Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added Dan Market Value Added (Studi pada PT Telkom Tbk dan PT BRI Tbk)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM EKSTENSI MEDAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED (Studi pada PT Telkom Tbk dan PT BRI Tbk)

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

RICHARD HALOMOAN SITORUS 060521092

DEPARTEMAN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Richard Halomoan Sitorus (2010), “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added Dan Market Value Added (Studi pada PT Telkom Tbk dan PT BRI Tbk)”. Pembimbing, Dr. Isfenti Sadalia, ME. Ketua Departemen Manajemen, Prof. Dr. Ritha Dalimunthe, SE, M.Si. Penguji I, Dr. Yeni Absah, SE, M.Si. Penguji II, Dra. Friska Sipayung, M.Si.

Pencapaian tujuan perusahaan diwujudkan dengan suatu kinerja keuangan yang baik dari manajemen. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan menggunakan metode Economic Value Added dan Market Value Added. Rumusan masalah pada penilitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan dengan menggunakan analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penilitian dilakukan tahun 2005-2008.

Hasil penelitian ini bahwa Nilai EVA dan MVA pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk periode penelitian (2005-2008) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa kinerja pihak manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk piawai dalam mengelola kapital perusahaan sehingga membuat investasi tersebut lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk telah mampu menciptakan EVA dan MVA yang positif karena inilah yang akan diapresiasi oleh para pemegang saham atau investor ini terbukti dengan masuknya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebagai BUMN pencetak laba bersih terbesar tahun 2008 dan masuk kategori saham perusahaan LQ 45 yakni saham perusahaan tersebut mendapat kepercayaan yang sangat baik di pasar modal.

Kata kunci : Economic Value Added, Market Value Added, Return on Net Asset,


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan dengan tulus kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, terutama dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.

Pada masa perkuliahaan dan dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan motivasi, baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Marhaini, M.S, selaku dosen wali penulis yang telah membimbing penulis selama perkuliahaan.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam proses penulisan serta penyusunan skripsi ini.


(4)

6. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si, selaku Dosen Penguji I. 7. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Dosen Penguji II.

8. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan mengabdikan dirinya sebagai guru bangsa dengan memberikan serta mengajarkan ilmu pengetahuan yang baik serta berguna, terutama kepada penulis.

9. Seluruh Staff dan Civitas Akademika di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah bersama-sama menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif dalam menuntut ilmu serta menyelesaikan perkuliahaan.

10.Kedua Orangtuaku J. Sitorus dan T. Br. Samosir (†) serta saudara-saudaraku keluarga Radi, Elvis, Candra, Herman, Boby dan Nadia Oktavia serta keluarga yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

11.Kepada Rodame Linawati Sianturi, terima kasih atas motivasi dan dukungan doanya.

12.Seluruh rekan di perkuliahaan diantaranya Sugianto, Melky, Ronald, Frengki, serta rekan yang lain.

13.Rekan-rekan satu kost saya Veri, Poltak dan Anak Kost CG 18 dan CG16 serta rekan yang lain.

14.Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.


(5)

Penulis mengharapkan agar skripsi ini berguna bagi semua pihak, terutama Mahasiswa Fakultas Ekonomi dimana saja berada.

Medan, Mei 2010

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Kerangka Konseptual ... 4

1. Economic Value Added ... 4

2. Market Value Added ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 7

1. Batasan Operasional ... 7

2. Defenisi Operasional ... 8

3. Lokasi dan Waktu penelitian ... 8

4. Jenis Data dan Sumber Data ... 8

5. Teknik Pengumpulan Data ... 9

6. Metode Analisis Data ... 9

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Pengertian EVA dan MVA ... 11

1. Pengertian Economic Value Added ... 11

2. Pengertian Market Value Added ... 11

C. Metode Perhitungan EVA dan MVA ... 13

1. Perhitungan EVA ... 11

2. Perhitungan MVA ... 21

D. Kelebihan - Kelemahan EVA dan MVA ... 21

1. Kelebihan dan Kelemahan EVA ... 21

2. Kelebihan dan Kelemahan MVA... 23

E. Hubungan antara EVA dengan MVA ... 23


(7)

A. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) ... 27

1. Sekilas TLKM ... 27

2. Visi dan Misi TLKM ... 28

3. Kondisi Perusahaan ... 28

B. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ... 32

1. Sekilas BBRI ... 32

2. Visi dan Misi BBRI ... 34

3. Kondisi Perusahaan ... 35

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Evaluasi EVA ... 37

1. Analisis dan Evaluasi EVA pada TLKM ... 38

2. Analisis dan Evaluasi EVA pada BBRI ... 43

B. Analisis dan Evaluasi MVA ... 47

1. Analisis dan Evaluasi MVA pada TLKM ... 47

2. Analisis dan Evaluasi MVA pada BBRI ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 3.1 Kinerja Keuangan TLKM Tahun 2005-2008 ... 30

Tabel 3.2 Volume Saham TLKM dan Nilai Saham TLKM ... 31

Tabel 3.3 Kinerja Keuangan BBRI Tahun 2005-2008 ... 35

Tabel 3.4 Volume Saham TLKM dan Nilai Saham TLKM ... 36

Tabel 4.1 Perhitungan RONA pada TLKM Tahun 2005-2008 ... 38

Tabel 4.2 Perhitungan WACC pada TLKM Tahun 2005-2008 ... 39

Tabel 4.3 Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2005-2008 ... 40

Tabel 4.4 Perhitungan Invested Capital pada TLKM Tahun 2005-2008 . 41

Tabel 4.5 Perhitungan EVA pada TLKM Tahun 2005-2008 ... 41

Tabel 4.6 Perhitungan RONA pada BBRI Tahun 2005-2008 ... 43

Tabel 4.7 Perhitungan WACC pada BBRI Tahun 2005-2008 ... 44

Tabel 4.8 Perhitungan Invested Capital pada TLKM Tahun 2005-2008 . 45

Tabel 4.9 Perhitungan EVA pada TLKM Tahun 2005-2008 ... 46

Tabel 4.10 Perhitungan MVA pada TLKM Tahun 2005-2008 ... 48

Tabel 4.11 Perhitungan MVA pada BBRI Tahun 2005-2008 ... 51

Tabel 4.12 Nilai EVA dan MVA pada TLKM dan BBRI Tahun 2005-2008 ... 54


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6


(10)

ABSTRAK

Richard Halomoan Sitorus (2010), “Analisis Kinerja Keuangan Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added Dan Market Value Added (Studi pada PT Telkom Tbk dan PT BRI Tbk)”. Pembimbing, Dr. Isfenti Sadalia, ME. Ketua Departemen Manajemen, Prof. Dr. Ritha Dalimunthe, SE, M.Si. Penguji I, Dr. Yeni Absah, SE, M.Si. Penguji II, Dra. Friska Sipayung, M.Si.

Pencapaian tujuan perusahaan diwujudkan dengan suatu kinerja keuangan yang baik dari manajemen. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan menggunakan metode Economic Value Added dan Market Value Added. Rumusan masalah pada penilitian ini adalah bagaimana kinerja keuangan dengan menggunakan analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penilitian dilakukan tahun 2005-2008.

Hasil penelitian ini bahwa Nilai EVA dan MVA pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk periode penelitian (2005-2008) selalu bernilai positif yang mengindikasikan bahwa kinerja pihak manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk piawai dalam mengelola kapital perusahaan sehingga membuat investasi tersebut lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang. Manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk telah mampu menciptakan EVA dan MVA yang positif karena inilah yang akan diapresiasi oleh para pemegang saham atau investor ini terbukti dengan masuknya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sebagai BUMN pencetak laba bersih terbesar tahun 2008 dan masuk kategori saham perusahaan LQ 45 yakni saham perusahaan tersebut mendapat kepercayaan yang sangat baik di pasar modal.

