Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja Keuangan

Dalam Ikatan Akuntan Indonesia ( 2000 : 332 ) istilah kinerja seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi para karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran keuangan. Tolak ukur yang digunakan dalam kinerja keuangan tergantung pada posisi perusahaan.

Penilaian kinerja keuangan perusahaan harus diketahui outputnya maupun inputnya. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan sedangkan input adalah hasil dari suatu ketrampilan yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi antara data keuangan


(2)

atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. (Munawir 1995 : 2)

Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak – pihak yang berkepentingan. (Hanafi 2003 : 69)

Laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan modal. (Munawir 1995 : 5). Dimana Neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan laporan laba – rugi memperlihatkan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan.

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang penting bagi perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data – data yang terdiri dari Neraca dan perhitungan laba rugi serta keterangan yang dimuat dalam lampiran – lampirannya.


(3)

Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2004 : 34 ) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber – sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan meliputi :

a. Aktiva. b. Kewajiban. c. Ekuitas.

d. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan. e. Arus kas

Informasi tersebut di atas beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan laporan keuangan membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan alat yang sangat penting utnuk mendapatkan informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil – hasil yang dicapai oleh perusahaan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti jika diperbandingkan dan dianalisis lebih lanjut sehingga dapat


(4)

diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang diambil. Dalam

Statement of Financial Accounting Concept No. 1 (1998 : 76 ), manfaat laporan keuangan adalah :

a. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lainnya yang potensial dalam membuat keputusan lain yang sejenis secara rasional.

b. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat membantu investor, kreditor dan pengguna lain yang potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yang akan datang yang berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.

c. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.

d. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu untuk membantu menaksir prospek perusahaan.

2.2.4 Analisis Laporan Keuangan

Untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.

Hanafi ( 2003 : 75 ), suatu analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Sedangkan Munawir ( 1995 : 8 ) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga data yang telah diperoleh dapat diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut agar memperoleh data untuk mendukung keputusan yang diambil.


(5)

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan perhitungan dan kemungkinan di masa depan untuk dijadikan dasar pertimbangan keputusan oleh pihak – pihak yang berkepentingan.

2.2.5 Sifat dan keterbatasan Laporan Keuangan

Riyanto (2007 : 6) menyatakan adapun yang menjadi sifat dan keterbatasan Laporan Keuangan yaitu :

1. Laporan keuangan bersifat historis yang merupakan laporan kejadian yang telah lewat.

2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu

3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan pertimbangan

4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material, demikian pula penerapan prinsip akuntansi terdapat pos tertentu yang mungkin tidak dilaksanakan jika tidak menimbulkan pengaruh material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, yang lazim dipilih adalah alternatif yang menghasilkan laba atau nilai aktiva yang kecil.

6. Laporan keuangan lebih menekankan makna ekonomi suatu peristiwa atau transaksi daripada bentuk hukumnya.

7. Laporan keuangan diasumsikan dengan menggunakan istilah – istilah teknis dan pemakainya diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi yang dilaporkan.

8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan perusahaan.

9. Informasi yang bersifat kumulatif dan faktual yang tidak dapat diidentifikasikan umumnya diabaikan.

2.2.6 Komponen Laporan Keuangan

Ada 3 macam komponen Laporan Keuangan : 1. Neraca


(6)

Munawir ( 1995 : 13 ) menyatakan neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku – buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kelender sehingga Neraca sering disebut

Balance Sheet.

Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Neraca menampilkan sumber daya ekonomis (assets), kewajiban ekonomis (hutang), moda saham dan hubungan antar item tersebut. Dengan demikian Neraca dapat meringkaskan posisi keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

Neraca dimaksudkan membantu pihak eksternal untuk menganalisis likuiditas perusahaan, fleksibilitas keuangan, kemampuan operasional dan kemampuan menghasilkan pendapatan selama periode tertentu. ( Hanafi 2003 : 80 )

2. Laporan L/R

Munawir ( 1995 : 26 ) menyatakan laporan laba rugi merupakan laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Kegiatan perusahaan selama periode tertentu mencakup aktivitas rutin atau operasional, dan aktivitas – aktivitas ini perlu dilaporkan dengan


(7)

semestinya agar pembaca laporan keuangan memperoleh informasi yang relevan.

