Profil Pelayanan Swamedikasi Penyakit Lambung di Apotek Pada Lima Kecamatan di Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan merupakan hal yang penting bagi kehidupan masyarakat. Namun
keluhan kesehatan ringan seperti pusing, demam, dan maag sering kali dialami
banyak orang (Ditjen POM RI., 2014).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian mengalami perubahan yang semula hanya berfokus pada pengolahan
obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care)dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun
dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi
untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring
penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (Menkes RI., 2014).
Sarana pelayanan kefarmasian dimasyarakat salah satunya adalah apotek.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik

kefarmasian oleh apoteker. Dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, apoteker
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari Sarjana Farmasi,

1
Universitas Sumatera Utara

AhliMadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker (Menkes RI., 2014).
Standar pelayanan farmasi sangat diperlukan dalam menjalankan suatu
apotek sebab jika apotek tidak menggunakan standar pelayanan farmasi dalam
menjalankan apotek maka tidak akan tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat. Pelayanan farmasi adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien/masyarakat (Hartini dan Sulasmono, 2006).
Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan pola hidup masyarakat
yang cenderung kurang memperhatikan kesehatan, maka berkembangnya penyakit
di masyarakat tidak terhindarkan lagi. Di negara berkembang banyak penyakit
yang diobati secara swamedikasi, karena umumnya biaya pelayanan kesehatan
relatif mahal sehingga menyebabkan swamedikasi menjadi pilihan untuk menjaga
kesehatan. Bentuk swamedikasi yang bertanggungjawab adalah penggunaan obat

bebas secara tepat berdasarkan inisiatifpribadi pasien dengan bantuan tenaga
kesehatan ahli (Dewi, 2014).
Swamedikasi atau pengobatan sendiri menurutMenkes RI., (1993) adalah
upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa konsultasi dengan dokter
terlebih dahulu. Menurut Hasil Survei Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
dicatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 66% orang sakit di Indonesia
yang melakukan swamedikasi, sisanya berobat ke dokter sebesar 34% (BPS,
2009), sedangkan menurut Riskedas (2013) sebanyak 35,2% rumah tangga
menyimpan obat untuk swamedikasi, terdapat obat keras, obat bebas, antibiotika,
dan obat tradisional (Dewi, 2014).

2
Universitas Sumatera Utara

Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah mengenai
pentingnya menjaga kesehatan lambung, baik bagi remaja maupun orang dewasa.
Gangguan lambung dapat menggangu keoptimalan proses pencernaan dalam
tubuh manusia.Lambung adalah ruang berbentuk kantung yang mirip huruf J yang
terletak antara esophagus dan usus halus (Anggita, 2012).
Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan

(pembengkakan) dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan
infeksi. Bahaya penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak
fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung
hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa
keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak ditemui akibat dari gastritis
fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus (Rahma, 2012).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), Indonesia
menempati urutan keempat dengan jumlah penderita gastritis terbanyak setelah
negara Amerika, Inggris dan Bangladesh yaitu berjumlah 430 juta penderita
gastritis. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk
setiap tahunnya (Kemenkes RI., 2008), sedangkan menurut Crook dan
Christopher (1979) menunjukkan bahwa sakit atau keluhan yang sering diatasi
dengan pengobatan sendiri adalah demam 94%, sakit kepala 83%, gangguan
pencernaan 81%, dan saluran pernapasan 78%.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Profil Pelayanan Swamedikasi Penyakit Lambung Di Apotek PadaLima
Kecamatan Di Kota Medan”. Penelitian serupa belum pernah dilakukan
sebelumnya di kota Medan, dengan begitu penelitian ini diharapkan dapat

3

Universitas Sumatera Utara

memberikan gambaran mengenai kondisi swamedikasi pada masyarakat yang
mempunyai penyakit lambung di kota Medan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
a. apakah petugas apotek melakukan patient assessmentterhadap pasien
swamedikasi penyakitlambung?
b. apakah petugas apotek memberikan rekomendasi terhadap pasien swamedikasi
penyakit lambung?
c. apakah petugas apotek memberikan informasi terkait obat dan terapi non
farmakologi terhadap pasien swamedikasi penyakit lambung?
1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
a. petugas apotek melakukan patient assessment terhadap pasien swamedikasi
penyakit lambung.
b. petugas apotek memberikan rekomendasi berupa obat terhadap pasien
swamedikasi penyakit lambung.
c. petugas apotek memberikan informasi terkait obat dan non farmakologi

terhadap pasien swamedikasi penyakit lambung.
1.4 Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian ini adalah:
a. untuk mengetahui patient assessment yang dilakukan oleh petugas apotek
terhadap pasien swamedikasi penyakit lambung

4
Universitas Sumatera Utara

b. untuk mengetahui rekomendasi yang diberikan oleh petugas apotek terhadap
pasien swamedikasi penyakit lambung
c. untuk mengetahui informasi terkait obat dan terapi non farmakologi yang
diberikan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi penyakit lambung.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. memberikan masukan kepada apoteker agar bisa meningkatkan kualitas
pelayanan

kefarmasian


di

apotek,

khususnya

pelayanan

kefarmasian

swamedikasi.
b. hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan
referensi untuk dilakukannya penelitian yang lebih lanjut terutama dalam
pelayanan kefarmasian swamedikasi.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Pada penelitian ini subjek yang digunakan adalah apotek yang berada di
lima kecamatan kota Medan. Pada penelitian ini variabel pengamatan
yangdigunakan adalah profil pelayanan kefarmasian yang terdiri dari patient
assessment, rekomendasi, dan informasi obat serta informasi non farmakologi.


5
Universitas Sumatera Utara

Variabel pengamatan

Parameter

Patient assesment
1.
2.
3.
4.

Siapa yang sakit lambung?
Berapa usia yang sakit lambung?
Apa gejala yang dialami pasien?
Berapa lama pasien lambung
mengalami sakit?
5. Apa tindakan yang sudah diperbuat

selama mengalami gejala lambung?
6. Apa obat-obat lain sedang digunakan?

Profil Pelayanan
Kefarmasian

Rekomendasi
1. Apakah berupa rujukan ke dokter?
2. Apakah berupa reomendasi obat?

Informasi obat:
1. Indikasi
2. Kontraindikasi
3. Efek samping
4. Cara pemakaian
5. Dosis
6. Waktu pemakaian
7. Lama pemakaian
8. Perhatian
9. Cara penyimpanan

10. Cara perlakuan sisa obat
11. Identifikasi obat yang rusak
Informasi non farmakologi
1. Makanan dan minuman
2. Pola hidup

Gambar 1.1 Skema kerangka pikir penelitian

6
Universitas Sumatera Utara