Identifikasi permasalahan perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo tahun 2007 - USD Repository

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PERILAKU SWAMEDIKASI

  

PENYAKIT ASMA OLEH IBU-IBU DI KOTA YOGYAKARTA DAN

KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Limdrawati

  

NIM : 048114005

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2008

  “Ingin disembuhkan adalah bagian dari kesembuhan itu sendiri”.

  Lucius Annaeus Seneca

Kupersembahkan Karya Kecilku ini

untuk:

  

Keluargaku tercinta : Papa, Mama,

Adikku Julius, Lia, Devi, Danel,

Aloysius Edi Kurniawan yang ku kasihi

  Almamaterku

  

PRAKATA

  Skripsi ini berisi identifikasi permasalahan perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

  Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari anugerah dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis dalam menyusun skripsi. Terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan skripsi ini, diantaranya:

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun serta bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji.

  2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Motivasi, harapan, nasihat dan ilmu yang telah diberikan menjadi seperti aliran listrik yang selalu menyala: memberikan terang dan respon positive untuk selalu “sadar”. Ide-ide dan pemikiran mendalam yang telah di-sharing-kan semakin menyegarkan dan membuka cakrawala berfikir yang semakin kompleks.

  3. Bapak dr. Harimat Hendarwan, M.Kes. yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi serta bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi.

  4. Bapak Drs. Mulyono, Apt. yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun serta bersedia meluangkan waktu sebagai dosen penguji.

  5. Program Hibah A3 yang menyelenggarakan proyek penelitian payung.

  6. Romo Sunu yang telah memberi semangat dan membantu dalam pemecahan masalah yang sedang dialami.

  7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk tetap semangat.

  8. Ibu Titien dan Ibu Sri Hidayati yang telah memberikan bekal keterampilan untuk melakukan wawancara dan berkomunikasi yang baik.

  9. Br. Agus Mujiyo yang selalu memberiku nasehat dan doa serta saran dalam menghadapi permasalahan yang muncul dalam berinteraksi dengan banyak orang.

  10. Teman-teman yang berpayung bersama dalam penelitian ini: Yoanna Rissa Mayasari, Henny Puspitasari, Yosephine Marreta, Fandy Kurniawan, Alexander Arie, Kartikasari, Ana yang mengalami dan merasakan asyiknya bekerja sama dalam mewujudkan penelitian ini.

  11. Para responden yang telah memberikan bantuan yang sangat berharga selama pelaksanaan penelitian.

  12. Keluarga tercinta: papa, mama, adik-adikku (Julius, Prasilya, Devi, Danel), akong dan ama, serta semua anggota keluarga besar dari pihak mama dan papa, terima kasih sekali atas semua doa dan support-nya.

  13. Edi Kurniawan yang selalu memberiku semangat, nasehat, cinta kasih, perhatian, dan selalu membimbingku disaat putus asa, serta selalu menemaniku dalam penyelesaian penelitian ini.

  14. Rosa, Dian Kurniasari (DK), Silvia, Dessy, Ineke, Cicilia, Meidina, Reni Ismiyati, Filana, Stefani Yuanita, Cin Frengky Cuwondo, Fhery Catur, Erlin, Amanda, Novi, Lusi Lahrita, Simon, Candra, Yanti Yap teman- teman angkatan 2004 kelas FKK serta secara khusus kelompok praktikum A.

  15. Penghuni rumah 99999: Bapak dan Ibu Sakijan, Mas Arya, Mbak Ida, Mbak Kusuma, serta anak-anak semua antara lain Fenny, Meri, Juliana, Emilia, Debora Sibala, Cordelia, Vivi, Wewen, Lise, Grace, Okta Reni, Deasy, Lina, Maria, Diana, Tika, Mami Mona, Hani, Nana dan Cicilia Nina.

  16. Penghuni Srigunting No.15: Lidya Yulita (Ling-ling), Amei , Ani, Tika, Pisca, Desy Natalia (Cacam), Monita, Adhi Kurniawan, Cita atas keceriaan, semangat dan nasehat.

  17. Teman-teman kost Villa Orange: Teddy, Juvendi, Suryanto, Hengki, Welly, Daniel, Sudarso, William yang telah memberikan bantuan dan saran untuk penelitian ini.

