Deskripsi tingkat kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan klasikal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKART TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
Yunitasari
Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat
kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, yang
hasilnya menjadi dasar dalam mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang
sesuai untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Stella Duce
2Yogyakarta.

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 104 siswa-siswi. Instrumen
penelitian berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kuesioner yang disusun terdiri dari
43 item berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional. Pengukuran validitas alat
ukur menggunakan telaah ahli (professional judgment) dan uji empiris dengan
teknik korelasi item-total, sedangkan uji reliabilitas alat ukur menggunakan teknik
belah dua gasal-genap (Spearman and Brown) dengan hasil perhitungan 0,882965
dan bantuan program SPSS (Statistic Programe for Social Science) versi 14.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sebanyak 35 Siswa (34%)
memiliki kecerdasan emosional Sangat Tinggi, (2) Sebanyak 58 (56%) Siswa
memiliki kecerdasan emosional Tinggi; (3) Sebanyak 10 Siswa (9%) memiliki
kecerdasan emosional Cukup; (4) Sebanyak 1 Siswa (1,%) memiliki kecerdasan
emosional Rendah; tidak ada siswa yang memiliki kecerdasan emosional Sangat
Rendah (0%). Hasil analisis capaian skor butir item dari instruemn penelitian
kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta terhadap
kecerdasan emosional menunujukan sebanyak 13 item (30%) berada pada kategori
Sangat Tinggi, 25 item (58%) berada pada kategori Tinggi, sebanyak 5 item
(12%) memiliki skor Cukup. Tidak ada item yang memiliki penilaian Rendah dan
Sangat Rendah.


vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


DESKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
Nama: Yunitasari
NIM :081114057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DESKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:
Nama: Yunitasari
NIM :081114057


PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO
j Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari esok, karena
hari besok mempunyai kesusahan sendiri. Kesusahan
sehari cukup untuk sehari. (Matius 6:34)
j Rencana Tuhan adalah damai sejahtera dan bukan
kecelakaan. (Yeremia 29:11)


iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Desember 2015
Penulis

Yunitasari


v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

:Yunitasari

NIM

:081114057


Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang
berjudul:
“DESKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS
VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2014/2015 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL”
Dengan demikian saya memberikan hak kepada Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk keperluan akademis tanpa
perlu memimta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya, selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 16 Desember 2015
Yang menyatakan,


Yunitasari
vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKART TAHUN PELAJARAN 2014/2015
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN KLASIKAL
Yunitasari
Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat

kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, yang
hasilnya menjadi dasar dalam mengusulkan topik-topik bimbingan klasikal yang
sesuai untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SMP Stella Duce
2Yogyakarta.
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 104 siswa-siswi. Instrumen
penelitian berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Kuesioner yang disusun terdiri dari
43 item berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosional. Pengukuran validitas alat
ukur menggunakan telaah ahli (professional judgment) dan uji empiris dengan
teknik korelasi item-total, sedangkan uji reliabilitas alat ukur menggunakan teknik
belah dua gasal-genap (Spearman and Brown) dengan hasil perhitungan 0,882965
dan bantuan program SPSS (Statistic Programe for Social Science) versi 14.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sebanyak 35 Siswa (34%)
memiliki kecerdasan emosional Sangat Tinggi, (2) Sebanyak 58 (56%) Siswa
memiliki kecerdasan emosional Tinggi; (3) Sebanyak 10 Siswa (9%) memiliki
kecerdasan emosional Cukup; (4) Sebanyak 1 Siswa (1,%) memiliki kecerdasan
emosional Rendah; tidak ada siswa yang memiliki kecerdasan emosional Sangat
Rendah (0%). Hasil analisis capaian skor butir item dari instruemn penelitian
kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta terhadap
kecerdasan emosional menunujukan sebanyak 13 item (30%) berada pada kategori
Sangat Tinggi, 25 item (58%) berada pada kategori Tinggi, sebanyak 5 item
(12%) memiliki skor Cukup. Tidak ada item yang memiliki penilaian Rendah dan
Sangat Rendah.

