Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

(1)

x INTISARI

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat untuk mengobati atau mencegah penyakit yang dapat dikenali sendiri. Produk vitamin termasuk obat bebas walaupun dalam perkembangannya masuk dalam food supplement. Tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berpengaruh dalam perilaku swamedikasi.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif dan analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan klaster multi tahap. Instrumen yang digunakan kuisioner dan pedoman wawancara. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data kuantitatif dianalisis denganchi square.

Karakteristik responden: umur 36-40 (21,3%), menikah (98,4%), SLTA (39,3%), pendapatan <Rp.1.500.000 (59%), ibu rumah tangga (48,4%), analisis kualitatif: pengobatan dengan obat tradisional (23,8%), batuk, sakit kepala, flu, demam (43,4%), keuntungan lebih murah dan cepat (43,4%), kerugian tidak ada (72,9%), alasan penggunaan untuk menjaga kesehatan (37,7%), kondisi sehat (50%), sumber informasi iklan TV (39,3%), produk yang sering digunakan Vitamin C IPI® dan Redoxon® (10,6%), frekuensi penggunaan setiap hari (satu kali) (30,3%), membeli di apotek (84,4%), kemasan utuh (98,4%), membaca informasi pada kemasan (94,3%), efek daya tahan tubuh meningkat (27,1%). Analisis kuantitatif: terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan tindakan; tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap; tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Kata kunci : swamedikasi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, produk vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

xi ABSTRACT

Self medication is an alternative and the use of medicine without doctor’s recipe by the people to cure or prevent disease that could be recognized by their self. Vitamin product is a limitless medicine that become in a group of food supplement. Education level and income stage have a relationship in the self medication.

This research is a non analytic experimental and descriptive with cross sectional plan. The technique of picking sample in this research is multi section cluster and the instrument that used is questioner and interview. The qualitative data have been descriptively analyzed and served in tables and diagrams. The quantitative data is have been analyzed through chi square.

The respondent analysis (in their ages) 36-40 (21,3%), married (98,4%), senior high school (39,3%), income <Rp.1.500.000 (59%), housewife (48,4%), The result of qualitative research: medication using traditional medicine (23,8%), cough, headache, influenza, and fever (43,4%), benefit; cheaper and faster (43,4%), disadvantage; nothing (72,9%), the reason to keep healthy (37,7%), healthy (50%), source from TV advertising (39,3%), Product that often used is Vitamin C IPI®and Redoxon® (10,6%), the frequency of consuming vitamin product everyday (once) (30,3%), buy in a dispensary (84,4%), buy in a package (98,4%), read the medicine information (94,3%), always healthy-not get sick easily (27,1%). The quantitative: there is a relationship between education level with knowledge and action, there is no relationship between education level and attitude; there is no relationship between economical stage with knowledge, attitude and action.

Keyword: self medication, education level, income stage, vitamin product

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

i

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENGGUNAAN PRODUK

VITAMIN OLEH IBU-IBU DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh : Henny Puspitasari NIM : 048114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

iv

P ER SEM B AH AN

When God prepares to do something wonderful, He begins with a difficulty

When He plans to do something very wonderful, He begins with an impossibility

Henny tak akan m enyerah Pada apapun juga

Sebelum Henny coba sem ua yang Henny bisa

Tetapi Henny berserah kepada kehendak-M u Hati Henny percaya Tuhan punya rencana...

K upersembahkan karya ini

U ntuk B apa, Y esus K ristus, dan R oh kudus

atas kasih dan penyertaan-N ya yang sempurna.. U ntuk papa, mama, cie N ovi, Fanny dan kokoku Andreas

atas doa, dukungan dan cintanya padaku.... U ntuk teman-teman dan Almamaterku....

Segala per kara dapat kut anggung di dalam Dia yang member i kekuat an kepadaku (Filipi 4: 13)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Henny Puspitasari

Nomor Mahasiswa : 048114027

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Januari 2008

Yang menyatakan

( Henny Puspitasari )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Januari 2008 Penulis

Henny Puspitasari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vii PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan anugerah dan karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” dapat terselesaikan dengan baik

Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi bukanlah hal yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi sahabat setia menemani dan memberikan penulis kekuatan baru setiap harinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini serta memberikan saran dan masukannya yang berharga.

3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan selama persiapan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(10)

viii

4. Bapak dr. Harimat Hendarwan, M.Kes., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan selama persiapan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. BAPEDA Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis

7. Masyarakat pedukuhan Dlingo, Ngangin-angin, Dukuh, Penjalin, Sogan I, Sogan II, Durungan, Beji yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 8. Masyarakat Wirobrajan, Pakuncen, Demangan, dan Baciro khususnya RW 2 dan

RW 8 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Papa, Mama, Ci Novi, Ko Allen, Fanny yang telah memberikan doa, dorongan, cinta, semangat dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kokoku Andreas atas perhatian, dukungan, cinta, semangat, dan bantuan yang

telah diberikan selama ini.

11. Semua teman-teman seperjuanganku, Limdra, Rissa, Pipin, Tice, Ana, Fandi dan Ari atas semua bantuan, kerjasama, dukungan dan semangatnya. Maaf kalau selama ini banyak terjadi kesalahan.

12. Erlin atas semangat, bantuan, dukungan, dan suka duka yang dibagi bersama selama ini.

13. Teman-teman Kost ”Amakusa” (Incan, Cipi, Decy, DK, Tata, Ita, Cencen, Ci Nike, Nova, Ci Mira, Ci Indri, Dian, Dewi, Uut , Yemi, Titin, Lia, Flori, Reta,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

ix

Putri) untuk dukungan, doa, dukungan, keceriaan dan kebersamaan yang diberikan kepada penulis.

14. Teman-teman Komselku Ci Yeyen, Agnes, Ci Jenny, Caca, Yaya untuk, doa, semangat, keceriaan dan kebersamaan selama ini.

15. Sahabat-sahabatku di Semarang (Gephien, Alun, Leny, Ci Sarinah, Irene) untuk dukungan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

16. Anak-anak angkatan 2004 khususnya minat FKK atas kekompakan dan keceriaan yang diberikan.

17. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi perkembangan dunia kesehatan.

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

x INTISARI

Swamedikasi adalah pemilihan dan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat untuk mengobati atau mencegah penyakit yang dapat dikenali sendiri. Produk vitamin termasuk obat bebas walaupun dalam perkembangannya masuk dalam food supplement. Tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan berpengaruh dalam perilaku swamedikasi.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental deskriptif dan analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan klaster multi tahap. Instrumen yang digunakan kuisioner dan pedoman wawancara. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data kuantitatif dianalisis denganchi square.

Karakteristik responden: umur 36-40 (21,3%), menikah (98,4%), SLTA (39,3%), pendapatan <Rp.1.500.000 (59%), ibu rumah tangga (48,4%), analisis kualitatif: pengobatan dengan obat tradisional (23,8%), batuk, sakit kepala, flu, demam (43,4%), keuntungan lebih murah dan cepat (43,4%), kerugian tidak ada (72,9%), alasan penggunaan untuk menjaga kesehatan (37,7%), kondisi sehat (50%), sumber informasi iklan TV (39,3%), produk yang sering digunakan Vitamin C IPI® dan Redoxon® (10,6%), frekuensi penggunaan setiap hari (satu kali) (30,3%), membeli di apotek (84,4%), kemasan utuh (98,4%), membaca informasi pada kemasan (94,3%), efek daya tahan tubuh meningkat (27,1%). Analisis kuantitatif: terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan dan tindakan; tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap; tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Kata kunci : swamedikasi, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, produk vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

xi ABSTRACT

Self medication is an alternative and the use of medicine without doctor’s recipe by the people to cure or prevent disease that could be recognized by their self. Vitamin product is a limitless medicine that become in a group of food supplement. Education level and income stage have a relationship in the self medication.

This research is a non analytic experimental and descriptive with cross sectional plan. The technique of picking sample in this research is multi section cluster and the instrument that used is questioner and interview. The qualitative data have been descriptively analyzed and served in tables and diagrams. The quantitative data is have been analyzed through chi square.

The respondent analysis (in their ages) 36-40 (21,3%), married (98,4%), senior high school (39,3%), income <Rp.1.500.000 (59%), housewife (48,4%), The result of qualitative research: medication using traditional medicine (23,8%), cough, headache, influenza, and fever (43,4%), benefit; cheaper and faster (43,4%), disadvantage; nothing (72,9%), the reason to keep healthy (37,7%), healthy (50%), source from TV advertising (39,3%), Product that often used is Vitamin C IPI®and Redoxon® (10,6%), the frequency of consuming vitamin product everyday (once) (30,3%), buy in a dispensary (84,4%), buy in a package (98,4%), read the medicine information (94,3%), always healthy-not get sick easily (27,1%). The quantitative: there is a relationship between education level with knowledge and action, there is no relationship between education level and attitude; there is no relationship between economical stage with knowledge, attitude and action.