Kata kunci : Economic Value Added, Market Value Added, Return on Net Asset,


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang dan pasar modal, yang terkait dengan pasar sekuritas dan lembaga keuangan; (2) investasi, yang memfokuskan pada keputusan yang dibuat oleh investor individual dan institusional dalam memilih sekuritas untuk portofolio investasi mereka; dan (3) manajemen keuangan, atau “keuangan perusahaan”, yang mencakup semua keputusan dalam perusahaan. Ketiga bidang diatas di jadikan oleh calon investor sebagai informasi untuk melakukan peningkatan kekayaannya di dalam kegiatan bisnis. Terdapat Tiga bentuk utama dari organisasi bisnis: (1) perusahaan perorangan, (2) persekutuan, dan (3) perseroan. (Brigham & Houston: 2006)

Perseroan adalah jenis organisasi yang paling banyak di minati oleh investor. Perseroan adalah suatu perusahaan yang modalnya berbentuk saham. Jenis Perusahaan perseroan yang telah mapan pada umumnya go public di pasar modal. Majalah GATRA melalui situsnya tertanggal 28 April 2009 mengeluarkan daftar kinerja 10 BUMN besar pencetak laba bersih selama tahun 2008. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk adalah BUMN yang menempati posisi teratas. Kedua BUMN tersebut masuk dalam kategori saham perusahaan LQ 45. Pada penelitian ini yang diambil menjadi objek penelitian adalah BUMN yang go public yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Kedua BUMN tersebut adalah


(12)

perseroan yang go public di pasar modal yaitu pada Bursa Efek Indonesia. Tujuan perseroan yang go public sebelumnya adalah pencapaian laba yang maksimal tetapi saat ini sudah tidak relevan lagi karena manajemen dituntut untuk memberikan suatu kinerja keuangan yang dapat menciptakan nilai (value added) perusahaan bagi seluruh pemegang saham yakni investor. Pengukuran value added yang telah banyak saat ini digunakan adalah metode EVA dan MVA.

Analisis EVA dan MVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Joel M. Stern dan G. Bennet Stewart III yaitu pemilik perusahaan konsultan Stern Stewart

Management Service. Sejak tahun 1990-an, dunia bisnis mengenal alat baru untuk

mengukur penciptaan nilai pada suatu perusahaan, alat itu dikenal dengan sebutan

Economic Value Added dan Market Value Added.

EVA dianggap oleh banyak pihak sebagai yang terbaik dan paling tepat dalam

mengukur kinerja manajemen. Secara sederhana, EVA adalah laba usaha setelah pajak sebelum beban bunga (net operating after tax) dikurangi biaya modal. Pada dasarnya EVA bukanlah hal baru, dimana ide dasar dari EVA adalah menciptakan nilai bagi pemegang saham dimana pengembalian atas modal investasi (return on invested

capital) harus melebihi cost of capital-nya. Perbedaan EVA dengan tolak ukur kinerja

keuangan lainnya adalah EVA memperhitungkan seluruh biaya modal, sedangkan pada tolak ukur lainnya hanya memperhitungkan jenis biaya modal yang mudah dilihat pada laporan laba rugi yaitu biaya bunga dan mengabaikan biaya modal sendiri (cost of equity).

MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan


(13)

mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai serta langka. MVA mencerminkan besarnya nilai tambah yang berhasil dikapitalisasi. Dan memperbesar nilai capital yang digunakan suatu perusahaan. MVA mencerminkan seberapa besar manajemen mampu menciptakan atau menambah kekayaan bagi para pemilik capital atau pemegang saham sehingga MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupaun yang diantisipasi akan dilakukan, yang memperlihatkan panilaian pasar modal.

Masuk dalam sepuluh besar BUMN pencetak laba terbesar pada tahun 2008 dan masuk dalam kategori saham perusahaan LQ 45, kedua BUMN tersebut tentunya menunjukkan bahwa manajemen dapat menambahkan nilai (value) yang sebesar-besarnya kepada pemegang saham (shareholder) dimana hal ini dapat diukur melalui metode EVA dan MVA. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian terhadap kinerja keuangan kedua BUMN tersebut tahun 2005 s.d 2008.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan pokok masalah yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut “ Bagaimana kinerja keuangan dengan menggunakan analisis

Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada PT

Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk”.


(14)

1. Economic Value Added (EVA)

S. David Young dan Stefen F O’Byrne (2001:17) mendefinisikan EVA sebagai berikut: “ EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis (residual

income) yang menyatakan bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah

perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal”. EVA dapat dinyatakan sebagai perhitungan profitabilitas suatu operasi perusahaan yang tidak hanya mengurangkan biaya operasi dari pendapatan yang ada namun juga mengurangkan biaya modal yang terkait dengan operasi tersebut terhadap total pendapatan.

S. David Young dan Stefen F O’Byrne (2001) bahwa EVA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

EVA = (RONA – WACC) x Invested Capital

Dimana:

RONA : Return on Net Asset ( Pengembalian pada aktiva bersih) WACC : Weighted Average Cost of Capital ( Biaya modal rata-rata

tertimbang)

Persamaan- persamaan EVA di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa EVA akan memberikan peningkatan nilai atau terciptanya nilai jika:

a. Terjadi peningkatan laba operasi setelah pajak yang lebih besar daripada biaya modal.

b. Pengembalian atas aktiva bersih lebih besar dari biaya modal rata- rata tertimbang dan modal yang diinvestasikan tetap.

Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil sebagai berikut:


(15)

Jika EVA > 0 hal ini menunjukkan terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan. Jika EVA < 0 hal ini menunjukkan tidak terjadi nilai tambah ekonomis bagi perusahaan.

Jika EVA = 0 hal ini menunjukkan posisi impas karena laba telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.

2. Market Value Added (MVA)

Young & O’Byrne (2001) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseleuruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. Definisi lain tentang

MVA dinyatakan oleh Etty M. Nasser adalah hasil kumulatif dari kinerja perusahaan

yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi akan dilakukan, yang memperlihatkan penilaian pasar modal.

Meneurut Etty Nasser (2003) bahwa untuk menghitung nilai MVA dengan rumus :

MVA = (Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa

perusahaan) x Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar.

Persamaan MVA di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa MVA akan memberikan peningkatan nilai atau terciptanya nilai jika peningkatan nilai pasar lebih besar dari modal yang di investasikan. Dari perhitungan akan diperoleh kesimpulan dengan interprestasi hasil adalah jika MVA positif, nilai tersebut menujukkan bahwa manajemen perusahaan berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan. MVA negatif, nilai tersebut menunjukkan kinerja yang buruk dari


(16)

manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan tidak berhasil dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan.

Gambar 1.1

Kerangka Konseptual untuk EVA dan MVA

Sumber: Young & Byrn (2001) Return On Net Asset

( RONA )

Weight Avarege Cost Of Capital ( WACC )

Modal Yang di Investasikan

Penciptaan nilai tambah Ekonomis perusahaan

(EVA)

Peningkatan return atas modal yang ada

Peningkatan RONA yang lebih besar dari WACC

Jumlah Saham yang Beredar

Nilai Pasar Saham

Nilai Nominal

Penciptaan nilai tambah Ekonomis perusahaan

(MVA)

Nilai pasar yang lebih besar daripada modal yang


(17)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah memperkenalkan lebih jauh mengenai analisis Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) sebagai alat ukur kinerja dan keuangan perusahaan serta cara untuk mengukur EVA dan MVA tersebut

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai analisis Economic Value Added, Market Value Added, dan pengaplikasiannya. b. Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan. c. Bagi para investor, memberikan suatu informasi di dalam mempertimbangkan

keputusan investasi pada perusahaan yang go public.

E. Metode penelitian 1. Batasan Operasional

Penelitian agar dilakukan lebih terarah dan tidak menyimpang dari masalah yang sedang dianalisis maka batasan operasional penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap kinerja keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dengan menggunakan metode analisis Economic Value Added dan Market Value Added dengan data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahan tersebut pada tahun 2005 s/d 2008.


(18)

2. Definisi Operasional A. Economic Value Added

Young & O’Byrne (2001:39) menyatakan bahwa Economic Value Added adalah suatu estimasi dari laba ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan sangat berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu yang tersisa setelah seluruh biaya modal termasuk biaya ekuitas telah dikurangkan. Jadi, dalam konsep EVA dilandasi oleh gagasan laba ekonomis.

