EFEKTIVITAS METODE READ ALOUD TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK USIA 5-6 TAHUN | Kusuma | KUMARA CENDEKIA 8517 17962 1 PB

EFEKTIVITAS METODE READ ALOUD
TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK
USIA 5-6 TAHUN
Ardi Kusuma1, Siti Wahyuningsih1, Muh. Munif Syamsuddin1
1

Program Studi PG PAUD, Universitas Sebelas Maret
Email : kusumaardi04@gmail.com, wahyu_pgtk@yahoo.com, wandamunif@yahoo.com
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan
menyimak anak usia 5-6 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif quasi eksperimen dengan
desain between subject design. Sampel penelitian ini adalah 50 anak usia 5-6 tahun di TK Negeri Pembina
Surakarta. Data dikumpulkan menggunakan tes untuk mengukur keterampilan menyimak anak. Analisis data
menggunakan independent sample t-test dengan SPSS 15 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Metode read
aloud memberikan sumbangan efektif 75,2% terhadap keterampilan menyimak anak.
Kata Kunci: metode read aloud, keterampilan menyimak,pendidikan anak usia dini.
ABSTRACT The study aimed to determine the effectiveness of the read aloud method toward listening skills
of children aged 5-6 years.The research is quantitative quasi-experimental design with between subject
design. The research samples was 50 children’s among 5-6 years old of TK Negeri Pembina Surakarta. Data
was collected by test to measure children’s listening skill. The researcher used independent sample t-test with
SPSS 15 for windows. The result of this study showed that there is effectiveness read aloud method on

children’s listening skill aged 5-6 years. Read aloud method gave an effect size 75,2% toward child’s listening
skill.
Keywords: read aloud method, listening skill, early childhood education.

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan bagian penting dalam berkomunikasi sehari-hari untuk mengungkapkan
ekspresi dan keinginan. Berkomunikasi dan aktivitas menyimak adalah hal yang selalu
dilakukan anak setiap hari. Oduolowu & Oluwakemi (2014) mengungkapkan bahwa,
menyimak adalah keterampilan bahasa pertama anak-anak yang berkembang dan
keterampilan komunikasi yang paling dominan dalam kelas dan kehidupan sehari-hari.
Keterampilan menyimak termasuk dalam aspek perkembangan bahasa anak usia dini.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang terdapat di dalam
Permendikbud No.146 tahun 2014, menyebutkan anak usia 5-6 tahun khususnya, sudah
mampu menceritakan kembali apa yang ia dengar dan melaksanakan perintah yang lebih
kompleks, yang secara tidak langsung keterampilan menyimak berpengaruh pada cara
berkomunikasi anak.
Penekanan yang kurang dalam pembelajaran pada keterampilan menyimak telah
menyebabkan masalah yang dihadapi oleh anak untuk memahami teks yang mereka
dengarkan, ditambah dengan kurangnya bantuan visual yang menyebabkan anak menjadi
frustasi (Soureshjani & Etemadi, 2012). Anak yang frustasi tidak akan memperhatikan

pembelajaran dengan baik. Seperti Renukadevi (2014) yang menyatakan bahwa

keterampilan menyimak yang tidak dapat dicapai dengan baik menyebabkan belajar tidak
mendapat perbaikan apapun dan tidak ada komunikasi yang dapat dicapai.
Anak dikatakan secara aktif melakukan proses menyimak, apabila anak merespon dan
menaruh perhatian pada apa yang mereka dengar termasuk sebuah cerita. Wolf, Marsnik,
Tacey dan Nicholas (Bilican, Kutlu, & Yildirim, 2012) menyatakan bahwa menyimak
sebagai alat belajar yang didefinisikan sebuah proses aktif yang melibatkan: mendengar,
memahami, mengintegrasikan informasi dan adanya sebuah respon.
Perlu adanya stimulasi untuk mengembangkan keterampilan menyimak anak. Fisher,
Flood, Lapp, dan Frey (2004) menemukan bahwa read aloud efektif meningkatkan
perkembangan dasar anak dan keterampilan menyimak. Al-Mansour dan Al-Shorman
(2011) juga menyatakan pendapatnya bahwa temuan penelitian menunjukkan menyimak
sebuah cerita dengan read aloud membantu anak mengembangkan kebiasaan menyimak
dan pada saat yang sama memberikan pelatihan khusus untuk memahami melalui isi yang
menarik dan makna dari cerita.
Studi Strachan (2015) menyatakan bahwa, selama pembelajaran read aloud, guru
memberikan pengertian kepada anak-anak dan mendukung pembelajaran mereka dari hal
baru melalui instruksi langsung, mengajukan pertanyaan sebelum, selama, dan setelah
membaca, membantu anak-anak membuat hubungan antara buku dan kehidupan mereka