  18. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat seluas-luasnya bagi para pengguna.Akhir kata, sebagai suatu tulisan, niscaya skripsi ini akan ada kekurangannya, karena itu kritik dan saran akan sangat bermanfaat untuk perbaikan bagi penulis. Tuhan memberkati!

  Yogyakarta, 25 Januari 2008 Limdrawati

  

INTISARI

Asma merupakan penyakit inflamasi kronis pada saluran pernafasan.

  Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita asma. Asma menyebabkan gangguan aktivitas bahkan sampai kematian pada penderitanya. Menurut Informasi Spesialite Obat Indonesia (2006) ada 135 obat asma yang dijual bebas. Berdasarkan suatu penelitian terdapat 48% penggunaan obat bebas untuk mengatasi asma, sehingga perlu diketahui seperti apakah karakteristik pelaku swamedikasi serta apakah permasalahan yang terjadi dalam swamedikasi penyakit asma.

  Tujuan dari penelitian ini adalah membuat modul edukasi yang sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kesesuaian pengobatan yang rasional. Teknik pengambilan data dilakukan dengan wawancara pada 38 responden (ibu-ibu) yang didapatkan secara accidental sampling method di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif dengan rancangan crosssectional.

  Sebesar 26,31% responden berada pada rentang umur 46-50 tahun, menempuh tingkat pendidikan SLTA (31,6%), 66% responden berpenghasilan kurang dari Rp 1.500.000,00, serta 50% responden mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Permasalahan yang terjadi meliputi, tidak menyadari kerugian dalam swamedikasi (34%), tidak mengetahui jenis asma (90%), pertimbangan memilih obat (61%), tidak mendapatkan informasi obat (92%).

  Kata kunci : asma, swamedikasi, permasalahan swamedikasi asma

  

ABSTRACT

Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways. The World

Health Organization (WHO) estimates that there are 300 millions of people in the

world who suffer from asthma. Asthma causes the disfunction of the activity even

death to the sufferer. According to Informasi Spesialite Obat Indonesia (2006)

there are 135 asthma’s medicine sold freely in the market. According to a

research, there are 48% of free medicine use to heal asthma, so we need to know

what kind of the characteristic of swamedicationer and what’s the problem that

happen is asthma’s swamedication.

  The aim of this research is to make education modul as needed to increase

the rational medication appropriateness. The data taking technic is being done by

interviewing 38 respondents (housewife) that is being achieved with accidental

sampling method in Yogyakarta and Kulon Progo. This research includes the non-

experimental descriptive research with cross sectional design.

  The 26,31% of respondents are between the range of age in 46-50 years

old, had taken Senior High School education level, 66% of respondents gain

money less than Rp 1.500.000 and 50% of respondents profession is a housewife.

The problems occur include, the unawareness of disadvantage in swamedication

34%, not knowing the type of asthma 90%, consideration in choosing the

medicine 61%, do not get the information about medicine 92%.

  Keyword: asthma, swamedication, the problem of asthma’s swamedication

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................... v PRAKATA .................................................................................................. vi

  INTISARI .................................................................................................... x ABSTRACT ................................................................................................ xi DAFTAR ISI .............................................................................................. xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xvii

SINGKATAN DAN ISTILAH................................................................. xix

BAB I PENGANTAR ...................................................................................

  1 A. Latar Belakang...................................................................................

  1 B. Perumusan Masalah...........................................................................

  5 C. Keaslian Penelitian............................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian............................................................................

  6 E. Tujuan Penelitian..............................................................................

  6

  BAB II PENELAHAN PUSTAKA ..........................................................

  8 A. Swamedikasi .... .... .........................................................................

  8 1. Definisi........................................................................................ 8 2. Perilaku Swamedikasi..................................................................

  8 3. Keuntungan dan Kerugian ..........................................................

  10 4.

  12 Golongan Obat Untuk Swamedikasi............................................

  5. Pemilihan dan Penggunaan Obat Tanpa Resep............................

  14 6. Peran Apoteker dalam Pengobatan Sendiri..................................... 14

  7. Pengobatan yang Rasional ............................................................ 15 8. Upaya Peningkatan Kerasionalan Perilaku Swamedikasi ............

