berjumlah 30 orang.

4.2.2 Sampel

Menurut Arikunto (2006), jika jumlah sampel kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang berjumlah 30 orang. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan cara total sampling dengan kriteria seluruh perawat yang bekerja dan yang pernah bekerja di Ruang anak (St.theresia)

4.3 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang terletak di Jl. Haji Misbah No.7 Medan pada bulan November sampai dengan Januari 2016.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari Fakultas Keperawatan USU, Direktur Rumah sakit St. Elisabeth Medan, Kepala Keperawatan


(19)

20 Rumah sakit St. Elisabeth Medan. Penelitian menjelaskan maksud, prosedur dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Penelitian mengakui hak-hak responden dalam menanyakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk menjadi subjek penelitian. Jika bersedia menjadi responden, maka responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent) penelitian atau responden dapat menyatakan responden secara verbal.

Peneliti melindungi subjek dari semua kerugian baik material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden peneliti tidak mencantumkan nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data, tetapi dengan memberi kode pada pada masing-masing lembar tersebut. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dibuat berdasarkan studi kepustakaan dan dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibagi menjadi 2(dua) bagian, yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.

4.5.1 Kuesioner data demografi

Bagian yang pertama adalah kuesioner data demografi yang meliputi, umur,jenis kelamin,pendidikan terakhir, lama bekerja dan jabatan.

4.5.2 Kuesioner persepsi perawat

Bagian kedua adalah kuesioner persepsi perawat tentang prinsip perawatan atraumatik pada anak yang meliputi 5 aspek, yaitu komponen perawatan atraumatik yang meliputi: (1) menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga,


(20)

21 yang terdiri dari 4 pernyataan, yaitu nomor 1 sampai nomor 4 ; (2) meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, yang terdiri dari 4 pernyataan, yaitu nomor 5 sampai nomor 8; (3) mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis), yang terdiri dari 5 pernyataan, yaitu nomor 9 sampai nomor 13; (4) tidak melakukan kekerasan fisik pada anak, yang terdiri dari 3 pernyataan, yaitu nomor 14 sampa i nomor16; (5) modifikasi lingkungan fisik, yang terdiri dari 3 pernyataan, yaitu nomor 17 sampai nomor 20. pernyataan dibuat 2 jenis, yaitu pernyataan positif yang terdiri dari nomor 1,4,5,7,10,11,13,14,17,18, dan pernyataan negatif yaitu 2,3,6,8,9,12,15,16,19 dan 20. Masing-masing pernyataan menggunakan skala likert dengan penilaian untuk pernyataan positif, jawaban Sangat Tidak Setuju=1; Tidak Setuju= 2; Setuju= 3; Sangat Setuju= 4. Sedangkan penilaian untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju=4; Tidak Setuju =3; Setuju=2; Sangat Setuju= 1.

Interpretasi hasil dari prinsip perawatan atraumatik pada anak adalah persepsi perawat baik, cukup baik,kurang baik dan tidak baik skor interpretasi didapat dari : Rumus � = Rentang (r)

Banyak kelas Ket : P = panjang kelas

r = rentang kelas (nilai maksimal – nilai minimal)

Nilai terbesar (maksimal) adalah 80 dan nilai terrendah (minimal) adalah 20, maka rentang kelas (r) adalah 60. Banyak kelas ada 3 yaitu kelas persepsi perawat baik, cukup baik, kurang baik. Maka diperoleh panjang kelas (P) adalah hasil dari pembagian 60 dengan 3 yaitu 20. Nilai terendah 20 sebagai batas bawah, nilai terbesar 80 sebagai batas atas. Jadi diperoleh kategori : 20-40 persepsi perawat kurang baik,41-60 persepsi perawat cukup baik, dan 61-80 persepsi perawat baik.


(21)

22 4.6.1 Uji validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukan pengukuran tersebut. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi, yaitu suatu keputusan tentang bagaimana instrument dengan baik mewakili karakteristik yang dikaji. Penelitian tentang validitas isi ini bersifat subjektif dan keputusan apakah instrument sudah mewakili atau tidak. Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas karena peneliti menggunakan instrumen yang sudah valid dan sudah mendapatkan izin dari peneliti sebelumnya oleh sri kurniawati tahun 2007 untuk menggunakan instrument tersebut dalam surat pernyataan ada dalam lampiran. Total nilai Content Validity Indeks (CVI ) 0,75.

4.6.2 Reliabilitas

Instrumen penelitian yang berbentuk kuesioner apabila disusun sendiri oleh peneliti harus dilakukan uji kehandalan (reliabilitas) dan instrumen yang diuji harus memiliki nilai reliabilitas diatas 0,70 (Arikunto, 2010). Uji reabilitas tidak dilakukan karena sudah diuji sebelumnya dengan nilai 0,75 sehingga insrtument dianggap realiable.

4.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui pembagian kuisioner kepada kaka perawat yang bekerja di ruangan anak rumah sakit santa elisabeth medan, pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksana penelitian dari institusi pendidikan program studi ilmu keperawatan S-1 dan surat izin dari rumah sakit santa elisabeth medan. Pada saat pengumpulan data peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan pelaksanaan penelitian kepada calon responden yang bersedia berpartisipasi


(22)

23 untuk menandatangani infrorm consent. Peneliti mengambil data dari responden yang bersedia dan memenuhi kriteria sample dengan cara membagikan kuisioner dan diberi kesempatan bertanya apa bila ada pertanyaan yang tidak dipahami oleh responden. Setelah selesai pengisian kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data dan jawaban yang diberikan oleh responden. Jika ada data yang kurang dapat langsung di lengkapi. Selanjutnya, data yang telah terkumpul dianalisa.