sendiri atau dunia, dan memperluas respon anak-anak.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti mengadakan penelitian dengan
judul “Efektivitas Read Aloud terhadap Keterampilan Menyimak Anak Usia 5 – 6
Tahun”.
Studi yang dilakukan Rubin dan Meldelsohn‘s (Mai, Ngoc, & Thao, 2014) menjelaskan
menyimak adalah proses aktif dimana penyimak memilih dan menafsirkan informasi yang
berasal dari apa yang didengar dan dilihat untuk menentukan serta memahami yang
disampaikan oleh pembicara melalui ekspresinya.
Menyimak dapat dilatih dengan pelatihan menyimak. Metode pelatihan menyimak dapat
diwujudkan dengan memberikan anak untuk mendengarkan puisi, cerita, dongeng, fabel,
dll, atau teks dengan alat bantu audio atau mereka menonton secara visual (Gulec &
Durmus, 2014).
Morrow’s (Oduolowu & Oluwakemi, 2014) menyatakan 5 indikator yang diuraikan
menjadi 10 instrumen dalam pengukuran keterampilan menyimak sebuah cerita yaitu:
mengidentifikasi karakter, isi cerita, alur cerita, pemecahan masalah, dan mengurutkan
cerita.
Read Aloud merupakan kegiatan dimana seorang guru maupun orang dewasa membaca
nyaring untuk anak-anak (Mikul, 2015). Johnston (2015) menambahkan dalam
pelaksanaannya, read aloud menggunakan ekspresi, suara yang nyaring dan berintonasi
serta gerak tubuh untuk menarik perhatian anak-anak dan melibatkan mereka kedalam

cerita.

Franzese (Oueini, Bahous, & Nabhani, 2008) dalam studinya mendefinisikan read aloud
adalah dimana anak-anak menyimak orang dewasa membaca berbagai jenis teks dan
kemudian terlibat dalam diskusi tentang buku yang diceritakan.
Hasil penelitian sebelumnya, pada studi Dickinson (McGee & Schickedanz, 2007) metode
read aloud adalah metode pembelajaran yang interaktif. Read aloud memiliki efek positif
pada perkembangan membaca dan kosa kata (Al-Mansour & Al-Shorman, 2011).
Morrison & Wlodarczyk (2009) menghasilkan temuan metode read aloud dapat membantu
anak dalam membangun dan mendukung keterampilan menyimak dan kemampuan
berbicara serta perkembangan bahasa secara keseluruhan. Studi Needlman (Al-Mansour &
Al-Shorman, 2011) mengemukakan bahwa metode read aloud dapat membantu
mengembangkan daya imajinasi, dan mengajarkan berbagai karakter.

METODE
Penelitian ini merupakan quasi experimental design menggunakan between subject design
yang dilaksanakan selama 6 bulan, mulai bulan Januari hingga bulan Juni 2016. Sampel
dalam penelitian ini adalah 50 anak usia 5-6 tahun TK Negeri Pembina Surakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diadaptasi
dari Morrow’s (Oduolowu & Oluwakemi, 2014). Validitas instrumen menggunakan

content validity. Analisis data menggunakan t-test dengan SPSS for windows untuk
mengetahui efektivitas metode read aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6
tahun.
Prosedur penelitian ini terdiri dari persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap
pengolahan data, dan tahap penyajian data.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas. Kedua uji prasyarat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data yang
diperoleh terdistribusi normal dan homogeny sehingga masuk dalam kategori statistic
parametrik.
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kolmogorov smirnov,
dengan dasar keputusan bahwa data yang normal akan menunjukkan �>0,05. Berdasarkan
pengujian, didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa sampel yang diambil, mewakili populasi.
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis levene test for equality
of variance, dengan dasar pengambilan keputusan bahwa data dinyatakan homogen jika
�>0,05. Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa data homogen, sehingga dapat
disimpulkan bahwa populasi dalam penelitian ini mempunyai varian yang sama.


Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan independent sample t-test. Hasil uji
hipotesis dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1.Hasil uji independent sample t-test
Pretest Eksperimen
Pretest Kontrol
Posttest Eksperimen
Posttest Kontrol

N
25
25
25
25

M
24,92
22,80
32,40
27,12



0,77
0,78
0,000
0,000

Berdasarkan table 1 dapat dilihat bahwa hasil sebelum perlakuan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedan yang signifikan, sedangkan
setelah adanya perlakuan hasil analisis menunjukkan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat diketahui bahwa terdapat efektivitas metode read
aloud terhadap keterampilan menyimak anak usia 5-6 tahun. Rata-rata posttest terbukti
meningkat apabila dibandingkan dengan rata-rata posttest. Beberapa hal yang melandasi
bahwa metode read aloud memiliki efektivitas dalam keterampilan menyimak pada anak
usia 5-6 tahun adalah sebagai berikut:
Pertama, metode read aloud dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. Membacakan cerita atau dongeng secara ekspresif dengan menggunakan
gaya bahasa melalui intonasi lebih menarik perhatian anak, sehingga anak dapat terbawa
suasana dalam cerita yang diberikan serta waktu perhatian yang diberikan relatif lebih
lama. Johnston (2015) menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya, metode read aloud

menggunakan ekspresi, suara yang nyaring dan berintonasi serta gerak tubuh untuk
menarik perhatian anak-anak dan melibatkan mereka kedalam cerita.
Kedua, penerapan metode read aloud merupakan sebuah metode yang dapat menciptakan
komunikasi yang baik dan interaktif dalam pembelajaran. Dickinson (McGee &
Schickedanz, 2007) metode read aloud adalah metode pembelajaran yang interaktif. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa metode read aloud merupakan metode pembelajaran yang
tidak menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, akan tetapi anak juga berperan aktif
saat pembelajaran berlangsung.
Diskusi dan pertanyaan yang diberikan guru kepada anak dalam penerapan metode read
aloud, membantu mengarahkan pemahaman anak tentang informasi melalui cerita
sekaligus sebagai cara untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak tentang apa yang
mereka simak. Strachan (2015) mengemukakan bahwa selama penerapan metode read
aloud, guru-guru membantu anak memberi pemahaman dan mendukung pembelajaran
mereka tentang konsep-konsep baru melalui instruksi langsung dengan cara bertanya
sebelum, selama, dan setelah membaca, membantu anak-anak untuk suka terhadap buku
dan meningkatkan respon anak-anak.

Ketiga, Penggunaan buku besar dalam pembelajaran dapat dilihat oleh semua anak
(Weaver, 1990). Media buku besar dalam penerapan metode read aloud sebagai media
visual mempermudah anak untuk memahami informasi yang anak dapatkan melalui indra

