Perbedaan komitmen afektif, komitmen kontinyu, dan komitmen normatif pada pria dan wanita anggota organisasi : komunitas otomotif - USD Repository

  

PERBEDAAN KOMITMEN AFEKTIF, KOMITMEN

KONTINYU, DAN KOMITMEN NORMATIF

PADA PRIA DAN WANITA

ANGGOTA ORGANISASI: KOMUNITAS OTOMOTIF

  

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  Oleh Maria Arintowati Heryudhi Prasanti

  NIM : 029114093

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  Lakukan hari ini apa yang bisa kau lakukan hari ini !!! Hidup tidak sekedar dijalani, Hidup tidak berjalan dengan sendirinya,

  Kehidupan tidak mengalir begitu saja, Tidak ada makna hidup yang kau peroleh jika tak ada yang kamu lakukan untuk hidupmu dan menunggu semua terjadi begitu saja...

  Selalu ada Persoalan dan masalah Jika kau berusaha untuk tetap hidup Yang membuat kau bertanya tentang keadilan dalam kehidupan,

  Tetapi.. Selalu ada Jalan Keluar dan kebahagiaan

  Jika kau berusaha untuk mengerti makna kehidupan dibaliknya Yang membuat kau mensyukuri hidup itu sendiri . Masa lalu adalah pengalaman, Masa depan adalah tujuan,

  Hari ini adalah hidupmu... Maka lakukan hari ini apa yang bisa kau lakukan hari ini

  By M.A.H. Prasanti Nov 14,2009

  8.52 pm Skripsi ini aku persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta, anak-anakku terkasih,

Serta semua hal yang telah membuat aku mengerti makna kehidupan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, November 2009 Penulis,

  Maria A.H. Prasanti

  

Abstrak

Maria A. H. Prasanti(2009). Perbedaan Dimensi Komitmen Organisasi

Antara Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif.

Program studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota komunitas otomotif dengan melihat dari masing-masing dimensi komitmen organisasi, yaitu dimensi komitmen afektif, kontinyu, dan normatif. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah anggota wanita memiliki komitmen afektif dan normatif yang lebih tinggi daripada pria, anggota pria memiliki komitmen kontinyu yang lebih tinggi daripada wanita.

  Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita anggota komunitas otomotif di Yogyakarta, Solo, dan Surabaya yang berjumlah 120 orang. Metode pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert yang dibagikan kepada subjek, yaitu skala komitmen organisasi dalam dimensi afektif, kontinyu, dan normatif. Penelitian menggunakan uji coba terpakai karena keterbatasan subjek wanita yang ada pada tiap komunitas otomotif. Hasil seleksi aitem dengan menggunakan koefisien korelasi aitem total menghasilkan seluruh aitem memiliki koefisien korelasi

  ≥ 0,3 sehingga seluruh aitem layak digunakan. Hasil estimasi reliabilitas skala menghasilkan koefisien reliabilitas untuk skala komitmen afektif sebesar .966, untuk skala komitmen kontinyu sebesar .964, dan untuk skala komitmen normatif sebesar .971.

  Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji t . Hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tiap dimensi komitmen antara pria dan wanita. Pada dimensi komitmen afektif wanita (mean=57.77) lebih tinggi daripada pria (mean=34.20) dengan t=-12.675,p<0.005, dimensi komitmen kontinyu pria (mean=55.23) lebih tinggi daripada wanita (mean=31.97) dengan t=13.160,p<0.005, dimensi komitmen normatif wanita (mean=60.07) lebih tinggi daripada pria (mean=36.90) dengan t=-11.194,p<0.005. Hal ini menunjukkan hipotesis pada penelitian ini diterima yang berarti anggota wanita memiliki komitmen yang lebih tinggi pada dimensi komitmen afektif dan normatif daripada anggota pria. Anggota pria memiliki komitmen kontinyu lebih tinggi daripada anggota wanita.

  Kata kunci : pria dan wanita, komitmen afektif, komitmen kontinyu, komitmen normatif.

  

Abstract

Prasanti, Maria A.H.(2009). The Difference of Organizational Commitment

Dimension Between Men and Women Members of Organizations:Automotive

Community

  

Department of Psychology, Psychology Faculty, Sanata Dharma University,

Yogyakarta.

  The purpose of current research was to identify whether there were differences of organizational commitment between men and women who become the members of automotive community by each dimension of organizational commitment itself: affective commitment, continuance commitment, and normative commitment. Hypotesis in this research were women have higher commitment than men in affective and normative commitment and men have higher commitment than women in continuance commitment.