Hanafi ( 2003 : 82 ) menyatakan ada beberapa elemen pokok dalam laporan laba rugi antara lain : pendapatan operasional, beban operasional dan untung atau rugi (gain or loss). Pendapatan ini didefenisikan sebagai

asset masuk selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang yang merupakan operasi pokok perusahaan. Beban operasional didefenisikan sebagai asset keluar selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang. Untung (gain) didefenisikan sebagai kenaikan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental. Rugi (loss) didefenisikan sebagai penurunan modal saham dari transaksi yang bersifat insidental.

3. Laporan arus kas

Hanafi ( 2003 : 83 ) menyatakan bahwa laporan arus kas digunakan untuk menganalisa dan memberikan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi mengenai efek kas dari kegiatan investasi, pendanaan dan operasi perusahaan selama periode tertentu. Tujuan utama dari analisis laporan arus kas adalah menaksir kemampuan perusahaan menghasilkan kas.

2.2.7 Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2006 : 308 ) pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan :


(8)

1. Pemilik perusahaan

Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai dan untuk menilai kemungkinan hasil – hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang dan perkembangan harga saham.

2. Manajer atau pimpinan perusahaan 3. Para investor

2.3 Rasio Keuangan

2.3.1 Pengertian Rasio Keuangan

“Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart” (Munawir, 2000 : 64 ).

Analisis rasio (ratio analysis) menunjukkan hubungan diantara pos – pos yang terpilih dari data laporan keuangan, rasio memperlihatkan hubungan matematis diantara satu kuantitas dan kuantitas lainnya ( John 2005 : 87 )

Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ke tahun.

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menilai


(9)

kinerja perusahaan karena penggunaannya relatif mudah. (Sinuraya, 2008 : 247 ).

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisa rasio keuangan adalah salah satu teknik analisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk menunjukkan hubungan diantara pos – pos dari data laporan keuangan secara matematis.

2.3.2 Keunggulan dan kelemahan Rasio Keuangan a. Keunggulan Rasio Keuangan

Harahap ( 2006 : 310 ) menyatakan rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah :

1. Rasio merupakan angka – angka atau iktisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

3. Mengetahui posisi perusahaan dengan industri lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model untuk pengambilan keputusan

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik 6. Lebih mudah melihat trend perusahaan saat melakukan prediksi

di masa yang akan datang. b. Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Syahyunan ( 2004 : 81 ) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain adalah :

1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan bergerak di beberapa bidang usaha.

2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan


(10)

3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

4. Informasi rata – rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

2.3.3 Jenis – jenis Analisa Rasio Keuangan

Munawir ( 2007 : 70) menyatakan bahwa analisis rasio dibedakan menjadi :

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

2. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio)

3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 5. Rasio Pasar (Market Ratio)

Dalam penelitian ini hanya dibahas 3 rasio yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas.

A. Likuiditas

Tidak hanya bank atau kreditor jangka pendek saja yang tertarik terhadap angka – angka rasio modal kerja, yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak – tidaknya ingin mengetahui prospek dari deviden dan pembayaran bunga di masa yang akan datang.


(11)

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban (utang) jangka pendek. Likuiditas berhubungan erat dengan masalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo. Perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan mempunyai aktiva lancar lebih besar dari kewajiban lancar ( Syamsudin, 2001 : 70 )

Rasio likuiditas menggambarkan atau mengukur kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos – pos aktiva lancar dan utang lancar. Aktiva lancar antara lain berupa kas, wesel tagih, investasi jangka pendek, piutang, persediaan persekot biaya sedangkan utang lancar antara lain utang usaha, utang jangka panjang yang segera jatuh tempo, wesel bayar dan utang gaji.

Rasio likuiditas digunakan unuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber jangka pendek untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dari rasio ini dapat diperoleh pandangan tentang keadaan solvabilitas kas pada saat ini dan kemampuan perusahaan untuk tetap mempertahankan solvabilitas (Horne, 1997 : 135 ).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk memenuhi obligasi (kewajiban) yang jatuh tempo. Rasio ini berfungsi untuk mengukur


(12)

kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban jangka pendek (kurang dari satu tahun) dari sisi likuiditas keuangan.