pendengarannya, karena pada saat pembelajaran anak dapat melihat gambar pada buku
cerita yang diberikan. Usaha anak untuk melihat gambar buku cerita tidak lagi muncul pada
saat pembelajaran dengan media buku besar, karena ukurannya yang besar anak sudah
mampu melihat dari posisi awal anak duduk.
Cerita yang memuat nilai moral, sosial dan emosional sangat mempengaruhi keaktifan anak
dalam pembelajaran. Anak memberikan komentar sesuai dengan pengalamannya. Anak
dapat melakukan komunikasi secara lisan, mengidentifikasi isi cerita sesuai dengan
pemahaman yang dimiliki anak sebelumnya sehingga menciptakan pemahaman baru. Lane
& Wright (2007) menyatakan bahwa buku cerita bergambar dengan kriteria secara sosial
dan emosional yang mendorong anak untuk melakukan interaksi melalui verbal yang dapat
mengarahkan anak ada perilaku yang positif.
Keempat, adanya pengulangan materi pembelajaran dalam penerapan metode read aloud
merangsang anak untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain itu, daya ingat anak akan
terlatih dengan pengulangan materi yang dilakukan guru. Anak juga terlihat antusias dan
memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung, karena anak ingin
mengkomunikasikan hal-hal yang ia pahami sebelumnya. Langkah-langkah pengulangan
dalam metode read aloud melatih dan memberikan banyak pengalaman kepada anak dalam
keterampilan menyimak dan berbicara (McGee & Schickedanz 2007).
Penelitian ini juga mendukung penelitian yang sebelumnya, bahwa bercerita dapat
mengembangkan keterampilan menyimak anak. Oduolowu dan Oluwakemi (2014)

menyatakan mendongeng atau bercerita merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
keterampilan menyimak anak usia dini. Keterampilan menyimak adalah kemampuan anak
yang harus dikembangkan dengan baik. Melalui bercerita, keterampilan menyimak anak
dapat diasah, perilaku yang dimunculkan anak seperti anak lebih fokus ketika mereka
dibacakan sebuah cerita, daya ingat terhadap informasi yang terdapat di dalam cerita
terlihat ketika anak menjawab pertanyaan yang diberikan serta anak mampu menceritakan
kembali cerita yang diberikan. Berarti ini membuktikan bahwa keterampilan menyimak
erat hubungannya untuk menciptakan sebuah komunikasi yang efektif dan baik. Hal
tersebut sesuai dengan STPPA yang terdapat di dalam Permendikbud No.146 tahun 2014.
Ketika anak menyimak sebuah cerita, anak mendapatkan pengalaman baru. Anak
menghubungkan pengalaman yang sebelumnya ia dapatkan untuk membantu anak
memahami informasi melalui cerita, sehingga anak memperoleh pengetahuan baru melalui
diskusi yang dilakukan pada saat pembelajaran. Melalui cerita anak secara alami
membangun sebuah pengalaman ketika ia menyimaknya (Moore & Hall, 2012).
Dampak dari metode read aloud yang diberikan dalam penelitian ini adalah untuk
mengembangkan keterampilan menyimak pada anak, karena keterampilan menyimak
menjadi salah satu perkembangan bahasa yang penting dan perlu diperhatikan.
Keterampilan menyimak yang dapat berkembang dengan baik akan berpengaruh pada
perkembangan bahasa yang lainnya, mengingat bahwa keterampilan menyimak adalah


fondasi dasar perkembangan bahasa yang berkembang pada anak seperti, berbicara,
membaca dan menulis (Renukadevi, 2014).
PENUTUP
Penelitian ini mengkaji tentang metode read aloud yang merupakan suatu metode dengan
penyampaian yang ekspresif yang menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih
interaktif dan aktif. Metode read aloud memiliki efektivitas terhadap keterampilan
menyimak pada anak.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pretest 24,92 meningkat menjadi 32,40 setelah
dilakukan posttest. Penyampaiannya yang ekspresif ditambah dengan menggunakan buku
cerita bergambar yang berukuran besar dapat menarik perhatian dan antusias anak dalam
pembelajaran. Sumbangan efektif penggunaan metode read aloud terhadap keterampilan
menyimak sebesar 75,2%. Pengulangan komponen yang diterapkan dalam pelaksanaannya
dapat memancing daya ingat dan melatih anak untuk berfikir kritis.
Bagi sekolah diharapkan dapat menerapkan metode read aloud dalam pembelajaran guna
merangsang kemampuan pada anak, karena metode ini dapat menciptakan suasana belajar
yang menarik dan interaktif dengan adanya interaksi dan diskusi yang diciptakan sebelum,
pada saat dan setelah pembelajaran. guru diharapkan dapat menerapkan metode read aloud
sebagai salah satu alternatif dalam pengembangan keterampilan menyimak anak.
Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan metode dan permasalahan yang sama
atau bahkan untuk masalah yang berbedadiharapkan untuk lebih cermat dalam melakukan
pelaksanaannya seperti materi yang digunakan dan melengkapi kekurangan yang ada,
misalnya menambah pengujian perbedaan pengembangan keterampilan menyimak anak
berdasarka status pekerjaan ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mansour, N. S., & Al-Shorman, R. A. (2011). The effect of teacher’s storytelling aloud
on the reading comprehension of Saudi elementary stage students. Journal of King Saud
University
Languages
and
Translation,
23(2),
69–76.
http://doi.org/10.1016/j.jksult.2011.04.001
Bilican, S., Kutlu, O., & Yildirim, O. (2012). The factors that predict the frequency of
activities developing students listening comprehension skills, 46, 5219–5224.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.06.413
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Fisher, D., Flood, J., Lapp, D., & Frey, N. (2004). Interactive read-alouds: Is there a