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan kasih,
karunia dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Penyusunan skripsi ini sebagai wujud dari seluruh pengetahuan dan
pengalaman penulis selama menjadi mahasiswa program studi Bimbingan dan
Konseling di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dra. Yulia Supriyati, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabaran
telah mengarahkan dan membimbing serta senantiasa memberi semangat dan
dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
4. Seluruh dosen Program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan
selama ini sehingga berguna bagi penulis.
5. Mas Moko, yang selalu setia dan sabar membantu penulis dalam hal suratmenyurat dan administrasi lainnya.
6. Dra. Anna Harsanti selaku Kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
7. Fransiska Romana Pipiet Cintia Sanjaya S.Pd dan Rosalia Desy
Kristianingrum S.Pd sebagai guru Bimbingan dan Konseling di SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin peneliti untuk melakukan
penelitian di sekolahan.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8. Seluruh siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta atas bantuan dan
kerjasamanya sebagai responden yang bersedia mingisi instrument penelitian
ini, sehingga pengumpulan data dapat berjalan dengan lancar.
9. Orangtuaku Alm. bapak Sutono dan Sri Hartuti atas dukungan dan doa
selama ini.
10. Kakak Novitasari yang selalu memberikan motivasi selama penulisan skripsi.
11. Suamiku yang selalu setia menemani, mendukung di dalam penulisan skripsi
ini.
12. Seluruh teman-teman Prodi Bimbingan Bimbingan Konseling 2008 yang
senantiasa memberi dukungan dan seamangat.
13. Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, maka
dengan hati yang terbuka dan tulus penulis mengharapkan berbagai kritik dan
saran yang nantinya berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis
memohan maaf atas segala kekurangan dan penulis berharap skrisi ini kelak
bermanfaat untuk pengembangan Bimbingan dan Konseling di dunia pendidikan.

Penulis

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .....................................................

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ...........................................

vii

ABSTRAK ...............................................................................................

viii

ABSTRACT ................................................................................................

viiii

KATA PENGANTAR ..............................................................................

x

DAFTAR ISI .............................................................................................

xi

DAFTAR TABEL .....................................................................................

xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... ..

1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. ..

1

B. Rumusan Masalah............................................................................ ..

4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. ..

4

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... ..

4

F. Batasan Istilah.....................................................................................

6

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................

7

A. Kecerdasan Emosional .....................................................................

7

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1. Faktor Kecerdasan Emosinal ......................................................

10

B. Remaja ..............................................................................................

21

1. Perkembangan Remaja ...............................................................

21

2. Keadaan Emosi Selama Masa Remaja ........................................

24

C. Bimbingan Klasikal ...........................................................................

28

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ..................................................

28

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ........................................................

29

3. Peran

Bimbingan

Klasikal

untuk

Meningkatkan

Kecerdasan

emosional ...................................................................................

30

BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................

31

A. Jenis Penelitian ...................................................................................

31

B. Prosedur Pengumpulan Data, Waktu dan Tempat Penelitian ...............

31

C. Responden Penelitian..........................................................................

32

D. Instrumen Penelitian ...........................................................................

37

E. Variabel Penelitian .............................................................................

35

F. Uji Empirik Terhadap Kuesioner ........................................................

37

1. Validitas Intrumen ......................................................................

40

2. Reliabilitas Instrumen ..................................................................

40

G. Teknik Analisis Data ..........................................................................

53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

58

A. Hasil Penelitian ................................................................................

58

1. Deskripsi Kecerdasan Emosional .................................................

58

2. Butir – Butir Konsep Kecerdasan Emosional Yang Rendah .........

60

B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................

61

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal ..........................................

69

BAB V PENUTUP ......................................................................................

72

A. Kesimpulan ........................................................................................

72

B. Saran-saran .........................................................................................

72

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

73

LAMPIRAN .................................................................................................

75

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1

Responden Penelitian ...................................................................

33

Tabel 2

Variabel Kecerdasan Emosional ...................................................

35

Tabel 3

Hasil Uji Reliabilitas ....................................................................

39

Tabel 4

Variabel Penelitian Setelah Uji Coba ............................................

46

Tabel 5

Kriteria Guilford ...........................................................................

48

Tabel 6

Item Belah Dua .............................................................................

49

Tabel 7

Kategori Skor Subjek Skala Kecerdasan Emosional siswa kelas VII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta ................................................... 55

Tabel 8

Kategori Skor Butir Skala Kecerdasan Emosional siswa kelas VII SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta ............................................................
56

Tabel 9

Distribusi Skor Kecerdasan Emosional..........................................

