BAB VI ASPEK TEKNIS PERSEKTOR - DOCRPIJM 15081445496 BAB VI Aspek teknis persektor
BAB VI
ASPEK TEKNIS PERSEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan
bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan,
dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari
pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting
sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang
harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian
terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan
program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1. Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan
untuk
pengembangan
kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan,
kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan
kebijakan
pengembangan
permukiman
mengacu
pada
amanat
peraturan perundangan, antara lain:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
74
1.
Undang-Undang No.
17
Tahun 2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan
RPJMN
Tahap
3
(2015-2019)
menyatakan
bahwa
pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan
dan
kawasan
permukiman
juga
mencakup
penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun
umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan
tanggung jawab pemerintah.
4.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan
ini
penanggulangan
menetapkan
salah
kemiskinan
yang
satunya
terkait
dengan
diimplementasikan
dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
75
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja
Kementerian
Pekerjaan
Permukiman mempunyai tugas
Umum
maka
Direktorat
Pengembangan
di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis
di
bidang
pengembangan
permukiman.
Adapun
fungsi
Direktorat
Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulaupulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan
pembinaan
norma,
standar,
kelembagaan
dan
prosedur
peran
serta
dan
kriteria,
masyarakat
di
serta
bidang
pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan
konsepsi
pembangunan
berkelanjutan
serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
76
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan,
dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Belum
optimalnya
peran
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang
terangkum
secara
nasional. Namun, di
masing- masing kabupaten/ kota
terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di
kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman
yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.
Tabel 6.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kabupaten Aceh Utara
No.
1
Isu Strategis
a. Faktor historis (sejarah), bahwa Kabupaten
Aceh Utara merupakan pusat kerajaan Aceh
yang ditandai dengan peninggalan sejarah
(heritage),
seperti
Makam
Sultan
Malikussaleh, Makam Sultanah Nahrisyah dan
lain-lain.
b. Kabupaten Aceh Utara merupakan pusat
pengembangan wisata yang berbasis
masyarakat dan budaya Islami, yang meliputi
wisata alam, wisata budaya dan spiritual dan
sebagainya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Keterangan
Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara
Strategi untuk kebijakan pengendalian
perkembangan kawasan
77
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/
kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih
dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi
peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun
peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan
kumuh,
jumlah
RSH
terbangun, dan
Rusunawa terbangun di
perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan
seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana,
perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi
eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 6.2 Peraturan Daerah /Peraturan Bupati terkait Pengembangan
Permukiman
No.
Qanun/Pergub/Perbup/Peraturan lain
Amanat
Kebijakan
Daerah
Jenis Produk Peraturan
No. Tahun
Perihal
1
Qanun Kabupaten Aceh Utara
No. 7 Tahun 2013
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten
Aceh
Utara
Tahun 2013 2032
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten
Aceh Utara
2
Qanun Kabupaten Aceh Utara
No. 1 Tahun 2015
Bangunan
Gedung
Bangunan
Gedung
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
78
Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015
No.
I
Lokasi Kawasan Kumuh
Luas
Kawasan
(Ha)
Jumlah
Rumah
Permanen
Jumlah
Rumah
Semi
Permanen
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1,48
25%
75%
112
10,72
25%
75%
809
27,88
25%
75%
2105
2,66
25%
75%
500
6,07
25%
75%
201
8,18
25%
75%
618
5,98
25%
75%
453
62,97
25%
75%
4756
Kecamatan Tanah Jambo Aye
1. Meunasah Kota Panton Labu
Dusun II
2. Meunasah Kota Panton Labu
Dusun V
3. Tanjong Ceungai
4. Kota Panton Labu
II
Kecamatan Lhoksukon
1. Lhoksukon
2. Pante
III
Kecamatan Samudera
1.
Keude Geudong
Sumber : Keputusan Bupati Aceh Utara
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional
antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman antara lain:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga
dapat
menyebabkan terjadinya
degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen
Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
79
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, Kabupaten Aceh Utara terdapat permasalahan dan
tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu
djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Aceh
Utara yang
bersangkutan serta
merumuskan alternatif
pemecahan dan
rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara bersangkutan.
Tabel 6.7. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Kabupaten Aceh Utara
No.
Permasalahan
Pengembangan Permukiman
1
Aspek Teknis :
Tantangan
Pengembangan
Pengembangan
permukiman
Pengembangan
permukiman
sesuai
dengan kebutuhan
Pencapaian target/sasaran
pembangunan
dalam
Rencana Strategis Ditjen
Cipta
Karya
sektor
Pengembangan
permukiman.
Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa pembangunan
infrastruktur
permukiman yang saat
ini sudah menjadi tugas
pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota.
Alokasi Pembiayaan terbatas
Pembiayaan yang optimal
bagi
pembangunan
infrastruktur permukiman
Sharing
pendanaan
antara pemerintah pusat
dengan
pemerintah
daerah
Aspek Peran serta Masyarakat/
Swasta :
Kurangnya
masyarakat
Peningkatan partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
Pengembangan permukiman
2
Aspek Kelembagaan :
Koordinasi antar lembaga
3
4
Alternatif Solusi
Aspek Pembiayaan :
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
partisipasi
dalam
80
5
1. Peran REI
2. Partisipasi masyarakat
perencanaan permukiman
permukiman
Aspek
Permukiman :
Penegakan peraturan bagi
masyarakat
yang
melanggar
Pendampingan
dan
menfasilitasi masyarakat
supaya
menjaga
lingkungannya
Lingkungan
1. Permukiman tidak merata
2. Permukiman tidak terawat
sehingga menjadi kumuh
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi
eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan
yang
harus
dicapai.
Terdapat
arahan kebijakan yang menjadi
acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor
pengembangan
permukiman
baik
di
tingkat
Pusat
maupun
di
tingkat
kabupaten/kota.
Analisis kebutuhan pengembangan permuiman di Kabupaten Aceh Utara sesuai
dengan target
RPJMD,
RTRW
Kabupaten Aceh Utara, maupun Renstra
SKPD. Analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten Aceh Utara
dengan pengurangan daerah kumuh sebesar 62,97 Ha. Penurunan tingkat
kekumuhan dengan cara pembangunan infrastruktur daerah kumuh sehingga dapat
dikurangi daerah kumuh di Kabupaten Aceh Utara. Pengembangan permukiman
sesuai
dengan
arahan
RTRW
Kabupaten
Aceh
Utara
dengan
strategi
pengendalian perkembangan kawasan kumuh.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
81
Tabel 6.8 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun
No.
