Substitusi Dedak Padi dengan Daging Buah Kakao Fermentasi dalam Ransum Pellet Terhadap Kuantitas Karkas Kelinci Rex Jantan Lepas Sapih

TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci
Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut ;
Ordo : Lagomorpha, Famili : Leporidae, Sub famili : Leporine, Genus : Lepus,
Orictolagus., Spesies : Lepus spp., Orictolagus spp. Jenis yang umum diternakkan
adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot,
Flemish Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black, Rex
Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah
bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi. Jenis New Zealand White
dan Californian sangat baik untuk produksi daging, sedangkan Angora baik untuk
bulu (Priyatna, 2011).
Daging kelinci memiliki kadar gizi yang tinggi yaitu protein sebesar
20,8% dan lemak yang rendah sebesar 10,2%, dibandingkan ternak lain seperti
sapi memiliki protein lebih rendah sebesar 16,3% dan lemak tinggi sebesar 22%
seperti yang tertera dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya
Jenis Ternak
Kelinci
Ayam
Anak sapi
Kalkun

Sapi
Domba
Babi

Protein (%)
20,8
20,0
18,8
20,1
16,3
15,7
11,9

Lemak (%)
10,2
11,0
14,0
28,0
22,0
27,7

40,0

Kadar Air (%)
67,9
76,6
66,0
58,3
55,0
55,8
42,0

Kalori (%)
7,3
7,5
8,4
10,9
13,3
13,1
18,9


Sumber : Sarwono (2001)

Dari data Statistik Peternakan Sumatera Utara (2011), terdapat
perkembangan populasi ternak kelinci di beberapa kabupaten/ kota di Sumatera
Utara. Kabupaten Karo merupakan daerah yang memiliki populasi ternak kelinci

Universitas Sumatera Utara

paling banyak diikuti beberapa daerah berikutnya seperti Simalungun, Labuhan
Batu Utara, Batubara, Langkat dan kabupaten lainnya seperti yang tertera pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perkembangan populasi ternak kelinci per kabupaten/kota di Sumatera
Utara (ekor)
No

Kabupaten/kota

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Tapanuli Selatan
Simalungun
Karo
Langkat
Nias Selatan
Batubara
Labuhan Batu Utara
Sibolga
Tanjung Balai

Pematang Siantar
Medan
Binjai
Padang Sidempuan
Jumlah

2007
0
0
17.314
0
0
288
0
0
0
0
326
426
0

18.354

2008
0
0
28.924
0
0
353
0
0
84
0
0
0
0
29.361

Tahun
2009

2010
2011
171
205
210
3.353
3.588
3.664
30.565
11.769
12.019
0
986
1.007
0
658
672
355
1.253
1.280

0
1.392
1.422
0
426
435
30
0
0
125
266
272
0
0
0
1.160
0
0
0
83

85
35.759
20.626
21.063

Sumber : Data Statistik Peternakan Sumatera Utara (2011)

Kelinci Rex
Berdasarkan sejarahnya, kelinci Rex pertama kali dikembangkan di
Perancis. Pada tahun 1929, Amerika Serikat turut mengembangkan kelinci ini.
Pada awalnya, kelinci Rex dikembangkan sebagai kelinci hias. Namun, lamakelamaan dimanfaatkan sebagai kelinci penghasil kulit bulu (fur). Kelinci Rex
memiliki bulu pendek yang halus dan tebal sehingga industri kulit Hongkong dan
Kanada mulai melirik potensi ini. Bentuk badan Rex bulat memanjang seperti
kapsul, terlihat gempal, dan memiliki tulang yang kuat. Telinganya yang panjang
memiliki ciri tegak ke atas. Umumnya, bobot tubuh Rex dewasa berkisar antara
2,7-3,6 kg. Rex memiliki warna dan corak yang beragam. Beberapa warna dan
corak Rex yang sering ditemui diantaranya putih polos (White Rex), hitam (Black

Universitas Sumatera Utara


Rex), biru (Blue Rex), ungu merah muda (Lilac Rex), cokelat emas (Nutria Rex),
merah kuning keemasan (Orange Rex), cokelat keemasan (Cinamon Rex), cokelat
kehitaman (Havana Rex), totol hitam (Dalmation Rex), kombinasi hitam oranye
(Harlequin Rex), kucing siam (Siamese Sable Rex) dan papillon (English Spot
atau Dominan Spot) (Masanto dan Agus, 2010).