  16 9.

  18 Algoritma Perawatan Sendiri .......................................................

  B. Sistem Pernapasan..............................................................................

  19 C. Asma ................................................................................................... 21 1. Definisi ...........................................................................................

  21

  2. Etiologi............................................................................................. 22

  3. Patofisiologi...................................................................................... 23

  4. Tanda dan Gejala............................................................................... 24

  5. Klasifikasi......................................................................................... 25

  6. Penatalaksanaan Asma...................................................................... 25 D. Perilaku Swamedikasi ........................................................................... 31

  1. Pengetahuan ................................................................................... 32

  2. Sikap ............................................................................................... 33 3.

  Tindakan .......................................................................................... 33

  BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................

  37 2. Pembuatan Instrumen Penelitian.....................................................

  44 C. Identifikasi Permasalahan Swamedikasi Penyakit Asma...................... 54

  Pola Perilaku Swamedikasi Penyakit Asma........................................

  41 A. Karakteristik Responden ..................................................................... 41 B.

  40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................

  39 K. Kesulitan Penelitian ............................................................................

  39 J. Tata Cara Analisis Hasil ....................................................................

  38 3. Pengumpulan Data.........................................................................

  I. Tata Cara Penelitian ......................................................... .................. 37 1. Analisis Situasi................................................................................

  34 A. Jenis dan Rancangan Penelitian..........................................................

  H. Instrumen Penelitian ......................................................... ................. 36

  36 G. Waktu Penelitian ......................................................... ...................... 36

  36 F. Subyek Penelitian ..............................................................................

  35 E. Besar Sampel......................................................................................

  35 D. Lokasi Penelitian.................................................................................

  34 C. Populasi Penelitian............................................................................

  34 B. Definisi Operasional .........................................................................

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65

LAMPIRAN ................................................................................................... 70

BIOGRAFI PENULIS................................................................................... 108

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi ······· 10 Tabel II. Klasifikasi Asma ··························································· 25 Tabel III. Profil Pertanyaan Pedoman Wawancara ······························· 37 Tabel IV. Tindakan yang dilakukan bila sakit ringan..........................................44 Tabel V. Pendapat tentang Swamedikasi.............................................................45 Tabel VI. Swamedikasi untuk anggota keluarga ··································· 46 Tabel VII. Keuntungan Swamedikasi..................................................................47 Tabel VIII. Kerugian Swamedikasi..................................................................... 47 Tabel IX. Penyebab Asma. ···························································· 49 Tabel X. Tanda dan Gejala Asma ···················································· 50 Tabel XI. Lama Menderita Asma····················································· 50 Tabel XII. Golongan obat untuk swamedikasi······································ 51 Tabel XIII. Obat yang digunakan dalam swamedikasi ···························· 52 Tabel XIV. Informasi obat asma yang ingin diketahui responden··············· 53 Tabel XV. Tempat Membeli Obat···················································· 54 Tabel XVI. Permasalahan tentang pemahaman responden mengenai swamedikasi penyakit asma ··········································································· 54 Tabel XVII. Permasalahan Pengenalan Penyakit Asma ··························· 56 TabelXVIII. Permasalahan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Obat Asma ···· 57

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar1. Langkah-langkah pengembangan intervensi··························· 17 Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan intervensi ·························· 17 Gambar3. Algoritma Perawatan sendiri Penyakit Asma di Rumah ·············· 18 Gambar 4. Sistem Pernapasan ························································ 21 Gambar 5. Bronkus normal dan bronkus pada penderita asma ··················· 22 Gambar 6. Patofisiologi asma ························································· 24 Gambar 11. Umur Responden ························································ 41 Gambar 12. Tingkat Pendidikan Responden ······································· 42 Gambar 13. Pendapatan Responden....................................................................42 Gambar 14. Pekerjaan Responden ··················································· 43 Gambar 15. Frekuensi melakukan swamedikasi···································· 46 Gambar16. Tindakan Swamedikasi Jika Swamedikasi Tidak Efektif ··········· 48