Uraian
Unit
(1)
(2)
(3)
1
Jumlah Penduduk
2016
Jiwa
(4)
572,961
2017
2018
2019
2020
Keterangan
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
580,049
587,955
596,181
603,936 Pertumbuhan
penduduk
0.13 %/tahun
Kepadatan Penduduk
Jiwa/km2
174
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Jiwa/km2
174
174
174
174
174
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa/km2
48
30
20
10
0
2
Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh
Ha
-
3,026
819
453
0
Kel. Pra
Sejahtera
3
Kebutuhan Rusunawa
TB
-
1
0
0
2 unit
4
Kebutuhan RSH
Unit
0
0
0
0
0
5
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman Baru
Kws
0
0
0
0
0
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
174
174
174
174
Hasil analisis
Hasil analisis
BPS
82
Tabel 6.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perkotaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No.
(1)
1
Uraian
(2)
Jumlah Penduduk
Unit
(3)
2016
(4)
572,961
2017
(5)
580,049
2018
(6)
587,955
2019
(7)
596,181
2020
(8)
603,936
174
174
174
174
174
174
174
174
174
174
Jiwa
Kepadatan Penduduk
Jiwa/km2
Proyeksi Persebaran Penduduk
Jiwa/km2
48
30
20
10
0
2
3
4
5
Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin
Desa Potensial untuk Agropolitan
Desa Potensial untuk Minapolitan
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Perbatasan
Jiwa/km2
Desa
Desa
Kws
Kws
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil
Kws
0
0
0
0
0
7
8
Desa Kategori Miskin
Kawasan dengan Komoditas Unggulan
Jiwa
Kws
6.767
1
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
6.699
6.631
6.496
Keterangan
(9)
Rata-rata
pertumbuhan
penduduk 1.3
%/tahun
Tidak ada
wilayah
perbatasan
dgn Negara
lain
Tidak ada
wilayah
kepulauan
6.428
Monopolitan
83
6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari:
1)
pengembangan
kawasan
permukiman
baru
dalam
bentuk
pembangunan Rusunawa serta
2)
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat
berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun
review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan dibagi tiga yaitu:
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Aceh Utara dibagi dua
yaitu:
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Pengembangan
kawasan
permukiman
baru
dalam
bentuk
pembangunan Rusunawa.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1.
Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
84
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan
PSD lainnya
Ada calon penghuni
3. PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan
infrastruktur
dasar
perdesaan
yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih
dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
85
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana,
sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan
rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini
diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi
kawasan
dalam
peruntukan
ruang
kota,
dimana
keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor
untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
86
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air
limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan
indikasi
penyediaan
dana
dan
mekanisme
kelembagaan
penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam
penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara
kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan
kegiatan.
Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan
kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka
waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Aceh
Utara diperlihatkan pada Tabel 6.10.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
87
Tabel 6.10. Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Aceh Utara
No.
Program/Kegiatan
(1)
1
(2)
Penyusunan RP2KP
6
Penyusunan DED
Infrastruktur
Kawasan Kumuh
7
Pembangunan
Infrastruktur
Kawasan Kumuh
Volume/Satuan
(3)
Biaya (Rp.
1000)
(4)
Lokasi
(5)
Aceh Utara
Kriteria
Kesiapan
(6)
Siap
900,000
1
3
Kec. Tanah Jambo
Aye, Lhoksukon
500,000 dan Samudera
Siap
Kec. Tanah Jambo
Aye, Lhoksukon
dan Samudera
Siap
3
45.800,000
6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan P B L
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai
untuk
bagian
dari
mewujudkan
upaya
pengendalian
lingkungan
binaan,
pemanfaatan ruang,
baik
terutama
di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang
dan peraturan antara lain:
1) UU
No.1
tahun
2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
88
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak
lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun
2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas
ketentuan
fungsi
bangunan
gedung,
persyaratan
bangunan
gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
89
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya
bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan
tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan
maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan
terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun
kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5)
Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada
setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
90
tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan
termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan
kebijakan
teknis
dan
strategi
penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan
teknik,
pengawasan
teknik,
fasilitasi
serta
pembinaan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi
bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan
teknik,
pengawasan
teknik
dan
fasilitasi
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan
keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan
pembinaan
norma,
standar,
kelembagaan
prosedur
penyelenggaraan
dan
penataan
kriteria,
serta
bangunan dan
lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada
sektor
PBL,
yaitu
penyelenggaraan
kegiatan
bangunan
penataan
gedung
lingkungan
dan
rumah
permukiman,
kegiatan
negara
kegiatan
dan
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
91
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan
pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan
prasarana
dan
sarana
penataan
lingkungan
pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi
peraturan
dan
perundangan
tentang
penataan
bangunan dan lingkungan;
Peningkatan
dan
pemantapan
kelembagaan
bangunan
dan
gedung
dan
gedung;
Pengembangan
sistem
informasi
bangunan
arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air
Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi
data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti
dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK
dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air
limbah sesuai dengan karakteristik Kabupaten Aceh Utara.
Tujuan dari bagian ini adalah:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
92
o Teridentifikasinya
rumusan
isu
strategis
pengelolaan
air
limbah
di
Kabupaten Aceh Utara;
o tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Indonesia antara lain
1.
Akses
masyarakat
terhadap
pelayanan
pengelolaan
air
limbah
permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi
dasar belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses
layanan air limbah dengan sistem terpusat belum maksimal.
2.
Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan
sistem
pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3.
Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan
belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan
dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya
NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4.
Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi
antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum
terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga
bidang air limbah.
5.
Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
93
merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air
limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga
berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air
limbah.
Kabupaten Acdh Utara telah merumuskan isu strategis yang ada di daerah. Isu
strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan
infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RP2IJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian SDGs, yang
diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
Tabel 6.13 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Aceh Utara
No.
(1)
Kegiatan Sektor PBL
(2)
1
Penataan Lingkungan
Permukiman
2
Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Rumah Negara
3
Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota
(3)
a. Peraturan penataan
bangunan dan
Penyusunan draf
lingkungan
akademik
b. Penyusunan NSPK,
RTBL, RTBL Heritage
Penyusunan Draf
Kawasan Kota dan
akademik
RISPK
a. Dukungan PSD
Pembangunan sarana
permukiman
dan prasarana
tradisional/permukiman lingkungan
b. Pembinaan /
P2KP/PNPM dan
pemberdayaan lainnya
Pembinaan
B. Kondisi Eksisting
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah mengeluarkan Qanun Nomor 1 Tahun
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
94
2015 tentang bangunan gedung.