Gambar 1. Kelinci Rex dengan warna kombinasi hitam oranye

Tabel 3. Produksi dan reproduksi kelinci Rex
Produksi dan reproduksi kelinci Rex
Lama penyapihan
Umur dewasa kelamin
Umur dewasa tubuh
Lama bunting
Lama produksi
Bobot dewasa

Data
6 – 8 minggu
2 bulan

4 bulan
29 – 32 hari
1-3 tahun
2,7 – 3,6 kg

Sumber: Kartadisastra (1994)

Pakan Ternak Kelinci
Untuk memaksimalkan pertumbuhan dan kerja sistem tubuh kelinci, pakan
yang diberikan harus memiliki kandungan gizi yang baik dan seimbang. Hal
tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara pemberian pakan yang
bervariasi. Pakan yang diberikan untuk kelinci sedikitnya mengandung unsur gizi
seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, serat kasar, kadar garam, mineral dan
air. Pemberian air yang cukup juga dapat membantu memperbaiki sistem

Universitas Sumatera Utara

metabolisme tubuh kelinci. Karena itu sebaiknya pemberian air minum bagi
kelinci jangan sampai telat atau kehabisan (Masanto dan Agus, 2010).
Protein dalam ransum ternak mempunyai peranan penting diantaranya
untuk pembentukan jaringan tubuh, misalnya urat-urat, daging dan kulit. Selain
itu, protein juga berfungsi memproduksi air susu, pertumbuhan badan dan
pertumbuhan bulu. Oleh sebab itu, protein sangat dibutuhkan hewan muda yang
sedang dalam pertumbuhan dan induk yang sedang menyusui. Kekurangan protein
pada ternak kelinci dan hewan lainnya dapat menghambat pertumbuhan sehingga
ternak tumbuhnya tidak normal (Rukmana, 2011).
Kebutuhan pakan yang seimbang harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi
kelinci. dalam beternak kelinci pedaging, hal ini perlu diperhatikan agar kelinci
dapat mencapai bobot maksimal pada waktu yang telah ditentukan. Karena itu,
peternak harus mengetahui kebutuhan gizi masing-masing kelinci. Karena
kebutuhan gizi kelinci berbeda-beda sesuai dengan umur dan kondisi kelinci. pada
Tabel 4 perbandingan kebutuhan gizi pakan pada beberapa fase hidup kelinci.
Tabel 4. Kebutuhan gizi kelinci
Periode
Bunting
Menyusui
Dewasa
Muda

Protein
15 – 17
24 – 26
12 – 15
16 – 18

Kebutuhan gizi (%)
Lemak
3–6
3–6
2–4
3–6

Serat kasar
12 – 16
12 – 16
16 – 22
12 – 16

Sumber : Muslih et al., (2005)

Selain kebutuhan gizi, kelinci pedaging juga harus terpenuhi kebutuhan
bahan keringnya. Jumlah pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan
kelinci sesuai umur dan bobotnya. Jumlah pakan yang kurang menyebabkan
kenaikan bobot tubuh kelinci akan lambat. Sementara itu, jumlah pakan yang

Universitas Sumatera Utara

berlebihan hanya menyebabkan pemberian pakan tidak efesien dan menambah
biaya produksi (Muslih et al.,2005).
Tabel 5. Kebutuhan bahan kering kelinci
Periode

Bobot (kg)

Bahan kering (%)

Muda
Dewasa
Bunting
Menyusui

1,8 – 3,2
2,3 – 6,8
2,3 – 6,8
4,5

6,2 – 5,4
4,0 – 3,0
5,0 – 3,7
11,5

Kebutuhan bahan kering
(g/ekor/hari)
112 – 173
92 – 204
115 – 251
520

Sumber : NRC (1977)