Keyword: self medication, education level, income stage, vitamin product

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA... vii

INTISARI ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 5

2. Keaslian Penelitian ... 6

3. Manfaat Penelitian ... 8

B. Tujuan Penelitian ... 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xiii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 10

A. Swamedikasi (self-medication)... 10

1. Swamedikasi ... 10

2. Upaya peningkatan kerasionalan penggunaan obat di masyarakat.. 12

3. Golongan obat untuk swamedikasi ... 13

B. Food Supplement... 15

C. Vitamin... 15

D. Perilaku Kesehatan... 25

1. Teori Weber... 26

2. Teori Adopsi Rogers... 27

3. Ranah Perilaku... 28

E.. Proses Keputusan Pembelian... 30

F. Pendidikan... 31

G. Pendapatan... 32

H Landasan Teori... 33

I Hipotesis... 34

BAB III METODE PENELITIAN... 38

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 38

B. Variabel Penelitian ... 39

C. Definisi Operasional ... 39

D. Populasi Penelitian ... 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xiv

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling... 42

F. Lokasi Penelitian... 46

G. Waktu Penelitian... 47

H. Instrumen Penelitian... 47

1. Pedoman Wawancara... 47

2. Kuesioner... 48

I. Tata Cara Penelitian... 50

1. Analisis Situasi... 50

2. Pembuatan Instrumen... 51

3. Pengambilan Data Kuesioner dan Wawancara... 54

4. Tata Cara Pengolahan Data ... 55

J. Analisis Hasil... 56

1. Analisis data kuatitaif... 56

2. Analisis data kualitatif ... 57

K. Kesulitan Penelitian... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Gambaran Karakteristik Responden... 59

1. Umur Responden... 59

2. Status Pernikahan... 60

3. Pendidikan Responden... 60

4. Pekerjaan... 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xv

5. Jumlah Pendapatan ... 62

B. Pola Perilaku Swamedikasi Menggunakan Produk Vitamin ... 64

1. Swamedikasi secara umum... 64

2. Penggunaan Produk Vitamin... 69

C. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam swamedikasi menggunakan produk vitamin... 84

1. Kategori Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan (Analisis Univariat).. 84

2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam swamedikasi menggunakan produk vitamin... 87

D. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan responden dalam swamedikasi menggunakan produk vitamin... 92

1. Hubungan tingkat pendapatan dengan pengetahuan... 93

2. Hubungan tingkat pendapatan dengan sikap... 94

3. Hubungan tingkat pendapatan dengan tindakan... 95

E. Rangkuman Pembahasan... 96

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xvi

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN ... 112 BIOGRAFI PENULIS ... 173

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi... 11

Tabel II. Angka Kecukupan Gizi vitamin A,D,E, K dan C Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1593/Menkes/SK/XI/2005... 18

Tabel III. Angka Kecukupan Gizi Vitamin B1,B2,B3,B6,B9dan B12 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1593/Menkes/SK/XI/2005... 19

Tabel IV. Jumlah dan distribusi sampel di Kabupaten/Kota... 43

Tabel V. Kabupaten dan Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.... 44

Tabel VI. Profil Kuesioner... 49

Tabel VII. Distribusi Umur Responden... 59

Tabel VIII. Kategori Tingkat Pendidikan Responden... 61

Tabel IX. Kategori Tingkat Pendapatan Responden... 63

Tabel X. Pemahaman Responden tentang Swamedikasi... 64

Tabel XI. Penyakit yang dapat Diobati dengan Swamedikasi... 65

Tabel XII. Keuntungan Swamedikasi... 66

Tabel XIII. Kerugian Swamedikasi... 68

Tabel XIV. Efektifvitas Swamedikasi yang Dilakukan... 69

Tabel XV. Alasan Menggunakan Produk Vitamin... 70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

xviii

Tabel XVI. Kondisi Menggunakan Produk Vitamin... 71

Tabel XVII. Nama Produk Vitamin*)... 74

Tabel XVIII. Komposisi Produk Vitamin Secara Umum... 75

Tabel XIX. Frekuensi Penggunaan Produk Vitamin... 76

Tabel XX. Anggota Keluarga yang Menggunakan Produk Vitamin... 76

Tabel XXI. Alasan Pemilihan Produk Vitamin... 77

Tabel XXII. Alasan Membeli di Tempat Tertentu... 78

Tabel XXIII. Pernah/tidaknya Responden Membaca Kemasan ProdukVitamin. 81 Tabel XXIV. Jenis-jenis Informasi yang Dibaca pada Kemasan………. 82

Tabel XXV. Pemahaman Informasi yang Dibaca Responden pada Kemasan… 82 Tabel XXVI. Efek yang Dirasakan dari Pemberian Produk Vitamin... 83

Tabel XXVII Hasil Uji Analisis Univariat Pengetahuan Responden…………... 84

Tabel XXVIII. Uji Normalitas Variabel Pengetahuan... 85

Tabel XXIX. Kategori Nilai Pengetahuan Responden 85 Tabel XXX. Hasil Uji Analisis Univariat Sikap Responden... 85

Tabel XXXI. Uji Normalitas Variabel Sikap... 86

Tabel XXXII. Kategori Nilai Sikap Responden... 86

Tabel XXXIII. Hasil Uji Analisis Univariat Tindakan Responden... 86

Tabel XXXIV. Uji Normalitas Variabel Tindakan... 87

Tabel XXXV. Kategori Nilai Tindakan Responden... 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

xix

Tabel XXXVI. Distribusi Proporsi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Kategori Tingkat Pendidkan... 88 Tabel XXXVII. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendidikan

dengan Pengetahuan Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin. 88 Tabel XXXVIII. Distribusi Proporsi Sikap Responden Berdasarkan Kategori

Tingkat Pendidikan... 89 Tabel XXXIX. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendidikan

dengan Sikap Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin... 90 Tabel XXXX. Distribusi Proporsi Tindakan Responden Berdasarkan Kategori

Tingkat Pendidkan... 91 Tabel XXXXI. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendidikan

dengan Tindakan Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin... 91 Tabel XXXXII. Distribusi Proporsi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Kategori Tingkat Pendapatan... 93 Tabel XXXXIII. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendapatan

dengan Pengetahuan Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin 94 Tabel XXXXIV. Distribusi Proporsi Sikap Responden Berdasarkan Kategori

Tingkat Pendapatan... 94 Tabel XXXXV. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendapatan

dengan Sikap Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin... 95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

xx

Tabel XXXXVI. Distribusi Proporsi Tindakan Responden Berdasarkan Kategori Tingkat Pendapatan... 95 Tabel XXXXVII. Hasil UjiChi-Square Hubungan antara Tingkat Pendapatan

dengan Tindakan Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin... 96

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Langkah-langkah dalam mengembangkan intervensi efektif yang bertujuan untuk peningkatan penggunaan obat yang

rasional di masyarakat (WHO, 2004)... 12 Gambar 2. Pengubahan Masalah dalam Penggunaan Obat... 13 Gambar 3. (a) Teori aksi Weber dan (b) Parsons (Sarwono, 1997)... 26 Gambar 4. Proses Terbentuknya Sikap... 29 Gambar 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin... 35 Gambar 6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Swamedikasi

dalam Menggunakan Produk Vitamin... 35 Gambar 7. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Swamedikasi

dalam Menggunakan Produk Vitamin... 35 Gambar 8. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan

Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin... 36 Gambar 9. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap Swamedikasi

dalam Menggunakan Produk Vitamin... 37 Gambar 10. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Swamedikasi

dalam Menggunakan Produk Vitamin... 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

xxii

Gambar 11.Profil Sampel yang Diperoleh dengan Teknik Klaster Multi

Tahap... 46 Gambar 12. Bagan Tata Cara Penelitian……….. 58 Gambar 13. Status Pernikahan Responden... 60 Gambar 14. Pendidikan Responden... 60 Gambar 15. Jenis Pekerjaan Responden... 62 Gambar 16. Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan... 62 Gambar 17. Sumber Informasi tentang Produk Vitamin... 72 Gambar 18. Tempat Membeli Produk Vitamin... 78 Gambar 19. Informasi yang Diterima Saat Membeli Produk Vitamin... 79 Gambar 20. Keutuhan Kemasan Produk Vitamin yang Dibeli Responden... 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian BAPEDA... 112 Lampiran 2. Surat izin Penelitian Pemerintah Kota Yogyakarta... 113 Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Kecamatan Gondokusuman... 115 Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Kecamatan Wirobrajan………... 116 Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Kelurahan Baciro……… 118 Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Baciro RW 8………... 119 Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Demangan RW 2………. 120 Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Demangan RW 8……….. 121 Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Pakuncen RW 2... 122 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Pakuncen RW 8... 123 Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Wirobrajan RW 2……… 124 Lampiran 12. Surat Izin Penelitian Wirobrajan RW 8……… 125 Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Kabupaten Kulon Progo……… 126 Lampiran 14. Surat Izin Penelitian Kecamatan Wates Dusun Durungan... 127 Lampiran 15. Surat Izin Penelitian Kecamatan Wates Dusun Beji... 128 Lampiran 16. Surat Izin Penelitian Kecamatan Wates Desa Sogan………... 129 Lampiran 17. Besar Sampel untuk Estimasi Proporsi P Presisi Mutlak d

dengan Derajat Kepercayaan 95% ... 130

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

xxiv

Lampiran 18. Jumlah dan distribusi sampel tingkat kecamatan, tingkat

kelurahan/desa, tingkat RW/dusun... 131 Lampiran 19. Data Responden... ... 133 Lampiran 20. Pedoman Wawancara... 137 Lampiran 21. Hasil Wawancara... 141 Lampiran 22. Komposisi , kegunaan dan aturan pakai produk vitamin... 151 Lampiran 23. Kuisioner Penelitian... 156 Lampiran 24. Hasil Uji Reliabilitas ... 159 Lampiran 25. Analisis univariat dan Uji Normalitas Pengetahuan ... 160 Lampiran 26. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan... 161 Lampiran 27. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan... 162 Lampiran 28. Analisis univariat dan Uji Normalitas Sikap... 163 Lampiran 29. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap... 164 Lampiran 30. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap... 165 Lampiran 31. Analisis univariat dan Uji Normalitas Tindakan... 166 Lampiran 32. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan... 167 Lampiran 33. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan... 168 Lampiran 34. Logo Obat, Kode Registrasi, dan Contoh Obat Bebas, Bebas

