Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Utang Terhadap Kos Keagenan.

(1)

PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN UTANG TERHADAP KOS KEAGENAN

SKRIPSI

Oleh :

I KADEK HERY SEPTIAWAN NIM :1215351053

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH KEPEMILIKAN ASING, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEBIJAKAN UTANG TERHADAP KOS KEAGENAN

Oleh :

I KADEK HERY SEPTIAWAN NIM :1215351053

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. IGAM Asri Dwija Putri, SE, M.Si ...…………. 2. Sekretaris : Ni Gst Putu Wirawati, SE, M.Si ...…………. 3. Anggota : Drs. I Made Mertha, M.Si, Ak ...………….

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak. NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

Ni Gst Putu Wirawati, SE, M.Si NIP. 19670324 199303 2 002


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, April 2016 Mahasiswa,

I Kadek Hery Septiawan NIM: 1215351053


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkatrahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ni Gusti Putu Wirawati, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan, serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. IGAM Asri Dwija Putri, SE, M.Si selaku Dosen Pembahas atas masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. I Made Mertha, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji atas masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

6. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi, serta Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Drs. I Ketut Suardika Nata, M.Si., selaku Ketua Program Ektensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(6)

v

8. Dr. I Putu Sudana, SE, MSAcc., Ak., selaku Pembimbing Akademik

9. Kedua orang tua penulis I Made Susila dan Ni Nyoman Werni atas motivasi dan masukan yang diberikan dan semua anggota keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat dan doa yang sangat berarti bagi penulis. 10. Teman-teman seperjuangan Ni Luh Ayu Sukrisna Dewi, A.A Putri Rahayu,

Ida Bagus Adinata, I Made Prasetia Wira Atmaja, Ida Bagus Manik Brahmandika, dan I Gede Tri Dharma Prawira yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan FEB Unud Angkatan 2012 atas kerjasama dan kebersamaannya.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan yang berharga. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terkait.

Denpasar, April 2016


(7)

vi

Judul : Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan

Nama : I Kadek Hery Septiawan NIM : 1215351053

ABSTRAK

Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Perbedaan tujuan tersebut menimbulkan konflik keagenan dan juga akan menimbulkan kos yang disebut dengan kos keagenan. Hubungan keagenan ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kos keagenan adalah dengan meningkatkan kepemilikan asing dan meningkatkan kebijakan utang perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung terjadi moral hazard yang dapat mengakibatkan meningkatnya kos kegaenan.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang terhadap kos keagenan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam tahun pengamatan 2012-2014. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling dan diperoleh 74 perusahaan yang memenuhi kriteria dengan 222 pengamatan. Kos keagenan diproksikan dengan asset turnover. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang sebelumnya telah lulus uji asumsi klasik.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi linear berganda diperoleh bahwa seluruh hipotesis diterima yaitu kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kos keagenan, ukuran perusahaanberpengaruh positif terhadap kos keagenan, serta kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kos keagenan. Kata Kunci : kepemilikan asing, ukuran perusahaan, kebijakan utang, kos keagenan.


(8)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.5 Sistematikan Penulisan ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1Landasan Teori ... 11

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 11

2.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi Masalah Agensi .. 13

2.1.3 Kos Keagenan (Agency Cost) ... 17

2.1.4 Kepemilikan asing ... 19

2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 20

2.1.6 Kebijakan Utang ... 20

2.2Hipotesis Penelitian ... 23

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Kos Keagenan ... 23

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kos Keagenan ... 23

2.2.3 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 25

3.2Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 25

3.3Objek Penelitian ... 26

3.4Identifikasi Variabel ... 26

3.5Definisi Operasional Variabel ... 27

3.6Jenis dan Sumber Data ... 29

3.7Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29

3.7.1 Populasi ... 29

3.7.2 Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 29

3.8Metode Pengumpulan Data ... 30

3.9Teknik Analisis Data ... 30


(9)

viii

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 31

3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 33

3.9.4 Koefisien Determinasi ... 34

3.9.5 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 35

3.9.6 Uji t ... 35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Data ... 36

4.2Statistik Deskriptif ... 38

4.3Hasil Uji Asumsi Klasik ... 40

4.3.1 Hasil Uji Normalitas ... 40

4.3.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 41

4.3.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 41

4.3.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 42

4.4 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 43

4.4.1 Koefisien Determinasi ... 44

4.4.2 Uji Kelayakan Model (Uji F) ... 45

4.5 Hasil Uji t ... 45

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ... 46

4.6.1 Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap Kos Keagenan ... 46

4.6.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kos Keagenan ... 47

4.6.3 Pengaruh Kebijakan Utang Terhadap Kos Keagenan ... 47

BAB V PENUTUP 5.1Simpulan ... 48

5.2Saran ... 49

DAFTAR RUJUKAN ... 50


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Seleksi Jumlah Sampel Penelitian ... 37

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 38

4.3 Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 40

4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel Penelitian ... 41

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Penelitian ... 41

4.6 Hasil Uji Autokorelasi Variabel Penelitian ... 42

4.7 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Penelitian ... 43


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Daftar Nama Perusahaan Sampel yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2012-2014 ... 54

2 Data Variabel Sampel Penelitian ... 57

3 Statistik Deskriptif Data Uji ... 66

4 Uji Normalitas ... 67

5 Uji Heteroskedastisitas ... 68

6 Uji Multikolinearitas ... 69

7 Uji Autokorelasi ... 70


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Perusahaan ini wajib melaporkan laporan keuangannya kepada publik serta para pemegang sahamnya yang di-publish dalam situs resmi www.idx.co.id baik itu laporan keuangan tri wulan, kuartal, semester, dan tahunan. Para pemegang saham adalah pihak yang menerima langsung dampak yang diakibatkan oleh keputusan yang dibuat manajemen. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan.

Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia seperti kasus salah saji laporan keuangan yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. Pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan laba bersih pada laporan keuangan PT Kimia Farma. Direksi lama PT Kimia Farma periode 1998-Juni 2002 diwajibkan membayar denda untuk disetor ke kas Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001. Selain kasus itu, PT Lippo Tbk. juga pernah mengalaminya. Kasus ini berawal dari adanya manipulasi dalam laporan


(14)

2

keuangan yang diterbitkan perusahaan tersebut sehingga para pemegang saham mulai meragukan informasi berupa laporan keuangan yang disajikan manajemen (Wiryadi dan Sebrina, 2013).

Teori agensi menjelaskan fenomena tersebut yang dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1976), mereka menyatakan bahwa tujuan yang dimiliki oleh pemegang saham perusahaan (prinsipal) berbenturan dengan tujuan yang dimiliki oleh manajer (agen). Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kepentingan dan sering disebut sebagai konflik keagenan. Konflik keagenan disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan dan asimetri informasi di antara pemegang saham dengan manajemen. Asimetri informasi adalah informasi yang tidak seimbang, dimana pihak manajemen mengetahui lebih banyak informasi searta keadaan yang terjadi di perusahaan dibandingkan dengan pemegang saham.

Prinsipal lebih tertarik dengan apa yang telah dicapai oleh agen yaitu mereka mengharapkan berita baik (good news) dari investasi yang telah mereka tanamkan di perusahaan tersebut, di lain pihak agen akan berusaha meningkatkan kepentingannya agar memeroleh bonus yang tinggi dengan berusaha memberikan kesan pesan yang baik sehingga selalu dipercaya oleh pemegang saham serta memeroleh keuntungan yang diharapkannya. Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen ini akan menimbulkan masalah keagenan. Kondisi ini terjadi karena asimetri informasi antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk memeroleh informasi yang digunakan untuk memonitor tindakan manajemen (Firth, et al, 2008).


(15)

3

Masalah keagenan terdiri dari dua kategori yaitu adverse selection dan moral hazard. Adverse selection terjadi ketika agen gagal memberikan kemampuannya dan cenderung mengambil keputusan yang merugikan, sedangkan moral hazard adalah kondisi lingkungan dimana agen melalaikan tanggungjawab atau bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri dan bertentangan dengan kepentingan prinsipal. Agar tidak terjadi kesulitan di masa depan yang berdampak buruk terhadap perusahaan, prinsipal harus mengendalikan konflik keagenan ini.

Konflik keagenan memicu timbulnya kos keagenan (agency cost). Abdul Halim (2007) menyatakan kos keagenan adalah kos yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik. Terdapat tiga jenis kos keagenan yaitu monitoring cost adalah biaya yang timbul untuk mengukur dan mengontrol tingkah laku manajer, bonding cost adalah biaya untuk menjamin bahwa agen tidak akan mengambil keputusan yang merugikan prinsipal, dan residual loss adalah biaya yang timbul akibat dari keputusan manajemen yang seharusnya dapat mengoptimalkan keuntungan pemegang saham. Pemegang saham menginginkan agar kos keagenan dapat diminialisir.

Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Masalah keagenan dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan (Faizal, 2004). Kepemilikan saham oleh asing, merupakan saham yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri. Kepemilikan saham oleh asing dapat menurunkan kos keagenan karena adanya monitoring untuk memengaruhi keputusan manajemen.


(16)

4

Adanya kepemilikan asing dalam perusahaan, dianggap concern terhadap peningkatan good corporate governance (Simerly dan Li, 2000). Banyak perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI yang memiliki kepemilikan asing dalam daftar shareholder-nya, ini berarti bahwa di Indonesia telah mengalami peningkatan good corporate governance dari semenjak krisis moneter tahun 1998. Salah satu contoh perusahaan yang memiliki kepemilikan asing adalah PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Yang menjadikan perusahaan tersebut masuk sepuluh besar dengan GCG terbaik di Indonesia tahun 2013 (bisnis.tempo.co). Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Oleh sebab itu perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. Adanya keterbukaan informasi dapat mengurangi agency cost yang terjadi di perusahaan (Xiao et al. 2004 dalam Rahmadiyani, 2012).

Ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kos keagenan. Dengan ukuran perusahaan yang besar cenderung terjadi moral hazard, di mana manajer biasanya memanfaatkan insentif yang sesuai dengan kepentingannya dan kemungkinan hal tersebut tidak termasuk dalam kontrak kerja. Kontrak kerja mengatur masing-masing hak kewajiban dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return, maupun risiko-risiko yang disetujui oleh prinsipal dan agen. Kontrak kerja yang


(17)

5

baik adalah fairness, yang memerlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif yang memuaskan dari prinsipal kepada agen.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) cara lain dalam mengatasi permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan utang. Argumen tersebut didukung oleh pernyataan bahwa dengan meningkatnya utang akan semakin kecil porsi saham yang akan dijual perusahaan dan semakin besar utang perusahaan maka semakin kecil dana menganggur yang dapat dipakai perusahaan untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu. Semakin besar utang maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga serta pokok pinjaman. Dalam hal ini adanya utang akan dapat mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen. Menurut Jansen (1986) mekanisme untuk mengurangi free cash flow ini dikelompokan sebagai bonding, yaitu suatu mekanisme yang dipakai manajer untuk membuktikan bahwa mereka tidak akan menghamburkan dana perusahaan dan mereka berani mengambil risiko kehilangan pekerjaan jika tidak bisa mengelola perusahaan dengan serius. Disisi pemegang saham, kebijakan peningkatan utang dapat mengurangi pengawasan terhadap manajemen karena pihak ketiga yang meminjamkan dana (bondholder) akan melakukan pengawasan terhadap manajemen agar pinjamannya tidak disalahgunakan.

Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan kos keagenan yang ditimbulkan oleh konflik keagenan. Namun, penelitian-penelitian ini memberikan hasil yang tidak konsisten, yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dalam teori. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Aga dan


(18)

6

Syafruddin (2012) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan dan mekanisme corporate governance terhadap biaya keagenan. Hasil penelitian Aga dan Syafruddin menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap agency cost yang diukur dengan asset turnover. Sedangkan hasil yang berbeda diperoleh Rahmadiyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kos keagenan dengan aktivitas pengawasan dewan komisaris sebagai pemoderasi pada perusahaan manufaktur periode 2008-2010, menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan keluarga, struktur kepemilikan institusi, dan struktur kepemilikan asing berpengaruh negatif terhadap kos keagenan.

Selain mengenai kepemilikan asing terhadap kos keagenan, beberapa studi empiris juga meneliti mengenai hubungan ukuran perusahaan terhadap kos keagenan, diantaranya Intan (2014) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial, struktur modal, ukuran perusahaan, dan agency cost sebagai variabel intervening terhadap kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agency cost, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fachrudin (2011) yang mendapatkan hasil ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap agency cost.

Selanjutnya mengenai kebijakan utang oleh Purnami (2011) meneliti mengenai pengaruh kepemilikan manjerial, kepemilikan institusional, kebijakan deviden, dan leverage pada kos keagenan menemukan bahwa kepemilikan institusional, kebijakan deviden dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap kos


(19)

7

keagenan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widanaputra dan Ratnadi (2008) yang meneliti tentang pengaruh kebijakan deviden, leverage dan kepemilikan manajerial terhadap kos keagenan menyimpulkan bahwa kebijakan utang berpengaruh negatif signifikan.

Adanya hasil yang berbeda dalam penelitian sebelumnya (research gap) maka diperlukan penelitian lebih lanjut dari variabel-variabel tersebut. Jadi penelitian ini bermaksud untuk meneliti pengaruh kepemilikan asing, ukuran perusahaan, dan kebijakan utang terhadap kos keagenan pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah.

1) Apakah kepemilikan asing berpengaruh terhadap kos keagenan? 2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kos keagenan? 3) Apakah kebijakan utang berpengaruh terhadap kos keagenan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kepemilikan asing terhadap kos keagenan.

2) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh ukuran perusahaan terhadap kos keagenan.


(20)

8

3) Untuk membuktikan secara empiris pengaruh kebijakan utang terhadap kos keagenan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut. 1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam bidang akuntansi mengenai teori keagenan khususnya mengenai kos keagenan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendukung temuan-temuan riset sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

2) Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pelaku bisnis sebagai salah satu pertimbangan dalam menanamkan investasinya dan kos keagenan sangat penting dipahami untuk menilai suatu perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi perusahaan dalam meminimalisir kos keagenan.


(21)

9 1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Secara garis besar, isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab ini menjelaskan mengenai kajian pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang ada, menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan pada skripsi ini yaitu mengenai teori keagenan, mekanisme untuk mengurangi masalah agensi, agency cost, kepemilikan asing, ukuran perusahaan ,dan kebijakan utang. Bab ini juga menguraikan tentang pembahasan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta rumusan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang berisikan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi penelitian obyek penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.


(22)

10

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Merupakan bab yang terdiri dari deskripsi variabel penelitian, hasil pengujian atas uji asumsi klasik, dan hasil pengujian masing-masing hipotesis yang ada dalam penelitian ini termasuk hasil pengujian atas uji analisis regresi linear berganda.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang diharapkan akan bermanfaat bagi pembaca.


(23)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) hubungan agensi ada ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu jasa. Teori keagenan juga disebut teori kontraktual yang memandang suatu perusahaan sebagai suatu perikatan kontrak antara anggota-anggota perusahaan (Jensen dan Meckling, 1986). Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan pemegang saham (diskresi manajemen), sehingga manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua kinerjanya kepada pemegang saham.