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Karakteristik Responden ··············································· 70 Lampiran 2. Pedoman Wawancara ··················································· 73 Lampiran 3. Data Wawancara························································· 77 Lampiran 4. Surat Perijinan ··························································· 90

SINGKATAN DAN ISTILAH

  BHR : Bronkial Hiperresponsive DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta FEV

  1 : Forced Expiratory Volume

  FIP : Federation International Pharmaceutical GINA : Global Initiative for Nation Asthma

  IRT : Ibu Rumah Tangga

  ISAAC : International Study on Asthma and Allergy in Children MDI : Metered Dose Inhaler NAEPP : National Asthma Education and Prevention Program NSAID : Non Steroid Anti Inflamasi Drug OTC : Over The Counter OTR : Obat tanpa resep OWA : Obat Wajib Apotek PEF : Peak Expiratory Flow SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga Susenas : Survei sosial ekonomi nasional Swamedikasi : pengobatan sendiri WHO : World Health Organization WSMI : World Self-Medication Industry

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk

  obat tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis yang sudah pernah didiagnosa oleh dokter (Anonim, 1998).

  Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1993 menunjukkan beberapa tindakan yang dilakukan untuk menghadapi penyakit yaitu sebanyak 5% “membiarkan”, 5% “diobati dengan cara sendiri, 9% “diobati dengan obat tradisional atau jamu”, 63% “memakai obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter”, dan 18% “pergi ke Puskesmas” (DepKes, 1993). Survei di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa dalam waktu satu tahun, sebanyak 75% penduduk mengalami gejala atau merasa menderita sakit. Dari jumlah tersebut, diketahui sebanyak 65% “mengobati sendiri menggunakan obat bebas”, 25% “pergi ke dokter”, dan 10% “tidak berbuat apa-apa” (Sartono, 1993). Data hasil survei di atas menunjukkan tindakan swamedikasi atau mengobati diri sendiri cukup tinggi.

  Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan untuk meningkat dari waktu ke waktu. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2001 diperoleh bahwa 77,3% penduduk sakit di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan swamedikasi sebagai tindakan awal dalam pencarian pengobatan (Handayani, 2003).

  Beberapa faktor yang berperan dalam peningkatan swamedikasi tersebut, yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter atau OTR/Obat Tanpa Resep (OTC/Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan (Anonim, 1998).

  Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria dalam melakukan pengobatan sendiri dan persentase tersebut semakin bertambah pada wanita dengan semakin bertambahnya umur. Sebanyak 66% wanita saling memberikan motivasi diantara mereka untuk memahami persoalan kesehatan dan masalah pengobatannya, hal ini ditemukan pada kelompok pria hanya sebesar 58%. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami (Anonim, 2001).

  Berdasarkan beberapa penelitian wanita lebih sering memperhatikan kesehatan dan melakukan swamedikasi, oleh karena itu subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu.

  Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada saluran pernapasan yang dikarakteristikkan dengan peristiwa penyempitan dan obstruksi saluran napas yang dipicu oleh berbagai sebab. Asma menimbulkan gangguan kualitas hidup karena gejala yang ditimbulkannya seperti napas tertahan, mengi, batuk, dan dada terasa sesak, masing-masing dari ringan sampai yang mengancam kehidupan (Kelly dan Sorkness, 2005).

  Suatu laporan dari delapan negara Asia-Pasifik yang dilaporkan dalam

  

Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun 2003 menunjukkan, asma

  mengganggu kualitas hidup. Dari 3.207 kasus yang diteliti, dampak asma terhadap kualitas hidup yang terganggu ditunjukkan dari keterbatasan dalam berekreasi atau olahraga 52,7%, aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karier 37,9%, aktivitas sosial 38%, cara hidup 37,1%, dan pekerjaan rumah tangga 32,6%.

  Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12 bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa seperti gejala-gejala batuk, termasuk batuk malam dalam sebulan terakhir pada 44-51%, bahkan 28,3% penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam seminggu (Sundaru, 2004).

  Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita asma. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Kondisi ini tidak hanya terjadi di negara berkembang, tapi juga di negara maju. Prevalensi penyakit ini pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia, prevalensi gejala asma melonjak dari 4,2% menjadi 5,4%. Jakarta sendiri memiliki prevalensi gejala asma mencapai 7,5% (Stevani, 2007).

  Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah umur 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in

  

Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu saja perlu upaya pencegahan agar prevalensi asma tetap rendah.

  Persoalan asma harus ditangani secara serius karena merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang merupakan salah satu penyebab kematian dan mengurangi produktivitas penyandangnya. Dengan obat dan cara pengelolaan yang baik, seharusnya asma bukan masalah lagi di Indonesia (Anonim, 2005).

  Obat-obatan yang dapat digunakan untuk swamedikasi ada ribuan jenis dengan berbagai fungsi beredar di pasaran. Menurut Informasi Spesialite Obat

  

Indonesia (2006) ada 135 obat asma yang dijual bebas. Hasil penelitian Pretet

  (1989) di Perancis terdapat 48% penggunaan obat tanpa resep untuk mengobati penyakit asma yang sedang diderita. Oleh karena itu, diperlukan kewaspadaan yang sangat tinggi. Salah memilih obat, tentu bisa bahaya (Anonim, 2002).

  Permasalahan seputar swamedikasi relatif banyak yang tidak muncul ke permukaan karena sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan. Obat-obat yang digunakan untuk swamedikasi pun merupakan obat tanpa resep yang dapat diperoleh di warung-warung biasa dan tidak harus di apotek.

  Hasil penelitian tentang swamedikasi yang pernah dilakukan pada vaginitis di Kota Yogyakarta tahun 2006 (Widayati, 2006) menunjukkan bahwa terdapat 71% ketidaksesuaian dalam aspek pengenalan penyakit dan 33% ketidaksesuaian dalam pemilihan obatnya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas sangat perlu untuk dilakukan penelitian secara komprehensif untuk mengetahui masalah-masalah yang terkait dengan swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu khususnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

  1. Perumusan Masalah

  a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit asma di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo ? b. Seperti apa pola perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota

  Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo ? c. Apa saja permasalahan yang timbul dalam swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo?

  2. Keaslian Penelitian

  Penelitian mengenai swamedikasi penyakit asma di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo selama ini belum pernah dilakukan, penelitian mengenai penyakit asma yang pernah dilakukan antara lain, oleh Anitawati (1996), mengenai “Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Untuk Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Selama Tahun 1998”, Kusuma (1998), mengenai “Kajian Pola Peresepan Obat Asma yang Diberikan pada Pasien Asma Anak di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2002”, Nugraha (2002) “Pola Peresepan Obat Penyakit Asma Bronkial pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2006”, Chinthia (2002), mengenai “Pola Pengobatan Penyakit Asma Bronkial Pada Pasien Anak Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 1999-2001”, Gibson (2002) mengenai “ Kajian Peresepan Pasien Dewasa Asma Bronkial non Komplikasi di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2000”. Semua penelitian yang pernah dilakukan adalah mengevaluasi resep yang diberikan kepada pasien, penelitian yang di lakukan sekarang ini, ingin mengetahui permasalahan yang terjadi dalam melakukan swamedikasi penyakit asma.

3. Manfaat Penelitian

  a) Manfaat Teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu kefarmasian khususnya tentang swamedikasi, serta dapat membantu masyarakat dalam mengobati atau menangani penyakit asma, sehingga dapat terwujud pengobatan sendiri yang tepat dan rasional.

  b) Manfaat Praktis

  Penelitian ini dapat dijadikan sebagai baseline dalam pengembangan modul edukasi bagi masyarakat untuk peningkatan kesesuaian swamedikasi penyakit asma.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

  Mengetahui pola perilaku swamedikasi dan permasalahan yang terjadi dalam swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo sehingga dapat dibuat modul edukasi yang sesuai kebutuhan dalam peningkatan swamedikasi penyakit asma oleh masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi penyakit asma di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

  b. Mengetahui pola perilaku swamedikasi penyakit asma oleh ibu-ibu di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

  c.