Terbatas, Obat Keras... 169 Lampiran 35. Logo Obat, Kode Registrasi,dan Contoh Jamu, Herbal

Terstandar, dan Fitofarmaka... 171

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Penelitian mengenai perilaku kesehatan dari Susenas yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dengan Departemen Kesehatan RI tahun 2001 menunjukkan di antara penduduk yang mengeluh sakit 56,3% mencari pengobatan sendiri. Dari yang mengobati sendiri didapatkan 84,2% menggunakan obat modern, 28,7% menggunakan obat tradisional dan 8,5% menggunakan cara lainnya (Anonim, 2001a). Data di atas menunjukkan bahwa persentase penderita yang melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi relatif tinggi.

Tindakan swamedikasi (self medication) mempunyai kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Swamedikasi berarti penggunaan obat–obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri (Anonim, 1999). Beberapa faktor dapat dikatakan berperan dalam peningkatan tersebut, yaitu: pengetahuan masyarakat tentang penyakit ringan dan berbagai gejala serta pengobatannya, motivasi masyarakat untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat–obat yang dapat dibeli secara bebas tanpa resep dokter atau OTR/Obat Tanpa Resep (OTC/Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan (WHO, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(28)

2

Suatu penelitian oleh Consumers Healthcare Products Association di Amerika Serikat menunjukkan populasi wanita dewasa lebih banyak daripada pria dalam melakukan pengobatan sendiri dan presentase tersebut semakin bertambah pada wanita dengan semakin bertambahnya usia. Sebanyak 66,6% wanita saling memberikan motivasi diantara mereka untuk memahami persoalan kesehatan dan masalah pengobatannya, sedangkan pada kelompok pria hal tersebut ditemukan hanya sebesar 58%. Sebanyak 82% wanita dan 71% pria mengakui menggunakan OTR untuk mengobati penyakit ringan yang sering mereka alami (Anonim, 2001b). Penelitian lain yang dilakukan di kota Yogyakarta mengungkapkan bahwa sebanyak 74,5% wanita melakukan swamedikasi dengan menggunakan obat demam bagi anak mereka untuk mengatasi demam pada anak (Rinukti dan Widayati, 2005). Dari penelitian yang telah dilakukan terlihat wanita lebih sering melakukan swamedikasi baik untuk dirinya sendiri maupun bagi anggota keluarganya dibandingkan dengan pria, oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan subyek ibu-ibu. Selain itu ibu mempunyai peran penting dalam tindakan swamedikasi untuk keluarganya.

Swamedikasi dipengaruhi beberapa faktor, antara lain motivasi, pengetahuan tentang obat dan penyakit yang diderita, kepercayaan terhadap khasiat obat yang digunakan, keadaan demografi, status sosial-pendapatan, tingkat pendidikan, adanya pengaruh dari orang lain (teman, saudara, dan tenaga kesehatan), serta tersedianya informasi yang berguna bagi konsumen (Covington,2000). Selain dipengaruhi sikap, perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya pengetahuan atau tambahan informasi yang diperolehnya (Sarwono, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

3

Obat–obat yang dapat digunakan dalam swamedikasi adalah OTR. Obat tanpa resep adalah jenis obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter dan digunakan untuk mencegah maupun mengobati jenis penyakit yang pola pengobatannya dapat ditetapkan sendiri dan telah ditegaskan aman dan manjur bila digunakan mengikuti petunjuk penggunaan serta peringatan yang tertera dalam label (Tjay dan Rahardja, 2002), dan produk vitamin termasuk salah satu jenis OTR, walaupun dalam perkembangannya Badan POM mulai memasukkan produk vitamin ke dalam jenisfood supplementdan bukan golongan obat bebas.

Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa 60% wanita dan 46% pria menggunakan suplemen makanan, dan masing–masing sebanyak 30% dan 23% menyatakan menggunakannya sebagai salah satu metode pengobatan bagi penyakit ringan yang biasa dialami (Pal, 2002).

Laporan Fredonia Group mengungkapkan bahwa permintaan pasar Amerika Serikat tahun 2005 untuk suplemen makanan mencapai US $ 2545 juta. Untuk tahun 2010 diperkirakan permintaan pasar global untuk suplemen makanan meningkat sampai US $ 15,5 milyar, dengan permintaan pasar untuk produk vitamin diperkirakan mencapai US $ 4,2 milyar. Sedangkan permintaan pasar di Cina untuk produk vitamin pada tahun 2005 sebesar US $ 3,33 milyar, dan diperkirakan pada tahun 2015 meningkat sampai US $ 5,2 milyar (Douaud, 2006).

Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan oleh Badan POM tahun 2002 menunjukkan hasil dari pasca audit sebanyak 11257 iklan, diperoleh hasil sebanyak 50% adalah iklan suplemen makanan dan 25% iklan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(30)

4

Seiring dengan gencarnya iklan suplemen makanan dan obat, baik di media cetak maupun elektronik, konsumsi masyarakat terhadap produk-produk tersebut cenderung meningkat berkaitan dengan gaya hidup, pola konsumsi, peningkatan derajat kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Produk vitamin banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan berbagai maksud dan tujuan, diantaranya untuk menjaga kondisi tubuh agar tubuh tetap sehat dan untuk mengurangi kelelahan (Le Fever Kee and Hayes, 1997). Berkaitan dengan kepentingan perlu tidaknya mengkonsumsi produk vitamin untuk meningkatkan energi, memperpanjang umur dan memberikan perlindungan terhadap penyakit masih menjadi perdebatan dokter dan ahli gizi. Di satu pihak para dokter dan ahli gizi menyatakan bahwa makanan sehari-hari yang bervariasi akan memberikan semua jenis dan jumlah vitamin yang dibutuhkan, di pihak lain masyarakat sangat yakin bahwa vitamin akan menolong mereka hidup lebih sehat (Hutapea, 1993).

Jenis produk vitamin yang beredar saat ini jumlahnya sangat banyak, menurut data dari Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia tahun 2006 sudah beredar sekitar 467 macam produk vitamin. Dengan begitu banyaknya produk vitamin, mengakibatkan berbagai macam pola perilaku penggunaan produk vitamin. Apalagi produk-produk tersebut banyak digunakan dalam tindakan swamedikasi, sesuai dengan konsep swamedikasi bahwa tindakan pengobatan dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa intervensi dan pengawasan dari tenaga kesehatan dimana diri sendiri menjadi penentu dalam pengambilan keputusan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(31)

5

Hasil penelitian tentang swamedikasi pada vaginitis di Kota Yogyakarta tahun 2006 (Widayati, 2006) menunjukkan bahwa terdapat 71% ketidaksesuaian dalam aspek pengenalan penyakit dan 33% ketidaksesuaian dalam pemilihan obatnya. Dari penelitian ini terlihat bahwa di masyarakat masih terdapat ketidaksesuaian dalam perilaku swamedikasi, karena itu peneliti tertarik untuk meneliti perilaku swamedikasi dengan obyek lain yaitu penggunaan produk vitamin.

Pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pola perilaku swamedikasi yang berkaitan dengan penggunaan produk vitamin serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan pola perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin khususnya di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian payung yang berjudul “Pengembangan Model Edukasi untuk Peningkatan Kerasionalan Perilaku Swamedikasi Masyarakat di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kemitraan antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan LitBangKes Departemen Kesehatan RI Jakarta.

1. Permasalahan

a. Seperti apa karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi yang menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

b. Seperti apa pola perilaku ibu-ibu dalam swamedikasi menggunaan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

6

c. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu-ibu pelaku swamedikasi dengan pengetahuan, sikap, dan tindakannya dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta? d. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan ibu-ibu pelaku

swamedikasi dengan pengetahuan, sikap, dan tindakannya dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?

