BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - 14.H1.0019 Silvester Firdaus Restu Novento BAB IV

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Perusahaan Secara Umum

  PT. ACD merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang Industri Pengolahan Kayu (KLU: 52347) yang berkedudukan di Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. PT. ACD berdiri sejak tahun 2007. Dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya, selama ini PT. ACD melakukan pembayaran pajak berupa: PPh 21, PPh 25, PPN, dan PPh 29. Pada tahun 2016 dalam rangka melakukan persiapan untuk ikut memanfaatkan kebijakan Tax Amnesty, PT. ACD mengundang Kantor Konsultan Pajak (KKP) A untuk melakukan review dan berkonsultasi mengenai kewajiban perpajakan yang telah dijalankan selama ini. Terdapat beberapa temuan yang dihasilkan oleh Kantor Konsultan Pajak (KKP) A berkaitan dengan kewajiban perpajakan PT. ACD, sebagai berikut:

  1. Dalam hal pembukuan laporan keuangan yang disajikan, diketahui bahwa PT. ACD melakukan/menerapkan pembukuan ganda yaitu pembukuan pajak (sebagai laporan pajak) dan pembukuan internal perusahaan (sebagai laporan internal perusahaan/pemegang saham). Pembukuan ganda ini dimaksudkan untuk menyembunyikan omzet penjualan sebenarnya guna menekan biaya/beban pajak yang harus ditanggung oleh PT. ACD.

  2. Dalam laporan keuangan yang disajikan, nilai persediaan dan nilai penjualan yang disajikan bukanlah nilai yang sebenarnya, tetapi merupakan nilai rekayasa. Nilai persediaan yang ditampilkan didalam laporan keuangan tidak didukung dengan bukti fisik persediaan dan dokumen pendukung (Faktur Pajak, Fak-b, Fak-o atau kartu persediaan). Dugaan ini juga diperkuat dari hasil pengakuan pemilik dan pegawai perusahaan.

  

3. Pada tahun 2016 PT. ACD masih memiliki tanggungan pajak yang harus segera

dilunasi/dibayarkan kepada negara:

  • Terdapat tunggakan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh

    perusahaan untuk masa pajak Agustus 2016 sebesar Rp 276,064,200,-

  • Terdapat tunggakan pembayaran Pajak Penghasilan PPh 25/29 Badan selama 5 (lima) bulan periode Mei – September 2016 sebesar: 5 (lima) bulan x 46.010.700,- = Rp 270,064,000
  • Pada tanggal 10 Februari 2017 PT. ACD mendapatkan Surat Teguran dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Semarang dengan Nomor Surat: ST- 00183/WPJ.10/KP.1004/2017 untuk segera melakukan pelunasan utang pajak sebesar Rp 295,988,694,-
  • Sejak tahun 2010-2016 Sisa Tagihan Pajak yang harus dibayarkan PT. ACD kepada kas negara adalah sebesar Rp 804,747,979,-
  • Atas utang pajak yang tidak segera dibayarkan hingga batas waktu yang ditentukan maka PT. ACD mendapatkan sanksi administrasi yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak Madya Semarang berupa Pemblokiran Kekayaan Penanggung Pajak an. PT.ACD berupa pemblokiran saldo rekening disalah satu bank pemerintah, dengan nomor surat S-1163/WPJ.10/KP.1004/2017 tanggal 8 Februari 2017.

4.1.1 Pelaporan SPT Tahunan Tahun Pajak 2015 1) Kondisi Laporan Keuangan (LK) yang disajikan oleh PT. ACD pada SPT Tahunan 2015

  Dalam SPT Tahunan 2015 yang dilaporkan oleh PT. ACD kepada pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (DJP), PT. ACD mengakui adanya keuntungan bersih (laba bersih) sebelum pajak yang diterima perusahaan sebesar Rp 2,707,279,152. Penerimaan tersebut diperoleh dari hasil penjualan bersih (penjualan kotor-retur/potongan penjualan) sebesar Rp 96,979,917,895 dikurangi oleh Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp 78,252,508,445 dan beban-beban yang harus ditanggung oleh perusahaan (operasional maupun non operasional) sebesar Rp 16,020,130,298 (lihat tabel 4.1). Sedangkan didalam Neraca yang disajikan didalam laporan SPT Tahunan, PT. ACD mengakui adanya hutang pajak sebesar Rp 190,918,300. Pajak dibayar dimuka sebesar Rp 638,945,507 dan juga mengakui adanya piutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 1,197,876,275 (tabel 4.2).

  

Berikut ini disajikan data laporan laporan laba rugi dan laporan neraca serta laporan harga pokok

penjualan (HPP) PT. ACD yang disajikan didalam SPT Tahunan 2015 :

Tabel 4.1 Laporan Laba-Rugi PT. ACD

  

Per 31 Desember 2015

PENJUALAN

  Penjualan Rp 96,984,677,704 Retur dan Potongan Penjualan Rp (4,759,809) TOTAL PENJUALAN

  Rp 96,979,917,895 HARGA POKOK PENJUALAN

  Persediaan Barang Jadi (Awal) Rp 71,172,459,780 Harga Pokok Penjualan Rp 86,143,255,372 Rp 157,315,715,152 Persediaan Barang Jadi (Akhir) Rp (79,063,206,707)

  HARGA POKOK PENJUALAN Rp (78,252,508,445)

  LABA KOTOR Rp 18,727,409,450

  BIAYA OPERASIONAL Biaya Pemasaran Rp (412,682,188) Biaya Administrasi dan Umum Rp (15,565,579,972)

  TOTAL BIAYA OPERASIONAL Rp (15,978,262,160)

  LABA OPERASIONAL Rp 2,749,147,290

  PENDAPTAN NON OPERASIONAL Rp 19,388,146 BIAYA NON OPERASIONAL Rp (61,256,284) Rp (41,868,138)