  120 members of automotive community in Yogyakarta, Solo, and Surabaya were the subject in this research. The data collecting method was using a Likert rating scales gave to the subject, there was organizational commitment scales which divide in three dimensions:affective, continuance, and normative commitment. Used Try-Out was used in this research because of limited women subject in each community. The item selection process which used corrected item total correlation showed that all the items have correlation coefficient

  ≥ 0,3 so there were no items deleted. The result of reliability scale test for affective commitment is .966, continuance commitment is .964, and normative commitment is .971.

  Research data was analyzed by t-test. The result showed there were significant differences in each dimension between men and women. Women’s affective commitment (mean=57.77) is higher than men’s (mean=34.20) with t= - 12.675, p<0.005, men’s continuance commitment (mean=55.23) is higher than women’s (mean=31.97), with t=13.160, p<0.005, and women’s normative commitment (mean=60.07) is higher than men’s (mean=36.90) with t=-11.194, p<0.005. These all means that the hypothesis in this research was accepted: women have higher commitment than men in affective and normative dimension, and men have higher commitment than women in continuance dimension.

  Keyword: men and women, affective commitment, continuance commitment, normative commitment.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Maria Arintowati Heryudhi Prasanti No. Mahasiswa : 029114093

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : Perbedaan

  

Dimensi Komitmen Organisasi Antara Pria dan Wanita Anggota

Organisasi:Komunitas Otomotif beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

  Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 23 November 2009 Yang menyatakan,

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat, kasih dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Perbedaan Dimensi Komitmen Organisasi Antara Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Selama penyusunan skripsi dan penelitian ini, penulis telah menerima banyak bantuan berupa bimbingan, masukan, pengarahan serta dorongan semangat dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Ch. Siwi Handayani, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi.

  2. Dosen Penguji 1, Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si. atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  3. Dosen Penguji 2, Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. atas segala masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

  4. Dosen Penguji 3, P. Henrietta P. D. A. D. S, S.Psi., M.A. selaku Dosen Pembimbing atas segala bimbingan, saran, pengarahan, waktu, tenaga, dan terutama untuk kesabaran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

  5. Ibu M.M. Nimas E. S., S.Psi., selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih untuk selalu memberikan dorongan dan semangat.

  6. Mas Gandung, Mbak Naniek, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gie yang fakultas Psikologi. Terima kasih atas semua bantuan dari awal kuliah hingga selesainya skripsi ini.

  7. Bapak dan Ibu yang tersayang untuk semua kesabaran, doa, dan cinta, ’kasihmu yang telah menguatkanku’. Terima kasih juga untuk semua cinta dan kasih untuk anak-anakku, menjaga mereka saat aku harus berjuang dengan skripsi ini. Aku buktikan aku bisa menyelesaikan tugasku setelah

  melalui semua masalah yang menyusahkan kalian, I love you much Dad and Mom.

  8. Deron ’cungkring’ Satwikanaya dan Dewaswa ’ciprut’ Chattranaya, jagoan kecilku yang paling besar memberikan semangat dalam hidupku, satu-satunya penghiburan saat aku terjatuh dan menangis, kulakukan semua untuk kalian. Kalian harus bisa melakukan dan mencapai lebih dari

  apa yang sudah Ibu capai .

  9. Stevanus Sapta Handana, suamiku tercinta, bapak anak-anakku, terima kasih untuk dorongan dan semangat yang diberikan , serta selalu setia untukku. Ayo Panda, kita wujudkan cita-cita kita.

  10. Yudho Prabowo, Tri Wiyanti, kakak-kakakku beserta keponakanku Adrian ’ ranger’ Callandra dan Nicolas ’ ico marshmellow’ , terima kasih untuk selalu membuat aunty tertawa.

  11. Nat Donat dan Ei Dewi, teman seperjuangan yang selalu setia bersamaku dalam keadaan apapun. Nih aku ikutin jejak kalian, finally...hehehee. Viva

  3ple-X !!

  12. Harnalyes Silitonga, abang keduaku, yang telah selalu menanyakan perkembangan skripsiku hingga aku sampai pada titik jenuhku untuk memberi jawaban dan akhirnya terdorong untuk menyelesaikannya, juga karena telah banyak mengajariku tentang hidup dan slalu mengerti kebutuhanku, thanx Bro!

  13. Tante Eva, yang selalu bersedia mendengarkan semua keluh kesahku saat aku sedih, marah, bingung, bosan dengan skipsiku, dan tidak ada tempat menangis selain dalam pelukanmu.

