Hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant` Egidio Yogyakarta...

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI PROSOSIAL KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

Eustalia Wigunawati 029114108 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memiliki intensi prososial. Salah satunya adalah adanya komitmen seseorang dalam organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki visi dan misi melakukan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 50 orang, terdiri dari 25 pria dan 25 wanita. Data diperoleh dengan menggunakan skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala komitmen organisasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953 dan pada skala intensi prososial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.

Penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,713 dengan taraf signifikansi 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komuntias Sant’Egidio, dimana semakin tinggi komitmen dalam organisasi maka semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah komitmen dalam organisasi maka semakin rendah pula komitmen organisasinya.


(2)

viii ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATION COMMITMENT AND PROSOCIAL INTENSION IN SANT’EGIDIO COMMUNITY

YOGYAKARTA

Eustalia Wigunawati 029114108 Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta

There are some reasons that support someone to have prosocial intention. One of them is someone’s commitment in organization where that organization has vision and mission to carry out prosocial attitude. The purpose of this research was to see the relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community Yogyakarta. This research was included as corelational.

The subject on this research was members of Sant’Egidio in Yogyakarta. The amount of subjects on this research was 50 people that consist of 25 men and 25 women. The data was gathered with using organization commitment scale and prosocial intention scale. Discriminative capacity on this research used percentage boundary ≥ 0.3. On organization commitment scale was found total reliability coefficient was 0.953 and on prosocial intention scale total reliability coefficient was 0.963.

This research used Product Moment Pearson method to know the relationship between organization commitment and prosocial intention. The result of this research showed that there were positive corelative between organization commitment and prosocial intention with total corelation coefficient (r) was 0.713 and signification degree was 0.01. These showed that there was positive relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community in which higher organization commitment higher prosocial intention, the reverse side, lower organization commitment lower prosocial intention.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS

SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Sarjana Psikologi

Oleh :

EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN

INTENSI PROSOSIAL ANGGOTA KOMUNITAS

SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Sarjana Psikologi

Oleh :

EUSTALIA WIGUNAWATI 029114108

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

(8)

v

PERSEMBAHAN

!!!!

"

"

"

"

#

$

#

$

#

$

#

$

!!!!

#

#

#

#

#

#

#

#

$

$

$

$

%

%

%

%

&

&

&

&

#

#

#

#

'(

'(

'(

'(

))))


(9)

(10)

vii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN INTENSI PROSOSIAL KOMUNITAS SANT’EGIDIO YOGYAKARTA

Eustalia Wigunawati 029114108 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Ada berbagai alasan yang mendorong seseorang memiliki intensi prososial. Salah satunya adalah adanya komitmen seseorang dalam organisasi, dimana organisasi tersebut memiliki visi dan misi melakukan perilaku prososial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional.

Subjek dalam penelitian ini adalah anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini ada 50 orang, terdiri dari 25 pria dan 25 wanita. Data diperoleh dengan menggunakan skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala komitmen organisasi diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,953 dan pada skala intensi prososial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.

Penelitian ini menggunakan metode Product Moment Pearson untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,713 dengan taraf signifikansi 0,01. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komuntias Sant’Egidio, dimana semakin tinggi komitmen dalam organisasi maka semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah komitmen dalam organisasi maka semakin rendah pula komitmen organisasinya.


(11)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN ORGANIZATION COMMITMENT AND PROSOCIAL INTENSION IN SANT’EGIDIO COMMUNITY

YOGYAKARTA

Eustalia Wigunawati 029114108 Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta

There are some reasons that support someone to have prosocial intention. One of them is someone’s commitment in organization where that organization has vision and mission to carry out prosocial attitude. The purpose of this research was to see the relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community Yogyakarta. This research was included as corelational.

The subject on this research was members of Sant’Egidio in Yogyakarta. The amount of subjects on this research was 50 people that consist of 25 men and 25 women. The data was gathered with using organization commitment scale and prosocial intention scale. Discriminative capacity on this research used percentage boundary ≥ 0.3. On organization commitment scale was found total reliability coefficient was 0.953 and on prosocial intention scale total reliability coefficient was 0.963.

This research used Product Moment Pearson method to know the relationship between organization commitment and prosocial intention. The result of this research showed that there were positive corelative between organization commitment and prosocial intention with total corelation coefficient (r) was 0.713 and signification degree was 0.01. These showed that there was positive relationship between organization commitment and prosocial intention in Sant’Egidio Community in which higher organization commitment higher prosocial intention, the reverse side, lower organization commitment lower prosocial intention.


(12)

(13)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaanNya kepada penulis sejak awal penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. Berkat penyelenggaraan Ilahi, rahmat tercurah dalam budi, pikiran dan hati penulis sehingga dapat melalui berbagai macam rintangan yang dihadapi dalam mengerjakan skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini juga mendapat bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan pengarahan dari berbagai pihak yang sangat berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., Msi., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Agung Santoso, S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik tahun 2002-2006. Terima kasih telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam studi serta pemberian semangat kepada penulis untuk selalu sehat. 4. Ibu M.M Nimas Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih atas pengarahan, perhatian serta bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Maaf jika Echa menjadi anak bimbingan yang cukup merepotkan dan


(14)

xi

membuat mbak Nimas jadi pusing. Congratulation for your sweet baby. God always bless you n your family.

5. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya selama penulis mengerjakan skripsi sampai selesai.

6. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membagikan ilmunya selama penulis mengikuti kuliah serta staff non akademik : Mb’Nanik, M’Gandung, Pak Gi’, M’Muji, M’Doni.... terima kasih atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.

7. Bunda tercinta Rosalia Brantiningsih, terima kasih atas semua doa, cinta kasih tak terhingga, dukungan, keringat dan air mata yang hampir kering serta beratus-ratus rupiah yang bunda beri untukku. Mb’Etha sayang banget sama bunda. Bapak yang telah berpendar entah kemana. Terima kasih karena engkau, aku ada.

8. M’Alex, Mb’Ayu, keponakanku Litanis Baptisa terima kasih karena kalian aku belajar menjadi kuat. Keluarga besar Mbah Kakung (alm) ‘n Putri Jiwo Pawiro, keluarga Pak Dhe Gito, Pak Dhe Mardi, Lek Iran, Lek Supri, sepupu2 ‘n keponakan2...terima kasih atas keluarga yang luar biasa indah. 9. Keluarga besar kompleks guru Karacak-Bogor : Bu Sri Subekti, Bu Muji

& dek Agung, Bu Sri Suprihatin, Mama Emah, Mama A’am, Bpk & Ibu RT ‘n semua yang ku kenal & mengenal aku selama aku tinggal di Bogor. Terima kasih atas kehangatan, kasih dan persaudaraan yang telah terbangun. Sahabat2ku di Bogor: Iyung, Eva, Febi, Nining, Dora (Cumi


(15)

bakar), Dra. Sahabat2ku di Jogja : Putri PY, Tyas, Endah, Siska (Chiko), M’Bagus, M’Linggar, Robie (Super Power), Sujad (Pigro). Terima kasih menjadi bagian yang berarti dalam hidupku. Bung Tedy & M’Juv Suji, makasih mau jadi kakak terbaikku.

10.Erlip Vitarsa (Jakarta-Rome, Italy) Sapevo che ti amavo quando io volevo che tu sia stato felice, anche se non ero una parte della tua felicit . Ti amo Erlip. My X men and all of families... thanx!!!

11.Temen2 Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta : Terima kasih atas persaudaraan, kasih, perhatian dan dukungan yang luar biasa indah. Temen2 KSE Yogya yang telah kembali ke daerah asal, KASIH bukanlah ttg berapa lama kita bersama, tapi slama kita bersama hal berarti apa yang sudah kita lakukan. Grande spirito di aiutare i poveri e marginati. Dio Ti Benedica. Padre CB Mulyatno, Pr grazie di essere un padre per me, e grazie per l’attenzione, il supporto e per il corso dell’italiano.

12.KSE Rome, Italy especially Andrea Riccardi (pendiri Komunitas Sant’Egidio), Valeria Martano (penanggung jawab komunitas di Asia). KSE Indonesia : Jakarta, Aceh, Medan, Nias, Padang, Pekan Baru, Duri, Bogor, Semarang, Pontianak, Bali, Atambua, Kupang.