  

LABA (RUGI) BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 2,707,279,152

  Sumber: Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2015 PT. ACD

Tabel 4.2 Neraca PT. ACD Per 31 Desember 2015

  AKTIVA

KEWAJIBAN DAN EKUITAS AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR

  Kas Rp 38,844,200 Hutang Usaha Rp 35,006,463,666 Bank

  Mesin Rp (3,066,445,229)

   Rp 28,918,380,288

TOTAL AKTIVA Rp 257,909,323,787 TOTAL PASIVA Rp 257,909,323,787

  JUMLAH AKTIVA TETAP Rp 18,686,595,030 JUMLAH EKUITAS

  Laba (Rugi) Tahun Berjalan Rp 2,707,279,197

  Inventaris Rp (245,438,966)

  Inventaris Rp 299,273,387 Laba Ditahan Rp 8,211,101,091 Akumulasi Depresiasi

  Kendaraan Rp (427,408,329) Modal Saham Rp 18,000,000,000

  Kendaraan Rp 615,590,000 EKUITAS Akumulasi Depresiasi

  Mesin Rp 21,511,024,167 Akumulasi Depresiasi

   Rp 62,239,551 Hutang Bank Rp 12,959,782,523

  AKTIVA TETAP JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Rp 139,224,989,125

  Sumber: Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2015 PT. ACD

  JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 239,222,728,757 KEWAJIBAN JANGLA PANJANG

  Pajak dibayar dimuka Rp 638,945,507 Piutang PPN Rp 1,197,876,275

  JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rp 89,765,954,374

  Uang Muka Pembelian Rp 67,468,569,670 Hutang Lancar Lainnya Rp 7,934,489,185 Biaya dibayar dimuka Rp 924,989,000

  Tongkang Rp 9,647,238,575 Uang Muka Penjualan Rp 32,946,041,515

  Piutang Usaha Rp 16,600,037,892 Hutang Pajak Rp 190,918,300 Persediaan Rp 142,643,988,087 Hutang Biaya Rp 728,259,185 Uang Muka Sewa

  Hutang Jangka Panjang Rp 139,224,989,125

Tabel 4.3 Harga Pokok Penjualan PT. ACD Untuk Periode yang berakhir 31 Desember 2015

  

Persediaan Bahan Awal Rp 8,564,189,229

Pembelian Bahan Rp 110,137,752,649 Potongan Pembelian Rp - Pembelian Bersih

  Rp 110,137,752,649 Rp 118,701,941,878

Persediaan Bahan Akhir Rp (36,899,030,743)

Biaya Pemakaian Bahan Rp 81,802,911,135

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 1,045,230,250

Biaya Overhead Pabrik

  Rp 5,773,718,794 Rp 88,621,860,179

Persediaan Barang Dalam Proses (Awal) Rp 24,203,145,785

Rp 112,825,005,964

Persediaan Barang Dalam Proses (Akhir) Rp (26,681,750,657)

Harga Pokok Penjualan (HPP)

   Rp 86,143,255,307

  Sumber: Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2015 PT. ACD

Tabel 4.4 Perincian Harga Pokok Penjualan (HPP), Biaya Usaha Lainnya dan Biaya Dari Luar Usaha PT. ACD

  Harga Pokok Biaya Usaha Biaya Diluar No Perincian

  Jumlah Penjualan Lainnya Usaha

  1 Pembelian Bahan/Barang 110,137,752,649 110,137,752,649 Dagangan

  2 Gaji, Upah, Bonus, 1,045,230,250 2,825,395,000 3,870,625,250 Gratifikasi, Honorarium, THR, dsb.

  3 Biaya Transportasi 41,066,790 41,066,790

  4 Biaya Penyusutan dan 1,084,437,840 109,794,966 1,194,232,806 Amortisasi

  5 Biaya Sewa 454,344,000 454,344,000

  6 Biaya Bunga Pinjaman 10,620,152,628 10,620,152,628

  7 Biaya Sehubungan dengan Jasa

  8 Biaya Piutang Tak Tertagih

  9 Biaya Royalti

  10 Biaya Pemasaran/Promosi 412,682,188 412,682,188

  11 Biaya Lainnya 4,689,280,945 1,514,826,588 61,256,284 6,265,363,817

  12 Persediaan Awal 103,939,794,794 103,939,794,794

  13 Persediaan Akhir (-/-) 142,643,988,087 142,643,988,087 Jumlah 1 s.d 12 dikurangi 78,252,508,391 15,978,262,160 61,256,284 94,292,026,835

13 Sumber: Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2015 PT. ACD

2) Kondisi Kepemilikan Asset dan Kewajiban

  Didalam laporan SPT Tahunan 2015 yang dilaporkan kepada negara, PT. ACD mengakui kepemilikan atas asset (harta) senilai Rp 257,909,323,787,- terdiri dari enam puluh delapan item asset (harta) yang dimiliki dengan lima jenis harta yang berbeda.

