NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA NILI PENDIDIKAN KARAKTER DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PENGAJARAN DI SMA - UNS Institutional Repository

  NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN KARAKTER, DAN RELEVANSI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : Bayu Romadi K1211014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SEBALAS MARET SURAKARTA 2018

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Bayu Romadi NIM : K1211014 Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Novel Dua Ibu karya Arswendo

  

Atmowiloto Kajian Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan

Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas ini

  benar-benar karya saya sendiri selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakkan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

  Surakarta, Juli 2018 Yang membuat pernyataan

  Bayu Romadi

  NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Oleh Bayu Romadi K1211014 Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2018

  

ABSTRAK

  Bayu Romadi, K1211014 Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto Kajian

  

Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya sebagai Materi

Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

  Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Juni 2018.

  Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) kompleksitas ide, (2) kompleksitas aktivitas tokoh, (3) kompleksitas hasil budaya, (4) nilai-nilai pendidikan karakter, dan (5) relevansi novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dengan materi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropologi sastra. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis dokumen dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi metode. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian ini bahwa: (1) kompleksitas ide novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto membicarakan tentang ide hakikat hidup, kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, pandangan manusia terhadap alam semesta, dan hakikat hubungan antara manusia dengan sesamanya; (2) kompleksitas aktivitas tokoh novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto meliputi aktivitas yang berhubungan dengan kekerabatan, ekonomi kesenian dan rekreasi, sistem religi dan ritual kepercayaan, dan pendidikan; (3) kompleksitas hasil budaya novel

  

Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto berbentuk bahasa, sistem pengetahuan, organisasi

  sosial, teknologi, dan alat produksi atau mata pencaharian; (4) nilai pendidikan karakter yang ditemukan dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto meliputi nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab; dan (5) novel Dua

  

Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran sastra di

  SMA. Yaitu dapat dijadikan materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI semester genap dengan standar kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD), yaitu menganalisis unsur- unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kemudian dengan standar kompetensi (SK) memahami buku biografi, novel dan hikayat dengan kompetensi dasar (KD) yaitu membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia novel Dua Ibu juga dapat dijadikan materi pada kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) semester ganjil dengan standar kompetensi (SK) memahami pembacaan novel dengan kompetensi dasar (KD), yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan..

  

Kata kunci: novel, antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, materi pembelajaran

ABSTRACT

  Bayu Romadi, K1211014 Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto Anthropology

  

Literature Review, Character Education Values, and Relevance as Literature

Teaching Material at Thesis High School Thesis, Teacher Training and Education

  Faculty Sebelas Maret University Surakarta June 2018.

  The objectives of this study are to describe and explain: (1) the complexity of ideas, (2) the complexity of character activities, (3) the complexity of cultural outcomes, (4) the values of character education, and (5) the relevance of novels Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto with learning materials literature in high school. This research is a qualitative descriptive research with literary anthropology approach. The sampling technique is done by using purposive sampling. Data collection techniques used document analysis and interviews. Data validity using method triangulation. Data analysis techniques in this study using interactive analysis techniques. The results of this study are: (1) the complexity of the novel idea Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto talks about the idea of the essence of life, the position of man in space and time, the human view of the universe, and the nature of the relationship between man and his neighbor; (2) the complexity of the activity of the novel character of Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto includes activities related to kinship, arts and recreation economics, religious systems and rituals of trust, and education; (3) the complexity of the novel culture of Dua

  

Ibu by Arswendo Atmowiloto in the form of language, knowledge system, social

  organization, technology, and production or livelihood tools; (4) the value of character education found in the novel Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto includes religious values, honesty, discipline, hard work, democratic, spirit of nationalism, love of the homeland, respect for achievement, peace of mind, social care and responsibility; and (5) the novel

  

Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto can be used as a literary learning material in high

  school. It can be used as an Indonesian language learning material in class XI semester even with the standard of competence (SK) comprehend various saga, novel Indonesia / novel translation with basic competence (KD), that is analyzing intrinsic elements and extrinsic novel Indonesia / translation. Then with the standard of competence (SK) understand biography books, novels and saga with basic competence (KD) that is comparing intrinsic elements and extrinsic novel Indonesia / translation with saga. In the learning of Indonesian novel Dua Ibu can also be used as material in class XII High School semester (SMA) semester with the standard of competence (SK) to understand the reading of novel with basic competence (KD), which is responding to reading novel fragment from vocal, intonation and appreciation ..