Horne (1997 : 136) menyatakan suatu perusahaan mempunyai posisi keuangan yang kuat apabila mampu:

1. Memenuhi kewajiban – kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada waktu ditagih (kewajiban keuangan pada pihak ekstern)

2. Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal (kewajiban keuangan pada pihak ekstern)

3. Membayar bunga dan dividen yang dibutuhkan 4. Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan

Horne (1997 : 136) menyatakan bahwa kriteria likuiditas perusahaan terbagi menjadi :

a. Illiquid : jika nilai likuiditasnya kurang dari 100 % ( < 100%)

b. Liquid : jika nilai likuiditasnya 100% ( = 100% )

c. Over liquid : jika nilai likuiditasnya lebih dari 100% ( > 100% ) Perusahaan yang nilai likuidnya tinggi akan memungkinkan memiliki laba yang tinggi. Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) ada beberapa rasio yang digunakan. Riyanto (2007 : 70) menyatakan rasio likuiditas terdiri dari :

1. Rasio Lancar (Current Ratio) 2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

3. Working Capital to total asset ratio

4. Kas Rasio (Cash Ratio)

Dalam penelitian ini hanya dibahas pada rasio lancar dan kas rasio : 1. Rasio Lancar (Current Ratio)


(13)

Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah rasio lancar (current ratio). Current Ratio

adalah perbandingan antar jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar (Munawir, 2007 : 72 ).

Rasio lancar adalah ketersediaan aktiva lancar untuk memenuhi kewajiban lancar. (Suhadimanto, 2004 : 70 ).

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban untuk jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi kewajiban – kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Hasil rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentase. Apabila rasio lancar ini 1 : 1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih baik / aman adalah jika berada diatas 1 atau di atas 100%, artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar.

Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Adapun rumus untuk menghitung Current Ratio yaitu :


(14)

2. Rasio Kas (Cash Ratio)

Cash Ratio adalah kas yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Ada penganalisa yang mengeluarkan piutang dan persediaan sehingga rasionya antara kas dan efek yang segera dapat direalisasi bila diperlukan dengan total hutang jangka pendek. Rasio ini lebih tajam dibanding dengan rasio lancar. Rumus mencari Cash Ratio sebagai berikut :

CR

B. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. (Raharjaputra, 2011 : 68)

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. (Raharjaputra, 2011 : 68)


(15)

Jenis-jenis rasio profitabilitas menurut (Raharjaputra, 2011 : 69 ) 1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) 3. Basic Earning Power (Daya lebih besar) 4. Return on Investment

5. Return on Equity

Dalam penelitian ini hanya dibahas pada Return on Investment dan

Return on Equity

1. Return on Investment

Return on Investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on Investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsudin 2009 : 63 ).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. ROI merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Adapun yang menjadi kelebihan ROI dinyatakan (Syamsudin 2009 : 64 ) :

a. Merupakan pendekatan yang paling popular dalam menggambarkan ukuran kinerja dari keseluruhan investasi yang dilakukan

b. Merupakan pengukuran komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dalam rasio ini. c. Mudah dipahami, dihitung dan sangat berarti dalam arti absolut.

Sebagai contoh, ROI di bawah 10% dikatakan rendah dalam skala absolut dan ROI di atas 30% dikatakan tinggi.


(16)

d. Merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap pofitabilitas diluar besar dan jenis usaha.

e. Memiliki pendekatan konseptual karena dapat menggabungkan semua unsur profitabilitas (revenue, costs, investment) dalam suatu persentase.

f. Selain itu data ROI dapat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan.

g. ROI berguna untuk kepentingan perencanaan, misalnya ROI digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan jika perusahaan akan melakukan ekspansi

Adapun kelemahan ROI menurut (Syamsudin 2009 : 65 ) :

a. ROI mendorong manajer untuk melakukan investasi, meskipun dalam proyek yang akan berakibat menurunkan kembalian investasi, meskipun proyek tersebut dapat menaikkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan.

b. ROI mengakibatkan manajer memusatkan perhatiannya pada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasaran jangka panjang.

c. Keputusan – keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat menurunkan keseluruhan labanya.

d. ROI memiliki korelasi yang negatif terhadap perubahan – perubahan nilai pasar perusahaan.

e. Kesulitan membandingkan Rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, karena praktek akuntansi yang digunakan oleh perusahaan berbeda – beda.

