UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR.

(1)

i  

SKRIPSI

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI

KOTA DENPASAR

 

I GUSTI AYU AGUNG JENNIE ASMIKA NIM. 1116051172

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM EKSTENSI

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

   

  ii

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI

KOTA DENPASAR

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GUSTI AYU AGUNG JENNIE ASMIKA NIM. 1116051172

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016


(3)

   

  iii

Lembar Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 1 FEBRUARI 2016

Pembimbing I

Dr. I Nyoman Suyatna, SH., MH. NIP. 19590923 198601 1 001

Pembimbing II

I Ketut Suardita, SH., MH. NIP. 19690224 199702 1 001


(4)

   

  iv

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 17 MARET 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Nomor : 0212/UN14.4E/IV/PP/2016

Ketua : Dr. I Nyoman Suyatna, SH.,MH ( )

Sekretaris : I Ketut Suardita, SH.,MH. ( )

Anggota : 1. Prof. Dr. Ibrahim R., SH.,MH. ( )

2. Cokorde Dalem Dahana, SH.,M.Kn. ( )

3. Kadek Sarna, SH.,M.Kn. ( )  


(5)

   

  v

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat serta anugrah Beliau-lah skripsi yang berjudul “UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi program dan memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dorongan, serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH.,MH, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiartha, SH.,MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak I Ketut Suardita, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana yang sekaligus merupakan


(6)

   

  vi

Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang berarti selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, SH., MH, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang berarti selama penulisan skripsi ini. 7. Bapak Edward Thomas Lamury Hadjon, SH., LLM Dosen pembimbing

akademik yang telah banyak memberikan dorongan, arahan, dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

9. Bapak I Gede Cipta Sudewa Atmaja, ST.,MT selaku Kabid Tata Ruang Kota dan Bapak Ir.I Gusti Made Budi Utama selaku Kasi Pengawasan Pembangunan Kota di Dinas Tata RuangdanPerumahan Kota Denpasar yang telah memberikan ijin penelitian dan informasi untuk melengkapi skripsi ini. 10. Kedua orang tua tercinta, I Gusti Bagus Soedabda dan I Gusti Ayu Arini,

S.Pd.SD, terima kasih banyak untuk kasih sayang, doa, serta semangat yang tiada tara, dan dukungan baik moral maupun materiil. Selain itu terima kasih kepada seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Anak Agung Ngurah Dinda Putra Narendra beserta keluarga yangtelah menasihati serta mendukung dan memberikan semangatkepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

   

  vii

12. Teman-teman angkatan 2011 di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan nuansa dan warna selama menjalani masa perkuliahan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pemikiran di masa mendatang.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, 1 Februari 2016

Penulis  


(8)

   

  viii

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING/PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... HALAMAN KATA PENGANTAR... iv

HALAMAN DAFTAR ISI... vii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... x

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Ruang Lingkup Masalah ... 6

1.4Orisinalitas Penelitian ... 7

1.5Tujuan Penelitian... 10

1.5.1. Tujuan umum ... 10

1.5.2. Tujuan khusus ... 10

1.6Manfaat penelitian ... 10

1.6.1. Manfaat teoritis ... 10

1.6.2. Manfaat praktis ... 11


(9)

   

  ix

1.8Metode Penelitian... 17

1.8.1. Jenis penelitian ... 17

1.8.2. Jenis pendekatan ... 17

1.8.3. Sifat penelitian ... 18

1.8.4. Sumber data... 18

1.8.5. Teknik pengumpulan data ... 20

1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data ... 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DI WILAYAH KOTA DENPASAR 2.1 Pengertian Reklame... 21

2.2 Penggolongan Reklame ... 24

2.3 Prosedur Pemasangan Reklame ... 28

2.4 Wilayah yang dapat di dirikan reklame ... 31

BAB III PELAKSANAAN PENERTIBAN TERHADAP REKLAME DI KOTA DENPASAR 3.1 Pengendalian, Pengawasan, dan Penertiban Reklame... 36

3.2 Upaya Pemerintah Kota Denpasar dalam Pelaksanaan Penertiban Reklame Berdasarkan Peraturan Walikota No.3 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Reklame ... 47


(10)

   

  x

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN REKLAME DI KOTA DENPASAR

4.1 Tugas, Aturan, dan Kesadaran Masyarakat dalam Penertiban Reklame di Kota Denpasar ... 55 4.2 Faktor Penghambat Penertiban Reklame... 58 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN LAMPIRAN


(11)

(12)

   

  xii

ABSTRAK

Guna memperkenalkan jenis produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada para konsumen, salah satu bentuk usaha yang dilakukan para pengusaha yaitu melalui reklame. Dewasa ini reklame sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Fungsi reklame sebagai metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan salah satu sistem komunikasi tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya. Papan-papan reklame dan LED yang didirikan di tempat strategis, pemasangan spanduk, penempelan kertas-kertas reklame yang kian hari semakin memenuhi tembok-tembok dan pohon-pohon di pinggir jalan sangat merusak pemandangan dan keindahan kota serta terkadang menggangu kenyamanan pengguna jalan dalam berkendara. Banyak terjadi penyimpangan dalam bidang perizinan, salah satunya izin pemasangan reklame di Kota Denpasar sehingga mengakibatkan dibongkarnya secara paksa reklame yang berbentuk billboard maupun LED oleh pihak Pemerintah Kota. Pengaturan penyelenggaraan reklame disamping menyangkut kegiatan perekonomian juga erat kaitannya dengan tata ruang kota khususnya dari segi ketertiban dan keindahan. Oleh sebab itu, izin pemasangan reklame di Kota Denpasar diatur di dalam Keputusan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan dengan melihat kesenjangan teori dan praktek yang sesuai dengan hasil di lapangan karena data-data yang dikumpulkan melalui wawancara dan observasi. Data hukum yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, dan data hukum sekunder berupa dokumen-dokumen seperti peraturan perundang-undangan dan literatur hukum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwaupaya Penertiban Penyelenggaraan Reklame Di Kota Denpasar sudah berjalan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan diantaranya kurangnya kesadaran penyelenggara reklame untuk mengurus perizinan pemasangan reklame. Dalam pelaksanaan Penertiban Penyelenggaraan Reklame terdapat faktor pendukung dan penghambat. Beberapa faktor pendukung yang timbul berupa adanyadata dan informasi mengenai pelanggaran reklame yang terjadi di Kota Denpasar. Sedangkan faktor penghambat yang timbul yaitu kurangnyajumlah petugas dan peralatan penunjang bagi Dinas yang terkait untuk melaksanakan Penertiban Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar.


(13)

   

  xiii

ABSTRACT

In order to introduce the types of products and services that will be offered to consumers, one form of business conducted by entrepreneurs is through advertisement. Today billboard has developed into a communication system that is very important not only for manufacturers but also products and services for consumers. The function of the billboard as other promotional methods in conveying the message to the consumer to make one of these communication systems holds a very important role for the company’s success in marketing products and services. Billboards and LED incorporated in strategic places, installation of banners, pasting paper billboard becoming increasingly meets the walls and trees on the roadside so spoil the view and beauty of the city and sometimes interfere with the comfort of road users in driving. Many irregularities in the field of licensing, one of which permits the installation of billboards in the city of Denpasar resulting forcibly tearing down billboards and LED billboard shaped by the city administration. Arrangements regarding the implementation of billboards in addition to the economic activity is also closely related to the urban planning, especially in terms of order and beauty. Therefore, permit the installation of billboards in the city of Denpasar is set in Denpasar Mayor Decree No. 3 of 2014 on the Implementation of Billboards in the city of Denpasar.