  

Keywords: novel, literary anthropology, character education value, learning materials

  MOTTO

  On every morning Gazelle wakes up, it know it’s must out run the fastest lion or it will be kill every morning

  Lion wake up, it know it’s must runner then slowest gazelle, or it well starve It doesn’t matter whether her you’re the lion or a gazelle

  When sun come up you’d better be running

  Christopher McDougall -

  Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu

  Al’ Imran Ayat 200 -

  Kesalahan, dan kegagalan bukanlah akhir Akhir dari segalanya adalah ketika kau berhenti melakukan

  • - Penulis

  PERSEMBAHAN Untuk Bapak dan Ibu, Ananda persembahkan karya ini

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur milik Allah Swt. Selawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan. Skripsi ini, penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.

  Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Merat, yang telah memberikan ijin penilitian sehingga skripsi ini dapat selesai;

  2. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang selalu mempermudah dalam pengerjaan skripsi sehingga dapat terselesaikan;

  3. Drs. Edy Suryanto, M. Pd selaku Pembimbing Akademik, yang tanpa henti memacu saya untuk tidak berhenti;

  4. Prof. Dr. Suyitno, M.Pd. dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd. selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini;

  5. Bapak Arswendo Atmowiloto selaku penulis novel Dua Ibu; 6.

  Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret beserta staf tata usaha, perpustakaan, dan kantin Universitas Sebelas Maret;

  7. Ayahanda, Ibunda, dan adikku Anggun Nur W. terima kasih; 8.

  Teman-teman Prodi Bahasa Indonesia angkatan 2011- 2017 Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas doa, masukan, dan bantuannya;

  9. Teman-teman Kelompok Peron Surakarta Mahasiswa Pekerja Teater, tempat berbagi duka dan derita bersama; dan

10. Guru SMA N 2 Sragen, yang tanpa henti memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan dan kritik dari semua pihak dibutuhkan untuk menjadikan karya ini lebih baik dan lebih baik lagi ke depan. Semoga semua bantuan, dukungan, kebaikan, dan doa yang diberikan kalian berikan kepada penulis terjawab oleh Gusti Allah. Selamat Membaca.

  Surakarta, Juli 2018

  DAFTAR ISI

  Halaman JUDUL ........................................................................................................... i PERNYATAAN ............................................................................................. ii PENGAJUAN .................................................................................................. iii PERSETUJUAN .............................................................................................. iv PENGESAHAN ............................................................................................... v ABSTRAK....................................................................................................... vi MOTTO ........................................................................................................... viii PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix KATA PENGANTAR...................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6 BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir ........................................................ 8

  1. Hakikat Novel ....................................................................................... 8

  2. Hakikat Kajian Antropologi Sastra ......................................................... 16

  3. Fragmen Budaya Jawa ............................................................................ 20

  4. Hakikat Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ............................................... 22

  B. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 37

  BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 38 B. Bentuk dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 39 C. Sumber Data ................................................................................................ 39 D. Teknik Sempling ......................................................................................... 40 E. Tehnik Pengempulan Data ........................................................................... 41 F. Teknik Validitas Data .................................................................................. 42 G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 43 H. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ............................................................................................. 46 B. Hasil Penelitian............................................................................................ 48

  1. Struktur Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto ............................ 49

  2. Kompleksitas Ide dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto ..... 82

  3. Kompeksitas Aktivitas pada Novel Dua Ibu ............................................ 97

  4. Kompleksitas Hasil Budaya .................................................................... 111

  5. Nilai Pendidikan Karakter Novel Dua Ibu ............................................... 121

  6. Relevansi Novel Dua Ibu sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA ... 134

  C. Pembahasaan ............................................................................................... 136

  BAB V SIMPULAN. IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ..................................................................................................... 179 B. Implikasi ..................................................................................................... 182 C. Saran ........................................................................................................... 187 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman 1.

  Bagan Karangka Berpikir ........................................................................... 38 2. Model Analisis Interaktif ............................................................................ 44 3. Novel Dua Ibu ............................................................................................ 193 4. Arswendo Atmowiloto ............................................................................... 190

  

DAFTAR TABEL

  Tabel Halaman 1.

  Nilai dan Diskripsi Nilai Pendidikan Karakter ............................................ 26 2. Materi Pengajaran Sastra Sekolah Menengah Atas..................................... 34 3. Rincian Waktu Penelitian .......................................................................... 39

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran Halaman 1.