Tabel 6.14 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati Terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
(1)
1
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan
Bupati/Peraturan Lainnya
Jenis Produk
Nomor &
Tentang
Pengaturan
Tahun
(2)
(3)
(4)
Qanun Kabupaten
No. 1 Tahun
Bangunan Gedung
Aceh Utara
2015
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Amanat
(5)
Penataan dan
perencanaan
bangunan gedung
95
Tabel 6.15 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/Bersejarah
Nama
Kawasan
(1)
Komplek
Makam
Sulatan
Malikussaleh
Dukungan Infrastruktur
CK
(2)
Landscape Tempat
Wudhuk & MCK
RTH
Lokasi/Nama
RTH
Luas RTH
(3)
(4)
-
RTH
Kabupaten
Aceh Utara
Penanganan
Kebakaran
Pemenuhan SPM
% Luas
RTH
(5)
Ketersediaan
IMB
(6)
% IMB
(7)
HS BGN
(8)
-
-
-
-
Prasarana
Instansi Kebakaran
(9)
(10)
-
-
Keterangan Tabel 6.15 ada kolom yang kosong disebabkan karena kekurangan data dan dokumen pendukung tabel
penataan lingungan permukiman tersebut, sehingga isian table tersebut NA (Not available).
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
96
Tabel 6.16 Penyelanggara Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No
(1)
-
Kawasan/Kec.
(2)
-
-
-
Jumlah BG Negara
Berdasarkan
Fungsi
(3)
Fungsi hunian:
- Unit
Fungsi
Keagamaaan
- unit
Fungsi social
Kondisi
Bangunan
Ketersediaan
Utilisan ZBG
(4)
-
-
-
-
-
-
Status
Kepemilikan
Keterangan Tabel 6.16 kolom isiannya kosong disebabkan karena tidak ada
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 6.17 Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulanan Kemiskinan
No
Kecamatan
(1)
1
(2)
Se-Kabupaten
Aceh Utara
2
Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)
(3)
Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya
(4)
Program Pembinaan dan
Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
Keswadayaan
masyarakat
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, dan
Pelaksanaan
Pengembangan Sanitasi dan
Persampahan
Keswadayaan
masyarakat
3
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Infrastruktur Air Limbah
Keswadayaan
masyarakat
4
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Pembangunan Sanitasi
Perkotaan Berbasis
Masyarakat Kabupaten Aceh
Utara
Keswadayaan
masyarakat
C. Permasalahan dan Tantangan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
97
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara
terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
•
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
•
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur
guna
•
pengembangan
Menurunnya fungsi
lingkungan permukiman;
kawasan
dan
terjadi
degradasi
kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
•
Masih
rendahnya
dukungan
pemda
dalam
pembangunan
lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
•
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
•
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar,
sedang, kecil di seluruh Indonesia;
•
Kurang
ditegakkannya
aturan
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
•
Banyaknya
Bangunan
Gedung
Negara
yang
belum
memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan
efisien;
•
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
98
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
•
Masih
kurang
diperhatikannya
kebutuhan
sarana
lingkungan
hijau/terbuka dan sarana olah raga
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
•
Masih
terbatasnya
kesadaran
aparatur
dan
SDM
pelaksana
dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
•
Masih
adanya
tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
•
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan
•
bangunan
gedung
di
daerah
dalam
fasilitasi
penyediaan
perangkat
pengaturan
Tabel 6.18 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan
dan Lingkungan
No.
Aspek PBL
Permasalahan yang dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif Solusi
(1)
(2)
Kegiatan
Penataan
Lingkungan Permukiman
(3)
(4)
(5)
I.
Kawasan fungsional cepat
berkembang
Kawasan perekotaan cepat
berkembang oleh mitra CK
1.
Aspek Teknis
Tidak
ada
lembaga
pengelolaan
kawasan
Lemahnya
koordinas
lintas sektor
Usulan
program tidak
tumpah tindih
2.
Aspek Kelembagaan
No.
Aspek PBL
Permasalahan yang dihadapi
(1)
(2)
(3)
Belum ada
anggaran
studi
3.
4.
Aspek Pembiayaan
Aspek
Peran
Serta
(4)
Kekurangan
dana APBK
Pembiayaan
tidak
bisa
dilakukan
sekaligus
Peran
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Pembangunn
secara sporadis
dan
tanpa
regulasai
Rapat koordinasi
satu bulan sekali
Program harus
sesuai
dengan
kebutuhan
Tantangan
Pengembangan
Penataan
bangunan
dan
lingkungan
Perkuat
koordinasi lintas
sektor
Program
yang
diusulkan menjadi
prioritas
pembangunan
Alternatif Solusi
(5)
Pembiayaan
terhadap
program
yang
mendesak
Sharing
pembiayaan
antara
APBN,
APBA dan APBK
(1)
Pemahaman
Edukasi
Peningkatan PAD
Kabupaten Aceh
Utara
Pembiayaan
harus dilakukan
secara bertahap
99
Masyarakat/Swasta
Aspek
Permukiman
5.
Lingkungan
masyarakat
rendah
masyarakat
rendah
Permukiman
dekat
dengan laut
Daerah
bencana
rawan
pentingnya
penataan
kawasaan
Migitasi bencana
6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten Aceh
Utara, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang
dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan
pada Subbab 6.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari
Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk
Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK),
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan
bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
-
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan
rancang
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana
umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana,
dan
pedoman
pengendalian
pelaksanaan
pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
•
Program Bangunan dan Lingkungan;
•
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
•
Rencana Investasi;
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
100
-
•
Ketentuan Pengendalian Rencana;
•
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan
dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
bahwa
Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem
yang
terdiri
atas
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
l ingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun.
RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari
kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan
bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan
kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta
penyelamatan jiwa dan harta benda.
-
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan
Permukiman Tradisional adalah:
1.
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2.
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
101
manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3.
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk
menjamin kelangsungan kegiatan;
4.
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi
masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam
upaya pemberdayaan masyarakat.
-
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14
tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM
Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang
salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel
8.19,
menyusun
yang
dapat
kebutuhan
dijadikan
akan
acuan
sektor
bagi
Kabupaten/Kota untuk
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan.
Tabel 6.19 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Indikator
Nilai
Waktu
Pencapaia
n
(3)
(4)
(5)
100%
2019
Standar Pelayanan Minimal
No.