Teori keagenan secara umum dibahas dua hal (Mahadwartha dan Jogiyanto, 2002) yaitu: (1) positive agency memfokuskan pembahasan mengenai hubungan antara pihak agen dengan prinsipal. (2) principal agent research membahas cakupan yang lebih luas yaitu mengenai semua hubungan atau konflik kepentingan antara satu pihak dengan pihak lainnya dimana pihak yang satu tidak melaksanakan instruksi atau perintah pihak kedua.

Messier et al. (2006) menyatakan bahwa hubungan keagenan ini menimbulkan dua permasalahan, yaitu asimetri informasi dan konflik kepentingan. Asimetri informasi terjadi ketika manajemen mengetahui lebih banyak informasi serta keadaan di dalam perusahaan jika dibandingkan dengan pemegang saham.


(24)

12

Sedangkan konflik keagenan disebabkan oleh tindakan manajemen yang tidak selalu mementingkan kesejahteraan pemegang saham dan kedua belah pihak memiliki tujuan yang berbeda.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua jenis permasalahan yang ditimbulkan oleh asimetri informasi, yaitu:

1) Adverse selection, adalah keadaan dimana pemegang saham tidak dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau terjadi sebagai sebuah kelalaian dalam tugas.

2) Moral hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika manajemen tidak melaksanakan hal-hal yang telah disepakati bersama dalam kontrak kerja dan cenderung bertindak oportunis.

Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian imbalan khusus yang memuaskan dari prinsipal kepada agen. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997 dalam Purnami, 2011)


(25)

13

Teori keagenan dilandasi oleh tiga buah asumsi (Eisenhardt, 1989) yaitu. 1) Asumsi tentang sifat manusia

Manusia pada dasarnya memiliki karakteristik mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

2) Asumsi tentang keorganisasian

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asumsi asimetris antara prinsipal dan agen.

3) Asumsi tentang informasi

Sebuah informasi memiliki nilai yang dianggap dapat diperjualbelikan sehingga para pihak yang membutuhkan informasi perlu melakukan pengorbanan untuk memeroleh informasi tersebut.

Teori keagenan memberikan landasan utama dalam kaitannya dengan penyediaan informasi mengenai aktivitas yang telah terjadi. Informasi merupakan salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga sangat dibutuhkan pihak yang kompeten dalam menyediakan informasi berkaitan dengan risiko dan kemungkinan mengendalikan sifat opportunistic manajemen.

2.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi Masalah Agensi

Jensen dan Meckling (1976) mengidentifikasikan ada dua cara untuk mengurangi kesempatan manajemen melakukan tindakan yang merugikan pemegang saham, yaitu pemegang saham luar melakukan pengawasan (monitoring) dan manajemen sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya


(26)

14

(bonding). Pada satu sisi, kedua kegiatan tersebut akan mengurangi kesempatan penyimpangan oleh manajer sehingga nilai perusahaan akan meningkat sedangkan pada sisi yang lain keduanya akan memunculkan biaya sehingga akan mengurangi nilai perusahaan. Jensen dan Meckling juga menyatakan bahwa calon investor akan mengantisipasi adanya kedua biaya tersebut ditambah dengan kerugian yang masih muncul meskipun sudah ada monitoring dan bonding, yang disebut dengan residual

loss. Beberapa mekanisme kontrol yang dapat digunakan untuk mengurangi

masalah agensi, meliputi.

1) Mekanisme kontrol dengan monitoring

Ada beberapa mekanisme untuk mengurangi kos keagenan. Berikut mekanisme-mekanisme kontrol dengan monitoring yang dapat dipakai untuk mengurangi masalah agensi.

(1) Pembentukan dewan komisaris

Pembentukan dewan komisaris adalah salah satu mekanisme yang banyak dipakai untuk memonitor manajer. Namun penelitian Mace (1986) menemukan bahwa pengawasan dewan komisaris terhadap manajemen pada umumnya tidak efektif. Ini terjadi karena proses pemilihan dewan komisaris yang kurang demokratis dengan mana kandidat dewan komisaris sering dipilih oleh manajemen sehingga setelah terpilih tidak berani mengkritik manajemen. Namun jika dewan didominasi oleh anggota dari luar (independent board of

director) maka monitoring dewan komisaris terhadap manajer


(27)

15 (2) Pasar corporate control

Manne (1965) menyatakan bahwa adanya pasar untuk corporate

control dimana perusahaan yang menurun nilainya akibat adanya

masalah agensi akan diambilalih oleh perusahaan lain, merupakan mekanisme yang lebih bagus sehingga masalah agensi dapat dikurangi.