  Mengetahui permasalahan yang timbul dalam swamedikasi penyakit asma di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Swamedikasi (self-medication)

  1. Definisi

  Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk obat tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri dan untuk beberapa kondisi kronis yang sudah pernah didiagnosa oleh dokter. Sesuai dengan pernyataan bersama antara World Self-Medication Industry (WSMI) dan

  

Federation International Pharmaceutical (FIP) , self-medication atau

  swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif sendiri (Anonim, 1999). Beberapa pustaka menyebutkan definisi swamedikasi yang berbeda-beda, tetapi yang sering dipakai secara luas adalah pengobatan menggunakan obat tanpa resep.

  2. Perilaku Swamedikasi

  Perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang, pengalaman, sikap dalam mengatasi masalah kesehatan (doctor minded), demografi dan epidemiologi, ketersediaan pelayanan kesehatan, ketersediaan produk obat tanpa resep, dan faktor sosial ekonomi (Holt and Hall, 1990).

  Covington (2000), menjelaskan bahwa faktor keyakinan dan sikap, karakteristik demografi, status ekonomi, dan pendidikan atau pengetahuan konsumen merupakan empat faktor utama yang mempengaruhi swamedikasi.

  Faktor keyakinan dan sikap meliputi penghargaan terhadap nilai kesehatan, motivasi dan tanggung jawab untuk mempelajari penyakit yang diderita dan perawatannya, persepsi tingkat keseriusan penyakit, kecenderungan dipengaruhi oleh orang lain. Karakteristik demografi meliputi usia, jumlah keluarga, jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Faktor ekonomi meliputi status ekonomi seseorang, biaya perawatan kesehatan (baik produk maupun pelayanan), kemudahan untuk mendapatkan produk kesehatan, dan ketersediaan produk maupun pelayanan. Faktor pendidikan terutama tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dasar seseorang mengenai kondisi kesehatan yang diderita dan pengobatannya, kemampuan untuk menginterpretasikan informasi kesehatan, tersedianya informasi yang berguna dari tenaga kesehatan maupun dari media informasi.

  Perilaku swamedikasi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Consumers Healthcare Products Association di Amerika tahun 2002 menunjukkan peningkatan penjualan obat tanpa resep dari tahun 1970-2000 (Anonim, 2002). Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat dengan beberapa parameter yaitu: 1) tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi masalah kesehatannya, 2) kecenderungan melakukan swamedikasi dengan obat tanpa resep untuk mengatasi simptom yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita, 3) keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk, 4) keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep, 5) kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat (Pal, 2002). Penggunaan obat tanpa resep untuk swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat tersebut terbukti aman, berkualitas dan memberikan efikasi sesuai yang diharapkan (Holt and Hall, 1990).

3. Keuntungan dan Kerugian

  

Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi

Obyek Keuntungan Kerugian

  Pasien Kenyamanan dan Diagnosis tidak sesuai / kemudahan akses tertunda Tanpa biaya periksa / Pengobatan berlebihan / tidak konsultasi sesuai

  Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR

  Empowerment Adverse Drug Reaction

  Ada indikasi yang tak terobati Kenaikan biaya berobat

  Dokter/ sarana Penurunan beban kerja Tidak dapat melakukan pelayanan kesehatan monitoring terapi Lebih banyak waktu Kehilangan kesempatan untuk untuk menangani kasus konseling dengan pasien penyakit berat

  Berkurangnya peran Berkurangnya pendapatan

  Farmasis Perannya akan lebih Adanya konflik kepentingan dibutuhkan di Apotek antara bisnis dan etika profesi Pengambil kebijakan Menghemat biaya - kesehatan masyarakat

  Industri Farmasi Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas

  Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan dirasakan oleh penderita memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahan melakukan tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997). swamedikasi terhadap penderita, dokter/pelayanan kesehatan, farmasis, pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel I di atas (Sihvo, 2000).

  Swamedikasi di Indonesia dilakukan dengan menggunakan obat tradisional dan obat tanpa resep yang beredar di masyarakat. Dasar pemilihan obat tanpa resep untuk swamedikasi adalah pengalaman menggunakan obat tertentu pada waktu yang lalu atau diberitahu orang lain baik orang tua, tetangga, maupun teman. Dengan kemajuan yang pesat dalam bidang periklanan, baik melalui media cetak (surat kabar, majalah, dan sebagainya) maupun media elektronik (radio dan televisi), produsen obat dengan mudah memasarkan obatnya sehingga mempermudah konsumen dalam memilih obat bebas.