Teknologi Pengolahan Pakan Berbentuk Pellet
Pellet merupakan jenis pakan berbentuk padat yang terdiri atas campuran
dari berbagai jenis bahan pakan. Beberapa komponen penyusun pellet khusus
kelinci ini diantaranya ampas tahu, bekatul, jagung, biji-bijian atau kacangkacangan dan pakan hijauan. Karena kandungan gizinya yang cukup lengkap,
pellet dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi kelinci. Penggunaan
pakan pellet juga lebih praktis dan dapat membuat kandang tetap terjaga
kebersihannya. Pasalnya, pakan tidak akan banyak berceceran dan kering. Bagi
peternak kelinci yang berminat membeli pakan pellet dapat mencarinya di
beberapa peternakan kelinci yang memproduksi pellet. Namun, untuk menghemat
biaya, pellet bisa juga dibuat atau diolah sendiri (Priyatna, 2011).
Untuk membuat pakan bentuk crumble atau pellet dari pakan bentuk
tepung maka harus dilakukan proses lebih lanjut. Selain itu juga perlu dilakukan
pengujian kepadatan atau kerekatannya jika mau dibuat pakan bentuk pellet.
Caranya, ambil pakan yang berbentuk secukupnya lalu dijemur. Setelah kering,
kalau pellet yang dihasilkan keras dan tidak mudah pecah berarti baik. Namun jika
pellet kurang keras dan mudah pecah maka dapat diberikan tambahan perekat

Universitas Sumatera Utara

sintesis (white pellard) atau tepung tapioka. Penambahan bahan tersebut bertujuan
untuk membantu tingkat kekerasan pellet seperti yang diinginkan (Rasidi, 2002).
Berikut tabel bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun pellet kelinci
beserta kandungan nutrisinya :
Tabel 6. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun pellet
No
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama Bahan
Dedak padi
Daging Pod
Kakao
Fermentasi
T. Jagung
B. Kedelai
B. Kelapa
Ultra Mineral
M. Nabati
Molases

Sumber :

PK
EM
SK
LK
Ca
P
(%)
(kkal/mg)
(%)
(%)
(%)
(%)
12*
1650*
13*
12*
0,12* 0,21*
12,38** 1768*** 30,19** 4,18** 0
0

8,6*
45*
18,58*
0
0
0,65*

3370*
2240*
2212*
3370*
8600*
2330*

2*
6*
15*
0
0
0,38*

3,9*
0,9*
1,8*
0
100*
0,08*

0,01*
0,32*
0,18*
50*
0
1*

0,1*
0,29*
0,56*
25*
0
01*

* Parakkasi (1999)
** Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2013)
*** Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2013)

Perbedaan bentuk fisik ransum juga sangat mempengaruhi bobot potong
dan bobot karkas kelinci. Hal ini terlihat pada hasil penelitian Syahril (2013),
dimana bobot potong dan bobot karkas kelinci yang diberi pakan bentuk pellet
memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan kelinci yang diberi pakan bentuk
mash.

Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari hasil pemisahan beras
dengan kulit gabah melalui proses penggilingan dan pengayakan padi
(Parakkasi, 1995). Dedak mengandung paling tidak 65% dari zat gizi mikro
penting yang terdapat pada beras dan komponen tanaman bermanfaat yang disebut
fitokimia, berbagai vitamin (thiamin, niacin, vitamin B-6), mineral (besi, fosfor,

Universitas Sumatera Utara

magnesium, potassium), asam amino, asam lemak esensial, dan antioksidan.
Kandungan kaya gizi itu, membuat dedak menjadi bahan pangan fungsional yang
penting, yang mengurangi risiko terjangkitnya penyakit dan meningkatkan status
kesehatan tubuh. Dedak juga merupakan bahan bersifat hipoalergenik dan sumber
serat makan (dietary fiber) yang baik (Hariyadi, 2003).
Sebagai bahan pakan asal nabati, dedak mempunyai kandungan nutrinya
juga cukup baik, dimana kandungan protein dedak halus sebesar 12%, kandungan
lemak kasar 12%, serat kasar 13%, kalsium 0,1%, phospor 1,3% dan TDN 64%
(Hartadi et al,. 1997).

Pod Kakao dan Potensi Kakao di Indonesia
Kulit buah coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji coklat
dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras. Kulit buah memiliki 10 alur dengan
ketebalan 1–2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit
buah, tetapi saat masak biji akan terlepas dari kulit buah. Buah yang masak akan
berbunyi bila digoncang (http://coklat-chocolate.blogspot.com/2008/03/kulitbuah-kakaopulp-buah.html, 2013).
Kulit buah cokelat atau pod kakao dapat dimanfaatkan sebagai campuran
bahan makanan ternak. Kulit buah cokelat jika dibenamkan ke dalam tanah akan
meningkatkan jumlah hara tersedia. Di samping itu, kulit buah cokelat juga dapat
digunakan sebagai sumber gas bio dan bahan pembuatan pektin. Tabel 7
menunjukkan persentase bagian-bagian di dalam cokelat.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Persentase bagian-bagian di dalam cokelat
Kadar (%)