The research method used is empirical legal research. Empirical legal research is a scientific research done by looking at the gap theory and practice in accordance with results on the pitch because the data collected through interviews and observations. Legal data used are primary data obtained from fieldwork, and data in the form of secondary legal documents such as legislation and legal literature.

Based on the results of research conducted on the matter can be concluded that the efforts of Controlling Operation of Billboards in Denpasar has been running well, but in practice there are still shortcomings including lack of awareness billboard providers to manage licensing installation of billboards. In the implementation of Operation Control Billboards are enabling and inhibiting factors. Some of the contributing factors that arise in the form of their data and information on the billboard violations that occurred in the city of Denpasar. While the factors that arise are insufficient numbers of personnel and supporting equipment for the Department concerned to carry out the Operation Control Billboards in the city of Denpasar.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bali sebagai pusat pariwisata baik lokal maupun internasional merupakan lahan subur bagi para pengusaha untuk mendapatkan keuntungan dari produk yang ditawarkannya. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut.Pariwisata memberikan peluang kepada masyarakat untuk berusaha atau berwirausaha, jenis-jenis usaha yang ada kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha baik yang bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan produk yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan.

Guna memperkenalkan jenis produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada para konsumen, salah satu bentuk usaha yang dilakukan para pengusaha yaitu melalui reklame.Berdasarkan rumusan Pasal 1 ayat (39) Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame Di Kota Denpasar, pengertian reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersil, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.


(15)

  2

Dewasa ini reklame sudah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Agar penyelenggaraan reklame tersebut tertib maka perlu diatur melaluiperizinan. Izin merupakan hal yang penting guna menciptakan kondisi yang nyaman, tentram dan bersih dari reklame-reklame yang akan dipasang.Reklame merupakan salah satu cara promosi yang tidak terpisahkan dari sistem dan sosial masyarakat modern. Fungsi reklame sebagai metode promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan salah satu sistem komunikasi tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk dan jasanya.1

Berbicara mengenai reklame apabila dilihat dari istilahnya, reklame berasal dari bahasa Belanda yaitu reclame yang di ambil atau dikutip dari bahasa Perancis, yaitu reclamire yang berarti berteriak berulang-ulang. Mungkin pada masa lalu seorang pejabat atau pengusaha ingin memperkenalkan suatu pengumuman atau peluncuran produk baru maka dipergunakan alat mirip corong untuk meneriakkan secara berulang-ulang agar menarik perhatian pendengarnya. Tetapi yang membedakannya adalah peralatan atau sarana media reklame pada zaman sekarang lebih canggih dan lebih luas jangkauannya, baik menggunakan media massa elektronik maupun media cetak.2

Dalam upaya menyampaikan informasi atau pesan kepada konsumen, serta untuk menjamin informasi mengenai produk yang akan disampaikan melalui

       1

Lukman Wirianto, 2010, Peran Reklame/Iklan Dalam Mempromosikan Produk dan Jasa, Graha Ilmu, Jakarta, hal. 7. 

  2


(16)

  3

pemasangan reklame agar tidak dipergunakan untuk tujuan yang tidak benar, maka pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemasangan reklame diwajibkan memenuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, prosedur dan mekanisme perizinan disetiap daerah kabupaten dan kota berbeda dengan daerah yang lain karena setiap daerah sudah mempunyai kewenangan sendiri untuk mengaturnya melalui otonomi daerah masing-masing.3

Pembangunan reklame yang berbentuk billboard,LEDdan juga

pemasangan spanduk-spanduk di sekitar jalan raya merupakan pemandangan yang tidak asing lagi. Papan-papan reklame dan LED yang didirikan di tempat strategis, pemasangan spanduk, penempelan kertas-kertas reklame yang kian hari semakin memenuhi tembok-tembok dan pohon-pohon di pinggir jalan sangat merusak pemandangan dan keindahan kota serta terkadang menggangu kenyamanan pengguna jalan dalam berkendara. Hal ini sudah menjadi keprihatinan dunia secara global, masing-masing negara diharuskan untuk mentaati prinsip-prinsip hukum dalam hukum lingkungan.4

Banyak terjadi penyimpangandalam bidang perizinan, salah satunya izin pemasangan reklame di Kota Denpasar sehingga mengakibatkan dibongkarnya secara paksa reklame yang berbentuk billboard maupun LED oleh pihak Pemerintah Kota yang selanjutnya disebut Pemkot. Penyimpangan-penyimpangan

       3

Henry S. Siswosoediro, 2009, Mengurus Surat-Surat Perijinan, Visimedia, Bandung, hal. 2. 

4

Adrian Sutedi, 2010, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Pubilk, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 24. 


(17)

  4

itu terjadi karena beberapa hal, misalnya reklame tersebut melanggar izin lokasi, terpasang di jalur hijau, dan reklame tidak memiliki izin.

Pelayanan publik sebagai bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat ataupun daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Seiring dengan penerapan sistem desentralisasi, pelayanan publik akhir-akhir ini menjadi diskusi yang hangat dan menjadi perhatian dikalangan masyarakat. Sebelumnya pelayanan publik kurang menjadi perhatian karena berkembang asumsi bahwa pelayanan publik itu hanyalah urusan pemerintah saja, mulai dari proses perumusan, kebijakan, implementasi sampai dengan evaluasi masyarakat seringkali tidak bisa mengakses segala informasi yang berkaitan dengan pelayanan publik ini.

Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah merupakan kegiatan yang harus terus-menerus dilakukan oleh pemerintah dalam fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap penduduk dari penyalahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah maka diperlukan pengaturan hukum yang mendukungnya.Pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah juga berwenang mengatur tentang reklame. Pengaturan penyelenggaraan reklame disamping menyangkut kegiatan perekonomian juga


(18)

  5

erat kaitannya dengan tata ruang kota khususnya dari segi ketertiban dan keindahan.Maka dari itu penyelenggaraan reklame di Kota Denpasar harus sesuai dengan tata kehidupan masyarakat Kota Denpasar.

Izin pemasangan reklame di Kota Denpasar diatur di dalam Keputusan Walikota Denpasar No.3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar. Peraturan demi peraturan telah ditetapkan sedemikian rupa, namun masih juga timbul masalah. Maka sebagai syarat untuk menjamin berfungsinya rencana atau tujuan Keputusan Walikota Denpasar No.3 Tahun 2014dalam pelaksanaannya perlu dukungan dari instansi-instansi yang terkait maupun partisipasi masyarakat di dalam penanganannya.

Perizinan yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak dalam penyelenggara pemerintahan. Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legal atau resmi dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari, untuk memenuhi kebutuhannya tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan. Akan tetapi sering kali ketentuan izin pemasangan untuk reklame seperti billboard, LED, spanduk, umbul-umbul, baliho dan sebagainya tersebut diacuhkan sehingga dalam pemasangannya dilakukan sembarangan.Dengan adanya kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan daerah maka diharapkan pemasanganreklame dapat terlaksana secara rapidan tertata sebagaimana mestinya.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik dan ingin mengetahui tentang penertiban penyelenggaraan reklame dalam bentuk skripsi


(19)

  6

dengan judul :“Upaya Penertiban Penyelenggaraan Reklamedi Kota

Denpasar.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat dikemukakan permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan di dalam penulisan ini. Permasalahan tersebut apabila dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakahpelaksanaan penertiban terhadap reklamedi Kota Denpasar? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penertiban

reklame di Kota Denpasar?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Dalam penulisan karya ilmiah diperlukan suatu ketegasan mengenai materi yang diuraikan, hal ini bertujuan untuk mecegah agar materi yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk menghindari agar tidak terlalu meluas dan nantinya pembahasan diuraikan terarah dan tertuju pada pokok permasalahan.5 Adapun pembatasannya adalah sebagai berikut :

Pembahasan pertama membahas mengenai pelaksanaan penertiban terhadap reklame di Kota Denpasar. Sedangkan pembahasan kedua akan membahasmengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penertiban reklame di Kota Denpasar.