Adapun rumus Return on Investment yaitu : ROI

2. Return on Equity

Return on Equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegaang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan dalam perusahaan (Syafri, 2008 : 305 )


(17)

ROE adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009 : 20 ).

Rumus untuk menghitung ROE adalah sbb :

ROE C. Solvabilitas

Husnan (1998 : 560) menyatakan, Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban – kewajiban jangka panjangnya. Kriteria solvabilitas perusahaan terbagi menjadi :

a. Insolve : jika nilai solvabilitasnya kurang dari 100% ( < 100%)

b. Solvable : jika nilai solvabilitasnya 100% ( = 100% ) c. Over Solvable : jika nilai solvabilitasnya lebih dari 100% ( >

100% )

Macam – macam Rasio Solvabilitas : 1. Debt to Asset Ratio

2. Debt to Equity Ratio

3. Times interest Earned Ratio


(18)

Dalam penelitian ini hanya dibahas pada Debt to Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio

1. Debt to Asset Ratio

Rasio total hutang terhadap total aset = total kewajiban / total aktiva. Digunakan untuk menghitung seberapa besar porsi dana yang disediakan kreditur untuk investasi asset (Husnan, 1998 : 561). Rumus menghitungnya adalah :

2. Debt to Equity Ratio

Adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (Husnan, 1998 : 561). Digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup sebagian atau seluruh hutang – hutangnya dengan dana yang berasal dari modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini maka semakin kecil kemampuan membayar hutang dari modal sendiri. Rumusnya adalah :

2.4 Economic Value Added

2.4.1 Pengertian Economic Value Added

Young dan O’Byrne ( 2001:17 ), menyatakan pengertian EVA adalah didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis, yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah perusahaan meliputi biaya


(19)

operasional dan modal. Dalam arti sempit ini, EVA benar-benar hanya merupakan cara alternatif untuk menilai kinerja perusahaan.

Ide dasar dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen perusahaan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang pernah ada. Namun EVA merupakan inovasi terpenting karena ia membuat teori keuntungan moderen. Implikasi manajerial dari teori ini adalah mudah diakses oleh manejer perusahaan yang tidak terlatih dengan baik dalam keuangan atau tidak pernah memikirkannya. EVA membantu para manejer untuk lebih memahami tujuan keuangan, dan dengan demikian membantu mereka untuk mencapai tujuan.

EVA tidak memerlukan adanya sesuatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak pula membuat suatu analisa kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya. Konsep ini lebih menekankan pada penentuan besarnya cost of capital. Diperhitungkannya biaya modal atas ekuitas merupakan keunggulan pendekatan EVA dibandingkan pendekatan akuntansi tradisional dalam mengukur kinerja perusahaan.

Economic value added (EVA) atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis (NITAMI) diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada (Wijantini, 2003 : 51).

Economic value added adalah keuntungan operasi setelah pajak dikurangi dengan biaya modal dari seluruh modal untuk menghasilkan laba.


(20)

Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai (value) didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic Value Added adalah keuntungan operasi setelah pajak, dikurangi biaya modal yang yang di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic Value Added lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional.

Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value Added akan naik terus menerus, karena Economic Value Added adalah tolak ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal (return of capital). Young (2001 : 30 ) menyatakan bahwa ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai Economic Value Added perusahaan yaitu :

1. Meningkatkan keuntungan (profit) tanpa menambah modal 2. Mengurangi pemakaian modal.

3. Melakukan investasi pada proyek-proyek dengan tingkat pengembalian tinggi.


(21)

Konsep ini tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam industri dan tidak perlu membuat analisis kecenderungan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Konsep ini lebih menekankan pada seberapa besar laba yang dihasilkan setelah dikurangi dengan biaya modal rata-rata tertimbang.