4.8Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah data telah terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dari editing, dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data maka akan diperbaiki dengan pendataan ulang terhadap responden. Coding pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk memperoleh atau memasukkan data ke dalam tabel. Processing, pemrosesan data atau pengolahan data pada penelitian ini dimulai dengan tabulating skor atau melakukan entry data kasar dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah memastikan kesiapan data dengan tepat. Cleaning data, dalam cleaning dilakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry pada program komputerisasi dengan maksud untuk mengevaluasi apakah masih ada kesalahan atau tidak.


(23)

24 BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Persepsi Perawat terhadap prinsip perawatan Atraumatik pada anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang telah dilaksanakan peneliti dari November sampai Januari 2016 di rumah sakit santa elisabeth medan dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.

5.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.1 diperoleh hasil dari penelitian Rumah Sakit Santa Elisabet Medan pada kategori umur 21-26 tahun 53,3%, Jenis kelamin perempuan 96,7%, pendidikan terahir D3 keperawatan 96,7%, lama bekerja 1-4 tahun 43,3% dan berdasarkan jabatan perawat pelaksana 93,4%.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2016 (n=30)

No Karakteristik Frekuensi Presentase(%) 1. Umur (tahun)

20-30 22 73,3 31-40 8 26,7 2. Jenis kelamin

Laki-laki 1 3,3 Perempuan 29 96,7 3. Pendidikan terakhir

DIII Keperawatan 29 96,7 S1 Keperawatan 1 3,3 4. Lama Bekerja

1-10 tahun 23 76,7 11-20 tahun 6 20,0 21-30 tahun 1 3,3 5. Jabatan

Kepala ruangan 1 3,3 Clinical instructor (CI) 1 3,3 Perawat Pelaksana 28 93,4


(24)

25 5.1.2 Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak (n=30).

No Pernyataan Sangat

Setuju f % Setuju f % Tidak Setuju f % Sangat Tidak Setuju f % 1. Selama anak di rawat di rumah

sakit, orang tua diperbolehkan untuk tinggal bersama anaknya selama 24 jam (rooming in).

11 (36,7) 17 (56,7) 2 (6,7) 0

2 Selama anak di rawat di rumah sakit, anggota keluarga yang lain tidak di izinkan untuk menjenguk anak.

0 3 (10,0)

25 (83,3)

2 (6,7)

3. Jika tidak mungkin untuk rooming in, orang tua dilarang untuk melihat anaknya yang dirawat. 1 (3,3) 5 (16,7) 15 (50,0) 9 (30,0)

4 Selama anak dirawat dirumah sakit , guru dan teman sekolah di fasilitasi untuk bertemu dengan anak. 2 (6,7) 21 (70,0) 5 (16,7) 2 (6,7)

5 Orang tua diberi kesempatan untuk mengawasi anak bermain selama dirawat di rumah sakit.

2 (6,7) 26 (86,7) 1 (3,3) 1 (3,3)

6 Orang tua tidak diberi

kesempatan untuk mengambil keputusan dalam perawatan anak 1 (3,3) 7 (23,4) 17 (56,7) 5 (16,7)

7 Orang tua diberi pendidikan kesehatan dalam perawatan anak.

12 (40,0)

16 (53,3)

0 2

(6,7)

8 Orang tua tidak perlu diberi pendidikan kesehatan

mengenai tanda-tanda darurat pada anak. 1 (3,3) 1 (3,3) 10 (33,3) 18 (60,0)

9 Anak dan orang tua tidak diberi penjelasan sebelum tindakan

7 (23,3) 1 (3,3) 10 (33,3) 12 (40,0)


(25)

26 perawatan di lakukan.

10 Perawat bercerita terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri pada anak.

10 (33,3)

20 (66,7)

0 0

11 Sikap empati di tunjukkan oleh perawat pada saat akan

melakukan tidakan yang menyakitkan pada anak.

0 6

(20,0)

19 (63,3)

5 (16,7)

12 Orang tua tidak boleh

mendampingi anaknya pada saat tindakan perawatan di lakukan.

0 6

(20.0)

19 (63,3)

5 (16,7) 13 Pengalihan perhatian

(distraksi) kepada anak akan memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan. 4 (13,3) 25 (83,3) 1 (3,3) 0

14 Ketika anak tidak mau minum obat atau makan, perawat tidak akan memaksakannya

0 12

(40,0)

17 (56,7)

1 (3,3) 15 Ketika tindakan keperawatan

pada anak tidak berhasil dilakukan seperti pengambilan sampel darah, pemangan infus dan lain-lain, perawat boleh melakukannya berulang-ulang.

0 19 (63,3) 10 (33,3) 1 (3,3)

16 Mengingatkan kepada anak tindakan yang dilakukan untuk mempermudah perawat dalam melakukan tindakan keperawatan. 1 (3,3) 22 (73,3) 7 (23,3) 0

17 Modifikasi lingkungan fisik rumah sakit di lakukan untuk mempercepat penyembuhan penyakit anak. 10 (33,3) 18 (60,0) 2 (6,7) 0

18 Memberikan ventilasi yang cukup, perlu di lakukan selama anak dirawat di rumah sakit.

13 (43,3)

17 (56,7)

0 0

19 Membatasi pengunjung tidak perlu dilakukan selama anak dirawat di rumah sakit.

0 5

(16,7)

10 (33,3)

15 (50,0)


(26)

27 modifikasi dengan gambar –

gambar bernuansa

bunga,kartun dan lain-lain

(3,3) (43,3) (53,3)

Berdasarkan tabel hasil persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan responden memiliki cukup baik 16 orang (53,3%). Dengan selama 1 bulan terakhir.

