Profil Pelayanan Swamedikasi Penyakit Lambung di Apotek Pada Lima Kecamatan di Kota Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Apotek
Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail (eceran) yang komoditasnya
terdiri dari perbekalan farmasi, mencakup obat dan bahan-bahan obat, termasuk
pula perbekalan alat kesehatan lainnya. Apotek di dirikan bertujuan untuk
memberikan kesempatan bagi apoteker untuk memberi pelayanan kefarmasian
(Zeenot, 2013). Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktik kefarmasian oleh apoteker.Dalam menjalani pekerjaan kefarmasian di
apotek, apoteker dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari Sarjana
Farmasi, AhliMadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker (Menkes RI., 2014).
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian mengalami perubahan yang semula hanya berfokus pada pengolahan
obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan yang komprehensif
(pharmaceutical care)dalam pengertian tidak saja sebagai pengelola obat namun
dalam pengertian yang lebih luas mencakup pelaksanaan pemberian informasi
untuk mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring
penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir, serta kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan (Menkes RI., 2014).
Salah satu unsur yang menjadi nilai tambah pada pelayanan kefarmasian
kepada pasien atau masyarakat pada umumnya adalah dimana pasien akan merasa

7
Universitas Sumatera Utara

lebih diperhatikan dalam penyembuhan penyakitnya daripada hanya sekedar
membeli obat yang diresepkan oleh dokter, sehingga kualitas hidup pasien dapat
meningkat baik itu dari sisi kesehatan, maupun dari segi wawasan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian yang baik dapat membantu masyarakat untuk melakukan
pengobatan sendiri (self medication) (Wasito, 2008).
2.2. Swamedikasi
Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan
obat-obat sederhana yang dibeli bebas di apotek atau toko obat, atas inisiatif
sendiri tanpa nasihat dokter (Tan dan Raharja, 2010).Menurut World Health
Organization (WHO) swamedikasi diartikan sebagai pemilihan dan penggunaan
obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu untuk merawat
diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Swamedikasi biasanya dilakukan
untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang sering dialami

masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,
kecacingan,

diare,

penyakit

kulit,

dan

lain-lain

(Ditjen

POM,

RI.,

2014).Swamedikasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain karena

perkembangan teknologi informasi, sehingga masyarakat menjadi lebih mudah
mengakses informasi, termasuk mengenai kesehatan sehingga masyarakat jadi
lebih berani melakukan pengobatan terhadap penyakit yang dideritanya (Izzatin,
2015).
Untuk menjamin kualitas layanan swamedikasi maka perlu dilaksanakan
tahapan-tahapan

pelayanan

swamedikasi.

Tahapan

pelayanan

swamedikasimeliputipatient assessment, rekomendasi, informasi obat dan
informasi non farmakologi.

8
Universitas Sumatera Utara


2.2.1 Patient assessment
Patient assessment merupakan proses komunikasi dua arah yang sistemik
antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan (Depkes, RI., 2006). Pada pelayanan obat
tanpa resep diperlukan kegiatan patient assessment agar dapat ditetapkan
rekomendasi terapi yang rasional. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
pengambilan tindakan oleh apoteker sebelum konseling yang dijadikan referensi
untuk rekomendasi adalah sejarah pengobatan, obat untuk siapa, umur pasien,
penyebab sakit, durasi sakit, lokasi sakit, gejala sakit, pengobatan lain yang
sedang digunakan, obat sejenis lainnya yang digunakan, alergi obat, apakah
pernah terjadi sakit seperti sebelumnya, gejala lain, dan apakah sudah ke dokter
(Chua, dkk., 2006).
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka menggali informasi
dari pasien antara lain metode WWHAM (Who is the patient?, What are the
symptoms?, How long have the symptoms been presents?, Action taken?.
Medication being taken?), ASMETHOD (Age/appearance, Self/someone else,
Medication, Extra medication, time symptoms, history, Other accompanying
symptoms, Danger symptoms), SITDOWNSIR (Site/location, Intensity/severity,
Tipe/nature,