  Sinopsis Novel .......................................................................................... 194 2. Biografi Pengarang ..................................................................................... 196 3. Hasil Wawancara dengan Pengarang .......................................................... 199 4. Hasil Wawancara dengan Guru SMA ......................................................... 202 5. Hasil Wawancara dengan Murid SMA........................................................ 204 6. Izin Menyusun Skripsi ................................................................................ 205 7. Surat Izin Observasi ................................................................................... 206 8. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 207 9. Silabus SMA .............................................................................................. 208

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ciptaan kreatif imajinatif manusia yang bertolak

  dari kehidupan nyata serta memiliki ekspresi estetik. Sebuah karya sastra mencerminkan berbagai masalah kehidupan dalam berinteraksi dengan lingkungan, masyarakat, dan Tuhannya. Walupun bentuk karya sastra bersifat imajinatif, bukan berarti karya sastra dianggap sebagai hasil khayalan saja, melainkan penghayatan dan perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Melalui karya sastra, seorang sastrawan berusaha berkomunikasi dengan pembaca khususnya terkait dengan pemikiran, cerita kehidupan, serta budaya yang ada dalam suatu masyarakat. Dalam proses kreatif penciptaan karya sastra tidak terlepas dari kondisi sosial historis masyarakat yang melahirkan karya sastra tersebut.

  Sastra diciptakan bukan hanya sebagai bentuk konsumsi yang bisa dinikmati dan dipahami. Karya sastra yang lahir melalui perenungan pengarang memiliki nilai dan pesan tersendiri. Nilai dari suatu karya sastra akan tetap hidup dalam karya sastra tersebut dan akan selalu berkembang dalam interpretasi pembaca. Pada hakikatnya sastra dan kebudayaan memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam masyarakat, manusia sebagai fakta sosial, manusia sebagai mahkluk kultural (Ratna, 2005:14).

  Karya sastra bukanlah hal yang asing sebab pada setiap zaman yang mengenal tulisan dapat ditemukan karya sastra. Sastra sebagai karya seni merupakan bagian dari budaya. Sastra merupakan suatu wujud dan hasil dari kebudayaan. Sastra terjadi dalam konteks sosial sebagai bagian dari kebudayaan yang menyiratkan masalah tradisi, konvensi, norma, genre, simbol, dan mitos. Hal itu terjadi karena sastrawan dipengaruhi dan memengaruhi masyarakat (Wellek dan Austin, 1990:120). Kesenian itu pula merupakan bentuk budaya. Pembaca karya sastra dapat menjadikan karya

  Kedudukan bahasa dalam sebuah karya sastra menempati kedudukan yang vital, karena karya sastra menggunkan media bahasa sebagai sarana penyampaian gagasan atau ide karena pada hakikatnya, bahasa merupakan alat ciptaan sosial (Damono, 1984:1). Adanya hubungan karya sastra dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan pengarang, menjadikan fungsi karya sastra sebagai alat dokumentasi sosial masyarakat yang terjadi pada zamanya. Sastra memang sering mencerminkan kenyataan, sering juga dituntut mencerminkan kenyataan (Luxemburg, Ball, dan Weststeijn, 1984:15). Berkaitkan dengan fungsinya sebagai aktivitas literal dan aktivitas kultural, memahami karya sastra dapat dilakukan menggunakan proses pendekatan metode antropologi sastra, sosiologi sastra, maupun psikologi sastra untuk membedah nilai-nilai yang terkandung di dalam karya sastra tersebut.

  Antropologi sastra menekankan pada analisis karya sastra berdasarkan aspek-aspek kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri. Endraswara (2013: 19) menjelaskan bahwa penilitian antropologi sastra adalah telaah struktur sastra (novel, cerpen, puisi, naskah drama, cerita rakyat) lalu menghubungkannya dengan konsep atau konteks situasi sosial budayanya. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan pendekatan budaya terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra yang dapat dilakukan dari sudut pandang kebudayaan daerah. Hal ini merupakan ikatan timbal-balik antara karya sastra dengan masyarakat (manusia) sebagai sumber dari suatu kebudayaan. Novel baik dari segi cerita tragedy, realism ataupun romantisme merupakan bentuk persoalan struktur sosial masyarakat yang membangunnya. Realitas yang beragam dalam suatu novel dapat dijadikan pencerahan bagi manusia dan menjadi solusi atas permasalahan manusia yang lain. Cerita tersebut menyuguhkan persoalan hidup adat istiadat, ritual dan kelas-kelas atau kasta sosial yang berada dalam unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan demikian, pengarang dan isi cerita yang dituturkan merupakan sebuah fakta

  Usaha penelitian nilai-nilai luhur yang terdapat pada karya sastra agaknya tidak berlebihan jika dijadikan sebagai sumber pembelajaran dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan karakter mulai menipis dalam diri masyarakat. Keragaman dan kekayaan suku bangsa, agama, dan juga ras, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang multikultur dan memiliki berbagai macam karakter yang berbeda- beda. Keberbedaan karakter tersebut tidak serta merta menjadikan masyarakat menjadi satu kepaduan yang hidup berdampingan dengan damai, akan tetapi dapat diketemukan kenyataan yang sering kali berbeda. Di sinilah salah satu peran karya sastra khususnya novel yang di dalamnya tidak hanya memiliki fungsi menghibur, akan tetapi memilik fungsi edukatif pula. Sumardjo (1982:39), pernah menyatakan tentang adanya kebangkitan kembali kebudayaan Jawa dalam kesusastraan Indonesia. Maksudnya, karya sastra dapat dipandang sebagai sumber informasi tentang manifestasi untuk menanamkan pendidikan budaya Jawa pada generasi sekarang.

  Pembelajaran sastra tentu dapat dilakukan bukan tanpa tujuan, menentukan pembelajaran sastra bukan tanpa konsep dalam sastra itu sendiri agar tidak menimbulkan persepsi yang menilai suatu karya sastra dari sudut pandang baik atau buruknya saja. Cerita yang disuguhkan penyair dalam karya sastra tidak akan bisa terlepas dari nilai-nilai edukatif, terkhusus nilai pendidikan karakter, karena tokoh-tokoh khayalan dalam karya sastra khusunya novel tersebut memiliki karakter masing-masing dalam setiap penokohannya. Kejadian-kejadian, masalah yang pelik dalam novel juga bisa menjadi penggambaran nyata nilai pendidikan karakter dan bisa menjadi perenungan bagi pembaca.Semi (1993:194) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah mengasah rasa peka penikmat karya sastra sehingga terdorong untuk menghayati serta belajar tentang kehidupan yang ada dalam karya sastra tersebut. Yang lebih penting lagi, jika interdisiplin sastra dapat diwujudkan maka akan mendorong manusia memahami persoalan hidup manusia secara utuh.

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu gambaran bagaimana khazanah kebudayaan Jawa mempunyai peran besar serta, dapat dijadikan sebagai pedoman pembelajaran pendidikan karakter di sekolah- sekolah. Keberagaman kebudayaan bangsa khususnya suku Jawa telah banyak dikesampingkan, seperti wujud kebudayaan yang telah lahir, berkembang, dan pernah hidup, sangat disayangkan bila nilai-nilai tersebut musnah tergerus arus zaman.

  Keragaman dan kekayaan budaya khususnya budaya bangsa dengan beragam suku perlu untuk selalu dilestarikan, salah satu bentuk pengenalan terhadap generasi muda adalah dengan karya sastra. Karya seni dengan menggunakan media bahasa, sastra diharapkan mampu memberikan diskripsi lebih terhadap budaya-budaya yang mulai dilupakan oleh masayrakat sekarang ini. Dalam novel Dua Ibu terdapat budaya prihatin masayarakat Jawa dalam menjalani kehidupan akan suatu hajat yang baik ke depanya, serta nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa dipelajari melalui para tokoh-tokohnya. Novel ini digambarkan oleh sastrawan dengan sangat menyentuh. Berbagai konflik yang disajikan dengan balutan budaya Jawa, dan cerita hidup keluarga sederhana yang kompleks menjadikan cerita dalam novel ini pantas untuk dikaji secara antropologi sastra.

  Gaya penceritaan sastrawan menunjukan bagaimana sisi lain kehidupan seorang ibu beserta anak-anaknya yang menghadapi permasalahan hidup dengan tradisi jawa yang masih kental, serta syarat akan nilai edukatif berupa nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel menjadi daya tarik tersendiri pada novel ini. Terciptanya karya sastra yang serat akan nilai budaya maka akan memantik para akademisi dalam bidang bahasa dan sastra untuk melakukan penelitian (research) pula, sehingga lebih banyak lagi fakta-fakta budaya yang dapat diketahui dan tauladani dalam sebuah karya sastra.

  Paradigma demikian akan membuat masyarakat paham bahwa sastra khususnya novel dapat dijadikan sebagai jendela pengetahuan pembaca pula terhadap keragaman dan kekayaan budaya, serta banyaknya nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam setiap kejadian-kejadian yang digambarkan secara khayali oleh pengarangnya. Aspek-aspek antropologi sastra dan nilai-nilai kebudayaan, serta pendidikan karakter dalam novel

  

Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat dijadikan sebagai materi ajar

  dalam pembelajaran sastra di SMA, yang diaplikasikan dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

  Sastra bukan hanya sebagai pewaris budaya semata sebab di dalamnya juga terkandung nilai-nilai pendidikan. Ragam pendidikan yang terkandung dalam katya sastra lembut menyentuh nurani pembacanya, serta tidak terdapat unsur memaksakan. Berangkat dari penjelasan yang dikemukakan di atas maka penulis berupaya melakukan penelitian yang berjud ul “ Novel

  

Dua Ibu Karya Aswendo Atmiwiloto Kajian Antropologi Sastra, Nilai

Pendidikan Karakter dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah

Menengah Atas ”.

  B.

  

Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik dalam novel Dua Ibu karya Arswendo

  Atmowiloto ? 2. Bagaimana wujud budaya (kompleksitas ide, kompleksitas aktivitas, kompleksitas hasil budaya) dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo

  Atmowiloto ? 3. Bagaimana nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto ?

  4. Apakah novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto relevan dengan pembelajaran sastra di SMA ?

  C.

  

Tujuan Penalitian

  Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan:

  1. Unsur intrinsik novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto.

  2. Wujud budaya (kompelksitas ide, kompleksitas aktivitas, kompleksitas hasil budaya dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto.

  3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto.

  4. Relevansi novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto sebagai materi pembelajaran sastra di SMA.

  D.

  

Manfaat Penelitian

  Melalui penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoretis.

  1. Manfaat Teoretis

  Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya pemahaman terhadap karya sastra khususnya novel dan juga penelitian sastra serta dapat bermanfaat bagi perkembangan karya sastra Indonesia..

  2. Manfaat Paraktis a.

  Bagi Siswa Menemukan nilai pendidikan karakter yang positif, dalam suatu karya sastra serta meningkatkan daya apresiasi terhadap novel, juga sebagai materi pembelajaran siswa, yakni pada kompetansi dasar (KD) apresiasi karya sastra novel.

  b.

  Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan guru Bahasa Indonesia sebagai pengembangan materi ajar dalam apresiasi karya sastra.

  c.

  Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan bahan rujukan bagi peniliti lain yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir 1. Hakikat Novel a. Pengertian Novel Kata Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang berarti sebuah kisah

  atau sepotong berita, kemudian diartikan sebagai cerita pendek berbentuk prosa. Selain novel ada juga karya fiksi lainya seperti roman dan cerita pendek. Novel secara etimologis berasal dari bahasa latin “novellus” yang berarti baru. Dikatakan baru, dibandingkan dengan cerpen, puisi, dan naskah drama, novel muncul setelahnya. Contohnya adalah novel Famela yang pertama kali lahir di Inggris pada tangun 1740 (dalam Tarigan 1984:164). Pada awalanya cerita Famela berdasarkan dari sebuah catatan harian pembantu rumah tangga, kemudian diubah menjadi sebuah cerita fiksi seperti sekarang.

  Hawthorn (1987:4) dalam buku online berjudul “Studying The Novel” mengemukakan: The Novel is fictitious- fiction, as we often refer to it. It

  depicts imaginary charactres and situations . Hawthorn mengungkapkan

  novel adalah karya fiktif-fiksi, seperti yang sudah kita ketahui. Novel menggambarkan imajinasi karakter dan situasi. Sejalan dengan Hawthorn, Kosasih (2012:60) menegaskan bahwa novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas sistematika kehidupan seseorang atau bebarapa tokoh. Bila kita teliti lebih lanjut, novel memang menceritakan aspek kemanusiaan secara rinci dan kompleks, yang panjang cakupannya memperhatikan unsur cerita. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Waluyo (2002 :6) bahwa novel memiliki ciri: (1) ada perubahan nasib pada tokoh cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan pemeran utamanya; (3) biasanya tokoh utamanya tidak sampai meninggal. Aminuddin (1995:66) menegasakan bahwa novel merupakan bentuk karya sastra fiksi yang mempunyai bentuk pokok yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan,

  Untuk memaparkan cerita, pengarang dapat menggunakan beberapa cara, yaitu: penjelasan atau komentar, dengan dialog atau monolog, dan melalui action atau perbuatan. Bila kita menengok sebentar pada sejarah sastra Indonesia angkatan Balai Pustaka dan non Balai Pustaka masih berada pada sistem semiotik dan pandangan dunia yang sama, yaitu romantisme dalm pengkaryaanya. Keduanya mengalami perguncangan tentang dunia imajinasi dengan dunia nyata. Hanya saja tradisi yang masih diwarisakan sampai sekarang dari karya-karya Balai Pustaka masih mengunakan dunia imajiner sebagai bahan cerita utama (Faruk, 2012:19).

  Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahawa novel adalah cerita rekaan yang berangkat dari proses perenungan batin pengarang dan di dalamnya terdapat unsur pembangun cerita yang menceritakan tokoh-tokoh secara kompleks serta menceritakan aspek kemanusian dengan memperhatikan unsur cerita. Tentunya pengarang akan mendekatkan peristiwa-peristiwa dalam cerita novel sedekat mungkin dengan realita.

b. Struktur Novel

  Struktur pembangun novel dapat dibedakan menjadi dua yaitu: unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sasta itu sendiri atau unsur di dalam karya sastra tersebut. Unsur intrinsik sebuah novel terdiri dari tema, latar, sudut pandang, alur, gaya bahasa, penokohan, dan amanat. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun dari luar suatu karya sastra. Walupun unsur yang yang terdapat di luar karya sastra, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas cerita yang dihasilkan. Dalam karya sastra kususnya novel hal tersebuat tidak dapat dipisahkan karena sama-sama menjadi pondasi dasar lahirnya suatu karya.

  Wellek dan Waren menyebutkan adanya empat faktor yang saling berkaitan dengan suatu karya sastra, yaitu: biografi pengarang, psikologi, sosial budaya masyarakat dan filosofis (1990:75). Penelitian terhadap novel berkaitan dengan unsur yang terdapat dalam novel tersebut.

  Berkenaan dengan unsur intrinsik Nurgiyantoro menyebutkan bebarapa yaitu: plot, peristiwa, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, dan gaya bahasa (2013:23). Berikut ini akan dijabarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik yang kaitan erat dengan pengkajian novel dengan pendekatan antropologi sastra.

1) Unsur Intrinsik

  Unsur di dalam novel yang secara langsung membangun novel itu sendiri mencakup sebagai berikut:

a) Tema

  Mempertanyakan makna sebuah karya sastra, sebenarnya juga berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentunya mengandung dan menawarkan sebuah tema, namun apa isi tema itu sendiri terkadang tidak mudah untuk ditemukan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan saat kita diminta mendefinisikan piring dan kemeja. Piring kita definisikan sebagai alat untuk makan, sedangkan kemaja kita definisikan untuk dikenakan.

  Bukankah kedua definisi tersebut masih jauh dari yang kita harapkan, karena yang disebutkan tersebut adalah fungsi. Masalah seperti itulah yang sering kita jumpai terhadap persoalan tema, berikut pengertian tema menurut beberapa ahli:

  Kasnadi dan Sutejo (2010:10) tema adalah masalah, prosa fiksi adalah masalah. Pengerang menuliskannya berdasarkan masalah yang ada dalam kehidupannya, masalah tersebut bisa berupa agama, sosial, politik, keluarga, cinta dan sebagainya. Senada dengan pendapat tersebut enurut Waluyo dan Wardani, (2011:7), tema adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi.Tema bersifat objektif, lugas, dan khusus. Berdasar pendapat tersebut menentukan tema haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya dari bagian-bagian tertentu saja.

  Nurgiyantoro (2013:70) berpendapat bahwa tema merupakan dasar cerita, gagasan umum sebuah cerita. Selain itu, tema memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian- kejadian yang diceritakan, sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteks paling umum. Dengan kata lain, tentunya cerita akan ”setia” mengikuti gagasan umum dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau masalah sentaral yang menjadi dasar cerita, dimana gagasan utama tersebut memberikan kekuatan dan kebersatuan cerita yang disampaikan sehingga menjadi karangka dasar cerita yang menyelimuti secara keseluruhan.

b) Alur Atau Plot

  Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa dalam novel atau juga sering disebut sebagai kerangka cerita. Dapat dikatakan alur atau plot adalah jalinan yang menghubungkan sebab atau akibat suatu peristiwa dalam novel. Siswanto (2008:198) mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama. Penampilan peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada waktu saja belum termasuk plot. Agar menjadi sebuah plot peristiwa-peristiwa tersebut harus diolah dan disiasati secara kreatif, sehingga menghasilkan rangkaian yang indah dan juga menarik. Sejalan dengan pendapat di atas Semi (1993: 43) mengungkapkan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interelasi fungsional, yang sekaligus menandai bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Bila kita mencermati lagi pendapat para pakar ada suatu benang merah yang mengarah pada satu penjelasan tentang plot, yaitu plot seharusnya memiliki hubungan sebab-akibat yang menuntun pembaca memiliki kemungkinan agar dapat menebak-nebak peristiwa apa yang akan terjadi.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa alur atau plot adalah urutan kejadian dalam cerita melalui peristiwa- peristiwa yang terjadi dan saling berhubungan sehingga membentuk konstruksi sebab-akibat dalam cerita yang disajikan.

