Substitusi Dedak Padi dengan Daging Buah Kakao Fermentasi dalam Ransum Pellet Terhadap Kuantitas Karkas Kelinci Rex Jantan Lepas Sapih

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daging merupakan salah satu kebutuhan dasar pangan masyarakat. Pada
umumnya

konsumsi

daging

masyarakat

Indonesia

terutama

golongan

berpenghasilan rendah yang merupakan bagian terbanyak, yaitu 60% dari total
jumlah penduduk Indonesia 253 juta (Statistik, 2012), masih sedikit dan jauh dari
pemenuhan kebutuhan gizi. Karena itu usaha penyediaan daging yang cukup
memadai dan terjangkau oleh seluruh masyarakat sangat penting. Untuk

menunjang usaha perbaikan gizi rakyat, perlu kiranya lebih dianekaragamkan
penyediaan jenis-jenis ternak potong. Dan salah satu ternak kecil yang patut
dipertimbangkan adalah kelinci.
Seekor kelinci bisa menghasilkan daging 50-55% setiap kilogram bobot
badan. Daging kelinci mengandung lemak dan kolesterol jauh lebih rendah
dibanding dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi,
tetapi kandungan proteinnya lebih tinggi.
Beternak kelinci bertujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis dari
usaha tersebut dengan pemilihan pakan yang sesuai. Jenis pakan yang dipakai
tidak bersaing dengan manusia atau industri bidang peternakan seperti ayam.
Pendayagunaan pakan yang tidak berasal dari bahan makanan manusia
diutamakan dalam peternakan kelinci.
Bahan baku yang umum digunakan sebagai bahan ransum mengalami
peningkatan harga, misalnya dedak padi, kebutuhan yang terus meningkat
menyebabkan harganya juga ikut mengalami kenaikan. Memperhatikan nilai
ekonomi dedak padi, maka perlu dilakukan inovasi untuk mencari pengganti

Universitas Sumatera Utara

dedak padi dengan bahan baku pakan yang lain. Sebagai bahan pengganti dedak,

bahan tersebut harus memiliki nilai nutrisi yang sama dengan dedak padi. Selain
itu, bahan tersebut harus memenuhi kriteria sebagai bahan pakan, jumlahnya dan
ketersediaannya harus terjamin sepanjang tahun, tidak membahayakan bagi
ternak, merupakan komoditas yang tidak bersaing dengan manusia.
Salah satu pakan yang tidak bersaing dengan manusia atau industri adalah
pod kakao (Theobroma cacao L,.). Pod kakao adalah kulit buah kakao yang
merupakan hasil samping dari pengolahan pasca panen kakao yang umumnya
belum dimanfaatkan. Pod kakao tidak dianjurkan sebagai bahan baku pakan
ternak karena berserat kasar tinggi dan mengandung anti nutrisi. Upaya
meningkatkan nilai gizi bahan pakan hasil ikutan perkebunan yang berkualitas
rendah merupakan upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan, yaitu
dengan fermentasi. Pada umumnya, pod kakao yang dijadikan pakan ternak
langsung difermentasi tanpa ada perlakuan terlebih dahulu misalnya pengulitan.
Pada penelitian Ashadi (1988) tepung pod kakao setelah ditambah dengan air akan
terlihat adanya lendir atau gum, lendir yang ada pod kakao ini akan berpengaruh
pada kerja enzim saat hidrolisis, untuk menghilangkan lendir dilakukan proses
degumming, yakni pencucian tepung pod kakao dengan Ca(OH)2. Melihat hal ini
peneliti ingin mencoba dengan pengulitan dan pengerendaman menggunakan
tawas yang diharapkan dapat mengurangi lendir sehingga kerja bakteri saat
fermentasi bisa optimal.

Sumatera Utara merupakan sentra perkebunan, termasuk perkebunan
kakao yang sangat luas, hasil samping berupa kulit buah kakao juga melimpah.
Kulit buah kakao belum banyak dimanfaatkan, sehingga potensinya sangat besar

Universitas Sumatera Utara

sebagai bahan pakan ternak. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Substitusi Dedak Padi dengan Daging Buah
Kakao Fermentasi dalam Ransum Pellet terhadap Kuantitas Karkas Kelinci Rex
Jantan Lepas Sapih”.

Tujuan Penelitian
Melihat hasil dari subtitusi dedak padi dengan daging buah kakao
fermentasi dalam ransum pellet terhadap bobot potong, persentase bobot potong,
bobot karkas dan persentase bobot karkas kelinci Rex jantan lepas sapih.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi kalangan
akademis, peneliti dan masyarakat tentang pemanfaatan substitusi dedak padi
dengan daging buah kakao fermentasi.


Hipotesis Penelitian
Penggunaan daging buah kakao yang difermentasi Rhizopus sp,
Saccharomyces sp dan Lactobacillus sp dapat menggantikan penggunaan dedak
padi dalam ransum pellet kelinci Rex.

Universitas Sumatera Utara