Jenis Pelayanan Dasar
(1)
(2)
1.
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Harga Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)
2.
Penataan
Ruang
Penyediaan
Ruang
Terbuka Hijau
(RTH) Publik
Terlayaninya
masyarakat dalam
pengurusan IMB di
Kabupaten/Kota.
Tersedianya
pedoman
Harga
Standar Bangunan
Gedung Negara di
Kabupaten/kota.
Tersedianya luasan
RTH publik sebesar
20%
dari
luas
wilayah
kota/kawasan
perkotaan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
100%
2019
Keterangan
(6)
Dinas
yang
membidangi
Perijinan (IMB)
Dinas
yang
membidangi
Pekerjaan Umum
Dinas/SKPD yang
membidangi
Penataan Ruang
25%
2019
102
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1)
Menguraikan
memenuhi
kondisi
persyaratan
bangunan
keandalan
gedung
yang
negara
mencakup
yang
belum
(keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2)
Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
3)
Rumah Negara;
4)
Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan
rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN,
sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan
bangunan gedung.
c.
Kegiatan
Pemberdayaan
Komunitas
dalam
Penanggulangan
Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan
program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan
melalui pemberdayaaan masyarakat
dan
pelaku
pembangunan
lokal
lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
103
Tabel 6.20 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
Uraian
Satuan
(1)
(2)
(3)
2016
(4)
2017
(5)
Kebutuhan
2018
(6)
7
-
8
-
6
-
7
-
-
-
2019
(7)
2020
(8)
Keterangan
(9)
I.
1.
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ha
2.
Ruang Terbuka
M2
5
-
3.
PSD
Unit
2
5
4
5
0
-
4.
PS Lingkungan
Unit
-
-
-
-
-
-
5.
HSBGN
Laporan
-
-
-
-
-
-
6.
Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN
Laporan
-
-
-
-
-
-
7.
II.
Lainnya
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara
1.
Bangunan Fungsi Hunian
Unit
-
-
-
-
-
-
2.
Bangunan Fungsi Keagamaan
Unit
-
-
-
-
-
-
3.
Bangunan Fungsi Usaha
Unit
-
-
-
-
-
-
4.
Bangunan Fungsi Sosial Budaya
Unit
-
-
-
-
-
-
5.
Bangunan Fungsi Khusus
Unit
-
-
-
-
-
-
6.
Bintek Pembangunan Gedung Negara
Laporan
-
-
-
-
-
-
7.
-
-
-
-
-
-
III.
Lainnya
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
1.
P2KP
Laporan
90
90
90
90
90
-
2.
Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
Tabel 6.20 banyak yang kosong isiannya disebabkan karena kebutuhan sektor penataan bangunan dan lingungan tidak ada datanya, sehingga tidak
bisa dilakukan analisis kebutuhan sektornya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
104
6.2.4. Program-Program
dan
Kriteria
Kesiapan
Sektor
Penataan
Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Kegiatan
Pemberdayaan
Komunitas
dalam
Penanggulangan
d. Kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan
menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
-
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung Kriteria Khusus:
•
Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;
•
Komitmen
Pemda
untuk
menindaklanjuti
hasil
fasilitasi
Ranperda BG
Penyusunan
Rencana
Penataan
Lingkungan
Permukiman Berbasis
Komunitas
Kriteria
Khusus
Fasilitasi
Penyusunan
Rencana
Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
•
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
•
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya;
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
105
•
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
•
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :
•
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
•
Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
•
Kawasan yang dilestarikan/heritage;
•
Kawasan rawan bencana;
•
Kawasan
gabungan
atau
campuran
(fungsi
hunian,
fungsi
usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi
khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
•
Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
•
Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
•
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana
Tindak
berisikan
program
bangunan
dan
lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan
pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
•
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan
RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
•
Turunan
dari
Tata
Ruang
atau
masuk
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
dlm
skenario pengembangan
106
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
•
Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan
Revitalisasi Kawasan:
•
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
•
Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
•
Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
•
Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
•
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
(RTH Publik);
•
Area
memanjang/jalur
dan/atau
mengelompok,
yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU
No. 26/2007 tentang Tata ruang);
•
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20%
dari luas wilayah kota;
•
Ada rencana pengem
ASPEK TEKNIS PERSEKTOR
Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya
yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan
bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan
penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan,
dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari
pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting
sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang
harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian
terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan
pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan
program dan kegiatan yang dibutuhkan.
6.1. Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan
untuk
pengembangan
kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan,
kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
6.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan
kebijakan
pengembangan
permukiman
mengacu
pada
amanat
peraturan perundangan, antara lain:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
74
1.
Undang-Undang No.
17
Tahun 2007
tentang
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Arahan
RPJMN
Tahap
3
(2015-2019)
menyatakan
bahwa
pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana
dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat,
sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan
perumahan
dan
kawasan
permukiman
juga
mencakup
penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan
permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta
pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh
dan permukiman kumuh (butir f).
3.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun
umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan
tanggung jawab pemerintah.
4.
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Peraturan
ini
penanggulangan
menetapkan
salah
kemiskinan
yang
satunya
terkait
dengan
diimplementasikan
dengan
penanggulangan kawasan kumuh.
5.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum
dan Tata Ruang.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
75
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman
kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja
Kementerian
Pekerjaan
Permukiman mempunyai tugas
Umum
maka
Direktorat
Pengembangan
di bidang perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis
di
bidang
pengembangan
permukiman.
Adapun
fungsi
Direktorat
Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di
perkotaan dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan
potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan
rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas
permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulaupulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan
pembinaan
norma,
standar,
kelembagaan
dan
prosedur
peran
serta
dan
kriteria,
masyarakat
di
serta
bidang
pengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
6.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan
permukiman saat ini adalah:
Mengimplementasikan
konsepsi
pembangunan
berkelanjutan
serta
mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi
rumahtangga kumuh perkotaan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
76
Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif
Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,
Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk
perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan,
dan bertambahnya kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah
dibangun.
Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Belum
optimalnya
peran
pemerintah
daerah
dalam
mendukung
pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas
kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat
organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di
bidang pembangunan perumahan dan permukiman.
Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang
terangkum
secara
nasional. Namun, di
masing- masing kabupaten/ kota
terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di
kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman
yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.
Tabel 6.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala
Kabupaten Aceh Utara
No.
