TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO.26/PID.B/2015/PN.LMG).

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN
NASIONAL
(Studi Putusan Nomor 26/Pid.B/2015/PN.Lmg)
SKRIPSI

Oleh:
Nur Hayati
NIM.C33212065

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah & Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2016

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN
NASIONAL
(Studi Putusan Nomor 26/Pid.B/2015/PN.Lmg)


SKRIPSI

Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Fakultas Syariah dan Hukum

Oleh :
NUR HAYATI
NIM. C33212065

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Program Studi Siyasah Jinayah
Surabaya
2016


ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak
Pidana Membuka Rahasia Negara Soal Ujian Nasional (Studi Putusan Pengadilan
Negeri Lamongan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg) adalah hasil penelitian untuk
menjawab pertanyaan tentang, 1) Bagaimana pertimbangan hakim dalam putusan
No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg tentang tindak pidana membuka rahasia negara soal
ujian nasional. 2) Bagaimana tinjauan hukum pidana islam terhadap
pertimbangan hakim dalam putusan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg tentang tindak
pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik
dokumentasi. Setelah data terkumpul, data di olah dan dianalisis dengan
metode deskriptif analisis dan dengan pola fikir deduktif untuk memperoleh
kesimpulan yang khusus dan di analisis menurut hukum pidana Islam.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pertimbangan hakim dalam
putusan Pengadilan Negeri Lamongan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg tentang tindak
pidana Membuka Rahasia Negara Soal Ujian Nasional berkaitan dengan
penjatuhan pidana terhadap terdakwa yang berprofesi sebagai guru sekaligus
kepala sekolah yang mana berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan Dosen Jo PP Nomor 74 Tahun 2008 mempunyai tugas pertama
mendidik, kedua mengajar, ketiga membimbing, serta keempat melatih dan

menilai serta mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Hakim majelis
berpendapat bahwa kebijakan yang melingkupi keberadaan Ujian Nasional
dimana dalam perkara aquo pada tahun 2014 hasil Ujian Nasional merupakan
faktor penentu, akan tetapi saat ini pada tahun 2015 kebijakan terhadap
keberadaan ujian nasional telah mengalami perubahan. Berdasarkan Standar
Operasional Prosedur Ujian Nasional Tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP), maka hasil ujian nasional tahun 2015 tidak
lagi menjadi penentu kelulusan peserta didik, akan tetapi penentu kelulusan
peserta didik menjadi dominan pihak penyelenggara pendidikan (sekolah). Sesuai
dengan Kitab Undang-undang hukum Pidana (KUHP) dalam pasal 322 ayat (1)
Jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Pasal 14 a ayat (1) KUHP. Sedangkan dalam
hukum pidana Islam terhadap pelaku tindak pidana Membuka Rahasia Negara
soal ujian nasional adalah hukuman ta’zi>r. Hukuman ta’zi>r diberikan dalam
rangka memberikan pendidikan dan pengarahan kepada kemaslahatan pelaku
agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.
Menyarankan kepada pihak aparat penegak hukum, terutama para hakim
agar menegakkan hukum dengan adil terhadap pelaku kejahatan dengan
mempertimbangkan berbagai aspek sesuai dengan nilai-nilai keadilan. Dan
juga masyarakat, dengan adanya sanksi yang akan diterima kepada pelaku

tindak pidana, maka diharapkan tidak akan ada lagi kejahatan yang sama.

vi

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ............................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................. iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................................. 8
C. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ........................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11

F. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 11
G. Definisi Operasional ................................................................................ 12
H. Metode Penelitian ................................................................................... 13
I. Sistematika Pembahasan ......................................................................... 18
BAB II KONSEP TA’ZImah Ta’zi>r ....................................................................... 20
B. Unsur-unsur Jari>mah Ta’zi>r ..................................................................... 23
C. Macam-macam Jari>mah Ta’zi>r ................................................................ 28
D. Hukuman Jari>mah Ta’zi>r ......................................................................... 34
BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN TENTANG TINDAK
PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

A. Deskripsi Pengadilan Negeri Lamongan ................................................... 51
B. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana Membuka Rahasia Negara Soal Ujian
Nasional
1. Persiapan Ujian Nasional .................................................................. 52
2. Deskripsi Terjadinya Tindak Pidana ............................................... 54
C. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Tindak Pidana Membuka Rahasia
Negara Soal Ujian Nasional ..................................................................... 75
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA
MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

A. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Lamongan
No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg tentang Membuka Rahasia Negara Soal Ujian
Nasional ................................................................................................... 86
B. Putusan Pengadilan Negeri Lamongan No.26/Pid.B/2015/PN.Lmg tentang
Tindak Pidana Membuka Rahasia Negara Soal Ujian Nasional Prespektif
Hukum Pidana Islam ................................................................................ 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 94
B. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan waktu, kejahatan dalam kehidupan manusia
senantiasa berkembang seiringdengan tumbuh kembangnya manusia, yaitu
merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu. Dalam islam,
sejak peradaban kejadian manusia dimana sejak Adam dan Hawa diciptakan
kejahatan itu sudah mulai ada,terbukti dilakukannya pelanggaran oleh Adam dan

Hawa atas perintah Allah swt.1 Menyatakan bahwa Adam tidak mempunyai
kemampuan yang kuat untuk menjalankan perintah-Nya, sebagaimana firmanNya dalam al-Qur’an surat Taha ayat 115 yang berbunyi sebagaimana berikut:



Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam
dahulu, Maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya
kemauan yang kuat.2
Kejahatan dalam dunia pendidikan sangat disayangkan karena pendidikan
diakui sebagai solusi alternatif dalam menumbuhkembangkan potensi dan skill
anak didik agar menjadi generasi siap pakai dan mampu menghadapi segala
tantangan yang menyangkut perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat.3
Sebagai generasi penerus bangsa, anak didik diharapkan mampu mengoptimalkan
1

Abdul Qadir Audah, at-Tashri’ al-Jina’i al-Islami, Cet. (Beirut: Ar-Risalah, 1998), 66
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), 603
3
Takdir Ilahi Muhammad, Revitalisasi Pendidikan berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 7.