(3) Pemegang saham besar

Model pengurangan masalah agensi yang dibuat Jensen dan Meckling (1976) mengasumsikan bahwa pemegang saham terdiri dari investor-investor kecil. Oleh karena itu biaya monitoring terhadap manajemen oleh para investor tersebut akan sangat besar sehingga mereka akan cenderung tidak melakukan monitoring. (4) Kepemilikan terkonsentrasi

Mekanisme pengurangan kos keagenan yang agak mirip dengan mekanisme pemegang saham besar adalah mekanisme lewat kepemilikan yang lebih terkonsentrasi. Kepemilikan dikatakan lebih terkonsentrasi jika untuk mencapai kontrol dominasi atau mayoritas dibutuhkan penggabungan lebih sedikit investor. Dibandingkan dengan mekanisme pemegang saham besar, kepemilikan terkosentrasi memiliki kekuatan kontrol yang lebih rendah karena mereka tetap harus melakukan koordinasi untuk menjalankan hak kontrolnya. Namun pada sisi yang lain mekanisme kepemilikan terkosentrasi juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk


(28)

16

munculnya peluang bagi kelompok investor yang terkosentrasi untuk mengambil tindakan yang merugikan investor lain.

(5) Pasar manajer

Fama (1980) menyatakan bahwa masalah agensi akan berkurang dengan sendirinya karena manajer akan dicatat kinerjanya oleh pasar manajer, baik yang ada dalam perusahaan sendiri maupun yang berasal dari luar perusahaan. Persaingan di pasar manajer ini akan memaksa manajer bertindak sebaik mungkin untuk kemajuan perusahaan.

2) Mekanisme kontrol dengan peningkatan kepemilikan manajer

Ketika kepemilikan saham oleh manajer perusahaan meningkat, maka mereka berinsentif untuk menginvestasikannya pada proyek-proyek yang memiliki net present value yang positif dan mengurangi konsumsi untuk kepentingan pribadinya. Insentif kepemilikan dapat memberikan manajer dan pemegang saham untung maupun rugi secara bersama-sama.

3) Mekanisme kontrol dengan bonding

Jensen (1986) melihat masalah keagenan dari sudut keterbatasan uang yang dapat digunakan manajer untuk kegiatan konsumtif. Jika agency cost ingin dikurangi maka free cash flow harus dikurangi terlebih dahulu. Dengan kata lain manajer harus menunjukkan kepada pemegang saham bahwa dia telah melakukan upaya menahan diri (bonding) dengan tindakan-tindakannya.


(29)

17 2.1.3 Kos Keagenan (Agency Cost)

Adanya konflik kepentingan antara manajemen (agen) dan pemegang saham (prinsipal) mendasari adanya kos keagenan. Kos keagenan adalah biaya dikeluarkan untuk memonitor dan menjamin perilaku manajemen sesuai dengan tujuan dari pemegang saham. Teori keagenan mengatakan bahwa sulit untuk mempercayai bahwa manajemen akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham, sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham (Copeland dan Weston, 1992:20).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis kos keagenan, diantaranya.

1) Biaya Pengawasan (Monitoring Cost)

Biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemegang saham untuk mengawasi aktivitas dan perilaku manajer antara lain membayar auditor untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan dan premi asuransi untuk melindungi aset perusahaan, pembatasan anggaran, biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, dan aturan-aturan operasi 2) Biaya Ikatan (Bonding Cost)

Biaya yang ditanggung oleh manajemen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Contohnya biaya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya akan mengijinkam bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi


(30)

18

3) Residual Loss

Biaya ini juga dikeluarkan oleh manajemen yang diakibatkan oleh pengambilan keputusan yang salah dan lolos dari pengawasan. Biaya ini juga didefinisikan sebagai kerugian atau penurunan tingkat kesejahteraan pemegang saham maupun manajemen setelah terjadinya hubungan keagenan. Contohnya adalah pengeluaran untuk perjalanan dinas dan akomodasi kelas satu (Purnami, 2011 ; Piramita, 2012).

Menurut Crutchley and Hansen (1989) untuk mengurangi kos keagenan dapat dilakukan dengan meningkatkan penggunaan utang dalam pendanaan, karena utang mewajibkan perusahaan untuk membayarnya kembali, maka free cash flow yang tersedia untuk manajer dalam melakukan tindakan-tindakan yang tidak semestinya menjadi terbatas.

Berdasarkan beberapa studi empiris, pengukuran untuk kos keagenan dapat digunakan dengan proksi Asset turnover (Ang et al. 2000; Faizal, 2004; Wang, 2010). Asset turnover merupakan rasio antara penjualan dibagi dengan total aset yang menunjukkan asset utilization, yaitu mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan asetnya secara efisien pada investasi yang produktif. Nilai asset turnover yang rendah menunjukkan bahwa manajemen tidak memaksimumkan kepentingan pemegang saham, seperti poor investment decision dan kelalaian manajemen seperti mengerahkan terlalu sedikit usaha untuk membantu menghasilkan revenue (Ang et al, 2000) sehingga asset turnover berbanding terbalik dengan kos keagenan. Semakin rendah nilai asset turnover maka semakin tinggi kos keagenannya.