Tabel 4.5 Pengakuan Harta pada SPT Tahunan 2015

  KODE JENIS TAHUN JUMLA RINCIAN NO HART NOMINAL SATUAN HARTA PEROLEHAN H HARTA A

  1

  11 UANG TUNAI 2015 Rp 38,844,200

  2

  13 GIRO 2015 Rp 3,938,691 BANK MANDIRI

  3

  13 GIRO 2015 Rp 13,604,536 BANK BCA

  4

  13 GIRO 2015 Rp 44,696,325 BANK BCA

  5

  21 PIUTANG 2015 Rp 16,600,037,892 PERSEDIAAN

  6 23 2015 Rp 142,643,988,087 USAHA PIUTANG

  7 29 2015 Rp 9,647,238,575 LAINNYA PIUTANG

  8 29 2015 Rp 67,468,569,670 LAINNYA PIUTANG

  9 29 2015 Rp 924,989,000 LAINNYA PIUTANG

  10 29 2015 Rp 638,945,507 LAINNYA PIUTANG

  11 29 2015 Rp 1,197,876,275 LAINNYA HARTA

  12

  59 BERGERAK 2010 Rp 84,375,000

  1 UNIT GENSET MAN LAINNYA HARTA FORKLIFT TCM 5

  13

  59 BERGERAK 2010 Rp 31,250,000

  1 UNIT TON LAINNYA HARTA FORKLIFT TCM 5

  14

  59 BERGERAK 2010 Rp 78,125,000

  1 UNIT TON LAINNYA HARTA LOADER

  15

  59 BERGERAK 2010 Rp 114,843,750

  4 UNIT CATERPILLAR LAINNYA HARTA EXAVATOR

  16

  59 BERGERAK 2010 Rp 315,000,000

  1 UNIT HITACHI LAINNYA HARTA

  17

  59 BERGERAK 2010 Rp 32,812,500

  1 UNIT PONY HAITA 48 LAINNYA HARTA BELAH HIROTA

  18

  59 BERGERAK 2010 Rp 262,500,000

  1 UNIT

  60 LAINNYA

  19

  1 UNIT MC METER

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 185,482,580

  1 UNIT FORKLIFT TCM 5 TON

  31

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 14,181,817

  8 UNIT ELECTROMOTOR

  32

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 11,812,500

  4 UNIT POMPA AIR PANAS

  33

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 1,160,157

  1 UNIT POMPA AIR

  34

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 934,375

  35

  1 UNIT POMPA HIDROLIK

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2011 Rp 2,779,167

  1 UNIT GERGAJI SAWMILL

  36

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 369,679,096

  1 UNIT FORKLIFT

  37

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 380,746,783

  1 UNIT FORKLIFT

  38

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 1,797,046,172

  1 UNIT CRANE

  39

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 4,600,000

  30

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 2,500,000

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 13,125,000

  24

  1 UNIT CROSSCUT TONG YANG 42

  20

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 14,437,500

  1 UNIT CROSSCUT HIROTA 44

  21

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 9,843,750

  1 UNIT CROSSCUT HIROTA 36

  22

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 119,062,500

  1 UNIT MESIN MOULDING

  23

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 132,291,667

  1 UNIT MESIN DOUBLE END

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 33,072,917

  29

  1 UNIT MESIN SAWDOCTOR

  25

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 19,843,750

  1 UNIT MESIN CROSSCUT

  26

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 1,093,750

  1 UNIT GENSET HONDA

  27

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 2,656,250

  1 UNIT COMPRESSOR 7,5 HP

  28

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2010 Rp 625,000

  1 UNIT DINAMO 30 HP

  1 UNIT SPOOL GENERATOR

  40

  55

  57

  1 UNIT TRUCK

  43 MOBIL 2010 Rp 14,583,333

  56

  1 UNIT

  42 SEPEDA MOTOR 2013 Rp 1,500,000

  1 UNIT LOGGING TRUCK

  1 UNIT TRUCK

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 3,726,925,551

  54

  1 UNIT LOGGING TRUCK

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 3,569,487,493

  53

  1 UNIT MESIN BULDOZER

  43 MOBIL 2010 Rp 21,875,000

  58

  52

  55 PERALATAN ELEKTRONIK, FURNITURE 2012 Rp 3,238,117

  55 PERALATAN ELEKTRONIK, FURNITURE 2013 Rp 7,491,772

  63

  5 UNIT

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 868,771

  62

  36 UNIT

  61

  43 MOBIL 2010 Rp 52,864,584

  1 UNIT PICK UP

  43 MOBIL 2011 Rp 61,421,250

  60

  1 UNIT AVANZA

  43 MOBIL 2010 Rp 35,937,500

  59

  1 UNIT KIJANG INNOVA

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 1,227,499,089

  9 UNIT ALAT BERAT

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 5,512,500

  INVERTER

  1 UNIT GENERATOR STAMFORD

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 167,314,594

  44

  1 UNIT BANDSAW BLADE

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 60,276,042

  43

  1 UNIT MESIN LAS

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 542,140,520

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 1,050,000

  42

  1 UNIT MESIN LAS SMARTER

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 1,432,292

  41

  1 UNIT MESIN CHAINSAW

  45

  1 UNIT FORKLIFT

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 3,145,312,500

  49

  51

  1 UNIT MESIN LAS

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 2,131,250

  50

  1 UNIT WATER PUMP

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2015 Rp 5,326,284

  2 UNIT LOGGING TRUCK

  46

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2014 Rp 1,935,937,500

  48

  1 UNIT BLOWER KD

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 2,031,250

  47

  1 UNIT MESIN ROLL

  59 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 16,328,125

  19 UNIT HARTA

  64

  59 BERGERAK 2013 Rp 11,603,106

  15 UNIT LAINNYA PERALATAN

  65

  55 ELEKTRONIK, 2014 Rp 7,728,458

  13 UNIT FURNITURE HARTA

  66

  59 BERGERAK 2014 Rp 7,229,792

  3 UNIT LAINNYA PERALATAN

  67

  55 ELEKTRONIK, 2015 Rp 14,400,711

  7 UNIT FURNITURE HARTA

  68

  59 BERGERAK 2015 Rp 1,266,667

  1 UNIT LAINNYA

  TOTAL Rp 257,909,323,787

  Sumber: SPT Tahunan PT.ACD

  Sedangkan jumlah kewajiban/hutang diakui oleh PT. ACD dan disajikan didalam SPT Tahunan 2015 adalah sebesar Rp 196,044,901,984,- terdiri dari hutang lainnya dan hutang bank/lembaga bukan bank.