2.Keaslian penelitian

Penelitian tentang produk vitamin pernah dilakukan oleh Gusmali (2000), yaitu mengenai kajian keamanan beberapa food supplement yang beredar di tiga kota besar berdasarkan informasi dari penandaan dan pengalaman. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif, dengan cara melihat penandaan pada etiket, brosur, leflet, adventorial dan informasi pengguna food supplement. Hasil penelitian menunjukkan karakter konsumen suplemen makanan terbanyak perempuan 78,1%, usia 36-55 tahun 43,8%, pekerjaan swasta 39,1%, pendidikan tingkat sarjana 60,9%, pengalaman pemakaian kebanyakan konsumen mengkonsumsi satu produk 71,9%, dengan tujuan untuk menjaga kesehatan/meningkatkan stamina 69,4%, lama pemakaian 1-3 tahun 40,6%, efek samping hanya dialami beberapa orang 10,9%. Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan, dalam rancangan penelitian, metode pengambilan data, subyek penelitian dan produk suplemen makanan.

Penelitian tentang produk vitamin sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Sudiyanto, Sekartini, Sudarsono, Ahyadi, Purba, dan Iskandar (2002), yang mencari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(33)

7

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak balita tentang pemberian suplemen multivitamin-mineral di Kelurahan Utan Kayu, Jakarta Timur. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan perilaku ibu yang mempunyai anak balita tentang pemberian suplemen multivitamin-mineral masih kurang dan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai balita tersebut. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu produk vitamin bukan untuk balita saja tetapi produk vitamin untuk balita, anak-anak maupun dewasa, lokasi penelitian, dan subyek penelitian yang digunakan.

Penelitian lain dilakukan oleh Susilowati (2004), tentang hubungan antara motivasi dan pengetahuan dengan tindakan penggunaan produk vitamin pada pengunjung 8 apotek di kota Yogyakarta periode 2003. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi dan tindakan penggunaan produk vitamin dengan tingkat hubungan sedang, serta menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan produk vitamin dengan tingkat hubungan sedang. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini mencari hubungan antara tingkat sosial pendapatan dengan perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin. Aspek sosial ekonomi meliputi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan sedangkan aspek perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan. Perbedaan yang lain tentang subyek penelitian bukan pengunjung apotek tetapi ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

8

3. Manfaat Penelitian a.Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan mengenai perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini merupakan penelitian awal (baseline survey) dari rangkaian penelitian yang dirancang untuk pengembangan modul edukasi tentang swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin. Sehingga penelitian ini dijadikan dasar dalam mendesain modul edukasi yang sesuai bagi masyarakat untuk meningkatan perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin.

Modul edukasi yang nantinya menjadi produk akhir, diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi secara tepat dan benar.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pola perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang pada akhirnya akan digunakan untuk dijadikan dasar pembuatan modul edukasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(35)

9

sesuai bagi masyarakat untuk meningkatkan perilaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin.

2.Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk :

a. mengetahui karakteristik ibu-ibu pelaku swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

b. mengetahui pola perilaku ibu-ibu dalam swamedikasi menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

c. mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu-ibu pelaku swamedikasi dengan pengetahuan, sikap, dan tindakannya dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

d. mengetahui hubungan tingkat pendapatan ibu-ibu pelaku swamedikasi dengan pengetahuan, sikap, dan tindakannya dalam menggunakan produk vitamin di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

10 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Swamedikasi (self-medication) 1. Swamedikasi (self- medication)

Swamedikasi adalah bagian dari self-care. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1998, swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat–obatan (termasuk produk herbal dan obat tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Sesuai dengan pernyataan bersama antara World Self-Medication Industry (WSMI) dan Federation International Pharmaceutical (FIP),self-medication atau swamedikasi didefinisikan sebagai penggunaan obat–obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif mereka sendiri (Anonim, 1999).

Perilaku swamedikasi ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data dari Consumers Healthcare Products Association di Amerika tahun 2002 menunjukkan peningkatan penjualan obat tanpa resep dari tahun 1970 – 2000. Suatu survei yang pernah dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa terjadi peningkatan perilaku swamedikasi di kalangan masyarakat dengan beberapa parameter yaitu: 1) tingkat kepuasan konsumen terhadap keputusan mereka sendiri dalam mengatasi

masalah kesehatannya

2) kecenderungan melakukan pengobatan sendiri dengan obat tanpa resep untuk mengatasi gejala yang dirasakan dan penyakit ringan yang umum diderita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(37)

11

3) keyakinan bahwa obat tanpa resep aman digunakan apabila dipakai sesuai petunjuk

4) keinginan agar beberapa obat yang saat itu harus diperoleh dengan resep dokter, diubah menjadi tanpa resep

5) kesadaran membaca label sebelum memilih dan menggunakan obat tanpa resep, terutama mengenai aturan pakai dan cara pakai serta efek samping obat.

(Pal, 2002) Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan dirasakan oleh penderita memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahan melakukan tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997). Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku swamedikasi terhadap penderita, dokter, apoteker, pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel I berikut ini (Sihvo, 2000).

Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi

Obyek Keuntungan Kerugian

Kenyamanan dan kemudahan akses Diagnosis tidak sesuai / tertunda Tanpa biaya periksa / konsultasi Pengobatan berlebihan / tidak

sesuai

Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR

Empowerment Adverse Drug Reaction

Ada indikasi yang tak terobati Pasien

Kenaikan biaya berobat

Penurunan beban kerja Tidak dapat melakukan

monitoring terapi Lebih banyak waktu untuk

menangani kasus penyakit berat

Kehilangan kesempatan untuk konseling dengan pasien

Berkurangnya peran Dokter

Berkurangnya pendapatan Apoteker Perannya akan lebih dibutuhkan di

Apotek

Adanya konflik kepentingan antara bisnis dan etika profesi Pengambil kebijakan Menghemat biaya kesehatan

masyarakat

-Industri Farmasi Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

12

2. Upaya peningkatan kerasionalan penggunaan obat di masyarakat

Studi penggunaan obat menjadi bagian dalam proses untuk mengembangkan intervensi dan meningkatkan kesesuaian penggunaan obat di masyarakat (WHO, 2004a). Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam studi seperti pada gambar 1.

*

*

meningkatkan intervensi

Gambar 1: Langkah-langkah dalam mengembangkan intervensi efektif yang bertujuan untuk peningkatan penggunaan obat yang rasional di masyarakat (WHO, 2004a)

Langkah 2 Memprioritaskan

Permasalahan Langkah 1 Deskripsi Penggunaan obat dan Identifikasi Permasalahan

Langkah 3

Menganalisa permasalahan dan Mengidentifikasi

pemecahannya

Langkah 4 Menyeleksi dan Mengembangkan intervensi

Langkah 5 Uji coba intervensi Langkah 6

Penerapan Intervensi Langkah 7

Memonitor dan Mengevaluasi Intervensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(39)

13

Memperbaiki diagnosis

Gambar 2. Pengubahan Masalah dalam Penggunaan Obat (Hubley, 1993) 3. Golongan Obat Untuk Swamedikasi (Obat Bebas, Bebas Terbatas, Obat

Wajib Apotek dan Obat Tradisional)

Obat-obatan yang dapat digunakan untuk swamedikasi meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, OWA (Obat Wajib Apotek), dan obat tradisional. Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan tepi lingkaran berwarna hitam (Anonim, 1983). Obat bebas umumnya berupa produk vitamin dan mineral dan beberapa analgetik-antipiretik. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran berwarna biru dengan tepi lingkaran berwana hitam (Anonim, 1983). Obat-obat yang umumnya masuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, dan beberapa produk vitamin dan mineral. Obat Wajib Apotek merupakan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter hanya oleh Apoteker di Apotek (Anonim, 1990). Obat-obat yang masuk golongan ini antara lain beberapa Obat-obat saluran cerna, Obat-obat saluran napas dan obat kulit, sedangkan produk vitamin tidak tercantum dalam OWA (Logo obat, kode registrasi, dan contoh obat terdapat pada lampiran 34).

4.Follow up

Mengukur perubahanoutcomes (evaluasi kuantitatif dan

kualitatif)

1. Pengukuran

Mengukur tindakan penggunaan obat

(studi deskriptif kuantitaif)

2. Diagnosis Mengidentifikasi masalah spesifik dan penyebabnya (studi kuantitatif dan studi

kualitatif)

3. Tindakan

Mendisain dan melakukan implementasi intervensi (mengumpulkan data dan

mengukuroutcome)

Memperbaiki intervensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

14

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut,digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Obat herbal terstandar adalah obat bahan alam yang bahan bakunya telah di standarisasi dan telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik. Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi serta telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik (Anonim, 2005). (Logo obat, kode registrasi, ,dan contoh obat terdapat pada lampiran 35)

Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter untuk swamedikasi harus memenuhi kriteria, yaitu: 1) tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun, 2) pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, 3) penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, 4) penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, 5) obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri (Anonim, 1993).