Metode Economic Value Added sebagai alat ukur kinerja perusahaan konsep Economic Value Added ini tidaklah dimaksudkan untuk mengganti laporan rugi laba yang telah ada. Namun pendekatan ini hanyalah alat analisis yang digunakan sebagai tambahan informasi keuangan yang sangat berguna bagi pihak kreditur dan penyediaan dana dalam menentukan hubungannya dengan perusahaan. Bagi eksekutif hasil pengukuran kinerja dengan dengan metode Economic Value Added seringkali digunakan untuk pengendalian serta sebagai alat yang sangat berguna didalam pengambilan keputusan-keputusan strategi.

EVA dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan harus adil dengan mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyandang dana (kreditur dan pemegang saham). Young dan O’Bryne (2001 : 32) memformulasikan EVA sebagai berikut:

EVA = Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT) – Biaya modal NOPAT = Laba operasi + Penghasilan bunga – Pajak penghasilan Pembebasan pajak atas bunga

Biaya Modal = Modal yang diinvestasikan x Biaya modal rata-rata tertimbang


(22)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan sisa laba setelah penyedia modal memberikan kompensasi sesuai tingkat pengembalian yang dibutuhkan atau setelah semua biaya modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Laba yang dimaksud disini adalah Net Operating Profit After Tax (NOPAT). Biaya modal adalah biaya bunga pinjaman dari biaya ekuitas yang digunakan untuk menghasilkan NOPAT yang dihitung secara rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital

= WACC).

EVA yang positif menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal, konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Sebaliknya EVA yang negatif menandakan nilai perusahaan berkurang sebagai akibat penurunan dari tingkat pengembalian investasi.

2.4.2 Manfaat Economic Value Added

Manfaat dari penerapan EVA menurut Young (2001 : 33) antara lain : 1. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus

pada penciptaan nilai (value creation)

2. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham. 3. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti

halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.

4 EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada

kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan. 5. EVA menyebabkan perusahan untuk lebih memperhatikan struktur

modalnya.

6. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi, daripada biaya modalnya.


(23)

2.4.3 Kelebihan dan Kelemahan Economic Value Added

Kegunaan model EVA membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian ke upaya penciptaan nilai perusahaan, sebab inilah salah satu fungsi penggunaan EVA. Kelebihan lain dari EVA yang diungkapkan oleh Warsono ( 2003 : 134 ) :

1. EVA memfokuskan penilaian pada nilai tambah dengan

memperhitungkan beban biaya modal sebagai risiko investasi.

2. EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio keuangan.

3. Konsep EVA sebagai pengukur kinerja perusahaan memperhatikan harapan penyedia dana secara adil dimana derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang (weighted) struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar bukan pada nilai buku.

4. Penerapan konsep EVA yang praktis merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pebisnis untuk mengambil keputusan dan kebijaksanaan permodalan.

5. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan

6. Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari

unit usaha yang mempunyai negatif value added.

Sehingga dapat dikatakan bahwa EVA merupakan suatu metode penilaian yang akurat dan komperhensif mampu memberikan penilaian secara wajar atas kondisi suatu perusahaan. Melihat berbagai kelebihan EVA, ternyata juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang diungkapkan Mulia ( 2002: 134 ) sebagai berikut:

1. EVA hanya mengukur hasil akhir (result), konsep ini tidak megukur aktivitas penentu seperti loyalitas dan referensi konsumen tidak diperhatikan.

2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu.

3. Konsep ini sangat tergantung pada transnparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat.


(24)

Walaupun terdapat kelemahan, EVA tetap berguna untuk dijadikan acuan. Mengingat EVA memberikan pertimbangan atas harapan investor terhadap investasi mereka. Pengambilan dari suatu investasi baru akan berarti apabila besarnya pengembalian tersebut melebihi biaya modal yang dikeluarkan untuk mewujudkan investasi tersebut.

2.4.4 Strategi meningkatkan Economic Value Added

Sofiarini ( 2004 : 14 ) menyatakan ada beberapa strategi untuk meningkatkan EVA :

1. Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (Profitable Growth). Hal ini bisa dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. 2. Strategi penciptaan nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi dalam

hal ini menaikkan keuntungan tanpa menggunakan tambahan modal 3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis

yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewarding businessi) Hal ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktivitas yang menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

2.4.5 Langkah menentukan Economic Value Added

Langkah – langkah yang dilakukan menentukan EVA menurut Sofiarini (2004: 17) :

a. Menghitung biaya hutang (cost of debt) b. Menghitung biaya laba ditahan (cost of equity)

c. Menghitung struktur permodalan dari neraca tertimbang (Weighted Average Cost of Capital)

Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas sehingga dicari : Komposisi utang : rasio utang terhadap jumlah modal

Komposisi ekuitas : rasio modal saham terhadap jumlah modal d. Menghitung biaya modal rata - rata

e. Menghitung EVA


(25)

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan :

1. Jika EVA > 0 maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, sehingga terjadi proses penambahan nilai ekonomisnya.