2

1

2

segenap potensi fitranya untuk melakukan gerakan revolusioner bagi kemajuan
bangsa kedepan. Pendidikan bukan sekedar bertujuan untuk mengembangkan
potensi intelektualitas dan keterampilan anak didik dalam setiap proses
pembelajaran, melainkan juga harus mampu menanamkan nilai-nilai etika dan
moral yang baik dalam mengurangi kehidupan yang semakin kompleks.
Sebagaimana tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan manusia pancasialis
yang meliputi, nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sosial. Hal ini sesuai dengan UU 1945 No. 2 Tahun 1989 tentang
Pendidikan

Nasional

yang


menjelaskan

bahwa

pendidikan

bertujuan

mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yang meliputi (1) beriman dan bertakwa kepeda Tuhan Yang Maha
Esa, (2) berbudi pekerti luhur, (3) memiliki pengetahuan keterampilan, (4) sehat
jasmani dan ruhani, (5) berkepribadiaan yang mantap dan mandiri, dan (6)
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan.4
Pendidikan secara umum mengacu pada dua sumber pendidikan Islam,
yaitu al-Qur’an dan Hadis yang memuat kata-kata rabba dari kata tarbiyah, ‘alam
kata kerja dari ta’lim, dan addaba dari kata kerja ta’dib.5Ketiga istilah itu
mengandung makna mendalam karena pendidikan adalah tindakan yang
dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah
serta potensi (sumber daya) insane menuju terbentuknya manusia seutuhnya
(insane kamil).

Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
4
5

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional pasal 4.
Achmadi, Islam sebagai Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya Media, 1992), 113.

3

manusia, baik menyangkut aspek ruhanian dan jasmaniah.Pendidikan dalam
tatanan yang lebih universal mempunyai influensi positif bagi pengembangan
kecerdasan, keterampilan, dan kepribadian anak didik sebagai bagian dari
kewajiban untuk mencari ilmu pengetahuan. Kewajiban mencari ilmu
pengetahuan adalah sala satu cara memperoleh pengetahuan tentang segala aspek
kehidupan sehingga menjadi landasan vertical dalam meningkatkan kualitas
kecakapan hidup (life skill) di era modern sekarang ini.6
Pendidikan menurut Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid,
sebagaimana pendidikan adalah berbagai macam aktivitas yang mengarah kepada
pembentukan kepribadian individu.7Sedangkan menurut Federick J. Mc. Donald,


Education is a process or an activity wich is directed at producing desirable
changes in the behavior of human beings. Artinya pendidikan adalah sebuah
proses atau sebuah aktivitas yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan yang
diinginkan pada tingkah laku manusia.8
Dalam dunia pendidikan, terdapat berbagai macam fungsi yang melandasi
proses kependidikan dalam membentuk manusia seutuhnya. Fungsi pendidikan
secara faktual mempunyai relevansi dengan kebutuhan manusia dalam
mengaplikasikan segenap potensinya kearah yang lebih menjanjikan. John Dewey
pernah mengatakan bahwa education is the process without end9(pendidikan

6

Takdir Ilahi Muhammad, Revitalisasi Pendidikan berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 26.
7
Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyyatu wa Turuqu Tadris, (Mesir:
Darul Ma’arif, 1979), 159.
8
Federick J. Mc. Donald, Education Pschology, (California: wads Worth Publishing Company,
inc, 1959), 4.
9
Takdir Ilahi Muhammad, Revitalisasi Pendidikan berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 27.

4

adalah proses tanpa akhir) atau dikenal dengan long life education.
Dalam

prespektif

al-Qur’an,

fungsi

pendidikan

pertama

adalah

memberikan pelajaran dan pemahaman membaca ( iqra’) anak didik sejak usia
dini. Pada hakikatnya fungsi pendidikan dalam prespektif al-Qur’an mempunyai
cakupan yang sangat luas dalam memberikan motivasi kepada anak didik agar
terus-menerus tanpa berhenti mencari ilmu dan belajar dengan tekun secara
sungguh-sungguh.10 Pendidikan juga berfokus pada pembangunan bangsa yang
beradab sebagai cara pandang yang amat penting dalam mengelolah potensi
generasi muda. Fungsi pendidikan lebih menitikberatkan pada pengembangan
dan pembentukan watak dan karakter dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakul karimah,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.11
Pendidikan sekolah merupakan lembaga formal yang didalamnya
melaksanakan pendidikan yang didalamnya mencakup kurikulum yang sudah
disepakati oleh pengelolah pendidikan tersebut.
Secara umum tujuan evaluasi adalah untuk menghimpun bahan-bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau
taraf kemajuan yang akan dialami oleh peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.12
Ujian nasional (UN) merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan pada
10

Takdir Ilahi Muhammad, Revitalisasi Pendidikan berbasis Moral, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 34.
11
Ahmadi, Ideologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 23.
12
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 16.