13.Mia casa bela a Jogja....rumah eyang, kos bu Mamik (gam-kid), kos Jenengan (Maguwo), kos Luna (Krodan), Wisma Goreti, Kos Om Radjijo, Rumah Ijo & rumah Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta...thx udah melindungi aku dari panasnya matahari, hujan ‘n dinginnya malam. Anita, thx udah mengajarkan ttg kesederhanaan, kesabaran ‘n berbagi cerita ‘n


(16)

xiii

ruangan di kamar kita. Ochi, Sisca, Putri, Endras, thx ya dek buat keluarga yang indah (aks says bangs sams kals) n’ jadi adik2ku di Rumah Ijo. 14.Temen2 satu bimbingan skripsi, Ronald thx ya udah sabar bantu aku, setia

nemeni ke perpus & selalu kasih aku semangat. Semua teman2 Psikologi angkatan 2002, angkatan atas & bawah.

15.Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta & semua RS yg pernah ku datangi, para dokter dan semua perawatnya. Terima kasih atas perawatan dengan penuh kasih dan kesabaran setiap kali penulis harus berbaring tak berdaya. Tanpa kalian penulis tak akan sesehat ini.

16.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima kasih untuk segala hal yang mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Grazie mille!!!

Peneliti menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak yang ingin merefleksikan diri untuk menolong sesama.


(17)

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing Skripsi ... ii

Halaman Pengesahan Penguji Skripsi ... iii

Halamam Motto... iv

Halaman Persembahan... v

Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak... vii

Abstract... viii

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis...ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xiv

Daftar Lampiran... xvii

Daftar Gambar... xviii

Daftar Tabel... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1

B. RUMUSAN MASALAH... 8

C. TUJUAN PENELITIAN... 8


(18)

xv

BAB II LANDASAN TEORI... 10

A. INTENSI PROSOSIAL... 10

1. Pengertian Intensi... 10

2. Pengertian Intensi Prososial... 13

3. Aspek-aspek Intensi Prososial... 14

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Prososial... 16

B. KOMITMEN ORGANISASI... 19

1. Pengertian Komitmen Organisasi... 19

2. Aspek-Aspek Komitmen Organisasi... 22

3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Organisasi... 24

C. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI PROSOSIAL... 24

D. HIPOTESIS... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31

A. JENIS PENELITIAN... 31

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN... 31

C. DEFINISI OPERASIONAL... 31

D. SUBJEK PENELITIAN... 33

E. METODE PENGUMPULAN DATA... 33 F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT


(19)

PENELITIAN... 37

G. HASIL UJI COBA ALAT UKUR... 40

H. METODE ANALISIS DATA... 44

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. PELAKSANAAN PENELITIAN... 45

B. ORIENTASI KANCAH PENELTIAN... 45

C. HASIL PENELITIAN... 49

D. PEMBAHASAN... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 60

A. KESIMPULAN... 60

B. SARAN... 60

DAFTAR PUSTAKA... 62


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SKALA UJI COBA (TRY OUT) DAN PENELITIAN... 65

Lampiran 2 DATA UJI COBA SKALA... 66

Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA... 67

Lampiran 4 DATA PENELITIAN... 68

Lampiran 5 UJI NORMALITAS... 69

Lampiran 6 UJI LINEARITAS... 70


(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsetual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku Tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)... 11 Gambar 2 Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan


(22)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Komitmen Organisasi

Sebelum Uji Coba... 35 Tabel 2 Prosentase Distribusi Penyebaran Item Intensi Prososial

Sebelum Uji Coba... 36 Tabel 3 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala

Komitmen Organisasi Setelah Uji Coba... 42 Tabel 4 Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala

Intensi Prososial Setelah Uji Coba... 43 Tabel 5 Deskripsi Statistik Data Penelitian... 50 Tabel 6 Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik... 50 Tabel 7 Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan

Intensi Prososial... 51 Tabel 8 Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi... 52 Tabel 9 Norma Kategorisasi Intensi Prososial... 53 Tabel 10 Hasil Uji Normalitas... 54 Tabel 11 Hasil Uji Linearitas... 55 Tabel 12 Hasil Uji Hipotesis... 56


(23)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial menyadari pentingnya peran orang lain dalam kehidupannya untuk saling memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhluk hidup manusia memiliki begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut dapat membuat seseorang termotivasi melakukan sesuatu dan motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Wikipedia, motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan kata lain motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan (Ensiklopedia, 2007).

Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan, memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan, manusia sejak dilahirkan sampai meninggal selalu membutuhkan kehadiran orang lain dan cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dalam sikap sosial individu akan menjalin interaksi dengan orang lain, terutama dengan kelompoknya. Individu memiliki kebutuhan untuk bersama orang lain seperti bekerja sama, menjalin keakraban, memperoleh kegembiraan dan lain sebagainya. Dari interaksi antar individu tersebut dapat


(24)

memunculkan perilaku saling tolong menolong, dimana perilaku menolong yang dilakukan disebabkan oleh berbagai motif yang mendasari. Perilaku menolong oleh individu tanpa mengharapkan imbalan apapun dan dilakukan secara sukarela (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan) disebut perilaku altruisme, sedangkan segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong disebut perilaku prososial (Sears dkk, 1985). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah tingkah laku seseorang yang bermaksud merubah keadaan psikis atau fisik penerima sedemikian rupa, sehingga si penolong akan merasa bahwa si penerima menjadi lebih sejahtera atau puas secara material ataupun psikologis. Pengertian tersebut menekankan pada maksud dari perilaku untuk menciptakan kesejahteraan fisik maupun psikis.

Melihat bahwa peradaban modern dapat menggerakkan jiwa dan semangat yang penuh dengan keserakahan, kesombongan, egoisme, hedonisme dan ketidakpedulian akan kebutuhan dan kesusahan sesama manusia. Di tengah kondisi jaman yang demikian, bukan hal yang aneh apabila di temui pergeseran terhadap nilai-nilai kesetiakawanan, kasih sayang, tolong menolong dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya (Ikawati dan Hery Wahyuningtyastuti, 2005).

Menurut Ikawati dan Hery Wahyuningtyastuti (2005), dalam masyarakat modern salah satu cirinya adalah makin tingginya ketidakmampuan manusia untuk mencintai antara satu dengan yang lain. Mencintai orang lain berarti mensejahterakan, memberi,


(25)

menumbuhkembangkan dan menghargai orang lain, namun hal ini nampaknya makin surut sebagai motivasi berperilaku seseorang. Sebaliknya perilaku individualistik atau egoistik adalah pola hubungan antar manusia yang serba melihat untung dan rugi, ketidakpekaan bahkan ketidakpedulian terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain.

Salah satu kelompok yang berkembang menjadi sebuah organisasi walaupun hanya berupa organisasi informal dimana keanggotaannya tidak memiliki struktur organisasi secara hirarki dan jelas adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas Sant’Egidio merupakan sebuah organisasi informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial. Berdasarkan observasi Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta memiliki kegiatan doa yang dilakukan tiga kali dalam seminggu, disamping itu anggota-anggotanya juga melakukan pelayanan dan pendampingan untuk orang-orang miskin dan terlantar tanpa mendapatkan imbalan berupa materi. Pendampingan yang dilakukan Komunitas Sant’Egidio berupa membantu belajar anak-anak panti asuhan, pelayanan kepada gelandangan penyandang kusta, pelayanan kepada orang-orang jompo dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan secara rutin dan memiliki jadwal yang teratur setiap minggunya. Seseorang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus ada kesediaan menjadi sukarelawan.

Anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta merupakan gabungan mahasiswa dari berbagai Universitas yang ada di Yogyakarta dan berasal dari suku daerah yang berbeda-beda pula. Memilih


(26)

keputusan untuk bergabung dalam Komunitas Sant’Egidio yang memiliki kegiatan secara rutin dan jadwal teratur dengan tanpa mendapat imbalan berupa materi berarti harus ada kesediaan menerima konsekuensi yang ada dalam komunitas tersebut dimana konsekuensinya adalah ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan yaitu perilaku prososial. Di samping itu juga memiliki konsekuensi untuk menerima nilai dan aturan yang mengatur, walaupun komunitas ini tidak memiliki hak dan kewajiban yang terlalu mengikat. Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egido dan mendukung visi dan misi komunitas, yaitu menolong orang miskin dan terlantar.

Berdasarkan observasi dan melihat kenyataan bahwa anggota Komunitas Sant’Egidio memiliki intensi prososial yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sebagian diantara anggota memiliki intensi prososial yang sangat tinggi, dimana kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan prososial sangat tinggi pula. Terlihat dari kegiatan yang dilakukan dalam komunitas saat melayani orang miskin dan terlantar selalu hadir dan ada kesediaan untuk ikut menjaga perasaan, merawat, memberi kasih sayang bahkan menyumbangkan uang atau barangnya demi kesejahteraan orang yang dilayani. Namun di sisi lain, ada juga anggota yang memiliki intensi prososialnya rendah dalam Komunitas Sant’Egidio dimana kesediaannya untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan prososial pun rendah. Terlihat dari kurangnya keinginan serta perasaan enggan untuk mengunjungi orang yang dilayani, kurangnya niat anggota untuk bekerjasama dalam kegiatan yang


(27)

dilakukan komunitas, kurang memberi perhatian dan kasih sayang bagi orang yang dilayani dan lain sebagainya. Hal tersebut berarti bahwa orang itu kurang mendukung visi dan misi yang dilakukan dalam Komunitas yaitu perilaku prososial.

Dari uraian di atas, peneliti melihat bahwa intensi anggota untuk melakukan perilaku prososial sangat penting dalam Komunitas Sant’Egidio. Hal tersebut dimaksudkan demi kelangsungan Komunitas Sant’Egidio dalam mencapai visi serta misi yang dilakukan yaitu mensejahterakan, memberi, menumbuhkembangkan dan menghargai orang yang di tolong yaitu orang miskin dan terlantar.

Salah satu faktor yang mendukung tercapainya visi dan misi serta kelangsungan Komunitas Sant’Egidio adalah komitmen organisasi yang tinggi dari anggota. Menurut Porter (dalam Mowday, dkk, 1982) pengertian komitmen organisasi adalah kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi, sedangkan Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Untuk itu peneliti menjadi tertarik ingin mengetahui apakah ada hubungan antara


(28)

komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.

A. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta?

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.

C. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap bidang ilmu psikologi sosial mengenai komitmen organisasi dan intensi prososial dalam sebuah organisasi informal.

2. Manfaat praktis

Bagi Komunitas Sant’Egidio, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi diri maupun kelompok, seberapa besar komitmen yang ada untuk melakukan perilaku prososial, dalam hal ini


(29)

adalah melayani orang miskin dan terlantar serta menjadi bahan refleksi ke depan dalam mengembangkan serta meningkatkan komitmen yang ada untuk menolong orang miskin dan terlantar.


(30)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. INTENSI PROSOSIAL

1. Pengertian Intensi Prososial a. Pengertian Intensi

Intensi (intention) berasal dari kata to intend yang berarti sebagai usaha yang didasari untuk mencapai tujuan atau sasaran (Drever, 1982). Secara sederhana, intensi dapat berarti sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu, seperti misalnya niat untuk membantu atau menolong orang lain. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi merupakan prediktor terbaik bagi perilaku individu. Intensi dimengerti sebagai probabilitas yang bersifat subjektif, yaitu estimasi seseorang mengenai seberapa besar kemungkinan suatu tindakan tertentu dilakukan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi merupakan niat untuk melakukan suatu tindakan yang akan diwujudkan ke dalam perilaku. Intensi juga merupakan fungsi dari keyakinan seseorang yang terkait dengan sikap dan perilakunya, sehingga merupakan prediktor yang terbaik untuk terjadinya perilaku tertentu. Dalam penelitian ini tindakan atau perilaku yang akan diprediksi adalah perilaku prososial.


(31)

a. Pengertian Intensi Prososial

Perilaku prososial diartikan sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu keuntungan langsung pada orang yang melakukan tindakan tersebut, dan bahkan mungkin melibatkan suatu resiko bagi orang yang menolong (Baron & Byrne, 2005). Menurut William (1981) perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang memiliki maksud untuk mengubah keadaan fisik dan psikis orang yang menerima pertolongan, sehingga si penolong merasa bahwa orang yang ditolong akan merasakan damai, lega, bahagia, sehat dan puas secara fisik dan psikologis. Pengertian tersebut menekankan bahwa perilaku menolong bertujuan untuk mensejahterakan fisik maupun psikologis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial adalah niat seseorang serta kemungkinannya orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan menolong yang memiliki konsekuensi positif dan memberi manfaat bagi orang yang ditolong baik secara fisik maupun psikologis. Hal tersebut diharapkan dengan mengetahui intensi prososial seseorang dapat memberikan gambaran perilaku prososial sebenarnya.


(32)

1. Aspek-aspek Intensi Prososial

Mussen dkk (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005) memandang bahwa perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan menolong, bekerjasama, berbagi perasaan, bertindak jujur, dan bertindak dermawan terhadap orang lain.

Menurut Samptson (dalam Ikawati dan Hery Wahyuningtyas, 2005), aspek-aspek yang terkandung dalam perilaku prososial adalah sebagai berikut :

a. Memberi atau menyumbang (donating), yaitu berlaku murah hati pada orang lain.

b. Memberi fasilitas untuk kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang lain.

c. Berbagi rasa (sharing), yaitu kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

d. Bekerjasama (cooperating), yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

e. Peduli (caring), yaitu mampu memberi perhatian dan membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

Hal senada diungkapkan juga oleh Staub (1978) perilaku prososial dapat ditinjau dari perilaku-perilaku yang lebih spesifik karena


(33)

cakupannya yang sangat luas. Uraian dari spesifikasi perilaku-perilaku prososial menurut Staub adalah sebagai berikut :

a. Sharing, merupakan tindakan membagi, dan/atau menggunakan secara bersama-sama sesuatu baik bersifat materi maupun nonmateri.

b. Cooperating, merupakan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

c. Donating, merupakan memberi atau menyumbang barang atau uang kepada yang memerlukan.

d. Caring, merupakan tindakan memberikan perhatian kasih sayang, merawat, menjaga perasaan orang lain.

Dari aspek-aspek perilaku prososial di atas dapat disimpulkan bahwa intensi prososial terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut :

a. Intensi untuk sharing, merupakan niat untuk melakukan tindakan membagi perasaan dan ada kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

b. Intensi untuk donating, merupakan niat untuk melakukan tindakan murah hati dengan memberi / menyumbangkan barang atau uang kepada orang lain.

c. Intensi untuk cooperating, merupakan niat untuk bekerjasama dengan melakukan pekerjaan atau kegiatan bersama-sama berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama pula.

d. Intensi untuk caring, merupakan niat untuk melakukan tindakan memberi perhatian, kasih sayang, menjaga perasaan orang lain dan


(34)

membantu meringankan beban fisik atau psikologis yang sedang dirasakan orang tersebut.

2. Faktor Intensi

Tingkah laku yang muncul pada manusia merupakan pembentukan hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap (attitude) dan intensi (intention) individu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Berdasarkan konsep tersebut maka dapat disimpulkan beberapa faktor intensi sebagai berikut :

a. Keyakinan (belief), dikategorikan sebagai aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap objek. Seseorang yang memiliki keyakinan tinggi tentang suatu objek berarti orang itu memiliki pengetahuan, pendapat dan pandangan yang tinggi tentang objek tersebut maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika seseorang memiliki keyakinan yang rendah tentang suatu objek maka intensi untuk melakukan objek tersebut juga rendah.

b. Sikap (attitude), dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu objek serta evaluasi yang dilakukannya. Sikap tersebut dapat positif atau negatif tergantung dari banyak sedikitnya pengetahuan terhadap aspek positif atau negatif tentang objek. Semakin positif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin tinggi intensi untuk melakukan objek tersebut. Begitu


(35)

pula sebaliknya, semakin negatif sikap seseorang terhadap suatu objek maka semakin rendah pula intensi seseorang untuk melakukan objek tersebut.

Secara sistematis, kerangka teori Fishbein & Ajzen (1975) dapat dilihat pada bagian berikut :

Gambar 1.

Kerangka Konseptual untuk Meramalkan Suatu Intensi atau Perilaku tertentu Menurut Fishbein & Ajzen (1975)

Penjelasan Bagan :

Keyakinan pribadi akibat konsekuensi dari suatu perilaku X adalah suatu hal yang berisi pengetahuan tentang X, yaitu akibat positif dan akibat negatif yang akan diperoleh subjek bila dia melakukan perilaku X Keyakinan akan akibat

dari perilaku X

Sikap terhadap perilaku X

Intensi untuk

melakukan perilaku X

Perilaku X

Keyakinan normatif akan akibat perilaku X

Norma subjektif tentang perilaku X

: Pengaruh : Umpan Balik Keterangan :


(36)

tersebut. Semakin banyak segi positif yang sekiranya akan diperolehnya, maka semakin positif sikap orang tersebut terhadap perilaku itu, dan semakin besar peluang orang orang itu untuk melakukan perilaku tersebut.

Keyakinan normatif akan akibat dari perilaku X dalah komponen pengetahuan tentang perilaku X yang merupakan pandangan dan pendapat orang lain (lingkungan) yang berpengaruh pada kehidupan orang tersebut. Untuk selanjutnya, individu dapat menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh tersebut. Pengaruh dari orang lain yang diterima oleh individu itu, digunakan oleh individu untuk membuat norma subjektif individu mengenai perilaku X tersebut. Norma subjektif tersebut berisikan keputusan-keputusan yang dibuat oleh individu setelah mempertimbangkan beberapa unsur yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi adalah kemungkinan subjektif seorang individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang berhubugnan dengan target yang hendak dicapai dalam situasi dan waktu tertentu, serta dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif yang dimiliki.

B. KOMITMEN ORGANISASI

1. Pengertian Komitmen Organisasi

Seperti yang telah dibahas dalam latar belakang masalah bahwa hampir semua manusia mengikat dirinya dalam komitmen antar manusia sebagai bentuk kebutuhan yang mendasar (Firdaus, 2007). Komitmen


(37)

antar manusia ini dianggap sangat penting terutama dalam sebuah organisasi baik organisasi formal maupun informal. Oleh karena itu pemahaman anggota mengenai komitmen dalam organisasi sangatlah penting supaya tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Menurut Steers (dalam Kuntjoro, 2002) komitmen organisasi adalah rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai), keterlibatan (keinginan untuk tetap berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Steers berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Berdasarkan definisi tersebut komitmen organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam aktivitas dan identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Selain itu, Porter (dalam Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Definisi tersebut ditandai dengan tiga komponen, yaitu :

a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi

b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi

c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi)


(38)

Sedangkan pengertian komitmen menurut Luthans (1995) adalah suatu sikap mengeni loyalitas karyawan terhadap organisasi dan hal tersebut merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus dimana anggota organisasi menunjukkan kepedulian terhadap organisasi, dan hal ini membawa pada keberhasilan dan keadaan yang baik. Di samping itu Luthans (1995) juga memberikan pernyataan mengenai komponen dalam komitmen, yaitu :

a. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi

b. Kesedian untuk berusaha sekuat tenaga demi kepentingan organisasi c. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi serta

menerima tujuan dari organisasi tersebut.

Definisi komitmen organisasi dari beberapa ahli di atas mempunyai penekanan yang hampir sama yaitu proses pada individu dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung pengertian bahwa individu memiliki keterikatan dengan organisasi yang dinyatakan dalam keinginan untuk aktif berpartisipasi dalam organisasi dan memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi. Anggota yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi.


(39)

2. Aspek Komitmen Organisasi

Luthans (1995) menjelaskan ada tiga aspek yang penting di dalam komitmen, yaitu:

a. Keyakinan yang pasti akan nilai-nilai yang dianut organisasi. b. kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. keinginan yang kuat untuk menjadi anggota organisasi.

Komitmen organisasi yang serupa juga dikemukakan oleh Schultz & Schultz (1990), yang terdiri dari :

a. Menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi.

b. Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan organisasi. c. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.

Kuntjoro (2002) mengemukakan bahwa ada tiga aspek utama dalam komitmen organisasi, yaitu :

a. Identifikasi

Anggota rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena anggota menerima dengan memodifikasi tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi kebutuhan pribadi mereka.

b. Keterlibatan

Partisipasi anggota dalam aktivitas-aktivitas bersama anggota lain. Anggota merasakan bahwa mereka diterima sebagai bagian yang utuh dari organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib


(40)

melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka buat.

c. Loyalitas

Anggota bersedia melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapkan apapun.

Dari pemaparan tokoh-tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasi memiliki tiga aspek, yaitu :

a. Identifikasi, merupakan keyakinan yang kuat serta menerima nilai-nilai dan tujuan organisasi, meliputi adanya dukungan anggota terhadap organisasi dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi oleh anggota yang dipercaya telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa bahwa berada dalam organisasi tersebut adalah hal yang terbaik baginya.

b. Keterlibatan, merupakan kesediaan untuk berusaha dengan keras demi kepentingan organsiasi, meliputi kesediaan anggota untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi kepentingan organisasi dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan organisasi) serta senang bekerjasama dengan anggota-anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut.

c. Loyalitas, merupakan keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, meliputi kesediaan anggota untuk mempertahankan diri tetap melakukan aktivitas dalam organisasi serta untuk


(41)

melanggengkan hubungannya dengan organisasi. Di samping itu, anggota juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan di dalam organsiasi tempat ia bergabung.

3. Tahapan Terbentuknya Komitmen dalam Organisasi

Menurut Staw (1991) terdapat tiga tahap terbentuknya komitmen dalam organisasi, yaitu :

a. Complience, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi, terutama mendapatkan sesuatu dari organisasi seperti imbalan berupa materi.

b. Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh dari organisasi dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan. c. Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan

nilai-nilai organisasi yang pada hakekatnya menguntungkan dan sama dengan nilai-nilai pribadi.

C. KOMUNITAS SANT’EGIDIO 1. Sejarah Komunitas Sant’Egidio

Komunitas Sant’Egidio dimulai di Roma pada tanggal 7 Februari 1968 dari inisiatif seorang remaja bernama Andrea Riccardi yang pada waktu itu usianya kurang dari 20 tahun. Beliau mengumpulkan anak-anak dari murid sekolah menengah pertama seperti dirinya untuk mendengarkan dan menerapkan Injil ke dalam kehidupan sehari-hari. Komunitas ini


(42)

merupakan komunitas Kristen pertama yang bertindak seperti rasul dan mengacu pada kehidupan Santo Fransiskus Asisi.

Pada awal berdirinya komunitas, nama Sant’Egidio belum ditemukan. Pada tahun 1973, komunitas menemukan sebuah gereja yaitu gereja Sant’Egidio yang sudah lama tidak terpakai kemudian digunakan sebagai tempat untuk berdoa anggota komunitas. Gereja ini juga memiliki semangat yang sama dengan komunitas sesuai dengan spiritualitas Sant’Egidio. Sejak saat itu, komunitas ini memakai nama Sant’Egidio.

Kelompok kecil ini pada awalnya mengunjungi barak-barak yang ada di daerah pinggiran Roma, mengunjungi daerah kumuh dan mereka memulai sekolah pada sore hari untuk anak-anak (namanya “scuola popolare” artinya sekolah rakyat, sekarang disebut “sekolah damai”).

Sejak saat itu, komunitas mulai berkembang. Sekarang Komunitas Sant’Egidio sudah ada di lebih dari 70 negara, di empat benua. Jumlah anggotanya juga mulai bertambah secara konstan. Ada sekitar 50.000 anggota dan orang di luar komunitas yang bekerja untuk melayani orang miskin dan berbagai kegiatan lainnya yang ada dalam komunitas (Komunitas Sant’Egidio, 2007).

2. Komunitas Sant’Egidio di Indonesia dan Yogyakarta

Komunitas Sant’Egidio mulai masuk ke Indonesia diawali oleh pertemuan antara Valeria Martano (salah seorang anggota komunitas Roma dan sekarang sebagai penanggung jawab Komunitas di Asia)


(43)

dengan Maria Felisia yang pada waktu itu sedang berkunjung ke Roma. Maria Felisia menceritakan tentang kondisi kota Padang yang kemudian Valeria Martano mengatakan bahwa komunitas bisa di mulai di sana.

Pada tahun 1990 setelah Maria Felisia kembali ke Padang, Valeria Martano datang ke Indonesia untuk pertama kalinya. Kegiatan yang dilakukan adalah belajar berdoa dan memulai pelayanan dengan anak-anak di Bukit Karang.

Komunitas Sant’Egidio mulai berada di Yogyakarta karena kunjungan seorang anggota Komunitas dari Padang ke Yogyakarta. Pada tanggal 9 Mei 2001 mereka memulai komunitas di Yogyakarta dengan mengadakan doa dan melakukan pelayanan yang diawali dengan mengunjungi anak-anak jalanan di perempatan Condongcatur dan membantu mereka untuk belajar.

Saat ini kegiatan rutin Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta adalah doa komunitas yang dilakukan setiap hari Selasa, Rabu dan Minggu; kunjungan terhadap orang-orang kusta yang berada di perempatan Sagan; membantu belajar anak-anak asuh yang tinggal di Prayan, PA Sayap Ibu, dan pondok asuh di gang Beo, Mrican; Komunitas juga melakukan kunjungan terhadap pastor-pastor sepuh yang tinggal di Domus Pacis Pringwulung. Selain kegiatan tersebut, Komunitas Sant’Egidio juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan seperti dialog, doa damai dan mengadakan acara menjelang perayaan hari-hari suci yang ada di Indonesia.


(44)

3. Visi dan Misi Komunitas Sant’Egidio

Komunitas Sant’Egidio memiliki karakteristik yaitu doa, membaca Injil, solidaritas terhadap sesama, ekumenisme dan dialog. Komunitas Sant’Egidio mengajak semua orang untuk membangun jembatan cinta kasih tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan. Komunitas juga diajak untuk lebih menghidupi Injil bersama dengan orang-orang yang lebih lemah seperti orang miskin, anak terlantar, orang-orang lanjut usia, korban perang, gelandangan, orang sakit, orang terpenjara, penderita kusta dan AIDS, dan juga terhadap berbagai bentuk kemiskinan lainnya.

Sampai saat ini, Komunitas Sant’Egidio berperan serta dalam perdamaian di dunia diantaranya memprakarsai perdamaian di Mozambiq, Albania, Aljeria, Kosovo, Pantai Gading dan di negara-negara Afrika serta Eropa Timur lainnya. Setiap tanggal 1 Januari Komunitas Sant’Egidio melakukan “Pawai Damai” serta “pengumpulan tanda tangan untuk seruan damai” yang nantinya di kirim ke Vatikan. Selain itu juga selalu diadakan doa dan dialog perdamaian atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Ziarah Damai” dari kota satu ke kota lainnya setiap tahunnya. Seperti pada tanggal 21 sampai 23 Oktober 2007 lalu, “Doa dan Dialog Damai Antar Agama” dilakukan di kota Napoli. Para pemuka agama dari Katolik Roma, Katolik Ortodoks, Kristen Protestan, Islam, Hindu, Budha dan berbagai aliran kepercayaan serta ribuan orang berkumpul untuk menyerukan perdamaian bagi dunia. Di samping itu Komunitas Sant’Egidio menyelenggarakan “Sekolah Damai” untuk membantu


(45)

anak-anak dalam belajar dan mengembangkan kreativitasnya serta mendidik mereka menjadi anak-anak yang mencintai perdamaian.

Komunitas Sant’Egidio juga menyediakan pengobatan gratis bagi para penderita AIDS di Afrika secara terus menerus melalui program “Dream of Africa”. Tak kurang dari 400 bayi yang dapat lahir dengan selamat tanpa terjangkit virus HIV walaupun ibu mereka menderita penyakit AIDS. Lebih dari 5000 anak dari seluruh dunia mendapatkan orang tua angkat dalam program “adopsi jarak jauh Komunitas Sant’Egidio”.

Selain itu satu langkah penting yang dilakukan oleh Komunitas Sant’Egidio adalah memperjuangkan hak hidup di dunia. Pada tanggal 30 November ditetapkan sebagai Hari Internasional “City for Life – City Againts the Death Penalty” (“Kota Untuk Kehidupan – Kota Menentang Hukuman Mati”) yang diusulkan oleh Komunitas Sant’Egidio dan region Tuscany (di bawah pemerintahan kota Roma), kemudian diimplementasikan oleh banyak kota, organisasi-organisasi dan kelompok-kelompok lainnya atas usaha mereka sendiri.

D. HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DAN INTENSI PROSOSIAL

Sejak manusia dilahirkan sampai meninggal selalu membutuhkan kehadiran orang lain dan cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dalam sikap sosial individu akan menjalin interaksi dengan orang lain, terutama


(46)

dengan kelompoknya. Sears, dkk (1985) mendefinisikan kelompok adalah agregat sosial di mana anggota-anggota yang saling tergantung, dan setidak-tidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi satu sama lain, apa yang terjadi pada satu orang mempengaruhi hasil anggota kelompok yang lain. Sears, dkk (1985) menekankan bahwa ciri penting suatu kelompok yaitu dengan berbagai cara anggotanya saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga menimbulkan interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap.

Salah satu kelompok yang memiliki perasaan ketergantungan dan interaksi satu dengan yang lain dan menimbulkan ikatan di antara anggota-anggotanya menjadi kuat dan menetap adalah Komunitas Sant’Egidio. Komunitas ini pada awalnya hanya merupakan kelompok kecil dengan beberapa orang anggota saja. Adanya interaksi satu dengan yang lain, sikap saling ketergantungan, serta ikatan yang kuat dan menetap ini menyebabkan Komunitas Sant’Egidio bisa berkembang dalam hal keanggotaannya sampai mencakup dunia dan menjadi sebuah kelompok organisasi informal (Komunitas Sant’Egidio, 2007).

Komunitas Sant’Egidio adalah salah satu kelompok organisasi informal yang bergerak di bidang sosial dan aktivitasnya berhubungan dengan perilaku prososial, dimana memiliki visi dan misi untuk melayani orang miskin dan terlantar. Orang yang bersedia bergabung dalam komunitas ini berarti harus memiliki komitmen tinggi. Steers (1985) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap


(47)

nilai-nilai organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang anggota terhadap organisasinya. Seseorang dengan komitmen tinggi dalam organisasi berarti memiliki kepercayaan terhadap organisasi dan menerima tujuan organisasi sehingga orang tersebut dengan rela menyumbangkan dan melakukan sesuatu serta ikut berpartisipasi bagi tercapainya tujuan organisasi. Orang tersebut juga memiliki loyalitas terhadap organisasi karena ada kesediaan untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi.

Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa Komunitas Sant’Egidio memiliki aktivitas yang berhubungan dengan perilaku prososial. Ketika seseorang memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti seseorang tersebut memiliki keingingan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio dimana aktivitas yang dilakukan adalah mendoakan serta melayani orang miskin dan terlantar (Observasi, Agustus 2007). Disamping itu, visi dan misi yang ditanamkan dalam Komunitas Sant’Egidio serta keterikatan antar anggota memunculkan pendapat dan pengaruh bagi seseorang tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dalam melayani orang miskin dan terlantar. Hal tersebut memberikan sikap positif seseorang dalam Komunitas Sant’Egidio sehingga memunculkan niat dalam diri orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong, mau ikut bekerjasama, mau memberi sumbangan kepada orang yang ditolong dan memberi kasih sayang, merawat serta menjaga perasaan orang yang ditolong.


(48)

Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang tidak memiliki komitmen dalam Komunitas Sant’Egidio berarti kurang ada keinginan dari seseorang tersebut untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio. Di samping itu, karena kurang memiliki komitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio menyebabkan visi dan misi komunitas kurang tertanam dalam diri orang tersebut, pendapat dan pengaruh dari anggota lain pun menjadi kurang dapat diterima karena tidak adanya keterikatan dengan anggota lain. Hal tersebut memunculkan sikap negatif dalam diri orang tersebut mengenai Komunitas Sant’Egidio dan intensi dalam diri untuk melakukan perilaku prososial menjadi rendah. Ketika seseorang tidak memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap Komunitas Sant’Egidio untuk melakukan perilaku prososial maka niat orang tersebut untuk melakukan perilaku prososial pun menjadi rendah.

Menurut Fishbein & Ajzen (1975), intensi seseorang untuk melakukan suatu perilaku prososial didasari oleh sikap orang tersebut terhadap perilaku prososial dan norma subjektif tentang perilaku tersebut. Sikap terhadap perilaku prososial merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku tersebut. Norma subjektif merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap norma yang diberlakukan pada lingkungannya, dalam hal ini adalah Komunitas Sant’Egidio. Keyakinan normatif akibat perilaku tersebut terbentuk dari umpan balik yang diberikan oleh perilaku itu sendiri. Keyakinan terhadap norma subjektif ini akan mempengaruhi intensi individu untuk melakukan perilaku prososial.


(49)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen yang dimiliki anggota sukarelawan dalam organisasi sangat mempengaruhi intensi prososial yang dilakukan. Anggota yang memiliki komitmen tinggi dalam organisasi maka akan mempengaruhi niat untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas yang ada dalam organisasi tersebut, yaitu aktivitas prososial. Sebaliknya, komitmen yang rendah secara tidak langsung akan berdampak negatif bagi organisasi karena anggota tidak memiliki niat dan keinginan ikut melakukan aktivitas prososial.


(50)

Gambar 2.

Skema Hubungan Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial

Memiliki tujuan melayani orang miskin dan terlantar

Anggota

Komitmen Organisasi Komunitas Sant’Egidio

Komitmen organisasi tinggi, berarti :

• Ada kepercayaan anggota terhadap organisasi

• Ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota

• Ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi

Komitmen organisasi rendah, berarti :

• Tidak ada kepercayaan anggota terhadap organisasi

• Tidak ada kesediaan untuk terlibat / partisipasi dari anggota

• Tidak ada kesediaan anggota untuk melanggengkan hubungan dengan organisasi

Intensi prososial tinggi :

• Ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong

• Ada niat untuk bekerjasama dengan orang yang ditolong

• Ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong

• Ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong

Intensi prososial rendah :

• Tidak ada niat anggota melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong

• Tidak ada niat bekerjasama dengan orang yang ditolong

• Tidak ada niat memberi sumbangan kepada orang yang ditolong

• Tidak ada niat memberikan kasih sayang, merawat dan menjaga perasaan orang yang ditolong

Ada keyakinan dan kenginan anggota mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Tidak ada keyakinan dan keinginan anggota untuk mengetahui lebih banyak apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Ada keterikatan dan pengaruh dari anggota lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Tidak ada keterikatan dan pengaruh dari orang lain mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Muncul sikap positif dari anggota mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio

Muncul sikap negatif dari anggota mengenai perilaku prososial yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio


(51)

E. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka kajian teori yang ada, maka hipotesis yang dikemukakan adalah : ada korelasi positif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Semakin tinggi komitmen yang ada dalam diri anggota terhadap komunitas, maka semakin tinggi intensi prososialnya. Sebaliknya, semakin rendah komitmen yang ada dalam diri anggota terhadap komunitas, maka semakin rendah pula intensi prososialnya.


(52)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik kolerasional (correlational reseach) yaitu tipe penelitian dengan karakteristik berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau lebih (Supratik, 1998). Tujuan penelitian ini adalah membuktikan ada tidaknya hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Pada penelitian ini akan dicari apakah ada hubungan positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel bebas : Komitmen organisasi 2. Variabel tergantung : Intensi prososial

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Penyusunan definisi ini penting karena digunakan untuk merujuk data yang akan digunakan dalam penelitian (Suryabrata, 1998)


(53)

1. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah rasa kepercayaan seorang anggota dalam organisasi terhadap nilai-nilai, keinginan untuk tetap berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dan keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi, dimana organisasi yang dimaksud adalah Komuntias Sant’Egidio Yogyakarta. Skala komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio ini terdiri dari tiga aspek yaitu identifikasi, keterlibatan dan loyalitas.

Komitmen anggota terhadap organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio tersebut diukur dengan menggunakan skala komitmen organisasi yang disusun sendiri berdasarkan kesimpulan dari pengertian beberapa ahli beserta aspek-aspeknya dengan menggunakan skala model Likert. Semakin tinggi skor total dalam skala komitmen organisasi yang diperoleh oleh subjek, maka semakin tinggi pula komitmen subjek tersebut pada organisasi. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala komitmen organisasi, maka rendah pula komitmen subjek tersebut pada organisasi.

2. Intensi Prososial

Intensi prososial adalah niat seseorang serta kemungkinannya orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan menolong yang memiliki konsekuensi positif dan memberi manfaat bagi orang yang ditolong baik secara fisik maupun psikologis dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta.


(54)

Skala intensi prososial ditinjau dari empat aspek yaitu intensi untuk sharing, intensi untuk donating, intensi untuk cooperating, intensi untuk caring.

Intensi prososial tersebut diukur dengan menggunakan skala intensi prososial yang disusun sendiri berdasarkan kesimpulan dari pengertian beberapa ahli beserta aspek-aspeknya dengan menggunakan skala model Likert. Semakin tinggi skor total dalam skala intensi prososial yang diperoleh, maka semakin tinggi pula intensi prososial yang dimiliki oleh subyek. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor total dalam skala intensi prososial yang diperoleh, maka semakin rendah pula intensi prososial yang dilakukan oleh subyek.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Yogyakarta dengan jumlah subjek 50 orang.

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan penyebaran skala yang terdiri dari dua macam skala yaitu :

1. Skala Komitmen Organisasi

Skala komitmen organisasi akan diungkap dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating), merupakan metode penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar


(55)

penentuan nilai skalanya (Suryabrata, 1999). Skala ini mengunakan metode Likert dan disusun sendiri oleh peneliti terdiri dari 60 item pernyataan yang terdiri dari 30 item favorable dan 30 item unfavorable dengan memiliki empat kategori pilihan jawaban yang tersedia untuk masing-masing item, meliputi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pengukuran alat ini di susun dan dikelompokkan oleh peneliti menjadi 2 kategori, yaitu :

Kategori 1 :

Item favorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 4

Setuju (S) : skor 3

Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1 Kategori 2 :

Item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 1

Setuju (S) : skor 2

Tidak Setuju (TS) : skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4


(56)

Tabel 1.

Prosentase Distribusi Penyebaran Item Komitmen Organisasi Sebelum Uji Coba

Nomer Item No Aspek

Favorable Unfavorable

Jumlah Presentase 1 Identifikasi 1, 10, 15, 24, 28, 31,

37, 43, 54, 55

4, 7, 18, 22, 25, 34, 40, 46, 49, 60

20 33.33%

2 Keterlibatan 5, 8, 13, 20, 26, 33, 41, 47, 50, 59

2, 11, 16, 23, 29, 36, 38, 44, 53, 58

20 33.33%

3 Loyalitas 3, 12, 17, 21, 30, 35, 39, 45, 52, 57

6, 9, 14, 19, 27, 32, 42, 48, 51, 56

20 33.33%

Jumlah total 30 30 60 100 %

2. Skala Intensi Prososial

Skala intensi prososial akan diungkap dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating), merupakan metode penskalaan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Suryabrata, 1999). Skala ini mengunakan metode Likert dan disusun sendiri oleh peneliti terdiri dari 48 item pertanyaan yang terdiri dari 24 item favorable dan 24 item unfavorable dengan memiliki empat kategori pilihan jawaban yang tersedia untuk masing-masing item, meliputi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pengukuran alat ini disusun dan dikelompokkan oleh peneliti menjadi 2 kategori, yaitu :


(57)

Kategori 1 :

Item favorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 4

Setuju (S) : skor 3

Tidak Setuju (TS) : skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1 Kategori 2 :

Item unfavorable, terdiri dari pilihan jawaban dan skor sebagai berikut : Sangat Setuju (SS) : skor 1

Setuju (S) : skor 2

Tidak Setuju (TS) : skor 3 Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 4

Tabel 2.

Prosentase Distribusi Penyebaran Item Intensi Prososial Sebelum Uji Coba

Nomer Item

No Aspek

Favorable Unfavorable

Jumlah Presentase 1 Intensi untuk sharing 1, 15, 19, 25,

37, 43

5, 9, 21, 29, 33, 44

12 25 %

2 Intensi untuk donating 6, 10, 17, 30, 34, 45

2, 13, 20, 26, 38, 42

12 25 %

3 Intensi untuk cooperating 3, 14, 23, 27, 39, 41

7, 11, 18, 31, 35, 46

12 25 %

4 Intensi untuk caring 8, 12, 22, 32, 36, 47

4, 16, 24, 28, 40, 48

12 25 %


(58)

Pada kedua skala di atas tidak menyertai alternatif jawaban netral. Menurut Hadi (1991) hal ini didasarkan atas 3 hal yaitu:

1. Undecided mempunya arti ganda, bisa diartikan sebagai belum memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable) ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.

2. Jawaban tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke arah setuju ataukah tidak setuju. 3. Kategorisasi jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk melihat

kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau ke arah tidak setuju. Jawaban tengah akan menghilangkan data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat disaring dari responden.

D. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENELITIAN

Validitas dan reliabilitas adalah dua hal yang sangat penting berkaitan dan berperan dalam membuat suatu alat ukur yang berkualitas. Dari alat ukur ini nantinya akan menunjukkan baik atau buruknya suatu penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini harus diuji coba terlebih dahulu untuk mendapatkan alat tes yang memiliki validitas dan reliabilitas yang baik.


(59)

1. Validitas

Validitas merupakan taraf kecermatan dan ketepatan alat ukur serta dapat mengungkapkan secara jitu gejala yang hendak diukur dan seberapa jauh alat memiliki ketelitian dalam memberikan status (Hadi, 1992). Suatu instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menajalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebaliknya, tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes memiliki validitas rendah (Azwar, 1996). Dalam penelitian ini, uji validitas item melalui uji validitas isi dan seleksi item (indeks diskriminasi item).

Validitas isi adalah pengujian dengan menilai sejauh mana item-item sudah mencakup dan mewakili atribut yang sedang diukur. Validitas isi ini dibagi menjadi dua yaitu validitas muka yang mengukur validitas berdasarkan penampilan tesnya dan validitas logis yang menunjukkan sejauh mana isi tes mewakili ciri atribut yang hendak diukur. Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika, melainkan menggunakan analisa rasional atau profesional judgement, dimana pengujian kedua validitas ini melalui dosen pembimbing skripsi (Azwar, 1996)

.

2. Analisis dan Seleksi Item

Menurut Azwar (2006), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan item-item yang terbaik. Dalam penelitian ini, dilakukan prosedur seleksi item yaitu pengujian butir-butir item untuk menguji


(60)

kesahihan item sehingga diperoleh item-item yang berkualitas. Dalam menguji kesahihan butir-butir item tersebut menggunakan koefisien korelasi item total (rix) dengan rumus Product Moment dari Pearson.

Untuk mengambil butir-butir yang sahih, kriteria pemilihan item menggunakan batasan rix≥ 0.30 dengan interpretasi bahwa dengan batasan

tersebut maka itemnya memiliki daya diskriminasi yang dianggap memuaskan.

3. Reliabilitas

Reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 1996). Suatu instrumen penelitian dikatan reliabel bila instrumen itu konsisten atau ajeg atau terpercaya dalam menilai apa yang diukur jika dilakukan pengukuran ulang terhadap aspek yang sama dengan alat ukur yang sama (Azwar, 1997).

Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx,) yang

ditunjukkan dengan angka atau koefisien korelasi yang berkisar antara 0 dan 1. Semakin tinggi koefisien korelasi (mendekati 1) berarti alat tes semakin reliabel.


(61)

E. HASIL UJI COBA ALAT PENELITIAN 1. Uji Coba Alat Penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengadakan uji coba alat penelitian atau biasa disebut Try Out. Uji coba alat penelitian dilakukan untuk melihat kesahihan butir yang diukur dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya.

Uji coba alat penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2008 sampai 16 Mei 2008. Dalam uji coba alat penelitian ini, peneliti mengambil subjek dari anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Jakarta dan Semarang.

Jumlah subjek uji coba alat penelitian ini adalah 50 orang, 27 orang merupakan anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Jakarta dan 23 orang anggota Komunitas Sant’Egidio yang berada di Semarang. Kepada seluruh subyek diberikan 2 jenis skala yaitu skala komitmen organisasi dan intensi prososial.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian

Uji kesahihan butir dan reliabilitas Skala Komitmen Organisasi dan Skala Intensi Prososial diperoleh setelah peneliti melakukan pengujian alat ukur. Hasilnya adalah sebagai berikut :


(62)

a. Skala Pengukuran Komitmen Organisasi

1) Uji Kesahihan Butir Skala Komitmen Organisasi

Uji kesahihan butir skala ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for window versi 12.00 dengan mengukur korelasi antara item-item yang diuji dengan skor total responden uji coba. Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total untuk skala ini menggunakan batasan ≥ 0.30. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan koefisien korelasi item total berkisar antara 0,048 sampai 0,722. Dari hasil pengujian ini diperoleh 6 item dari 60 item yang dinyatakan gugur karena mempunyai korelasi yang rendah (≤ 0,30) terhadap skor total. Keenam item tersebut adalah nomer 11, 27, 30, 33, 34 dan 46. Dari aspek-aspek yang digunakan dalam skala ini tidak didapati aspek-aspek yang hilang akibat keseluruhan itemnya gugur. Tabel berikut ini menunjukkan penyebaran butir-butir pernyataan dalam skala komitmen organisasi yang akan digunakan dalam pengambilan data :


(63)

Tabel 3.

Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Komitmen Organisasi setelah Uji Coba

No Item Aspek

Favorable Unfavorable Total Presentase Identifikasi 1, 10, 15, 24, 28,

31, 37, 43, 54, 55

4, 7,18, 22, 25,

40, 49, 60 18 33,33%

Keterlibatan 5, 8, 13, 20, 26, 41, 47, 50, 59

2, 16, 23, 29, 36,

38, 44, 53, 58 18 33,33% Loyalitas 3, 12, 17, 21, 35,

39, 45, 52, 57

6, 9, 14, 19, 32,

42, 48, 51, 56 18 33,33%

Total 28 26 54 100

Maka, dari hasil tersebut diketahui bahwa skala komitmen organisasi cukup valid digunakan sebagai alat ukur penelitian ini. Hasil selengkapnya mengenai analisis butir skala uji coba komitmen organisasi dapat dilihat pada lampiran.

2) Reliabilitas Skala Komitmen Organisasi

Reliabilitas skala komitmen organisasi diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for window versi 12.00, dan diperoleh reliabilitas sebesar 0,953. b. Skala Pengukuran Intensi Prososial

1) Uji Kesahihan Butir Skala Intensi Prososial

Uji kesahihan butir skala ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for window versi 12.00. Hasil perhitungan menunjukkan koefisien korelasi item total berkisar antara 0,306 sampai 0,780. Hasil pengujian ini tidak diperoleh item yang


(64)

dinyatakan gugur dari 48 item yang diuji cobakan karena mempunyai korelasi yang tinggi (≥ 0,30) terhadap skor total. Tabel berikut ini menunjukkan penyebaran butir-butir pernyataan dalam skala intensi prososial yang akan digunakan dalam pengambilan data :

Tabel 4.

Prosentase Distribusi Butir-butir Pernyataan Skala Intensi Prososial setelah Uji Coba

Nomer Item

No Aspek

Favorable Unfavorable Jumlah Presentase 1 Intensi untuk sharing 1, 15, 19, 25,

37, 43

5, 9, 21, 29, 33, 44

12 25 %

2 Intensi untuk donating 6, 10, 17, 30, 34, 45

2, 13, 20, 26, 38, 42

12 25 %

3 Intensi untuk cooperating 3, 14, 23, 27, 39, 41

7, 11, 18, 31, 35, 46

12 25 %

4 Intensi untuk caring 8, 12, 22, 32, 36, 47

4, 16, 24, 28, 40, 48

12 25 %

Jumlah total 24 24 100 %

Berdasarkan paparan di atas diketahui bahwa skala intensi prososial juga valid digunakan sebagai alat ukur penelitian ini. Hasil selengkapnya mengenai analisis butir skala uji coba pada skala intensi prososial dapat dilihat pada lampiran.


(65)

2) Reliabilitas Skala Intensi Prososial

Reliabilitas skala intensi prososial diperoleh dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS 12.00 dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,963.

F. METODE ANALISIS DATA

Sesuai dengan tujuan penelitian dan identifikasi variabel untuk mengetahui adanya hubungan posotif antara komitmen organisasi dengan intensi prososial maka metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode korelasi Product Moment dari Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 12.0.


(66)

44

BAB IV

PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penyebaran dan pengumpulan skala penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Mei – 9 Juni 2008. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membagikan dua buah skala penelitian yaitu skala komitmen organisasi dan skala intensi prososial kepada 50 anggota Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta. Peneliti memberikan skala intensi prososial ini langsung kepada masing-masing subjek dan sebelum subjek mengerjakannya peneliti memberitahukan petunjuk pengisian skala. Peneliti sendiri yang menyebar dan mengambil skala dari setiap subjek dengan alasan agar bisa mengecek langsung lengkap tidaknya skala yang telah diisi. Dengan demikian, peneliti bisa menyampaikan langsung kepada subjek dan memintanya untuk mengerjakannya kembali bila terjadi kesalahan.

B. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek

Subjek penelitian adalah seluruh anggota Komunitas Sant’Egidio yang berjumlah 50 orang pada waktu itu dengan perincian 25 orang pria dan 25 orang wanita.


(67)

1. Data Penelitian

Berikut ini merupakan keseluruhan data hasil penelitian yang dideskripsikan dalam tabel sebagi berikut :

Tabel 5.

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel N Xmax Xmin Mean SD Intensi Prososial 50 188 141 164.40 14.334 Komitmen Organisasi 50 214 156 181.38 14.570

Tabel di atas menunjukkan jumlah mean keseluruhan dari intensi prososial adalah 164,40. Nilai tertinggi yang diperoleh pada intensi prososial sebesar 188, sedangkan untuk nilai terendah diperoleh sebesar 141. Selanjutnya untuk komitmen organisasi diperoleh mean keseluruhan sebesar 181,38. Untuk nilai tertinggi dari komitmen organisasi diperoleh sebesar 214 sedangkan nilai terendah 156.

Tabel 6.

Perbandingan Data Teoritik dan Data Empirik Data Teoritik Data Empirik Variabel

Min Max Mean Min Max Mean

SD

Intensi prososial

48 192 120 141 188 164,40

14.334

Komitmen organisasi

54 216 135 156 214 181,38


(68)

Untuk mengetahui kecenderungan variabel bebas (komitmen organisasi) dan variabel tergantung (intensi prososial), maka dibuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial. Untuk membuat kategori skor pada komitmen organisasi dan intensi prososial digunakan norma sebagai berikut (Azwar, 1999).

Tabel 7.

Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi dan Intensi Prososial

Skor Kategori

µ + 1,5

σ

< X Sangat Tinggi

µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ < X Tinggi

µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ < X Sedang

µ - 1,5

σ

< X ≤ µ - 0,5

σ

< X Rendah X ≤ µ - 1,5

σ

< X Sangat Rendah

Rentang minimum dan maksimum untuk komitmen organisasi adalah 54 sampai dengan 216 dan luas jarak sebarannya adalah 162. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai

σ

= 162 : 6 = 27 dan mean teoritisnya µ = (216 + 54) : 2 = 135. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategori skor komitmen organisasi sebagai berikut :


(69)

Tabel 8.

Norma Kategorisasi Komitmen Organisasi

Skor Kategori Jumlah Prosentase

175,5 < X Sangat Tinggi 31 62 %

148,5 < X ≤ 175,5 Tinggi 19 38 %

121,5 < X ≤ 148,5 Sedang 0 0 %

94,5 < X ≤ 121,5 Rendah 0 0 %

X ≤ 94,5 Sangat Rendah 0 0 %

Dilihat dari tabel kategorisasi komitmen organisasi di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 31 orang dan prosentase 62 % terdapat pada subjek dengan kategori skor 175,5 < X.

Rentang minimum dan maksimum untuk variabel Intensi Prososial adalah 48 sampai dengan 192 dan luas jarak sebarannya adalah 144. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 144 : 6 = 24 dan mean teoritisnya µ = (192 + 48) : 2 = 120, sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategorisasi skor intensi prososial :


(70)

Tabel 9.

Norma Kategorisasi Intensi Prososial

Skor Kategori Jumlah Prosentase

156 < X Sangat Tinggi 32 64 %

132 < X ≤ 156 Tinggi 18 36 %

108 < X ≤ 132 Sedang 0 0 %

84 < X ≤ 108 Rendah 0 0 %

X ≤ 84 Sangat Rendah 0 0 %

Dilihat dari tabel kategorisasi intensi prososial di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah subjek 32 orang dan prosentase 64 % terdapat pada subjek dengan kategorisasi skor 156 < X.

2. Hasil Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data untuk menguji hipotesis perlu dilakukan uji normalitas dan linearitas terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis hipotesis sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang dari semestinya.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Uji


(71)

normalitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus one sample Kormogorov-Smirnov Test, bantuan SPSS for windows versi 12.0.

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas

Intensi Prososial Komitmen Organisasi

Kolmogorov-Smirnov Z 1,004 0,547

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,266 0,925

Asumsi uji normalitas dari data di atas adalah jika nilai p>0,05 maka sebaran skor yang diperoleh adalah normal. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai Z untuk variabel intensi prososial adalah sebesar 1,004 dengan probabilitas 0,266 (p>0,05), sedangkan nilai Z pada variabel komitmen organisasi adalah sebesar 0,547 dengan probabilitas 0,925 (p>0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data subjek memiliki sebaran yang normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah hubungan antar variabel penelitian cukup mengikuti fungsi linear. Pengujian linearitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 12.0.


(72)

Tabel 11. Hasil Uji Linearitas

F Asymp. Sign.

Combined 2,278 0,038

Linearity 45,731 0.000

Skor Intensi prososial

*

Komitmen organisasi Deviation from Linearity 0,876 0.637

Hasil perhitungan uji linearitas dua variabel penelitian menunjukkan bahwa nilai F sebesar 45,731 dengan probabilitas 0,000 (p<0,05), artinya signifikan. Hal ini berarti hubungan antara komitmen organsasi dengan intensi prososial bersifat linear.

c. Uji Hipotesis

Setelah mengetahui bahwa data penelitian didistribusikan normal dan berkorelasi linear, maka dapat dilakukan uji hipotesis. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara variabel komitmen organisasi dan variabel intensi prososial. Uji hipotesis ini dilakukan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0.


(73)

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis

r p

Skor intensi prososial * Komitmen organisasi 0.713 0.000

Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara komitmen organisasi dan intensi prososial sebesar 0,713 dengan probabilitas 0,000 dengan taraf signifikansi (p<0,01) dan memakai uji satu ekor (1-tailed). Berdasar hasil ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan posotif yang signifikan antara variabel komitmen organisasi dan variabel intensi prososial. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, semakin tinggi pula intensi prososialnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0.508 berarti variabel bebas (komitmen organisasi) memberikan sumbangan efektif terhadap variabel tergantung (intensi prososial) sebesar 50,8 %

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara komitmen organisasi dan intensi prososial, terlihat dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu sebesar 0,713 dengan p<0,01. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, maka


(74)

semakin tinggi intensi prososialnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat komitmen organisasi dalam Komunitas Sant’Egidio Yogyakarta, maka semakin rendah pula intensi prososial yang dilakukan.

Dalam Komunitas Sant’Egidio, anggota pertama kali menerima pengaruh dari komunitas dan ada interaksi di dalamnya sehingga memunculkan sikap saling ketergantungan dan ikatan yang kuat serta menetap. Hal ini yang menyebabkan anggota memiliki keputusan serta keyakinan untuk berkomitmen terhadap Komunitas Sant’Egidio.

Komunitas Sant’Egidio memiliki aktivitas yang berhubungan dengan perilaku prososial. Seseorang yang bergabung dalam komunitas ini juga menerima pengaruh dari komunitas mengenai perilaku prososial yang dilakukan. Seseorang tersebut mendapat pengaruh untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang dilakukan dalam Komunitas Sant’Egidio dimana aktivitas yang dilakukan yaitu mendoakan serta melayani orang miskin dan terlantar sehingga memberikan sikap positif seseorang dalam Komunitas Sant’Egidio sehingga memunculkan niat dalam diri orang tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan tindakan membagi baik materi maupun non materi kepada orang yang ditolong, mau ikut bekerjasama, mau memberi sumbangan kepada orang yang ditolong dan memberi kasih sayang, merawat serta menjaga perasaan orang yang ditolong. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fishbein & Ajzen (1975) bahwa semakin banyak pengaruh positif yang di dapat oleh seseorang mengenai perilaku prososial, maka semakin besar pula sikap psoitif mengenai perilaku prososial tersebut.


(1)

(2)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Komitmen_ organisasi

Perilaku_pr ososial

N 50 50

Mean 181.38 164.40

Normal

Parameters(a,b) Std. Deviation 14.570 14.334

Absolute .077 .142

Positive .077 .106

Most Extreme Differences

Negative -.067 -.142

Kolmogorov-Smirnov Z .547 1.004

Asymp. Sig. (2-tailed) .925 .266

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(3)

(4)

Means

ANOVA

Perilaku_prososial

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between Groups

(Combined) 8163.83

3 32 255.120 2.278 .038

Linear Term Weighted 5122.31

9 1 5122.319 45.731 .000

Deviation 3041.51

4 31 98.113 .876 .637

Within Groups 1904.16

7 17 112.010

Total 10068.0

00 49


(5)

(6)

Correlations

Correlations Komitmen_ organisasi Perilaku_pr ososial Pearson

Correlation 1 .713(**)

Sig. (1-tailed) . .000

Komitmen_organ isasi

N 50 50

Pearson

Correlation .713(**) 1

Sig. (1-tailed) .000 .

Perilaku_prososi al

N 50 50

** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).