1
Isu Strategis
a. Faktor historis (sejarah), bahwa Kabupaten
Aceh Utara merupakan pusat kerajaan Aceh
yang ditandai dengan peninggalan sejarah
(heritage),
seperti
Makam
Sultan
Malikussaleh, Makam Sultanah Nahrisyah dan
lain-lain.
b. Kabupaten Aceh Utara merupakan pusat
pengembangan wisata yang berbasis
masyarakat dan budaya Islami, yang meliputi
wisata alam, wisata budaya dan spiritual dan
sebagainya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Keterangan
Arahan RTRW Kabupaten Aceh Utara
Strategi untuk kebijakan pengendalian
perkembangan kawasan
77
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/
kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih
dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi
peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun
peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan,
pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.
Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai
kawasan
kumuh,
jumlah
RSH
terbangun, dan
Rusunawa terbangun di
perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan
seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana,
perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi
eksisting lima tahun terakhir.
Tabel 6.2 Peraturan Daerah /Peraturan Bupati terkait Pengembangan
Permukiman
No.
Qanun/Pergub/Perbup/Peraturan lain
Amanat
Kebijakan
Daerah
Jenis Produk Peraturan
No. Tahun
Perihal
1
Qanun Kabupaten Aceh Utara
No. 7 Tahun 2013
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten
Aceh
Utara
Tahun 2013 2032
Rencana Tata
Ruang Wilayah
Kabupaten
Aceh Utara
2
Qanun Kabupaten Aceh Utara
No. 1 Tahun 2015
Bangunan
Gedung
Bangunan
Gedung
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
78
Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2015
No.
I
Lokasi Kawasan Kumuh
Luas
Kawasan
(Ha)
Jumlah
Rumah
Permanen
Jumlah
Rumah
Semi
Permanen
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
1,48
25%
75%
112
10,72
25%
75%
809
27,88
25%
75%
2105
2,66
25%
75%
500
6,07
25%
75%
201
8,18
25%
75%
618
5,98
25%
75%
453
62,97
25%
75%
4756
Kecamatan Tanah Jambo Aye
1. Meunasah Kota Panton Labu
Dusun II
2. Meunasah Kota Panton Labu
Dusun V
3. Tanjong Ceungai
4. Kota Panton Labu
II
Kecamatan Lhoksukon
1. Lhoksukon
2. Pante
III
Kecamatan Samudera
1.
Keude Geudong
Sumber : Keputusan Bupati Aceh Utara
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional
antara lain:
Permasalahan pengembangan permukiman antara lain:
1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni
sehingga
dapat
menyebabkan terjadinya
degradasi lingkungan, dan
pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen
Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian
Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
79
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya
khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah
5. Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa
pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi
tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
6. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM
bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota.
Sebagaimana isu strategis, Kabupaten Aceh Utara terdapat permasalahan dan
tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu
djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan
pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai
informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Aceh
Utara yang
bersangkutan serta
merumuskan alternatif
pemecahan dan
rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman
yang ada di wilayah Kabupaten Aceh Utara bersangkutan.
Tabel 6.7. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Kabupaten Aceh Utara
No.
Permasalahan
Pengembangan Permukiman
1
Aspek Teknis :
Tantangan
Pengembangan
Pengembangan
permukiman
Pengembangan
permukiman
sesuai
dengan kebutuhan
Pencapaian target/sasaran
pembangunan
dalam
Rencana Strategis Ditjen
Cipta
Karya
sektor
Pengembangan
permukiman.
Memberikan
pemahaman
kepada
pemerintah
daerah
bahwa pembangunan
infrastruktur
permukiman yang saat
ini sudah menjadi tugas
pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota.
Alokasi Pembiayaan terbatas
Pembiayaan yang optimal
bagi
pembangunan
infrastruktur permukiman
Sharing
pendanaan
antara pemerintah pusat
dengan
pemerintah
daerah
Aspek Peran serta Masyarakat/
Swasta :
Kurangnya
masyarakat
Peningkatan partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
Pengembangan permukiman
2
Aspek Kelembagaan :
Koordinasi antar lembaga
3
4
Alternatif Solusi
Aspek Pembiayaan :
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
partisipasi
dalam
80
5
1. Peran REI
2. Partisipasi masyarakat
perencanaan permukiman
permukiman
Aspek
Permukiman :
Penegakan peraturan bagi
masyarakat
yang
melanggar
Pendampingan
dan
menfasilitasi masyarakat
supaya
menjaga
lingkungannya
Lingkungan
1. Permukiman tidak merata
2. Permukiman tidak terawat
sehingga menjadi kumuh
6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi
eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target
kebutuhan
yang
harus
dicapai.
Terdapat
arahan kebijakan yang menjadi
acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor
pengembangan
permukiman
baik
di
tingkat
Pusat
maupun
di
tingkat
kabupaten/kota.
Analisis kebutuhan pengembangan permuiman di Kabupaten Aceh Utara sesuai
dengan target
RPJMD,
RTRW
Kabupaten Aceh Utara, maupun Renstra
SKPD. Analisis kebutuhan pengembangan permukiman di Kabupaten Aceh Utara
dengan pengurangan daerah kumuh sebesar 62,97 Ha. Penurunan tingkat
kekumuhan dengan cara pembangunan infrastruktur daerah kumuh sehingga dapat
dikurangi daerah kumuh di Kabupaten Aceh Utara. Pengembangan permukiman
sesuai
dengan
arahan
RTRW
Kabupaten
Aceh
Utara
dengan
strategi
pengendalian perkembangan kawasan kumuh.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
81
Tabel 6.8 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun
No.
Uraian
Unit
(1)
(2)
(3)
1
Jumlah Penduduk
2016
Jiwa
(4)
572,961
2017
2018
2019
2020
Keterangan
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
580,049
587,955
596,181
603,936 Pertumbuhan
penduduk
0.13 %/tahun
Kepadatan Penduduk
Jiwa/km2
174
Proyeksi Persebaran
Penduduk
Jiwa/km2
174
174
174
174
174
Proyeksi Persebaran
Penduduk Miskin
Jiwa/km2
48
30
20
10
0
2
Sasaran Penurunan
Kawasan Kumuh
Ha
-
3,026
819
453
0
Kel. Pra
Sejahtera
3
Kebutuhan Rusunawa
TB
-
1
0
0
2 unit
4
Kebutuhan RSH
Unit
0
0
0
0
0
5
Kebutuhan
Pengembangan
Permukiman Baru
Kws
0
0
0
0
0
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
174
174
174
174
Hasil analisis
Hasil analisis
BPS
82
Tabel 6.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di
Perkotaan yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun
No.