5

akhir tahun ajaran dalam rangka mengakhiri program pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan. Alasan pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional (UN),
pertama

mengukur dan menilai kompetensi peserta didik dalam bidang

pengetahuan dan teknologi. Hasil ujian ini akan dipergunakan untuk ukuran
tingkat pencapaian pendidikan nasional. Kedua, hasil ujian dipakai sebagai
instrument penentu kelulusan dan pemberi ijazah bagi peserta didik. Dalam
konteks yang sama hasil ujian dipergunakan sebagai alat untuk memetakan mutu
sekolah dan mutu pendidikan secara nasional serta bahan pertimbangan
akreditasi bagi sekolah.
Ujian nasional bisa disingkat UN/UNAS adalah sistem evaluasi standar
pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat
pendidikan antara daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan,
Depdiknas di Indonesia berdasarkan Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Tindak pidana karena salahnya menyebabkan surat-surat atau alat-alat
rahasia yang wajib disimpan menjadi diketahui oleh umum itu oleh pembentuk
undang-undang telah diatur dalam pasal 114 KUHP, yang merumuskannya di
dalam bahasa belanda berbunyi sebagai berikut:

Hij aan wiens schuld te wijten is, dat de in art. 113 bedoelge geheime
stukken of voorwerpen, met het bewaren of opbergen waarvan hij belast
is, hun vorm of hunne samenstelling geheel of gedeeltelijk openbaar zijn

6

geworden of in het bezit of ter kennis gekomen van anderen, niet van ten
hoogste een jaar en zes maanden of hectenis van ten hoogste een jaar of
geldboete van ten hoogste vier duized en vijf honderd gulden.13
Artinya:Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan bahwa suratsurat atau benda-benda rahasia tersebut dalam pasal 113, yang tentang
menyimpan atau menaruhnya menjadi tugasnya, diketahui oleh umum,
mengenai bentuk dan susunannya, untuk seluruhnya atau sebagian, atau
oleh orang yang tidak berwenang mengetahui, ataupun jatuh dalam
tangannya, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam
bulan atau kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak
tiga ratus rupiah.14
Pendidikan lebih lanjut dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan oleh
lembaga yang mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematik
untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan dan proses pemantauan
evaluasi tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Proses pemantauan
evaluasi tersebut dilakukan secara terusmenerus dan berkesinambungan pada
akhirnya akan dapat membenahi mutu pendidikan. Pembenahan mutu pendidikan
dimulai dengan penentuan standar. Penentuan standar yang terus meningkat
diharapkan akan mendorong peningkatan mutu pendidikan, yang dimaksud
dengan penentuan standar pendidikan adalah penentuan nilai batas (cut off

score).
Seorang dikatakan sudah lulus/kompeten bila telah melewati nilai batas
13
14

Noyon dan Langemeijer, Het Wetboek, (Arnhem: S. Gouda Quint, 1954), 533.
Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 47.

7

tersebut berupa nilai batas antara peserta didik yang sudah menguasai kopetensi
tertentu. Bila itu terjadi pada ujian nasional atau sekolah maka nilai batas
berfungsi untuk memisahkan antara peserta didik yang lulus dan tidak lulus
disebut batas kelulusan, kegiatan batas kelulusan disebut standard setting.
Membuka rahasia yang dimaksud dalam pasal 322 KUHP berkaitan
dengan pembukaan rahasia oleh orang yang karena jabatannya atau pekerjaannya
wajib menyimpan rahasia itu.
Membuka rahasia dalam pengertian pasal 369 KUHP mengandung arti
memberitahukan kepada orang lain atau pihak ketiga atau kepada khalayak ramai
tentang sesuatu hal yang diancam. Rahasia pada hakikatnya mengenai suatu hal.
Dalam pandangan hukum pidana islam membuka rahasia negara kunci
jawaban ujian nasional termasuk kedalam jarimah ta’zi>r, karena membuka
rahasia negara kunci jawaban ujian nasional merupakan surat pribadi negara yang
hukumannya tergantung pada keputusan hakim. Sebagaimana pengertian secara
terminologis, yang dikehendaki dalam konteks hukum pidana islam.

‫الَّعْز يْرهو الْع وْ با ت الَّى لم يرَّمن الَّارع ببيا م ْدا رها وت ْر ت ْديْرها‬
. ‫لو لِّ اأمْر اوا ْل ا ضى اْل جا هديْن‬
Artinya: Ta’zi>r adalah bentuk hukuman yang tidak disebutkan ketentuan
kadar hukumnya oleh syara’ dan menjadi kekuasaan waliyyul amri
atau hakim”.15

15

Hakim Rahmat, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung: CV. Pustaka Setia), 2000, 141.

8

Sebagian ulama mengartikan ta’zi>r sebagai hukumanyang berkaitan
dengan pelanggaran terhadap hak Allah dan hak hamba yang tidak ditentukan alQur’an dan Hadis ta’zi>r berfungsi memberikan pengajaran kepada si terhukum
dan sekaligus mencegahnya untuk tidak mengulangi perbuatan serupa. Sebagian
para ulama lainnya mengatakan sebagaimana sebuah hukuman terhadap
perebuatan maksiat yang tidak dihukum dengan hukuman had atau kafarat.16

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas menunjukkan
bahwa terhadap beberapa masalah yang berhubungan dengan skripsi yang
berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana Membuka
Rahasia

Negara

Soal

Ujian

Nasional

(Studi

Putusan

Nomor

26/Pid.B/2015/PN.Lmg)”, yaitu:
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana memebuka
rahasia negara soal ujian nasional.
2. Deskripsi kasus tindak pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional
menurut hukum pidana Islam.
3. Sanksi pidana terhadap membuka rahasia negara soal ujian nasional dalam
perspektif hukum positif.
4. Pertimbangan hukum hakim dalam putusan Nomor: 26/PID.B/2015/PN.Lmg
16

Ibid.142.

9

terhadap tindak pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional.
5. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana membuka rahasia
Negara soal ujian nasional dalam putusan No. 26/PID.B/2015/ PN.Lmg.
Melihat luasnya pembahasan analisis hukum pidana Islam terhadap tindak
pidana membuka rahasia Negara soal ujian nasional di lembaga pemasyarakatan
Lamongan Nomor: 26/PID.B/2015/PN.Lmg maka permasalahan ini dibatasi
dengan:
1. Pertimbangan hakim dalamputusan No.26/PID.B/2015/PN.Lmg terhadap
tindak pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimabangan hakim tindak pidana
membuka

rahasia

Negara

soal

ujian

nasional

dalam

putusan

No.26/PID.B/2015/PN.Lmg.

C. Rumusan Masalah
Agar lebih praktis, maka permasalahan yang hendak dikaji dirumuskan
dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pertimbangan hakim dalamputusan No. 26/Pid.B/2015/PN. Lmg
tentang tindak pidana membuka rahasia Negara soal Ujian Nasional?
2. Bagaimana tinjauan hukum pidana islam terhadap pertimbangan hakim
dalam putusan No. 26/PId.B/2015/PN. Lmgtentang tindak pidana membuka
rahasia negara soal Ujian Nasional?

10

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/ penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau
duplikasi dari kajian penelitian yang telah ada.17
Penulisan skripsi yang mengenai tentang membuka rahasia atau
pembocoran yang ditulis oleh A. Azhar jurusan Siyasah Jinayah (SJ) pada tahun
2009 yang berjudul “Studi Komparatif Terhadap Tindakan Pembocoran
Informasi Rahasia Dagang Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 30
Tahun 2000 dan Hukum Islam”. Inti dari skripsi itu menyebutkan bahawa sanksi
pembocoran informasi rahasia dagang sesuai dalam Undang-Undang No 30
Tahun 2000 tentang rahasia dagang yang termasuk bagian dari sistem HAKI
(Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang didalam nya mengatur atas perlindungan
hukum terhadap informasi yang dirahasiakan, yang nantinya diharapkan dapat
memajukan perindustrian nasional, yang pada ujungnya juga diharapkan dapat
menciptakan suatu iklim yang mendorong masyarakat dalam berkreasi dan
inovasi untuk bisa bersaing dalam persaiangan dagang.
Sanksi Pidana Bagi membuka rahasia negara kunci jawaban ujian nasional
Menurut KUHP pasal 322 ayat (1) jo pasal 55ayat (1) ke-1 KUHP.
Dalam hal ini islam membuka rahasia negara kunci jawaban ujian
nasional merupakan pembocoran dalam hal tersebut tidak lepas dari apa dan
bagaimana pembocoran rahasia negara kunci jawaban ujian nasional dalam
17

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis Penulisan

Skripsi, (Surabaya: t.p.,2014), 8.

11

pandangan hukum pidana islam.

E. Tujuan
Tujuan penelitian yang hendak dicapai sejalan dengan pertanyaanpertanyaan di atas tadi adalah:
1. Untuk

mengetahui

pertimbangan

hakim

dalam

putusan

No.

26/Pid.B/2015/PN. Lmg tentang tindak pidana membuka rahasia Negara soal
ujian nasional.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana islam terhadap pertimbangan
hakim dalam putusan No. 26/PId.B/2015/PN. Lmgtentang tindak pidana
membuka rahasia Negara soal ujian nasional.

F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
sekurang-kurangnya untuk:
1. Aspek Keilmuan (Teoritis)
a. Sebagai upaya bagi menambah dan memperkaya khazanah keilmuan,
khususnya dibidang tindak pidana Islam yang berkaitan dengan masalah
membuka rahasia negara soal ujian nasional.
b. Hasil studi ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya
agar lebih mudah terutama yang berkaitan dengan ujian nasional.
2. Aspek Terapan (Praktis)
Hasil studi ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi bagi

12

masyarakat dan para pejabat yang terkait dengan pendidikan tentang betapa
pentingnya perlindungan terhadap soal ujian nasional.

G. Definisi Operasional
Adapun untuk mempermudah gambaran yang jelas dan konkrit tentang
permasalahan yang terkandung dalam konsep penelitian ini, maka perlu
dijelaskan makna yang terdapat dalam penelitan ini, sehingga secara operasional
tidak ada kendala terjadinya perbedaan pemahaman yang menyangut hal-hal
yang dibahas. “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap tindak Pidana Membuka

Rahasia Negara Soal Ujian Nasional (Analisis terhadap Putusan Nomor
26/Pid.B/2015/PN.Lmg)” definisi operasional dari judul tersebut adalah:

1. Tinjauan hukum pidana Islam adalah Analisis dari kacamata ketentuanketentuan hukum pidana Islam, hukum yang mengatur perbuatan yang
dilarang oleh syara’ dan dapat meimbulkan hukuman ta’zi>r)18, serta nilainilai keadilan yang menyangkut tentang putusan hakim. Lingkup hukum
Islam yang yang menyangkut tentang hukuman ta’zi>rdipakai untuk meninjau
atau menilai, yaitu aspek keadilan yang ditimbulkan dari putusan, sebagai
konsekuensi pemberian hukuman pada pelaku membuka rahasia negara soal
ujian nasional.
2. Tindak Pidana dalam kasus ini tindak pidana yang dilakukan yaitu kejahatan
terhadap membuka rahasia negara yang menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana yang dilakukan oleh oknum kepala sekolah.
18

Ahmad Djazuli, Fiqh Jinayah, …, 2.

13

H. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian sendiri berarti sarana yang
dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina, serta mengembangkan
ilmu pengetahuan.19 Dalam hal ini, dapat dipahami bahwa metode penelitian
merupakan usaha untuk menemukan sesuatu serta bagaimana cara untuk
menemukan sesuatu tersebut dengan menggunakan metode atau teori ilmiah
sehingga mendapat kesimpulan yang sesuai dengan kebenaran ilmiah untuk
menjawab isu hukum (Law Issued) yang dihadapi, pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Metode penelitian dalam hal ini akan mengarahkan penelitian tersebut
sehingga penelitian dapat mengungkap kebenaran secara sistematis dan
konsisten.
1. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka jenis penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian kepustakaan (Library Research).Penelitian
kepustakaan adalah salah satu bentuk metodologi penelitian yang
menekankan pada pustaka sebagai suatu objek studi.Pustaka hakekatnya
merupakan hasil oleh budi karya manusia dalam bentuk karya tertulis guna
menuangkan gagasan/ide dan pandangan hidupnya dari seseorang atau
sekelompok

orang.Penelitian

kepustakaan

bukan

berarti

melakukan

penelitian terhadap bukunya, tetapi lebih ditekankan kepada esensi dari yang
19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-PRESS, 2007), 3.