Komponen

Segar
68,5
2,5
29,0

Kulit
Plasenta
Biji

Kering
47,2
2,0
50,8

Sumber : Siregar et al. (2009)

Kulit luar

kakao

Daging buah
Biji kakao

Pod kakao

Gambar 2. Bagian-bagian di dalam cokelat

Hasil ikutan pertanian pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah
karena berserat kasar yang tinggi dan dapat mengandung anti nutrisi. Pod kakao
mengandung lignin dan theobromin yang sangat tinggi. Selain mengandung
serat kasar yang tinggi sekitar 40,03% dan protein yang rendah sebesar 9,71%
(Laconi, 1998), pod kakao mengandung selulosa 36,23%, hemiselulosa 1,14% dan
lignin 20–27,95% (Amiroenas, 1990). Lignin yang berikatan dengan selulosa
tidak bisa dimanfaatkan oleh ternak. Upaya peningkatan kualitas dan nilai gizi
pakan serat hasil ikutan pertanian yang berkualitas rendah merupakan upaya
strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan.
Perbedaan kandungan nutrisi antara pod kakao tanpa fermentasi dan pod
kakao difermentasi, daging buah kakao tanpa fermentasi dan daging buah kakao
fermentasi Rhizopus sp, Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Perbedaan kandungan nutrisi antara pod kakao fermentasi dan daging
pod kakao fermentasi
Bahan pakan
Pod kakao
Pod kakao fermentasi
Daging buah kakao direndam
Daging buah kakao direndam + direbus
Daging buah kakao direndam + difermentasi
Daging buah kakao direndam + direbus +
difermentasi

Kandungan
PK (%) LK (%)
6,16*
1,89*
10,46*
1,06*
8,20**
3,08**
8,42**
4,09**
10,32** 2,82**
12,38** 4,18**

SK (%)
33,90*
36,34*
34,26**
34,04**
32,09**
30,19**

Sumber : *Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong (2011)
**Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak (2013)

Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan
anaerob (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerob tetapi terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefenisikan
fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerob dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. Gula adalah bahan yang umum dihasilkan dalam fermentasi.
Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat dan hidrogen.
Beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari fermentasi seperti asam
butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan dalam
fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman berakohol
lainnya. Respirasi anaerob dalam otot mamalia selama kerja yang keras (yang
tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk
fermentasi yang menghasilkan asam laktat sebagai produk sampingannya.
Akumulasi asam laktat inilah yang berperan dalam menyebabkan rasa kelelahan
pada otot (http://id.wikipedia.org/wiki/fermentasi, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Inokulen Cair
Inokulan cair adalah kumpulan mikroorganisme dalam bentuk cair.
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah 10 liter air sumur, 1,5 liter air tebu,
60 gr ragi tape, 60 gr ragi tempe, 2 sendok makan yogurt. Cara pembuatannya
adalah semuanya dimasukkan ke galon ukuran 20 liter, lubangnya ditutup dengan
kantong plastik ukuran 1 kg dan dibiarkan 3 hari. Inokulan cair menghasilkan gas
yang dapat membuat plastik itu menjadi menggelembung dan dari situ kita dapat
mengetahui apakah inokulan cair itu dapat digunakan atau tidak. Inokulan cair
yang dapat digunakan hanya inokulan yang menghasilkan gas yang dapat
membuat plastik menjadi menggelembung apabila plastik tidak menggelembung
maka inokulan cair itu tidak dapat digunakan (Ginting, 2009).
Tujuan tahapan ini adalah untuk membiakkan mikroorganisme yang
berdasarkan hasil penelitian Koji Takakura akan mampu mendegrasi sampah
organik yang berasal dari dapur rumah tangga. Mikroorganisme dasar adalah
Saccharomyses sp yang berasal dari ragi tape, Rhizopus sp dari ragi tempe dan
Lactobacillus sp yang berasal dari yoghurt. Mikroorganisme ini mempunyai sifatsifat sebagai berikut : 1) sifat amilolitik, mikroorganisme yaitu Saccharomyces sp
akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat
menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam
amino, 2) sifat proteolitik, mikroorganisme yaitu Rhizopus sp akan mengeluarkan
enzim proease yang akan merombak protein menjadi polipeptida, lalu menjadi
peptida sederhana, dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air, 3) sifat
lipolitik, mikroorganisme yaitu Lactobacillus sp akan menghasilkan enzim lipase
yang berperan dalam perombakan lemak (Ginting, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Mikroorganisme Fermentasi
Rhizopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum Zygomycota
ordo Mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang
membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat. Ciri lainnya adalah memiliki
hifa coenositik, sehingga tidak bersepta atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp
yang juga disebut stolon menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa
vegetatif. Rhizopus sp bereproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak
sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh ke arah atas dan
mengandung ratusan spora. Sporangiofor ini biasanya dipisahkan dari hifa lainnya
oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu contoh spesiesnya adalah Rhizopus
stonolifer yang biasanya tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Opson, 2006).
Kapang golongan Rhizopus sp sangat berperan penting dalam proses
fermentasi tempe dan memiliki kemampuan dalam menghasilkan enzim
β-glukosidae. Selama proses fermentasi kedelai berlangsung menjadi tempe,
isoflavon glukosidase dikonversi menjadi isoflavon aglikon oleh enzim
β-glukosidae yang disekresikan oleh mikroorganisme. Isoflavon mempunyai
potensi yang lebih aktif sebagai antioksidan, antihemolisis, antibakteri, anti jamur
dan anti kanker, bila dibandingkan dengan senyawa asalnya yaitu isoflavon
glukosida. Perubahan tersebut diantaranya disebabkan oleh aktivitas enzim βglukosidae. Enzim ini selain terdapat didalam kedelai juga diproduksi oleh
mikroorganisme selama proses fermentasi berlangsung dan mampu memecah
komponen glukosia menjadi aglikon dan gugus gula (Ewan et al., 1992).