(1)
1
Uraian
(2)
Jumlah Penduduk
Unit
(3)
2016
(4)
572,961
2017
(5)
580,049
2018
(6)
587,955
2019
(7)
596,181
2020
(8)
603,936
174
174
174
174
174
174
174
174
174
174
Jiwa
Kepadatan Penduduk
Jiwa/km2
Proyeksi Persebaran Penduduk
Jiwa/km2
48
30
20
10
0
2
3
4
5
Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin
Desa Potensial untuk Agropolitan
Desa Potensial untuk Minapolitan
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan Perbatasan
Jiwa/km2
Desa
Desa
Kws
Kws
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil
Kws
0
0
0
0
0
7
8
Desa Kategori Miskin
Kawasan dengan Komoditas Unggulan
Jiwa
Kws
6.767
1
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
6.699
6.631
6.496
Keterangan
(9)
Rata-rata
pertumbuhan
penduduk 1.3
%/tahun
Tidak ada
wilayah
perbatasan
dgn Negara
lain
Tidak ada
wilayah
kepulauan
6.428
Monopolitan
83
6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman
kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman
kawasan perkotaan terdiri dari:
1)
pengembangan
kawasan
permukiman
baru
dalam
bentuk
pembangunan Rusunawa serta
2)
peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat
berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun
review bilamana diperlukan.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan dibagi tiga yaitu:
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Infrastruktur permukiman RSH
Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Aceh Utara dibagi dua
yaitu:
Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
Pengembangan
kawasan
permukiman
baru
dalam
bentuk
pembangunan Rusunawa.
Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri
dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1.
Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
84
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP, RTBL KSK,
Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah
untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
2. Khusus
Rusunawa
Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA
Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh
Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan
PSD lainnya
Ada calon penghuni
3. PPIP
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani
program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
Berbasis pengembangan wilayah
Pembangunan
infrastruktur
dasar
perdesaan
yang mendukung (i)
transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih
dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan
Mendukung komoditas unggulan kawasan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
85
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana,
sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan
permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan
rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini
diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:
1. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan
dalam ruang kota.
b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal
kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat
didalamnya.
c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai,
mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh
berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.
2. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah
kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi
kawasan
dalam
peruntukan
ruang
kota,
dimana
keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor
untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang
termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
86
perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi
lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk
kawasan permukiman kumuh.
3. Status Kepemilikan Tanah
a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.
b. Status sertifikat tanah yang ada.
4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air
limbah
5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh
dengan
indikasi
penyediaan
dana
dan
mekanisme
kelembagaan
penanganannya.
b. Ketersediaan perangkat dalam
penanganan, seperti halnya rencana
penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan)
kawasan dan lainnya.
6.1.5 Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara
kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan
kegiatan.
Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan
kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka
waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk
menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman Kabupaten Aceh
Utara diperlihatkan pada Tabel 6.10.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
87
Tabel 6.10. Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kabupaten Aceh Utara
No.
Program/Kegiatan
(1)
1
(2)
Penyusunan RP2KP
6
Penyusunan DED
Infrastruktur
Kawasan Kumuh
7
Pembangunan
Infrastruktur
Kawasan Kumuh
Volume/Satuan
(3)
Biaya (Rp.
1000)
(4)
Lokasi
(5)
Aceh Utara
Kriteria
Kesiapan
(6)
Siap
900,000
1
3
Kec. Tanah Jambo
Aye, Lhoksukon
500,000 dan Samudera
Siap
Kec. Tanah Jambo
Aye, Lhoksukon
dan Samudera
Siap
3
45.800,000
6.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan P B L
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai
untuk
bagian
dari
mewujudkan
upaya
pengendalian
lingkungan
binaan,
pemanfaatan ruang,
baik
terutama
di perkotaan maupun di
perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang
dan peraturan antara lain:
1) UU
No.1
tahun
2011
tentang
Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan
amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan
dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
88
Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang
telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan,
penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus
diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya,
serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas
tanah;
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan
persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada
RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas
bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak
lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup
keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga
mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi
kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga
diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun
2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas
ketentuan
fungsi
bangunan
gedung,
persyaratan
bangunan
gedung,
penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
89
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya
bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian
pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan
dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan
tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan
maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan
terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan
gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun
kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5)
Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal
bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada
setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektorsektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
90
tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan
pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan
pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan
termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan
kebijakan
teknis
dan
strategi
penyelenggaraan
penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan
teknik,
pengawasan
teknik,
fasilitasi
serta
pembinaan
pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi
bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan
teknik,
pengawasan
teknik
dan
fasilitasi
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan
keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan
pembinaan
norma,
standar,
kelembagaan
prosedur
penyelenggaraan
dan
penataan
kriteria,
serta
bangunan dan
lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada
sektor
PBL,
yaitu
penyelenggaraan
kegiatan
bangunan
penataan
gedung
lingkungan
dan
rumah
permukiman,
kegiatan
negara
kegiatan
dan
pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik
sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
91
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan
pemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan
prasarana
dan
sarana
penataan
lingkungan
pemukiman tradisional.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi
peraturan
dan
perundangan
tentang
penataan
bangunan dan lingkungan;
Peningkatan
dan
pemantapan
kelembagaan
bangunan
dan
gedung
dan
gedung;
Pengembangan
sistem
informasi
bangunan
arsitektur;
Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
Paket dan Replikasi.
6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air
Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi
data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti
dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, RP2KP, SSK
dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air
limbah sesuai dengan karakteristik Kabupaten Aceh Utara.
Tujuan dari bagian ini adalah:
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
92
o Teridentifikasinya
rumusan
isu
strategis
pengelolaan
air
limbah
di
Kabupaten Aceh Utara;
o tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.
Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di
Indonesia antara lain
1.
Akses
masyarakat
terhadap
pelayanan
pengelolaan
air
limbah
permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi
dasar belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses
layanan air limbah dengan sistem terpusat belum maksimal.
2.
Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum
diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan
air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan
sistem
pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3.
Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan
belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan
dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya
NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4.
Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi
antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum
terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga
bidang air limbah.
5.
Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan
pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
93
merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air
limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga
berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air
limbah.
Kabupaten Acdh Utara telah merumuskan isu strategis yang ada di daerah. Isu
strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan
infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan
kegiatan dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka
Menengah (RP2IJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian SDGs, yang
diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.