       5

Bambang Sunggono, 2005, Metode Penelitian Hukum, Cetakan 7, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 24. 


(20)

  7

1.4. Orisinalitas Penelitian

Sejauh ini penelitian tentang “Upaya Penertiban Penyelenggaraan

Reklame di Kota Denpasar” ini belum pernah dilakukan.

Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada dengan penelitian penulis, dapat penulis sajikan sebagai berikut :

a. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pelayanan Perizinan dan Pajak Reklame, ditulis oleh Agus Suciptoroso, Fakultas Hukum Universitas SebelasMaret, Surakarta, Tahun 2008, dengan Rumusan masalah :

1) Bagaimana pelaksanaan pelayanan (prosedur) perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen?

2) Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam pelaksanaan pelayanan (prosedur) perizinan dan pajak reklame di Badan Pelayanan Terpadu Kabupaten Sragen?

Hasilpenelitian dari skripsi tersebut, yaitu :

1) Prosedur Perizinan Penyelenggaraan Reklame Berdasarkan Keputusan Bupati Sragen Nomor 44 Tahun 2002 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Pajak Reklame, permohonan izin reklame harus memenuhipersyaratan sebagai berikut:

- Permohonan izin reklame diajukan secaratertulis kepada Bupati Sragen melalui Kepala Unit Pelayanan Terpadudengan persyaratan Mengisi formulir permohonan yang telah disediakan, Melampirkan fotocopy


(21)

  8

identitas pemohon/KTP, Melampirkan contohreklame yang akan dipasang.

2) Pelaksanan pelayanan (prosedur) perizinanpajak reklame berjalan dengan sangat baik, namun meski berjalan dengan baik terdapat beberapa hal yang menjadi hambatan. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pelayanan perizinan reklame di Badan Pelayanan Terpadu adalah adanya tempat yang dilarang oleh Pemerintah Daerah untuk didirikan papan reklame, tetapi oleh pihak pemohon tetap saja memaksaatau nekat untuk mendirikan reklame ditempat tersebut.

b. Skripsi dengan judul Penerbitan Izin Reklame Permanen Berdasarkan Peraturan Walikota Kediri Nomor 7 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Reklame di Badan Penanaman Modal Kota Kediri, ditulis oleh Yongki Putut, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2012, Rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

1) Bagaimana penertiban izin reklame permanen berdasarkan Peraturan Walikota Kediri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan reklame di Badan Penanaman Modal Kota Kediri?

2) Apa hambatan atau kendala yang dihadapi oleh Badan Penanaman Modal Kota Kediri terkait dengan penertiban izin reklame permanen?

3) Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala atau hambatan terkait penerbitan izin reklame permanen di Badan Penanaman Modal Kota Kediri?

c. Skripsi dengan judul Pemungutan Pajak Reklame dalam Kaitan Dengan Penyelenggaraan Otonomi Daerah Kabupaten Jembrana, oleh I.G.N. Bayu Suta


(22)

  9

Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Tahun 2011, Rumusan masalah yang dikemukakan dalam skripsi tersebut adalah :

1) Bagaimanakah pelaksanaan pemungutan pajak reklame di kabupaten jembrana?

2) Faktor-faktor apakah yang menghambat dan mendukung pelaksanaan pemungutan pajak reklame di Kabupaten Jembrana?

Hasil penelitian dari skripsi tersebut, yaitu :

1) Di Kabupaten Jembrana pemungutan Pajak Reklametelah memiliki dasar hukum yang jelas. Adapun pengaturan mengenai tata cara pungutan Pajak Reklame di Kabupaten Jembrana tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Jembrana No. 4 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame.

2) Faktor pendukung dalam hal pemungutan pajak reklame berupa : Adanya mekanisme pembayaran pajak yang transparan, mudah, dan cepat. Sehingga pemungutan pajak reklame setiap bulannya dapat dilakukan sesuai dengan jadwal. Sedangkan faktor penghambat dalam hal pemungutan pajak reklame berupa : Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pajak Reklame dibuat pada Tahun 1998, sehingga sudah tidak sesuai dengan perkembangan terutama dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini menjadi kendala dalam pemungutan pajak reklame.


(23)

  10

1.5 Tujuan Penelitian

Pada penulisan suatu karya tulis ilmiah, haruslah mempunyai tujuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Adapun tujuan penulisan skripsi ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus :

1.5.1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahuipelaksanaan penertiban terhadap reklamedalam pelaksanaan penertiban reklame.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan penertiban reklame.

1.5.2. Tujuan khusus

1. Untuk mendalami dan memahami bagaimana pelaksanaan penertiban terhadap reklamedi Kota Denpasar.

2. Untuk mendalami dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhidalam pelaksanaan penertiban reklame di Kota Denpasar.

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1.6.1. Manfaat teoritis

Hasil dari pembahasan-pembahasan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, meningkatkan wawasan, dan pedoman tentang perizinan reklame. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumbangan karya ilmiah dari penulis


(24)

  11

dalam perkembangan Hukum Administrasi Negara dan bermanfaat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian yang serupa.

1.6.2. Manfaat praktis

Sebagai bentuk nyata kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan bahan informasi tentang penertiban penyelenggaraan reklame di Kota Denpasar. Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang ilmu pengetahuan khususnya di bidang Hukum Administrasi Negara dalam kaitan penertiban penyelenggaraan reklame di kota Denpasar.

1.7 Landasan Teoritis

Untuk membahas permasalahan dalam skripsi ini maka akan dikaji beberapa teori, konsep, maupun peraturan perundang-undangan yang terkait. Dengan demikian landasan teoritis yang dikembangkan dapat dijadikan pisau analisa secara teoritis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian ini. Adapun landasan teoritis yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

a. Teori Negara Hukum

Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering di terjemahkan rechts


(25)

  12

staatatau the rule of law.Paham rechts staat pada dasarnya bertumpu pada sistem

hukum Eropa Kontinental.

Immanuel Kant mengemukakan paham negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan rechts pada staat, hanya sebagai alat perlindungan hak-hak individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat.6Sementara itu di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala tindakan penguasaatau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan harus sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta jaminan keadilan bagi setiap orangtermasuk penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.7Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merumuskan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum

(rechtsstaat) adalah :

1. perlindungan hak-hak asasi manusia

2. pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu

       6

M. Tahir Azhary, 1992, Negara Hukum, Bulan Bintang, Jakarta, hal. 73-74.  7

Jimmly Assidiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hal. 55. 


(26)

  13

3. pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan 4. peradilan administrasi dalam perselisihan.8

Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah adanya asas legalitas yaitu pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah), harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang yang merupakan peraturan umum, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan pengawasan oleh hakim yang merdeka.9Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, hak asasi merupakan suatu hal yang penting. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit menjamin keberadaan hak asasi. Kemudian dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara tegas.Hak-hak asasi yang diatur dalam konstitusi negara inilah yang kemudian disebut sebagai hak konstitusi.

b. Teori Kewenangan

Secara konseptual, dalam istilah Belanda disebut “bevoegdheid” (yang berarti wewenang atau berkuasa) dan dalam bahasa Inggris disebut authority,

Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam Hukum Tata Pemerintahan, karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan

       8

Ridwan HR, 2011, Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta, hal. 3. 

9


(27)

  14

untuk melakukan sesuatu. Dikatakan sebagai kekuasaan yang sah karena undang-undang yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut.

Menurut S.F.Marbun,wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan hukum. Setelah dinyatakan dengan tegas wewenang tersebut sah, baru kemudian tindak pemerintahan mendapat kekuasaan hukum

(rechtskracht).Pengertian dari wewenang itu sendiri akan berkaitan dengan

kekuasaan.10

c. Teori Otonomi Daerah

Otonomi berasal dari kata Yunani yaitu auotos dan nomos. Kata pertama berarti sendiri dan kata kedua berarti pemerintah. Daerah otonom praktis berbeda dengan daerah saja yang merupakan penerapan dari kebijakan dalam wacana administrasi publik yang disebut local state government.Otonomi daerah merupakanhak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiriurusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan otonomi daerah.Otonomi daerah membawa dua implikasi khusus bagi pemerintah daerah, yaitu pertama adalah semakin meningkatnya biaya ekonomi (high cost

       10

S.F Marbun, 1997, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hal.154. 


(28)

  15

economy) danyang kedua adalah efisiensi efektivitas.Oleh karena itu desentralisasi

membutuhkan dana yang memadai bagi pelaksanaan pembangunan di daerah.11 Apabila suatudaerah tidak memiliki sumber-sumber pembiayaanyang memadai, akan mengakibatkan daerah bergantungterus terhadappembiayaan pemerintah pusat.Ketergantungan terhadap pembiayaan pemerintahpusat merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan asas otonomi daerah. Olehkarena itu perlu suatu upaya oleh pemerintah daerah dalam memutusketergantungan tersebut dalam rangka meningkatkan kemampuan daerah. Pengertian Pemerintah Daerah menurut Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari organisasi tingkat atas kepada tingkat bawahnya secara hirarkis.12 Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam lembaga sekretariat unsur pendukung

       11

D Riant Nugroho, 2002, Otonomi Daerah Desentralisasi Tanpa Revolusi Kajian dan Kritik Atas Kebijakan Desentralisasi di Indonesia, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta, hal. 61. 

12

Abdurrahman, 1985, Beberapa Pemikiran Tentang Otonomi Daerah, Melton Putra, Jakarta, hal. 59. 


(29)

  16

tugas Kepala Daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah.13 Prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

1. Digunakan Asas Desentralisasi yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu ada juga Asas Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil dan atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu hal ini tercantum di dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Sedangkan tugas pembantuan adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara utuh dan bulat.

3. Asas tugas pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota.

Menurut penjelasan umum Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pemberian otonomi seluas-luasnya kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi seluas-luasnya, setiap daerah

       13

C.S.T. Kansil, 2005, Modul Hukum Administrasi Negara, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 240. 


(30)

  17

diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.8. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.14 Sebagai karya ilmiah maka penelitian ini juga menggunakan metode penelitian :

1.8.1. Jenis penelitian

Sebagai suatu karya ilmiah dan untuk mendapatkan hasil yang ilmiah sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah pula, maka dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian empiris artinya penelitian dengan melihat kesenjangan pelaksanaan norma antara teori dan praktek yang sesuai dengan hasil dilapangan tempat diadakan penelitian.15

1.8.2. Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(the statue approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan fakta

(the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di masyarakat atau

dilapangan dalam hal perizinan reklame dengan wawancara langsung dan

       14

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi 1, Granit, Jakarta, hal. 1. 

15

Ronny Hanitijo Soemitro, 1983, Metode Penulisan Hukum, cet I, Ghalian Indonesia, Jakarta, hal. 24. 


(31)

  18

membandingkannya dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.8.3. Sifat penelitian

Penelitian hukum empiris yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam skripsi ini bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan mengkaji hukum tertulis lalu mengkaitkannya dengan fakta-fakta yang ada dilapangan tempat diadakannya penelitian.

1.8.4. Sumber data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersumber pada :

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis di lapangan

(Field Research) melalui responden dengan cara observasi dan wawancara.

Penulis langsung mengadakan penelitian kelapangan tempat dimana penertiban reklame ini akan diteliti, yaitu dengan mengadakan penelitian ke salah satu dinas pemerintahan yang ada di wilayah Kota Denpasar yaitu Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar. Dengan metode penelitian wawancara, mengajukan sejumlah pertanyaan dan memperoleh data-data yang langsung berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

(library research)yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya


(32)

  19

peraturan perundang-undangan, literatur hukum, dokumen-dokumen resmi pemerintah, dan hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan yang menunjang serta berkaitan dengan penelitian untuk menyempurnakan data yang di dapat dari lapangan.16 Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain :

a. Bahan hukum primer merupakan bahan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (Perundang-undangan). Bahan hukum primer adalah semua aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini meliputi Undang-Undang yaitu :

- Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

- Peraturan Walikota Denpasar Nomor 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame.

b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk kemana peneliti akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah seperti pendapat para sarjana, tulisan para ahli, pejabat,pakar hukum, dan bahan hukum lainnya.

       16


(33)

  20

1.8.5. Teknik pengumpulan data

Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal 2 jenis alat pengumpulan data, yaitu bahan pustaka dan wawancara atau interview.17

1. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan dengan permasalahan penelitian.18

2. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan menelaah dan mengklarifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan dengan pokok permasalahan dalam penelitian.

1.8.6. Teknik pengolahan dan analisis data

Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa dan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya.Kemudian nantinya ditarikkesimpulan untuk menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif analisis.19

 

       17

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 67. 

18

Lexy J. Moleong, 1995, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, hal. 35. 

19

Hadi Sutrisno dan Sri Diamuli, 1997, Metodologi Research, Jilid III, Gama University Press, Yogyakarta, hal. 59. 


(34)

21 BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PENYELENGGARAAN REKLAME

2.1 Pengertian Reklame

Reklame berasal dari bahasa Spanyol yaitu Re dan Clamos sedangkan dari bahasa latin Re dan Clame, Re artinya berulang-ulang sedangkan Clame atau

Clamos artinya berteriak, sehingga secara bahasa Reklame adalah suatu teriakan/

seruan yang berulang-ulang.20 Menurut kamus umum bahasa indonesia reklame adalah pemberitahuan kepada umum tentang barang dagangan, dengan pujian atau gambar dan sebagainya, dengan tujuan agar barang dagangan tersebut lebih laku.

Sedangkan pengertian reklame menurut Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar merumuskan bahwa, reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Penyelenggaraan reklame dilakukan oleh orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan usaha atau perusahaan periklanan, baik untuk dan diatas nama sendiri atau nama orang lain. Seperti penyelenggaraan kampanye yang dilakukan oleh partai politik yang dilakukan serentak, artinya dengan menggunakan setiap

       20

Marihot P. Siahaan, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 54.


(35)

  22

media reklame dengan tujuan mempromosikan penjualan barang-barang yang sifatnya menyeluruh. Berdasarkan rumusan Pasal 10 yang dapat dikategorikan sebagai penyelenggara reklame yaitu :

1. Penyelenggara reklame adalah : a. Pemilik reklame/produk;

b. Perusahaan jasa periklanan atau biro reklame.

2. Pemilik reklame/produk adalah orang pribadi atau badan yang

menyelenggarakan reklame untuk dan atas namanya sendiri.

3. Perusahaan Jasa Periklanan atau Biro Reklame adalah badan yang bergerak dibidang jasa periklanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemasangan reklame juga harus memperhatikan estetika kota agar keserasian antara luas bentuk, jenis dan cara pemasangan reklame sesuai dengan kawasannya yang ada, juga memperhatikan tempat dimana reklame tersebut ditempatkan ditempat yang seharusnya. Dalam pelaksanaannya, pemasangan reklame yang mendapatkan izin dan diperbolehkan oleh pemerintah yaitu reklame dalam bentuk reklame kain (spanduk), materi reklame billboard (yang telah mendapatkan izin peletakan titik reklame), vertikal banner, reklame udara,reklamekendaraan, umbul-umbul, materi reklame megatron/videotron/large

electronic display (yang telah mendapatkan izin peletakan titik reklame).

Berdasarkan rumusan Pasal 1 Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, reklame yang dianggap layak atau sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu :


(36)

  23

1. Pemasangan reklame billboardsatu muka harus memperhatikan aspek estetika pada bagian belakang kontruksi reklame dengan cara menutup dengan kain atau vynil dan sejenisnya yang berisi himbauan atau pesan sosial pemerintah. 2. Pada kawasan selektif pemasangan reklame diwajibkan dengan ketentuan : a. Pemasangan reklame yang berupa identitas lembaga kantor pemerintah dan

swasta berada diluar ruang milik jalan dan ditempatkan pada pagar bagian dalam halaman.

b. Pemasangan reklame berupa identitas nama merk toko dilakukan menempelkan pada bangunan.

3. Pemasangan reklame berupa identitas nama merk toko pada semua kelas jalan harus dilakukan dengan cara menempel pada bangunan.

4. Untuk reklame yang diselenggarakan oleh partai politik dan ormas harus mendapat rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik dan atau pejabat yang berwenang.

5. Pemasangan reklame yang berdekatan dengan jaringan PLN harus

mempertimbangkan jarak aman.

6. Bagi tiang konstruksi reklame yang terbuat dari bahan konduktif/pengantar arus maka tiang tersebut harus dilengkapi dengan arde atau isolasi.

Pihak penyelenggara reklame harus memperhatikan prosedur-prosedur tersebut dalam melakukan pemasangan reklame, agar Kota Denpasar tetap terjaga kerapihan, ketertiban, dan keindahannya.


(37)

  24

2.2 Penggolongan Reklame

Pada umumnya reklame digolongkan berdasarkan atas 3 (tiga) kelompok yaitu jenis, lokasi penempatan, dan masa izin. Adapun penggolongan reklame berdasarkan rumusan Pasal 1 angka 40 Peraturan Walikota Denpasar No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, yaitu :

1. Reklame berdasarkan jenis yang terdiri dari :

a. Reklame selebaran/brosur/leafleat merupakan reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantung pada suatu benda lain, termasuk didalamnya adalah brosur, leafleatdan reklame dalam undangan.

b. Reklame stiker/melekat merupakan reklame yang berbentuk lembaran lepas diselenggarakan dengan cara ditempelkan, dilekatkan, dipasang atau digantung pada suatu benda.

c. Reklame kain merupakan reklame yang bertujuan materinya jangka pendek atau mempromosikan suatu eventatau kegiatan yang bersifat insidentil dengan menggunakan bahan lain, termasuk plastik atau bahan lain yang sejenisnya. Termasuk didalamnya adalah spanduk, umbul-umbul, bendera,

flag chain(rangkaian bendera), tenda, krey,banner, giant banner dan

standing banner.

d. Reklame film atau slide merupakan reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise (celluloide) berupa kaca atau film, ataupun benda-benda lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan.


(38)

  25

e. Reklame udara merupakan reklame yang diselenggarakan diudara dengan menggunakan balon, gas, laser, pesawat atau alat lain yang sejenis.

f. Reklame suara merupakan reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau perantaraan alat.

g. Reklame peragaan merupakan reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan dengan atau tanpa disertai suara.

h. Reklame megatron merupakan reklame yang bersifat tetap (tidak bisa dipindahkan) menggunakan layar monitor maupun tidak dengan gambar dan/atau tulisan yang dapat diubah-ubah, terprogram dan menggunakan tenaga listrik. Termasuk didalamnya videotron dan large electronic display

(LED).

i. Reklame papan/billboard merupakan reklame yang bersifat tetap (tidak dapat dipindahkan) terbuat dari papan, kayu, seng, tenplate, collbrite, vynil, aluminium, fiberglas, kaca, batu, tembok atau beton, logam atau bahan lain yang sejenis, dipasang pada tempat yang disediakan (berdiri sendiri) atau digantung atau ditempel atau dibuat pada bangunan tembok, dinding, pagar, tiang, dan sebagainya baik bersinar, disinari maupun yang tidak disinari. j. Reklame berjalan merupakan reklame yang ditempatkan pada kendaraan

atau benda yang dapat bergerak, yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa/didorong/ditarik oleh orang. Termasuk didalamnya reklame dalam gerobak atau rombong, kendaraan baik bermotor maupun tidak.


(39)

  26

k. Reklame baliho merupakan reklame yang terbuat dari papan kayu atau bahan lain dan dipasang pada konstruksi yang tidak permanen dan tujuan materinya mempromosikan suatu eventatau kegiatan yang bersifat insidentil. 2. Reklame berdasarkan titik penempatan yang terdiri dari :

a. Reklame dalam ruang/indooradalah reklame yang berada didalam bangunan dengan sasaran penyelenggaraannya eye catcher didalam bangunan itu sendiri.

b. Reklame luar ruang/outdoor adalah reklame yang ditempatkan pada lokasi diluar bangunan, atau reklame yang terletak didalam bangunan akan tetapi sasaran penyelenggaraannya berisfat eye catchierberada diluar bangunan. 3. Reklame berdasarkan izin yang terdiri dari :

a. Reklame insidentil adalah reklame yang masa izinnya kurang dari satu tahun. Reklame yang masuk dalam kategori reklame insidentil adalah reklame yang diselenggarakan untuk masa-masa tertentu/insidentil. Jenis-jenis reklame ini yaitu berupa baliho, spanduk/umbul-umbul/poster, selembaran/brosur/leaflet, stiker/melekat, slide/film, baik dengan suara maupun tanpa suara, reklame udara, reklame suara, reklame peragaan luar ruang maupun bersifat permanen dan tidak permanen.

b. Reklame tetap adalah reklame yang masa izinnya hanya berlaku satu tahun. Jenis-jenis reklame tetap adalah reklame megatron/videotron/led, billboard

tiang dengan peragaan, billboard tiang menempel pada penerangan,

billboard menempel pada peragaan, billboard menempel pada penerangan


(40)

  27

Walaupun reklame tujuan utamanya dirancang untuk tujuan komersial, namun ada juga reklame non komersial. Berdasarkan tujuan pembuatannya, sifat reklame dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Reklame komersial (ekonomis) adalah reklame yang dibuat untuk menawarkan barang dan jasa. Dengan reklame diharapkan pembeli lebih tertarik untuk menggunakan produk yang ditawarkan dan keuntungan yang diperoleh lebih banyak. Jenis reklame ini banyak digunakan oleh para pedagang atau pengusaha dalam meningkatkan keuntungan.

2. Reklame non-komersial (sosial) adalah reklame yang dibuat untuk mengajak atau menghimbau orang lain untuk mau melakukan sesuatu. Keuntungan yang diperoleh biasanya bukan materi secara langsung. Misalnya poster PIN (Pekan Immunisasi Nasional), poster anjuran untuk hidup bersih, poster peringatan bahaya demam berdarah dan sebagainya.21

Pembagian reklame menurut cara atau media penyampaiannya :

1. Reklame Audio adalah reklame yang disampaikan lewat suara yang diterima dengan indra pendengaran.

2. Reklame Visual adalah reklame yang disampaiakan lewat tulisan, gambar, atau tulisan dan gambar, yang dapat diterima dengan indra penglihatan.

3. Reklame Audio Visual adalah reklame yang disampaikan lewat tulisan, gambar dan suara.22

      

  21

Muhammad Jaiz, Op.Cit, hal. 15. 

  22


(41)

  28

2.3Prosedur Pemasangan Reklame

Pemasangan reklame harus memperhatikan aspek estetika kota, pemasangan reklame juga tidak sembarang memasang atau mendirikan reklame. Perusahaan iklan ataupun reklame atas nama pribadi harus melalui prosedur-prosedur yang sudah ditetapkan pemerintah Kota Denpasar, seperti yang sudah tercantum pada Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar. Pemasangan semua jenis reklame yang berada dalam wilayah Kota Denpasar harus mendapat izin dari Walikota, yaitu dengan luas panggung reklame lebih dari 24m2 dan terlebih dahulu harus dilakukan pengkajian oleh Tim Teknis Perizinan Reklame.

Tim Teknis Perizinan Reklame adalah tim yang bertugas untuk melakukan pengkajian secara teknis konstruksi dan estetika bangunan reklame bertiang luar ruang yang dibentuk oleh Walikota dengan susunan personalia terdiri dari unsur Satuan Kerja Pangkat Daerah Kota Denpasar terkait. Pemasangan reklame juga harus memperhatikan lokasi penempatan reklame yang sudah ditetapkan Pemerintah Daerah. Dalam perencanaan dan penempatan titik lokasi reklame dilaksanakan oleh Tim Teknis Perizinan Reklame.

Apabila pemasangan reklame pada sarana atau prasarana Kota diatur lebih lanjut dalam pengaturan Walikota dan tetap memperhatikan nilai-nilai estetika maka keindahan dan kerapihan kota tetap terjaga.Pemasangan reklame selain memperhatikan prosedur, juga harus memperhatikan lokasi pemasangan agar reklame tersebut tidak mengganggu dan membahayakan pejalan kaki maupun pengendara bermotor, maka saat pemasangan harus memperhatikanbadan jalan.


(42)

  29

Badan Jalan adalah daerah yang meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan termasuk jalur pejalan kaki.

Berdasarkan rumusan Pasal 16 Bab IV Peraturan Walikota Denpasar tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, sebelum dapat memasang reklame, terlebih dahulu pelaku usaha reklame harus memenuhi persyaratan administrasi berupa perizinan antara lain :

1. Persyaratan izin peletakan titik reklame. a. Fotokopi KTP yang masih berlaku.

b. Pemohon mengisi formulir izin peletakan titik reklame.

c. Melampirkan rencana peletakan titik reklame dan persetujuan. Pemilik lahan dan bangunan untuk reklame yang dipasang diluar sarana dan prasarana kota.

d. Melampirkan bukti pembayaran sewa lahan (untuk reklame di sarana dan prasarana kota).

e. Melampirkan tanda bukti kepemilikan tanah/bangunan yang dipasang diluar sarana/prasarana kota.

f. Melampirkan surat pernyataan bersedia menanggung segala resiko sebagai akibat penempatan dan pemasangan reklame yang menimbulkan kerugian pada pihak lain.

g. Melampirkan surat pernyataan untuk menyerahkan biaya jaminan pembongkaran kepada Pemerintah Daerah apabila tidak melaksanakan perpanjangan izin dan atau permohonan perpanjangan izin ditolak oleh Walikota dan penyelenggara reklame tidak melaksanakan pembongkaran


(43)

  30

konstruksi reklame dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak berakhirnya masa berlaku izin.

h. Melampirkan polis asuransi jiwa dan konstruksi reklame (setelah mendapat persetujuan Tim Teknis Perizinan Reklame).

i. Menyerahkan biaya jaminan pembongkaran reklame. j. Melampirkan fotocopy IMB konstruksi reklame.

k. Melampirkan gambar teknis/konstruksi reklame yang dibuat oleh tenaga ahli atau konsultan dan diketahui oleh Dinas Pekerja Umum.

2. Standar biaya tidak dipungut biaya.

3. Standar waktu penertiban 15 (lima belas) hari kerja. 4. Masa berlaku izin 3 (tiga) tahun.

Dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, yang dimaksud dengan penyelenggaraan reklame adalah :

1. Penyelenggaraan reklame jenis besar, sedang dan kecil di prasarana kota maupun diluar prasarana kota harus diselenggarakan oleh jasa periklanan yang terdapat pada Dinas Pendapatan Daerah.

2. Tanda daftar penyelenggaraan reklame dibuktikan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

Apabila semua prosedur diatas tidak dipenuhi bahkan perusahaan iklan tidak sama sekali memiliki izin dalam pemasangan reklame, maka Tim Teknis Perizinan Reklame dan Tim Penertiban Reklame atau penyidik di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan


(44)

  31

penyidikan tindak pidana dibidang Tata Cara Perizinan Reklame. Pemberlakuan pula sanksi administrasi yaitu Walikota akan mencabut izin pemasangan, pembongkaran dan penurunan terhadap reklame yang telah dipasang. Selain sanksi administrasi diatas, penyelenggara reklame juga akan dikenakan sanksi administrasi berupa tidak diperkenankan mengajukan izin penyelenggaraan reklame baru dan/atau mengikuti pelelangan titik reklame masing-masing untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan.

2.4 Wilayah Yang Dapat Dijadikan Tempat Pemasangan Reklame Di Kota Denpasar

Jumlah reklame yang berlimpah ruah memang berdampak positif dalam pergerakan roda perekonomian, baik bagi perusahaan advertising (Pengelola reklame) maupun Pemerintah Kota Denpasar. Seharusnya reklame tidak boleh dipasang dekat tempat ibadah, dekat sekolah, di dekat kantor-kantor pemerintahan, tidak menutupi pohon yang indah, dan tidak menutupi bangunan tua. Berdasarkan rumusan Pasal 6 Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 hal tersebut telah diatur, ada beberapa tempat yang dilarang melakukan peletakan reklame yang bersifat komersial pada :

a. Kantor Pemerintah Pusat/Daerah;

b. Halaman pendidikan milik pemerintah dan tempat ibadah; c. Di lokasi bukan persil;

d. Tempat-tempat lain yang ditetapkan dengan keputusan Walikota.

Namun, Reklame dapat berdiri dengan kokohnya kapan saja dan dimana saja. Seperti yang terlihat di sepanjang persimpangan Jalan Dewi Sartika-Teuku


(45)

  32

Umar terutama di sekitar Matahari Duta Plaza,yang dulunyapuluhan reklame dan umbul-umbul maupun spanduk terpajang padat di mana-mana. Selain merusak estetika kota, keberadaan papan reklame sewaktu-waktu juga dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Sebelum diterbitkannya Surat Keputusan WalikotaNo. 188.45 / 568 / 2014, terdapat 700billboardyang tersebar diseluruh Kota Denpasar dan akhirnya dikurangi menjadi 204billboard untuk menjaga estetika kota. Dalam mendirikan papan reklame salah satu standar yang harus dilihat ialah bangunan reklame itu sendiri. Bangunan reklame harus dilihat dari konstruksi dan ukuran atau protipe

sesuai dengan Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar. Konstruksi bangunan harus kuat sehingga tidakmembahayakan pengguna jalan. Bangunan reklame tidak dibenarkan berada dibahu jalan, trotoar dan kawasan pertamanan kecuali mendapatkan izin rekomendasi dari dinas terkait. Bangunan reklame yang berada diatas bangunan, tidak dibenarkan melebihi fasade ataudinding terluar bangunan.