B. Market Value Added

Menurut Nasser (2003), Market Value Added adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan melalui internet yaitu pada penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April 2009 sampai selesai.

4. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data sekunder yang digunakan tersebut bersumber dari internet yaitu dari situs resmi PT TLKM Tbk dan PT BBRI Tbk berupa laporan keuangan tahun 2005 s/d 2008 dan data yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.


(19)

5. Tenik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan teknik dokumentasi, dimana data-data yang dibutuhkan telah tersedia. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku dan internet.

6. Metode Analisis Data

Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif . Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang ada dikumpulkan, diklasifikasi, dan kemudian dilakukan analisis dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Napitupulu (2008), “Analisis Kinerja Keuangan dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) pada Tiga Emiten Terbaik 2006”. Rumusan masalah adalah apakah ketiga emiten terbaik 2006 yakni PT ASTRA INTERNASONAL Tbk., PT ANEKA TAMBANG Tbk., dan PT PERUSAHAAN GAS NEGARA Tbk., telah mampu untuk menciptakan nilai tambah (value added) yang sebesar-besarnya bagi perusahaan. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa nilai EVA dan MVA dari ke tiga emiten terbaik 2006 selalu bernilai postif yang mengindikasikan bahwa pihak manajemen perusahaan selalu dapat membuat investasi para shareholder menjadi lebih bernilai dan memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang.

Tobing (2007), “Peranan Analisis Economic Value Added dalam Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS Tbk”. Rumusan masalah adalah bagaimana penerapan pengukuran kinerja keuangan pada PT. United Tractors, Tbk dengan menggunakan penerapan Economic Value Added untuk periode 2004, 2005 dan 2006. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa hasil analisis terhadap EVA PT United Tractors Tbk bernilai positif (EVA>0) mampu dihasilkan pada tahun 2004 dan 2005 menunjukkan manajer dapat menciptakan nilai tambah ekonomis bagi pemegang sahamnya. Tetapi pada tahun 2006 bernilai negative (EVA<0) ini menunjukkan penurunan kinerja manajer yang kurang dapat


(21)

meminimalkan biaya modal dan memilih investasi yang memaksimalkan nilai sehingga gagal dalam menciptakan EVA.

Lucky Bani Wibowo (2005), “Pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Return Pemegang Saham”. Rumusan masalah adalah apakah EVA dan profitabilitas perusahaan mempengaruhi return pemegang saham. Kesimpulan dari penelitian itu adalah bahwa EVA dan profitabilitas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return pemegang saham. Hal ini secara otomatis menguatkan dugaan bahwa profitabilitas perusahaan yang diwakili oleh rasio – rasio ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), serta EVA (Economic Value Added) memiliki pengaruh secara serentak terhadap return pemegang saham.

B. Pengertian Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) 1. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Menurut David Young dan O’Byrne (2001): “ EVA sebagai laba operasi sesudah pajak, dikurangi biaya modal”. Salah satu kekuatan besar EVA adalah menjadi penghubung antara pengukuran kinerja dan penilaian pasar modal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberikan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya. EVA tidak hanya memberikan kontribusi terhadap perilaku yang menciptakan nilai pada proses awal alokasi modal tetapi juga meningkatkan penciptaan nilai dalam implementasi dan tahap pemantauan. EVA merupakan langkah yang besar kedepan karena EVA


(22)

meningkatkan praktik-praktik yang dapat menghantarkan hasil keuangan yang unggul.

Menurut Brigham dan Houston (2001):” EVA adalah perbedaaan laba operasi setelah pajak dengan total biaya modal, termasuk biaya modal ekuitas”. EVA merupakan suatu estimasi nilai yang dihasilkan manajemen selama tahun berjalan, dan sangat berbeda dengan laba akuntansi karena tidak membebankan untuk penggunaan modal ekuitas yang tercermin dalam laba akuntansi. EVA merupakan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Salah satu kekuatan terbesar

EVA adalah kaitan langsungnya dengan harga saham. EVA membuat manajer

bertindak seperti pemegang saham.

Menurut Rudianto (dalam Tobing 2007:18): “EVA adalah suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”.

EVA merupakan sebuah pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai yang

merefleksikan jumlah absolut nilai kekayaan pemegang saham yang dihasilkan, baik bertambah atau berkurang tiap tahunnya. EVA merupakan alat yang berguna untuk memilih investasi keuangan yang paling cocok untuk mengendalikan operasional perusahaan.


(23)

1. Pengertian Market Value Added (MVA)

Menurut David Young dan O’ Byrne (2001): “ MVA adalah perbedaan antara nilai pasar (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan”. Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal.

Menurut Brigham dan Houston (2001): “MVA adalah perbedaan antara nilai pasar saham dan jumlah ekuitas yang telah ditanamkan investor”. MVA juga dapat didefenisikan sebagai total modal yang diberikan, termasuk hutang dan ekuitas. Tetapi defenisi yang diberikan disini lebih memfokuskan pada modal ekuitas yang lebih mudah digunakan dan pada umumnya konsisten dengan defenisi yang lebih luas.

C. Metodologi perhitungan Economic Value Added (EVA) dan Market Value

Added (MVA)

A. Perhitungan EVA

David Young dan O’Byrne (2001) bahwa EVA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

EVA = (RONA – WACC) x Invested Capital

Menurut David Young dan O’Byrne (2001): “EVA sama dengan NOPAT, dikurangi biaya modal”. NOPAT merupakan laba operasi perusahaan setelah pajak.


(24)

Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata- rata tertimbang dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham, ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Modal yang di investasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang, dan kewajiban jangka panjang lainnya.

1. RONA (Return On Net Asset/ Pengembalian Pada Aktiva Bersih)

Menurut S. David Young dan Stefen F O’Byrne (2001) bahwa RONA dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

RONA = NOPAT : Net Asset

RONA merupakan pengembalian atas aktiva bersih. Risiko terhadap

perusahaan yang menggunakan RONA tanpa EVA adalah manajer divisi mungkin melewati proyek yang menciptakan nilai karena yang akan mengurangi RONA, atau mungkin menjalankan proyek yang memusnakan nilai karena manajer akan meningkatkan RONA dengan perkataan lain ketergantungan pada RONA semata dapat mengarah pada perilaku yang kurang optimal. Menurut Sartono (dalam Napitupulu 2008) menyatakan bahwa NOPAT atau laba bersih sesudah pajak sehingga dapat di rumuskan yaitu : NOPAT = EBIT ( 1- Tax).

NOPAT merupakan sejumlah laba perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Menurut Karnadi (dalam Julianti Jarief) defenisi NOPAT adalah hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari usaha normal perusahaan. NOPAT adalah hasil penjumlahan dari laba


(25)

usaha penghasilan dari bunga, beban/ pajak penghasilan, tax shield atas beban bunga, bagian laba/ rugi bersih anak perusahaan, laba/ rugi kurs dan laba/ rugi lainnya.

Operating Income ditambahkan dengan Non-Operating Income& Expenses akan

menghasilkan suatu angka yang dikenal sebagai EBIT (EarningsBefore Interestand

Tax).

2. WACC (Weighted Average Cost of Capital/Biaya Modal Rata-rata Tertimbang) Bentuk pembiayaan yang berbeda membawa risiko yang berbeda bagi investor, mereka harus membawa biaya berbeda untuk perusahaan yang menjadi pokok. Investor membutuhkan pengembalian lebih tinggi untuk pembelian saham dalam suatu perusahaan tertentu daripada ketika memberikan pinjaman karena lebih beresiko. Oleh karenanya biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya hutang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masing- masing itu dimiliki dalam stuktur modal (Brigham & Houston: 2006)

Young & O’Byrne (2001) berpendapat hubungan antara biaya modal dan biaya hutang serta pembiayaan ekuitas dapat digabungkan dalam biaya modal rata- rata tertimbang (weighted average of capital) dari suatu perusahaan sebagai berikut:

WACC = utang/ pembiayaan total (biaya utang) (1 – T) + ekuitas/ pembiyaan

total (biaya ekuitas)

Sehingga untuk menghitung WACC suatu perusahaan perlu mengetahui yang berikut ini:

• Jumlah utang dalam struktur modal


(26)

• Biaya utang

• Tingkat pajak

• Biaya ekuitas

Biaya utang adalah tingkat sebelum pajak yang dibayar perusahaan kepada pemberi pinjaman. Biaya hutang (cost of debt= kd) merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang/ pembeli obligasi. Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang merupakan rate yang harus dibayar perusahaan di dalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (Weight). Adanya pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena pajak maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat pajak yang dikenakan. Biaya hutang berasal dari biaya hutang setelah pajak, Kd (1-t).