Hampir semua macam vitamin dapat digunakan untuk swamedikasi kecuali vitamin yang termasuk dalam obat keras, seperti vitamin K. Termasuk obat keras jika obat pada bungkus luarnya disebutkan bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, obat yang digunakan secara parenteral, semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan daftar obat keras kecuali jika oleh Departemen Kesehatan telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat tersebut itu tidak membahayakan kesehatan, semua obat yang tecantum dalam daftar obat keras, obat dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu kecuali dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain atau ada pengecualian menurut daftar obat bebas terbatas (Anonim, 1962).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(41)

15

B. Food Supplement

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.23.3644 pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi (Anonim, 2004b).

Food Supplement atau Suplemen kesehatan atau disebut juga dietary supplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat yang bersifat nutrisi atau obat. Suplemen dikelompokkan menjadi vitamin, mineral, enzim, efek mirip hormon, antioksidan, dan herba (Olivia,Alam,Hadibroto, 2006). Kode pendaftaran suplemen makanan ditandai dengan SD berarti suplemen dalam negeri, SL berarti Suplemen Lisensi dan SI yang berarti suplemen impor. Suplemen makanan dapat berbentuk tablet, kapsul, pil, garanul, serbuk, jeli, dan larutan oral.

Vitamin sebenarnya dapat digunakan sebagai obat tidak hanya sebagai suplemen untuk pencegahan, perbaikan atau pemeliharaan (Huckleberry dan Rollins, 2004). Fungsi vitamin terutama sebagai koenzim, mengaktifkan bagian protein dari enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan normal dan metabolisme (Sartono, 1993).

C. Vitamin

Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh (Olivia dkk, 2006). Vitamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

16

umumnya tidak dapat disentesis dalam tubuh manusia, sehingga harus disediakan dari sumber lain. Tetapi ada beberapa vitamin yang dapat dibuat didalam tubuh, dengan mengubahnya dari provitamin atau prekusor vitamin seperti vitamin A dengan provitamin karotin (Sediaoetama, 2004).

Tjay dan Rahardja (2002) menjelaskan penggunaan vitamin tambahan dilihat dari sudut pandang medis yaitu penggunaan vitamin tambahan hanya dibenarkan pada keadaan kekurangan, bila kebutuhan meningkat atau selama minum obat– obatan tertentu. Terdapat lima keadaan yang memerlukan vitamin yaitu sebagai berikut ini.

1. Keadaan defisiensi akibat kelainan metabolisme bawaan yang sangat jarang terjadi, keadaan malabsorpsi pada pecandu alkohol, anoreksia, diet ketat untuk melangsingkan tubuh, dan bisa terjadi pada penyakit usus kronis seperti gastritis, penyakit hati dan pankreas, serta diare.

2. Lansia (orang-orang di atas usia 60 tahun) semua proses faali dalam tubuh mulai mundur dan berlangsung lebih lambat. Sel-sel imun bekerja kurang efisien dan kurang mampu lagi mereparasi kerusakan. Akibat adanya perubahan dalam mukosa dan jonjot usus maka resorpsi vitamin dan elemen dari makanan ke dalam darah sering kali berkurang dan tidak optimal lagi, hal ini dapat menyebabkan terjadinya defisiensi mikronutrien penting tersebut. Sehingga lansia dianjurkan untuk menggunakan multivitamin (yang juga berisi mineral).

3. Kebutuhan tubuh akan vitamin meningkat seperti selama masa kehamilan dan menyusui, masa pertumbuhan pada anak-anak dan bayi sampai 3 bulan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(43)

17

vegetarian, perokok dan olahragawan berat.

4. Pasien dengan penyakit kronis seperti Parkinson dan COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). Obat-obat tertentu yang digunakan secara menahun dapat mengganggu resorpsi, sintesis, dan eksresi vitamin tertentu, seperti INH dan tetrasiklin (menghambat flora usus sehingga sintesa vtamin B2, B5, biotin, dan vitamin K terhenti). Di samping itu banyak obat mengurangi nafsu makan atau menimbulkan mual, sakit lambung, diare atau obstipasi, yang dapat menimbulkan berkurangnya pemasukan vitamin dengan makanan. 5. Penggunaan preventif dikarenakan pada tahun-tahun terakhir ini semakin

banyak ditemukan indikasi yang menyatakan bahwa berbagai vitamin dengan sifat anti oksidan.

Asupan vitamin yang yang diperlukan tubuh disebut Dietary Reference Intakes (DRIs). Dietary Reference Intakes ini disarankan oleh Food and Nutrition Board of the Institute of Medicine, National Academic Science.Dietary Reference Intakes meliputi Jumlah vitamin dan yang diperlukan tubuh setiap harinya atau Recommended Dietary Allowance (RDA), Pemasukan vitamin yang cukup atau Adequate Intake (AIs), Dosis maksimal vitamin dalam sehari atau Tolerable Upper Intake Level (UL), serta Rata- rata vitamin yang diperlukan oleh tubuh atau Estimated Average Requirement (EAR) (Huckleberry dan Rollins, 2004).

Di Indonesia jumlah vitamin yang hendaknya dikonsumsi tiap hari terdapat dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG). Angka Kecukupan Gizi adalah suatu kecukupan rata-rata gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

18

umur dan jenis kelamin untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1593/Menkes/SK/XI/2005 seperti pada tabel II dan III.

Tabel II. Angka Kecukupan Gizi vitamin A, D, E, K dan C Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1593/Menkes/SK/XI/2005

Berdasarkan Umur Vit A

(Retinol) Vit D g/hari) Vit E (mg/hari) Vit K g/hari) Vit C (mg/har Anak

0-6 bulan 375 5 4 5 40

7-11bulan 400 5 5 10 40

1-3 tahun 400 5 6 15 40

4-6 tahun 450 5 7 20 45

7-9 tahun 500 5 7 25 45

Pria

10-12 tahun 600 5 11 35 50

13-15 tahun 600 5 15 55 75

16-18 tahun 600 5 15 55 90

19-29 tahun 600 5 15 65 90

30-49 tahun 600 5 15 65 90

50-64 tahun 600 10 15 65 90

65 tahun 600 15 15 65 90

Wanita

10-12 tahun 600 5 11 35 50

13-15 tahun 600 5 15 55 65

16-18 tahun 600 5 15 55 75

19-29 tahun 500 5 15 55 75

30-49 tahun 500 5 15 55 75

50-64 tahun 500 10 15 55 75

65 tahun 500 15 15 90 75

Hamil (tambahan)

Trimester I +300 +0 +0 +0 +10

Trimester II +300 +0 +0 +0 +10

Trimester III +300 +0 +0 +0 +10

Menyusui

6 bulan pertama +350 +0 +0 +0 +45

6 bulan kedua +350 +0 +0 +0 +45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(45)

19

Tabel III. Angka Kecukupan Gizi Vitamin B1, B2, B3, B6, B9 dan B12 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1593/Menkes/SK/XI/2005

Berdasarkan Umur Vit B1

(mg/hari)

Vit B2

(mg/hari)

Vit B3

(mg/hari)

Vit B6

(mg/hari)

Vit B9

g /hari)

Vit B12

g/hari) Anak

0-6 bulan 0,3 0,3 2 0,1 65 0,4

7-11bulan 0,4 0,4 4 0,3 80 0,5

1-3 tahun 0,5 0,5 6 0,5 150 0,9

4-6 tahun 0,6 0,6 8 0,6 200 1,2

7-9 tahun 0,9 0,9 10 0,9 200 1,5

Pria

10-12 tahun 1,0 1,0 12 13 300 1,8

13-15 tahun 1,2 1,2 14 1,3 400 2,4

16-18 tahun 1,3 1,3 16 1,3 400 2,4

19-29 tahun 1,2 1,3 16 1,3 400 2,4

30-49 tahun 1,2 1,3 16 1,3 400 2,4

50-64 tahun 1,2 1,3 16 1,7 400 2,4

65 tahun 1,0 1,3 16 1,7 400 2,4

Wanita

10-12 tahun 1,0 1,0 12 1,2 300 1,8

13-15 tahun 1,1 1,0 13 1,2 400 2,4

16-18 tahun 1,1 1,0 14 1,2 400 2,4

19-29 tahun 1,0 1,1 14 1,3 400 2,4

30-49 tahun 1,0 1,1 14 1,3 400 2,4

50-64 tahun 1,0 1,1 14 1,5 400 2,4

65 tahun 1,0 1,1 14 1,5 400 2,4

Hamil (tambahan)

Trimester I +0,3 +0,3 +4 +0,4 +200 +0,2 Trimester II +0,3 +0,3 +4 +0,4 +200 +0,2 Trimester I-III +0,3 +0,3 +4 +0,4 +200 +0,2

Menyusui

6 bulan pertama +0,3 +04 +3 +0,5 +100 +0,4 6 bulan kedua +0,3 +04 +3 +0,5 +100 +0,4

Vitamin dibagi dalam dua golongan yaitu yang larut lemak dan larut air. Vitamin A, D, E, K adalah vitamin yang larut larut dalam lemak. Jika jumlahnya berlebih, vitamin ini disimpan dalam jaringan tubuh, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan gejala keracunan di dalam tubuh. Sedangkan vitamin C dan B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