Tabel 4.6 Pengakuan Hutang pada SPT Tahunan 2015

  NILAI YANG TAHUN DILAPORKAN KODE NO JENIS UTANG PEMINJ DALAM UTANG AMAN SPT PPh TERAKHIR (RUPIAH)

  HUTANG BANK/LEMBAGA KEUANGAN 1 101 BUKAN BANK (KPR, LEASING KENDARAAN 2015 Rp 12,959,782,523 BERMOTOR, DAN SEJENISNYA) 2 104

  2015 Rp 35,006,463,666 UTANG LAINNYA 3 104

  2015 Rp 190,918,300 UTANG LAINNYA 4 104

  2015 Rp 728,259,185 UTANG LAINNYA 5 104

  2015 Rp 7,934,489,185 UTANG LAINNYA HUTANG BANK/LEMBAGA KEUANGAN 6 101 BUKAN BANK (KPR, LEASING KENDARAAN 2015 Rp 139,224,989,125

BERMOTOR, DAN SEJENISNYA)

  Rp 196,044,901,984 TOTAL

  Sumber: SPT Tahunan 2015 PT. ACD

3) Jumlah Pajak Yang Dibayarkan PT. ACD

  Dari total keuntungan bersih (laba bersih) sebelum pajak yang diterima perusahaan sebesar Rp 2,707,279,152 terdapat bagian laba yang dipotong pajak penghasilan final (PPh Final) sehingga tidak diperhitungan didalam pajak penghasilan badan sebesar Rp 13,561,164. Dengan demikian total penghasilan kena pajak PT. ACD adalah sebesar Rp 2,693,718,033. Berikut ini disajikan penghitungan Pajak Penghasilan PT. ACD : PPh Badan Terutang = Rp 2,693,718,033 x 25% PPh Badan Terutang = Rp 673,429,500 Pada tahun 2015 berdasarkan data SPT Tahunan, diketahui terdapat penghasilan PT. ACD yang telah dipotong pajak bukan final sebesar Rp 121,301,200 atas pembelian barang keperluan industri dalam sektor perhutanan (dikenakan PPh 22) dan imbalan/jasa lainnya (dikenakan PPh 23). Atas pajak penghasilan yang telah dipotong tersebut, PT.ACD dapat mengkreditkannya untuk mengurangi total pajak penghasilan terutang badan. Pada tahun 2015 PT.ACD juga telah membayar angsuran pajak PPh 25 sebesar Rp 517,644,300. Penghitungan pajak yang masih harus dibayarkan oleh PT. ACD adalah sebagai berikut: PPh Badan Terutang = Rp 673,429,500

  • – Rp 121,301,200 PPh Badan Terutang = Rp 552,128,300 Pajak Kurang Bayar = Rp 522,128,300 - Rp 517,644,300 Pajak Kurang Bayar = Rp 34,484,000

4.2 Strategi Penghematan Pajak yang dilakukan PT. ACD

  Dalam rangka melakukan penghematan beban pajak yang harus dibayarkan kepada negara, PT. ACD melakukan beberapa cara penghematan yaitu:

1. Menyembunyikan Omzet (Nilai Penjualan) yang Sebenarnya untuk Menghemat Beban Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa angka persediaan yang disajikan oleh perusahaan didalam laporan keuangannya bukan merupakan angka sebenarnya. Hal tersebut terjadi karena perusahaan, PT. ACD tidak secara jujur mengakui omzet (penjualan) yang semestinya. Didalam laporan keuangan yang disajikan oleh PT. ACD didalam SPT Tahunan diketahui angka penjualan yang ada, hanya sebesar 50%-70% dari penjualan yang sebenarnya terjadi (misal: menjual 10 unit hanya mengakui 5-7 unit). Modus ini dilakukan oleh PT.ACD adalah dengan melakukan perjanjian penjualan terdahulu dengan lawan transaksi tentang nominal pengakuan transaksi yang akan dilaporkan kepada negara dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (DJP), apakah itu 50%, 60%, atau 70% dari nominal transaksi yang sebenarnya.Hal ini bertujuan untuk menekan beban Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang harus dibayarkan kepada kas negara.

2. Memanfaatkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

  Pemanfaatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor Dan Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dimungkinkan karena kayu merupakan barang pertanian hasil perkebunan yang tergolong sebagai barang bersifat strategis yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 2. Meski demikian, tidak semua barang yang bersifat strategis bebas dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), ada syarat yang harus dipenuhi yaitu;

   barang hasil pertanian yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN) adalah barang hasil pertanian yang dipetik langsung;

 diambil langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk hasil pemrosesannya yang dilakukan dengan cara: dikeringkan dengan cara dijemur atau dengan cara lain; dirajang; diasinkan atau digarami; dibekukan atau didinginkan; dipecah; dicuci atau disucihamakan; direndam, direbus; disayat, dikupas, dibelah; diperam; digaruk; pemisahan dari kulit atau biji atau pelepah; atau dikemas dengan cara sangat sederhana untuk tujuan melindungi barang yang bersangkutan yang diserahkan oleh petani atau kelompok petani.

  Dengan demikian, jelas bahwa penyerahan barang berupa kayu oleh PT.ACD

kepada lawan transaksi tidak boleh melanggar persyaratan yang telah tertuang

didalam undang-undang. Apabila syarat tersebut tidak dipenuhi maka atas

penyerahan atas barang berupa kayu tersebut dapat dikenakan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN). Untuk menyiasati pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar

10% atas penyerahan atas barang yang tidak memenuhi syarat tersebut, PT. ACD

mengakui penyerahan barang tersebut (yang tidak memenuhi syarat) sebagai

penyerahan barang dengan jasa PPh 23 dengan tarif 2% (Lihat gambar 4.1).