58

Tabel 10 Perhitungan Rata-rata Skor Tiap Butir Kuesioner .......................

60

Tabel 11 Item Yang Tergolong Cukup Tinggi .............................................

60

Tabel 12 Usulan Topik-Topik Bimbingan Klasikal ......................................

68

Tabel 13 Topik-Topik Bimbingan Klasikal ..................................................

70

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner

68

Lampiran 2 : Tabulasi Skor Uji Coba

71

Lampiran 3 : Tabulasi Penelitian

90

Lampiran 4 : Item-Item Tidak Valid

103

Lampiran 5 : Satuan Layanan Bimbingan
Lampiran 6 : Surat-Surat

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Kecerdasan emosional sering menjadi pembicaraan yang sangat
hangat di lingkungan pendidikan, karena kecerdasan emosi memiliki
peranan yang sangat penting bagi kesuksesan peserta didik. Goleman
(2002 :387 ) mengungkapkan bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang setingginya 20% bagi kesuksesan hidup seseorang, dan
sisanya 80% lainnya diisi oleh salah satunya kecerdasan emosional. Jadi,
jika seseorang ingi menjadi sukses tidak hanya mengendalikan kecerdasan
intelektual saja, namum kecerdasan emosional juga perlu dimiliki oleh tiap
orang.
Pentingnya kecerdasan emosional untuk membantu kesuksesan siswa
dalam belajar, dan alangkah baiknya jika ditanamkan sejak remaja.
Hakikat

kecerdasan

emosi

remaja

berkaitan

dengan

bagaimana

menggunakan kemampuan emosional untuk mengenal dan mengendalikan
diri sendiri serta memahami orang lain.
Emosi pada manusia sebenarnya mulai berkembang pada masa anakanak. Hurlock(1978) mengatakan bahwa kemampuan untuk berinteraksi

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

secara emosional sudah ada pada bayi. Gejala pertama, dapat dilihat dari
perilaku emosional pada bayi saat menerima rangsangan terhadap stimulus
yang kuat. Tapi, setelah bertambahnya usia, maka reaksi emosi seorang
anak akan berkurang dan menyebar.
Seiring bertambahnya usia mengakibatkan anak kurang mampu
mengelola reaksi emosi. Kurang mampunya anak mengelola reaksi emosi
terbawa sampai anak memasuki usia remaja. Salah satu contoh perilaku
remaja yang kurang mampu mengelola emosinya dapat dilihat melalui
perilaku emosi marah yang berlebihan dan remaja kurang mampu untuk
mengendalikannya.
Perilaku negatif remaja yang dapat dilihat di televisi adalah tawuran
remaja. Pada 2010, setidaknya terjadi 128 kasus tawuran antar pelajar.
Angka itu melonjak tajam lebih dari 100% pada 2011, yakni 330 kasus
tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah
terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar (tvonenews/2012/09/27).
Data tawuran diatas memperlihatkan bahwa masih banyak remaja
yang belum memiliki kecerdasan emosi sehingga perilaku yang di
perlihatkan adalah perilaku negatif. Apabila remaja sudah memiliki
kecerdasan emosi, maka perilaku yang muncul adalah perilaku yang
positif.
Terjadinya tawuran disebabkan karena kurang mampunya remaja
dalam mengelola dan mengendalikan emosinya secara positif. Biasanya
emosi negatif remaja muncul karena terpancing saling ejek antara satu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

sama lain dan remaja sendiri memiliki sifat yang mudah tersinggung. Hal
ini yang membuat tawuran diantara mereka.
Sewaktu penulis melakukan praktek mengajar disalah satu sekolah
SMP swasta di Yogyakarta, peneliti menemui siswa berkelahi sepulang
jam sekolah. Perkelahian mereka dikarenakan saling ejek antara dua kelas
sebelum jam istirahat. Peneliti merasa bahawa siswa belum mampu untuk
mengelola emosinya.
Peneliti sebenarnya ingin meneliti di sekolah tempat yang dulu
dilakukan prektek mengajar, karena di sekolah suwasta tersebut jumlah
siswanya kelas VII hanya satu kelas dan tidak mencukupi untuk dilakukan
penelitian. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian di sekolah suwasta
lainnya yang berada di kota Yogyakarta.
Dengan kecerdasan emosi remaja mampu menempatkan emosinya
pada porsi yang tepat, memilih kepuasan dan mengatur suasana hati
sehingga dapat memahami perasaan dan dapat membina hubungan yang
baik dengan orang lain. Salovey dan Meyer (Goleman 2002)
mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan memantau dan
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan untuk mengendalikan pikiran dan perasaan.
Atas dasar pemikiran diatas, peneliti merasa tertarik untuk membahas
masalah kecerdasan emosi remaja. Peniliti merasa bahwa kecerdasan
emosi sangat penting dimiliki oleh remaja karena dapat membatu dalam
menyelesaikan masalah. Dengan demikian peneliti mengambil judul