20

(thiamin, riboflavin, piridoksin, niacin, asam pantotenat, biotin dan asam folat) larut dalam air. Secara umum vitamin ini sedikit sekali disimpan di dalam tubuh, jika vitamin ini dalam jumlah berlebih akan dikeluarkan bersama urine (Huckleberry dan Rollins, 2004). a. Golongan Vitamin Larut Lemak

1) Vitamin A

Vitamin A penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari penglihatan., membantu pertumbuhan gigi dan reproduksi (Sediaoetama, 2004). Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk alkohol), retinal (aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam) (Almatsier, 2003). Vitamin A stabil terhadap cahaya, panas, dan proses memasak yang biasa. Tetapi akan rusak pada suhu tinggi, pengeringan, oksidasi, dan sinar ultra violet (UV). Sumber vitamin A, antara lain susu, hati, kuning telur, minyak ikan, serta sayuran yang berwarna hijau dan kuning antara lain wortel, tomat, dan bayam (Slamet, 1997). Defisiensi vitamin A jarang terjadi, gejala-gejalanya antara lain buta malam, kornea mata mengering dan mengeras (xeroftalmia) yang akhirnya timbul kebutaan, pembentukan selaput tanduk berlebihan (hiperkeratosis), atrofia mukosa. dan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Efek samping dari megadosis di atas 100.000 UI sehari secara kronis berupa mual, muntah, sakit kepala, halusinasi, dan kulit bersisik (Tjay dan Rahardja, 2002).

2) Vitamin D (Kalsiferol)

Vitamin D membantu pembentukan, pemeliharaan tulang dan membantu pengerasan tulang (Almatsier, 2003). Vitamin D berbentuk kristal putih, dan tahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(47)

21

terhadap panas dan oksidasi (Sediaoetama, 2004). Sumber vitamin D, antara lain susu, hati, telur, ikan, dan minyak ikan (Sartono, 1993). Defisiensi vitamin D menyebabkan berkurangnya resorpsi kalsium dan fosfat yang penting bagi kerangka. Pada anak-anak perkembangan rangkanya terhenti (rakitis) dan pada orang dewasa terjadi osteomalasia. Efek samping pada overdosis ringan menyebabkan mual, muntah, diare, sakit kepala, letargi (rasa kantuk), haus, dan poliuria (Tjay dan Rahardja, 2002).

3) Vitamin E (Tokoferol)

Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang melindungi membran sel dari kerusakan oksidatif. Vitamin E tidak berbau, tidak berwarna, stabil terhadap suhu dan asam, larut dalam lemak dan sebagian besar pelarut organik (Almatsier, 2003). Sumber vitamin E antara lain, minyak nabati, seperti minyak jagung, kedelai/kacang-kacangan, kelapa, hati, kuning telur, dan sayuran (Slamet, 1997). Defisiensi vitamin E dapat menyebabkan hemolisis sel-sel darah merah (Sediaoetama, 2004). Efek samping pada penggunaan megadosis di atas 300 UI sehari berupa gangguan saluran cerna, sakit kepala, rasa lemah, dermatitis kontak pada penggunaan lokal dan meniadakan efek vitamin K (Tjay dan Rahardja, 2002).

4) Vitamin K (Quinone)

Vitamin K dalam tubuh akan mempengaruhi sistem enzim yang mensintesa faktor pembekuan darah. Vitamin K tahan terhadap asam, oksigen dan kelembaban, tetapi rusak oleh alkali dan sinar UV (Slamet, 1997). Sumber vitamin K antara lain kuning telur, minyak hati ikan, brokoli, teh hijau, hati,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

22

bayam, dan kembang kol (Olivia dkk, 2006). Defisiensi vitamin K menyebakan darah sukar menggumpal. Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis sangat tinggi dan berupa nyeri dada dan perubahan warna kulit (Tjay dan Rahardja, 2002).

b.Golongan Vitamin Larut Air 1) Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim penting dalam sistem metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein (Almatsier, 2003). Sumber vitamin B1 antara lain

beras dan gandum utuh (terutama beras merah), kuning telur, ikan, kacang-kacangan dan polong-polongan (Olivia dkk, 2006). Vitamin B1 tidak stabil

terhadap panas, alkali, dan oksigen, tetapi stabil dalam larutan asam. Defisiensi vitamin B1, menyebabkan penyakit beri-beri yang gejalanya terutama tampak

pada sistem saraf dan kardiovaskular (Dewoto dan Wardhini, 2004). 2) Vitamin B2 (Riboflavin)

Vitamin B2 berfungsi sebagai komponen dalam koenzim Flavin Adenin

Dinukleotida (FAD) dan Flavin Adenin Mononukleotida (FMN) yang terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi berbagai jalur metabolisme energi dan mempengaruhi sel (Almatsier, 2003). Sumber vitamin B2 adalah daging, susu

telur, sayuran, ragi dan roti. Vitamin B2 stabil terhadap panas, oksigen, dan asam,

tetapi tidak stabil terhadap sinar UV dan alkali (Slamet, 1997). Defisiensi vitamin B2 biasanya timbul secara kronis dengan gejalanya antara lain lidah berwarna

merah dadu, erupsi kulit di sekitar hidung, rasa panas di bibir dan kelopak mata (Sediaoetama, 2004). Efek samping dari vitamin B2 adalah warna urin menjadi

orange kekuningan(Huckleberry dan Rollins, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

23

3) Vitamin B3 (Asam Nikotinat)

Vitamin B3 berfungsi di dalam tubuh sebagai koenzim Nikotinamid

Adenin Dinukleotida (NAD) dan Nikotinamid Adenin Dinukleotida Fosfat NADP yang diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada metabolismo protein, asam lemak pernapasan sel (Almatsier, 2003). Sumber vitamin B3 antara lain daging,

ikan, gandum dan kopi. Vitamin B3 stabil terhadap stabil terhadap panas, cahaya,

oksidasi, asam, dan alkali. Defisiensi vitamin B3 menyebabkan pelagra dan

gejala-gejala tidak berfungsinya saluran pencernaan dan susunan saraf pusat, kulit menjadi kasar, gangguan mental, diare, dan gangguan di mulut (Sartono, 1993). Efek samping penggunaan vitamin B3 dapat menyebabkan mual, muntah, diare, hepatotoksik, luka di kulit, dan hipertensi(Huckleberry dan Rollins, 2004).

4) Vitamin B5 (Asam Pantotenat)

Vitamin B5 adalah bagian koenzim A, yang diperlukan untuk metabolisme

karbohidrat dan lemak, dan protein (Almatsier, 2003). Sumber vitamin B5 antara

lain telur dan hati. Vitamin B5 tidak stabil terhadap asam, alkali, panas, dan

beberapa senyawa garam (Sartono, 1993). Defisiensi vitamin B5 menyebabkan

gejala nyeri otot, depresi, kelelahan, kerontokan rambut, dan insomnia (Olivia dkk, 2006). Efek samping penggunaan diatas 20 g dapat menyebabkan diare dan dehidrasi (Huckleberry dan Rollins, 2004).

5) Vitamin B6 (Piridoksin)

Vitamin B6 merupakan bagian dari koenzim Piridoksal Fosfat (PLP) dan

Piridoksamin Fosfat (PMP) yang membantu metabolisme protein, membantu perubahan triptofan menjadi niasin dan membantu pembentukan sel darah merah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

24

(Almatsier, 2003). Sumber vitamin B6 antara lain hati, susu, telur, ikan, kentang,

kacang-kacangan, pisang, dan kubis (Olivia dkk, 2006). Vitamin B6 stabil terhadap

panas, cahaya, dan oksidasi. Defisiensi vitamin B6 menyebabkan gejala

kejang-kejang pada bayi, kekurangan darah, dan gangguan kulit (Slamet, 1997). Efek sampingnya jarang terjadi, gejalanya yang timbul berupa reaksi alergi, penggunaan lama menyebabkan ataksia dan neuropati serius (Tjay dan Rahardja, 2002).