  Tindakan ini sangat umum dan sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan

yang bergerak dibidang industri kayu. Namun sejak diterbitkannya Putusan

Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 70P/HUM/2013 pada 25 Februari

2014 yang mengabulkan permohonan uji materiil terhadap Peraturan Pemerintah

Nomor 31 Tahun 2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah

Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak

Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai, dari pemohon yaitu Kamar Dagang dan Industri Indonesia

(KADIN). Isi putusan tersebut memerintahkan; kepada Presiden Republik

Indonesia untuk mencabut Pasal 1 ayat (1) huruf c, Pasal 1 ayat (2) huruf a, Pasal 2

ayat (1) huruf f, dan Pasal 2 ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun

2007 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001

tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat

Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

  Implikasi atas terbitnya Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:

  70P/HUM/2013 pada 25 Februari 2014, yaitu: atas barang hasil pertanian yang merupakan hasil perkebunan, tanaman hias dan obat, tanaman pangan, dan hasil hutan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2007 yang semula dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berubah menjadi dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Atas penyerahan dan impor barang tersebut dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif 10%, sedangkan atas ekspornya dikenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif 0%.

  Gambar 4.1

Ilustrasi atas modus yang dilakukan oleh PT. ACD

  

Kayu Olahan

Barang Non BKP/PP No 31

Memenuhi Syarat

  Tidak Memenuhi Syarat

Tahun 2007

Merupakan BKP dikenakan Tetap PP 31/Non PPN

  PPN 10%

  • Penyerahan Tetap dianggap memenuhi syarat PP 31/Non PPN
  • Atas cacat dikenakan jasa PPh 23 sebesar 2%

  Sumber: diolah, 2017

4.3 Pelaporan SPT Tahunan PT. ACD yang Seharusnya

4.3.1 Estimasi Laporan Keuangan Internal PT. ACD

  Telah dijelaskan sebelumnnya didalam temuan review terhadap kewajiban perpajakan PT. ACD oleh KKP A dimana disebutkan bahwa laporan keuangan yang dilaporkan oleh PT. ACD kepada negara dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak (DJP) adalah laporan keuangan tidak sebenarnya. Dari hasil review oleh KKP A ditemukan bahwa nilai penjualan yang diakui hanya sebesar 50%-70% dari penjualan yang sebenarnya. Atas nilai omzet sisanya (yang tidak dilaporkan) dialihkan kedalam rekening internal (pemegang saham) perusahaan. Dengan demikian, maka didalam proyeksi laporan keuangan perusahaan yang sebenarnya terdapat beberapa akun yang mengalami perubahan, yaitu:

a) Perubahan pada Laporan Laba Rugi

  Perubahan pada laporan laba rugi ini terjadi pada saldo akun penjualan dan akun persediaan barang jadi akhir. Berikut ini adalah tabel perubahan

saldo akun yang terjadi pada laporan laba-rugi internal:

Tabel 4.7 Estimasi Perubahan Nilai Akun pada Laporan Laba Rugi PT. ACD

  Saldo Akun Laporan Laba- Saldo Akun Laporan Laba- Nama Akun Rugi SPT Rugi Internal Penjualan Rp 96,984,677,704 Rp 138,549,539,577

  Persediaan Barang Rp 79,063,206,707 Rp 60,817,851,313 Dagang (Akhir)

  Sumber: diolah, 2017

  Pada laporan laba rugi yang sebenarnya nilai penjualan meningkat 30% (sebelumnya diakui hanya 70% dari total penjualan) dari jumlah yang ada pada laporan keuangan pajak yaitu menjadi Rp 138,549,539,577 meningkat sebesar Rp 41,564,861,873. Sedangkan pada akun persediaan barang jadi akhir nilai dialam laporan keuangan sebenarnya turun 30% (sebelumnya diakui sebesar 130% dari persediaan sebenarnya) menjadi Rp 60,817,851,313 mengalami penurunan sebesar Rp 18,245,355,394 (Tabel 4.7).

b) Perubahan pada Laporan Neraca

  Pada laporan neraca terdapat dua akun yang saldo akunnya berubah, yaitu: akun bank dan akun laba (rugi) tahun berjalan. Berikut ini adalah tabel perbandingan perubahan saldo akun yang terjadi pada laporan neraca di dalam SPT Tahunan dan laporan internal perusahaan:

Tabel 4.8 Estimasi Perubahan Saldo Akun Pada Laporan Neraca PT. ACD

  Saldo Akun pada Saldo Akun pada Nama Akun Laporan Neraca SPT Laporan Neraca Internal

Bank Rp 62,239,551 Rp 23,381,746,050

  Laba (Rugi) Tahun Rp 2,707,279,197 Rp 26,026,785,696 Berjalan

  Sumber: diolah, 2017

  Pada akun bank terjadi perubahan nilai sebesar Rp 23,319,506,499 menjadi Rp 23,381,746,050 dari sebelumnya Rp 62,239,551 sedangkan pada akun laba (rugi) tahun berjalan terjadi perubahan nilai sebesar Rp 23,319,506,499 menjadi Rp 26,026,785,696 dari sebelumnya Rp 2,707,279,197 (lihat tabel 4.8). Atas perubahan tersebut nilai asset dan liabilitas PT. ACD bertambah menjadi Rp 281,228,830,286 dari sebelumnya sebesar Rp 257,909,323,787 (lihat Tabel 4.10). Berikut ini disajikan estimasi laporan laporan laba rugi dan laporan neraca PT. ACD berdasarkan hasil review oleh KKP A:

Tabel 4.9 Estimasi Laporan Laba-Rugi PT. ACD Per 31 Desember 2015 PENJUALAN

  Penjualan Rp 138,549,539,577

  Retur dan Potongan Penjualan Rp (4,759,809) Rp 138,544,917,895

TOTAL PENJUALAN HARGA POKOK PENJUALAN

  Persediaan Barang Jadi (Awal) Rp 71,172,459,780 Harga Pokok Penjualan Rp 86,143,255,372 Rp 157,315,715,152 Persediaan Barang Jadi (Akhir) Rp (60,817,851,313)

HARGA POKOK

   Rp (96,497,863,774) PENJUALAN

LABA KOTOR

  Rp 43,046,916,994 BIAYA OPERASIONAL Biaya Pemasaran Rp (412,682,188) Biaya Administrasi dan Umum Rp (15,565,579,972)

TOTAL BIAYA OPERASIONAL

  Rp (15,978,262,160)

LABA OPERASIONAL Rp 26,068,653,834

PENDAPTAN NON OPERASIONAL Rp 19,388,146

  Rp (61,256,284)

BIAYA NON OPERASIONAL

  Rp (41,868,138) LABA (RUGI) BERSIH Rp 26,026,785,696 SEBELUM PAJAK

  Sumber: diolah, 2017

KEWAJIBAN DAN EKUITAS AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR

  JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 239,222,728,757 KEWAJIBAN JANGLA PANJANG

  Rp 638,945,507 Piutang PPN Rp 1,197,876,275

  Akumulasi Depresiasi Kendaraan

  EKUITAS

  Rp (3,066,445,229) Kendaraan Rp 615,590,000

  Akumulasi Depresiasi Mesin

  AKTIVA TETAP JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Rp 139,224,989,125 Mesin Rp 21,511,024,167

  Hutang Jangka Panjang Rp 139,224,989,125

Tabel 4.10 Estimasi Neraca PT. ACD Per 31 Desember 2015

  Uang Muka Pembelian Rp 67,468,569,670 Hutang Lancar Lainnya Rp 7,934,489,185 Biaya dibayar dimuka Rp 924,989,000

  JUMLAH KEWAJIBAN LANCAR Rp 89,765,954,374 Pajak dibayar dimuka

  Inventaris Rp (245,438,966)

  Tongkang Rp 9,647,238,575 Uang Muka Penjualan Rp 32,946,041,515

  Piutang Usaha Rp 16,600,037,892 Hutang Pajak Rp 190,918,300 Persediaan Rp 142,643,988,087 Hutang Biaya Rp 728,259,185 Uang Muka Sewa

   Rp 23,381,746,050 Hutang Bank Rp 12,959,782,523

  Kas Rp 38,844,200 Hutang Usaha Rp 35,006,463,666 Bank

  AKTIVA

  Laba (Rugi) Tahun Berjalan

   Rp 26,026,785,696

  Rp (427,408,329) Modal Saham Rp 18,000,000,000 Inventaris Rp 299,273,387 Laba Ditahan Rp 8,211,101,091 Akumulasi Depresiasi

JUMLAH AKTIVA

  PPh Badan Terutang = (Rp 26,026,785,696

  Perubahan nilai omzet penjualan pada laporan keuangan PT. ACD menyebabkan perubahan juga pada nilai pajak terutang yang harus dibayarkan . Penghitungan pajak terutang PT. ACD akibat perubahan nilai omzet :

  TETAP Rp 18,686,595,030 JUMLAH EKUITAS Rp 28,918,380,288

TOTAL AKTIVA Rp 281,228,830,286 TOTAL PASIVA Rp 281,228,830,286

  Sumber: diolah, 2017

  • – Rp 13,561,164) x 25% PPh Badan Terutang = Rp 26,013,225,532 x 25% PPh Badan Terutang = Rp 6,503,306,383

4.3.2 Ancaman Sanksi Perpajakan PT. ACD Atas Tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

  Tindakan perusahan PT. ACD yang dengan sengaja tidak melaporkan nilai penjualan perusahaan yang sebenarnya sebagai bagian strategi perusahaan untuk menghemat beban pajak yang harus dibayarkan kepada kas negara, merupakan suatu tindakan yang melanggar hukum (ilegal). Tindakan yang dilakukan PT.

  ACD didalam perpajakan dikenal dengan tindakan Penggelapan Pajak (Tax Evasion) , tindakan ini tergolong sebagai tindakan pelanggaran berat yang dapat dikenai sanksi administrasi khusus dan sanksi pidana. M. Zain (2008:44), mendefiniskan penggelapan pajak (tax evasion) sebagai manipulasi secara illegal atas penghasilannya untuk memperkecil jumlah pajak terutang.

  Di dalam Undang Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU Perpajakan) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009, Pengaturan mengenai ketentuan pidana bagi Warga Negara (Wajib Pajak) badan maupun orang pribadi diatur dalam Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 39A. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, atas tindakan penggelapan pajak (tax evasion) yang dilakukan oleh PT. ACD yaitu; menyampaikan SPT yang isinya tidak benar/tidak lengkap; memperlihatkan pembukuan palsu/dipalsukan; tidak menyetorkan pajak yang dipotong/dipungut, yang kesemuanya itu dilakukan dengan adanya unsur kesengajaan, maka PT. ACD terancam sanksi pidana penjara minimal 6 bulan maksimal 6 tahun dan denda minimal 2 kali maksimal 4 kali jumlah pajak yang terutang/kurang dibayar (Pasal 39 Ayat 1). Berikut ini merupakan penghitungan sanksi denda yang harus dibayarkan oleh PT. ACD berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2009 Pasal 39 Ayat (1) : Denda Pajak = (Pajak terutang yang sebenarnya

  • – pajak yang telah dibayar) x 2 (dua) Denda Pajak = Rp 6,506,696,424
  • – Rp 676,819,788 Denda Pajak = Rp 5,829,876,636 x 2