(31)

19 2.1.4 Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham biasa (common stock) perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah, serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Aryani, 2011). Menurut Anggraini (2011) kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Biasanya perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh investor asing cenderung menghadapi masalah asimetri informasi yang disebabkan oleh hambatan geografis, budaya, dan bahasa. Investor asing menghadapi risiko yang cukup besar dalam berinvestasi di negara yang masih berkembang, termasuk risiko politik, risk bearing dan hukum di negara tersebut. La Porta, et al., (1999) mengungkapkan bahwa karena investor asing menghadapi risiko yang besar maka monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi sehingga dapat memberikan tekanan terhadap perusahaan agar lebih efisien memanfaatkan sumber daya sehingga mampu mengurangi kos keagenan.

Investor asing cenderung lebih pintar dan memiliki berbagai inovasi, sehingga perusahaan dengan kepemilikan asing akan memiliki pengetahuan lebih baik yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Menurut Almilia (2008), perusahaan yang memiliki investor asing dalam daftar shareholder-nya cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, karena perusahaan tersebut memiliki teknologi yang cukup untuk menciptakan sistem informasi manajemen yang lebih efisien sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern. Perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan memberikan pelatihan bagi tenaga


(32)

20

kerjanya terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan berdampak pada efisiensi produktivitas perusahaan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi adalah ukuran perusahaan (size). Menurut Ross (2010) ukuran perusahaan menunjukan ukuran besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Untuk menentukan ukuran perusahaan dapat dilihat dari volume produksi atau skala produksi. Ukuran perusahaan juga dapat diamati dengan melihat perkembangkan penjualan, besarnya nilai total aset ataupun ukuran kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan adalah sebuah alat untuk menentukan besar atau kecilnya sebuah perusahaan, perusahaan yang besar dapat dinilai dari skala produksi atau kapasitas produksi yang mereka miliki akan tetapi dalam definisi yang lebih khusus ukuran perusahaan (size) dapat diukur dengan menggunakan tiga proksiyaitu total aset, total nilai penjualan dan nilai market capitalization (Sartono, 2010). Ukuran perusahaan yang dihitung dengan total aset hasilnya akan lebih representatif dalam menunjukkan ukuran perusahaan dibanding kapitalisasi pasar dan total nilai penjualan yang sangat dipengaruhi oleh demand and supply (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

2.1.6 Kebijakan Utang

Keputusan pendanaan (utang) mencakup penentuan sumber dana eksternal dan internal. Sumber dana eksternal dapat diperoleh dari utang dan ekuitas baru, sedangkan sumber dana internal diperoleh dari laba ditahan. Penentuan laba ditahan


(33)

21

terkait dengan kebijakan dividen, sehingga keputusan pendanaan dan kebijakan dividen menjadi saling terkait (Kaaro, 2003).

Pendanaan melalui kebijakan utang dapat memberikan dampak dalam konflik dan kos keagenan. Dengan kebijakan utang, manajer akan mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Perusahaan yang memiliki jumlah kebijakan utang yang besar akan menimbulkan kesulitan keuangan serta risiko kebangkrutan. Kebijakan utang disini dapat memberikan sinyal mengenai status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Adapun rasio pengelolaan utang dapat dikategorikan sebagai berikut (Sutrisno, 2001:217), yaitu:

1) Rasio utang (debt to total asset ratio) adalah rasio total utang terhadap total aset. Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang disediakan oleh kreditur.

2) Rasio utang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan rasio yang membandingkan jumlah utang terhadap ekuitas. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar utang perusahaan jika dibandingkan ekuitasnya, sebaiknya besar utang tidak melebihi ekuitas.

3) Rasio kemampuan membayar bunga (time interest earned) adalah rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan untuk membayar beban bunga tahunan.

4) Rasio kemampuan membayarkan beban tetap adalah rasio yang lebih luas cakupannya dari pada time interest earned karena mencakup kewajiban lease jangka panjang tahunan perusahaan.


(34)

22

Kebijakan utangdiukur menggunakan debt to total asset ratio (DAR) yang merefleksikan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset untuk membayar utangnya (Horngren et al., 1997). Semakin rendah debt maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Rasio kebijakan utang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, karena perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, akan tetapi selama perekonomian stabil dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan risiko berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya.

Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Nilai DAR yang tinggi juga mengindikasikan, semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh utang, semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal, semakin tinggi risiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang, dan semakin tinggi beban bunga yang harus ditanggung perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan kebijakan pendanaan utang tidak hanya dapat memeroleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena kebijakan utang berarti perusahaan memberikan risiko dan beban kepada pemegang saham sehingga memengaruhi return saham (Copeland dan Weston, 1992:35).


(35)

23 2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Kos Keagenan

Perusahaan yang memiliki investor asing dianggap memiliki kinerja yang lebih baik. Investor asing juga lebih pintar dalam melakukan investasi. Menurut Porta, et al. (1999) karena investor asing menghadapi risiko yang besar dalam melakukan investasi lintas negara terutama pada negara berkembang menyebabkan monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi. Risiko yang dihadapi adalah risiko politik, risk bearing, dan hukum yang berlaku di negara tersebut. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. Adanya keterbukaan informasi dapat mengurangi kos keagenan yang terjadi di perusahaan (Xiao et al, 2004)

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H1: Kepemilikan asingberpengaruh negatif terhadap kos keagenan

2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kos Keagenan

Saputro dan Syafrudin (2012) menemukan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap agency cost, Gul et al (2011) menemukan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap agency costs. Peningkatan jumlah aset perusahaan tentu dapat terjadi karena efektifitas pemanfaatan aset yang dilakukan relatif kecil, kondisi tersebut mendorong adanya sejumlah aset yang menumpuk, situasi tersebut tentu dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan pribadi salah satunya meningkatnya agency cost.


(36)

24

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kos keagenan

2.2.3 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan

Afridian dan Yossi (2008) menyatakan bahwa dengan meningkatkan pendanaan melalui utang dapat mengurangi konflik keagenan. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Manajemen harus berusaha untuk meningkatkan labanya agar dapat memenuhi kewajibannya. Semakin besar utang yang dimiliki maka perusahaan harus memiliki jumlah kas yang lebih besar untuk membayar bunga serta pokok pinjaman yang menyebabkan jumlah dana menganggur di perusahaan menjadi kecil. Seperti yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah untuk menengahi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan utang.

Studi empiris sebelumnya dari Widanaputra dan Ratnadi (2008) mengenai

pengaruh leverage terhadap kos keagenan memberikan hasil bahwa leverage

mempunyai pengaruh negatif terhadap kos keagenan (agency cost) dengan tingkat

kepercayaan 95%, dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan secara statistis

terhadap kos keagenan.

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H3: Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kos keagenan


(1)

19 2.1.4 Kepemilikan Asing

Kepemilikan asing adalah kepemilikan saham biasa (common stock) perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum, pemerintah, serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri (Aryani, 2011). Menurut Anggraini (2011) kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh perusahaan multinasional. Biasanya perusahaan yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh investor asing cenderung menghadapi masalah asimetri informasi yang disebabkan oleh hambatan geografis, budaya, dan bahasa. Investor asing menghadapi risiko yang cukup besar dalam berinvestasi di negara yang masih berkembang, termasuk risiko politik, risk bearing dan hukum di negara tersebut. La Porta, et al., (1999) mengungkapkan bahwa karena investor asing menghadapi risiko yang besar maka monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi sehingga dapat memberikan tekanan terhadap perusahaan agar lebih efisien memanfaatkan sumber daya sehingga mampu mengurangi kos keagenan.

Investor asing cenderung lebih pintar dan memiliki berbagai inovasi, sehingga perusahaan dengan kepemilikan asing akan memiliki pengetahuan lebih baik yang berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Menurut Almilia (2008), perusahaan yang memiliki investor asing dalam daftar shareholder-nya cenderung melakukan pengungkapan yang lebih luas, karena perusahaan tersebut memiliki teknologi yang cukup untuk menciptakan sistem informasi manajemen yang lebih efisien sehingga lebih mudah memberi akses dalam sistem pengendalian intern. Perusahaan dengan kepemilikan asing juga akan memberikan pelatihan bagi tenaga


(2)

20

kerjanya terkait dengan pekerjaan yang dilakukan dan berdampak pada efisiensi produktivitas perusahaan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi adalah ukuran perusahaan (size). Menurut Ross (2010) ukuran perusahaan menunjukan ukuran besar atau kecilnya sebuah perusahaan. Untuk menentukan ukuran perusahaan dapat dilihat dari volume produksi atau skala produksi. Ukuran perusahaan juga dapat diamati dengan melihat perkembangkan penjualan, besarnya nilai total aset ataupun ukuran kapitalisasi pasar.

Ukuran perusahaan adalah sebuah alat untuk menentukan besar atau kecilnya sebuah perusahaan, perusahaan yang besar dapat dinilai dari skala produksi atau kapasitas produksi yang mereka miliki akan tetapi dalam definisi yang lebih khusus ukuran perusahaan (size) dapat diukur dengan menggunakan tiga proksi yaitu total aset, total nilai penjualan dan nilai market capitalization (Sartono, 2010). Ukuran perusahaan yang dihitung dengan total aset hasilnya akan lebih representatif dalam menunjukkan ukuran perusahaan dibanding kapitalisasi pasar dan total nilai penjualan yang sangat dipengaruhi oleh demand and supply (Sudarmadji dan Sularto, 2007).

2.1.6 Kebijakan Utang

Keputusan pendanaan (utang) mencakup penentuan sumber dana eksternal dan internal. Sumber dana eksternal dapat diperoleh dari utang dan ekuitas baru, sedangkan sumber dana internal diperoleh dari laba ditahan. Penentuan laba ditahan


(3)

21

terkait dengan kebijakan dividen, sehingga keputusan pendanaan dan kebijakan dividen menjadi saling terkait (Kaaro, 2003).

Pendanaan melalui kebijakan utang dapat memberikan dampak dalam konflik dan kos keagenan. Dengan kebijakan utang, manajer akan mengoptimalkan penggunaan dana yang ada. Perusahaan yang memiliki jumlah kebijakan utang yang besar akan menimbulkan kesulitan keuangan serta risiko kebangkrutan. Kebijakan utang disini dapat memberikan sinyal mengenai status kondisi keuangan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Adapun rasio pengelolaan utang dapat dikategorikan sebagai berikut (Sutrisno, 2001:217), yaitu:

1) Rasio utang (debt to total asset ratio) adalah rasio total utang terhadap total aset. Rasio ini digunakan untuk menghitung persentase total dana yang disediakan oleh kreditur.