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

“Deskripsi Tingkat Kecerdasan Emosi Siswa Kelas VII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 Dan Implikasinya
Terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal”.
B. Rumusan Masalah
1. Seberapa tinggi kecerdasan emosi pada siswa kelas VII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Dari analisis capaian skor Butir-butir item hasil pengukuran yang
masih rendah akan dijadikan usulan topik-topik bimbingan yang
sesuai bagi kebutuhan kecerdasan emosi siswa kelas VII SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tinggi dan rendahnya kecerdasan emosi anak kelas VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN
2014/2015.
2. Menganalisis capaian skor butir-butir hasil pengukuran kecerdasan
emosional

yang belum optimal sebagai usulan topik-topik

bimbingan yang sesuai bagi para siswa kelas VII SMP STELLA
DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi pembaca, khususnya
mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan
memperkaya pengetahuan yang dimiliki mengenai kecerdasan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

emosional yang positif, sebagai bekal seorang calon guru
Bimbingan dan Konseling di sekolah dalam memaknai kecerdasan
emosional dan pengembangannya.
2. Manfaat Praktis
a. Siswa
Memperoleh informasi tentang pentingnya kecerdasan
emosional yang di tinjau dari masing-masing aspek, dan
diharapkan

siswa

termotivasi

untuk

meningkatkan

kecerdasan emosional.
b. Guru
Dapat memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam
mengembangkan kecerdasan emosional siswa.
c. Peneliti
Mengetahui kecerdasan emosional yang di miliki oleh para
siswa dan dapat digunakan sebagai bekal menjadi guru
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
d. Peneliti lain
Peneliti lain dapat memanfaatkan hasil penelitian ini
sebagai bahan referensi atau bahan pembanding dalam
melakukan penelitian mengenai kecerdasan emosional agar
dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

E. Batasan Istilah
1.

Kecerdasan Emosional
Kemampuan untuk mengenal emosi diri, mengelola emosi diri,
memotivasi diri sendiri, mengenal emosi orang lain, dan membina
hubungan dengan orang lain. Sebagaimana ditulis dengan instrumen
tingkat kecerdasan emosional para siswa SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.

2.

Siswa adalah seluruh kelas yang didata untuk dilakukan penelitian di
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

3.

Bimbingan klasikal adalah proses bimbingan yang dilakukan pada jam
pelajaran yang telah di tentukan pihak sekolah.

4.

Usulan topik-topik bimbingan adalah suatu topik yang direncanakan
menjadi bahan bimbingan sebagai acuan pelaksanaan bimbingan
untuk pembimbing dalam meningkatkan kecerdasan emosional para
siswa.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini membuat pembahasan mengenai kecerdasan emosional yang
mencakup: pengertian kecerdasan emosional, faktor kecerdasan emosional,
perkembangan remaja, keadaan emosi selama masa remaja, dan bimbingan
klasikal.
A. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
Salovey dan Mayer (Shapiro, 1998:8) mendefinisikan kecerdasan
emosional atau yang sering disebut EQ sebagai :
“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing pikiran dan tindakan.”
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak
bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan
lingkungan

terutama orang tua

pada masa

kanak-kanak sangat

mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.
Menurut Shapiro (1998-10) keterampilan EQ bukanlah lawan
keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi
7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.
Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan.
Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan
oleh Bar-On (Goleman, 2000 :180) pada tahun 1992 seorang ahli psikologi
Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian
kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan

dan tekanan

lingkungan.
Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman,
2000 : 50-53) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang
monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan
ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu
linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan
intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan
pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Menurut Gardner (Goleman, 2002 : 52), kecerdasan pribadi terdiri
dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana
bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra
pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri.
Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri
sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara
efektif.”
Dalam rumusan lain, Gardner (Goleman, 2002 : 53) menyatakan
bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk
membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen,
motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang
merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses
menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk
membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk
menuntun tingkah laku”.
Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut,
Salovey (Goleman, 2002:57) memilih kecerdasan interpersonal dan
kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap
kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,
mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain
(empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan
orang lain.
Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah
kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi
(to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan
emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 10

expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional
adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi
diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan
kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.
1. Faktor Kecerdasan Emosional
Goleman

mengutip

Salovey

(2002:58-59)

menempatkan

menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan
tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
a. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini
merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002 :
64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu
menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.
Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 11

merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi
sehingga individu mudah menguasai emosi.
Kemampuan mengenali emosi diri adalah suatu kemampuan untuk
mengenali emosi pada saat emosi itu mencul dan dapat mengetahui
emosi apa yang muncul. Setelah mengetahui emosi apa yang muncul
dibutuhkan kesadaran akan emosinya sehingga kita tidak dikuasai oleh
emosi tersebut. Kesadaran diri adalah perhatian secara terus menerus
terhadap keadaan batin seseorang. Perhatian terhadap kesadaran diri
akan mampu memandang setiap kejadian secara netral, bukan larut
mengikuti emosi yang muncul atau berreksi secara berlebihan dan
melebih-lebihkan apa yang diserap. Orang yang dapat menyadari
emosinya dapat membantu mencintakan kebahagiaan diri. Menurut
Goleman (2001:80) kesadaran diri meliputi kesadaran emosi,
penilaian diri dan percaya diri.
1) Kesadaran emosi
Goleman (2001:84) berpendapat bahwa orang yang memiliki
kesadaran emosi yg baik cenderung akan:
a) Mengetahui

emosi

yang

sedang

dirasakan

dan

mempertanyakan mengapa emosi itu bisa muncul.
b) Menyadari adanya hubungan antara parasaan yang sedang
dialami dengan yang dipikirkan, diperbuat dan dikatakan.
c) Mengetahui perasaan yang dirasakan dapat mempengaruhi
kinerjanya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 12

Orang yang kesadaran emosinya kurang baik dapat
membuatnya rentan terhadap akibat ledakan emosi sehingga
mudah tergelincir dalam emosi yang tidak menentu. Orang
dengan kesadaran emosi yag tinggi dapat membantu dirinya
dalam mengelola perasaan yang tidak menentu sehingga dapat
menyesuikan diri dengan tepat terhadap perasaan orang lain dan
mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain.
2) Penilaian diri
Goleman

(2001:96-97) berpendapat

bahwa orang

yang

memiliki kemampuan dalam menilai diri cenderung akan:
a) Memiliki kesadaran tentang kekuatan dan kelemahan
dirinya.
b) Memberikan waktu untuk berrefleksi dan belajar dari
pengalaman.
c) Membuka diri terhadap umpan balikyang tulus dan bersedia
menerima

prespektif

baru,

mau

terus

belajar

dan

mengembangkan diri.
d) Mampu menunjukkan rasa humor dan bersedia memandang
dirinya sendiri dengan prespektif yang luas.
3) Percaya diri
Orang yang percaya diri umumnya dapat memandang dirinya
sendiri sebagai orang yang produktif dan mampu menghadapi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 13

tantangan. Goleman (2001:107) memiliki pendapat bahwa
orang yang memiliki percaya diri akan:
a) Berani tampil dimuka umum dengan penuh keyakinan diri
serta berani menyatakan “keberaniannya”.
b) Berani mengemukakan pandangan yang tidak populer dan
bersedia berkorban demi kebenaran.
c) Tegas dan mampu membuat keputusan yang baik meskipun
dalam keadaan yang sulit dan tertekan.
b. Mengelola Emosi
Mengelola

emosi

merupakan

kemampuan

individu

dalam

menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras,
sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar
emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju
kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,
2002 : 77-78). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk
menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau
ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.
Menurut Goleman (2001:125 ) mengelola emosi terdiri dari:
a) Mengendalikan emosinya sendiri.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 14