Tabel 5.3 Distribusi Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan pada anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 2016(n=30)

No Karakteristik Frekuensi Presentase(%) 1. Baik 14 46,7 2. Cukup 16 53,3 3. Kurang 0 0

Total 30 100

5.2. Pembahasan

Pembahasan pada penelitian ini menjelaskan tentang persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak di ruang (St.Theresia) rumah sakit santa elisabeth medan tahun 2015.

5.2.1 Karakteristik perawat

Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak :

persepsi menunjukkan bahwa perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dapat dipengaruhi oleh usianya (Kusnanto,2007). Dikarenakan semakin tinggi umur seseorang maka akan smakin memiliki daya analistis yang lebih tinggi persepsi yang dihasilkannya. Pernyataan yang sama diungkapkan oleh sofiana (2004) bahwa perawat yang berusia diatas 30 tahun memiliki daya analisis yang lebih timggi dari pada kelompok umur yang lainnya.


(27)

28 Jika dilihat dari jenis kelamin dari 30 responden terdapat 29 orang yang berjenis kelamin perempuan (96,7% )dan satu orang jenis kelamin laki-laki 1 orang (3,3%), kemungkinan hal ini terjadi karena dunia keperawatan identik dengan ibu atau wanita yang lebih di kenal dengan mother instinc. sehingga untuk mencari perawat yang yang berjenis kelamin laki-laki sangat terbatas. Ditambah lagi output perawat yang dihasilkan dari perguruan tinggi yang rata-rata juga wanita lebih banyak di bandingkan dengan laki-laki. Oleh karena wanita memiliki naluri seorang ibu, sehingga ia lebih menyayangi anak-anak walaupun bukan anaknya sendiri. Hal serupa juga diungkapkan oleh sularyo (2005) bahwa perempuan lebih menyayangi dan lebih memahami sifat anak dari pada laki-laki. Pendidikan perawat terbanyak yaitu dari DIII Keperawatan 29 orang (96,7%) dan 1 orang (3,3%) S1 keperawatan. Ini menandakan bahwa dirumah sakit santa elisabeth medan telah menyiapkan pegawainya untuk profesional dibildangnya. Mereka yang masih berpendidikan DIII keperawatan diberi kempatan untuk melanjutkan studi kejenjang pendidikan SI Keperawatan, tetapi ada juga perawat tidak mau melanjutkan studi yang lebih tinggi dikarenakan pihak rumah sakit santa elisabeth medan membuat sistem kontrak kerja yang artinya ketika perawat tersebut melanjutkan studi maka harus mengabdi minimal 10 tahun dirumah sakit santa elisabeth medan. Tingkat pendidikan seseorang perawat akan mempengaruhi persepsinya dalam melakukan tindakan keperawatan dalam hal ini perawatan pada anak Karena semakin tinggi tingkat pengetahuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.

Hal yang diungkapkan oleh Tobing (2007) bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan keperawatan terhadap kliennya. Apa bila dari pengalaman bekerja, rata-rata perawat yang mempunyai pengalaman bekerja paling lama yaitu pada rentang 1-20 tahun 23 orang (76,7%) dan paling sedikit yaitu pada rentang 21-30 tahun 1 orang (3,3%). Adanya variasi pengalaman kerja ini diharapkan para


(28)

29 perawat dapat bertukar pendapat baik ilmu maupun keterampilan antar sesama perawat. Perawat yang sudah banyak berpengalaman dapat memberikan masukan dalam hal keterampilan pada perawat yang masih baru, begitu juga dengan perawat yang masih baru, bisa saja mereka memberikan masukan terhadap para perawat yang sudah lama tentang perkembangan terkini ilmu keperawatan. Hal yang sama diutarakan oleh sujono (2005) yaitu dengan adanya saling menukar pengalaman keterampilan maupun ilmu pengetahuan terkini akan membuat perawat semakin menyukai profesinya. Pengalaman seorang perawat dalam bekerja dapat mempengaruhi persepsinya dalam melakukan tindakan keperawatan khususnya pada anak karena semakin lama pengalaman dalam bekerja maka akan semakin profesional seorang perawat dalam menjalani profesinya. Hal ini sesuai dengan pendapat rahmat(1992) bahwa pengalaman seseorang dalam bekerja dapat mempengaruhi persepsinya dalam melakukan suatu tindakan keperawatan. Jika dilihat dari jabatan perawat rata-rata adalah 28 orang (93,4%) perawat pelaksana, 1 orang (3,3%) CI dan 1 orang (3,3%) kepala ruangan ini menandakan bahwa diruang santa thresia ( ruang anak ) RS.Elisabeth Medan telah memperhatikan tingkat ketergantungan pasien anak dengan jumlah perawat yang ada diruangan tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata jumlah pasien anak perbulan sebanyak sekitar 450 pasien, jadi jumlah pasien anak rata-rata – rata perhari sekitar 15 - 20 pasien.