    = Rp 11,659,753,272

4.4 Perencanan Pajak (Tax Planning) yang dapat dilakukan oleh PT. ACD

  Secara garis besar berdasarkan bentuk usahanya, badan usaha berupa Perseroan Terbatas (PT), PT. ACD memiliki beban pajak yang harus dibayarkan kepada kas negara sebesar 32,5% meliputi pajak perseroan sendiri (pajak penghasilan tarif 25%) dan pajak atas deviden yang dibagikan kepada pemegang saham (tarif 10%). Untuk mengatasi besarnya beban pajak tersebut, diperlukan adanya perencanaan pajak (tax planning) yang baik yang harus dilakukan oleh PT. ACD; legal atau tidak melanggar ketentuan perundang- undangan yang berlaku; masuk akal secara bisnis (reasonable); dan didukung oleh bukti- bukti pendukung yang memadai. Perencanaan pajak (tax planning) yang dapat dilakukan oleh PT. ACD didalam menjalankan kegiatan usahanya meliputi:

4.4.1 Pemanfaatan Kebijakan Tax Amnesty PT. ACD

  Salah bentuk perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh PT. ACD untuk menghindari sanksi perpajakan yang dapat dikenakannya, PT. ACD dapat memanfaatkan kebijakan pengampunan pajak yang dicanangkan oleh pemerintah. Dalam rangka memanfaatkan kebijakan pengampunan pajak (Tax Amnesty)

  

tersebut, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh

PT. ACD yaitu;

  • Pertama , PT. ACD harus melunasi semua tunggakan pajak yang masih harus dibayarkan kepada kas negara. Besaran nilai tunggakan pajak yang harus dilunasi oleh PT. ACD berdasarkan hasil review pajak yang dilakukan oleh KKP A, PT.ACD wajib melunasi tunggakan pajak sebesar Rp 1,646,864,873. Tunggakan pajak tersebut terdiri dari: 1) Tunggakan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) oleh perusahaan untuk masa pajak Agustus 2016 sebesar Rp 276,064,200,- 2) Tunggakan pembayaran Pajak Penghasilan PPh 25/29 Badan selama 5 (lima) bulan periode Mei – September 2016 sebesar: 5 (lima) bulan x 46.010.700,- = Rp 270,064,000 3) Pada tanggal 10 Februari 2017 PT. ACD mendapatkan Surat Teguran dari Kantor Pelayanan Pajak Madya Semarang dengan Nomor Surat: ST-00183/WPJ.10/KP.1004/2017 untuk segera

  melakukan pelunasan utang pajak sebesar Rp 295,988,694,- 4) Sejak tahun 2010-2016 Sisa Tagihan Pajak yang harus dibayarkan PT. ACD kepada kas negara adalah sebesar Rp 804,747,979,-

  • Kedua, didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dijelaskan tentang wajib pajak (OP/Badan) yang ingin menyampaikan surat pernyataan harta (SPH) tidak berhak untuk
melakukan kompensasi atas kelebihan pembayaran pajaknya; Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Atas dasar itu terhadap kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang telah dikompensasikan, PT. ACD wajib melakukan pembetulan surat pemberitahuan dan membayar jumlah pajak yang telah dikompensasikan untuk periode masa Januari – Agustus 2016 sebesar Rp 3.041.064.454.

  (Pasal 35 ayat 1b; ayat 4). Berikut ini disajikan data kompensasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada tahun 2015.

Tabel 4.11 Daftar Kompensasi Kelebihan Bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

  Saldo

Masa Pajak PPN Keluaran PPN Masukan PPN Terutang Kelebihan

Bayar PPN Lebih Bayar

  3.041.064.454 - - - Desember 2015 Januari 22.928.622 10.454 22.918.168 3.018.146.286 Februari 2.035.379.076 34.044.247 2.001.334.829 1.016.811.457

  Maret 980.406.914 1.075.618.225 (95.211.311) 1.112.022.768 April 593.467.761 5.540.160 587.927.601 524.095.167 Mei (220.526.055) (476.871.537) 256.345.482 267.749.685 Juni 177.625.731 52.386.618 125.239.113 142.510.572

  Juli 344.630.744 447.892.491 (103.261.747) 245.772.319 Agustus 487.249.225 100.185.166 387.064.059 (141.291.740)

  Sumber : Data PPN PT. ACD

  Secara akuntansi, perlakuan terhadap Pajak Masukan PT. ACD pada masa Desember 2015 yang tidak boleh dikompensasikan oleh PT.ACD akibat mengikuti Pengampunan Pajak akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut: (Dr) Beban Pajak 3.041.064.454

  

(Cr) Pajak dibayar dimuka 3.041.064.454

  • Ketiga, untuk mendapatkan pengampunan pajak PT. ACD diwajibkan untuk membayar uang tebusan atas pengungkapan terhadap penambahan harta (tabel 4.14) dan hutang (4.15). Uang tebusan yang harus dibayarkan oleh PT. ACD kepada kas negara dihitung sebagai berikut: Uang Tebusan = Tarif x (Penambahan Harta - (P. Hutang x 75%)) = 5% x (23,789,006,499
    • – (200,000,000 x 75%) = 5% x (23,789,006,499
    • – 150,000,000) = 5% x 23,639,006,499 = Rp 1,181,950,325

Tabel 4.12 Daftar Penambahan Harta PT. ACD

  NO KODE HARTA NAMA HARTA TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN KETERANGAN

1 059 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 150,000,000 TONGYANG 44"

2 059 HARTA BERGERAK LAINNYA 2012 Rp 20,000,000 PANDAN 42" 3 059 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 20,000,000 PANDAN 42" 4 059 HARTA BERGERAK LAINNYA 2013 Rp 20,000,000 PANDAN 42" 5 043 MOBIL 2013 Rp 250,000,000 NISSAN 6 042 SEPEDA MOTOR 2010 Rp 4,000,000 KIRANA 2002 7 042 SEPEDA MOTOR 2011 Rp 5,500,000 SUPRA X 125

  2011 8 012 TABUNGAN/BANK 2015 Rp 23,319,506,499 TOTAL PENAMBAHAN HARTA Rp 23,789,006,499

  Sumber: Surat Pernyataan Harta (SPH) PT.ACD

Tabel 4.13 Daftar Penambahan Hutang PT. ACD

  NO KODE HARTA NAMA HARTA TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN KETERANGAN 1 101 HUTANG BANK 2013 Rp 200,000,000 PEMBELIAN

MOBIL NISSAN

  

TOTAL PENAMBAHAN HUTANG Rp 200,000,000

  Sumber: Surat Pernyataan Harta (SPH) PT.ACD

  Perlakuan Akuntansi menurut PSAK 70 terhadap Harta yang di Ungkap didalam Tax Amnesty Berpegangan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 70 yang

telah diluncurkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk mengatur perlakuan

akuntansi atas aset dan liabilitas yang timbul dari pengampunan pajak sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.