2. Jika EVA = 0 maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis dalam keadaan impas

3. Jika EVA < 0 maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan kurang bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi penyandang dana, sehingga tidak terjadi penambahan nilai ekonomis pada perusahaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1 Yolanda (2013)

Perbandingan Kinerja Keuangan pada PT. Telkom, Tbk

dan PT.

Indosat, Tbk

1. Current Ratio 2. Debt to

equity Ratio 3. Return on

Equity 4. Return on

Asset 5. Net Profit

Margin 6. Total asset

turnover 7. Economic

Value Added

1. Nilai Current Ratio dari tahun 2006 – 2008 PT. Indosat, Tbk lebih unggul sedangkan tahun 2009 – 2011 PT. Telkom, Tbk lebih unggul

2. Debt to Equity ratio pada PT. Indosat, Tbk lebih besar daripada PT. Telkom, Tbk 3. Return on Equity pada

PT. Telkom, Tbk jauh lebih baik daripada PT. Indosat, Tbk 4. Return on Asset pada


(26)

diatas rata – rata dari PT. Indosat, Tbk 5. Net Profit Margin

pada PT. Telkom, Tbk jauh lebih baik dari PT. Indosat, Tbk 6. Total asset turnover

PT. Telkom dari tahun

2006 – 2010

mengalami

peningkatan namun di tahun 2011 PT. Indosat, Tbk lebih unggul

7. Economic Value Added pada PT. Telkom, Tbk lebih unggul daripada PT. Indosat, Tbk

8. Diduga terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Telkom, Tbk dan PT. Indosat, Tbk

2 Cendy (2013) Analisis perbandingan Kinerja Keuangan perusahaan dengan menggunakan Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added

pada perusahaan yang tergabung

1.Net Profit Margin 2.Return on

Equity 3.Return on

Investment 4.Earning per share 5.Economic Value Added

1. Hasil yang didapatkan menggunakan rasio yang ada dalam rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin, Return on Equity, Return on Investment dan Earning per share pada 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan

kenaikan dan

penurunan pada tahun tertentu

2. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan


(27)

dalam LQ 45 dengan menggunakan metode Economic Value Added pada 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan hasil yang baik karena didapat hasil yang selalu positif di setiap tahunnya.

3. Hasil perbandingan antara analisis rasio profitabilitas

khususnya Return on Equity dengan Economic Value Added bahwa dalam pengukuran kinerja keuangan lebih baik menggunakan metode Economic Value Added dibanding Return On Equity karena Economic

Value Added.

memperhitungkan biaya ekuitas sedangkan Return On Equity tidak

4. Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan

menggunakan .rasio profitabilitas dan Economic Value Added

3 Irianti (2014) Analisis perbandingan antara Rasio Keuangan

1. Current Ratio 2. Quick

Ratio

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Likuiditas, Rasio


(28)

dan Metode

Economic Value Added

sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan anak perusahaan yang terdaftar di BEI

3. Cash Ratio 4. Debt Asset

Ratio 5. Debt Equity Ratio 6. Fixed Assets Turn Over 7. Total Assets Turn Over 8. Gross Profit Margin 9. Operating Profit Margin 10.Net Profit

Margin 11.Return on

Investment 12.Return on

Equity

Profitabilitas, Rasio Aktivitas mengalami peningkatan dan hasil

Economic Value Added

juga mengalami kenaikan berturut – turut yang artinya mampu menciptakan nilai EVA positif 2. Metode EVA menjadi

lebih unggul daripada metode analisis Rasio Keuangan.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Alat untuk mengukur kinerja keuangan yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk.