Tabel 6.13 Isu Strategis Sektor PBL di Kabupaten Aceh Utara
No.
(1)
Kegiatan Sektor PBL
(2)
1
Penataan Lingkungan
Permukiman
2
Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Rumah Negara
3
Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota
(3)
a. Peraturan penataan
bangunan dan
Penyusunan draf
lingkungan
akademik
b. Penyusunan NSPK,
RTBL, RTBL Heritage
Penyusunan Draf
Kawasan Kota dan
akademik
RISPK
a. Dukungan PSD
Pembangunan sarana
permukiman
dan prasarana
tradisional/permukiman lingkungan
b. Pembinaan /
P2KP/PNPM dan
pemberdayaan lainnya
Pembinaan
B. Kondisi Eksisting
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara telah mengeluarkan Qanun Nomor 1 Tahun
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
94
2015 tentang bangunan gedung.
Tabel 6.14 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati Terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
(1)
1
Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan
Bupati/Peraturan Lainnya
Jenis Produk
Nomor &
Tentang
Pengaturan
Tahun
(2)
(3)
(4)
Qanun Kabupaten
No. 1 Tahun
Bangunan Gedung
Aceh Utara
2015
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Amanat
(5)
Penataan dan
perencanaan
bangunan gedung
95
Tabel 6.15 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/Bersejarah
Nama
Kawasan
(1)
Komplek
Makam
Sulatan
Malikussaleh
Dukungan Infrastruktur
CK
(2)
Landscape Tempat
Wudhuk & MCK
RTH
Lokasi/Nama
RTH
Luas RTH
(3)
(4)
-
RTH
Kabupaten
Aceh Utara
Penanganan
Kebakaran
Pemenuhan SPM
% Luas
RTH
(5)
Ketersediaan
IMB
(6)
% IMB
(7)
HS BGN
(8)
-
-
-
-
Prasarana
Instansi Kebakaran
(9)
(10)
-
-
Keterangan Tabel 6.15 ada kolom yang kosong disebabkan karena kekurangan data dan dokumen pendukung tabel
penataan lingungan permukiman tersebut, sehingga isian table tersebut NA (Not available).
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
96
Tabel 6.16 Penyelanggara Bangunan Gedung dan Rumah Negara
No
(1)
-
Kawasan/Kec.
(2)
-
-
-
Jumlah BG Negara
Berdasarkan
Fungsi
(3)
Fungsi hunian:
- Unit
Fungsi
Keagamaaan
- unit
Fungsi social
Kondisi
Bangunan
Ketersediaan
Utilisan ZBG
(4)
-
-
-
-
-
-
Status
Kepemilikan
Keterangan Tabel 6.16 kolom isiannya kosong disebabkan karena tidak ada
penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 6.17 Pemberdayaan Komunitas Dalam Penanggulanan Kemiskinan
No
Kecamatan
(1)
1
(2)
Se-Kabupaten
Aceh Utara
2
Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)
(3)
Kegiatan Pemberdayaan
Lainnya
(4)
Program Pembinaan dan
Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
Keswadayaan
masyarakat
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Pengaturan, Pembinaan,
Pengawasan, dan
Pelaksanaan
Pengembangan Sanitasi dan
Persampahan
Keswadayaan
masyarakat
3
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Infrastruktur Air Limbah
Keswadayaan
masyarakat
4
Se-Kabupaten
Aceh Utara
Pembangunan Sanitasi
Perkotaan Berbasis
Masyarakat Kabupaten Aceh
Utara
Keswadayaan
masyarakat
C. Permasalahan dan Tantangan
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
97
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara
terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:
Penataan Lingkungan Permukiman:
•
Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
•
Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa
RTBL melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur
guna
•
pengembangan
Menurunnya fungsi
lingkungan permukiman;
kawasan
dan
terjadi
degradasi
kawasan kegiatan
ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
•
Masih
rendahnya
dukungan
pemda
dalam
pembangunan
lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi
anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
•
Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi
efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
•
Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar,
sedang, kecil di seluruh Indonesia;
•
Kurang
ditegakkannya
aturan
keselamatan,
keamanan
dan
kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan
bencana;
•
Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi
dan kurang mendapat perhatian;
•
Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah
serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
•
Banyaknya
Bangunan
Gedung
Negara
yang
belum
memenuhi
persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
•
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan
efisien;
•
Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
98
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:
•
Masih
kurang
diperhatikannya
kebutuhan
sarana
lingkungan
hijau/terbuka dan sarana olah raga
Kapasitas Kelembagaan Daerah:
•
Masih
terbatasnya
kesadaran
aparatur
dan
SDM
pelaksana
dalam
pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
•
Masih
adanya
tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan
peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
•
Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan
•
bangunan
gedung
di
daerah
dalam
fasilitasi
penyediaan
perangkat
pengaturan
Tabel 6.18 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan
dan Lingkungan
No.
Aspek PBL
Permasalahan yang dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif Solusi
(1)
(2)
Kegiatan
Penataan
Lingkungan Permukiman
(3)
(4)
(5)
I.
Kawasan fungsional cepat
berkembang
Kawasan perekotaan cepat
berkembang oleh mitra CK
1.
Aspek Teknis
Tidak
ada
lembaga
pengelolaan
kawasan
Lemahnya
koordinas
lintas sektor
Usulan
program tidak
tumpah tindih
2.
Aspek Kelembagaan
No.
Aspek PBL
Permasalahan yang dihadapi
(1)
(2)
(3)
Belum ada
anggaran
studi
3.
4.
Aspek Pembiayaan
Aspek
Peran
Serta
(4)
Kekurangan
dana APBK
Pembiayaan
tidak
bisa
dilakukan
sekaligus
Peran
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
Pembangunn
secara sporadis
dan
tanpa
regulasai
Rapat koordinasi
satu bulan sekali
Program harus
sesuai
dengan
kebutuhan
Tantangan
Pengembangan
Penataan
bangunan
dan
lingkungan
Perkuat
koordinasi lintas
sektor
Program
yang
diusulkan menjadi
prioritas
pembangunan
Alternatif Solusi
(5)
Pembiayaan
terhadap
program
yang
mendesak
Sharing
pembiayaan
antara
APBN,
APBA dan APBK
(1)
Pemahaman
Edukasi
Peningkatan PAD
Kabupaten Aceh
Utara
Pembiayaan
harus dilakukan
secara bertahap
99
Masyarakat/Swasta
Aspek
Permukiman
5.
