Pengujian Anomali Pasar: Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia.

(1)

i

PENGUJIAN ANOMALI PASAR : DAY OF THE WEEK EFFECT PADA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

MARGARETA MARIA TRISNADI NIM : 1215251052

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 27 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Drs. Putu Yadnya, MM. ………

2. Sekretaris : Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si ………

3. Anggota : Dra. Ni Ketut Purnawati, MS. ………

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen Pembimbing

(Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si) (Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si) NIP. 19610601 198503 2 003 NIP. 19590603 198601 1 001


(3)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Januari 2016

Mahasiswa,

Margareta Maria Trisnadi NIM. 1215251052


(4)

iv

Judul : Pengujian Anomali Pasar : Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia

Nama : Margareta Maria Trisnadi NIM : 1215251052

ABSTRAK

Konsep pasar modal yang efisien hingga sekarang masih menjadi perdebatan akibat adanya penyimpangan yang disebut sebagai anomali pasar. Salah satu bentuk anomali pasar, yaitu anomali musiman melanggar hipotesis mengenai konsep efisiensi yang disebabkan adanya return yang tidak random, melainkan dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender tertentu. Anomali musiman yang sering dianalisis adalah fenomena Day of The Week Effect, yaitu suatu anomali di mana terjadi perbedaan return antar hari perdagangan dalam seminggu secara signifikan. Pada umumnya return saham di awal minggu cenderung negatif dan menjadi positif di akhir minggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan fenomena Day of The Week Effect pada saham-saham LQ-45 di Bursa Efek Indonesia dan pengaruh hari perdagangan terhadap return saham.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Regresi Linear Berganda dengan variabel dummy dan uji parsial untuk mengetahui apakah hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Penelitian menggunakan sampel 45 saham perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 untuk periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan hasil pengujian, hari Selasa memberikan pengaruh negatif tetapi tidak signifikan, hari Rabu dan Jumat memberikan pengaruh positif tetapi tidak signifikan juga. Hanya hari Kamis yang memberikan pengaruh positif secara signifikan terhadap return saham. Dari hasil penelitian ini, ditemukan adanya fenomena Day of The Week Effect pada indeks LQ-45 periode Agustus 2014 hingga Januari 2015, di mana rata-rata return pada hari Kamis adalah yang tertinggi dan berpengaruh signifikan, yang biasa dikenal sebagai Thursday Effect. Investor yang akan melakukan transaksi jual beli sekuritas perlu memperhatikan keberadaan fenomena Day of The Week Effect sebagai bagian dari rencana dan strategi investasi untuk mengoptimalkan tingkat pengembalian yang akan didapatkan.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengujian Anomali Pasar : Day Of The Week Effect Pada Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE., M.Si, dan Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si, selaku Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

5. Dr. Ida Bagus Panji Sedana, SE., M.Si, sebagai Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, dan kakak, atas dukungan dan doa yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.


(6)

vi

7. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, Januari 2016


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL……….. i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.………. iii

KATA PENGANTAR……….. iv

ABSTRAK………. vi

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Rumusan Masalah Penelitian ………. 8

1.3. Tujuan Penelitian ……… 8

1.4. Kegunaan Penelitian ……… 8

1.5. Sistematika Penulisan ………. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep ……… 11

2.1.1. Saham ……….... 11

2.1.2. Return Saham ……… 14

2.1.3. Indeks LQ-45 ………. 16

2.1.4. Pasar Efisien ...……… 18

2.1.5. Anomali Pasar ……… 25

2.2. Hipotesis Penelitian ……….. 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ………... 32

3.2. Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ……... 32

3.3. Obyek Penelitian ………... 32

3.4. Identifikasi Variabel ………... 33

3.5. Definisi Operasional Variabel ……… 33

3.6. Jenis dan Sumber data 3.6.1. Jenis Data ……… 35

3.6.2. Sumber Data ……… 36

3.7. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ……… 36

3.8. Metode Pengumpulan Data ……… 37

3.9. Teknik Analisis Data ... 38

3.9.1. Analisis Regresi Linear Berganda ……… 38


(8)

viii

3.9.3. Uji Asumsi Klasik ……… 40

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Sampel 4.1.1. Indeks LQ-45 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 42

4.2. Analisis Deskriptif ... 43

4.3. Pengujian Asumsi Klasik ... 47

4.3.1. Pengujian Multikolinearitas ... 47

4.3.2. Pengujian Heteroskedastisitas ... 48

4.3.3. Pengujian Autokorelasi ... 49

4.4. Pengujian Hipotesis ... 50

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ………... 56

5.2. Saran ………... 56

DAFTAR RUJUKAN ………... 58


(9)

ix

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

4.1 Saham Perusahaan Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014

hingga Januari 2015 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 42

4.2 Hasil Analisis Deskriptif Average Actual Return (AAR) ... 44

4.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 47

4.4 Exluded Variables ... 48

4.5 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 49

4.6 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 49


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31 4.1 Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Indeks LQ-45 Periode


(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Halaman

1 Saham Perusahaan Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014

hingga Januari 2015 yang Menjadi Sampel Penelitian ... 62

2 Data Jumlah ActualReturn Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 ... 64

3 Perhitungan Average Actual Return Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015 ... 66

4 Data Variabel Dummy dan Average Actual Return (AAR) Indeks LQ-45 Periode Agustus 2015 hingga Januari 2015... 68

5 Hasil Analisis Deskriptif Average Actual Return (AAR) ... 75

6 Fluktuasi Rata-Rata Return Saham Indeks LQ-45 Periode Agustus 2014 hingga Januari 2015……… 76

7 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 77

8 Exluded Variables ... 78

9 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ... 79

10 Hasil Pengujian Autokorelasi ... 81


(12)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1Saham

Salah satu instrumen pasar keuangan yang paling dominan diperdagangkan adalah saham. Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Husnan (2005:29) menyebutkan sekuritas (saham) sebagai secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Pada dasarnya terdapat dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, yaitu :

1) Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen yang


(13)

12

dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen stock

yang artinya setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian dividen stock tersebut.

2) Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual,

dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli. Capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek untuk mengejar keuntungan melalui capital gain.

Berdasarkan cara pengalihannya, saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)

Saham atas unjuk (bearer stock) adalah saham yang tidak memiliki nama pemilik di atas sertifikat. Dengan pemilikan atas saham atas unjuk, seorang pemilik dapat mengalihkan atau memindahkan kepada orang lain dengan relatif mudah karena sifatnya mirip dengan uang. Orang yang dapat menunjukkan saham atas unjuk akan menjadi pemiliknya dan berhak ikut serta dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Kekurangan saham atas unjuk adalah, apabila saham tersebut hilang, pemilik saham tidak dapat meminta ganti atas sahamnya.


(14)

13

2) Saham Atas Nama (Registered Stock)

Saham atas nama memiliki nama pemilik yang dituliskan di atas sertifikat, melalui peralihan dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya dicatat dengan buku perusahaan khusus daftar nama pemegang saham. Kelebihannya dibandingkan saham atas unjuk, bila saham tersebut hilang, pemilik dapat meminta gantinya.

Berdasarkan manfaat yang diperoleh oleh pemilik, saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Saham biasa

Saham biasa adalah salah satu sumber keuangan utama yang harus ada pada suatu perusahaan publik dan merupakan surat berharga yang paling umum dan dominan diperdagangkan di Bursa Efek. Saham biasa merupakan kepemilikan atas hak sekuritas oleh pemilik modal perusahaan yang akan diumumkan kepada masyarakat. Pemilik saham memiliki hak untuk menentukan apakah akan menerima dividen atau menduduki posisi di dalam perusahaan.

2) Saham preferen

Pemegang saham preferen memiliki hak khusus untuk didahulukan dalam pembagian laba dan sisa aset dalam likuidasi dibandingkan dengan pemilik saham biasa. Perbedaannya dengan saham biasa adalah saham preferen memiliki dividen yang tetap, tetapi tidak memiliki tanggal jatuh tempo. Saham preferen adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena di satu


(15)

14

sisi bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti obligasi dan bunga), tetapi di sisi lain juga mendatangkan hasil yang dikehendaki investor

2.1.2Return Saham

Seorang investor melakukan transaksi jual beli sekuritas tentunya dengan tujuan untuk memperoleh pengembalian atau imbal hasil (return) yang maksimal.

Return saham merupakan hasil yangdiperoleh investor dari selisih pembelian dan

penjualan saham. Return saham juga dapat diartikan sebagai bentuk hasil yang diperoleh dalam melakukan investasi saham. Return dapat berupa return realisasi yaitu return yang sudah terjadi atau return ekspektasi yaitu return yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Hartono, 2014:263).

Return realisasi (actual return) merupakan return yang telah terjadi, dihitung

berdasarkan data historis, sementara return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang.

Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu

yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen utama return yang

mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh. Capital gain sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan atau penurunan harga suatu surat berharga yang bisa berupa saham maupun surat hutang jangka panjang, dan yang bisa memberikan keuntungan (capital gain) maupun kerugian


(16)

15

Secara sistematis, perhitungan return saham adalah sebagai berikut:

Menurut Hartono (2014:265), return saham

1 t 1 -t t -(P ) D

P    t P ………..(1)

Di mana : Pt = Price, yaitu harga untuk hari t

Pt-1 = Price, yaitu harga untuk hari t-1

Dt = Dividen periodik

Mohamad Samsul (2006:200) menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi return saham terdiri atas:

1) Faktor makro yaitu faktor yang berada di luar perusahaan, yaitu: (1) Faktor makro ekonomi meliputi tingkat bunga umum domestik,

tingkat inflasi, kurs valuta asing dan kondisi ekonomi internasional.

(2) Faktor non ekonomi meliputi peristiwa politik dalam negeri, peristiwa politik di luar negeri, peperangan, demonstrasi massa dan kasus lingkungan hidup.

2) Faktor mikro, yaitu faktor yang berada di dalam perusahaan dan berhubungan dengan data laporan keuangan perusahaan, yaitu:

(1) Laba bersih per saham

(2) Nilai buku per saham

(3) Rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio)

(4) Return on Equity (ROE)


(17)

16 2.1.3Indeks LQ-45

Intensitas transaksi setiap sekuritas di pasar modal tentu berbeda satu sama lain. Sebagian sekuritas memiliki frekuensi yang tinggi dan aktif diperdagangkan, sementara sekuritas yang lain memiliki frekuensi yang relatif rendah dan bersifat pasif. Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan perkembangan dan tingkat likuiditas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kurang mencerminkan kondisi riil yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan tersebut terpecahkan dengan dibentuknya indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ-45 adalah gabungan dari saham-saham yang terdiri dari 45 saham di Bursa Efek Indonesia dengan tingkat likuiditas yang tinggi, kapitalisasi pasar yang besar, serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria pemilihan tersebut yaitu:

1) Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham dipasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). Dari 60 saham tersebut, akan dipilih 30 saham dengan nilai transaksi terbesar dan secara otomatis akan masuk dalam perhitungan indeks LQ-45. 2) Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar, yaitu berada di atas 90 persen

dari rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir.

3) Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia selama paling sedikit 3 bulan.

4) Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan

jumlah hari transaksi di pasar regular.

5) Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektor dalam klasifikasi industri Bursa Efek Indonesia.


(18)

17

Untuk mendapatkan 45 saham, akan dipilih 15 saham dengan menggunakan kriteria hari transaksi dan frekuensi transaksi di pasar reguler, serta kapitalisasi pasar. Metode pemilihan tersebut adalah:

1) Sisa dari 30 saham yang tidak terpilih, akan dipilih 25 saham berdasarkan hari transaksi di pasar reguler.

2) Ditinjau dari frekuensi transaksi di pasar reguler, dari 25 saham yang terpilih akan dipilih sebanyak 20 saham.

3) Ditinjau dari kapitalisasi pasar, akan dipilih 15 saham dari 20 saham untuk mendapatkan 45 saham dalam perhitungan indeks LQ-45.

Indeks LQ-45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari dasar untuk perhitungannya adalah tanggal 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Sejak bulan Januari 2005, jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi dimasukkan sebagai ukuran likuiditas.

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau kinerja dan perkembangan emiten yang masuk dalam indeks LQ-45 dengan melakukan evaluasi atas pergerakan urutan/peringkat saham-saham tersebut setiap tiga bulan sekali. Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu awal Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran dari pemilihan saham, Bursa Efek Indonesia selalu berkonsultasi dan meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli Bapepam-LK, universitas, dan pakar profesional di bidang pasar modal yang independen.


(19)

18 2.1.4Pasar Efisien

Bagaimana suatu pasar bereaksi terhadap informasi dalam mencapai harga keseimbangan yang baru adalah hal yang penting. Jika pasar bereaksi secara cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan yang baru dan sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka pasar dikatakan sebagai pasar efisien. Ada hubungan antara teori pasar modal yang menjelaskan tentang keadaan ekuilibrium dengan konsep pasar efisien yang mencoba menjelaskan bagaimana pasar memproses informasi untuk bergerak menuju posisi ekuilibrium yang baru. Fahmi (2012:260) mendefinisikan pasar efisien (market efficient) adalah suatu kondisi dimana informasi tentang semua harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus. Fama (dalam Hartono, 2014:597) mendefinisikan bahwa suatu pasar dikatakan efisien jika harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Informasi yang diketahui bukan saja mengacu kepada informasi yang lalu, tetapi juga informasi saat ini yang diterima oleh orang umum.

Syarat yang harus dipenuhi agar suatu pasar modal dapat disebut sebagai pasar modal yang efisien antara lain :

1) Terdapat banyak investor rasional yang berusaha memaksimumkan profit dan ikut berpartisipasi secara aktif dalam pasar untuk melakukan aktivitas, analisis, penilaian, dan transaksi jual beli sekuritas.

2) Pelaku pasar modal memperoleh akses informasi di saat yang sama dengan mudah.


(20)

19

3) Informasi pasar bersifat random, yaitu informasi secara acak di mana informasi yang ada di masa sekarang belum tentu sama dengan informasi di masa mendatang.

4) Reaksi investor terhadap informasi baru sangat cepat sehingga harga sekuritas juga berubah sesuai dengan perubahan nilai akibat dari informasi yang masuk ke dalam pasar.

Bentuk-bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersediaan informasi, kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally

efficient market), sementara pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan

pelaku pasar dalam mengambil keputusan disebut efisiensi pasar secara keputusan

(decisionally efficient market).

1) Efisiensi Pasar secara Informasi

Hal utama dalam mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara harga sekuritas dengan informasi. Fama (dalam Tandelilin, 2010:223) mengklasifikasikan bentuk pasar yang efisien ke dalam tiga bentuk, yaitu:

(1) Efisiensi pasar dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk di masa sekarang. Maka dari itu, informasi historis tersebut (seperti volume perdagangan harga, dan peristiwa masa lalu) tidak bisa


(21)

20

digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang datang karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random

walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak

berhubungan dengan data masa sekarang.

(2) Efisiensi pasar dalam bentuk setengah kuat (semi strong)

Pasar efisien dalam bentuk setengah kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dengan semua informasi yang dipublikasikan, seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan peristiwa terpublikasi lainnya yang berdampak pada aliran kas perusahaan di masa datang. Pada pasar efisien bentuk setengah kuat, abnormal return hanya terjadi di seputar pengumuman (publikasi) suatu peristiwa sebagai representasi dari respon pasar terhadap pengumuman tersebut. Suatu pasar dinyatakan dalam bentuk setengah kuat apabila informasi terserap dan direspon cepat oleh pasar (dalam satu hingga dua spot waktu atau hari di seputar pengumuman). Abnormal return

yang terjadi berkepanjangan (selama lebih dari tiga spot waktu) mencerminkan sebagian respon pasar terlambat dalam menyerap


(22)

21

atau menginterpretasi informasi, dan dengan demikian dianggap pasar tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.

(3) Efisiensi pasar dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat berarti harga pasar saham yang terbentuk sekarang telah mencerminkan informasi historis ditambah dan semua informasi yang dipublikasikan ditambah dengan informasi yang tidak dipublikasikan (privat). Pada pasar efisien bentuk kuat tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh keuntungan tak normal (abnormal return).

Tahun 1991, Fama mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan menjadi suatu klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas return (return predictability). Pada klasifikasi ini, informasi mengenai pola return sekuritas, seperti return yang tinggi di bulan Januari dan hari Jumat, tidak dapat digunakan untuk memperoleh return tak normal. Sedangkan efisiensi bentuk setengah kuat diubah menjadi studi peristiwa (event studies), dan pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian informasi privat (private information).

2) Efisiensi Pasar secara Keputusan

Informasi yang tidak perlu diolah lebih lanjut, seperti informasi tentang pengumuman laba perusahaan, akan dicerna pasar dengan cepat. Dengan demikian, untuk informasi seperti pengumuman laba,


(23)

22

efisiensi pasar tidak ditentukan dengan seberapa canggih pasar mengolah informasi laba tersebut, tetapi seberapa luas informasi tersebut tersedia di pasar. Informasi pasar semacam ini merupakan efisiensi pasar secara informasi. Akan tetapi untuk informasi yang perlu diolah lebih lanjut, ketersediaan informasi saja tidak cukup menjadi jaminan bahwa pasar akan efisien. Informasi yang harus diolah dengan benar memerlukan kecanggihan dari pelaku pasar. Jika hanya sebagian saja pelaku pasar yang canggih, maka kelompok tersebut mendapatkan keuntungan tak normal akibat dapat menginterpretasikan informasi dengan lebih benar dibandingkan kelompok pelaku pasar yang kurang canggih.

Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi Fama (dalam Hartono, 2014:610) yang didasarkan pada informasi yang didistribusikan. Perbedaannya, bila efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan faktor ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan faktor ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar.

Pasar efisien dapat terjadi karena peristiwa-peristiwa sebagai berikut :

1) Investor adalah penerima harga (price taker), di mana sebagai pelaku pasar, seorang investor tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. Harga dari suatu sekuritas ditentukan oleh banyak investor yang menentukan permintaan dan penawaran. Hal seperti ini bisa


(24)

23

terjadi jika pelaku pasar terdiri dari institusi dan individual rasional

dalam jumlah besar yang mampu mengartikan dan

menginterpretasikan informasi dengan baik dan benar untuk digunakan menganalisis, menilai, dan melakukan transaksi jual beli sekuritas. 2) Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat

yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. Umumnya pelaku pasar menerima informasi lewat berbagai media dalam waktu yang bersamaan. Bagi pasar efisien, harga dari informasi tersebut relatif murah untuk diperoleh.

3) Informasi yang dihasilkan secara acak (random) dan antar

pengumuman informasi satu dengan yang lain selalu bersifat random

sehingga investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru.

4) Investor bereaksi dan menggunakan informasi secara cepat dan penuh

sehingga harga sekuritas berubah dan mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Kondisi ini bisa terjadi bila pelaku pasar adalah individu yang canggih

(sophiscated) dan mampu memahami serta menginterpretasikan

informasi dengan cepat dan baik.

Apabila kondisi-kondisi di atas tidak terpenuhi maka pasar efisien mungkin tidak akan terjadi. Pasar menjadi tidak efisien bila kondisi-kondisi berikut terjadi:

1) Hanya terdapat pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas


(25)

24

2) Harga dari informasi mahal dan kurangnya akses yang seragam antara

pelaku pasar satu dengan pelaku pasar lainnya. Kondisi ini terjadi apabila penyebaran informasi kurang merata sehingga ada sebagian pelaku pasar yang menerima informasi tepat waktu, sementara sebagian lagi menerima informasi dengan terlambat, dan sisanya bahkan mungkin tidak menerima informasi sama sekali. Kondisi seperti ini disebut informasi yang tidak simetris (information

asymmetric). Pelaku pasar yang memiliki akses privat terhadap

informasi dan menggunakannya dalam bertransaksi disebut sebagai

insider trader. Perdagangan sekuritas yang menggunakan informasi

privat merupakan kegiatan yang melanggar hukum karena merugikan pelaku pasar lain.

3) Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebagian

pelaku pasar.

4) Investor adalah individual yang lugas dan tidak canggih sehingga kerap kali melakukan keputusan yang salah dan menilai sekuritas secara kurang tepat. Briloff (dalam Hartono, 2014:610) menunjukkan banyak kasus bahwa laporan akuntasi dapat menyesatkan pasar sehingga harga sekuritas tidak dinilai secara tepat dalam jangka waktu tertentu.

Ide dari pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut dengan Hipotesis Pasar Efisien (HPE) atau Efficient Market Hypothesis


(26)

25

pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi pasar. Fama (dalam Tandelilin, 2010:223) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga kategori.

1) Pengujian-pengujian bentuk lemah (weak-form tests), yakni seberapa kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan. Pengujian ini oleh Fama pada artikel berikutnya diganti menjadi pengujian terhadap pendugaan return (tests for return predictability). 2) Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semi-strong form tests),

yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasikan. Pengujian ini diubah menjadi studi peristiwa (event

studies).

3) Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong-form tests), yakni untuk menjawab pertanyaan apakan investor memiliki informasi privat yang tidak terefleksi di harga sekuritas. Berikutnya, pengujian ini diusulkan menjadi pengujian terhadap informasi privat (tests for private

information.)

2.1.5Anomali Pasar

Anomali merupakan penyimpangan terhadap konsep pasar efisien yang penyebabnya sulit dijelaskan dengan cepat (Alteza, 2007). Dalam teori keuangan, Levi (dalam Alteza, 2007) mengklasifikasikan anomali pasar menjadi empat macam. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event


(27)

26

anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). Menurut Jones

(2014:311), anomali pasar adalah teknik-teknik atau strategi-strategi yang berlawanan atau bertentangan dengan konsep pasar modal yang efisien dan penyebab kejadian tersebut tidak dapat dijelaskan dengan mudah.

Beberapa anomali yang terdapat di pasar modal antara lain :

1) Day of The Week Effect atau Efek Hari Perdagangan adalah anomali di

mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap pola return

saham dalam satu minggu. Pada umumnya return saham di awal minggu memiliki nilai negatif dan return saham di akhir minggu akan memiliki nilai positif atau tertinggi.

2) Price Earning (P/E) Effect adalah anomali yang memperlihatkan

bahwa saham dengan P/E rendah menunjukkan risk adjusted return

yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki P/E tinggi (Jones, 2014:313). Anomali ini pertama kali ditemukan oleh Basu pada tahun 1977 dan 1983.

3) Size Effect adalah anomali dimana risk adjusted return dari perusahaan

ukuran kecil lebih tinggi secara rata-rata dari perusahaan dengan

ukuran besar. James O’Shaughnessy (dalam Jones, 2014:314)

berpendapat bahwa return yang terkait dengan saham dari perusahaan berukuran kecil, sebagian besar terkait dengan saham micro-cap yang memiliki kapitalisasi yang kecil dan tidak dapat dibeli oleh individu maupun lembaga dengan mudah karena tingkat spread yang besar dan juga komisi.


(28)

27

4) January Effect merupakan anomali pasar yang menyatakan bahwa

return saham-saham di bulan Januari cenderung lebih tinggi dibanding

bulan-bulan yang lalu (Jones, 2014:314). Anomali January Effect

menjadi suatu kontroversial karena keberadaannya tidak muncul secara pasti, terutama pada saham-saham yang tergolong large-cap atau dengan kapitalisasi yang besar. Anomali ini diduga memiliki kecenderungan untuk muncul pada saham-saham perusahaan kecil.

5) Neglected Firm Effect, merupakan suatu anomali di mana terdapat

kecenderungan bahwa investasi pasar saham pada perusahaan yang kurang terkenal dapat memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar. Hal tersebut mungkin terjadi karena perusahaan kecil cenderung diabaikan oleh investor besar, oleh karena itu akses informasi mengenai perusahaan kecil cenderung kurang tersedia. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan perusahaan kecil menjadi lebih berisiko sehingga dapat menimbulkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Anomali ini ditemukan oleh Profesor keuangan Avner Arbel pada tahun 1982.

6) Reversal Effect adalah efek pembalikan rata-rata return yang

merupakan sebutan lain untuk anomali winner-loser yaitu

kecenderungan saham yang memiliki kinerja buruk (loser) akan berbalik menjadi saham yang memiliki kinerja baik (winner) pada periode berikutnya dan begitu juga sebaliknya. Anomali ini pertama kali ditemukan oleh DeBondt dan Thaler di tahun 1983.


(29)

28

Day of The Week Effect adalah salah satu penyimpangan (anomali) terhadap

konsep pasar efisien dan termasuk ke dalam anomali pasar. Day of The Week

Effect adalahanomali di mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap

pola return saham dalam satu minggu (Alteza, 2007). Artinya, ada perbedaan

return untuk hari-hari tertentu dalam seminggu. Biasanya return yang signifikan

negatif terjadi pada hari Senin, sedangkan return positif terjadi pada hari-hari lainnya. Fenomena ini merupakan salah satu bagian dari pengujian prediktabilitas

return yang memakai pola musiman (seasonality) dan memperlihatkan adanya

return saham yang lebih tinggi atau lebih rendah pada suatu periode tertentu.

Gibbons dan Hess (dalam Tandelilin, 2010:228) menemukan bahwa return

pada hari Senin lebih rendah dibandingkan hari lain di Bursa Saham New York, sementara return yang positif terjadi pada hari perdagangan Rabu dan Jumat. Penelitian tersebut didukung oleh beberapa literatur yang mengungkapkan pola

return di mana hari Jumat mempunyai rata-rata return tertinggi dan tingkat risiko

yang lebih rendah daripada hari lainnya. Hal ini bisa disebabkan oleh dominannya para investor untuk lebih aktif di perdagangan pada hari Jumat karena melihat kecenderungan nilai negatif yang didapat pada hari Senin. Kecenderungan nilai negatif tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu di antaranya adanya aksi proft taking yang dilakukan investor pada hari Jumat. Dengan adanya pola dalam return sekuritas, disarankan pada investor bahwa saat terbaik untuk membeli saham adalah pada saat pembukaan bursa di hari Selasa untuk memanfaatkan penurunan harga saham di hari Senin.


(30)

29 2.2. Hipotesis Penelitian

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya suatu pola dalam return saham. Pola tersebut menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih rendah pada hari tertentu berkaitan dengan Day of The Week Effect. Penelitian dilakukan Tilica dan Oprea (2014) pada saham-saham di Bursa Efek Bucharest menggunakan metode regresi dengan variabel dummy mengenai pengaruh hari perdagangan terhadap return saham di pasar modal Rumania. Hasil penelitian menemukan terjadinya efek Jumat atau Friday Effect, ketika pengembalian rata-rata (return) lebih tinggi pada hari Jumat dibandingkan hari lainnya. Penelitian serupa dilakukan Hussain et al. (2011) terhadap saham-saham mayor KSE dan indeks 100 KSE periode 2006-2010 di pasar sekuritas Pakistan. Hasil penelitian menemukan indikasi terjadi Tuesday Effect, di mana return pada hari Selasa lebih tinggi dibandingkan hari perdagangan lainnya, sementara return hari lainnya menunjukkan besaran yang konstan. Cinko dan Avci (2009) meneliti saham indeks ISE-100 di pasar saham Istanbul selama periode 1995-2008 dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian memperlihatkan return di hari Senin signifikan negatif, sementara return pada hari Jumat dan Kamis signifikan positif.

Penelitian oleh Patel et al. (2012) dilakukan di empat pasar saham yang dipilih dari negara-negara Asia yaitu: India (Bombay Stock Exchange), Hong Kong (Hong Kong Bursa Efek), Jepang (Tokyo Stock Exchange) dan China (Shanghai Bursa Efek). Bombay Stock Exchange (BSE) memiliki return rata-rata maksimum pada Rabu dengan deviasi standar tertinggi pada hari Senin. Bombay


(31)

30

Stock Exchange adalah satu-satunya pasar yang telah memberikan hasil positif

rata-rata pada semua hari di antara pasar Asia. Distribusi return dalam semua pasar tidak terdistribusi normal. Pada Hang Seng, return rata-rata maksimum terjadi pada hari Jumat dengan standar deviasi tertinggi pada hari Senin. Nikkei memiliki return tertinggi pada hari Kamis, sementara sisa hari yang lain return

rata-rata negatif dan volatilitas maksimum ditemukan di hari Senin. Shangai Stock Exchange memberikan return rata-rata maksimum pada hari Rabu dan volatilitas maksimum di hari Senin.

Rahman (2009) melakukan penelitian terhadap saham Dhaka Stock

Exchange periode 4 September 2005 hingga 8 Oktober 2008 dan menemukan

return di hari Minggu dan Senin adalah negatif, sementara return positif terjadi

hanya pada hari Kamis. Penelitian Marrett dan Worthington (2008) terhadap dua

belas indeks saham yang berbeda di pasar saham Australia dan menemukan Day

of The Week Effect terjadi pada kelompok saham perbankan, keuangan

diversifikasi, energi, kesehatan, asuransi, bahan dan industri ritel.

Penelitian terhadap Day of The Week Effect juga dilakukan Saputro (2014) dengan sampelnya IHSG harian periode 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyebutkan fenomena Day of The Week Effect terjadi pada Bursa Efek Indonesia di mana hari Kamis memiliki pengaruh terhadap return

indeks pasar, trading return pada hari Senin dipengaruhi oleh nontrading return

pada hari Jumat minggu sebelumnya dan return yang negatif terjadi pada saat


(32)

31

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya yang memberikan bukti empiris bahwa fenomena Day of The Week Effect terjadi pada beberapa pasar modal, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham LQ-45 periode Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015 di Bursa Efek Indonesia.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hari Perdagangan Senin (X1)

Hari Perdagangan Selasa (X2) Hari Perdagangan Rabu (X3)

Hari Perdagangan Kamis (X4)

Hari Perdagangan Jumat (X5)


(1)

26

anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). Menurut Jones (2014:311), anomali pasar adalah teknik-teknik atau strategi-strategi yang berlawanan atau bertentangan dengan konsep pasar modal yang efisien dan penyebab kejadian tersebut tidak dapat dijelaskan dengan mudah.

Beberapa anomali yang terdapat di pasar modal antara lain :

1) Day of The Week Effect atau Efek Hari Perdagangan adalah anomali di mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap pola return saham dalam satu minggu. Pada umumnya return saham di awal minggu memiliki nilai negatif dan return saham di akhir minggu akan memiliki nilai positif atau tertinggi.

2) Price Earning (P/E) Effect adalah anomali yang memperlihatkan bahwa saham dengan P/E rendah menunjukkan risk adjusted return yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang memiliki P/E tinggi (Jones, 2014:313). Anomali ini pertama kali ditemukan oleh Basu pada tahun 1977 dan 1983.

3) Size Effect adalah anomali dimana risk adjusted return dari perusahaan ukuran kecil lebih tinggi secara rata-rata dari perusahaan dengan ukuran besar. James O’Shaughnessy (dalam Jones, 2014:314) berpendapat bahwa return yang terkait dengan saham dari perusahaan berukuran kecil, sebagian besar terkait dengan saham micro-cap yang memiliki kapitalisasi yang kecil dan tidak dapat dibeli oleh individu maupun lembaga dengan mudah karena tingkat spread yang besar dan juga komisi.


(2)

27

4) January Effect merupakan anomali pasar yang menyatakan bahwa return saham-saham di bulan Januari cenderung lebih tinggi dibanding bulan-bulan yang lalu (Jones, 2014:314). Anomali January Effect menjadi suatu kontroversial karena keberadaannya tidak muncul secara pasti, terutama pada saham-saham yang tergolong large-cap atau dengan kapitalisasi yang besar. Anomali ini diduga memiliki kecenderungan untuk muncul pada saham-saham perusahaan kecil. 5) Neglected Firm Effect, merupakan suatu anomali di mana terdapat

kecenderungan bahwa investasi pasar saham pada perusahaan yang kurang terkenal dapat memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar. Hal tersebut mungkin terjadi karena perusahaan kecil cenderung diabaikan oleh investor besar, oleh karena itu akses informasi mengenai perusahaan kecil cenderung kurang tersedia. Kurangnya informasi tersebut menyebabkan perusahaan kecil menjadi lebih berisiko sehingga dapat menimbulkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Anomali ini ditemukan oleh Profesor keuangan Avner Arbel pada tahun 1982.

6) Reversal Effect adalah efek pembalikan rata-rata return yang merupakan sebutan lain untuk anomali winner-loser yaitu kecenderungan saham yang memiliki kinerja buruk (loser) akan berbalik menjadi saham yang memiliki kinerja baik (winner) pada periode berikutnya dan begitu juga sebaliknya. Anomali ini pertama kali ditemukan oleh DeBondt dan Thaler di tahun 1983.


(3)

28

Day of The Week Effect adalah salah satu penyimpangan (anomali) terhadap konsep pasar efisien dan termasuk ke dalam anomali pasar. Day of The Week Effect adalah anomali di mana perbedaan hari perdagangan berpengaruh terhadap pola return saham dalam satu minggu (Alteza, 2007). Artinya, ada perbedaan return untuk hari-hari tertentu dalam seminggu. Biasanya return yang signifikan negatif terjadi pada hari Senin, sedangkan return positif terjadi pada hari-hari lainnya. Fenomena ini merupakan salah satu bagian dari pengujian prediktabilitas return yang memakai pola musiman (seasonality) dan memperlihatkan adanya return saham yang lebih tinggi atau lebih rendah pada suatu periode tertentu.

Gibbons dan Hess (dalam Tandelilin, 2010:228) menemukan bahwa return pada hari Senin lebih rendah dibandingkan hari lain di Bursa Saham New York, sementara return yang positif terjadi pada hari perdagangan Rabu dan Jumat. Penelitian tersebut didukung oleh beberapa literatur yang mengungkapkan pola return di mana hari Jumat mempunyai rata-rata return tertinggi dan tingkat risiko yang lebih rendah daripada hari lainnya. Hal ini bisa disebabkan oleh dominannya para investor untuk lebih aktif di perdagangan pada hari Jumat karena melihat kecenderungan nilai negatif yang didapat pada hari Senin. Kecenderungan nilai negatif tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu di antaranya adanya aksi proft taking yang dilakukan investor pada hari Jumat. Dengan adanya pola dalam return sekuritas, disarankan pada investor bahwa saat terbaik untuk membeli saham adalah pada saat pembukaan bursa di hari Selasa untuk memanfaatkan penurunan harga saham di hari Senin.


(4)

29 2.2. Hipotesis Penelitian

Sejumlah penelitian menunjukkan adanya suatu pola dalam return saham. Pola tersebut menunjukkan adanya tingkat return yang lebih tinggi atau lebih rendah pada hari tertentu berkaitan dengan Day of The Week Effect. Penelitian dilakukan Tilica dan Oprea (2014) pada saham-saham di Bursa Efek Bucharest menggunakan metode regresi dengan variabel dummy mengenai pengaruh hari perdagangan terhadap return saham di pasar modal Rumania. Hasil penelitian menemukan terjadinya efek Jumat atau Friday Effect, ketika pengembalian rata-rata (return) lebih tinggi pada hari Jumat dibandingkan hari lainnya. Penelitian serupa dilakukan Hussain et al. (2011) terhadap saham-saham mayor KSE dan indeks 100 KSE periode 2006-2010 di pasar sekuritas Pakistan. Hasil penelitian menemukan indikasi terjadi Tuesday Effect, di mana return pada hari Selasa lebih tinggi dibandingkan hari perdagangan lainnya, sementara return hari lainnya menunjukkan besaran yang konstan. Cinko dan Avci (2009) meneliti saham indeks ISE-100 di pasar saham Istanbul selama periode 1995-2008 dengan menggunakan metode regresi. Hasil penelitian memperlihatkan return di hari Senin signifikan negatif, sementara return pada hari Jumat dan Kamis signifikan positif.

Penelitian oleh Patel et al. (2012) dilakukan di empat pasar saham yang dipilih dari negara-negara Asia yaitu: India (Bombay Stock Exchange), Hong Kong (Hong Kong Bursa Efek), Jepang (Tokyo Stock Exchange) dan China (Shanghai Bursa Efek). Bombay Stock Exchange (BSE) memiliki return rata-rata maksimum pada Rabu dengan deviasi standar tertinggi pada hari Senin. Bombay


(5)

30

Stock Exchange adalah satu-satunya pasar yang telah memberikan hasil positif rata-rata pada semua hari di antara pasar Asia. Distribusi return dalam semua pasar tidak terdistribusi normal. Pada Hang Seng, return rata-rata maksimum terjadi pada hari Jumat dengan standar deviasi tertinggi pada hari Senin. Nikkei memiliki return tertinggi pada hari Kamis, sementara sisa hari yang lain return rata-rata negatif dan volatilitas maksimum ditemukan di hari Senin. Shangai Stock Exchange memberikan return rata-rata maksimum pada hari Rabu dan volatilitas maksimum di hari Senin.

Rahman (2009) melakukan penelitian terhadap saham Dhaka Stock Exchange periode 4 September 2005 hingga 8 Oktober 2008 dan menemukan return di hari Minggu dan Senin adalah negatif, sementara return positif terjadi hanya pada hari Kamis. Penelitian Marrett dan Worthington (2008) terhadap dua belas indeks saham yang berbeda di pasar saham Australia dan menemukan Day of The Week Effect terjadi pada kelompok saham perbankan, keuangan diversifikasi, energi, kesehatan, asuransi, bahan dan industri ritel.

Penelitian terhadap Day of The Week Effect juga dilakukan Saputro (2014) dengan sampelnya IHSG harian periode 2010-2012 di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyebutkan fenomena Day of The Week Effect terjadi pada Bursa Efek Indonesia di mana hari Kamis memiliki pengaruh terhadap return indeks pasar, trading return pada hari Senin dipengaruhi oleh nontrading return pada hari Jumat minggu sebelumnya dan return yang negatif terjadi pada saat trading yaitu pembukaan sampai dengan penutupan hari Senin.


(6)

31

Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian sebelumnya yang memberikan bukti empiris bahwa fenomena Day of The Week Effect terjadi pada beberapa pasar modal, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Hari perdagangan berpengaruh signifikan terhadap return saham LQ-45 periode Agustus 2014 sampai dengan Januari 2015 di Bursa Efek Indonesia.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Hari Perdagangan Senin (X1)

Hari Perdagangan Selasa (X2)

Hari Perdagangan Rabu (X3)

Hari Perdagangan Kamis (X4)

Hari Perdagangan Jumat (X5)