Biaya hutang ini merupakan biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat pajak yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata- rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan dengan (1-t), dimana t merupakan factor pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Sehingga rumus untuk pembiayaan total biaya hutang adalah:

Kdt = Kd ( 1- t)

Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya modal rata- rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin


(27)

kita maksimalkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga mengahasilakn penghematan pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang setelah pajak lebih kecil dari biaya hutang sebelum pajak. Biaya hutang adalah suku bunga atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain biaya yang kita perlukan adalah biaya hutang marjinal.

Biaya Ekuitas (cost of equity = Ke) mempunyai dua makna, tergantung dari sisi investor atau perusahaan. Dari sudut pandang investor bahwa cost of capital adalah opportunity cost dari dana yang ditanamkan investor pada suata perusahaan menurut Keown (Dalam Iramani 2005). Sedangkan dari sudut perusahaan cost of

capital adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh sumber

dana yang dibutuhkan. Bila para investor menyerahkan dananya berupa equity kepada perusahaan mereka berhak untuk mendapatkan pembagian deviden dimasa mendatang sekaligus berkedudukan sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tentu tergantung kinerja perusahaan tersebut dimasa dating. Hal ini berbeda dengan modal hutang karena sudah ada kepastian tingkat bunga yang disetujui.

Untuk menghitung Ke perlu pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku. Menurut Brigham dan Houston (2006) ada tiga metode pendekatan untuk menentukan nilai Ke antara lain:


(28)

b. Diccounted Cash Flow Model (DCF)

c. Bond Yield Risk Premium Approach.

Dari ketiga pendekatan tersebut yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan dengan CAPM karena Model CAPM adalah yang popular.

Metode tersebut dapat dirumuskan:

Ke = risk free rate + risk premium Ke = Krf + ß [Krm – Krf]

Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf = tingkat hasil pengembalian bebas risiko (risk free rate), Krm = tingkat hasil pengembalian yang diharapkan pasar, dan ß = koefisien Beta saham yang merupakan Indeks resiko saham perusahaan. Risk Free rate = Krf adalah tingkat bunga bebas resiko. Dimana penanaman modal pada instrument bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini Serifikat bank Indonesia. Data ini diperoleh dari jurnal statistic keuangan dan pasar modal. Market return = Krm adalah tingkat keuantungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar. Sebagai pengukur dipakai tingkat keuantungan rata- rata seluruh kesempatan investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indek Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market

Direktory (CMD).

Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan. Kemudian dihitung sebagai berikut:


(29)

Return Pasar (Krm) 1 1 − − − = i i i bulan Indeks bulan Indeks bulan Indeks

Menurut Widoatmodjo (2009) bahwa angka ß adalah ukuran mengenai sensitivitas suatu saham terhadap pasar. Angka ß ini mulai dari negative tidak terbatas samapai positif tidak terbatas. Angka negative suatu saham memiliki ß negative berarti memiliki sifat berlawanan dengan gerakan pasar. Jika mayoritas harga saham naik, saham yang memiliki ß negative ini justru menurun. Sedangkan jika suatu saham memliki ß positif , maka akan mengikuti gerakan harga pasar. Diantara ß yang tidak terhingga itu, ada ß yang spesifik pengaruhnya, yaitu 1 dan 0. Jika suatu saham memiliki ß = 1, maka gerakan harga saham tersebut persis sama dengan harga pasar. Sedangkan saham yang memiliki ß = 0, dapat dikatakan tidak bereaksi sama sekali terhadap harga pasar.

Rumus untuk menghitung Beta (ß) adalah sebagai berikut (Sharpe:1997)

Beta =

(

)

2 2 . Rm Rm n Ri Rm Ri Rm n ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:

n = jumlah observasi

Rm = tingkat pengembalian pasar

Ri = tingkat keuntungan individu saham

Rumus untuk menghitung tingkat keuntungan saham individu adalah sebagai berikut (Jogi Yanto :2003)

Ri =

1 1 − − − t t t Pi Pi Pi


(30)

Keterangan:

Pit = Harga saham penutupan pada periode t Ptt-1 = Harga penutupan saham pada periode t-1

Premi resiko pasar (Market risk premium) merupakan selisih antara return pasar bebas resiko yang artinya investor akan memiliki tambahan sebesar risk premium atau dengan kata lain market risk sebagai tambahan resiko perusahaan. Young and O’Byerne mengasumsikan nilai premi resiko sebesar 6 % untuk setiap perusahaan yang di teliti.

3. Modal yang di investasikan (Invested Capital)

Menurut Widjaya (dalam Tobing: 2007) bahwa modal yang diinvestasikan (invested capital) adalah keseluruhan jumlah ekuitas dengan jumlah total kewajiban perusahaann. Modal yang diinvestasikan adalah aktiva yang diinvestasikan dalam aktivitas operasi yang berkelanjutan. Modal yang diinvestasikan terdiri dari jumlah hutang jangka pendek, pinjaman bank/sewaguna usaha/obligasi jangka panjang, kewajiban yang ditangguhkan, kewajiban jangka panjang lainnya, hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan dan ekuitas.

Menurut Sjarief dan Wirjolukito (2003) bahwa invested capital merupakan hasil reorganisasi neraca untuk melihat besarnya capital yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditor dan pemodal juga untuk melihat seberapa besar capital yang diinvestasi dalam aktivitas operasional dan non-operasional lainnya.


(31)

B. Perhitungan MVA

Young & O’Byrne (2001) menyatakan bahwa Market Value Added (MVA) adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasikan dalam perusahaan. MVA adalah selisih antara nilai pasar saham biasa perusahaan dengan nilai nominal saham biasa perusahaan dikalikan dengan jumlah saham saham biasa perusahaan yang beredar.

MVA = (Nilai pasar saham biasa perusahaan – Nilai nominal saham biasa

perusahaan) x Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar.

D. Kelebihan – Kelemahan EVA dan MVA 1. Kelebihan dan kelemahan EVA

Adapun kelebihan dan kelemahan EVA menurut Amirullah (dalam Naser, 2003:27) adalah:

A. Kelebihan EVA

1. EVA merupakan ukuran kinerja operasional bias berdiri sendiri tanpa

ukuran/angka yang lain.

2. EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai yaitu

memaksimumkan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manejer berpikir serta bertindak sebagai pemegang saham. Manejer memilih investasi yang memeksimumkan tingkat pengendalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.


(32)

3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan

struktur modalnya. Secara eksplisit memperhitungkan biaya modal dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan

pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat menciptakan nilai perusahaan.

B. Kelemahan EVA

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu. Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negatif sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan

EVA pada tahun tertentu untuk menilai kinerja perusahaan, kurang tepat.

2. Proses penghitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.


(33)

2. Kelebihan dan kelemahan MVA

Adapun kelebihan dan kelemahan MVA menurut Napitupuluh (2008:31) adalah:

A. Kelebihan MVA

1. Penerapan MVA dalam perusahaan dapat menggambarkan prospek yang menguntungkan atas investasi yang dilakukan saat ini dimasa yang akan datang. 2. Nilai MVA dapat menjadi metode perhitungan dalam menganalisa kekayaan

dimasa yang akan mendatang.

B. Kelemahan MVA

1. Metode MVA mengabaikan kesempatan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.

2. Metode MVA hanya dapat diamati pada tingkat atas sehingga tidak dapat diterapkan pada devisi operasi.

3. MVA mengabaikan distribusi kekayaan kepada shareholder dan juga mengabaikan

konstribusi mereka.