(29)

Rasio – rasio keuangan yang dipergunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk adalah dengan menggunakan Analysis Time Series yaitu nilai – nilai suatu variabel yang berurutan menurut waktu atau dengan kata lain suatu peramalan nilai – nilai masa depan yang didasarkan pada nilai – nilai masa lampau suatu variabel (Yulianto, 2010 : 67). Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan ini yakni : rasio likuiditas (current ratio, cash ratio), rasio profitabilitas (return on investment, return on equity) dan rasio solvabilitas (debt to asset ratio dan debt to equity ratio). Menurut Keown (2004 : 70), Economic Value Added adalah laba yang melebihi kewajiban / hutang dan biaya modal (cost of capital) dalam suatu perusahaan. Secara lebih rinci dapat didefenisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga atas hutang (Net Operating After Tax) serta dikurangi dengan biaya modal (cost of capital).

Selisih antara laba setelah pajak dengan biaya modal disebut spread EVA, selisih yang dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, yaitu ketika investasi yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengembalian lebih besar dari biaya modal (cost of capital) yang diciptakan oleh perusahaan.

Setelah di dapat hasil Rasio Keuangan dan Economic Value Added dari 2 perusahaan sejenis menurut Analisa Time Series ini maka dibandingkan manakah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang terbaik diantara 2 perusahaan tersebut.


(30)

Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kinerja Keuangan

Economic Value Added (EVA) 1. NOPAT

2. WACC

3. Invested Capital Rasio –rasio Keuangan : 1. Current Ratio (CuR) 2. Cash Ratio (CR)

3. Return on Investment (ROI) 4. Return on Equity (ROE) 5. Debt to Asset Ratio (DAR) 6. Debt to Equity Ratio (DER)


(1)

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan :

1. Jika EVA > 0 maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, sehingga terjadi proses penambahan nilai ekonomisnya.

2. Jika EVA = 0 maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis dalam keadaan impas

3. Jika EVA < 0 maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan kurang bagus karena laba yang diperoleh tidak memenuhi penyandang dana, sehingga tidak terjadi penambahan nilai ekonomis pada perusahaan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Hasil

1 Yolanda (2013)

Perbandingan Kinerja Keuangan pada PT. Telkom, Tbk

dan PT.

Indosat, Tbk

1. Current Ratio 2. Debt to

equity Ratio 3. Return on

Equity 4. Return on

Asset 5. Net Profit

Margin 6. Total asset

turnover 7. Economic

Value Added

1. Nilai Current Ratio dari tahun 2006 – 2008 PT. Indosat, Tbk lebih unggul sedangkan tahun 2009 – 2011 PT. Telkom, Tbk lebih unggul

2. Debt to Equity ratio pada PT. Indosat, Tbk lebih besar daripada PT. Telkom, Tbk 3. Return on Equity pada

PT. Telkom, Tbk jauh lebih baik daripada PT. Indosat, Tbk 4. Return on Asset pada


(2)

diatas rata – rata dari PT. Indosat, Tbk 5. Net Profit Margin

pada PT. Telkom, Tbk jauh lebih baik dari PT. Indosat, Tbk 6. Total asset turnover

PT. Telkom dari tahun

2006 – 2010

mengalami

peningkatan namun di tahun 2011 PT. Indosat, Tbk lebih unggul

7. Economic Value Added pada PT. Telkom, Tbk lebih unggul daripada PT. Indosat, Tbk

8. Diduga terdapat perbedaan kinerja keuangan pada PT. Telkom, Tbk dan PT. Indosat, Tbk

2 Cendy (2013) Analisis perbandingan Kinerja Keuangan perusahaan dengan menggunakan Rasio Profitabilitas dan Economic Value Added

pada perusahaan yang tergabung

1.Net Profit Margin 2.Return on

Equity 3.Return on

Investment 4.Earning per share 5.Economic Value Added

1. Hasil yang didapatkan menggunakan rasio yang ada dalam rasio profitabilitas yaitu Net Profit Margin, Return on Equity, Return on Investment dan Earning per share pada 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan

kenaikan dan

penurunan pada tahun tertentu

2. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan


(3)

dalam LQ 45 dengan menggunakan metode Economic Value Added pada 9 perusahaan yang tergabung dalam LQ 45 menunjukkan hasil yang baik karena didapat hasil yang selalu positif di setiap tahunnya.