c) Sudut Pandang

  Sudut pandang sering juga disebuat dengan poin of view, merupakan salah satu unsur novel yang dihubungkan dengan cara cerita. Sudut pandang lebih mempersoalkan tantang siapa yang bercerita. Menurut Nurgiyantoro (2013: 248) sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang sengaja digunakan pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Sudut pandang dapat digunkan sebagai sarana untuk menyajikan jalanya cerita melalui tokoh, watak, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi pembaca.

  Masih mengutip pendapat Nurgiyantoro (2013: 59-271), sudut pandang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1)

  Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia” Dalam sudut pandang persona ketiga muncul narator yang berperan sebagai pencerita. Narator juga adalah orang yang mengetahui isi cerita selanjutnya, namun bukan tokoh yang ikut terjun secara langsung dalam peristiwa yang terjadi dalam karya fiksi. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengenal siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

  (2) Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”

  Dalam sudut pandang gaya pertama narator pengisahannya menggunakan gaya “Aku”. Narator di sini berperan langsung dengan yang terjadi dalam peristiwa cerita. Kisah yang diceritakan bisa dari pengalam hidupnya sendiri, mengisahkan peristiwa yang dialami, diilhami, didengar dan dirasakan. Dalam beberapa karya sastra “Aku” yang berperan menyebutkan nama

  (3) Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang dalam cerita novel mungkin saja lebih dari satu tehnik. Pangarang bisa saja berganti dari teknik satu dengan teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskanya. Dalam sudut pandang campuran penceritanya menggunakan dua sudut pandang yaitu sudut pandang persona ketiga “Aku”, sudut pandang persona pertama “Dia” pengamat.

  Bisa saja menggunakan yang sebaliknya ataupun bersamaan. Tergantung dengan yang diinginkan oleh pengarang.

d) Tokoh dan Penokohan

  Sama halnya dengan unsur plot, sudut pandang maupun tema, tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Pembicaraan mengenai segala perwatakanya maupun ciri khasnaya lebih menarik perhatian pembaca katimbang mencari pemplotanya. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Sering kita mendengar pertanyaan “siapa pelaku utama cerita novel ini?”, penokohan atau karakterisasi sering disamakan dengan karakter dan perwatakan. Menurut Purnomo, dan Ratnawati (2005) novel merupakan karya fiksi yang bersifat kreatif, harus menggambarkan tokoh-tokoh ceritanya secara jelas atau rinci. Fiksi sebagai karya imajiner mengandung dan menawarkan model kehidupan yang disikapi dan dialami dengan tokoh-tokoh sesuai dengan pendangan pengarang terhadap kehidupan pembacanya.

  Jones (dalam Nurgiyantoro (2013:165) menegaskan penokohan merupakan perlukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi isi oleh pengarang. Cara mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui pernyataan langsung, peristiwa, kebiasaan dan sebagainya.

  Waluyo (2002:165) menyatakan penokohan merupakan cara pandang pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, dan watak tokoh- tokoh itu. Dengan penggambaran watak pada pelaku maka cerita tersebut memunculkan tokoh-tokoh yang seperti halnya manusia hidup. Dari interaksi antara tokoh dan penokohan akan memunculkan konflik dan berkembang menjadi sebuah peristiwa. Berikut beberapa jenis penamaan dalam cerita novel berikut dengan penjelasanya: (1) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

  Fungsi tokoh dilihat dari penampilan dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Nurgiyantoro (2013: 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi atau yang popular dengan sebutan “hero.

  Tokoh protagonis adalah karakter yang sering kali cocok dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, sebagai pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang sering menimbulkan konflik dengan tokoh protagonis. Walaupun konflik yang dialami tokoh protagonis tidak selalu disebabkan oleh tokoh antagonis saja, namun juga bisa disebakan dari hal-hal luar seperti bencana alam, lingkungan, kecelakaan dan sebagainya. (2) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

  Jika dilihat dari peran tokoh yang mendominasi cerita, atau sering kali muncul dalam cerita, tokoh tersebut sering disebut dengan tokoh utama. Tokoh yang dimunculkan sesekali atau jarang muncul dalam cerita, sering kita sebut dengan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang ditulis hampir disetiap plot, kajadian dari awal hingga ahir cerita, sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang muncul hanya pada beberapa bagian plot yang alami tokoh utama, (Nurgiyantoro 2013:183).