E. Hubungan Antara EVA dengan MVA

Dalam penelitian yang dilakukan Sartono dan Setiawan (dalam Nasser 2003:30) untuk 63 perusahaan pada tahun 1994, 1995 dan 1996, tentang bagaimana hubungan antara EVA dan MVA. Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara EVA dengan MVA. EVA secara umum lebih bermanfaat dibanding MVA untuk mengEVAluasi kinerja manejerial sebagai bagian dari insentif compensation program dangan alasan:


(34)

1. EVA menunjukkan nilai tambah atau value added yang terjadi pada tahun tertentu, sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahan selama hidupnya.

2. EVA dapat saja diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan besar secara individual, MVA harus diterapkan untuk perusahaan secara keseluruhan. Karena alasan ini MVA lebih bayak digunakan untuk mengevaluasi kinerja top manajemen selama jangka waktu yang panjang.

F. Penerapan EVA dan MVA di Lingkungan Perusahaan

EVA dan MVA merupakan lebih dari sekedar sistem pegukuran penciptaan

nilai (value added) dalam perusahaan. EVA dan MVA juga merupakan instrumen untuk mengubah perilaku manajerial, mengbah cara berpikir, membuat manager untuk berpikir berbeda mengenai pekerjaannya. Melaksanakan prinsip-prinsip berdasarkan nilai membutuhkan penerimaan dan pemahaman diantara seluruh manager, yang tidak hanya mengerti mengapa penciptaan nilai begitu penting tetapi juga harus memegang konsep fundamental yang melandasi penciptaan nilai. Pendeknya, salah satu dasar dari manajemen berdasarkan nilai ádalah membuat keuangan dapat diakses oleh seluruh manager, tidak hanya oleh ahlinya. Jika manager diharapkan untuk menciptakan nilai, pertama-tama mereka harus memahami apa yang dimaksudkan dengan nilai dan bagaimana pasar modal menentukannya. Salah satu kebaikan terbesar dari EVA dan MVA adalah membuat teori keuangan yang dapat dipercaya mudah diterima, sehingga manager operasi, dan mereka yang tidak memiliki latar belakang atau pengalaman dibidang akuntansi atau keuangan, dapat


(35)

menggabungkan pandangan dari bidang ilmu ini ke dalam cara mereka manjalankan bisnisnya.

Profesional keuangan harus mengubah cara berpikirnya secara tradisional, departemen keuangan dipandang sebagai penjaga modal perusahaan yang terbatas, dan pelaksana yang mengendalikan operasi dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan pelaporan preusan. Manajemen berdasarkan nilai membutuhkan perubahan yang mendasar dalam pemikiran profesional keuangan. Mereka tidak semata- mata sebagai pengalokasi atau pelaksana, meskipun mereka terus menanggung tanggung jawab kendali yang penting. Bahkan, mereka harus menjadi rekan dari kolega operasinya, membantu mereka menggunakan cara pandang dan teknologi yang harus ditawarkan keuangan dalam mengenali di mana dalam preusan nilai dibuat dan dimusnakan, proyek mana untuk diinvesatsikan dan mana yang harus dihindarkan.

Dalam mengubah sikap para manager opersi dibutuhkan transparansi dalam fungsi keuangan dan akuntansi, yang berarti tidak hanya mengakomodasikan tujuan keuangan yang jelas kepada karyawan tetapi juga mencapai penerimaan. Penciptaan nilai , juga merupakan tanggung jawab setiap karyawan, tidak hanya manager puncak dan ahli keuangan. Profesional keuangan dan akuntansi meletakkan landasan pengukuran yang benar dan melaporkan hasilnya. Keuangan juga memberikan andil dalam merancang struktur modal yang tepat yang meminimasi biaya modal perusahaan. Akan tetapi, penciptaan nilai yang sesungguhnya, terletak pada manajer operasi dan karyawannya. Mereka adalah orang –orang yang memproduksi serta menjual produk dan jasa perusahaan, bekerja berdekatan dengan pelanggan dan


(36)

pemasok, dan menciptakan kompetensi organisasi yang membuat penciptaan nilai serius dimungkinkan.


(37)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. (TLKM) 1. Sekilas TLKM

TLKM merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet) yang terbesar di Indonesia. Pengabdian TLKM berawal pada 23 Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu pula TLKM telah mengalami berbagai transformasi.

Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan New TLKM Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi factor dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate Identity TLKM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TLKM yang ke 153. TLKM juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.

Sampai dengan 31 Desember 2008 jumlah pelanggan TLKM tumbuh 37% dari tahun sebelumnya sebanyak 68,6 juta pelanggan yang terdiri dari pelanggan telepon tidak bergerak kabel sejumlah 8,6 juta, pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel sejumlah 12,7 juta pelanggan dan 65,3 juta pelanggan jasa telepon bergerak. Sejalan dengan lahirnya New TLKM Indonesia, berbekal semangat positioning baru


(38)

mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan terbaik bagi pelanggan dan stakeholders.

Sepanjang Tahun 2008, berbagai penghargaan dan sertifikasi telah diterima oleh TLKM, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain, Sertifikasi ISO 9001:2000 dan ISO 9004:2000 untuk Divisi Enterprise Service dari TUV Rheinland

International Indonesia; Penghargaan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(SMK3) dan Kecelakaan Nihil 2008 dari Wakil Presiden RI; The Best Corporate

Image category dalam ajang Most Admired Companies Awards ke 8 dari Frontier Consulting Group; Juara Umum 2007 Annual Report Award dari Menteri Keuangan

RI; Juara Umum Anugerah Media Humas 2008 dari Bakorhumas CIO of The Year 2008 dalam Hitachi Data System IT Inspiration Awards; dan Penghargaan CEO dan Perusahaan Idaman dari Majalah Warta Ekonomi.

TLKM listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 14 November 1995. Saham TLKM per 31 Juli 2009 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan pemegang saham swasta (48,81%). Saham TLKM tercatat di BEI, New York Stock

Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange, tanpa

tercatat. Harga saham TLKM di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 6.900. Nilai kapitalisasi pasar saham TLKM pada akhir tahun 2008 mencapai Rp 139,104 miliar atau 12,92 % dari kapitalisasi pasar BEI. Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh TLKM, penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan, serta potensi pertumbuhannya di masa mendatang, TLKM menjadi model korporasi terbaik Indonesia.


(39)

2. Visi dan Misi TLKM a. Visi

To become a leading InfoCom player in the region. TLKM berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.

b. Misi

TLKM mempunyai misi memberikan layanan “ One Stop InfoCom Services

with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation “ dengan jaminan bahwa pelanggan akan

mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif. TLKM mempunyai misi memberikan layanan “ One Stop

InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation “ dengan jaminan bahwa

pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.

3. Kondisi Umum Perusahaan

Kondisi umum perusahaan dapat digambarkan dengan melihat kondisi keuangan perusahaan secara umum. Pada tabel berikut ini akan ditunjukkan bagaimana perkembangan Total Asset, Total Liabilities, Total Equity, Net Revenues, dan Net Income.


(40)

Tabel 3.1

Kinerja Keuangan TLKM Tahun 2005-2008 (dalam juta rupiah)

2005 2006 2007 2008

Total Asset 62.171.044 - 75.135.745 (20,85%) 82.058.760 (9,21%) 91.256.250 (3.19,%) Total Liabilities 32.573.450 - 38.879.969 (19,36%) 39.005.419 (0.32,%) 47.258.399 (21,16%) Total Equity 23.292.401 - 28.068.689 (20,51%) 33.748.579 (20,24%) 34.314.071 (1,68%) Net Revenues 41.807.184 - 51.294.008 (22,69%) 59.440.011 (15,88%) 60.689.784 (2,10%) Net Income 7.993.566 - 11.005.577 (37,68%) 12.867.018 (16,82%) 10.619.470 (-17,40%) Sumber: TLKM (2009)

Dari Tabel 3.1 kita dapat melihat bagaimana kondisi umum perusahaan jika dilihat dari kondisi keuangannya dari tahun 2005-2008. Dari Tabel 3.1 kita juga dapat melihat bagaimana persentase perubahan Total Asset, total Liabilities, Total

Equity, Net Revenues, dan Net Income. Total Assets perusahaan secara umum

meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase total asset di tahun 2007 dan 2008. Total Liabilities secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase total liabilities di tahun 2007 dan persentase meningkat kembali di tahun 2008. Total Equity secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase total equity di tahun 2007 dan 2008. Net Revenues secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase net revenues di tahun 2007 dan 2008. Net Income


(41)

secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan jumlah

net income di tahun 2007 dan tahun 2008.