6) Vitamin B8/ Vitamin H (Biotin)

Vitamin B8 berfungsi sebagai koenzim dari berbagai penggunaan lemak

dan asam amino. Sumber vitamin B8 antara lain keju, hati, kembang kol, daging,

susu, pisang, tomat, telur (bagian kuningnya), dan kacang-kacangan. Defisiensi vitamin B8 dapat menimbulkan gangguan jantung, kurang nafsu makan, anorexia,

mual, depresi, sakit otot, lemah, kulit kering bersisik, dermatitis dan rambut rontok (Olivia dkk, 2006). Efek sampingnya jarang terjadi biasanya berupa reaksi alergi, juga gangguan lambung-usus, dan sukar tidur (Tjay dan Rahardja, 2002). 7) Vitamin B9 (Asam Folat)

Vitamin B9 berfungsi sebagai bahan pembentuk senyawa tetrahidrofolat,

koenzim yang diperlukan dalam sintesa DNA, dan pematangan sel darah merah (Sediaoetama, 2004). Sumber Vitamin B9 antara lain hati, daging, sayuran hijau,

telur, ikan, jeruk, dan kacang-kacangan (Olivia dkk, 2006). Vitamin B9 stabil

terhadap panas dan asam. Defisiensi Vitamin B9 terutama menyebabkan

terjadinya anemia (Sartono, 1993). Efek sampingnya jarang terjadi karena vitamin B9 larut dalam air dan cepat untuk diekskresi(Huckleberry dan Rollins, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

25

8) Vitamin B12 (Sianokobalamin)

Vitamin B12 berperan dalam fungsi normal metabolisme semua sel,

terutama sel-sel saluran pencernaan, sistem saraf, dan sumsum tulang. Vitamin B12 juga bekerja sama dengan asam folat untuk proses-proses tubuh termasuk

sintesa DNA (Almatsier, 2003). Sumber vitamin B12 antara lain hati, daging, susu,

telur, ikan, sayur, kedelai, dan rumput laut (Olivia dkk, 2006). Vitamin B12

mudah rusak oleh alkali, asam, cahaya dan oksidasi. Defisiensi vitamin B12

menyebabkan anemia, gangguan pencernaan, kerusakan saraf (Slamet, 1997). 9) Vitamin C (Asam Askorbat)

Vitamin C berfungsi dalam pembentukan kolagen (protein bahan penunjang tulang rawan dan jaringan ikat), membantu absorpsi besi, sebagai antioksidan, dan penghasil senyawa transmitter saraf dan hormon tertentu (Almatsier, 2003). Sumber vitamin C antara lain jambu biji, jeruk, nanas, tomat, mangga, sirsak, bayam, brokoli, dan cabai (Olivia dkk, 2006). Vitamin C tidak stabil terhadap panas, alkali, dan oksidasi. Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan scurvy dan gejala pendarahan, gigi tanggal, dan radang gusi (Sartono, 1993). Efek samping akibat penggunaan lama dari megadosis menyebabkan diare dan dapat menyebabkan batu ginjal (Tjay dan Rahardja, 2002).

D. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

26

diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance), perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (Health Seeking Behavior), dan perilaku kesehatan lingkungan (Notoadmojo, 2007).

Beberapa Teori yang sering digunakan untuk menganalisa perilaku kesehatan individu maupun suatiu kelompok masyarakat yaitu teori Weber dan Teori adopsi inovasi Rogers.

1. Teori Weber

Max Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman, dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Talcott dan Parsons, yang menyatakan bahwa aksi merupakan proses mekanik terhadap suatu stimulus bukan perilaku, sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parson bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh sistem sosial, budaya, dan sistem kepribadian dari masing-masing individu (Sarwono,1997).

a.

b.

Gambar 3. (a) Teori aksi Weber dan (b) Parsons (Sarwono, 1997)

Stimulus

Pengalaamn Persepsi Pemahaman

Penafsiran

Tindakan

Perilaku Individu

Sistem Sosial Sistem Budaya Sistem Kepribadian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

27

2. Teori adopsi inovasi Rogers

Menurut teori inovasi Rogers, secara implisit dalam proses perubahan perilaku adalah adanya suatu gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan yang diharapkan untuk diterima oleh individu tersebut. Teori ini dikenal dengan innovation decision process. Proses ini terdiri dari lima tahap yaitu, mengetahui atau menyadari tentang adanya ide baru (awarness), menaruh perhatian terhadap ide tersebut (interest), memberi penilaian (evaluation), mencoba memakainya (trial), dan bila menyukainya maka setuju untuk menerima ide baru atau hal baru (adoption) (Sarwono,1997).

Proses adopsi tidak berhenti setelah suatu inovasi diterima atau ditolak, tetapi dapat berubah lagi sebagai akibat pengaruh lingkungannya. Oleh karena itu, Rogers mengubah teori itu dan membagi proses pembuatan keputusan menjadi empat tahap yaitu:

a. Tahapknowledge

Mula-mula individu menerima informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan suatu ide baru, ini menimbulkan minat untuk mengenal lebih jauh tentang obyek atau topik tersebut

b. TahapPersuasion

Tahap knowledge digunakan oleh petugas kesehatan untuk membujuk atau meningkatkan motivasi individu guna bersedia menerima obyek atau topik yang dianjurkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

28

c. TahapDecision

Tergantung pada hasil persuasi petugas/pendidik kesehatan dan pertimbangan pribadi individu maka dalam tahap decision dibuatlah keputusan untuk menerima atau justru menolak ide tersebut.

d. TahapConfirmation

Pada tahap penguatan ini, individu akan meminta dukungan dari lingkungan atas keputusan yang telah diambil tersebut. Bila lingkungan memberikan dukungan positif maka perilaku yang baru tersebut tetap dipertahankan, sedangkan bila lingkungan keberatan dari lingkungan terutama kelompok acuannya maka adopsi itu tidak jadi dipertahankan. Sebaliknya penolakan dapat berubah menjadi adopsi apabila lingkungannya justru memberikan dukungan agar individu menerima ide baru tersebut (Sarwono,1997)

3. Ranah Perilaku

Meskipun perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus, namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor - faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifatgiven atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya dan determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, pendapatan, politik, dan sebagainya (Notoadmojo, 2007). Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

29

pengukuran hasil pendidikan kesehatan ranah perilaku dibagi menjadi pengetahuan, sikap dan tindakan.

a. Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2007). Pengetahuan akan menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep dan fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungan melalui panca inderanya (Dharmesta dan Handoko, 2000).

b. Sikap ( attitude )

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak (Walgito, 1991).

Gambar 4. Proses Terbentuknya Sikap

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmodjo, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

30

c. Praktik atau Tindakan ( practice )

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan faktor dukungan. Beberapa tingkatan pratik yaitu persepsi (perception), respons terpimpin (guided response), mekanisme (mechanism), adopsi (adoption) (Notoadmodjo,2007). Tindakan individu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana yang paling tepat (Sarwono,1997).

E. Proses Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan menurut Kotler (1997), melalui lima tahap yaitu tahap pengenalan masalah atau kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku setelah pembelian. Tetapi tahap ini tidak terjadi pada semua kasus terutama dalam pembelian dengan keterlibatn rendah. Konsumen mungkin melewatkan atau mengulangi tahap-tahap tertentu.

Tahap pertama adalah tahap pengenalan masalah atau kebutuhan. Proses pembelian dimulai ketika konsumen mengenal suatu masalah atau kebutuhan, kebutuhan ini dipicu oleh stimulus yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Tahap kedua adalah pencarian informasi, pada tahap ini konsumen yang tergerak oleh stimulus akan berusaha untuk mencari lebih banyak informasi. Sumber informasi dapat berasal dari pribadi (keluarga, teman, tetangga), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang, kemasan), sumber pengalaman (penananganan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

31

pemeriksaan, penggunaan produk), dan sumber publik (media massa, organisasi). Tahap ketiga adalah evaluasi alternatif konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut, sehingga konsumen akan memberikan perhatian paling banyak pada atribut yang akan memberikan manfaat yang dicari. Tahap keempat adalah keputusan konsumen untuk melakukan pembelian dengan membentuk suatu maksud pembelian untuk membeli merek yang paling disukai. Tahap kelima adalah perilaku setelah pembelian, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu setelah menggunakan produk yang akan mempengaruhi selanjutnya (Kotler,1997).

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya merupakan bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik (Suryadi dan Ramdhani,1998).

F. Pendidikan

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

32

Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar di sini artinya, seluruh warga negara tanpa kecuali, yang berada pada usia pendidikan dasar, harus mengikuti pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Wajib belajar merupakan tingkat pendidikan dasar dari SD sampai tingkat SLTP (Astuti, 2007).

G. Pendapatan

Kondisi keuangan adalah sumber-sumber yang menjadi pendapatan keluarga dan jenis pengeluarannya (Wibowo, 2004). Ada banyak faktor yang menjadi komponen dalam mempengaruhi pendapatan keluarga sehingga mengakibatkan keadaan pendapatan masyarakat berada dalam kelas-kelas yang berbeda (Gilarso, 2003).

Tingkat pendapatan keluarga dapat menunjukkan tingkat kemakmuran seseorang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan idealnya setiap keluarga harus mempunyai penghasilan yang cukup besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Gilarso, 2003).

Pendapatan atau penghasilan keluarga adalah balas jasa atau balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atas jasa-jasa atau sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Sumber-sumber pendapatan atau penghasilan keluarga antara lain dari usaha sendiri atau wiraswasta, bekerja pada orang lain misalnya bekerja di kantor ataupun perusahaan sebagai karyawan pemerintah maupun swasta, uang pensiunan, sumbangan atau hadiah, serta pinjaman atau hutang (Ibrahim, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(59)

33

Pendapatan juga berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Bagi masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah, biaya pengobatan menjadi pertimbangan utama dalam mencari pengobatan. Reaksi masyarakat bermacam-macam dalam hal kesehatan, seperti orang miskin cenderung menghindari rawat jalan, menunda pelayanan RS, menghindari penggunaan jasa spesialis yang mahal, cenderung memperpendek rawat inap, membeli separo atau bahkan sepertiga obat yang diresepkan sehingga tidak menjalani pengobatan total, mencari pengobatan lokal yang kadang-kadang dapat menimbulkan efek berbahaya (Suryawati, 2005).