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 30 orang perawat yang bekerja di ruang St.Theresia RS.Elisabeth medan diperoleh perawat yang mempunyai persepsi baik sebanyak 14 orang (46,7%) dan perawat yang memiliki persepsi cukup baik sebanyak 16 orang(53,3%). Hal ini kemungkinan terjadi karena beberapa faktor pendukung yaitu dari segi umur dimana usia paling banyak 20-30 tahun (73,3 %), hal ini menunjukkan minimnya persepsi terhadap perawatan atraumatik pada anak. jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja dan jabatan pekerjaan yang bisa mempengaruhi persepsi perawat terhadap prinsip


(29)

30 perawatan atraumatik. Secara umum ini menandakan bahwa perawat mayoritas cukup baik memahami prinsip-prinsip dari perawatan atraumatik yang merupakan intervensi terpenting dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak yang bertujuan agar tidak terjadi trauma fisik dan psikis.


(30)

31 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian pada 30 responden perawat yang telah dilaksanakan mulai 11 sampai 16 januari 2016 di rumah sakit santa elisabeth medan terhadap persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak diperoleh sebanyak 53,3% memiliki cukup baik persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak. 6.2 Saran

6.2.1 Bagi institusi pendidikan

Dapat disajikan sebagai bahan kajian dan masukan serta informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan terutama dalam pembelajaran keperawatan.

6.2.2 bagi pelayanan keperawatan

Dapat dijadikan sebagai menjadi informasi tambahan dan masukan dalam pengembangan pendidikan keperawatan khususnya keperawatan anak sehingga perlu diberikan pelatihan-pelatihan secara kontiniu tentang perawatan atraumatik pada anak khusunya di rumah sakit.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terlaksananya perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit, pengaruh perawatan atraumatik terhadap penurunan angka rawatan pasien anak.


(31)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan pandangan maupun kemampuan individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan yang dialaminya (Suliswati, 2005)

Persepsi merupakan suatu proses individu untuk menyeleksi ,mengorganisir dan menginterpretasikan terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu (Walgito 2002 dalam Sitinjak 2007),

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan,yaitu dengan diterimanya simulus oleh reseptor, diteruskan keotak atau pusat saraf yang diorganisasikan dan diinterpretasikan sebagai proses psikologis.Akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan didengarnya syaraf terjadinya persepsi (Winardi,2001)

2.1.2. Jenis- Jenis persepsi

Ada 2 jenis persepsi,yaitu eksternal perception,yaitu persepsi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu, dan selfperseption yaitu rangsangan yang terjadi karna adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004)


(32)

7 Menurut sunaryo (2010) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut :adanya objek yang di persepsi, adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, adanya alat/ reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus, saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus keotak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.1.4. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Siagian (1995) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu :

1. Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini yang mempengaruhi adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan. 2. Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang benda,

peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya, hal-hal lain yang ikut mempengaruhi.

2.1.5. Prinsip – prinsip keperawatan anak

Prinsip atau dasar dalam keperawatan anak sebagai pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Prinsip dalam asuhan keperawatan anak menurut Hidayat(2005) adalah :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja, anak mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses kematangan.

b. Anak mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan.

Anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai denga usia tumbuh kembang kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis,psikologis,sosial, dan spiritual.


(33)

8 c. Berorientasi pada upaya promotif dan preventif

Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak.

d. Berfokus pada kesejahteraan anak

Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensip dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

e. Kontrak dengan anak dan keluarga

Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah, mengkaji,mengintervensian meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum(legal)

2.1.6. Peran perawat anak

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam satu sistem (kozier,2004). Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (undang-undang kesehatan no 23-1992). Menurut supartini(2004) perawat adalah salah satu tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua.Peran perawat adalah cara untuk mengatasi aktivitas perasat dalam praktik. Dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara


(34)

9 profesional sesuai dengan kode etik profesionalnya (Mubarak,2006) : beberapa peran penting seorang perawat anak menurut Supartini(2004) yaitu :

a. Peran sebagai pelaksana keperawatan

Seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan perawat dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan dari melakukan pengkajian,menyusun rencana keperawatan sesuai diagnosa keperawatan,melaksanakan intervensi sampai pada mengevaluasi dan mendokumentasikan secara tertulis kepada rekam medik setiap selesai melaksanakan tugas dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit.

b. Peran sebagai pendidik

Perawat memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok dan rumah sakit secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku seperti yang diharapkan untuk meningkatkan kesehatan yang optimal(Friedman,1998). Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya (Supartini, 2004)

c. Peran sebagai administrasi

Perawat kesehatan diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan dengan melakukan pengelolahan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan dalam pemecahan masalah,pengolahan tenaga,membuat mekanisme kontrol,kerja sama lintas sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan masyarakat (Fridman,1998).


(35)

10 Perawat kesehatan merupakan tempat bertanya oleh individu,keluarga,kelompok masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan dan masalah keperawatan yang di hadapi(perry dan poter,2005). Perawat sebagai pembela bagi anak atau keluarganya pada saat mereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil keputusan atau menentukan pilihan, dam menyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang tersedia, pengobatan dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga(Supartini,2004)

2.2. Atraumatik care

Atraumatik care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui pengunaan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatik care bukan satu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberi perhatian pada apa, siapa, dimana, dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengan tujuan mencegah dan mengurangui stres fisik dan psikologis (Supartini 2004). Menurut (Wong, ,2009) Atraumatic care meliputi pendekatan psikologis berupa menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan sampai pada intervensi fisik terkait menyediakan ruang bagi anak tinggal bersama orang tua dalam satu ruangan (rooming in).

2.3. Prinsip –Prinsip atraumatik care

Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang dapat dilakukan harus dimiliki oleh perawat anak antara lain :

1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.

Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangya kasih sayang, gangguan ini akan menghambat proses


(36)

11 penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat di rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya, maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak bereaksi negatif waktu pulang ke rumah. Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga. Jika dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk penyembuhan sangat berkurang. Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari keluarga dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan m empertahankan kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi pertemuan dengan guru, teman sekolah dan lain – lain.