Duration,

Onset,

With

other

symptoms,

Annoyed

by,

Spread/radiation, Incidence, Relieved by), ENCORE (Explore, No medication
option, Care, Observe, Refer, Explain) (Blenkinsopp dan Paxton, 2002).
2.2.2 Rekomendasi
Rekomendasi merupakan saran anjuran yang diberikan oleh petugas
apotek kepada pasien swamedikasi yaitu dapat berupa rujukan ke dokter ataupun


9
Universitas Sumatera Utara

rekomendasi obat. Petugas apotek harus dapat membedakan tingkat keseriusan
gejala penyakit yang timbul dan tindakan yang harus diambil sehingga dapat
memberikan saran berupa pemberian obat atau rujukan ke dokter. Rekomendasi
yang tepat dapat diberikan sesuai dengan patient assessment yang telah
ditanyakan oleh petugas apotek. Apoteker dapat memberi rekomendasi rujukan ke
dokter jika gejala penyakitnya berat atau parah (Blenkinsopp dan Paxton, 2002).
Pada penyakit lambung, rujukan ke dokter diperlukan jika:
a. Keluhan tetap dirasakan setelah pengobatan selama 2 minggu
b. Kesulitan menelan atau nyeri perut yang menetap setelah melakukan terapi
c. Nyeri dada yang menekan, yang mungkin menjalar ke pundak, atau lengan
kiri (hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan jantung)
d. Muntah berdarah atau buang air besar berdarah (Ditjen POM, RI., 2014).
2.2.3 Informasi obat
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan

obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai
obat termasuk obat resep, obat bebas, dan herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk
sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda pemberian, farmakokinetik,
farmakologi, teraupetik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu
hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas, ketersediaan, harga, sifat
fisika atau kimia dari obat dan lain-lain (Menkes RI., 2014).
Kerasionalan dalam penggunaan obat sangat dibutuhkan mengingat obat
dapat bersifat racun apabila penggunaannya tidak tepat. Hal yang harus dihindari

10
Universitas Sumatera Utara

dalam penggunaan obat yang tidak tepat (dosis, indikasi, cara penggunaan, tidak
mempertimbangkan kondisi atau riwayat penyakit pasien, dan lain-lain), tidak
aman, tidak ekonomis. Kebutuhan informasi obat erat kaitannya dengan
pengetahuan dan sikap pengunjung apotek (Lestari, dkk., 2014).
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan
obat, jangka waktu penyimpanan, aktivitas serta makanan dan minuman yang

harus dihindari selama terapi. Adapun informasi yang perlu disampaikan oleh
apoteker kepada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau bebas terbatas
antara lain:
a. Khasiat obat: apoteker perlumenerangkan dengan jelas apa khasiat obat
yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan
kesehatan yang dialami pasien.
b. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi
dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki
kontraindikasi yang dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi
informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang
harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
d. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada
pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup,
dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.

11
Universitas Sumatera Utara

e. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, apoteker dapat

menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen
(sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera dietiket) atau dapat
menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
f. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan
jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan
tidur.
g. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan
kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan
karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan
dokter.
h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.
j. Cara penyimpanan obat yang baik.
k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
l. Cara membedakan obat yang masih baik atau sudah rusak (Depkes, RI.,
2006).
2.2.4 Informasi non farmakologi
Informasi pengobatan penyakit lambung selain mengenai obat, informasi

non farmakologi juga penting untuk diberikan oleh petugas apotek kepada pasien
karena dapat menunjang keberhasilan terapi.

12
Universitas Sumatera Utara

Beberapa informasi non farmakologi penyakit lambung yang dapat
diberikan sebagai berikut:
a. Berhenti merokok dan membatasi asupan alkohol
b. Tidak melakukan aktivitas fisik setelah makan
c. Makan tidak kurang dari 3 jam sebelum tidur, sehingga memberikan
waktu untuk pengosongan lambung
d. Menghindari makanan yang merangsang asam dan gas lambung misalnya
minuman berkarbonisasi, kubis, lobak dan lain-lain
e. Mengurangi porsi makan dan mengunyah makanan dengan baik
f. Tidak tidur larut malam (Ditjen POM RI., 2014; Soeryoko, 2013).
2.3 Obat
2.3.1 Definisi obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan

patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menkes RI.,
2014). Obat memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan
karena pada prinsipnya, pencegahan sekaligus penanganan berbagai jenis penyakit
tidak bisa terlepas dari tindakan terapi dengan menggunakan obat maupun
farmakoterapi(Zeenot, 2013).