Universitas Sumatera Utara

Saccharomyces sp
Saccharomyces sp merupakan genus ragi/khamir/yeast yang memiliki
kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces sp
merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berklorofil, termasuk kelompok
Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oC dan pH 4,8. Beberapa kelebihan
Saccharomyces sp dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat
berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu
yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi. Beberapa
spesies Saccharomyces sp mampu memproduksi ethanol hingga 13,01%. Hasil ini
lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida sp dan Trochosporon sp.
Pertumbuhan Saccharomyces sp dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi
yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan
urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk
fermentasi antara 28-30o C. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini
diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisidae, Saccharomyces boullardii dan
Saccharomyces uvarum (http://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces, 2013).
Menurut Lay dan Hastowo (1992), khamir mempunyai peranan penting
dalam pembuatan industri makanan. Banyak kegiatan khamir dalam makanan
yang dikehendaki untuk dimanfaatkan dalam pembuatan bir, anggur, roti, produk
makanan terfementasi dan sebagai sumber potensial dari protein sel tunggal untuk
fortifikasi makanan ternak. Seperti galur atau strain Saccharomyces sp yang
hingga saat ini paling banyak digunakan untuk keperluan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Lactobacillus sp
Lactobacillus sp adalah genus bakteri gram-positif, anaerobik fakultatif
atau mikroaerofilik. Genus bakteri ini membentuk sebagian besar dari kelompok
bakteri asam laktat, dinamakan demikian karena kebanyakan anggotanya dapat
mengubah laktosa dan gula lainnya menjadi asam laktat. Kebanyakan dari bakteri
ini umum dan tidak bahaya bagi kesehatan. Banyak spesies dari Lactobacillus sp
memiliki kemampuan membusukkan materi tanaman sangat baik. Produksi asam
laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan
beberapa bakteri merugikan. Beberapa anggota genus ini telah memiliki genom
sendiri. Beberapa spesies Lactobacillus sp sering digunakan untuk industri
pembuatan yoghurt, keju, acar, bir, anggur (minuman), cuka, kimchi, cokelat dan
makanan hasil fermentasi lainnya, termasuk juga pakan hewan, seperti silase.
Laktobasili, terutama L. casei dan L. brevis, adalah dua dari sekian banyak
organisme yang membusukkan bir. Cara kerja spesies ini adalah dengan
menurunkan pH bahan fermentasinya dengan membentuk asam

laktat

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus, 2013).

Bobot potong
Bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum
dipotong/disembelih. Semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka
semakin tinggi pula bobot potong. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan
bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi
persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh
yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh
(Muryanto dan Prawirodigdo, 1993).