H. Landasan Teori

Perawatan dan pengobatan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama perilaku konsumen, seperti penghargaan terhadap nilai kesehatan, motivasi dan tanggung jawab untuk mempelajari tentang penyakit yang diderita dan cara perawatannya, keseriusan dalam penerimaan tentang penyakit yang berpengaruh pada keputusan tipe perawatan kesehatan yang dipilih, dan kecenderungan akan adanya pengaruh dari orang lain (teman, saudara, dan tenaga kesehatan). Kedua karakter demografi, seperti usia, jumlah keluarga, jenis kelamin. Ketiga keadaan pendapatan, seperti status pendapatan seseorang, biaya perawatan kesehatan (produk dan pelayanan), ketersediaan dan kemudahan mendapatkan produk perawatan kesehatan. Keempat pendidikan dan pengetahuan konsumen, seperti tingkat pendidikan seseorang, tersedianya informasi yang berguna dari farmasis atau tenaga kesehatan lainnya maupun dari media informasi dan label

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

34

dalam kemasan obat, serta adanya alternatif perawatan kesehatan, meliputi akupuntur, terapi herbal, dan holistik (Covington, 2000).

I. Hipotesis

1. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1 : ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku swamedikasi

dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

a. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap swamedikasi

dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(61)

35

c. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tindakan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

Gambar 6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

Gambar 7. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tindakan Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

2. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi

dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi dalam

menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tingkat Pendidikan Pengetahuan

Tingkat Pendidikan Sikap

Tingkat Pendidikan Tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

36

a. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pengetahuan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan sikap swamedikasi

dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

c. H0 : tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

H1: ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan tindakan

swamedikasi dalam menggunakan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 8. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pengetahuan Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

Pengetahuan

Tingkat Pendapatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(63)

37

Gambar 9. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Sikap Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

Gambar 10. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Swamedikasi dalam Menggunakan Produk Vitamin

Tingkat Pendapatan

Tingkat Pendapatan

Sikap

Tindakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini mencakup dua sub penelitian, yang pertama menggambarkan pola perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jenis penelitian non eksperimental deskriptif dan yang kedua hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jenis penelitian non eksperimental analitik. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga atau masyarakat) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2005).

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalahcross sectional (studi potong lintang). Penelitiancross sectionalmerupakan penelitian untuk mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran pada saat yang sama (point time approach). Saat yang sama artinya tiap subjek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat observasi (Pratiknya, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

Lampiran 33. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tindakan

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Tingkat Pendapatan *

Tindakan 122 100.0% 0 .0% 122 100.0%

Tingkat Pendapatan * Tindakan Crosstabulation

Tindakan

positif negatif Total

Count 41 31 72

rendah

% within Tingkat

Pendapatan 56.9% 43.1% 100.0%

Count 23 27 50

Tingkat Pendapatan

tinggi

% within Tingkat

Pendapatan 46.0% 54.0% 100.0%

Count 64 58 122

Total

% within Tingkat

Pendapatan 52.5% 47.5% 100.0%

Chi-Square Tests

1.417b 1 .234

1.012 1 .314

1.419 1 .234

.271 .157

1.406 1 .236

122 Pearson Chi-Square

Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Computed only for a 2x2 table a.

0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23. 77.


(2)

Lampiran 34. Logo Obat, Kode Registrasi, , dan Contoh Obat Bebas, Bebas Terbatas, Obat Keras

Logo obat Bebas :

Contoh : Vitamin C IPI®(tablet), Calcidol®(sirup), Mixagrip®(tablet), Inzana®(tablet), Bodrexin®(tablet), Vicks inhaler®

Logo Obat Bebas Terbatas :

Contoh : Decolgen®(tablet), Feminax®(tablet), Becom-zet®(kaplet), Theragan-Gold®(tablet), Paramex®(tablet), Neozep®(tablet)

Logo Obat Keras :

Contoh : Vitamin K, Siproheptadin (jika lebih dari 10 tablet), Ranitidin (jika lebih dari 10 tablet 150 mg), Alopurinol (jika lebih dari 10 tablet 100 mg), Kloramfenikol obat telinga (jika lebih dari 1 botol 5 ml), Piroxicam ((jika lebih dari 10 tablet 10 mg)


(3)

Kode Registrasi Obat Terdiri dari 15 digit

Digit 1 : Membedakan nama obat jadi D : menunjukkan nama dagang G : menunjukkan nama generic Digit 2 : Membedakan golongan obat K : golongan obat keras

T : golongan obat bebas terbatas B : golongan obat bebas

N : golongan obat narkotika P : golongan obat psikotropika Digit 3 : Membedakan jenis produksi

I : obat jadi Impor

L : obat jadi Produksi Lokal

E : obat jadi untuk keperluan ekspor

X : obat jadi untuk keperluan khusus (misalnya untuk keperluan program P2FBC)

Digit 4,5 : Membedakan periode pedaftaran obat jadi

Digit 6,7,8 : Menunjukkan nomor urut pabrik (jumlah pabrik yang ada >100 dan <1000)

Digit 9,10,11 : Menunjukkan nomor urut obat jadi yang disetujui untuk masing-masing pabrik ada yang >100 dan diperkirakan tidak lebih dari 1000) Digit 12,13 : menunjukkan bentuk sediaan obat jadi (macam bentuk sediaan yang

ada >24 macam)

Digit 14 : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi

A : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang pertama disetujui B : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang kedua disetujui C dst : menunjukkan kekuatan sediaan obat jadi yang ketiga disetujui,dst Digit 15 : Menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan dan

bentuk sediaan obat jadi (untuk satu nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat jadi diperkirakan tidak lebih dari 10 kemasan) 1 : menunjukkan kemasan utama

2 : menunjukkan beda kemasan yang pertama 3 : menunjukkan beda kemasan yang kedua


(4)

4 dst : menunjukkan beda kemasan yang ketiga dst

Lampiran 35. Logo Obat, Kode Registrasi dan Contoh Jamu, Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka

Logo Jamu :

Contoh: Kuku Bima TL®, Antangin®, Buyung Upik®, Prolipid Kapsul®, Renax kapsul®, Tolak Angin®

Logo Herbal Terstandar :

Contoh : Irex® , Lelap®, Rheumakur®, Kiranti Pegal Linu®, Stop Diar Plus®, Diapet® Logo Fitofarmaka :


(5)

Kode Registrasi Obat Tradisional

Terdiri dari kode huruf dan 9 digit kode angka Kode Huruf :

TR : obat tradisional Lokal TL : obat tradisional Impor TL : Obat Tradisional Lisensi

Digit 1,2 : Menunjukkan tahun mulai produk tersebut terdaftar pada Departemen Kesehatan RI

Digit 3 : Menunjukkan bentuk perusahaan 1 : menunjukkan Pabrik Farmasi 2 : menunjukkan Pabrik Jamu 3 : menunjukkan Perusahaan Jamu Digit 4 : Menunjukkan bentuk sediaan 1 : bentuk rajangan

2 : bentuk serbuk 3 : bentuk kapsul

4 : bentuk pil, granul, pastiles, jenang 5 : bentuk dodol, tablet, kaplet

6 : bentuk cairan 7 : bentuk salep, cream 8 : bentuk plaster, koyok 9 : bentuk lain permen

Digit 5,6,7,8 : Menunjukkan nomer urut jenis produk yang terdaftar Digit 9 : menunjukkan jenis macam kemasan yang keberapa misal 1 : 15 ml

2 : 30 ml 3 : 45 ml


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penggunaan Produk Vitamin oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Henny Puspitasari. Penulis lahir di Bandung pada tanggal 27 Maret 1986. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Andreas Budianto Santoso dan Hanna Purwaningsih Suwana. Penulis telah menempuh pendidikan di TK Kasih Ibu dan TK Bernardus Semarang, SD Bernardus Semarang, SLTP PL Domenico Savio Semarang, SMU Sedes Sapientiae Semarang, dan melanjutkan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Biokimia, Farmakognosi Fitokimia I, Farmakognosi Fitokimia II, dan Patologi Klinik.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN STATUS PEKERJAAN IBU DAN TINGKAT PENDAPATAN IBU DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMBERIAN MP-ASI Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dan Tingkat Pendapatan Ibu Dengan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemberian Mp-Asi Dalam Buku Kia Di Desa Bulusulur Ka

0 3 16

Hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan perilaku swamedikasi sakit kepala oleh ibu-ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli-September 2007.

0 0 2

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

9 48 194

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 204

Identifikasi Problem swamedikasi Common Cold di kalangan ibu-ibu di Propinsi di Yogyakarta.

0 0 26

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 202

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 197

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu--ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 216

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 192

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 200