13
Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Penggolongan obat
Obat dapat dibagi menjadi beberapa macam golongan yaitu:
a. Obat bebas
Obat

bebas

merupakan

sejenis

obat

yang

bisa

secara

bebas

diperjualbelikan, baik di apotek, toko obat maupun di warung-warung
kecil yang biasa menyediakan berbagai jenis obat dan tidak termasuk
dalam jenis narkotika dan psikotropika. Obat bebas bisa dibeli tanpa harus
menggunakan resep dokter. Obat sejenis ini biasa ditandai dengan
lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Contohnya: Parasetamol dan Vitamin.

Gambar 2.1Penandaan obat bebas
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat
bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya: CTM.

Gambar 2.2Penandaanobat bebas terbatas
Selain itu, pada kemasan obat juga tertera peringatan, seperti peringatan
yang tertera pada surat Keputusan No.6335/Direktorat Jenderal/SK/69,

14
Universitas Sumatera Utara

berupa kotak kecil berukuran 5x2 cm, dengan latar warna hitam dan
memuat pemberitahuan yang ditulis dengan menggunakan warna putih.

Gambar 2.3 Tanda peringatan yang tertera pada obat bebas terbatas
c. Obat Keras dan Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Contohnya: Asam Mefenamat, Tetrasiklin, dsb.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Contohnya: Diazepam dan Phenobarbital.

Gambar 2.4Penandaanobat keras

15
Universitas Sumatera Utara

d. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau

perubahan

kesadaran,

hilangnya

rasa,

mengurangi

sampai

menghilangnya rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan.
Contoh: Morfin, Petidin, Tinctura, dsb.

Gambar 2.5Penandaanobat narkotika
e. Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat wajib apotek (OWA) adalah jenis obat keras yang bisa diserahkan
tanpa harus menggunakan resep dari dokter. Tujuan OWA adalah
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri,
mengatasi ragam bentuk permasalahan yang berhubungan erat dengan
kesehatan. Meskipun bisa menyerahkan obat keras dalam jenis OWA
tanpa menggunakan resep dari dokter, apoteker pengelola apotek (APA)
harus memenuhi persyaratan sebelum menyerahkan obat wajib apotek
kepada pasien. Adapun daftar obat wajib apotek terdiri dari daftar obat
wajib apotek no 1, 2 dan 3 (Depkes, RI., 2006; Zeenot, 2013).
2.3.3 Penggunaan obat swamedikasi
Dalam pelaksanaan swamedikasi, pasien/masyarakat tidak membutuhkan
bantuan dari tenaga kesehatan, seperti dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan
lainnya. Obat yang lazim digunakan untuk pengobatan sendiri biasanya mencakup
obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek (OWA) (Zeenot, 2013).

16
Universitas Sumatera Utara

Dalam menentukan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien
swamedikasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Kondisi khusus misalnya hamil atau menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes
melitus, dan lain-lain
c. Riwayat alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
d. Pilihlah obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada
interaksinya dengan obat yang sedang diminum (Depkes, RI., 2006).
Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait cara
penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, antara lain:
a. Pastikan untuk menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas sesuai
dengan anjuran yang tertera pada brosur dan etiket
b. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tidak berlaku untuk
penggunaan obat secara terus-menerus
c. Jika pada sewaktu-waktu terjadi efek samping yang tidak diinginkan
pasca menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas, segera lakukan
penghentian penggunaan dan segera mungkin untuk menghubungi tenaga
kesehatan (Zeenot, 2013).
2.4 Lambung
2.4.1 Anatomi lambung
Lambung merupakan organ elastis yang bisa mengecil dan bisa pula
membesar sesuai dengan jumlah makanan yang dimasukkan (Soeryoko, 2013),
sedangkan menurut Tan dan Rahardja (2010), lambung merupakan sebuah
kantong yang berbentuk lonjong, seperti buah alpukat dan letaknya dibagian kiri