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.

Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari- hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak. Dan fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua.

3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi


(37)

12 dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya, distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang tua. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.

Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan keuntungan seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga dan perawat karena bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara perawat dan klien, aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak, dan bisa mengekspresikan perasaan anak. Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai pendamping anak. Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkanPada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan. Misalnya, dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan dan lain-lain.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan psikis. Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau individu pada


(38)

13 mereka yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis terganggu.

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak

seperti melakukan tindakan keperawatan yang berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD).

5. Modifikasi lingkungan fisik.

Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding berupa gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga yang pegangannya berwarna ceria (Hidayat, 2005).

Ada 3 prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu diantaranya adalah mencegah atau meminimalkan stressor fisik dan psikis yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan, ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang sedang


(39)

14 dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi sakit yang dialami anak.(Wong, 2009).

2.4. Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi, dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak (Supartini,2004 dalam ekokapti,2008).

2.5. Stresor pada anak yang dirawat di rumah sakit 1. Cemas karena perpisahan

Sebagian besar stres yang terjadi pada bayi di usia pertengahan sampai anak periode prasekolah,khusus nya anak yangh berumur 6 sampai 30 bulan adalah cemas karna perpisahan. Balita belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai dan memiliki pengertian yang terbatas terhadap realita, hubungan anak dengan ibu adalah sangat dekat, akibatnya perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan lingkungannya yang dikenal olehnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.(Nursalam dkk, 2005)

2. Kehilangan kendali.

Anak berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan otonominya, hal ini terlihat jelas dalam perilaku mereka dalam hal kemampuan motorik,bermain, melakukan hubungan interpersonal,melakukan aktivitas hidup sehari-hari (activity of daily living-ADL), dan komunikasi, anak telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengendalikan dirinya dengan cara mempertahankan kegiatan-kegiatan ritun seperti diatas, akibat sakit dan dirawat dirumah sakit ,anak akan kehilangan kebebasan


(40)

15 pandangan egosentris dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit anak akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negatifitis terutama anak akan menjadi cepat marah dan agresif, jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama maka anak akan kehilangan otonominya dan pada akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

2.6. Reaksi keluarga terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit 1. Reaksi orang tua

Reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : Tingkat keseriusan penyakit anak, Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit, Prosedur pengobatan, Sistem pendukung yang tersedia, Kekuatan ego individu, Kemampuan dalam penggunaan koping, Dukungan dari keluarga, Kebudayaaan dan kepercayaan, Komunikasi dalam keluarga.

2. Reaksi saudara sekandung (sibling)

Reaksi saudara sekandung terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah kesepian, ketakutan, khawatir, marah, cemburu, benci dan merasa bersalah. Orang tua sering kali mencurahkan perhatian yang lebih besar terhadap anak yang sakit dibandingkan dengan anak yang sehat.

3. Penurunan peran anggota keluarga

Dampak dari perpisahan terhadap peran keluarga adalah kehilangan peran orang tua, saudara, dan anak. Perhatian orang tua hanya tertuju pada anak yang sakit , akibatnya saudara-saudaranya yang lain menganggap bahwa hal tersebut tidak adil, sakit akan membuat anak kehilangan kebersamaan mereka denga anggota keluarga yang lain atau teman sekelompok. (Nursalam dkk, 2005)


(41)

16 2.7. Pengelompokan masalah keperawatan anak yang dirawat di rumah sakit

2.7.1 Masalah fisik

Masalah fisik yang terjadi bisa berupa perubahan tanda-tanda vital: suhu,pernafasan, nadi dan tekanan darah gangguan terhadap kebutuhan cairan dan nutrisi, gangguan terhadap aktifitas dan istirahat, penurunan respon imun.

2.7.2 Masalah psikis

Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adalah perasaan tidak berdaya karna perpisahan dengan keluarga atau pengasuh, protes, apatis, penolakan, cemas serta takut terhadap lingkungan baru(alat0alat,peraturan, dan sikap petugas kesehatan.

2.7.3Masalah sosial

Masalah sosial yang sering terjadi pada anak adalah perasaan terisolasi dan suka menyendiri sedangkan masalah ketergantungan bisa berupa perasaan bersalah, dan memerlukan pertolongan.


(42)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perawatan atraumatik merupakan bagian dalam perawatan anak yang difokuskan pada pencegahan terhadap trauma. Beberapa kasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti keadaan yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain yang akan berdampak pada psikologis anak dan secara tidak langsung akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian perawatan atraumatik merupakan bentuk pelayanan terapeutik yang dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti memperhatikan dampak adanya trauma dari tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan (Hidayat, 2008).

Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh-kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa, apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka anak akan mampu beradaptasi dan kesehatanya terjaga, sedangkan bila anak sakit maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual

Suatu keadaan dimana anak mengalami sakit dan mengharuskan anak tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi dan perawatan hingga pemulanganya kembali ke rumah, merupakan suatu alasan proses hospitalisasi yang harus dijalani. (Supartini, 2004)

Sebagian besar proses keperawatan membuat anak menjadi takut bahkan trauma, walaupun tindakan tersebut bertujuan untuk mempercepat proses kesembuhan anak itu sendiri. Perawatan atraumatik adalah bentuk perawatan terapeutik yang bukan merupakan bentuk intervensi yang nyata terlihat tetapi berfokus pada apa, siapa, dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam


(43)

2 pelayanan asuhan keperawatan anak melalui penerapan tindakan yang bertujuan mencegah atau mengurangi trauma fisik maupun trauma psikologis yang dirasakan anak maupun orang tua Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarganya merupakan asuhan yang teraupetik karena bertujuan sebagai terapiotik bagi anak.(Waiswana dkk, 2012).

Saat anak di rumah sakit, anak akan mengalami masa yang sulit beradaptasi karena tidak dapat melakukan kebiasaaannya seperti bermain dengan teman-temannya. Di karnakan lingkungan rumah sakit itu sendiri merupakan penyebab stres dan kecemasan pada anak. Walaupun sudah dilakukan perawatan yang secara optimal sering kali perawatan di rumah sakit merupakan hal yang sangat ditakuti bahkan mungkin dibenci oleh anak-anak. Ketakutan dan kecemasan tersebut disebabkan oleh karena hampir semua tindakan yang dilakukan pada anak untuk menyembuhkan penyakit dan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sering kali merupakan tindakan yang membuat trauma, menyakitkan, mengecewakan dan bahkan menakutkan. Ketakutan tentang bagian tubuh yang disakiti dan nyeri terjadi pada seluruh anak-anak, termasuk bayi baru lahir. Pada anak usia prasekolah protes dengan keras dapat menjadi agresif secara fisik dan verbal (Wong, 2009)

Anak-anak yang dirawat di rumah sakit dalam dua dekade terakhir mengalami peningkatan pesat.Presentase anak-anak yang dirawat di rumah sakit ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan dengan hospitalisasi tahun-tahun sebelumnya (Wong, 2009).

Anak-anak di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta mengalami hospitalisasi dan lebih dari 50% dari jumlah tersebut, mengalami kecemasan dan stres (Kain, 2006 dalam Apriliawati,2011).Anak-anak yang menjalani hospitalisasi di Indonesia diperkirakan 35 per 1000 anak (Sumarko, 2008). Data Susenas di Indonesia tahun 2001 hingga tahun 2005, menunjukan persentase angka kesakitan anak (Morbidity Rate) sebanyak 15,50% (Susenas,


(44)

3 2005). Perawatan anak sakit selama dirawat di rumah sakit atau hospitalisasi menimbulkan krisis dan kecemasan tersendiri bagi anak dan keluarganya. Saat anak berada di rumah sakit, anak harus menghadapi lingkungan yang asing dan pemberi asuhan yang tidak dikenal. Anak juga sering kali berhadapan dengan prosedur yang menimbulkan nyeri, kehilangan kemandirian, dan berbagai hal yang tidak diketahui (Wong, 2009).

Oleh karena itu perlunya peran serta perawat dan persepsi yang baik terhadap perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadi trauma pada anak baik fisik maupun psikis (Supartini 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh kurniawati, (2009) di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan menyebutkan bahwa 16 orang (64%) perawat telah memiliki persepsi cukup baik dan 9 orang (36%) perawat yang memiliki persepsi baik. Analisa perkompeten dapat dilihat dari persepsi perawat cukup baik (60%) berkaitan dengan mencegah dampak dari perpisahan keluarga, persepsi perawat cukup baik (68%) berkaitan dengan meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, persepsi perawat cukup baik (96%) dalam mencegah cedera dan mengurangi nyeri pada anak, dan persepsi perawat cukup baik (80%) terhadap modifikasi lingkungan fisik.

Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang teraupeutik karna bertujuan sebagai terapi bagi anak. Perawatan atraumatik pada anak tidak terlepas dari peran serta orang tua, sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh hanna dan sherlock (1989) menyebutkan bahwa 90% anak menginginkan orang tua mereka menemani selama proses perawatan dirumah sakit (Wong 2002)

Dari survey awal yang dilakukan di rumah sakit St. Elisabeth medan, bahwa jumlah anak yang dirawat di ruangan anak ( Santa theresia) mulai bulan januari hingga Desember 2015 Sebanyak 4320 anak yang sudah pernah dirawat di rumah sakit tersebut, setiap anak-anak yang dirawat di ruangan tersebut mengalami trauma terkhusus ketika melihat


(45)

4 perawat yang memakai baju putih, anak-anak tersebut akan mengalami respon ketakukan yang berbeda-beda, ada yang menangis ketakutan,dan ada anak yang meronta-ronta dengan teriakan yang kuat. Terkadang didalam ketakutan yang mereka alami bermula dari lingkungan yang sepi dengan tidak adanya teman sebaya, dan tindakan yang dilakukan oleh perawat seperti tindakan menginfus, mengukur suhu, dan memeberi obat injeksi maupun oral. Dari data tersebut maka perawat sangatlah dianjurkan berperan dalam mengatasi atraumatik pada anak saat dirawat inap.

Melihat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti persepsi perawat terhadap perawatan atraumatik pada anak di rumah sakit St. Elisabeth Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya keperawatan anak yang berkaitan dengan persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak. 1.4.2.Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini di harapkan dapat digunakan sebagi informasi dan tambahan pengetahuan khususnya tentang perawatan atraumatik pada anak, khususnya dalam


(46)

5 1.4.3.Bagi penelitian keperawatan selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data tambahan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dalam lingkup yang sama tentang persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.


(47)

(48)

Judul : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik Pada Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Nama Mahasiswa : Rikardo Sinaga

Nim : 141121032

Program :Sarjana Keperawatan(S.Kep) Tahun Akademik : 2016

ABSTRAK

Perawatan atraumatik adalah perawatan teraupeutik yang diberikan kepada anak sebagai intervensi terpenting dalam perawatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal ketika berada di rumah sakit. Apabila seorang perawat memiliki persepsi yang baik, maka perawat juga akan bersikap dan berperilaku baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip perawatan atraumatik meliputi 5 komponen yaitu mencegah dampak dari perpisahan keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah terjadinya trauma dan mengurangi nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawat terhadap 5 prinsip perawatan atraumatik di rumah sakit santa elisabeth medan.Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang dengan teknik total sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak mayoritas cukup baik 16 orang (53,3%). Untuk itu diharapkan kepada perawat agar lebih memahami prinsip perawatan atraumatik dan dapat menerapkannya sebagai intervensi terpenting dalam melakukan perawatan anak di rumah sakit dan dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.


(49)

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK PADA ANAK DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Rikardo Sinaga Nim : 141121032

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(50)

(51)

(52)

Judul : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik Pada Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Nama Mahasiswa : Rikardo Sinaga

Nim : 141121032

Program :Sarjana Keperawatan(S.Kep) Tahun Akademik : 2016

ABSTRAK

Perawatan atraumatik adalah perawatan teraupeutik yang diberikan kepada anak sebagai intervensi terpenting dalam perawatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal ketika berada di rumah sakit. Apabila seorang perawat memiliki persepsi yang baik, maka perawat juga akan bersikap dan berperilaku baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip perawatan atraumatik meliputi 5 komponen yaitu mencegah dampak dari perpisahan keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah terjadinya trauma dan mengurangi nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawat terhadap 5 prinsip perawatan atraumatik di rumah sakit santa elisabeth medan.Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang dengan teknik total sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak mayoritas cukup baik 16 orang (53,3%). Untuk itu diharapkan kepada perawat agar lebih memahami prinsip perawatan atraumatik dan dapat menerapkannya sebagai intervensi terpenting dalam melakukan perawatan anak di rumah sakit dan dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.


(53)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi Perawat terhadap prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisn skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari bergabai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,SKp.,MNS sebagai pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.`

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberi masukan yang sangat berharga dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp,.MARS selaku penguji I yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

5. Ibu Nurbaiti,S.Kep,Ns,.M.Biomed selaku penguji II yang juga meluangkan waktuya untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.


(54)

6. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep,Ns,.M.Kep Selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberi bimbingan, masukan dan arahan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. dr. Maria Cristina Abiwiyanti, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang memberikan izin kepada penulis dalam melakukan praktek dan mengambil kasus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

8. Kepala Ruangan, Clinical Instructur (CI) dan staf pegawai Perawat serta Karyawan/i Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang sudah memberikan izin kepada penulis untuk memberikan data awal dan memberikan izin untuk melanjutkan penelitian di Rs.Santa Elisabeth Medan .

9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis (K.Sinaga dan K. Hutabalian) paling penulis cintai dan sebagai motivator terbesarku yang telah banyak memberi dukungan baik spiritual, moral, maupun material, serta (Linda Sinaga Spd, H.Tondang S.E, Gidion Sinaga, Artina Simanjuntak Spd, Rumanti Sinaga, Amoz Sinaga, dan Evlin Sinaga) yang banyak mendukung dan memberi perhatian dalam menyelesaikan pendidikan di fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10. Semua pihak yang turut mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini yang belum penulis sebutkan satu-persatu.

Demikianlah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri dan para pembaca.

Medan, Februari 2016

Rikardo Sinaga Nim 141121032


(55)

Daftar Isi

Halaman

Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan ... 5

1.4.2 Bagi Pendidikan ... 5

1.4.3 Penelitian Keperawatan Selanjutnya... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Persepsi ... 7

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.1.2 Jenis-Jenis Persepsi ... 8

2.1.3 Syarat terjadinya persepsi ... 8

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 8

2.1.5 Prinsip-Prinsip Keperawatan anak ... 9

2.1.6 Peran Perawat Anak ... 10

2.2 Atraumatik Care ... 12

2.2.1 Defenisi Atraumatik Care ... 12

2.3 Prinsip-Prinsip Atraumatik Care ... 13

2.4 Hospitalisasi ... 17

2.5 Stresor Pada anak yang di Rawat di Rumah Sakit ... 17

2.6 Reaksi Keluarga terhadap anak yang Sakit dan di rawat di Rumah Sakit ... 18

2.7 Pengelompokan masalah keperawatan anak yang di rawat di Rumah Sakit ... 19

2.7.1 Masalah fisik ... 19

2.7.2Masalah psikis ... 19

2.7.3Masalah sosial ... 20

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 21

3.1 Kerangka Penelitian ... 21

3.2 Defenisi Operasional ... 22


(56)

4.2 Populasi dan Sampel ... 23

4.2.1 Populasi ... 23

4.2.1 Sampel ... 23

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 23

4.4 Pertimbangan Etik ... 24

4.5 Instrumen Penelitian ... 24

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ... 25

4.5.2 Kuesioner Persepsi Perawat ... 25

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

4.6.1 Pengukuran Validitas ... 26

4.6.2 Pengukuran Reliabilitas ... 27

4.7 Rencana Pengumpulan Data ... 27

4.8 Analisa Data ... 28

BAB 5 Hasil Dan Pembahasan ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.2. Pembahasan... 33

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran... 37

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. saran ... 37

Daftar Pustaka ... viii Lampiran-Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Kuesioner Penelitian