Selain kinerja keuangan di Tabel 3.1 dapat dilihat di Tabel 3.2 volume saham dan nilai saham yang diperdagangkan dari tahun 2005-2008.

Tabel 3.2

Volume Saham TLKM (dalam jutaan lembar) dan Nilai Saham TLKM ( dalam milyar rupiah) tahun 2005-2008

Saham 2005 2006 2007 2008

Volume Nilai

6.645 32.814

6.425 49.812

7.215 74.639

7.768 60.829 Sumber: TLKM (2009)

Berdasarkan Tabel 3.2 kita dapat melihat bahwa secara umum volume saham TLKM mengalami peningkatan. Peningkatan volume saham TLKM tersebut diikuti oleh peningkatan nilai saham. Volume penjualan saham di tahun 2006 mengalami penurunan dari tahun 2005 yakni turun sebesar 3,31% tetapi di tahun 2007 mengalami peningkatan peningkatan sebesar 8,57% dari tahun 2006; dan di tahun 2008 juga mengalami peningkatan sebesar 7,66% dari tahun 2007. Nilai saham TLKM di tahun 2006 mengalami sebesar 51,80% dari tahun 2005, di tahun 2007 juga mengalami peningkatan di 49,84% dari tahun 2006 dan di tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 18,50%.


(42)

B. PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk. (BBRI) A. Sekilas BBRI

Pada awalnya BBBRI di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BBRI.

Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wirjaatmadja Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BBRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BBRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BBRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintergrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.

Setelah berjalan selama satu bulan keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan Bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN)


(43)

diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BBRI sebagai Bank Umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BBRI berubah menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% ditangan Pemerintah.

PT . BBRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan pemberian fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini Bank Rakyat Indonesia mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BBRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas


(44)

Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT,3.705 BBRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa.

BBRI listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada 10 November 2003. Saham BBRI per 31 Juli 2009 dimiliki oleh pemerintah Indonesia (56,78%) dan pemegang saham swasta (43,22%). Saham BBRI tercatat di BEI, harga saham BBRI di BEI pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 26.933.

2. Visi dan Misi BBRI a. Visi

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

b. Misi

* Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamkan pelayanan

kepada mikro, kecil dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat

* Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang

tersebar luas didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance.

* Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak- pihak yang


(45)

3. Kondisi Umum Perusahaan

Kondisi umum perusahaan dapat digambarkan dengan melihat kondisi keuangan perusahaan secara umum. Pada Tabel berikut ini akan ditunjukkan bagaimana perkembangan Total Asset, Total Liabilities, Total Equity, Net Revenues, dan Net Income.

Tabel 3.3

Kinerja Keuangan BRI tahun 2005-2008 (dalam juta rupiah)

2005 2006 2007 2008

Total Asset 122.775.579 - 154.725.486 (26,02%) 203.734.938 (31,68%) 246.958.598 (20,78%) Total Liabilities 109.422.597 - 137.846.678 (25,98%) 184.297.303 (33,70%) 223.720.199 (21,39%) Total Equity 13.352.982 - 16.878.808 (26,40%) 19.437.635 (15,16%) 22.356.697 (15,02%) Net Revenues 17.253.712 - 21.070.537 (22,12%) 23.240.631 (10,30%) 28.096.633 (20,89%) Net Income 3.808.587 - 4.257.572 (11,79%) 4.838.001 (13,63%) 5.958.368 (23,16%) Sumber: BBRI (2009)

Dari Tabel 3.3 kita dapat melihat bagaimana kondisi umum perusahaan jika dilihat dari kondisi keuangannya dari tahun 2005-2008. Dari Tabel 3.3 kita juga dapat melihat bagaimana persentase perubahan Total Asset, total Liabilities, Total

Equity, Net Revenues, dan Net Income. Total Assets perusahaan secara umum

meningkat dari tahun 2005-2008 terjadi peningkatan persentase total asset di tahun 2007 dan terjadi penurunan persentase di tahun 2008. Total Liabilities secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 terjadi peningkatan persentase total liabilities di


(46)

tahun 2007 dan persentase menurun di tahun 2008. Total Equity secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase total equity di tahun 2007 dan 2008. Net Revenues secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 namun ada terjadi penurunan persentase net revenues di tahun 2007 dan peningkatan tahun 2008. Net Income secara umum meningkat dari tahun 2005-2008 dan terjadi peningkatan persentase net income dari tahun 2007dan tahun 2008.

Selain kinerja keuangan di Tabel 3.3 dapat dilihat di Tabel 3.4 volume saham dan nilai saham yang diperdagangkan dari tahun 2005-2008.

Tabel 3.4

Volume Saham BBRI (dalam jutaan lembar) dan Nilai Saham BBRI ( dalam milyar rupiah) tahun 2005-2008

Saham 2005 2006 2007 2008

Volume Nilai

5.639 15.656

5.115 21.594

4.170 25.356

5.569 28.597 Sumber: BBRI (2009)

Berdasarkan Tabel 3.4 kita dapat melihat bahwa secara umum volume saham mengalami peningkatan. Peningkatan volume saham tersebut diikuti oleh peningkatan nilai saham. Volume saham BBRI di tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 9,29% dari tahun 2005 dan di tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 18,47% sedangkan di tahun 33,54%; Nilai saham BBRI di tahun 2006 mengalami peningkatan 37,92% dari tahun 2005, di tahun 2007 nilai saham mengalami peningkatan sebesar 17,42% dari tahun 2006, di tahun 2008 nilai saham mengalami peningkatan sebesar 12,78%.


(47)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisisi Dan Evaluasi EVA

Nilai tambah ekonomis (EVA) merupakan nilai yang di dapatkan shareholder dari hasil kinerja manajemen dalam mengelola modal yang diberikan pada perusahaan. EVA mengurangi laba dengan biaya modal sehingga manajemen perusahaan dituntut mampu memilih investasi dengan tingkat pengembalian optimum dan dengan tingkat risiko minimum.

Tahapan- tahapan yang dilalui di dalam menghitung nilai EVA adalah sebagai berikut:

1. Menghitung nilai Return On Net Asset (RONA) atau pengembalian aktiva bersih 2. Menghitung nilai Weight Average Cost Of Capital (WACC)

3. Menghitung modal yang diinvestasikan oleh perusahaan 4. Mengitung nilai Economic Value Added (EVA)


(48)

1. Analisis dan Evaluasi EVA pada TLKM

Tabel 4.1 dibawah ini akan menunjukkan perhitungan Return On Net Asset

(RONA) atau pengembalian aktiva bersih TLKM.

Tabel 4.1

Perhitungan RONA pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2005-2008

( Juta Rp)

NO Komponen 2005 2006 2007 2008

1 EBIT 16,241,424 21,993,605 25,595,653 20,312,808

2 Tax 5,183,887 7,039,927 7,927,823 5,639,695

(31.91%) (32.01%) (30.97%) (27.76%)

3 (1 – Tax) 0.6808 0.6799 0.6903 0.7224

4 NOPAT 11,057,537 14,953,678 17,667,830 14,673,113

(1 x 3)

5 Total Asset 62,171,044 75,135,745 82,058,760 91,256,250

6 Total Liabilities 32,573,450 38,879,969 39,005,419 47,258,399

7 Net Asset 29,597,594 36,255,776 43,053,341 43,997,851

(5 – 6)

8 RONA 37.36% 41.24% 45.04% 33.35%

(4 : 7)

Sumber: Laporan Keuangan TLKM (diolah)

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa RONA pada TLKM di tahun 2005 sebesar 37,36% yang menggambar pengembalian pada aktiva bersih, di tahun 2006 nilai

RONA mengalami peningkatan menjadi 41,24% hal ini diakibatkan nilai NOPAT di

tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 35,24% dari tahun 2005, di tahun 2007 nilai RONA mengalami peningkatan menjadi 45,04% hal ini diakibatkan nilai NOPAT di tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 18,15%, di tahun 2008 nilai RONA mengalami penurunan menjadi 33,35% hal ini diakibatkan nilai NOPAT mengalami penurunan sebesar 16,95% dari tahun 2007.