  Tokoh datar adalah tokoh yang mudah dikenali oleh pembaca karena pencitranya yang dekat dengan kehidupan kita. Biasanya tokoh datar hanya memiliki satu sifat utama seperti sifat baik saja ataupun jahat saja.

  Tokoh bulat adalah tokoh yang penggambaran wataknya memiliki berbagai watak yang dapat dilihat dan dijelaskan melalui berbagai cara baik melalui kepribadian maupun jati dirinya, (Nurgiyantoro 2013:183). (4) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netaral

  Tokoh dilihat berdasarkan pencerminan tokoh cerita terhadap manusia dari kehidupan nyata. Tokoh tipikal menurut Nurgiyantoro (2013: 190) penggambaran terhadap orang yang terikat dengan lembaga atau berhubungan dengan suatu lembaga dikehidupan nyata. Pengambarannya bersifat samar, sehingga memerlukan penafsiran pembaca. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita sendiri. Tokoh netral sering kali hadir hanya untuk cerita itu sendiri, atau sering digambarkan bahwa dialah yang memiliki cerita tersebut.

e) Latar atau Setting

  Latar atau setting adalah tempat terjadinya cerita ,tempat kejadian cerita bisa berkaitan dengan aspek fisik, soisologis dan psikis. Selain itu juga berhubungan dengan tempat dan waktu. Pada hakikatnya unsur latar dapat dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu: tempat, waktu dan sosial, ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya. Latar tempat mengarah pada tempat terjadinya peristiwa dalam novel. Latar waktu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa yang dikisahkan dalam novel. Latar sosial masyarakat mencakup kebiasaan hidup, cara berfikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang bersangkutan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan

  Hal Tersebut penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Di pihak lain jika belum mengenal latar itu sebelumnya, pembaca akan mendapatkan informasi baru yang berguna dan menambah pengalaman hidup. Latar dalam karya fiksi tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu yang bersifat fisik saja, melainkah juga yang berwujud tata cara, adat istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku ditempat yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2013: 217-218).

f) Amanat

  Cerita yang dikatakan baik adalah cerita yang dapat diteladani oleh pembacanya. Dengan menganali dan menggemari karya sastra menjadikan manusia peka terhadap permasalahan masyarakat atau lingkunganya. Amanat dapat disajikan dengan tersurat dan tersirat. Melalui percakapan atar tokoh maupun narasi yang disampaikan oleh pengarang. Amanat sendiri berisi pesan atau ajaran dibalik perilaku atau peristiwa yang dilakukan tokoh dalam cerita fiksi. Jadi jelasanya amanat bersifat subjektif, umum, dan arti kiasan yang dapat diambil dari karya fiksi.

2) Unsur Ekstrinsik

  Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra namun keberadaanya berpengaruh terhadap terciptanya karya sastra tersebut. Nurgiyantoro (2013:22) menyatakan bahawa unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak sadar atau tidak langsung mempengaruhi sistem atau organisme terciptanya karya. Secara lebih khusus dapat dikatakan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita karya sastra tetapi ikut menjadi bagian di dalamnya. Wellek dan Werren (1990: 98) menyebutkan ada empat faktor ekstrinsik yang saling berkaitan dalam

Dokumen yang terkait

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT KALANTIKA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMP

0 0 16

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL SEKOLAH POHON KARYA EKO KUSUMAWIJAYA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR BAHASA INDONESIA DI SMA - UNS Institutional Repository

0 0 17

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DAN NILAI TOLERANSI DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA 2 KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SERTA RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - UNS Institutional Repository

0 0 9

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL GENDUK KARYA SUNDARI MARDJUKI SERTA RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

0 2 18

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL KUANTAR KE GERBANG KARYA RAMADHAN K.H. SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) - UNS Institutional Repository

0 0 15

KAJIAN FEMINISME DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL JEJAK CINTA SEVILLA KARYA PIPIET SENJA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN SMK KOTA SURAKARTA - UNS Institutional Repository

0 4 17

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NUN: PADA SEBUAH CERMIN KARYA AFIFAH AFRA SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA TESIS

0 1 12

ANALISIS STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL KEMBANG KANTIL KARYA SENGGONO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA DI SMA - UNS Institutional Repository

3 4 19

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SABTU BERSAMA BAPAK KARYA ADHITYA MULYA SERTA RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA - UNS Institutional Repository

0 1 17

SERAT WULANGREH: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DAN NILAI KARAKTER SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA - UNS Institutional Repository

0 2 17