Lingkungan
masyarakat
rendah
masyarakat
rendah
Permukiman
dekat
dengan laut
Daerah
bencana
rawan
pentingnya
penataan
kawasaan
Migitasi bencana
6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kabupaten Aceh
Utara, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang
dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan
pada Subbab 6.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari
Direktorat PBL meliputi:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk
Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK),
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan
bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
-
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan
rancang
bangun
suatu
lingkungan/kawasan
yang dimaksudkan untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta
memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana
umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian
rencana,
dan
pedoman
pengendalian
pelaksanaan
pengembangan
lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan meliputi:
•
Program Bangunan dan Lingkungan;
•
Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
•
Rencana Investasi;
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
100
-
•
Ketentuan Pengendalian Rencana;
•
Pedoman Pengendalian Pelaksanaan
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan
dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan,
bahwa
Sistem
Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem
yang
terdiri
atas
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang
maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem
proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka
melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
l ingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,
serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi
kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun.
RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari
kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan
bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran
kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan
Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan
kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta
penyelamatan jiwa dan harta benda.
-
Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan
Permukiman Tradisional adalah:
1.
Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2.
Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
101
manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3.
Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk
menjamin kelangsungan kegiatan;
4.
Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi
masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam
upaya pemberdayaan masyarakat.
-
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14
tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM
Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang
salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada
tabel
8.19,
menyusun
yang
dapat
kebutuhan
dijadikan
akan
acuan
sektor
bagi
Kabupaten/Kota untuk
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan.
Tabel 6.19 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Indikator
Nilai
Waktu
Pencapaia
n
(3)
(4)
(5)
100%
2019
Standar Pelayanan Minimal
No.
Jenis Pelayanan Dasar
(1)
(2)
1.
Penataan
Bangunan
dan
Lingkungan
Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
Harga Standar
Bangunan
Gedung
Negara
(HSBGN)
2.
Penataan
Ruang
Penyediaan
Ruang
Terbuka Hijau
(RTH) Publik
Terlayaninya
masyarakat dalam
pengurusan IMB di
Kabupaten/Kota.
Tersedianya
pedoman
Harga
Standar Bangunan
Gedung Negara di
Kabupaten/kota.
Tersedianya luasan
RTH publik sebesar
20%
dari
luas
wilayah
kota/kawasan
perkotaan.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
100%
2019
Keterangan
(6)
Dinas
yang
membidangi
Perijinan (IMB)
Dinas
yang
membidangi
Pekerjaan Umum
Dinas/SKPD yang
membidangi
Penataan Ruang
25%
2019
102
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
1)
Menguraikan
memenuhi
kondisi
persyaratan
bangunan
keandalan
gedung
yang
negara
mencakup
yang
belum
(keselamatan,
keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2)
Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan
3)
Rumah Negara;
4)
Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan
rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN,
sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan
bangunan gedung.
c.
Kegiatan
Pemberdayaan
Komunitas
dalam
Penanggulangan
Kemiskinan
Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan
P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan
program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan
melalui pemberdayaaan masyarakat
dan
pelaku
pembangunan
lokal
lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
103
Tabel 6.20 Kebutuhan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
Uraian
Satuan
(1)
(2)
(3)
2016
(4)
2017
(5)
Kebutuhan
2018
(6)
7
-
8
-
6
-
7
-
-
-
2019
(7)
2020
(8)
Keterangan
(9)
I.
1.
Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Ha
2.
Ruang Terbuka
M2
5
-
3.
PSD
Unit
2
5
4
5
0
-
4.
PS Lingkungan
Unit
-
-
-
-
-
-
5.
HSBGN
Laporan
-
-
-
-
-
-
6.
Pelatihan Teknis Tenaga Pendata HSBGN
Laporan
-
-
-
-
-
-
7.
II.
Lainnya
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung
dan Rumah Negara
1.
Bangunan Fungsi Hunian
Unit
-
-
-
-
-
-
2.
Bangunan Fungsi Keagamaan
Unit
-
-
-
-
-
-
3.
Bangunan Fungsi Usaha
Unit
-
-
-
-
-
-
4.
Bangunan Fungsi Sosial Budaya
Unit
-
-
-
-
-
-
5.
Bangunan Fungsi Khusus
Unit
-
-
-
-
-
-
6.
Bintek Pembangunan Gedung Negara
Laporan
-
-
-
-
-
-
7.
-
-
-
-
-
-
III.
Lainnya
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
1.
P2KP
Laporan
90
90
90
90
90
-
2.
Lainnya
-
-
-
-
-
-
-
Tabel 6.20 banyak yang kosong isiannya disebabkan karena kebutuhan sektor penataan bangunan dan lingungan tidak ada datanya, sehingga tidak
bisa dilakukan analisis kebutuhan sektornya.
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
104
6.2.4. Program-Program
dan
Kriteria
Kesiapan
Sektor
Penataan
Bangunan dan Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
c. Kegiatan
Pemberdayaan
Komunitas
dalam
Penanggulangan
d. Kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda
dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping,
pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan
menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur
dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
-
Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung Kriteria Khusus:
•
Kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan Gedung;
•
Komitmen
Pemda
untuk
menindaklanjuti
hasil
fasilitasi
Ranperda BG
Penyusunan
Rencana
Penataan
Lingkungan
Permukiman Berbasis
Komunitas
Kriteria
Khusus
Fasilitasi
Penyusunan
Rencana
Penataan Lingkungan
Permukiman Berbasis Komunitas:
•
Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;
•
Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya;
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
105
•
Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;
•
Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :
•
Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;
•
Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
•
Kawasan yang dilestarikan/heritage;
•
Kawasan rawan bencana;
•
Kawasan
gabungan
atau
campuran
(fungsi
hunian,
fungsi
usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi
khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
•
Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
•
Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
•
Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau
(RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Rencana
Tindak
berisikan
program
bangunan
dan
lingkungan termasuk
elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan
pelaksanaan serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
•
Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan
RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;
•
Turunan
dari
Tata
Ruang
atau
masuk
RPI2JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Aceh Utara Tahun 2016 -2020
dlm
skenario pengembangan
106
wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);
•
Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah
daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang
dan/atau pengembangan wilayahnya;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan
Revitalisasi Kawasan:
•
Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
•
Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;
•
Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
•
Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
•
Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
•
Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman
(RTH Publik);
•
Area
memanjang/jalur
dan/atau
mengelompok,
yang penggunaannya
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU
No. 26/2007 tentang Tata ruang);
•
Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20%
dari luas wilayah kota;
•
Ada rencana pengem