17
Universitas Sumatera Utara

atas dari rongga perut dan seolah-olah melekat pada sekat rongga badan
(diafragma). Pada lambung manusia dibedakan dalam beberapa bagian yaitu
cardia (pintu masuk dari esofagus ke dalam lambung), Fundus(bagian atas
lambung), korpus (bagian tengah lambung), Antrum (bagian bawah lambung),
phylorus (pintu masuk ke dalam duodenum). Fungsi dari lambung adalah
menampung dan menyimpan makanan untuk sementara, mencerna makanan
menjadi protein dan zat sederhana lainnya, mengahancurkan bakteri dalam
lambung .
Proses pencernaan makanan dimulai dari mulut, dimana makanan
dihaluskan sambil diaduk. Kelenjar air liur mensekresienzim amilase (ptyalin)
yang dapat menuraikan karbohidrat. Selanjutnya oleh gerakan peristaltik,
makanan masuk ke lambung melalui esofagus lalubercampur dengan getah
lambung yang terdiri dari asam hidroklorida dan pepsin. Oleh pengaruh asam ini,
makanan yang telah diremas sampai sempurna menjadi bubur (chymus) dapat
melewati pylorus masuk ke dalam usus dua belas jari. Didalam usus, chymus
dinetralisir oleh cairan alkalis dari getah pankreas dan empedu. Oleh pengaruh
enzim pankreas, karbohidrat dan lemak dibentuk menjadi suatu emulsi chymus
dengan garam kolat untuk memudahkan penyerapan oleh usus. Di dalam usus
besar sebagian air dalam chymus dan garam diserap kembali dan sisanya
dikeluarkan melalui dubur sebagai tinja (Tan dan Rahardja, 2010).
2.4.2Jenis-jenis penyakit lambung
Semua jenis makanan baik yang kasar maupun yang lembut masuk ke
dalam tubuh melalui mulut menuju lambung, karena itu lambung harus bekerja

18
Universitas Sumatera Utara

keras untuk melumatkan segala makanan dan menetralkan makanan. Lambung
memiliki sifat tidak kebal dengan penyakit.
Penyakit lambung memiliki beberapa jenis yaitu:
a. Gastritis (Radang lambung)
Gastritis merupakan peradangan pada lambung yang terjadi karena
tingginya kadar asam lambung maupun iritasi dinding lambung karena zat
tertentu. Penyakit gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan
kronis. Penyebab gastritis akut terdiri dari stress akut, gastritis erosif
kronis, dan gastritis eosinofilik, sedangkan gastrtitis kronis umumnya
disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori (Anggita, 2012).
b. GERD (Gastroesophageal refluks disease)
Penyakit GERD disebabkan oleh aliran balik (refluks) isi lambung ke
dalam esofagus dan sering disebut dengan nyeri ulu hati (heartburn)
karena nyeri yang terjadi ketika cairan asam yang normalnya hanya ada di
lambung lalu masuk dan mengeritasi atau menimbulkan rasa seperti
terbakar di esofagus (Corwin, 2009).
c. Tukak lambung
Ulkus adalah penyakit lambung yang telah menimbulkan luka bahkan
berlubang karena lambung terkikis hingga lapisan dalam. Ulkus terjadi
karena beberapa hal seperti: aliran darah kurang cukup, produksi mukus
tidak cukup, dan produksi asam lambung yang berlebihan. Beberapa faktor
penyebab tukak lambung yaitu, faktor pembawaan, lingkungan, bakteri,
efek samping obat, dan sosial (Subekti, 2011)