Peran reklamememang cukup berpengaruh dalam pendapatan asli daerah karena pemasang iklan yang berminat sebenarnya membludak, terutama di jalan protokol karena dianggap memiliki daya tarik yang paling besar.Reklame khususnya reklame ruang luar (out door) bila di atur dengan baik merupakan salah satu unsur penunjang estetika Kota. Reklame ruang luar yang banyak terpasang di Kota Denpasar adalah reklame tetap (billboard dan LED) dan reklame insidentil (spanduk, baliho, dan umbul-umbul).


(46)

  33

Masih cukup banyak terjadi pelanggaran reklame di Kota Denpasar. Pelanggaran yang paling banyak di lakukan adalah pemasangan reklame yang tidak pada tempatnya dan melebihi waktu yang ditetapkan.Proses penerbitan rekomendasi reklame dilakukan oleh tim reklame yang secara rutin melakukan pengecekan ke lapangan, termasuk menjaring reklame yang tanpa izin. Dalam Surat Keputusan Walikota No. 188.45 / 568 / 2014 yang memuat tentang Penetapan Pola Penyebaran Peletakan Reklame dan Titik Reklame di Kota Denpasar terdapat 204 titik yang tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar. Salah satunya terdapat di 24 ruas jalan protokol di Kota Denpasar yang terdiri dari reklame yang berbentuk LED maupunBillboard. Misalnya di ruas Jalan Dewi Sartika-Teuku Umar, Matahari Duta Plaza terdapat 1 LEDsedangkan di Simpang Enam-Teuku Umar terdapat 2 LED (Akasaka dan Dunkin Donut’s) dan sisanya berupabillboard.

Ada lima hal yang menjadi dasar dalam menata reklame, pertama adalah

zoning reklame. Zoning diperlukan untuk mengatur kawasan-kawasan yang boleh

dipakai untuk beriklan, terutama untuk kawasan pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan cagar budaya. Tidak seperti saat ini dimana di beberapa titik di Kota Denpasar ada panggung spanduk (tempat pemasangan spanduk) yang berada didepan sekolah ternyata penuh terisi dengan spanduk-spanduk produk rokok. Selain itu, misalnya dikawasan car free day dimana tujuan program itu adalah untuk membuat kawasan tersebut bebas polusi, masih banyak ditemui reklame rokok. Tentunya hal ini sangat tidak pas, ini sangat kontradiktif dengan tujuan diadakannya program itu sendiri.


(47)

  34

Hal kedua terkait dengan penataan reklame pengendalian terhadap pertumbuhan titik reklame baru. Hal ini perlu dilakukan mengingat saat ini titik reklame, terutama miniboard, neonbox, dan signbox tumbuh sangat pesat. Sebagai bukti bisa dilihat di sepanjang jalan di Kota Denpasar dan hampir disetiap perempatan maupun pertigaan terdapat reklame. Hal ini bisa terjadi karena Pemerintah Kota belum mempunyai blueprint yang jelas tentang pembatasan reklame disuatu titik atau kawasan tertentu. Sehingga yang terjadi justru banyak penumpukan titik reklame disuatu wilayah, yang mengganggu keindahan.

Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah banyaknya titik reklame yang berdiri di atas tanah sendiri. Bahkan ada titik reklame yang menutupi bangunan itu sendiri. Sebaiknya, perlu ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khusus untuk pembangunan reklame diatas tanah sendiri serta aturan tersendiri tentang pemasangan reklame yang sesuai estetika kota yang dapat memperindah kota.

Keempat, pemasangan reklame di pohon dan berbagai fasilitas umum lainnya tidak diperbolehkan dan dapat diberikan sanksi. Sedangkan yang kelima adalah suatu titik reklame yang akan dilelang oleh Pemerintah Kota, maka sebaiknya pemenang lelang diberi perlindungan. Yang ada saat ini, suatu titik rekalme yang sudah laku dilelang seiring berjalannya waktu dapat tumbuh titik reklame baru tanpa prosedur lelang. Idealnya perlu diberi jarak radius tertentu antara reklame satu dengan lainnya sehingga tidak mengganggu dari pada titik reklame tersebut.

Berikut adalah tata cara mendapatkan rekomendasi titik reklame dan rancang bangunan reklame di wilayah Kota Denpasar :


(48)

  35

- Pemohon mengisi formulir yang telah disediakan oleh Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar.

- Fotocopy KTP yang masih berlaku. - Surat kuasa bermaterai (asli).

- Sketsa titik lokasi pelanggaran reklame. - Gambar desain.

- Foto terbaru rencana lokasi (ukuran 4R). - Gambar layout lokasi pemasangan.

- Perhitungan dan gambar konstruksi (dilengkapi fotocopy sertifikat keahlian). - Surat jaminnan kekuatan stuktur / konstruksi bangun reklame di tandatangani

ahli struktur yang bersertifikat. - Rekomendasi konten reklame.

- Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat pemasangan reklame (asli).

- Fotocopy kepemilikan tanah (SHM,SPPT) atau kontrak / surat kuasa yang disahkan oleh notaris atau Camat.

- Surat pernyataan siap memindahkan reklame, apabila dikemudian hari terjadi penataan terhadap lokasi pemasangan reklame tanpa menuntut ganti rugi.


(1)

konstruksi reklame dalam jangka waktu paling lama 1 bulan sejak berakhirnya masa berlaku izin.

h. Melampirkan polis asuransi jiwa dan konstruksi reklame (setelah mendapat persetujuan Tim Teknis Perizinan Reklame).

i. Menyerahkan biaya jaminan pembongkaran reklame. j. Melampirkan fotocopy IMB konstruksi reklame.

k. Melampirkan gambar teknis/konstruksi reklame yang dibuat oleh tenaga ahli atau konsultan dan diketahui oleh Dinas Pekerja Umum.

2. Standar biaya tidak dipungut biaya.

3. Standar waktu penertiban 15 (lima belas) hari kerja. 4. Masa berlaku izin 3 (tiga) tahun.

Dalam Pasal 9 ayat (1) dan (2) Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar, yang dimaksud dengan penyelenggaraan reklame adalah :

1. Penyelenggaraan reklame jenis besar, sedang dan kecil di prasarana kota maupun diluar prasarana kota harus diselenggarakan oleh jasa periklanan yang terdapat pada Dinas Pendapatan Daerah.

2. Tanda daftar penyelenggaraan reklame dibuktikan dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

Apabila semua prosedur diatas tidak dipenuhi bahkan perusahaan iklan tidak sama sekali memiliki izin dalam pemasangan reklame, maka Tim Teknis Perizinan Reklame dan Tim Penertiban Reklame atau penyidik di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan


(2)

penyidikan tindak pidana dibidang Tata Cara Perizinan Reklame. Pemberlakuan pula sanksi administrasi yaitu Walikota akan mencabut izin pemasangan, pembongkaran dan penurunan terhadap reklame yang telah dipasang. Selain sanksi administrasi diatas, penyelenggara reklame juga akan dikenakan sanksi administrasi berupa tidak diperkenankan mengajukan izin penyelenggaraan reklame baru dan/atau mengikuti pelelangan titik reklame masing-masing untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal pencabutan.

2.4 Wilayah Yang Dapat Dijadikan Tempat Pemasangan Reklame Di Kota Denpasar

Jumlah reklame yang berlimpah ruah memang berdampak positif dalam pergerakan roda perekonomian, baik bagi perusahaan advertising (Pengelola reklame) maupun Pemerintah Kota Denpasar. Seharusnya reklame tidak boleh dipasang dekat tempat ibadah, dekat sekolah, di dekat kantor-kantor pemerintahan, tidak menutupi pohon yang indah, dan tidak menutupi bangunan tua. Berdasarkan rumusan Pasal 6 Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 hal tersebut telah diatur, ada beberapa tempat yang dilarang melakukan peletakan reklame yang bersifat komersial pada :

a. Kantor Pemerintah Pusat/Daerah;

b. Halaman pendidikan milik pemerintah dan tempat ibadah; c. Di lokasi bukan persil;

d. Tempat-tempat lain yang ditetapkan dengan keputusan Walikota.

Namun, Reklame dapat berdiri dengan kokohnya kapan saja dan dimana saja. Seperti yang terlihat di sepanjang persimpangan Jalan Dewi Sartika-Teuku


(3)

Umar terutama di sekitar Matahari Duta Plaza,yang dulunyapuluhan reklame dan umbul-umbul maupun spanduk terpajang padat di mana-mana. Selain merusak estetika kota, keberadaan papan reklame sewaktu-waktu juga dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Sebelum diterbitkannya Surat Keputusan WalikotaNo. 188.45 / 568 / 2014, terdapat 700billboardyang tersebar diseluruh Kota Denpasar dan akhirnya dikurangi menjadi 204billboard untuk menjaga estetika kota. Dalam mendirikan papan reklame salah satu standar yang harus dilihat ialah bangunan reklame itu sendiri. Bangunan reklame harus dilihat dari konstruksi dan ukuran atau protipe sesuai dengan Peraturan Walikota No. 3 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Reklame di Kota Denpasar. Konstruksi bangunan harus kuat sehingga tidakmembahayakan pengguna jalan. Bangunan reklame tidak dibenarkan berada dibahu jalan, trotoar dan kawasan pertamanan kecuali mendapatkan izin rekomendasi dari dinas terkait. Bangunan reklame yang berada diatas bangunan, tidak dibenarkan melebihi fasade ataudinding terluar bangunan.

Peran reklamememang cukup berpengaruh dalam pendapatan asli daerah karena pemasang iklan yang berminat sebenarnya membludak, terutama di jalan protokol karena dianggap memiliki daya tarik yang paling besar.Reklame khususnya reklame ruang luar (out door) bila di atur dengan baik merupakan salah satu unsur penunjang estetika Kota. Reklame ruang luar yang banyak terpasang di Kota Denpasar adalah reklame tetap (billboard dan LED) dan reklame insidentil (spanduk, baliho, dan umbul-umbul).


(4)

Masih cukup banyak terjadi pelanggaran reklame di Kota Denpasar. Pelanggaran yang paling banyak di lakukan adalah pemasangan reklame yang tidak pada tempatnya dan melebihi waktu yang ditetapkan.Proses penerbitan rekomendasi reklame dilakukan oleh tim reklame yang secara rutin melakukan pengecekan ke lapangan, termasuk menjaring reklame yang tanpa izin. Dalam Surat Keputusan Walikota No. 188.45 / 568 / 2014 yang memuat tentang Penetapan Pola Penyebaran Peletakan Reklame dan Titik Reklame di Kota Denpasar terdapat 204 titik yang tersebar di seluruh wilayah Kota Denpasar. Salah satunya terdapat di 24 ruas jalan protokol di Kota Denpasar yang terdiri dari reklame yang berbentuk LED maupunBillboard. Misalnya di ruas Jalan Dewi Sartika-Teuku Umar, Matahari Duta Plaza terdapat 1 LEDsedangkan di Simpang Enam-Teuku Umar terdapat 2 LED (Akasaka dan Dunkin Donut’s) dan sisanya berupabillboard.

Ada lima hal yang menjadi dasar dalam menata reklame, pertama adalah

zoning reklame. Zoning diperlukan untuk mengatur kawasan-kawasan yang boleh

dipakai untuk beriklan, terutama untuk kawasan pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan cagar budaya. Tidak seperti saat ini dimana di beberapa titik di Kota Denpasar ada panggung spanduk (tempat pemasangan spanduk) yang berada didepan sekolah ternyata penuh terisi dengan spanduk-spanduk produk rokok. Selain itu, misalnya dikawasan car free day dimana tujuan program itu adalah untuk membuat kawasan tersebut bebas polusi, masih banyak ditemui reklame rokok. Tentunya hal ini sangat tidak pas, ini sangat kontradiktif dengan tujuan diadakannya program itu sendiri.


(5)

Hal kedua terkait dengan penataan reklame pengendalian terhadap pertumbuhan titik reklame baru. Hal ini perlu dilakukan mengingat saat ini titik reklame, terutama miniboard, neonbox, dan signbox tumbuh sangat pesat. Sebagai bukti bisa dilihat di sepanjang jalan di Kota Denpasar dan hampir disetiap perempatan maupun pertigaan terdapat reklame. Hal ini bisa terjadi karena Pemerintah Kota belum mempunyai blueprint yang jelas tentang pembatasan reklame disuatu titik atau kawasan tertentu. Sehingga yang terjadi justru banyak penumpukan titik reklame disuatu wilayah, yang mengganggu keindahan.

Hal ketiga yang perlu diperhatikan adalah banyaknya titik reklame yang berdiri di atas tanah sendiri. Bahkan ada titik reklame yang menutupi bangunan itu sendiri. Sebaiknya, perlu ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khusus untuk pembangunan reklame diatas tanah sendiri serta aturan tersendiri tentang pemasangan reklame yang sesuai estetika kota yang dapat memperindah kota.

Keempat, pemasangan reklame di pohon dan berbagai fasilitas umum lainnya tidak diperbolehkan dan dapat diberikan sanksi. Sedangkan yang kelima adalah suatu titik reklame yang akan dilelang oleh Pemerintah Kota, maka sebaiknya pemenang lelang diberi perlindungan. Yang ada saat ini, suatu titik rekalme yang sudah laku dilelang seiring berjalannya waktu dapat tumbuh titik reklame baru tanpa prosedur lelang. Idealnya perlu diberi jarak radius tertentu antara reklame satu dengan lainnya sehingga tidak mengganggu dari pada titik reklame tersebut.

Berikut adalah tata cara mendapatkan rekomendasi titik reklame dan rancang bangunan reklame di wilayah Kota Denpasar :


(6)

- Pemohon mengisi formulir yang telah disediakan oleh Dinas Tata Ruang dan Perumahan Kota Denpasar.

- Fotocopy KTP yang masih berlaku. - Surat kuasa bermaterai (asli).

- Sketsa titik lokasi pelanggaran reklame. - Gambar desain.

- Foto terbaru rencana lokasi (ukuran 4R). - Gambar layout lokasi pemasangan.

- Perhitungan dan gambar konstruksi (dilengkapi fotocopy sertifikat keahlian). - Surat jaminnan kekuatan stuktur / konstruksi bangun reklame di tandatangani

ahli struktur yang bersertifikat. - Rekomendasi konten reklame.

- Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat pemasangan reklame (asli).

- Fotocopy kepemilikan tanah (SHM,SPPT) atau kontrak / surat kuasa yang disahkan oleh notaris atau Camat.

- Surat pernyataan siap memindahkan reklame, apabila dikemudian hari terjadi penataan terhadap lokasi pemasangan reklame tanpa menuntut ganti rugi.