2) Rasio utang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan rasio yang membandingkan jumlah utang terhadap ekuitas. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar utang perusahaan jika dibandingkan ekuitasnya, sebaiknya besar utang tidak melebihi ekuitas.

3) Rasio kemampuan membayar bunga (time interest earned) adalah rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan untuk membayar beban bunga tahunan.

4) Rasio kemampuan membayarkan beban tetap adalah rasio yang lebih luas cakupannya dari pada time interest earned karena mencakup kewajiban lease jangka panjang tahunan perusahaan.


(4)

22

Kebijakan utang diukur menggunakan debt to total asset ratio (DAR) yang merefleksikan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset untuk membayar utangnya (Horngren et al., 1997). Semakin rendah debt maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membayar utang-utangnya. Rasio kebijakan utang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, karena perusahaan yang memiliki rasio utang yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, akan tetapi selama perekonomian stabil dan suku bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan risiko berupa ketidakmampuan perusahaan membayar semua kewajibannya.

Menurut Darsono (2005), dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi dan pada akhirnya akan mengurangi pembayaran dividen. Nilai DAR yang tinggi juga mengindikasikan, semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh utang, semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal, semakin tinggi risiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang, dan semakin tinggi beban bunga yang harus ditanggung perusahaan.

Perusahaan yang menggunakan kebijakan pendanaan utang tidak hanya dapat memeroleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena kebijakan utang berarti perusahaan memberikan risiko dan beban kepada pemegang saham sehingga memengaruhi return saham (Copeland dan Weston, 1992:35).


(5)

23 2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Asingterhadap Kos Keagenan

Perusahaan yang memiliki investor asing dianggap memiliki kinerja yang lebih baik. Investor asing juga lebih pintar dalam melakukan investasi. Menurut Porta, et al. (1999) karena investor asing menghadapi risiko yang besar dalam melakukan investasi lintas negara terutama pada negara berkembang menyebabkan monitoring yang dilakukan oleh investor asing relatif lebih tinggi. Risiko yang dihadapi adalah risiko politik, risk bearing, dan hukum yang berlaku di negara tersebut. Perusahaan dengan kepemilikan asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan luas. Adanya keterbukaan informasi dapat mengurangi kos keagenan yang terjadi di perusahaan (Xiao et al, 2004)

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H1: Kepemilikan asingberpengaruh negatif terhadap kos keagenan 2.2.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kos Keagenan

Saputro dan Syafrudin (2012) menemukan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap agency cost, Gul et al (2011) menemukan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap agency costs. Peningkatan jumlah aset perusahaan tentu dapat terjadi karena efektifitas pemanfaatan aset yang dilakukan relatif kecil, kondisi tersebut mendorong adanya sejumlah aset yang menumpuk, situasi tersebut tentu dapat dimanfaatkan oleh manajer untuk melakukan kecurangan agar mendapatkan keuntungan pribadi salah satunya meningkatnya agency cost.


(6)

24

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kos keagenan 2.2.3 Pengaruh Kebijakan Utang terhadap Kos Keagenan

Afridian dan Yossi (2008) menyatakan bahwa dengan meningkatkan pendanaan melalui utang dapat mengurangi konflik keagenan. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Manajemen harus berusaha untuk meningkatkan labanya agar dapat memenuhi kewajibannya. Semakin besar utang yang dimiliki maka perusahaan harus memiliki jumlah kas yang lebih besar untuk membayar bunga serta pokok pinjaman yang menyebabkan jumlah dana menganggur di perusahaan menjadi kecil. Seperti yang dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976) adalah untuk menengahi konflik keagenan adalah dengan meningkatkan utang.

Studi empiris sebelumnya dari Widanaputra dan Ratnadi (2008) mengenai pengaruh leverage terhadap kos keagenan memberikan hasil bahwa leverage

mempunyai pengaruh negatif terhadap kos keagenan (agency cost) dengan tingkat kepercayaan 95%, dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan secara statistis terhadap kos keagenan.

Dari uraian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu. H3: Kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap kos keagenan


Dokumen yang terkait

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM DAN KEAGENAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta)

0 20 1

Pengaruh Kepemilikan Asing, Ukuran Perusahaan, dan Leverage Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan Transfer Pricing

18 110 116

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN (STUDIPADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI DAN PERUSAHAAN DASARDAN KIMIA YANG TERDAFTAR PADA BURSA EFEK INDO

0 5 22

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN

0 3 20

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RISIKO, KEBIJAKAN UTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DALAM PERSPEKTIF TEORI KEAGENAN

0 2 78

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN

0 3 44

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN UTANG, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

0 5 84

PENGARUH PAJAK, KEPEMILIKAN ASING, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TRANSFER PRICING PENGARUH PAJAK, KEPEMILIKAN ASING, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TRANSFER PRICING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN 2010-2013.

2 13 15

Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang dengan Menggunakan Perusahaan Pembentuk Indeks LQ45 sebagai Variabel Moderating.

0 0 21

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

0 1 64