14

terkandung pada buku tersebut mengingat berbagai pandangan seseorang
maupun sekelompok orang selalu ada variasinya.20
Dengan demikian penelitian kepustakaan dilakukan dengan penelaahan
gagasan para pakar (pakar lain), konsepsi yang telah ada, aturan yang
mengikat objek ilmu. Studi ini dilakukan untuk meneliti suatu masalah yang
menjadi topik karya penelitian ataupun yang menjadi konsepsi tersebut.
2. Sumber Data
a. Sumber primer
Data primer penelitian ini adalah dokumen putusan Pengadilan Negeri
Lamongan terhadap pelaku tindak pidana membuka rahasia negara kunci
jawaban ujian nasional, yang meliputi:
1) Landasan hukum yang dipergunakan oleh hakim Pengadilan Negeri
Lamongan dalam menyelesaikan perkara tindak pidana membuka
rahasia negara soal ujian nasional.
2) Sanksi yang diputus Pengandilan Negeri Lamongan tentang kasus
membuka rahasia negara soal ujian nasional.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data21, yaitu: KUHP (Kitab Undang-undang Hukum
Pidana),

salinan

putusan

pengadilan

negeri

LamonganNo:

26/PID.B/2015/PN.Lmg.

20
21

Mestika Zed, Metodologi Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 2.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 225.

15

b. Sumber sekunder
Semua publikasi tentang hukum yangmerupakandokumentasi yang
tidak resmi. Publikasi tersebutmerupakan petunjukatau penjelasan
mengenai sumber hukumprimer atau sekunder yang berasal dari
kamus,ensiklopedia, jurnal,surat kabar, dan sebagainya. 22 Diantaranya:
1) Djajuli, Fiqih Jinayah (Upaya mengulangi kejahatan dalam Islam),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000).
2) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2005).
3) A. Djajuli, Kaidah Fiqih Jinayah, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,
2004).
4) Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al Ma’arif, 1992).
5) Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, At-Tarbiyyatu wa

Turuqu Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif, 1979).
6) Federick J. Mc. Donald, Education Pschology, (California: wads
Worth Publishing Company, inc, 1959).
7) Noyon dan Langemeijer, Het Wetboek, (Arnhem: S. Gouda Quint,
1954).
8) Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008).
9) M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, (Jakarta: AMZAH,
2014).

22

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 54.

16

3. Teknik Pengumpulan Data
a. Interview
Penulis mengadakan wawancara dan Tanya jawab secara langsung
dengan hakim di pengadilan Negeri Lamongan yang menangani kasus
ini

untuk

mendapatkan

informasi

yang

di

perlukan

dalam

mengumpulkan data terkait dengan putusan Pengadilan Negeri
Lamongan tentang Membuka Rahasia Negara Soal Ujian Nasional Turut
serta dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatannya.
b. Dokumentasi
Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen:
Yakni dengan mempelajari isi dokumen-dokumen resmi yang berkaitan
dengan perkara No. 26/Pid.B/2015/PN.Lmg tindak pidana membuka
rahasia negara soal ujian nasional, serta wawancara kepada hakim dan
hakim anggota yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut.
c. Telaah Pustaka
Penulis mencari dan mengumpulkan data yang berasal dari buku-buku
yang berkaitan dengan penelitian ini, sehingga penulis dapat memahami,
mencermati dan menganalisis berdasarkan data yang di peroleh tersebut.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul kemudian dianalisis dengan tahapantahapan sebagai berikut :

17

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah
diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kevalidan, kejelasan makna,
keselarasan dan kesesuaian antara data primer maupun data sekunder.23
Yaitu analisis antara hukum pidana Islam terhadap tindak pidana
membuka rahasia negara soal ujian nasional (Analisis terhadap Putusan
Nomor 26/Pid.B/2015/PN.Lmg).

b. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematiskan data-data ,yang telah
diperoleh.24 Yaitu analisis hukum pidana Islam terhadap tindak pidana
membuka rahasia negara soal ujian nasional (Analisis terhadap Putusan
Nomor 26/Pid.B/2015/PN.Lmg).

c. Analyzing, yaitu memberikan analisis hukum pidana Islam terhadap
tindak pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional (Analisis
terhadap Putusan Nomor 26/Pid.B/2015/PN.Lmg).
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secra sistematis
melalui metode diskriptif analisis, wawancara dan pola pikir deduktif untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.25
Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik deskriptif
analisis, yaitu suatu teknik dipergunakan dengan jalan memberikan
gambaran terhadap masalah yang dibahas dengan menyusun fakta-fakta

23

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 1996), 50.
Ibid.,51.
25
Noeng Muhjair, Metode penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 104.

24

18

sedemikian rupa sehingga membentuk konfigurasi masalah yang dapat
dipahami

dengan

mudah.26Langkah

yang

ditempuh

penulis

ialah

mendeskripsikan secara sistematis semua fakta aktual yang diktahui,
kemudian dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan, sehingga dapat
membarikan sebuah pemahaman yang konkrit.Dalam hal ini dengan
mengemukakan kasus yang terjadi di Lapas Lamongan kemudian dikaitkan
dengan teori dan dalil-dalil yang terdapat dalam literatur sebagai anlisis,
sehingga mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.
Deduktif yaitu diawali dengan mengemukakan teori-teori, dalil-dalil
dan pendapat yang bersifat umum selanjutnya dikemukakan kenyataan yang
bersifat khusus.27Yaitu mengenai tindak pidana membuka rahasia Negara
soal ujian nasional kemudian ditarik kesimpulan dari hasil riset terhadap
Putusan Pengadilan Negeri Lamongan, dan kemudian ditarik sebuah
kesimpulan yang khusus.

I.

Sistematika Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas pada skripsi ini, penulis
akan menguraikan isi uraian pembahasan. Adapun Sistematika pembahasan
skripsi ini terdiri dari lima bab dengan pembahasan sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan, pada bab ini diuraikan tentang pendahuluan yang
menjelaskan gambaran umum yang memuat pola dasar penulisan skripsi ini, yaitu
meliputi latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah,
26
27

Consuelo G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: UI Press, 1993), 71.
Ibid., 72.

19

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II, bab ini membahas landasan teori tentang hukum pidana islam

ta’zi>rdiantaranya: pengertian tentang ta’zi>r, dasar hukum dan macam-macam
ta’zi>r, pengertian tindak pidana membuka rahasia negara, dasar hukum terjadinya
tindak pidana membuka rahasia Negara, faktor-faktor penyebab terjadinya tindak
pidana membuka rahasia negara soal ujian nasional.
Bab III, dalam bab ini membahas tentang data-data yang diperoleh dari
penelitian

pada

putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

26/PID.B/2015/PN.Lmg tentang tinjauan umum sanksi tindak pidana membuka
rahasia negara soal ujian nasional dalam hukum pidana Islam diantaranya:
ketentuan hukum pidana Islam,dan sanksi bagi pelaku tindak pidana membuka
rahasia negara soal ujian nasional.
Bab IV, bab ini menguraikan tentang analisis hukum pidana Islam
terhadap putusan Nomor: 26/PID.B/2015/PN.Lmg terhadap tindak pidana
membuka rahasia negara soal ujian nasional.
Bab V, bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang merupakan
rangkuman yang terdapat pada bagian akhir dari penelitian skripsi ini. Dalam bab
akhir ini dijelaskan rumusan masalah kesimpulan dari keseluruhan bahasan
sebagai jawaban yang ada pada rumusan masalah, dengan disertai saran yang
membangun agar menjadi masukan bagi peneliti.

BAB II
KONSEP TA’ZI>R DALAM HUKUM PIDANA ISLAM
A. Jari>mah Ta’zi>r
1. Pengertian Jari>mah Ta’zi>r

Jari>mah Ta’zi>r> adalah jari>mah yang diancam dengan hukuman ta’zi>r.
Pengertian ta’zi>r adalah bentuk mashdar dari dari kata

yang secara

etismologis berarti ‫ الَّد والم ْع‬yaitu menolak dan mencegah.1 Kata ini juga
memiliki arti ّ‫ نص‬menolong atau menguatkan. Dalam QS. Al-Fath (48) ayat 9
yaitu:
        
Artinya: supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)Nya2, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya
di waktu pagi dan petang.3
Sebagian ulama mengartikan ta’zi>r sebagai hukuman yang berkaitan
dengan pelanggaran terhadap hak Allah dan hak hamba yang tidak ditentukan alQur’an dan Hadis, ta’zi>r berfungsi memberikan pengajaran kepada si terhukum
dan sekaligus mencegahnya untuk tidak mengulangi perbuatan serupa. 4 Sebagian
lain mengatakan sebagai hukuman terhadap pelaku perbuatan dosa yang tidak
ada sanksi hadd atau kifaratnya,5 baik itu kejahatan terhadap hak Allah seperti

M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 136.
Maksudnya: mengangungkannya dan menolongnya.
3
Departemen Agama, Alquran dan Terjemaha, (Surabaya: Mekar, 2004). 512.
1
2

4
5

Rahmad hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia,2000), 141.
Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 2004), 159.

20

21

makan pada siang hari pada bulan Ramadan tanpa ada uzur, meninggalkan salat
menurut jumhur ulama, riba. Maupun kejahatan adami, seperti mencuri dengan
jumlah curian yang belum mencapai nisab pencurian, pencurian tanpa
mengandung unsur al-Hirzu (harta yang dicuri tidak pada tempat penyimpanan
yang semestinya), korupsi, pencemaran dan tuduhan selain zina dan sebagainya.6
Sedangkan menurut Imam al- Mawardi, ta’zi>r adalah hukuman bagi
tindak pidana yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’ yang bersifat
mendidik.7 Maksud dari “mendidik” disini adalah untuk mencegah terjadinya
maksiat pada masa yang akan datang.8
Adapun syarat supaya hukuman ta’zi>r bisa dijatuhkan adalah hanya syarat
berakal saja. Oleh karena itu, hukuman ta’zi>r bisa dijatuhkan kepada setiap orang
yang berakal yang melakukan suatu kejahatan yang tidak memiliki ancaman
hukuman had, baik laki-laki maupun perempuan, muslim maupun kafir, balig
atau anak kecil yang sudah berakal (mumayyiz). Karena mereka semua selain
anak kecil adalah termasuk orang yang sudah memiliki kelayakan dan kepatutan
untuk dikenai hukuman. Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, maka ia di

ta’zi>r, namun bukan sebagai bentuk hukuman, akan tetapi sebagai bentuk
mendidik dan memberi pelajaran.9
Wahbah al-Zuhaili yang mengutip dari Raddul Muhtaar memberikan
ketentuan dan kriteria dalam hukuman ta’zi>r yaitu setiap orang yang melakukan
Wahbahaz-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyieal-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema Insani,
2007), 523.
7
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 136.
8
Alie Yafie, Dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jilid II, (Bogor: PT Kharisma Ilmu, t.t), 178.
9
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema Insani,
2007), 531.

6

22

suatu kemungkaran atau menyakiti orang lain tanpa hak (tanpa alasan yang
dibenarkan) baik dengan ucapan, perbuatan atau isyarat, baik korbannya adalah
seorang muslim maupun orang kafir.10
Adapun perbedaan antara jari>mah hudud dan jari>mah ta’zi>r adalah sebagai
berikut:11
a. Jari>mah hudud, tidak ada pemaafan, baik oleh perorangan maupun uly al-

amri (pemerintah). Bila seseorang telah melakukan jari>mah hudud dan
terbukti di depan pengadilan, maka hakim hanya bisa menjatuhkan sanksi
yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam jari>mah ta’zi>r, kemungkinan
pemaafan itu ada, baik oleh perorangan maupun oleh uly al-amri, bila hal itu
lebih maslahat.
b. Jari>mah ta’zi>r, pemimpin dapat memilih hukuman yang lebih tepat bagi si
pelaku sesuai dengan kondisi pelaku, situasi dan tempat kejahatan.
Sedangkan dalam jari>mah hudud yang diperhatikan oleh hakim hanyalah
kejahatan material.
c. Pembuktian jari>mah hudud dan qis}as} harus dengan saksi atau pengakuan,
sedangkan pembuktian jari>mah ta’zi>r sangat luas kemungkinannya.
d. Hukuman had maupun qis}as} tidak dapat dikenakan kepada anak kecil, karena
syarat menjatuhkan had si pelaku harus sudah balig, sedangkan ta’zi>r itu
bersifat pendidikan dan mendidik anak kecil itu boleh.

10
11

Ibid, 532.
Ahmad Djazuli, FiqhJinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) , (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997), 170.

23

B. Unsur-unsur Jari>mah Ta’zi>r
Suatu perbuatan dianggap jarimah apabila unsur-unsurnya telah
terpenuhi. Unsur-unsur ini dibagi menjadi dua, yaitu unsur umum dan unsur
khusus. Unsur umum adalah unsur yang dianggap sebagai tindak pidana berlaku
pada semua jari>mah, sedangkan unsur khusus hanya berlaku untuk masingmasing jari>mah dan berbeda antara jarimah yang satu dengan yang lain. 12
Adapun yang termasuk dalam unsur-unsur umum jarimah adalah:13
1. Unsur formil (adanya undang-undang atau nas}), artinya setiap perbuatan
tidak dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dipidana kecuali
ada undang-undang atau nas} yang mengaturnya. Contohnya dalam surah alMaidah (3)
             



Artinya: laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 14
Dalam hukum positif masalah ini dikenal dengan istilah asas legalitas, yaitu
sesuatu perbuatan tidak dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya
tidak dapat dianggap melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dianggap
melawan hukum dan pelakunya tidak dapat dikenai sanksi sebelum adanya
peraturan yang mengundangkannya. Dalam syari’at Islam lebih dikenal
12

Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), 27.
13
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Logung Pustaka), 9-10.
14
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahan, (Surabaya: Mekar, 2004). 114

24

dengan istilah al-rukn al syar’i. Kaidah yang mendukung unsur ini adalah
“tidak ada perbuatan yang dianggap melarang hukum dan tidak ada hukuman
yang dijatuhkan kecuali adanya ketentuan nas}”. Kaidah lain menyebutkan
“tiada hukuman bagi perbuatan mukalaf sebelum adanya ketentuan nas}”.
2. Unsur materiil (sifat melawan hukum), artinya adanya tingkah laku
seseorang yang membentuk jarimah, baik dengan sikap berbuat maupun
sikap tidak berbuat. Unsur ini dalam hukum pidana Islam disebut al-rukn al-

madi. Contohnya dalam jari>mah zina unsur materiilnya adalah perbuatan
yang merusak keturunan, dalam jari>mah qadhaf unsur materiilnya adalah
perkataan yang berisi tuduhan zina.
3. Unsur moril (pelakunya mukalaf), artinya pelaku jarimah adalah orang yang
dapat dimintai pertanggungjawaban

pidana terhadap jari>mah yang

dilakukannya sesuai dengan hak Allah. Dalam syari’at Islam unsur moril
disebut al-rukn al-adabi, yaitu orang yang melakukan tindak pidana dapat
dipersalahkan dan dapat disesalkan, artinya bukan orang gila, bukan anakanak dan bukan karena dipaksa atau karena pembelaan diri.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada
dalam jari>mah ta’zi>r adalah setiap bentuk larangan (maksiat) yang tidak ada
ancaman hukuman had dan kewajiban membayar kafarat di dalamnya, perbuatan
jari>mah hudud atau qis}as} yang unsurnya tidak terpenuhi, dan melakukan suatu
kemungkaran atau menyakiti orang lain tanpa hak (meresahkan masyarakat
umum).

25

Adapun menurut Ahmad Wardi Muslich bahwa jari>mah ta’zi>r terdiri atas
perbuatan-perbuatan maksiat yang tidak dikenakan hukuman had maupun

kafarat. Pada intinya, jari>mah ta’zi>r ialah perbuatan maksiat.15
Menurut Ibnul Qayyim perbuatan maksiat ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 16
1. Perbuatan maksiat yang pelakunya diancam dengan hukuman had tanpa ada
kewajiban membayar kafarat, seperti pencurian, menenggak minuman keras,
zina dan qadhaf. Sehingga dengan adanya hukuman had tersebut, maka
hukuman ta’zi>r sudah tidak diperlukan lagi.
2. Perbuatan maksiat yang pelakunya hanya terkena kewajiban membayar

kafarat saja, tidak sampai terkena hukuman had, seperti melakukan koitus
(persetubuhan) di siang hari bulan Ramadan menurut ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah, kebalikan dari pendapat ulama Hanafiyyah dan Malikiyah, juga
seperti melakukan koitus pada saat berihram.
3. Perbuatan maksiat yang pelakunya tidak dikenakan ancaman hukuman had
dan tidak pula terkena kewajiban membayar kafarat, seperti mencium
perempuan asing, mengonsumsi darah dan babi, dan sebagainya. Bentuk
kemaksiatan ketiga inilah pelaku dapat dikenakan hukuman ta’zi>r.
Para ulama juga memberi contoh perbuatan maksiat yang pelakunya tidak
bisa dikenai ta’zi>r, seperti seseorang yang memotong jari sendiri. Pemotongan
jari sekalipun milik sendiri itu jelas suatu maksiat, namun tidak dapat dikenakan

ta’zi>r kepada pelakunya sebab tidak mungkin dilaksanakan qis}as}. Sesungguhnya

15
16

Ahmad WardiMuslich, Hukum Pidana..., 249.
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema Insani,
2007), 259.

26

dalam kasus tersebut tidak ada halangan untuk dilaksanakan ta’zi>r, karena pelaku
telah menyia-nyiakan diri sendiri, padahal menjaga diri sendiri adalah wajib
hukumnya.17
Adapun syarat supaya hukuman ta’zi>r bisa dijatuhkan adalah hanya syarat
berakal saja. Oleh karena itu, hukuman ta’zi>r bisa dijatuhkan kepada setiap orang
yang berakal yang melakukan suatu kejahatan yang tidak memiliki ancaman
hukuman had, baik laki-laki maupun perempuan, muslim maupun kafir, balig
atau anak kecil yang sudah berakal (mumayyiz). Karena mereka semua selain
anak kecil adalah termasuk orang yang sudah memiliki kelayakan dan kepatutan
untuk dikenai hukuman. Adapun anak kecil yang sudah mumayyiz, maka ia di

ta’zi>r, namun bukan sebagai bentuk hukuman, akan tetapi sebagai bentuk
mendidik dan memberi pelajaran.18
Wahbah al-Zuhaili yang mengutip dari Raddul Muhtaar memberikan
ketentuan dan kriteria dalam hukuman ta’zi>r yaitu setiap orang yang melakukan
suatu kemungkaran atau menyakiti orang lain tanpa hak (tanpa alasan yang
dibenarkan) baik dengan ucapan, perbuatan atau isyarat, baik korbannya adalah
seorang muslim maupun orang kafir.19
Sedangkan ruang lingkup dalam ta’zi>r yaitu sebagai berikut:20

17

Ahmad Djazuli, FiqhJinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) , (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997), 174.
18
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam, (Abdul Hayyie al-Kattani, dkk), jilid 7, (Jakarta: Gema Insani,
2007), 531.
19
Ibid., 532.
20
Nurul Irfan dan Masyrofah, FiqhJinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 143.

27

1. Jari>mah hudud atau qis}as} diyat yang terdapat syubhat dialihkan ke sanksi

ta’zir. Adapun mengenai syubhat, didasarkan atas hadis berikut HR ALBaihaqi:
‫ادْرءوا الْحدود بااشبحات‬
Artinya: Hindarkanlah had, jika ada syubhat.
2. Jari>mah hudud atau qis}as} diyat yang tidak memenuhi syarat akan dijatuhi
sanksi ta’zi>r. Contohnya percobaan pencurian, percobaan pembunuhan dan
percobaan zina.
3. Jari>mah yang ditentukan al-Quran dan Hadis, namun tidak ditentukan
sanksinya. Misalnya penghinaan, tidak melaksanakan amanah, saksi palsu,

riba, suap, dan pembalakan liar.
4. Jari>mah yang ditentukan uly al-amri untuk kemaslahatan umat, seperti
penipuan,

pencopetan,

pornografi

dan

pornoaksi,

penyelundupan,

pembajakan, human trafficking, dan sebagainya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang ada
dalam jari>mah ta’zi>r adalah setiap bentuk kejahatan (maksiat) yang tidak ada
ancaman hukuman had dan kewajiban membayar kafarat di dalamnya, perbuatan

jari>mah hudud atau qis}as} yang unsurnya tidak terpenuhi, dan melakukan suatu
kemungkaran atau menyakiti orang lain tanpa hak (meresahkan masyarakat
umum).

28

C. Macam-Macam Jari>mah Ta’zimah ta’zi>r ada dua bagian, yaitu jari>mah ta’zi>r yang
menyinggung hak Allah dan jari>mah ta’zi>r yang menyinggung hak individu
(adami).
Yang dimaksud dengan kejahatan yang berkaitan dengan hak Allah
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemaslahatan umum. Seperti
membuat kerusakan di muka bumi, perampokan, pencurian, perzinaan,
pemberontakan dan tidak taat kepada uly al-amri. Sedangkan yang dimaksud
dengan kejahatan yang berkaitan dengan hak individu adalah segala sesuatu yang
mengancam kemaslahatan bagi seorang manusia, seperti tidak membayar utang
dan penghinaan.21
Akan tetapi, ada ulama yang membagi kedua jari>mah ini menjadi dua
bagian lagi, yakni jari>mah yang berkaitan dengan campur antara hak Allah dan
hak individu di mana yang dominan adalah hak Allah, seperti menuduh zina. Dan
campur antara hak Allah dan hak individu di mana yang dominan adalah hak
individu, seperti jari>mah pelukaan.22
Dari segi sifatnya, jari>mah ta’zi>r dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:23

21

Ahmad Djazuli, FiqhJinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam) , (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1997), 166.
22
Ibid.
23
Ahmad WardiMuslich, Hukum Pidana..., 255.

29

1. Ta’zi>r karena melakukan perbuatan maksiat.
2. Ta’zi>r karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan
umum.
3. Ta’zi>r karena melakukan pelanggaran.
Jika dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta’zi>r juga dapat dibagi
kepada tiga bagian, yaitu sebagai berikut:24
a. Jari>mah ta’zi>r yang berasal dari jari>mah-jari>mah hudud atau qis}as}, tetapi
syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti pencurian yang
tidak mencapai nisab, atau oleh keluarga sendiri.
b. Jari>mah ta’zi>r yang jenisnya disebutkan dalam nas} syara’tetapi hukumannya
belum ditetapkan, seperti riba, suap, mengurangi takaran dan timbangan.
c. Jari>mah ta’zi>r yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh

syara’. Jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada uly al-amri, seperti
pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.
Adapun Abdul Aziz Amir membagi jari>mah ta’zi>r secara rinci kepada
beberapa bagian, yaitu:
a. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan pembunuhan
Dalam jari>mah pembunuhan itu diancam dengan hukuman mati, dan bila

qis}as}nya dimaafkan maka