Tabel 4.2 dibawah ini akan menunjukkan perhitungan Weight Average Cost


(49)

Tabel 4.2

Perhitungan WACC pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2005-2008

( Juta Rp)

NO Komponen 2005 2006 2007 2008

1 Debt 32,573,450 38,879,969 39,005,419 47,258,399

2 Equity 23,292,401 28,068,689 33,748,579 34,314,071

3 Debt 58.31% 58.07% 53.61% 57.93%

Debt+Equity

4 Interest 6,305,193 8,187,087 9,304,762 9,683,780

5 Cost Of Debt 19.36% 21.06% 23.86% 20.49%

(4 :1)

6 Tax 31.92% 32.01% 30.97% 27.76%

7 (1 - Tax) 68.08% 67.99% 69.03% 72.24%

8 Equity 41.69% 41.93% 46.39% 42.07%

Debt+Equity

9 SBI Rate 9.08% 11.85% 8.62% 9.11%

10 Beta 1.076 1.045 1.058 1.088

11 Market Risk 6% 6% 6% 6%

12 Cost Of Equity 15.54% 18.12% 14.97% 15.64%

[9 + (10x11)]

13 WACC 14.16% 16.91% 17.78% 15.35%

[(3x5x7)+(8x12)]

Sumber: Laporan Keuangan TLKM (diolah)

Tabel 4.2 menunjukkan nilai WACC pada TLKM pada tahun 2005 sebesar 14,16%, di tahun 2006 nilai WACC mengalami kenaikan menjadi 16,91% hal ini juga diakibatkan oleh faktor yang mempengaruhi seperti cost of equaty mengalami kenaikan sebesar 16,63% dari tahun 2005, WACC di tahun 2007 mengalami kenaikan menjadi 17,78% hal ini juga diakibatkan oleh menurunnya cost of equity sebesar 17,40% dan di tahun 2008 WACC mengalami penurunan menjadi 15,35% dan terjadi peningkatan cost of Equity sebesar 4,48%.

Tabel 4.3 di bawah ini adalah tingkat suku bunga SBI tahun 2005 s/d 2008 untuk digunakan sebagai data perhitungan rata-rata SBI pada TLKM dab BBRI .


(50)

Tabel 4.3

Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 2005-2008 (dalam persen)

Bulan 2005 2006 2007 2008

Januari 7.420 12.745 9.500 8.000 Februari 7.425 12.743 9.250 7.940 Maret 7.435 12.726 9.000 7.953 April 7.615 12.378 9.000 7.982 Mei 7.883 12.548 8.800 8.255 Juni 8.098 12.500 8.560 8.590 Juli 8.478 12.313 8.310 9.028 Agustus 8.678 11.850 8.250 9.265 September 10.000 11.250 8.250 9.530 Oktober 11.000 10.971 8.250 10.695 November 12.250 10.250 8.250 11.210 Desember 12.750 9.875 8.080 10.938 Rata-rata 9.08% 11.84% 8.62% 9.11%

Sumber: Bank Indonesia (diolah)

SBI rate yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 mengalami fluktuasi, yakni di tahun 2006 menalami kenaikan SBI

rate pada posisi 11.84% dan di tahun 2007 mengalami penurunan SBI rate menjadi

8,62% tetapi di tahun 2009 mengalami kenaikan menjadi 9,11%.

Tabel 4.4 dibawah ini akan menunjukkan perhitungan Invested Capital TLKM periode tahun 2005 s/d 2008.


(51)

Tabel 4.4

Perhitungan Invested Capital pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2005-2008

( Juta Rp)

NO Komponen 2005 2006 2007 2008

1 Total Liabilities 32,573,450 38,879,969 39,005,419 37,258,399

2 Total Equity 23,292,401 28,068,689 33,748,579 24,314,071

3 Invested Capital 55,865,851 66,948,658 72,753,998 61,572,470

Sumber: Laporan Keuangan TLKM (diolah)

Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa Invested Capital TLKM secara umum mengalami kenaikan setiapa tahun. Invested capital pada TLKM di tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 19,83% dari tahun 2005, di tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 8,67% dari tahun 2006 dan di tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 15,36% dari tahun 2007.

TLKM Tabel 4.5 dibawah ini akan menunjukkan perhitungan Economic

Value Added TLKM periode tahun 2005 s/d 2008.

Tabel 4.5

Perhitungan EVA pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk Periode 2005-2008

(Rp)

NO Komponen 2005 2006 2007 2008

1 RONA 37.36% 41.24% 45.04% 33.35%

2 WACC 14.16% 16.91% 17.78% 15.35%

3 Invested 55,865,851,000,000 66,948,658,000,000 72,753,998,000,000 61,572,470,000,000

Capital

4 EVA 12,960,877,432,000 16,958,095,071,400 17,840,015,254,600 14,846,189,540,000

(1 - 2) x 3

Sumber: Laporan Keuangan TLKM (diolah)

Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa EVA pada TLKM secara umum mengalami kenaikan setiap tahun dan hanya mengalami penurunan di tahun 2008. Hasil dari perhitungan EVA di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2005 menunjukkan bahwa nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis, hal ini dapat diketahui dari perhitungan bahwa nilai EVA bernilai positif yaitu sebesar Rp


(52)

12.960.643.156.875 ,- ini disebabkan terjadi peningkatan laba operasi di tahun 2005 sebesar Rp 16.241.424.000,-. Nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis juga di tandai dengan pengembalian atas aktiva (RONA) yakni 37,36% lebih besar dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) yakni 14,16%.

Hasil dari perhitungan EVA di PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk pada tahun 2006 menunjukkan bahwa nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis, hal ini dapat diketahui dari perhitungan bahwa nilai EVA bernilai positif yaitu sebesar Rp 16.958.095.071.400,- ini disebabkan terjadi peningkatan laba operasi di tahun 2006 sebesar Rp 21.993.605.000.000,-. Nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis juga di tandai dengan pengembalian atas aktiva (RONA) yakni 41,24% lebih besar dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) yakni 16,91%.

Hasil dari perhitungan EVA di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2007 menunjukkan bahwa nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis, hal ini dapat diketahui dari perhitungan bahwa nilai EVA bernilai positif yaitu sebesar Rp 19.840.015.254.600,- ini disebabkan terjadi peningkatan laba operasi di tahun 2007 sebesar Rp 25.595.653.000.000,-Nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis juga di tandai dengan pengembalian atas aktiva (RONA) yakni 45,04% lebih besar dari biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) yakni 17,78%.

Hasil dari perhitungan EVA di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk pada tahun 2008 menunjukkan bahwa nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis, hal ini dapat diketahui dari perhitungan bahwa nilai EVA bernilai positif yaitu sebesar Rp 14.846.189.540.000,- ini disebabkan terjadi peningkatan laba operasi di tahun 2008 sebesar Rp20.312.808.000.000,-. Nilai EVA memberikan nilai tambah ekonomis juga


(1)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa kinerja perusahaan

tidak dapat dinilai dari perolehan laba saja, dengan menggunakan metode EVA

dan MVA

kinerja perusahaan dinilai berdasarkan biaya modal yang

dikeluarkan oleh perusahaan.

2. Bahwa metode dengan analisis EVA dan MVA dapat dijadikan sebagai

informasi oleh

calon investor yang ingin menginvestasikan modalnya

karena kedua metode tersebut

memberikan informasi yang dapat

menggambarkan value di dalam perusahaan dan

respek pasar terhapap

perusahaan di pasar modal.

3. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan

memperbandingkan metode EVA dan MVA dengan metode kinerja keuangan


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Young S. David & O’ Byrne Stephen F. 2001, “EVA dan Manajemen

Berdasarkan Nilai”, Salemba Empat, Jakarta.

Brigham Eugene F. &Houston Joel F. 2006, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,

Buku Satu, Edisi Sepuluh, Salemba Empat, Jakarta.