  

Atas pengungkapan harta dan hutang yang dilakukan oleh PT. ACD dalam

pengampunan pajak yang sebelumnya belum pernah tercatat didalam laporan

keuangan, secara akuntansi akan dicatat sebagai berikut:

  a) Mencatat Pengungkapan Harta dan Hutang Akun Debet (Dr) Kredit (Cr) Harta Bergerak Lainnya Rp 210,000,000 Laba Ditahan Rp 210,000,000 Mobil Rp 250,000,000 Hutang Rp 200,000,000

  Laba Ditahan Rp 50,000,000 Sepeda Motor Rp 9,500,000 Laba Ditahan Rp 9,500,000 Rp 23,319,506,499

  Tabungan/Bank Laba Ditahan Rp 23,319,506,499

  Sumber: diolah, 2017

  b) Mencatat Uang Tebusan Akun Debet (Dr) Kredit (Cr) Biaya Uang Tebusan Rp 1,181,950,325 Kas

  Rp 1,181,950,325

  Sumber: diolah, 2017

Tabel 4.14 Estimasi Neraca PT. ACD Setelah Tax Amnesty AKTIVA KEWAJIBAN DAN EKUITAS AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN LANCAR

  

Kas Rp 38,844,200 Hutang Usaha Rp 35,006,463,666

Bank Rp 62,239,551 Hutang Bank Rp 13,159,782,523

Piutang Usaha Rp 16,600,037,892 Hutang Pajak Rp 190,918,300

Persediaan Rp 142,643,988,087 Hutang Biaya Rp 728,259,185

Uang Muka Sewa

Tongkang Rp 9,647,238,575 Uang Muka Penjualan Rp 32,946,041,515

Uang Muka Pembelian Rp 67,468,569,670 Hutang Lancar Lainnya Rp 7,934,489,185

JUMLAH KEWAJIBAN

  

Biaya dibayar dimuka Rp 924,989,000 LANCAR Rp 89,965,954,374

Pajak dibayar dimuka Rp 638,945,507 Piutang PPN Rp 1,197,876,275

  KEWAJIBAN JANGKA JUMLAH AKTIVA LANCAR Rp 239,222,728,757 PANJANG Hutang Jangka Panjang Rp 139,224,989,125

JUMLAH KEWAJIBAN

  

AKTIVA TETAP JANGKA PANJANG Rp 139,224,989,125

Mesin Rp 21,511,024,167 Akumulasi Depresiasi Mesin Rp (3,066,445,229) Kendaraan Rp 615,590,000 EKUITAS Akumulasi Depresiasi Kendaraan Rp (427,408,329) Modal Saham Rp 18,000,000,000 Inventaris Rp 299,273,387 Laba Ditahan Rp 31,530,607,590 Akumulasi Depresiasi Laba (Rugi) Tahun Inventaris Rp (245,438,966) Berjalan Rp 2,707,279,197 Aset Bergerak Lainnya Rp 210,000,000

  Mobil Rp 250,000,000 Motor Rp 9,500,000 Tabungan Rp 23,319,506,499 JUMLAH AKTIVA TETAP Rp 42,475,601,529 JUMLAH EKUITAS Rp 52,237,886,787 TOTAL AKTIVA Rp 281,698,330,286 TOTAL PASIVA Rp 281,428,830,286

  Sumber: diolah, 2017

  Pengakuan atas Asset dan Liabilitas yang timbul dari Pengampunan Pajak didalam SPT Tahunan telah diatur didalam didalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.03/2016 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dan ditegaskan kembali melalui surat S-150/PJ.03/2017 tentang Penegasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) terkait Penyampaian Surat Pernyataan Harta (SPH) untuk Pengampunan Pajak yang diterbitkan pada tanggal 1 Maret 2017 yang lalu. Adapun pengakuan atas Asset dan Liabilitas didalam Surat Pemberitahuan adalah sebagai berikut:

   Seluruh harta dan utang dalam Surat Pernyataan Harta (SPH) dilaporkan

  dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak diperolehnya Surat Keterangan (Lampiran IV SPT 1770 atau Lampiran II SPT 1770 S)

   Ditambah dengan harta dan utang yang diperoleh pada Tahun Pajak 2016  Harta dilaporkan sebesar nilai perolehan, sedangkan utang dilaporkan

  sebesar pokok sisa utang pada akhir tahun

   Nilai wajar harta dalam SPH dicatat sebagai nilai perolehan dalam SPT Tahunan PPh Dalam kasus yang dialam oleh PT. ACD baru dapat melakukan pengakuan atas asset dan liabilitas yang muncul setelah pengampunan pajak didalam Surat Pemberithauan (SPT) Tahunan 2017. Hal ini disebabkan karena PT. ACD mengikuti program tax amnesty pada periode ketiga dan baru akan menerima Surat Keterangan (S-Ket) Pengampunan Pajak pada tahun 2017.

4.4.2 Perencaan Pajak Atas Pajak Penghasilan PPh 21

  Perencanaan atas PPh 21 ini berupa pemilihan metode pemotongan PPh