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini beberapa langkah menyembelih kelinci yang baik dan benar.
Puasakan kelinci (stoving) selama 6-10 jam sebelum dipotong untuk
mengosongkan saluran pencernaan (usus). Namun demikian, air minum tetap
diberikan. Sembelih kelinci dengan cara yang benar dimana penyembelihan
dilakukan dengan memotong urat leher (vena jugularis) hingga benar-benar
terpotong menggunakan pisau yang tajam. Dalam penyembelihan, kepala tidak
sampai terputus dari tubuh. Tunggu sampai kelinci benar-benar mati, ditandai
dengan kelinci sudah tidak bergerak/ tidak bernapas lagi dan darahnya keluar
sempurna. Selain halal, metode penyembelihan ini juga akan menghasilkan daging
yang bagus untuk konsumsi manusia dan kulitnya bisa dimanfaatkan untuk bahan
berbagai produk. Pemotongan ini bisa dilakukan oleh satu atau orang, tergantung
keahlian dari pemotong. Jika dilakukan oleh dua orang maka seorang memegang
ternak pada bagian kuping dengan kepala diarahkan ke belakang serta memegang
kaki. Sementara seseorang lagi melakukan penyembelihan. Jika penyembelihan
hanya dilakukan oleh satu orang, caranya adalah dengan menjepit tubuh kelinci
diantara dua paha. Tangan kiri memegang kepala kelinci dan tangan kanan
menyembelih. Gantung kelinci yang telah disembelih dengan cara mengikat kedua
kaki belakang. Lakukan pengulitan mulai dari kaki belakang kearah kepala
dengan hati-hati agar kulit yang juga bernilai ekonomis tinggi tidak rusak atau
tersayat-sayat sehingga akan merugikan. Sayat kulit perut dari pusar menuju ekor.
Kemudian, keluarkan jeroan, seperti usus, jantung dan paru-paru. Hal yang perlu
diperhatikan adalah kantung kemih jangan sampai pecah karena dapat
mempengaruhi kualitas karkas (Masanto dan Agus, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Bobot Karkas dan Persentase Bobot Karkas
Karkas pada ternak kelinci diperoleh dari hasil penimbangan dari daging
bersama tulang kelinci yang telah dipisahkan dari kepala sampai batas pangkal
leher dan dari kaki sampai batas pergelangan kaki, isi rongga perut, darah, ekor
dan kulit. Besarnya bobot karkas tergantung besarnya kelinci yang akan dipotong
selain itu kondisi kelinci juga sangat berpengaruh diantaranya yang memiliki
bentuk badan bulat, berbadan lebar padat dan singset menunjukkan keadaan fisik
yang prima dan bertenaga kuat mencerminkan kandungan dagingnya yang banyak
dan merupakan penghasil daging yang baik (Sarwono, 2001).

Gambar 3. Bagian-bagian karkas kelinci

Menurut pembagiannya, karkas ternak kelinci dapat dipotong sesuai
dengan porsinya masing-masing menjadi delapan potongan daging, yaitu : dua
potong kaki depan (dengan melepaskan pergelangan kaki dan pangkal paha depan
pada skapula), dua potong kaki belakang (dipotong pada sendi antara tulang
lumbal terakhir dengan tulang sakral pertama), dua potong bagian dada sampai
leher (dipotong pada pangkal leher dan dipisahkan dari pinggang dengan
membuat pototngan antara tulang rusuk terakhir), dan dua potong bagian
pinggang (dipotong dari tulang rusuk terakhir hingga pada potongan pangkal paha
belakang) (Kartadisastra, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kartadisastra (1997), karkas pada ternak kelinci adalah bagian
yang sudah dipisahkan dari kepala, jari-jari kaki, kulit, ekor dan jeroan. Besarnya
bobot karkas tergantung pada besar kecilnya tubuh kelinci, penanganan kelinci,
jenis kelinci, sistem pemeliharaan, kualitas bibit, macam dan kualitas pakan, serta
kesehatan ternak. Berat karkas yang baik berkisar antara 50% sampai 55% dari
berat badan hidupnya.
Persentase bobot karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan
bobot hidup yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong
sebenarnya, karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan
organ dalam yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase
karkas dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti
dengan peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas
juga dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin (Soeparno, 1994).

Universitas Sumatera Utara