  Dalam menggunakan obat yang dijual bebas ada beberapa masalah yang harus dihadapi, yaitu: pertama, sebagian obat yang dijual bebas mengandung campuran beberapa obat yang berkhasiat, sehingga harga obat menjadi mahal; kedua, karena merupakan campuran beberapa obat berkhasiat maka satu macam obat dinyatakan dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit dan gejala penyakit; ketiga, karena penggunaan yang bermacam-macam, maka petunjuk penggunaannya menjadi tidak jelas; keempat, masyarakat menganggap bahwa pengobatan mandiri cukup aman sehingga pada waktu memerlukan pertolongan dokter sudah dalam keadaan terlambat; kelima, masyarakat percaya bahwa pemerintah tidak akan mengizinkan penjualan bebas obat-obat yang merugikan bagi kesehatan, pada obat-obat tertentu mempunyai efek samping yang dapat merugikan bagi pengguna sehubungan dengan penyakit yang diderita (Sartono, 1993b).

4. Golongan Obat Untuk Swamedikasi

  Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 6 golongan yaitu: 1) obat bebas, 2) obat bebas terbatas, 3) obat wajib apotek (OWA), 4) obat keras, 5) psikotropika, dan 6) narkotika (Anonim, 1996b). Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA, khusus untuk yang disebut terakhir adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter hanya oleh apoteker di apotek dan terbatas pada obat keras yang tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Obat Wajib Apotek (Anonim, 1996c).

  Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim, 1990).

  Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA (Anonim, 1996c). Golongan obat bebas dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek maupun di toko-toko atau warung. Obat bebas terbatas juga dapat dibeli tanpa resep dokter, dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai tanda peringatan (Anonim, 1997).

  Menurut SK Menteri Kesehatan RI nomor 6355/Dirjen/SK/1969, ada enam macam tanda peringatan yang dicantumkan dalam kemasan obat bebas terbatas sesuai dengan obatnya, yaitu: 1) P.No.1.Awas ! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya di dalam, 2)

  P.No.2.Awas ! Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan,

  3) P.No.3.Awas ! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan,

  4) P.No.4.Awas ! Obat keras. Hanya untuk dibakar, 5)

  P.No.5.Awas ! Obat keras. Tidak boleh ditelan, 6) P.No.6.Awas ! Obat keras. Obat wasir jangan ditelan.

  Menurut SK Menteri Kesehatan R.I. Nomor 347/MENKES/SK/VII/1990, obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Dalam melayani pasien yang memerlukan obat wajib apotek, apoteker diwajibkan untuk memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan dan memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan hal lain yang perlu diperhatikan pasien (Anonim, 1996).

  Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter untuk swamedikasi harus memenuhi kriteria, yaitu: 1) tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah umur 2 tahun dan orang tua di atas umur 65 tahun, 2) pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, 3) penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, 4) penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, 5) obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Anonim, 1996).

  5. Pemilihan dan Penggunaan Obat Tanpa Resep

  Pemilihan dan penggunaan obat-obat tanpa resep atau yang sering disebut

  over the counter (OTC) yaitu obat yang tergolong obat bebas dan obat bebas

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan perilaku swamedikasi sakit kepala oleh ibu-ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli-September 2007.

0 0 2

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

9 48 194

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 199

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 204

Identifikasi Problem swamedikasi Common Cold di kalangan ibu-ibu di Propinsi di Yogyakarta.

0 0 26

Evaluasi kerasionalan swamedikasi kandidiasis vaginal [``Keputihan``] oleh wanita penggunjung Apotek di Yogyakarta periode Agustus 2006 - USD Repository

0 0 136

Pengaruh edukasi tentang penyakit menular seksual terhadap perilaku pada pekerja seks komersial di lokasi pasar kembang Yogyakarta tahun 2006 - USD Repository

0 0 107

Kajian pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 di apotek-apotek Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 1 131

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 202

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 197