19
Universitas Sumatera Utara

d. Kanker lambung
Kanker lambung adalah sejenis kanker saluran cerna dengan insidensi
paling tinggi. Kurang lebih 10% dari kanker lambung berupa limfoma,
yakni terdiri dari jaringan-jaringan limfoid yang tidak terdapat di lambung
sehat. Kanker lambung juga berkaitan erat dengan infeksi H. Pylori.
2.4.3Penyebab penyakit lambung
Penyakit lambung tidak muncul secara tiba-tiba melainkan berproses dan
perlu waktu serta dapat juga dikenali penyebabnya. Beberapa penyebab penyakit
lambung diantaranya yaitu:
a. Stress, cemas, dan depresi
Stres, cemas, dan depresi adalah kondisi kejiwaan yang tidak nyaman
sehingga menyebabkan sulit tidur dan malas makan. Pada keadaan ini, otot
perut menjadi tegang sehingga merasa selalu kenyang walaupun belum
makan. Akibatnya lambung terjadi iritasi karena tidak ada makanan
masuk.
b. Makananan dan minuman
Makananan dan minuman meruapakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit lambung. Adapun beberapa makanan yang dapat memicu adalah
makanan pedas, asam, dan bergaram (asin) tinggi, sedangkan pada
minuman yang berisiko memicu asam lambung adalah minuman kopi,
soda, dan alkohol.
c. Obat kimia
Beberapa jenis obat kimia dapat mengiritasi lambung seperti golongan
obat AINS yaitu Aspirin.

20
Universitas Sumatera Utara

d. Bakteri
Penyakit lambung dapat pula disebabkan karena bakteri yang salah
satunya adalah bakteri Helicobacter pyloriyang dapat menyebabkan luka
pada lambung. Pada penyakit tukak lambung rata-rata 90% diakibatkan
oleh bakteri ini (Soeryoko, 2013).
2.4.4Gejala-gejala penyakit lambung
Penyakit lambung memiliki karakteristik mirip dengan penyakit pada
umumnya yang memberikan informasi kepada penderitanya. Mereka yang
menderita penyakit lambung merasakan beberapa hal sebagai berikut:
a. Nyeri ulu hati, terletak di antara dada dan perut yang berbentuk cekung
yang merupakan pertemuan esofagus dan lambung. Tempat ini sering
nyeri pada saat lapar maupun saat dimasuki makanan.
b. Dispepsia, adalah rasa tidak nyaman pada perut bagian atas yang terjadi
saat atau setelah makan, mual, dan perut kembung. Rasa nyeri itu berada
diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk atau rasa penuh saat mulai
makan atau setelah makan.
c. Perut kembung, biasanya dikaitkan dengan adanya gas di dalam lambung
dimana keluhannya berupa sendawa berlebihan, perut terasa penuh dan
tegang akibat gas.
d. Mual, rasa mual sering kali menghampiri para penderita lambung bahkan
bisa terjadi muntah. Pada keadaan yang berat, muntah dapat berupa cairan
berwarna kuning yang rasanya sangat pahit (Soeryoko, 2013; Ditjen POM
RI., 2014).

21
Universitas Sumatera Utara

2.4.5Terapi farmakologi
Menurut Tan dan Rahardja (2010), terapi farmakologi pada penyakit
lambung terdiri dari beberapa golongan diantaranya yaitu antasida, antagonis
reseptor H2, dan pompa proton inhibitor (PPI).
a. Antasida
Antasida adalah zat pengikat asam, yang merupakan basa-basa lemah,
digunakan untuk mengikat secara kimia dan menetralkan asam lambung.
Efeknya adalah peningkatan pH, yang mengakibatkan berkurangnya kerja
proteolitis dari pepsin. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri di lambung
dengan cepat. Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut
kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam setelah makan (Tan dan
Rahardja, 2010). Kebanyakan antasida yang tersedia di pasaran merupakan
produk zat yang berkhasiat kombinasi antara aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida. Kombinasi juga dimaksudkan untuk mengurangi
efek samping masing-masing. Dimana aluminium hidroksida memiliki
efek samping konstipasi sedangkan magnesium hidroksida memiliki efek
samping laksatif (Ditjen POM, RI., 2014).
Contohnya: Lambucid®, Mylanta®, Bismutsubsitrat®
b. Penguat motilitas
Pada penggolongan obat ini dapat juga dinamakan prokinetika yang
merupakan antagonis dopamin, dimana memperkuat peristaltik dan
mempercepat pengosongan lambung.
Contohnya: Domperidon®