Orang yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosinya
sendiri, maka ia mampu:
1) Mengelola emosi-emosi yang menekan secara baik.
2) Tetap teguh, bersikap positif serta tidak goyah dalam
menghadapi situasi yang paling berat sekalipun.
3) Berfikir secara jernih meskipun dalam keadaan tertekan.
b) Dapat dipercaya
Menurut Golemen (2001:140) orang yang memiliki kemampuan
dapat di percaya, mampu:
1) Bertindak seturut etika yang ada dalam lingkungan dan
berusaha tidak membuat malu orang lain.
2) Membangun kepercayaan.
3) Mengakui kesalahan yang dilakukan sendiri dan berani
menegur perbuatan yang tidak dapat diterima.
4) Berpegang kepada prinsip secara teguh.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Menurut Effendy (1988:51-52) memotivasi adalah dorongan untuk
mengambil suatu tindakan yang dikehendaki dalam rankaian
mencapai tujuan. Dilihat dari asalnya motivasi dapat digolongkan
menjadi dua macam motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang timbul dari diri sendiri untuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 15

mengambil tindakan yang dikehendaki. Sedangkan motivasi ekstrinsik
sendiri adalah dorongan yang timbul dari luar diri untuk mengambil
tindakan yang di kehendaki.
Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap

kepuasan

dan

mengendalikan

dorongan

hati,

serta

mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri (Goleman, 2002:110-111).
Menurut Goleman untuk menumbuhkan motivasi seseorang perlu
adanya kondisi flow pada diri orang tersebut. Flow adalah keadaan
lupa sekitar, lawan dari lamunan dan kekhawatiran, bukannya
tenggelam dalam kesibukan yang tak tentu arah. Momen flow tidak
lagi bermuatan ego. Orang yang dalam keadaan flow menampilkan
penguasaan hebat terhadap apa yang mereka kerjakan, respon mereka
sempurna senada dengan tuntutan yang selalu berubah dalam tugas
itu, dan meskipun orang menampilkan puncak kinerja saat sedang
flow, mereka tidak lagi peduli pada bagaimana mereka bekerja, pada
fikiran sukses atau gagal. Kenikmatan tindakan itu sendiri yang
memotivasi mereka (Goleman 2002 : 128)

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 16

Kemampuan memotivasi diri sendiri menurut Goleman (2002:128130) meliputi aspek:
1) Dorongan untuk berprestasi
Orang yang memiliki dorongan untuk berprestasi memiliki
kemampuan:
a) Berorientasi pada tujuan dengan semangat juang yang
tinggi untuk meraihnya.
b) Menetapka tujuan yang menantang dan mengambil resiko.
c) Mencari informasi sebanyak-banyaknya untuk mengurangi
ketidak pastian dan mencari cara yang lebih tepat.
d) Terus belajar untuk meningkatkan prestasi.
2) Memiliki komitmen
Orang yang memiliki komitmen tinggi mampu:
a) Berkorban demi tercapainya tujuan.
b) Merasakan dorongan semangat dalam mencapai tujuannya
yang utama dalam hidupnya.
c) Mempertimbangkan

nilai-nilai

yang

diterima

masyarakat untuk mengambil keputusan.
d) Mencari peluang untuk memenuhi kebutuhannya.
3) Memiliki inisiatif

dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 17

Orang yang memiliki inisiatif yaitu:
a) Memanfaatkan peluang untuk memajukan dirinya.
b) Mengejar sasaran lebih dari apa yang di harapkannya.
c) Berani melanggar batasan dan aturan yang tidak prinsip
apabila perlu, agar tugas dapat dilaksanakan.
d) Berani

mengajak

orang

la in

berkerjasama

untuk

menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
4) Optimis
Orang yang memiliki sifat optimis mampu
a) Bersikap tekun dalam mengejar cita-cita meski banyak
hambatan,
b) Bekerja atau belajar dengan harapan untuk sukses dan tidak
takut gagal,
c) Berani belajar dari kegagalan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga
empati. Menurut Goleman (2002 : 57) kemampuan seseorang untuk
mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati
seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu
menangkap

sinyal-sinyal

sosial

yang

tersembunyi

yang

mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 18

mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.
Rosenthal dalam penelitiannya menunjukkan bahwa orang-orang
yang mampu membaca perasaan dan isyarat non verbal lebih mampu
menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih mudah
beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi
menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mampu membaca atau
mengungkapkan emosi dengan baik akan terus menerus merasa
frustasi (Goleman, 2002 : 172). Seseorang yang mampu membaca
emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Semakin
mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan
mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai
kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
Menurut Goleman (2002:404) orang yang memiliki kemampuan
mengenali emosi orang lain memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Lebih mampu menerima sudut pandang orang lain,
2) Memiliki kepekaan terhadap orang lain.
3) Lebih baik dalam mendengarkan orang lain.
e. Membina Hubungan
Kemampuan

dalam

membina

hubungan

merupakan

suatu

keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan
keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002 : 59). Keterampilan dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 19

berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan
membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan
orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan
ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orangorang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang
menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman,
2002 :59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain
dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa
berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang
dilakukannya.
Beberapa hal yang diperlukan supaya relasi dengan orang lain
dapat terjalin dengan baik:
1) Kemampuan dalam melakukan pembukaan diri
Menurut johnson ( Supratiknya 1995:14) pembukaan diri
memiliki dua sisi yaitu bersikap terbuka kepada orang lain dan
bersikap terbuka bagi yang lain. Bersikap terbuka bukan berarti
mengungkap sedetail mungkin hal-hal yang intim/ sangat
pribadi dengan masa lalu kita. Apabila proses pembukaan diri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 20

dilakukan dengan baik antara kedua belah pihak yaitu terbuka
kepada yang lain dan terbuka bagi yang lain akan membuat
relasi menjadi terbuka. Pembukaan diri adalah dasar bagi
hubungan yang sehat antara dua orang.
2) Kemampuan dalam berkomunikasi secara jelas.
Komunikasi sangat penting bagi

kelanangsungan hidup

manusia didalam pekerjaan, didalam keluarga, didalam
lingkungan tempat tinggal. Menurut Jhonson (Supratiknya
1995:9) ada beberapa peranan yang disumbangkan oleh
komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup:
a) Membantu perkembang intelektual dan sosial kita.
b) Lewat komunikasi jati diri dan identitas terbentuk.
c) Memahami realitas di sekeliling kita serta menguji
kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki
tentang dunia sekitar.
d) Kesempatan mental kita sebagian besar ditentuka oleh
kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponenkomponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional
sebagai faktor untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosion

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 21

A. Remaja
1. Perkembangan Remaja
Istilah adolesence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Piaget, secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Secara umur, belum ada yang
dapat menjelaskan secara pasti rentang usia pada remaja. Namun secara
umum, usia pada remaja perempuan berkisar antara 12-21 tahun,
sedangkan pada remaja laki-laki 13 – 22 Tahun.
a. Karakteristik remaja
Sedangkan menurut Hurlock (2009:200-210) terdapat 8 karakteristik
atau ciri-ciri pada masa remaja, yaitu:
1) Masa remaja sebagai periode penting
Masa remaja adalah periode yang penting karena pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja yang akan
berdampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja merupakan periode transisi atau peralihan dari
masa anak-anak menuju dewasa, dimana status individu tidaklah
jelas dan terdapat keraguan akan peranannya. Pada masa ini

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 22

remaja bukan lagi seorang anak dan belum dapat disebut dewasa.
Namun, ketidakjelasan akan statusnya ini menguntungkan remaja
itu sendiri karena status memberi waktu kepadanya untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,
nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Perubahan pada masa remaja dalam sikap dan perilaku sejajar
dengan tingkat perubahan fisiknya. Terdapat empat perubahan
pada remaja yang hampir bersifat universal, yaitu meningginya
emosi; perubahan tubuh, minat dan peran; berubahnya minat, pola
dan perilaku yang menyebabkan perubahan nilai; serta sikap
ambivalen terhadap setiap perubahan.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada masa remaja, individu sering menemukan berbagai
masalah yang sulit dihadapi. Terdapat dua alasan bagi kesulitan
itu, yakni remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah
karena pada masa anak-anak masalah yang dihadapi seringkali
diselesaikan oleh orangtua atau guru. Selain itu, remaja merasa
dirinya mandiri sehingga mereka menolak bantuan orang lain
dalam menyelesaikan masalahnya.
5) Masa remaja sebagai masa indentitas
Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok
adalah hal yang penting tetapi lambat laun mereka mulai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 23

mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
sama dengan teman-teman. Identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam
masyarakat. Pengertiannya akan “siapa aku” dipengaruhi oleh
pandangan orang-orang sekitarnya serta pengalaman-pengalaman
pribadinya dalam menentukan pola perilakunya sebagai orang
dewasa.
6) Masa remaja sebagai usia yg menimbulkan ketakutan
Masa remaja terkadang bersikap negatif dan sulit diatur
sehingga menimbulkan kerusakan yang menjadikan orangtua dan
orang disekitarnya menjadi takut.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis
Remaja cenderung memandang kehidupan dari penilaiannya
sendiri, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sbgaimana kenyataannya.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Setelah masa akhir remaja seseorang akan memasuki masa
dewasa oleh karena itu remaja mulai memusatkan diri pada
perilaku yang dihubungkan pada status dewasa.
b. Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Hurlock (2009:211), terdapat 10 tugas perkembangan
remaja, yaitu:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 24

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orangtua
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa;
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
10) Memahami

dan

mempersiapkan

berbagai

tanggung

jawab

kehidupan keluarga.
Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut
akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Sebaliknya,
ketika terdapat satu atau beberapa tugas perkembangan yang tidak
terselesaikan maka akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan
dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 25

2. Keadaan Emosi Selama Masa Remaja
Hurlock (2009:212) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan atau masa transisi dari masa kanak-kanak menuju mas dewasa
yang diikuti dengan berbagai masalah yang ada, karena ada perubahan
fisik, psikis dan sosial. Perubhan-perubahan yang terjadi pada diri remaja
menuntut remaja untuk melakukan penyesuaian antara keinginan diri
mereka dengan tuntutan dari lingkungan atau masyarakat. Hambrug
(Goleman 2009:390) mengatakan bahwa sekolah adalah wadah dan
pengalaman menentukan yang akan sangat mempengaruhi masa remaja
anak dan selanjutnya. Rasa harga diri anak akan tergantung oleh
keberhasilan di sekolah. Seorang anak yang gagal di sekolah akan
menimbulkan sikap yang menghancurkan diri sendiri yang dapat
meredupkan harapan untuk sepanjang sisa hidupnya. Proses penyesuaian
tersebut tidak jarang menimbulkan berbagai macam konflik, begitu juga
kondisi fisik lingkungan yang tidak selalu dapat memenuhi kebutuhan
remaja. Menurut Hurlock (2009:213) masa remaja secara tradisional
dianggap sebagai masa “badai dan tekanan” yaitu suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan
kelenjar.
Hurlock (2009:213) lebih lanjut menjelaskan bahwa pola emosi pada
masa remaja adalah sama dengan pola emosi pada masa anak-anak yaitu
marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira sedih dan kasih sayang
perbedaannya hanya terletak pada rangsangan yang membangkitkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 26

emosi. Saat marah ramaja tidak menggunakan amarah secara meledakledak melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan
suara keras mengkeritik orang-orang yang menyebabkan amarah.
Gessel dkk (Hurlock 2009:213) mengatakan bahwa pada awal
masalah remaja mereka mudah marah, emosi cenderung meledak-ledakdan
tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Disini akan di jelaskan apa
saja yang membuat timbulnya emosi remaja dan pola emosi remaja.
a.

Hal-hal yang menyebabkan timbulnya emosi pada masa remaja
Menurut Hurlock (2009:218), terdapat beberapa penyebab timbulnya
emosi pada masa remaja, yaitu:
1) James & Large mengatakan emosi itu timbul karena pengaruh
perubhan jasmani atau kegiatan individu. Misalnya menangis
karena sedih dan tertawa karena senang.
2) Lindsely mengatakan bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan
yang terlalu keras dari susunan syaraf terutama otak. Misalnya
apabila remaja mengalami frustrasi ini menyebabkan susunana
syaraf bekerja sangat keras dan menimbulkan sekresi kelenjarkelanjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka
hal itu akan menimbulkan emosi.

b.

Pola emosi remaja
Menurut Hurlock (2009:210) teori kepribadian, emosi remaja
dipengaruhi oleh beberapa perubahan:

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI 27

1) Perubahan kondisi tubuh
Tidak semua remaja dapat menerima kondisi tubuh diusianya. Hal
ini sering kali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosi
remaja.
2) Perubahan pola interaksi dengan orang tua
Pola interaksi orang tua dengan anak, termaksuk remaja sangat
bervariasai, seperti memaksa kehendak pada anak, memanjakan
anak atau ada juga yang penuh cint