  14. Tente Atik dan Om Aji atas semua pinjaman buku-bukunya dan semangat yang diberikan.

  15. Si Orange Swift, yang telah setia menemani perjalananku kemanapun aku mau dan dalam keadaan apapun, saksi bisu perjalanan hidupku. Akan berat jika harus melepasmu.

  16. Nama-nama yang belum disebutkan, maaf tidak ada maksud untuk melupakan, hanya keterbatasan peneliti.

  Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan penelitian skripsi ini, maka berbagai saran dan kritikan akan senantiasa diterima dengan senang hati, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

  Yogyakarta, November 2009

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL…………………………………………………………i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………..ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….iii HALAMAN MOTTO………………………………………………………..iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..v Pernyataan Keaslian Karya…………………………………………………..vi Abstrak……………………………………………………………………….vii Abstract………………………………………………………………………viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………ix Kata Pengantar……………………………………………………………….x Daftar Isi……………………………………………………………………..xiii Daftar Tabel………………………………………………………………….xvi Daftar Diagram………………………………………………………………xvii Daftar Lampiran……………………………………………………………..xviii

  BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………….1 A. Latar Belakang…………………………………………….1 B. Rumusan Masalah………………………………………....11 C. Tujuan Penelitian…………………………………………..11 D. Manfaat Penelitian………………………………………....11 BAB II. LANDASAN TEORITIS……………………………………...13 A. Komitmen Organisasi………………………………………13

  1. Pengertian Komitmen Organisasi…………………..13

  2. Dimensi Komitmen Organisasi……………………..15

  3. Ciri-ciri individu dengan komitmen organisasi tinggi…………………………………….17

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi B. Pria dan Wanita…………………………………………….20

  1. Perbedaan Pria dan Wanita………………………...20

  2. Stereotipe Terhadap Pria dan Wanita………………25

  C. Komunitas Otomotif………………………………………..26

  1. Pengertian Komunitas Otomotif……………………26

  2. Keanggotaan dalam Komunitas Otomotif………….28

  D. Komitmen Organisasi pada Pria dan Wanita Anggota Organisasi:Komunitas Otomotif………………….29

  E. Hipotesis Penelitian…………………………………………32

  BAB III. METODE PENELITIAN……………………………………….33 A. Jenis Penelitian……………………………………………....33 B. Variabel Penelitian…………………………………………..33 C. Definisi Operasional…………………………………………34 D. Subjek Penelitian…………………………………………….36 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………………………..37 F. Validitas dan Reliabilitas……………………………………39

  1. Validitas……………………………………………..39

  2. Seleksi Item………………………………………….40

  3. Reliabilitas…………………………………………...41

  G. Analisis Data………………………………………………….43

  1. Uji Asumsi…………………………………………….43

  2. Uji Hipotesis…………………………………………..43

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….44 A. Pelaksanaan Penelitian……………………………………….44 B. Deskripsi Subjek Penelitian………………………………….45 C. Kategorisasi………………………………………………….46

  1. Jenis Kelamin Pria…………………………………...48

  2. Jenis Kelamin Wanita………………………………. 48 D. Hasil Penelitian………………………………………………53

  1. Uji Asumsi…………………………………………...53

  2. Uji Hipotesis…………………………………………54

  E. Pembahasan………………………………………………….55

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….60 A. Kesimpulan…………………………………………………..60 B. Saran…………………………………………………………61 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………63

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.5 Kriteria Kategori Komitmen Afektif Wanita……………………50Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas……………………………………………..53Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas…………………………………………..53Tabel 4.9 Kriteria Kategori Komitmen Normatif Wanita………………….52Tabel 4.8 Kriteria Kategori Komitmen Normatif Pria……………………..51Tabel 4.7 Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Wanita…..……………...51Tabel 4.6 Kriteria Kategori Komitmen Kontinyu Pria……..………………50Tabel 4.4 Kriteria Kategori Komitmen Afektif Pria……………………….50Tabel 3.1 Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen OrganisasionalTabel 4.3 Hasil Penelitian Jenis Kelamin Wanita………………………….48Tabel 4.2 Hasil Penelitian Jenis Kelamin Pria……………………………...48Tabel 4.1 Data Subjek Penelitian…………………………………………...47Tabel 3.3 Hasil Pengujian Reliabilitas……………………………………...42

  Setelah Uji Coba………………………………. ………………..41

Tabel 3.2 Komponen dan Distribusi Aitem Skala Komitmen Organisasional

  Sebelum Uji Coba………………………………………………..38

Tabel 4.12 Hasil Uji t………………………………………………………...54

DAFTAR DIAGRAM

  Diagram 4.1 Jumlah Subjek Pria dan Wanita Pada Komunitas Otomotif Di Yogyakarta.......................................................................46 Diagram 4.2 Jumlah Subjek Pria dan Wanita Pada Komunitas Otomotif Di Solo..................................................................................46 Diagram 4.3 Jumlah Subjek Pria dan Wanita Pada Komunitas Otomotif Di Surabaya...........................................................................47

  DAFTAR LAMPIRAN

  A. Skala Komitmen Afektif, Komitmen Kontinyu, Komitmen Normatif............................................................................. 66

  B. Reliabilitas............................................................................................ 80

  C. Data Penelitian...................................................................................... 85

  D. Uji Normalitas.......................................................................................114

  E. Kategorisasi Pria....................................................................................116

  F. Kategorisasi Wanita...............................................................................119

  G. Uji T.......................................................................................................122

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mulai membentuk kelompok-kelompok yang bertujuan untuk

  memenuhi kebutuhan bersosialisasi, untuk menyatukan visi yang sama, dan untuk mewujudkan misi yang sama dengan sesama anggota kelompok. Menurut Soekanto (2006), kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka.

  Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Thoha (2007) mengatakan bahwa banyak teori yang mencoba mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuk dan tumbuhnya suatu kelompok. Salah satu teori yang agak menyeluruh penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation), yang dikembangkan oleh Newcomb (Luthans, 2005). Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain. Sekali hubungan tersebut terbentuk, partisipan berusaha mencapai dan menjaga hubungan keseimbangan yang simetris di antara sikap-sikap yang menarik dan bersama.

  Weber (Thoha, 2007) mengemukakan bahwa suatu organisasi atau kelompok kerjasama mempunyai unsur kekayaan sebagai berikut :

  1. Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang individu melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut.

  2. Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan demikian seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.

  3. Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi di antara orang-orang yang bekerja sama di dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.

  4. Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini ialah terdapatnya hirarki. Konsekuensi dari adanya hirarki ini bahwa di dalam organisasi ada pimpinan atau kepala dan bawahan atau staf.

  Komunitas otomotif merupakan organisasi, yang dalam sosialisasinya lebih sering disebut sebagai komunitas atau klub. Komunitas ini memiliki tata hubungan sosial, dimana para anggota saling berinteraksi, baik dengan sesama anggota komunitas maupun dengan anggota komunitas lain; tata aturan, dimana dalam event otomotif yang diikuti komunitasnya, serta adanya iuran bulanan yang wajib dipenuhi demi kelangsungan kegiatan-kegiatan komunitas; syarat keanggotaan, dimana para anggota wajib memenuhi syarat-syarat untuk dapat bergabung dalam komunitas tersebut, seperti syarat utama yaitu memiliki kendaraan pribadi yang mencerminkan identitas masing-masing komunitas otomotif itu, seperti misalnya ada komunitas yang hanya menerima anggota yang memiliki mobil hasil modifikasi, atau ada juga komunitas otomotif yang hanya menerima mobil dengan velg berukuran tertentu, dan lain sebagainya; serta struktur kepengurusan, dimana terdapat hirarki yang membuat para anggota memiliki tugas, tanggung jawab, dan fungsi tertentu dalam komunitas tersebut.

  Beberapa komunitas otomotif di Yogyakarta yang telah memiliki website di mobiljogja.com, sering terlibat dalam event otomotif, dan anggotanya tidak terpatok pada satu merk dan tipe mobil yaitu komunitas BJG Lifestyle, Customized, DUBcity, Eighteen, Elegant, Freedom, Mobil2an, Option, dan Ordinary, dengan contoh profil komunitas tersebut sebagai berikut:

  CUSTOMIZED merupakan sekelompok para pecinta modifikasi extreme, VIP style, minimalis, and elegant. Terbentuk pada tanggal 19 September 2006 di dekat Rumah Coffee Jogja. Kita ga terpatok pada satu merk produk mobil- mobil, di sini kita terserah mau mobil apa aja yang mau masuk CUSTOMIZED dengan syarat sudah dimodifikasi, baik itu modifnya elegant, VIP style, minimalis, Japanese style, dan American Style. Bagi yang suka hangout pake mobil yang gaul dan funky ato sekedar pengen nyari temen2 yang seru… Dateng dan maen-maen aja di tongkrongan kita, sekalian bisa masuk menjadi member CUSTOMIZED. CUSTOMIZED sendiri kumpul tiap rabu gaul jam 16.00 wib di depan graha saba pramana ugm dan kalo malam minggu jam 22.00 wib di samping soda lounge jl solo. Dari banyaknya organisasi dalam masyarakat, komunitas otomotif ini cukup mendapat perhatian di masyarakat karena dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dan bersosialisasi dengan masyarakat diluar komunitas, misalnya seperti dengan adanya kegiatan bakti sosial yang diadakan dalam rangka menjalin sosialisasi dengan masyarakat luas. Selain itu, komunitas ini juga dapat menjadi sarana untuk memperluas pergaulan antar kaum muda antara komunitas yang satu dengan yang lain serta menambah pengalaman dan kreativitas mereka di bidang otomotif. Hal ini terwujud dengan adanya organisasi lebih besar yang merupakan gabungan antar komunitas ini yaitu Jogja Automotive Community, serta sering diadakannya kontes antar komunitas tersebut. Berdasar observasi peneliti, komunitas ini semakin populer dan semakin banyak diminati oleh kalangan anak muda Yogyakarta. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya anak muda yang berminat menjadi anggota baru dalam suatu komunitas, selain itu juga semakin banyak komunitas-komunitas otomotif baru bermunculan.

  Untuk dapat bertahan hidup dalam persaingan dengan organisasi- organisasi lain diperlukan adanya kontrol dalam organisasi itu sendiri. Kontrol dilakukan tidak dengan aturan-aturan yang kaku dan diawasi secara ketat oleh atasan (pemimpin) tetapi akan lebih kuat jika terdapat komitmen dalam diri anggota organisasi tersebut. Realisasinya dilakukan oleh seluruh anggota organisasi dengan cara bertanggungjawab melakukan apa yang terbaik bagi organisasinya. Sedangkan organisasi sendiri diarahkan untuk lebih mengandalkan aturan dan pengawasan ketat terhadap apa yang dilakukan anggotanya. Kerelaan para anggota organisasi timbul ketika ada komitmen dalam diri. Dalam organisasi selalu terdapat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggotanya. Komitmen akan muncul ketika terjadi identifikasi dengan tugas, jika tugas dipandang memiliki tantangan dan menarik serta merupakan sarana bagi ekspresi diri. Selain itu komitmen juga akan muncul saat adanya internalisasi organisasi dalam diri anggota, jika tugas yang diterima memberikan kepuasan pada dirinya dan merasa organisasi adalah bagian dari dirinya. Seseorang akan termotivasi menyelesaikan tugas yang diberikan oleh organisasi bila dengan mencapai tujuan organisasi, ia sekaligus mencapai tujuan pribadinya (Antariksa, 2002).

  Komitmen dapat didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu dan keterlibatannya di dalam organisasi. Komitmen memiliki tiga ciri, yaitu kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, dan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Meyer dan Allen dalam Northcraft dan Neale, 1990, Steers dalam Dessler, 1994). Anggota organisasi yang berkomitmen tinggi cenderung memiliki catatan daftar hadir yang lebih baik, masa kerja lebih panjang, serta rendah tingkat penghindaran diri atas tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi. Pada beberapa penelitian, rendahnya komitmen anggota organisasi menunjukkan hubungan yang kuat dengan hasrat untuk keluar dari organisasinya (Antariksa, 2002).

  Menurut Meyer dkk (1993) komitmen itu sendiri memiliki tiga dimensi, a. Afektif, menunjukkan kelekatan secara emosi atau psikologis dan hasrat untuk mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Seseorang yang komitmen afektifnya tinggi akan merasa bahwa organisasinya baik dan dijadikan bagian dari konsep dirinya. Dalam komponen ini, komitmen timbul karena individu benar- benar menginginkan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi (want to). Anteseden dari komponen ini meliputi karakteristik personal, karakteristik kerja, dan pengalaman selama bekerja. Hubungan yang paling kuat dan konsisten dengan komitmen afektif adalah pengalamam selama bekerja. Anggota yang pengalamannya di dalam organisasi konsisten dengan harapan-harapannya serta terpuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, cenderung mengembangkan kelekatan afeksi yang kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang mengalami ketidakpuasan.

  b. Kontinyu, timbul ketika individu menyadari bahwa akumulasi investasi mereka akan hilang jika meninggalkan organisasi (side bets) atau individu menyadari tebatasnya alternatif yang sebanding dengan organisasinya pada saat ini sehingga individu memerlukan organisasi (need to). Anteseden potensial komponen ini meliputi usia, masa kerja, dan intensi untuk keluar dari organisasi.

  c. Normatif, timbul sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi yang menekankan kepatutan (should to) untuk setia (loyal) kepada pemberi kerja atau karena tunjangan-tunjangan yang diterima (misalnya beasiswa tugas belajar atau pelatihan) yang membuat individu merasa wajib untuk membalasnya (Scholl dalam Meyer dkk., 1993). Anteseden dari komponen ini meliputi komitmen rekan

  

management ). Komitmen rekan kerja mempengaruhi perkembangan komitmen

  normatif dalam diri individu. Adapun keandalan organisasi dan keterlibatan dalam manajemen secara berangsur-angsur menumbuhkan keharusan moral dalam diri individu untuk membalas jasa kepada organisasi.

  Komitmen juga dinilai penting dalam komunitas otomotif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ditengah persaingan antar komunitas yang satu dengan yang lain. Persaingan yang biasa terjadi antar komunitas ini biasanya dengan melihat banyaknya penghargaan yang telah diterima oleh masing-masing komunitas melalui berbagai event otomotif yang ada, jumlah anggota komunitas, juga dengan melihat modifikasi-modifikasi yang ada pada mobil para anggotanya. Kuat lemahnya komunitas-komunitas otomotif tersebut dalam persaingan itu membuat suatu komunitas lebih dikenal daripada komunitas lainnya, dimana komunitas yang mempunyai nama besar (karena prestasi, jumlah anggota, maupun ke-ekstriman modifikasi mobil para anggotanya) cenderung dapat menarik lebih banyak orang untuk menjadi anggota baru dan mengurangi jumlah anggota yang ingin berpindah ke komunitas otomotif lain. Oleh karena itu diperlukan adanya komitmen dalam diri anggota untuk dapat meningkatkan kondisi komunitas dan menjaga kelangsungan hidup komunitasnya.

  Komunitas otomotif memiliki dominasi anggota kaum pria yang pada umumnya kaum pria memiliki ketertarikan tinggi pada dunia otomotif, hal ini sesuai dengan karakter pria yang menganggap dunia ini sebagai ruang untuk ide kreatifnya untuk memodifikasi mobil dan bersaing dalam kontes-kontes antar komunitas. Namun komunitas-komunitas otomotif ini juga tidak menutup kemungkinan adanya anggota wanita, seperti pada beberapa komunitas yang memiliki pengurus wanita, ada juga komunitas yang mengajak kaum wanita untuk ikut bergabung seperti Elegant Community yang memiliki Elegant Girl Community dimana pada profilnya dalam http://www.mobiljogja.com/otoclub/elegant dicantumkan bahwa komunitas ini menerima anggota wanita dan tidak harus memiliki mobil.

  Dalam Kartono (2006), disebutkan beberapa karakter pria dan wanita, diantaranya yaitu karakter wanita yang kehidupannya lebih dipengaruhi oleh perasaan, lebih menunjukkan tanda-tanda emosional, lebih memilih bidang yang banyak mengandung unsur relasi emosional, serta totalitas tingkah laku yang terletak pada kehidupan perasaannya. Pada wanita juga muncul karakter yang tertarik pada kehidupan orang lain, lebih banyak mengarah pada subjek lain, serta wanita mengartikan perkumpulan lebih sebagai perhatian terhadap hubungan dengan yang lain. Sedangkan pada pria lebih terlihat karakter mereka yang tertarik pada sesuatu yang memiliki latar belakang teoritis, mempunyai tendensi tertentu, sesuai dengan minatnya, berhubungan dengan dirinya sendiri, dan self oriented.

  Perbedaan karakter antara wanita dan pria ini juga ditegaskan oleh Fakih (1996), dimana adanya konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural, misalnya bahwa perempuan dikenal emosional, dan laki-laki dianggap rasional.

  John Gray (2003), mengatakan bahwa wanita cenderung lebih berorientasi pada hubungan dan pria lebih berorientasi pada pekerjaan. Selain itu, laki-laki selalu melakukan berbagai hal untuk membuktikan kemampuan dan mengembangkan kekuatan serta ketrampilan mereka. Laki-laki mengalami pemenuhan terutama dari mencapai hasil dan melakukan pekerjaan yang sangat memuaskan. Laki-laki juga lebih tertarik pada hal-hal yang membantu mereka mencapai hasil daripada pada orang dan perasaan, dalam dunia kerja yang penting adalah hasil dan bukan kelekatan pribadi. Pembuatan keputusan juga terutama didasari apa yang diperlukan untuk mencapai hasil. Seorang pria juga selalu mencari cara untuk berdiri lebih tinggi daripada yang lain dan menonjol diantara orang banyak. Bagi pria, mereka tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan, jika berbuat lebih mereka harus memastikan akan mendapat kompensasi untuk itu. Sedangkan pada wanita, mereka lebih tertarik pada kualitas hubungan dan lingkungan kerja, mencurahkan lebih banyak waktu serta perhatian untuk saling mendukung, membantu, dan membenarkan. Jati diri mereka di tempat kerja terutama ditentukan oleh kualitas hubungan kerja dan bukan oleh betapa banyak uang yang mereka hasilkan. Wanita tertarik untuk bekerja bersama dalam rasa keselarasan, komunitas, dan saling mendukung, mereka tidak terlalu menekankan pencapaian pribadi dan lebih menekankan hubungan pribadi. Semangat di tempat kerja lebih berkaitan dengan kualitas komunikasi dan tidak terlalu berkaitan dengan hasil. Wanita juga cenderung memperlihatkan komitmen dengan melakukan yang terbaik hingga orang lain otomatis akan mengakui dan

  Beberapa perbedaan karakter yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita memiliki karakter yang lebih emosional, kehidupannya lebih dipengaruhi oleh perasaan dimana hal ini menunjukkan bahwa wanita dapat lebih menunjukkan kelekatan secara afeksi daripada pria yang memiliki karakter yang lebih rasional dalam kehidupannya. Begitu juga dengan karakter wanita yang cenderung lebih berorientasi pada hubungan, mengutamakan relasi emosional, serta lebih menekankan hubungan pribadi dimana hal ini akan mempengaruhi bagaimana ia bersosialisasi dengan lingkungannya, wanita akan lebih mempunyai perasaan tidak enak hati jika ia melakukan hal-hal yang diluar norma, daripada pria yang memiliki karakter yang self oriented dan mereka tidak akan melakukan apa yang tidak perlu dilakukan. Sedangkan karakter pria yang rasional, lebih berorientasi pada pekerjaan, hasil, dan harus selalu ada kompensasi untuk yang dilakukannya, menunjukkan bahwa pria akan lebih memikirkan akibat dari tiap tindakannya berdampak keuntungan atau kerugian bagi dirinya, daripada wanita yang hidupnya tidak terlalu berkaitan dengan hasil. Beberapa perbedaan karakter yang nampak jelas antara pria dan wanita tersebut memunculkan pertanyaan akankah ada perbedaan juga dalam dimensi komitmen mereka dalam organisasi.

  Berkaitan dengan hal tersebut, maka penelitian ini hanya akan melihat anggota pria dan wanita dalam komunitas yang memiliki kesetaraan dalam arti tidak ada pengecualian persyaratan keanggotaan seperti pada syarat keanggotaan Elegant Girl Community tersebut, hal ini dikarenakan agar dapat dilihat komitmen tersebut adalah karena memiliki ketertarikan terhadap dunia otomotif dan modifikasi serta terlibat dalam kegiatan komunitasnya, bukan untuk sekedar sebagai ‘tim penggembira’ saja.

  B.Rumusan Masalah

  Pada penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah : Apakah ada perbedaan pada dimensi komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota organisasi:komunitas otomitif ?

  C.Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dimensi komitmen organisasi antara pria dan wanita anggota organisasi:komunitas otomotif.

  D.Manfaat Penelitian

  Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat teoritis.

  Bagi Psikologi. Memberi informasi bagi Psikologi Industri dan Organisasi tentang dimensi komitmen organisasi pada pria dan wanita dalam organisasi yang mayoritas anggotanya adalah pria.

  2. Manfaat Praktis.

  a. Bagi Organisasi. Hasil penelitian ini dapat dipakai oleh organisasi sebagai dengan mengetahui dimensi komitmen pada pria dan wanita di komunitas- komunitas otomotif.

  b. Bagi Anggota Komunitas. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi anggota komunitas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen terhadap organisasinya dan bagaimana perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh terhadap munculnya komitmen dalam organisasi sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk dapat meningkatkan komitmen anggota komunitas hingga komunitasnya dapat bertahan ditengah persaingan dengan komunitas lain.

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Komitmen Organisasi

1. Pengertian komitmen organisasi

  Pada dekade terakhir ini, konsep komitmen organisasi menjadi perhatian di banyak literatur psikologi industri dan organisasi maupun ilmu perilaku organisasi. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa komitmen organisasi berkaitan dengan perilaku anggotanya. Selama beberapa tahun para peneliti berargumen bahwa para anggota yang menghargai keangggotaannya dalam organisasi akan menjauhkan diri dari perilaku-perilaku penarikan diri, seperti ketidakhadiran dan kemalasan.

  Beberapa peneliti seperti Angel, Perry, Cohen, Mowday, Porter, dan Steers (Cohen dan Gattiker, 1994) memfokuskan diri pada komitmen organisasi karena komitmen telah menunjukkan diri sebagai satu prediktor penting yang berkaitan dengan keluaran organisasi seperti absenteisme, turnover, dan kemalasan. Dengan komitmen yang tinggi, kontrol yang timbul cenderung lebih bersifat internal.

  Artinya, terjadi melalui disiplin diri dan tangung jawab individu atau kelompok atas tugas-tugas yang diembannya.

  Komitmen organisasi merupakan suatu sikap yang relatif stabil dan dapat didefinisikan sebagai suatu keyakinan dan penerimaan yang kuat atas nilai-nilai dan tujuan organisasi, suatu kemauan untuk berusaha menggunakan segala daya bagi kepentingan organisasi, dan keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Poter dkk, dalam Cohen dan Gattiker, 1994).

  Komitmen organisasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi dan keterlibatan individu dengan organisasi. Komitmen yang tinggi dicirikan dengan tiga hal, yaitu kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai- nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, dan ketiga adalah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tersebut (Meyer dan Allen dalam Nortcraft dan Neale, 1990, Steers dalam Dessler, 1994).

  Komitmen muncul dalam tiga bentuk sikap yang terpisah tapi saling berhubungan dengan erat. Pertama, identifikasi dengan misi organisasi. Kedua, keterlibatan secara psikologis dalam tugas-tugas organisasi, dan ketiga adalah loyalitas serta keterikatan dengan organisasi (Desler, 1994).

  Komitmen organisasi dapat dikatakan sebagai suatu respon kelekatan individu terhadap organisasi dan penyatuan nilai-nilai maupun tujuan organisasi ke dalam konsep diri seseorang (Rotondy dalam Efraty dkk., 1991). Proses kelekatan itu terjadi ketika individu menginternalisasi norma-norma, nilai-nilai, dan keyakinan-keyakinan penting yang berlaku di dalam organisasi. Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai kelekatan emosi, identifikasi, dan keterlibatan individu dengan organisasi, serta keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi (Meyer dkk., 1993).

  Berdasar beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi dapat diartikan sebagai maupun tujuan organisasi ke dalam konsep dirinya. Kelekatan dan penerimaan ini kemudian menimbulkan suatu kemauan untuk berusaha menggunakan segala daya bagi tercapainya tujuan organisasi, dan adanya keinginan kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

2. Dimensi komitmen organisasi

  Meyer dan Allen (Meyer dkk., 1993) mendefinisikan komitmen organisasi dalam tiga tema berbeda, yaitu komitmen sebagai kelekatan afeksi kepada organisasi, komitmen dipandang sebagai biaya yang timbul jika meninggalkan organisasi, dan komitmen sebagai kewajiban untuk tetap berada di dalam organisasi. Secara umum, ketiga tema ini memandang komitmen organisasional sebagai suatu area psikologis yang a) membedakan hubungan karyawan dengan organisasi, dan b) memiliki implikasi bagi pengambilan keputusan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan keanggotaannya di dalam organisasi.

  Berdasarkan tiga tema tersebut, maka Meyer dkk. (1993) mengajukan konsep tiga dimensi komitmen organisasional, yaitu : a. Afektif, menunjukkan kelekatan secara emosi atau psikologis dan hasrat untuk mengidentifikasikan diri dengan organisasi. Seseorang yang komitmen afektifnya tinggi akan merasa bahwa organisasinya baik dan dijadikan bagian dari konsep dirinya. Dalam komponen ini, komitmen timbul karena individu benar-benar menginginkan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi (want

  

to ). Anteseden dari komponen ini meliputi karakteristik personal, karakteristik

  1993) mengatakan bahwa hubungan yang paling kuat dan konsisten dengan komitmen afektif adalah pengalamam selama bekerja. Karyawan yang pengalamannya di dalam organisasi konsisten dengan harapan-harapannya serta terpuaskan kebutuhan-kebutuhan dasarnya, cenderung mengembangkan kelekatan afeksi yang kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang mengalami ketidakpuasan.