22
Universitas Sumatera Utara

c. Penghambat sekresi asam
1. Antagonis reseptor H2
Obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensialseperti tukak peptik. Mekanisme kerjanya memblokir efek
histamin pada sel parietal sehingga tidak dapat dirangsang untuk
mengeluarkan asam lambung.
Contohnya: Ranitidine®, Simetidin®, Famotidin®, Roksatidin® dan
Nizatidin®.
2. Pompa proton inhibitor (PPI)
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H+ ATPase yang
akan memecah energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCL
dari kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung.
Contohnya: Omeparazol®, Lansoprazol®, Pantoprazol®, Osemoprazol®.
d. Penangkal kerusakan mukus
1. Analog Prostaglandin
Golongan obat analog prostaglandin E2 dan I2 dihasilkan oleh mukosa
lambung yang dapat secara langsung menghambat sel parietal.
Contohnya: Misoprostol®.
2. Sukralfat
Sukrafat terjadi pada kondisi kerusakan disebabkan oleh asam,
hidrolisis protein mukosa yang diperantai oleh pepsin turut berkontribusi
terhadap terjadinya erosi dan ulserasi mukosa. Karena diaktivasi oleh
asam, maka disarankan agar sukralfat digunakan pada kondisi lambung
kosong, satu jam sebelum makan.

23
Universitas Sumatera Utara

2.4.6 Terapi non farmakologi
Selain terapi farmakologi obat terdapat pula terapi non farmakologi yang
penting dianjurkan oleh petugas apotek terhadap pasien swamedikasi sehingga
hasil terapi yang optimal dapat diperoleh. Menurut Anggita (2012),terapi non
farmakologi pada penyakit lambung dapat dilakukan dengan beberapa carayaitu:
a. Istirahat
Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan karena banyak tuntutan aktivitas
yang membuat otak bekerja lebih keras. Hal ini akan menimbulkan saraf otak
menjadi menegang sehingga produksi asam lambung akan meningkat secara
drastis. Istirahat tidur pada malam hari diusahakan ±8 jam dan pada siang hari
dapat beristirahat dengan berbaring atau duduk rileks selama ± 1 jam.
b. Diet
Dasar diet yang dianjurkan adalah makan sedikit dengan frekuensi
berulang. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan yang mudah dicerna,
tidak merangsang peningkatan asam lambung dan dapat menetralisir asam
HCL (Anggita, 2012). Mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung asam
lemak tak jenuh cukup merupakan pilihan yang tepat, sebab lemak jenis ini
lebih mudah dicerna. Porsi makanan yang diberikan dalam porsi kecil tapi
sering, dan hindari makan secara berlebihan (Pratiwi, 2013).
c.

Makanan dan minuman
Pada derita gastritis sebaiknya menghindari makanan yang bersifat

merangsang, diantaranya makanan berserat dan penghasil gas, maupun banyak
mengandung bumbu dan rempah. Selain itu, pasien juga harus menghindari
alkohol, kopi, dan minuman ringan. Dan perlu juga memperhatikan tehnik

24
Universitas Sumatera Utara

memasaknya, direbus, dikukus, dan dipanggang adalah tehnik memasak yang
dianjurkan, sebaliknya menggoreng bahan makanan tidak dianjurkan (Pratiwi,
2013).
d.

Gaya hidup
Menurut buku Nutrition and Diet Therapydikatakan bahwa seorang yang

menderita gangguan lambung disarankan untuk tidak merokok, mengurangi
konsumsi minuman beralkohol. Merokok dapat menyebabkan terhambatnya
rasa lapar, berkurangnya jumlah nutrient dan oksigen dan dapat merangsang
keluarnya asam lambung berlebihan, sedangkan alkohol dapat menstimulasi
keluarnya asam lambung yang sangat asam meskipun tidak ada makanan di
dalam lambung (Anggita, 2012).

25
Universitas Sumatera Utara