Iramani, Rr dan Febrian Erie, 2005. “Financial Value Added: Suatu Paradigma

dalam Pengukuran Kinerja dan Nilai Tambah Perusahaan”, Jurnal Ekonomi

Akuntasi

, Volume 7 Nomor.

Jogi, Yanto, 2003. “ Teori Portofolio Dan Analisis Investasi”. BPFE, Yogjakarta

Napitupulu, Sahala Ian Putra, 2008. “Analisis Kinerja Keuangan dengan

Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value

Added (MVA) pada Tiga Emiten Terbaik 2006”, Medan.

Naser, Etty M., 2003. “Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Metode

EVA dan MVA”, Media Riset Akuntansi, Auditing, dan Informasi

, FE

Universitas Trisakti, Volume 3 Nomor 1.

Santoso, Eko Iman, 2007. “Economic Value Added Sebagai Ukuran Kinerja dan

Filosofi Perusahaan.

Sharpe, F. William.1997. “ Investasi”, Edisi Bahasa Indonesia Jilid 1, Alih

Bahasa: Henry Njookangtik & Agustiono, Prenhalindo, Jakarta.

Sjarief, Julianti dan Wirjolukito, 2003. Aruna, ”Pengaruh EVA dan Faktor

Lainnya terhadap Harga Pasar Saham”, Media Riset Akuntansi, Auditing,

dan Informasi

, FE Universitas Trisakti, volume 4.

Sugiono, 2003. “Metode Penelitian Bisnis”. CV Alfabeta, Bandung.

Tobing, Debbie C.L, 2007. “Penerapan Analisis Economic Value Added Dalam

Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT UNITED TRACTORS

Tbk., Medan.

Widoatmodjo, Sawidji.2009. “ Pasar Modal Indonesia”, Ghalia Indonesia, Jakarta.

2010, pukul 20.00 WIB.

www.Gatra.com diakses tanggal 30 April 2009, pukul 08.00 WIB.


(3)

Menghitung Nilai Beta ß pada PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

Periode 2005

Month High Low Close Return Saham ∑Ri IHSG Return Market ∑Rm

Januari 05 2875 2650 2750 1332.67

Februari 3400 2700 3275 0.1909 1285.48 -0.0354

Maret 3350 2575 2850 -0.1298 1434.07 0.1156

April 3050 2625 2675 -0.0614 1722.77 0.2013

Mei 2925 2650 2900 0.0841 1916.83 0.1126

Juni 2925 2625 2900 0.0000 2026.78 0.0574

Juli 3200 2800 3200 0.1034 0.1790 2323.24 0.1463 0.6884

Agustus 3325 2050 2575 -0.1953 2341.54 0.0079

September 2875 2400 2700 0.0485 2467.59 0.0538

Oktober 2700 2300 2450 -0.0926 2367.7 -0.0405

Nopember 3025 2350 2975 0.2143 2415.84 0.0203

Desember 3125 2900 3025 0.0168 2534.36 0.0491

Rm2 ∑Rm2 (∑Rm)2 Rm . Ri ∑Rm . Ri ∑Rm . ∑Ri N Beta

0.0000 0.0000

0.0013 -0.0068

0.0134 -0.0150

0.0405 -0.0124

0.0127 0.0095

0.0033 0.0000

0.0214 0.0999 0.4739 0.0151 0.0005 0.1232 8 1.274

0.0001 -0.0015

0.0029 0.0026

0.0016 0.0037

0.0004 0.0044

0.0024 0.0008


(4)

Menghitung Nilai Beta ß pada PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

Periode 2006

Month High Low Close Return Saham ∑Ri IHSG Return Market ∑Rm

Januari 06 3525 3000 3400 0.1240 1232.32

Februari 3425 3100 3250 -0.0441 1230.66 -0.0013

Maret 4150 3225 3900 0.2000 1322.97 0.075

April 5050 3950 4625 0.1859 1464.41 0.1069

Mei 4625 3650 3950 -0.1459 1330 -0.0918

Juni 4250 3450 4100 0.0380 1310.26 -0.0148

Juli 4350 3900 4275 0.0427 0.5988 1351.65 0.0316 0.4045

Agustus 4600 4250 4350 0.0175 1431.26 0.0589

September 5075 4350 4900 0.1264 1534.61 0.0722

Oktober 5050 4750 4900 0.0000 1582.63 0.0313

Nopember 5750 4850 5350 0.0918 1718.96 0.0861

Desember 5400 4950 5150 -0.0374 1805.52 0.0504

Rm2 ∑Rm2 (∑Rm)2 Rm . Ri ∑Rm . Ri ∑Rm . ∑Ri N Beta

0.0000 0.0000

0.0000 0.0001

0.0056 0.0150

0.0114 0.0199

0.0084 0.0134

0.0002 -0.0006

0.0010 0.0463 0.1636 0.0013 0.0653 0.2423 8 1.257

0.0035 0.0010

0.0052 0.0091

0.0010 0.0000

0.0074 0.0079

0.0025 -0.0019


(5)

Menghitung Nilai Beta ß pada PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

Periode 2007

Month High Low Close Return Saham ∑Ri IHSG Return Market ∑Rm

Januari 07 5450 4500 5300 0.0291 1757.26 -0.0268

Februari 5300 4400 4750 -0.1038 1740.97 -0.0093

Maret 5150 4700 5050 0.0632 1830.92 0.0517

April 5650 5050 5250 0.0396 1999.17 0.0919

Mei 6300 5200 6100 0.1619 2084.32 0.0426

Juni 6500 5600 5750 -0.0574 2139.28 0.0264

Juli 6750 5700 6300 0.0957 0.4057 2348.67 0.0979 0.4427

Agustus 6400 5100 6250 -0.0079 2194.34 -0.0657

September 7050 6100 6600 0.0560 2359.21 0.0751

Oktober 8100 6600 7750 0.1742 2643.49 0.1205

Nopember 8700 7050 7800 0.0065 2688.33 0.017

Desember 8000 7250 7400 -0.0513 2745.83 0.0214

Rm2 ∑Rm2 (∑Rm)2 Rm . Ri ∑Rm . Ri

∑Rm .

∑Ri N Beta

0.0007 -0.0008

0.0001 0.0010

0.0027 0.0033

0.0084 0.0036

0.0018 0.0069

0.0007 -0.0015

0.0096 0.0492 0.1960 0.0094 0.0466 0.1796 8 1.278

0.0043 0.0005

0.0056 0.0042

0.0145 0.0210

0.0003 0.0001

0.0005 -0.0011


(6)

Menghitung Nilai Beta ß pada PT BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

Periode 2008

Month High Low Close Return Saham ∑Ri IHSG Return Market ∑Rm

Januari 08 7800 6100 7000 -0.0541 2627.25 -0.0432

Februari 7600 6550 7200 0.0286 2721.94 0.036

Maret 7100 5250 6300 -0.1250 2447.3 -0.1009

April 6400 5700 5950 -0.0556 2304.52 -0.0583

Mei 6950 5700 5800 -0.0252 2444.35 0.0607

Juni 6050 4650 5100 -0.1207 2349.1 -0.039

Juli 6400 5100 6100 0.1961 -0.3037 2304.51 -0.019 -0.6123

Agustus 6250 5600 5850 -0.0410 2165.94 -0.0601

September 6450 4575 5400 -0.0769 1832.51 -0.1539

Oktober 5100 2500 3450 -0.3611 1256.7 -0.3142

Nopember 4125 2400 3400 -0.0145 1241.54 -0.0121

Desember 4650 2950 4575 0.3456 1355.41 0.0917

Rm2 ∑Rm2 (∑Rm)2 Rm . Ri ∑Rm . Ri

∑Rm .

∑Ri N Beta

0.0019 0.0023

0.0013 0.0010

0.0102 0.0126

0.0034 0.0032

0.0037 -0.0015

0.0015 0.0047

0.0004 0.1569 0.3749 -0.0037 0.1783 0.1860 8 1.288

0.0036 0.0025

0.0237 0.0118

0.0987 0.1135

0.0001 0.0002

0.0084 0.0317