common set of implementation practices? The Reading Teacher, 58(1), 8–17.
http://doi.org/10.1598/RT.58.1.1
Gulec, S., & Durmus, N. (2015). A study aiming to develop listening skills of elementary
second grade students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191, 103–109.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.487
Johnston, V. (2015). The power of the read aloud in the age of the common core. Open
Communication
Journal,
9(2001),
34–38.
Retrieved
from
http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.084928887712&partnerID=tZOtx3y1
Lane, H. B., & Wright, T. L. (2007). Maximizing the effectiveness of reading aloud. The
Reading Teacher, 60(7), 668–675. http://doi.org/10.1598/RT.60.7.7
Mai, L. H., Ngoc, L. T. B., & Thao, V. T. (2014). Enhancing listening performance through
schema construction activities. Journal of Language Teaching and Research, 5(5),
1042–1051. http://doi.org/10.4304/jltr.5.5.1042-1051
McGee, L. M., & Schickedanz, J. a. (2007). Repeated interactive read-alouds in preschool
and
kindergarten.
The
Reading
Teacher,
60(8),
742–751.
http://doi.org/10.1598/RT.60.8.4
Mikul, L. L. (2015). How do interactive read-alouds promote engagement and oral
language development in kindergarten.
Moore, M. R., & Hall, S. (2012). Listening and reading comprehension at story time: How
to build habits of the mind. Dimensions of Early Childhood, 40(2), 24–32.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&profile=ehost&scope=site&autht
ype=crawler&jrnl=10686177&AN=78303872&h=F/r0Co5cBJuJKvJGqL6NkSLOGp
vDj6JQccTxMeROjw/06E61CB7RQBnDqOHTskd/09gsMmFeo4iXDjMW0rfVxA=
=&crl=c
Morrison, V., & Wlodarczyk, L. (2009). Revisiting read-aloud: Instructional strategies that
encourage students’ engagement with texts. The Reading Teacher, 63(2), 110–118.
http://doi.org/10.1598/RT.63.2.2
Oduolowu, E., & Oluwakemi, E. (2014). Effect of storytelling on listening skills of primary
one pupil in Ibadan North Local Government Area of Oyo State, Nigeria. International
Journey
of
Humanities
and
Social
Science,
4(9),
100–107.
http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_4_No_9_July_2014/10.pdf
Oueini, H., Bahous, R., & Nabhani, M. (2008). Impact of read-aloud in the classroom: a
Case Study. The Reading Matrix, 8(1), 19.
Renukadevi, D. (2014). The role of listening in language acquisition ; the challenges &
strategies in teaching listening. International Journal of Education and Information
Studies, 4(1), 59–63.

Soureshjani, K. H., & Etemadi, N. (2012). Listening comprehension success among EFL
preschool children using internet-based materials. Journal of Social Sciences and
Humanities , 7 (1), 243-251.
Strachan, S. L. (2015). Kindergarten students’ social studies and content literacy learning
from interactive read-alouds. Journal of Social Studies Research, 39(4), 207–223.
http://doi.org/10.1016/j.jssr.2015.08.003
Weaver, Constance. (1990). Understanding Whole Language. Toronto: Irwin Publishing.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26