3. Hasil perbandingan antara analisis rasio profitabilitas

khususnya Return on Equity dengan Economic Value Added bahwa dalam pengukuran kinerja keuangan lebih baik menggunakan metode Economic Value Added dibanding Return On Equity karena Economic

Value Added.

memperhitungkan biaya ekuitas sedangkan Return On Equity tidak

4. Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan

menggunakan .rasio profitabilitas dan Economic Value Added

3 Irianti (2014) Analisis perbandingan antara Rasio Keuangan

1. Current Ratio 2. Quick

Ratio

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Likuiditas, Rasio


(4)

dan Metode

Economic Value Added

sebagai pengukur kinerja keuangan pada PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk dan anak perusahaan yang terdaftar di BEI

3. Cash Ratio 4. Debt Asset

Ratio 5. Debt

Equity Ratio 6. Fixed

Assets Turn Over

7. Total Assets Turn Over

8. Gross Profit Margin 9. Operating

Profit Margin 10.Net Profit

Margin 11.Return on

Investment 12.Return on

Equity

Profitabilitas, Rasio Aktivitas mengalami peningkatan dan hasil

Economic Value Added

juga mengalami kenaikan berturut – turut yang artinya mampu menciptakan nilai EVA positif 2. Metode EVA menjadi

lebih unggul daripada metode analisis Rasio Keuangan.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berpikir merupakan gambaran tentang hubungan antara variabel yang akan diteliti, yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan (Sugiyono, 2006 : 49). Alat untuk mengukur kinerja keuangan yang diperlukan di dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk.


(5)

Rasio – rasio keuangan yang dipergunakan untuk menganalisis kinerja keuangan pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk adalah dengan menggunakan Analysis Time Series yaitu nilai – nilai suatu variabel yang berurutan menurut waktu atau dengan kata lain suatu peramalan nilai – nilai masa depan yang didasarkan pada nilai – nilai masa lampau suatu variabel (Yulianto, 2010 : 67). Rasio keuangan yang dipakai dalam penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan pada perusahaan ini yakni : rasio likuiditas (current ratio, cash ratio), rasio profitabilitas (return on investment, return on equity) dan rasio solvabilitas (debt to asset ratio dan debt to equity ratio). Menurut Keown (2004 : 70), Economic Value Added adalah laba yang melebihi kewajiban / hutang dan biaya modal (cost of capital) dalam suatu perusahaan. Secara lebih rinci dapat didefenisikan sebagai laba usaha dikurangi dengan pajak dan biaya bunga atas hutang (Net Operating After Tax) serta dikurangi dengan biaya modal (cost of capital).

Selisih antara laba setelah pajak dengan biaya modal disebut spread EVA, selisih yang dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan, yaitu ketika investasi yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengembalian lebih besar dari biaya modal (cost of capital) yang diciptakan oleh perusahaan.

Setelah di dapat hasil Rasio Keuangan dan Economic Value Added dari 2 perusahaan sejenis menurut Analisa Time Series ini maka dibandingkan manakah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang terbaik diantara 2 perusahaan tersebut.


(6)

Kerangka konseptual penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kinerja Keuangan

Economic Value Added (EVA) 1. NOPAT

2. WACC

3. Invested Capital Rasio –rasio Keuangan : 1. Current Ratio (CuR) 2. Cash Ratio (CR)

3. Return on Investment (ROI) 4. Return on Equity (ROE) 5. Debt to Asset Ratio (DAR) 6. Debt to Equity Ratio (DER)


Dokumen yang terkait

Analisis Economic Value Added (EVA) Dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Indosat, Tbk

6 60 100

Analisis Economic Value Added (EVA) dalam Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Unilever Indonesia, Tbk.

15 102 104

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added Dan Market Value Added (Studi pada PT Telkom Tbk dan PT BRI Tbk)

3 42 74

Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Dan Economic Value Added (EVA) Pada PT. Metrodata Electronics Tbk Dan PT. Centrin Online Tbk

3 84 126

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

16 191 104

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

0 0 11

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

0 0 2

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

0 0 7

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

0 0 4

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Rasio Keuangan dan Economic Value Added (EVA) pada PT. Adhi Karya (Persero), Tbk dan PT. Total Bangun Persada, Tbk

0 0 10