4. Lembar Konsul Bimbingan Skripsi 5. Daftar Riwayat Hidup

6. Surat Persetujuan komisi etik penelitian kesehatan fakultas Keperawatan.

7. Surat izin pernyataan menggunakan instrument

8. Surat balasan permohonan izin penelitian dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

9. surat balasan selesai melakukan penelitian dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan


(1)

(2)

Judul : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatam Atraumatik Pada Anak Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Nama Mahasiswa : Rikardo Sinaga

Nim : 141121032

Program :Sarjana Keperawatan(S.Kep)

Tahun Akademik : 2016

ABSTRAK

Perawatan atraumatik adalah perawatan teraupeutik yang diberikan kepada anak sebagai intervensi terpenting dalam perawatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal ketika berada di rumah sakit. Apabila seorang perawat memiliki persepsi yang baik, maka perawat juga akan bersikap dan berperilaku baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip perawatan atraumatik meliputi 5 komponen yaitu mencegah dampak dari perpisahan keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah terjadinya trauma dan mengurangi nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawat terhadap 5 prinsip perawatan atraumatik di rumah sakit santa elisabeth medan.Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 30 orang dengan teknik total sampling.Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak mayoritas cukup baik 16 orang (53,3%). Untuk itu diharapkan kepada perawat agar lebih memahami prinsip perawatan atraumatik dan dapat menerapkannya sebagai intervensi terpenting dalam melakukan perawatan anak di rumah sakit dan dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Persepsi Perawat terhadap prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisn skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Dalam penyelesaian Skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari bergabai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap,SKp.,MNS sebagai pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.`

3. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep,.Ns,.M.Kep selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu untuk membimbing dan memberi masukan yang sangat berharga dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp,.MARS selaku penguji I yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

5. Ibu Nurbaiti,S.Kep,Ns,.M.Biomed selaku penguji II yang juga meluangkan waktuya untuk memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.


(4)

6. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep,Ns,.M.Kep Selaku dosen pembimbing Akademik yang telah memberi bimbingan, masukan dan arahan yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

7. dr. Maria Cristina Abiwiyanti, MARS selaku Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang memberikan izin kepada penulis dalam melakukan praktek dan mengambil kasus di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

8. Kepala Ruangan, Clinical Instructur (CI) dan staf pegawai Perawat serta Karyawan/i Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang sudah memberikan izin kepada penulis untuk memberikan data awal dan memberikan izin untuk melanjutkan penelitian di Rs.Santa Elisabeth Medan .

9. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis (K.Sinaga dan K. Hutabalian) paling penulis cintai dan sebagai motivator terbesarku yang telah banyak memberi dukungan baik spiritual, moral, maupun material, serta (Linda Sinaga Spd, H.Tondang S.E, Gidion Sinaga, Artina Simanjuntak Spd, Rumanti Sinaga, Amoz Sinaga, dan Evlin Sinaga) yang banyak mendukung dan memberi perhatian dalam menyelesaikan pendidikan di fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10. Semua pihak yang turut mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini yang belum penulis sebutkan satu-persatu.

Demikianlah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri dan para pembaca.

Medan, Februari 2016


(5)

Daftar Isi

Halaman

Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan ... 5

1.4.2 Bagi Pendidikan ... 5

1.4.3 Penelitian Keperawatan Selanjutnya... 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Persepsi ... 7

2.1.1 Pengertian Persepsi ... 7

2.1.2 Jenis-Jenis Persepsi ... 8

2.1.3 Syarat terjadinya persepsi ... 8

2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 8

2.1.5 Prinsip-Prinsip Keperawatan anak ... 9

2.1.6 Peran Perawat Anak ... 10

2.2 Atraumatik Care ... 12

2.2.1 Defenisi Atraumatik Care ... 12

2.3 Prinsip-Prinsip Atraumatik Care ... 13

2.4 Hospitalisasi ... 17

2.5 Stresor Pada anak yang di Rawat di Rumah Sakit ... 17

2.6 Reaksi Keluarga terhadap anak yang Sakit dan di rawat di Rumah Sakit ... 18

2.7 Pengelompokan masalah keperawatan anak yang di rawat di Rumah Sakit ... 19

2.7.1 Masalah fisik ... 19

2.7.2Masalah psikis ... 19

2.7.3Masalah sosial ... 20

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 21

3.1 Kerangka Penelitian ... 21

3.2 Defenisi Operasional ... 22

Bab 4. Metodoloogi Penelitian ... 23


(6)

4.2 Populasi dan Sampel ... 23

4.2.1 Populasi ... 23

4.2.1 Sampel ... 23

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 23

4.4 Pertimbangan Etik ... 24

4.5 Instrumen Penelitian ... 24

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ... 25

4.5.2 Kuesioner Persepsi Perawat ... 25

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 26

4.6.1 Pengukuran Validitas ... 26

4.6.2 Pengukuran Reliabilitas ... 27

4.7 Rencana Pengumpulan Data ... 27

4.8 Analisa Data ... 28

BAB 5 Hasil Dan Pembahasan ... 29

5.1. Hasil Penelitian ... 29

5.2. Pembahasan... 33

BAB 6 Kesimpulan Dan Saran... 37

6.1. Kesimpulan ... 37

6.2. saran ... 37

Daftar Pustaka ... viii Lampiran-Lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Kuesioner Penelitian

4. Lembar Konsul Bimbingan Skripsi 5. Daftar Riwayat Hidup

6. Surat Persetujuan komisi etik penelitian kesehatan fakultas Keperawatan.

7. Surat izin pernyataan menggunakan instrument

8. Surat balasan permohonan izin penelitian dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

9. surat balasan selesai melakukan penelitian dari Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan