Regulasi emosi negatif anak indigo - USD Repository

  

REGULASI EMOSI NEGATIF

ANAK INDIGO

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Oleh:

R. Aj. SABINA SITI NURUL PRISTISARI

NIM : 029114016

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2010

  

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK DIA YANG SUDAH MENCURAHKAN ROH KUDUS

UNTUK MENDAMPINGIKU SAAT MULAI LELAH BERLARI DAN IKUT BEKERJA BERSAMA

hingga purna.

  

BAPAK DAN IBU,

MAAF AKU MEMBIARKAN BAPAK DAN IBU “BERPUASA” SEKIAN LAMA UNTUK

MENANTIKU MENGENAKAN TOGA, TERIMA KASIH UNTUK KESABARAN DAN

KEPRIHATINAN DALAM MEMBIMBING DAN MENDAMPINGIKU, INI HADIAH ULANG

TAHUN PERKAWINAN KE-32 UNTUK BAPAK DAN IBU.

  

KAMAS, DIMAS, MBAK VENSA, RAHSA & RAHDYA, TERIMA KASIH UNTUK CINTA,

SEMANGAT & SUPPORTNYA.

  

BU IS,

CINTA & RESTUMU SELALU MENYERTAI TIAP LANGKAHKU, KUTAHU BU IS

MEMANTAUKU DARI SURGA.

  

Papi,

Saudara seperjuanganku yang kini tinggal dalam kemah abadi, hasil

perjuangan ini kupersembahan sebagai keberhasilan kita.

SAHABAT, SAUDARA serta SEMUA ORANG YANG MENDUKUNG DAN MEMBANTUKU,

TERUTAMA Pr & Rm BESERTA KELUArGA,

  

KALIAN SEMUA MOTIVASI & INSPIRASIKU

LOVE U ALL

  

MOTTO

Jangan pernah memulai sesuatu kalau tak mampu

mengakhirinya

so berjuanglah menyelesaikan apa yang sudah kau mulai

kalau bukan untuk orang tua, keluaga atau teman

paling tidak lakukanlah untuk dirimu sendiri.

Meski terasa berat percayalah, pasti bisa dilalui

karna Dia kan slalu membimbing langkahmu.

  

Hal yang tersulit adalah mengalahkan diri sendiri

karna selalu ada toleransi buat diri sendiri.

  

Jadilah pahlawan tuk dirimu sendiri!

Berdamailah dengan dirimu dan berjuanglah dengan

  

IKLAS

“Dan akhirnya kuingin mereka semua tersenyum bahagia ”

Dalam lamunan di sore itu, Sabina

REGULASI EMOSI NEGATIF ANAK INDIGO

  

R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari

ABSTRAK

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana regulasi emosi negatif pada anak

indigo. Subjek penilitian ini adalah dua orang anak indigo laki-laki, Pr dan Rm, yang

direkomendasikan oleh Pro V Klinik Jakarta, berusia sembilan dan delapan tahun. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan

dengan menggunakan metode wawancara sebagai data utama penelitian, serta data yang berasal

dari orang tua sebagai pendukung. Data dianalisa secara deskriptif dengan teknik trianggulasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak indigo memiliki perasaan yang sangat peka

sehingga sangat berpengaruh terhadap reaksi emosi yang muncul. Pr dan Rm secara umum belum

dapat melakukan regulasi emosi negatif sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian

bahwa kedua subjek belum dapat melakukan regulasi salah satu dari lima emosi negatifnya sampai

pada tahap memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibu dalam memodifikasi ataupun

mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Strategi regulasi emosi negatif yang sering

dilakukan oleh Pr adalah mencari kenyamanan dari ibu dan memasrahkan segalanya kepada

kehendak Tuhan (acceptance), sedangkan Rm lebih sering menggulakan strategi regulasi emosi

mengalihkan perhatian dari objek stres (displacement) dan melakukan kegiatan fisik yang

menenangkan. Dukungan dari lingkungan keluarga terutama ibu sangat mempengaruhi kedua

subjek dalam meregulasi emosi negatif Pr dan Rm. Kedua subjek merasa nyaman dengan

lingkungan yang dapat memahami dan menerimanya dengan cinta. Hal tersebut membantu kedua

subjek untuk lebih optimal meregulasi emosi negatifnya.

  Kata kunci: anak indigo, emosi negatif, regulasi emosi

NEGATIVE EMOTIONS REGULATION OF INDIGO CHILDREN

  

R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari

ABSTRACT

  The research was held in order to have knowledge about the negative emotions

regulation of indigo children. As recommended by Pro V Klinik, Jakarta, the researcher focused to

two indigo boys who were nine years and eight years in age, further mentioned as Pr and Rm. For

this research, the researcher used qualitative approach and case study method. Main datum which

was from the subject and supporting datum which were from parents and teachers were collected

by interview method. Data were analyzed descriptively by triangulation techniques. Results from

this study indicate that indigo children have a very sensitive feeling so great influence on

emotional reactions that arise. Rm and Pr in generally cannot accomplished the entirely negative

emotion regulation. This is shown by the results of research that both the subject has not been able

to regulate one of the five negative emotions till the stage to modify. Both subjects were assisted by

mothers in modifying or evaluating some of these negative emotions. Negative emotion regulation

strategies that are often carried out by Pr is seeking comfort from her mother and surrender

everything to the will of God (acceptance), while the Rm more likely to use emotion regulation

strategies by divert attention from the object of stress (displacement) and doing physical activities

that soothe. Support from the family, especially the mother greatly affect both the subject in

regulating negative emotions Rm and Pr. Both subjects felt comfortable with the environment that

can understand and accept them with love. This will help both subject to more optimally regulate

their negative emotions.

  Keywords: indigo children, negative emotions, emotions regulatio n

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kuasa, terang Roh Kudus serta bimbingan-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.

  Skripsi ini disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam proses penyusunannya dari awal hingga akhirnya selesai, telah melibatkan banyak pribadi yang memberikan bantuan dengan tulus, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada: 1.

  Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas kesempatan yang diberikan selama ini.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., yang selama menjabat menjadi Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, telah memberikan kesempatan perpanjangan masa studi dan ijin penelitian sehingga pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan.

  3. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi, M.Si. selaku Dosen pembimbing skripsi. Terima kasih telah memberikan waktu, kritik-saran, motivasi serta kesempatan yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  4. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. dan Romo Dr. A. Priyono Marwan, S.J., selaku penguji sekripsi. Terima kasih atas proses pembelajaran yang berharga sehingga karya ini menjadi lebih baik.

  5. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., terima kasih untuk semangat dan kesempatan yang diberikan selama menjadi Kaprodi.

  6. Ibu Aquilina Tanti Arini S.Psi., M.Si, Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. dan Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih untuk bimbingan, motivasi dan arahan selama saya berproses di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

  7. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membimbing maupun membantu selama penulis menempa ilmu dan berproses sangat panjang di fakultas psikologi USD ini. Mas Muji, Mas Donny, Mas Gandung, Bu Nanik dan Pak Gik terima kasih atas bantuan, motivasi dan perhatiannya untuk menyelesaikan urusan kampus.

  8. Dr. Erwin Kusuma dan Ibu Cahya di Pro V Clinic, terima kasih atas segala bantuan dan referensi yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

  9. Pr dan Rm yang sudah bersedia menjadi subjek serta kesempatan unik yang boleh dibagi. Terima kasih untuk keluarga Pr dan Rm atas penerimaan dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama pengambilan data.

  10. Bapak dan ibu. Terima kasih untuk kesabaran dan keprihatinannya menantiku mengenakan toga, terlebih untuk dukungan doa dan pengertiannya yang tak pernah putus, serta segala fasilitas yang sudah diberikan untuk mendukung skripsi ini. Kamas dan keluarga kecilnya, terima kasih motivasinya, juga dimas yang tidak bosan membantu dan mem ogram netbookku. Love you all….

  11. Keluarga Kelapa Gading dan Pangkalan Jati, terima kasih sudah bersedia menampung selama proses pengambilan data. Terima kasih buat kehangatan kekeluargaan yang bisa saya rasakan, menjadi energi dalam berjuang di Jakarta.

12. Keluarga Besar Ndanero Suryobrantan, Winotodiningrat, dan The

  Mondros . Terima kasih buat doa, motivasi dan sindiran yang selalu memacu untuk mengakhiri masa panjang studi ini.

  13. Bu Is dan Mas Ari “Papi” yang selalu jadi semangatku dari Rumah Bapa, seandainya bisa mempersembahkannya di dunia fana, miss u…….

  14. Bona, Aan, Honey, Iunt, Putri, Mas Siuz, dan Mas Danang, thanks buat semua semangatnya dan juga pontang-pantingnya ngurus kebutuhan kampus selama aku di kota Metropolitan. Aku sangat beruntung menemukan kalian di puing-puing masa kejayaan angkatan 2002.

  15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang tidak bisa diucapkan satu per satu, kalian selalu menjadi semangat, motivasi, harapan dan pesaing untuk segera menyelesaikan masa panjang ini. Ayo wisuda bareng!

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................ i i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii iii HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv iv HALAMAN MOTTO....................................................................................... v v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vi vi ABSTRAK....................................................................................................... vii vii

  

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

  viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS.............................................. ix ix KATA PENGANTAR...................................................................................... x x DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii xiii DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi xvi BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1 B.

  4 Rumusan Masalah……………………………………………….. 4 C.

  4 Tujuan Penelitian………………………………………………... 4 D.

  4 Manfaat Penelitian………………………………………………. 4

  6 A. Emosi Negatif...………………………………………...……….. 6

  BAB II. TINJAUAN TEORI…………….…………….……………………. 6

  6

  1. Pengertian Emosi ………………………………………….. 6

  6

  2. Macam Emosi ……………………………………………... 7

  7 B. Regulasi Emosi………………………………………………….. 13

  13 1.

  13 Pengertian Regulasi Emosi..……………………................. 13 2. Indikator Regulasi Emosi ..……………………………….. 14

  14 3.

  16 Strategi Regulasi Emosi…………………………………… 16 4.

  19 Faktor Regulasi Emosi….…………………………………. 19 C. Anak Indigo………………………………..………………………... 20

  20

  1. Pengertian Anak Indigo …………………………………… 20

  20

  2. Karakteristik Anak Indigo ………………………………… 22

  22

  3. Tipe-Tipe Anak Indigo ……………………………………. 23

  23 4. Emosi Negatif Anak Indigo………………………………. 23

  23 D. Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo………………………………...

  27 BAB III. METODE PENELITIAN …………………………………………. 29

  29 A.

  29 Jenis Penelitian……………………………………………………….. 29 B.

  29 Fokus Penelitian……………………...………………………………. 29 C. Subjek Penelitian……………………………...…………………….... 30

  30 D.

  30 Metode Pengambilan Data.……………………...………………….... 30 E.

  34 Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………. 34 F.

  35 Metode Analisis Data…………………………...……………………. 35

  G.

  39 Keabsahan Data………………………………….…………………... 39

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  40 ……….…………. 40

  40 A. Pelaksanaan Penelitian…………………………………………... 40 B.

  41 Deskripsi Subjek………………………………………………… 41 C.

  54 Hasil Penelitian………………………………………………….. 54

  80 D. Pembahasan……………………………………………………... 78

  87 BAB V. PENUTUP …………………………………………………………. 85 A.

  87 Kesimpulan…………………………………………………….... 85 B.

  89 Saran…………………………………………………………….. 87 DAFTAR PUSTAKA

  91 ………………………………………………………... 89

  95 LAMPIRAN …………………………………………………………………. 93

  DAFTAR TABEL

Table 3.1 Pedoman Wawancara …………………………………………….

  Table 3.2 Koding dalam Wawancara Latar Belakang Subjek……………… 38

Table 3.3 Koding dalam Wawancara Regulasi

  Emosi Negatif…………….. 38

Table 4.1 Ringkasan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

  ………….. 40 Table 4. 2 Ringkasan Hasil Penelitian…………………………………….... 55

  32

  38

  38

  40

  55

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Informasi mengenai anak indigo telah lama berkembang di Indonesia. Sejak kira-kira tahun 2000 (W, 2007), istilah anak indigo muncul setelah

  ditemukannya kasus unik tersebut pada beberapa anak di Indonesia. Harian

  

Kompas menulis pemberitaan yang terkait dengan keberadaan anak indigo dalam

  artikel Disangka Gila karena Indigo (2003). Berita tersebut menceritakan pengalaman Abel (bukan nama sebenarnya). Abel adalah seorang anak indigo yang dibawa orang tuanya ke psikiater karena hampir setiap malam merasa jiwanya lepas dari raganya dan pergi mengembara, serta sering melihat kejadian yang akan terjadi. Abel didiagnosis menderita halusinasi dan diberi obat, tetapi obat-obat itu tidak diminumnya. Dia terus mencari jawaban atas keadaannya dengan membaca buku dan mempelajari tentang trans dari seorang guru di Bali. Sampai akhirnya ia kecanduan narkoba karena dijerumuskan temannya. Teman- teman sebayanya menawari pil-pil psikotropika sebagai media untuk dapat sampai pada keadaan trans. Abel diketahui sebagai indigo setelah menjalankan pemeriksaan oleh Dr. Erwin Kusuma di Pro V Clinic.

  Kasus lain yang diberitakan adalah pengalaman Viktor. Dia adalah anak indigo yang selalu berselisih paham dengan orang tuanya. Dari kecil ia dianggap sebagai anak pemberontak sampai akhirnya ia lari dari rumah pada usia tiga belas

  2

  tahun. Sekarang Viktor merasa diterima dengan baik setelah diasuh oleh keluarga pendeta asal Amerika yang tinggal di Bandung. Kasus berbeda dialami Satrio Wibowo (Ysahnaz, 2009). Dia adalah anak indigo yang memiliki kemampuan menulis novel ratusan halaman dalam bahasa Inggris tanpa pendidikan khusus dan melukis dengan sangat detil. Ia tidak suka menyerap pelajaran karena merasa tidak dipahami oleh gurunya dan baginya pelajaran tidak penting.

  Anak indigo yang memiliki keunikan ternyata memiliki permasalahan dalam kehidupannya. Anak indigo memiliki ciri khas old soul. Old soul berarti mereka memiliki kepribadian yang lebih matang daripada kepribadian anak seusianya dan tampak sebagai orang yang bersikap arif (Chapman, 2005).

  Kekhasan tersebut ternyata juga menimbulkan permasalahan bagi anak indigo dalam relasi dengan teman sebaya. Anak indigo merasa tidak nyaman bergaul dengan teman sebayanya. Silalahi (2009) menemukan bahwa ketiga subjek indigo penelitiannya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman sebayanya karena mereka merasa memiliki pemahaman yang berbeda.

  Kasus-kasus yang dialami oleh anak indigo menunjukan bahwa anak indigo masih memiliki permasalahan emosi dan perilaku. Kusuma (komunikasi pribadi, 12 Maret, 2008), seorang psikiater yang menangani dan membina beberapa anak indigo, mengungkapkan bahwa biasanya anak indigo merasa marah karena lingkungan sekitarnya tidak bisa memahaminya. Karakteristik yang dimiliki anak indigo serta kurang adanya penerimaan dari lingkungan sosialnya cenderung memunculkan relasi sosial yang negatif dan meningkatkan emosi- emosi negatif. Emosi negatif (Safaria dan Saputra, 2009) memberikan dampak

  3

  tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi ini adalah emosi yang sering dihindari dan berusaha dikendalikan, tetapi jika gagal individu akan sulit merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Emosi negatif dapat dikendalikan dengan cara meregulasinya.

  Regulasi emosi merupakan suatu cara bagaimana seseorang dapat menyadari serta mengatur pikiran dan perilakunya dalam emosi yang berbeda, baik emosi positif maupun emosi negatif (Richard dan Gross, 2000). Tompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Seseorang yang mengalami emosi negatif biasanya tidak dapat berpikir dengan jernih dan cenderung melakukan tindakan di luar kesadaran sehingga perlu adanya regulasi emosi negatif. Regulasi emosi yang baik memungkinkan seseorang untuk menikmati interaksi sosialnya dengan orang lain.

  Berkembangnya regulasi emosi pada masa kanak-kanak sangat penting untuk mempelajari bahasa dan kemampuan berkomunikasi sebagai dasar kehidupan selanjutnya (Giles, 2005). Anak menjadi lebih adaptif dan dapat diterima oleh lingkungannya. Regulasi emosi negatif penting dimiliki oleh anak pada akhir masa kanak-kanak, karena pada masa ini terdapat tuntutan agar anak dapat berelasi baik terhadap lingkungan dan teman sebayanya (Gunarsa, 1997 dan Santrock, 2002).

  Regulasi emosi negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi untuk mengelola respon emosional yang tidak menyenangkan dengan memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini

  4

  ingin melihat regulasi emosi negatif pada anak indigo. Regulasi emosi negatif tersebut menarik karena anak indigo memiliki karakteristik yang memerlukan regulasi emosi negatif dan anak indigo, sebagai anak yang berada pada akhir masa kanak-kanak, membutuhkan regulasi emosi negatif.

B. Rumusan Masalah

  Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana regulasi emosi negatif yang dilakukan oleh anak indigo?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana regulasi emosi negatif yang dilakukan oleh anak indigo.

  D. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini memiliki dua manfaat yang utama, yaitu:

1. Secara teorietik

  Untuk menambah khasanah pengetahuan dalam ilmu psikologi terutama psikologi perkembangan anak mengenai regulasi emosi negatif anak indigo.

  5

2. Secara praktis

  a. Bagi anak indigo Anak indigo dapat mengenali regulasi emosi negatif yang digunakan sehingga anak dapat lebih tepat dalam menghadapi emosi negatif yang muncul.

  b. Bagi orang tua Orang tua mengetahui regulasi emosi anak indigo. Berdasarkan pengetahuan itu, orang tua dapat meningkatkan komunikasi dengan anak indigo. Dengan demikian orang tua dapat mendampingi anak indigo dalam proses belajar meregulasi emosi negatif.

  c. Bagi lembaga yang menangani anak indigo.

  Lembaga yang menangani anak indigo dapat memperoleh informasi mengenai regulasi emosi negatif anak indigo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka menyajikan sub bab emosi negatif, regulasi emosi, anak

  indigo dan regulasi emosi negatif anak indigo. Keempat sub bab tersebut memberikan deskripsi mengenai regulasi emosi, anak indigo serta emosi negatif anak indigo.

A. Emosi Negatif Sub bab emosi negatif menyajikan pengertian emosi dan macam emosi.

  Macam emosi yang diuraikan adalah emosi positif dan emosi negatif.

1. Pengertian Emosi

  Pengertian emosi menurut Ahmadi dan Umar (1992) adalah suatu pengalaman sadar, kompleks dan meliputi unsur perasaan. Pengalaman tersebut mengikuti keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta penyesuaian batiniah, kemudian diekspresikan dalam tingkah laku yang tampak. Emosi dapat dirumuskan sebagai keadaan organisme yang terangsang, sehingga secara sadar mengakibatkan perubahan perilaku (Chaplin, 2004). Goleman (2007) mengartikan emosi sebagi kegiatan atau pengolahan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Goleman (2007) menganggap bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

  7 Emosi merupakan situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada

  tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif, serta kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan dalam suatu kebudayaan (Wade dan Tavris, 2007). Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, nafasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya menegang, dan energi tubuhnya memuncak.

  Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu pengalaman atau keadaan yang disadari, kompeks, mendalam, mempengaruhi secara fisik dan mental yang menstimulus individu untuk mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak.

2. Macam Emosi

  Emosi manusia dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut :

a. Emosi Positif

  Emosi positif memberikan dampak yang menenangkan dan menyenangkan. Emosi positif membuat seseorang merasakan keadaan psikologis yang positif. Bentuk emosi positif adalah tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang (Safaria dan Saputra, 2009). Emosi positif menurut Lazarus (1991) adalah bentuk emosi yang muncul ketika tujuan yang ingin diraih tercapai.

  8 Bentuk-bentuk emosi positif adalah:

  1) Bahagia (happy) Bahagia muncul pada saat individu merasa bahwa ia telah membuat kemajuan yang berarti dalam proses pencapaian tujuan atau pada saat tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Emosi bahagia dapat termanifestasi dalam kecenderungan berperilaku, berupa dorongan yang kuat sehingga individu mudah untuk melakukan tindakan tertentu. 2) Bangga (pride)

  Emosi bangga timbul ketika individu memiliki keterlibatan yang tinggi dalam mencapai tujuan sehingga emosi bangga lebih ditujukan pada diri sendiri. Bentuk emosi bangga termaniferstasi dalam kecenderungan individu untuk menceritakan atau menunjukkan pada orang lain bahwa dia telah berhasil dalam mencapai tujuan. 3) Kasih sayang (love)

  Kasih sayang merupakan suatu reaksi emosi yang terlihat dari suatu hubungan sosial. Terjalinnya hubungan sosial yang hangat didorong oleh penghargaan yang diberikan orang lain, ketika individu berhasil mencapai tujuannya.

  4) Lega (relief) Emosi lega akan tampak melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Emosi lega terlihat pada saat tujuan yang semula dinilai tidak sesuai menjadi kebutuhan yang penting bagi individu dan terjadi penurunan emosi negatif. Perubahan ini dapat disebabkan oleh pihak

  9

  lain yang memberikan bantuan. Pada emosi lega individu cenderung untuk tenang (relax) dengan perubahan yang dirasakan.

b. Emosi Negatif

  Emosi negatif, menurut Safaria dan Saputra (2009), memberikan dampak tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi negatif adalah emosi yang sering dihindari dan berusaha dikendalikan. Emosi negatif yang gagal dikendalikan menyebabkan individu sulit merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Bentuk emosi negatif adalah sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan sebagainya.

  Lazarus (1991) mengungkapkan emosi negatif adalah bentuk emosi yang muncul ketika pencapaian tujuan tidak tercapai. Lima bentuk emosi negatif adalah:

1) Marah (anger)

  Marah merupakan salah satu bentuk emosi yang paling kuat. Emosi marah dapat berbentuk menyalahkan orang lain, diri sendiri, atau objek lain. Pelampiasan menyalahkan ini tergantung kepada seseorang atau sesuatu yang dirasakan dapat mengancam diri. Bila sumbernya internal (individu yang merasa bertanggung jawab sendiri) maka marah akan dilampiaskan pada diri sendiri sedangkan emosi marah pada orang lain atau sesuatu di luar dirinya disebut sumber eksternal. Emosi marah memiliki kecenderungan untuk menyerang pihak yang dianggap sebagai sumber munculnya emosi marah.

  10

  2) Cemas (fright-anxiety) Kecemasan muncul pada saat individu mengalami suatu ketidakpastian dalam menilai sesuatu. Ketidakpastian tersebut dapat menimbulkan ancaman pada individu. Cemas juga terjadi ketika individu kurang mampu memperkirakan apa yang akan terjadi.

  Dalam prosesnya, cemas dapat terlihat ketika tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai individu. Ketika individu kurang berhasil, individu akan mencemaskan penerimaan orang lain terhadap dirinya. Ketidakpastian mengenai sesuatu yang akan terjadi, merupakan hal yang tidak dapat dikendalikan oleh individu, dan selanjutnya individu cenderung untuk menghindarinya. 3) Malu–merasa bersalah (guilt-shame)

  Kondisi malu yang disertai rasa bersalah ini timbul dari nilai-nilai benar-salah yang telah diinternalisasi individu dan berasal dari identitas diri. Identits diri adalah kesesuaian antara keadaan diri yang senyatanya dan diri yang diinginkan oleh individu tersebut. Kegagalan dalam mencapai tujuan dapat dipandang sebagai bentuk kesalahan dan terdapat perbedaan yang tinggi antara penilaian sebagian orang yang mampu mencapai tujuan dan kenyataan adanya kegagalan dalam pencapaiannya.

  Ditinjau dari segi kecenderungan untuk melakukan tindakan, bentuk dari emosi malu-merasa bersalah ini adalah kecenderungan untuk menyembunyikan kegagalan dalam mencapai tujuan agar tidak

  11

  diketahui orang lain dan kesediaan untuk menerima hukuman akibat kegagalan dalam mencapai tujuan.

  4) Sedih (sadness) Emosi sedih dikaitkan dengan reaksi akibat kehilangan seseorang, kegagalan dalam menjalankan peran atau tidak dihargai oleh orang lain.

  Sedih ditandai dengan rendahnya usaha untuk melakukan sesuatu dan sikap menyerah. Individu yang mengalami emosi ini merasa bahwa tidak ada yang dapat dilakukan lagi setelah mengalami suatu kegagalan. Pada emosi sedih, individu cenderung untuk menarik diri (withdrawal) dari kegiatan, namun tidak menyalahkan diri atau orang lain.

  5) Iri (envy-jealously) Emosi iri terlihat ketika individu ingin memiliki sesuatu seperti yang dimiliki orang lain dan menginginkan kasih sayang dari orang tertentu hanya untuk dirinya. Iri tampak ketika terjadi perbandingan sosial atau perbandingan dengan orang lain.

  Individu cenderung berupaya mendapatkan penghargaan dari orang lain dengan pola perilaku yang tidak impulsif. Dapat pula digambarkan bahwa individu cenderung untuk menuntut dan mengharap pengakuan dari orang lain.

  Penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis dari emosi menunjukkan bahwa manusia memiliki dasar-dasar emosi atau telah memiliki emosi primer sejak mereka dilahirkan. Meskipun para psikolog memiliki pandangan

  12

  berbeda-beda mengenai apa saja yang termasuk emosi primer, umumnya emosi primer meliputi (Wade dan Tavris, 2007): a. rasa takut (fear)

  b. marah (anger)

  c. sedih (sadness)

  d. senang (joy)

  e. terkejut (surprise)

  f. jijik (disgust)

  g. sebal (contempt) Wade dan Tavris (2007) mengatakan emosi sekunder meliputi semua variasi dan campuran dari emosi, yang mungkin saja berbeda-beda pada tiap budaya.

  Sejumlah teorikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan besar (Goleman, 2007), sebagai berikut: a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian patologis.

  b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasiani diri, kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.

c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut sekali, kecut sebagai patologi, fobia dan panik.

  13

  d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali dan batas ujungnya, mania.

  e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

  f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.

  g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

  h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan emosi negatif adalah suatu pengalaman atau keadaan tidak menyenangkan yang disadari, kompeks, mendalam, mempengaruhi secara fisik dan mental yang menstimulus individu untuk mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak. Penelitian ini menggunakan lima emosi negatif yang sering digunakan dalam penelitian menurut Lazarus (1991). Lima emosi negatif tersebut adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri.

B. Regulasi Emosi

  Sub bab regulasi emosi menyajikan pengertian regulasi emosi, strategi regulasi emosi dan faktor regulasi emosi.

1. Pengertian Regulasi Emosi

  Menurut Santrock (2007) pengaturan emosi (emotional regulation) terdiri

  14

  dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Thompson (1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor, mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan individu tersebut. Regulasi emosi juga didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengontrol ekspresi emosi (Berk, 2008). McDevitt dan Ormord (2002) mendefinisikan regulasi emosi sebagai strategi yang dilakukan anak untuk mengelola situasi yang penuh stress.

  Penelitian ini menggunakan pengertian regulasi emosi menurut Thompson (1994) dan Berk (2008) karena peneliti ingin melihat regulasi emosi yang dilakukan subjek terhadap reaksi emosi.

2. Indikator Regulasi Emosi

  Indikator regulasi emosi menurut Thompson (1994) adalah:

  a. Memonitor emosi berarti individu menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan, dan latar belakang dari tindakannya. Memonitor emosi dapat pula diartikan bahwa individu mampu terhubung dengan emosi-emosi dan pikiran-pikirannya, sehingga individu mampu menamakan setiap emosi yang muncul. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya.

  b. Mengevaluasi emosi berarti individu mengelola dan menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya. Pengelolaan diutamakan pada emosi negatif seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam, dan benci. Pengelolaan

  15

  tersebut membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh emosi secara mendalam sehingga mampu berpikir rasional.

  Sebagai contoh, ketika individu mengalami perasaan kecewa dan benci, dia kemudian menerima perasaan tersebut apa adanya, tidak berusaha menolaknya dan berusaha menyeimbangkan emosi tersebut secara konstruktif. Individu tersebut melihat peristiwa yang menimbulkan kekecewaan dan kebencian dari sudut pandang yang lebih positif, mengambil hikmah di balik masalah tersebut, dan mencoba untuk memaafkan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam masalah tersebut. Ia mampu meredakan kekecewaan dan kebenciannya tersebut, sehingga tidak berlarut-larut dalam kekecewaan dan kebencian.

  c. Memodifikasi emosi berarti individu mengubah emosi sehingga mampu memotivasi diri, terutama ketika individu berada dalam keadaan putus asa, cemas dan marah. Individu menjadi lebih optimis dalam hidupnya. Modifikasi emosi menyebabkan individu mampu bertahan dalam masalah yang membebaninya, terus berjuang ketika menghadapi hambatan yang besar, tidak pernah mudah putus asa serta selalu memiliki harapan. Regulasi emosi menjadi penting bagi individu. Individu dapat efektif melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorongnya mengalami kecemasan dan depresi. Individu yang mampu meregulasi emosi-emosinya secara efektif, lebih tahan terhadap kecemasan dan depresi. Terutama jika individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti

  16

  perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi (Goleman, 2007 dan Thompson, 1994).

3. Strategi Regulasi Emosi

  Strategi regulasi emosi menyajikan strategi regulasi emosi secara umum dan strategi regulasi pada anak secara khusus.

a. Strategi Regulasi Emosi

  Strategi-strategi untuk meregulasi emosi menurut Garnefski, Kraaij dan Spinhoven (2001) adalah: 1) Selfblame mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri sendiri.

  Beberapa peneliti menemukan bahwa self blame berhubungan dengan depresi dan pengukuran kesehatan lainnya.

  2) Blaming others mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpa dirinya.

  3) Acceptance mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah atas kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi coping yang memiliki hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan. 4) Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa yang harus diambil dalam menghadapi peristiwa negatif yang dialami.

  Perlu diperhatikan, kalau dimensi ini hanya pada tahap kognitif saja.

  Refocusing on planning merupakan strategi coping yang memiliki

  17

  hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan.

  5) Positive refocusing adalah kecenderungan individu untuk lebih memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal yang positif bisa dianggap membantu pada jangka pendek, namun pada jangka panjang bisa bersifat maladaptif. 6) Rumination or focus on thought adalah apabila individu cenderung selalu memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang sedang terjadi. Rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat depresi yang tinggi.

  7) Positive reappraisal adalah kecenderungan individu untuk mengambil makna positif dari situasi yang sedang terjadi. Positive

  

reappraisal berasosiasi dengan optimisme dan penerimaan diri serta

berkorelasi negatif dengan kecemasan.

  8) Putting into perspective adalah kecenderungan individu untuk bertindak acuh (tidak perduli) atau meremehkan suatu keadaan. Konsep ini belum pernah dimasukan dalam pengukuran coping. 
9

  ) Catastrophizing mengacu pada pemikiran yang menekankan ketakutan dari peristiwa yang sudah dialami. Secara umum gaya

  

catastrophizing tampaknya terkait dengan maladaptasi, penderitaan

emosional dan depresi.

  18

b. Strategi Regulasi Emosi pada Anak

  Anak melakukan beberapa strategi penyesuaian emosional untuk membuat mereka lebih nyaman. Anak-anak mungkin melakukan strategi- strategi yang secara umum dilakukan oleh orang dewasa seperti selfblame,

  

blaming others, acceptance, refocus on planning, positive refocusing,

rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into

perspective dan catastrophizing, meskipun secara khusus anak melakukan

  strategi regulasi emosi yang khas. Strategi emosi yang biasa dilakukan anak- anak (Berk, 2008) adalah:

1) Membatasi rangsangan yang masuk. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah memejamkan mata atau menutup telinga.

  2) Berbicara dengan dirinya sendiri. Anak menenangkan dirinya dengan berbicara pada dirinya sendiri seperti contoh berikut ini, ibu mengatakan bahwa ibu akan pulang sebentar lagi. 3) Mengubah tujuannya. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah anak menginginkan sebuah mainan tetapi orang tuanya tidak bisa memenuhi, kemudian anak mengubah permintaannya, dengan harapan permintaan yang baru dapat terpenuhi.

  Perilaku regulasi emosi yang digunakan oleh anak-anak menurut Bridges, Denham, dan Ganiban (2004) adalah: