Peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui metode video critic pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam

(1)

MELALUI METODE VIDEO CRITIC PADA MATA

PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I)

Oleh

SITI AMINAH

NIM 108011000155

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional dan Video Critic.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui penerapan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa, 2) Mengetahui efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran SKI. Penelitian ini dilakukan di SMPI At-Taqwa Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrument yang digunakan adalah lembar observasi

aktivitas siswa, angket, dan wawancara guru. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan metode Video Critic

dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Hal ini dapat terlihat dari hasil rata-rata persentase observasi siswa yang mengalami peningkatan dari 64,76% pada siklus I, menjadi 75,59% pada siklus II, dan rata-rata angket kecerdasan emosional siswa dari 64,84% pada siklus I, menjadi 73,33% pada siklus II.


(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan Agama Islam. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan dan hambatan . Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak

maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibu dan ayah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Kedua kakakku Nurhasanah dan Aisah, adikku M.Amin yang telah memberikan motivasi, serta doanya kepada penulis. 2. Pembimbing skripsi, Siti Khadijah, MA, yang dengan kesabaran,

bimbingan, masukan serta mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, Dr.H.Abdul Majid Khon, M.Ag 4. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Marhamah Saleh,.Lc.,MA 5. Penasihat akademik, Tanenji, MA.


(7)

iii

jurusan yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi.

7. Bapak Kepala Sekolah SMPI At-Taqwa Pamulang, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini. Serta Maziyah Afta, S.si guru SKI kelas VII membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

8. Cici Sukarsih, selaku kakak kelas dan guru matematika SMPI At-Taqwa Pamulang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

9. Keluarga besar MHTI Chapter kampus Ciputat 10.Rubin At-Tasqif

11.Sahabat PAI kelas E

12.Semua orang yang berjasa dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka dengan balasan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 16 Desember 2013 Penulis


(8)

v

Lembar Pengesahan Pembimbing Surat Pernyataan Karya Sendiri

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II Deskripsi Teoritik, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis A. Kecerdasan Emosional ... 8

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 8

2. Komponen Kecerdasan Emosional ... ... 11

3. Indikator Kecerdasan Emosional ... 16

B. Metode Video Critic… ... 17

1. Pengertian Metode Video Critic…...………..17

2. Karakteristik Video ………..……….…..19

3. Penerapan Metode Video Critic dalam Pembelajaran ... ………….21

a. Langkah-langkah Pemanfaatan Video ………...21

b. Langkah-langkah Metode Video Critic………...22

c. Langkah-langkah Guru dalam Penggunaan Video .………...22

d. Kelebihan Metode Video Critic dalam Pembelajaran ...23


(9)

vi

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan... 27

F. Hipotesis Tindakan... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan... 29

1. Metode Penelitian ... 29

2. Desain Penelitian ... 31

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan……….…………...33

D. Subyek Penelitian/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian ... 33

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 34

F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan ... 34

G. Data dan Sumber Data ... 37

H. Teknik Pengumpulan Data ... 38

I. Instrumen- instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan ... 38

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan Studi ... 40

K. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ... 41

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 43

1. Survei Pendahuluan ... 43

2. Data Hasil Tindakan ... 44

A. Siklus I ... 45

B. Siklus II ... 54

B. Analisis Data ... 58

1. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Lembar Observasi .... 58

2. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Angket ... 68

3. Analisis dan Interpretasi Data Berdasarkan Hasil Wawancara ... 90

C. Interpretasi Hasil Analisis ... 90


(10)

vii

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97 LAMPIRAN ... 99

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional ... 39 Tabel 4.1 Rekapitulasi aspek sikap siswa ... 51 Tabel 4.2 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi

standar keberhasilan ………..………...69

Tabel 4.3 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi

standar keberhasilan ………..…...70 Tabel 4.4 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan

sasaran kelompok atau lembaga ... ...70 Tabel 4.5 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan

sasaran kelompok atau lembaga ... 70 Tabel 4.6 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ... 71 Tabel 4.7 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ... 71 Tabel 4.8 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran

kendati ada halangan dan kegagalan ... 72 Tabel 4.9 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran

kendati ada halangan dan kegagalan ………...72

Tabel 4.10 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran

kendati ada halangan dan kegagalan ... ………...73 Tabel 4.11 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan

menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ...74 Tabel 4.12 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan

menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ... 74 Tabel 4.13 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan

menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka ... 75 Tabel 4.14 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan


(11)

viii

perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

kemampuan orang lain ... ...76 Tabel 4.16 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang

melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ...76 Tabel 4.17 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang

melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ...77 Tabel 4.18 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan

berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………...77 Tabel 4.19 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan

berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………...78 Tabel 4.20 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah

kelompok dan hubungannya dengan perasaan ... ...78 Tabel 4.21 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah

kelompok dan hubungannya dengan perasaan ...79 Tabel 4.22 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi

standar keberhasilan ………..………...79 Tabel 4.23 Dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi

standar keberhasilan ………...80 Tabel 4.24 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan

sasaran kelompok atau lembaga ... ...80 Tabel 4.25 Komitmen yaitu menyesuaikan diri dengan

sasaran kelompok atau lembaga ... 81 Tabel 4.26 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ... 81 Tabel 4.27 Inisiatif yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan ... 82 Tabel 4.28 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran

kendati ada halangan dan kegagalan ... 82 Tabel 4.29 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran

kendati ada halangan dan kegagalan ………...83

Tabel 4.30 Optimisme yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran


(12)

ix

Tabel 4.32 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan

menunjukkan minat aktif terhadap kepengtingan mereka ... 84 Tabel 4.33 Memahami orang lain yaitu mengindera perasaan dan

menunjukkan minat aktif terhadap kepengtingan mereka ... 85 Tabel 4.34 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan

perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

kemampuan orang lain ... 86 Tabel 4.35 Mengembangkan orang lain yaitu merasakan kebutuhan

perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan

kemampuan orang lain ... 86 Tabel 4.36 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang

melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ... 87 Tabel 4.37 Memanfaatkan keragaman yaitu menumbuhkan peluang

melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang ... 87 Tabel 4.38 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan

berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………...88 Tabel 4.39 Orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengenali dan

berusaha memenuhi kebutuhan orang lain ………...88 Tabel 4.40 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah

kelompok dan hubungannya dengan perasaan ... 89 Tabel 4.41 Kesadaran politis yaitu membaca arus-arus emosi sebuah


(13)

x

Gambar 4.1 Aktivitas siswa menyimak video pembelajaran ... 47 Gambar 4.2 Aktivitas siswa mencatat hal-hal penting dalam pembelajaran .... 51


(14)

xi


(15)

xii

Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Lampiran 3 : Angket Kecerdasan Emosional

Lampiran 4 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Sebelum Tindakan Lampiran 5 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Siklus 1

Lampiran 6 : Perhitungan Angket Kecerdasan Emosional Siswa Siklus II Lampiran 7 : Lembar observasi siswa siklus I dan II


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya meningkatkan mutu pembelajaran menjadi topik utama dalam dunia pendidikan baik dari para praktisi pendidikan maupun lembaga-lembaga pendidikan. Hal ini seiring dengan meningkatnya sains modern dan teknologi yang menghadapkan mereka pada tantangan yang sangat kompleks sehingga semakin mendorong para praktisi pendidikan maupun lembaga-lembaga pendidikan dalam menciptakan pendidikan berkualitas yang diharapkan mampu mengatasi dan menjawab problematika pendidikan.

Para pendidik menjadi sorotan publik dalam menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, baik dari kalangan orangtua, masyarakat, maupun pemerintah. Pendidik sebagai kunci dari kegiatan pembelajaran, tidak hanya mengendalikan perencanaan aktivitas pengajaran tetapi juga mengelola potensi siswa dengan maksimal.

Sebagaimana termaktub dalam undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 BAB I Pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan PBM atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan PBM. Seringkali muncul

1


(17)

berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.

Salah satu kelemahan utama pendidikan kita adalah tidak membangun kesadaran kritis siswa dalam belajar. Guru lebih banyak menjejalkan pengetahuan ke dalam otak siswa atau transfer of knowledge tanpa mengetahui apakah pengetahuan yang diberikan diserap dengan baik atau tidak. Guru dalam berbagai perbincangannya senantiasa membicarakan kepandaian anak atau kecerdasan anak yang hanya menekankan pada aspek intelektual dan prestasi akademik saja. Sementara di sisi lain terjadi kemerosotan dan kekurangwaspadaan terhadap perkembangan aspek sosial dan emosional anak. Masih banyaknya guru yang melupakan peranan perasaan dalam proses pendidikan seperti kesadaran diri, empati, motivasi, seni mendengarkan, dan sebagainya.

Temuan Priyo dalam disertasinya mengungkapkan, bahwa dalam interaksi pembelajaran yang bersifat kognitifpun, terdapat banyak tindakan di dalam kelas yang melibatkan emosi guru, di sisi lain banyak juga tindakan siswa di dalam kelas yang mencerminkan keadaan emosinya. Oleh karena itu, mestinya proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dikemas dengan tidak hanya melibatkan kemampuan intelektual saja, melainkan juga mengedepankan kemampuan dan perilaku yang mencerminkan kondisi kecerdasan emosional, sehingga hubungan antara guru dan siswa menjadi seimbang dan terciptalah hubunganpembelajaran transaksional.2

Karena itu, kedua aspek kecerdasan ini hendaknya dikembangkan dalam dunia pendidikan secara bersama-sama, sehingga lulusan sekolah yang dihasilkan tidak hanya memahami dan mengerti tentang pengetahuan kognitif dan akademik belaka, tetapi mereka juga memiliki kemampuan dalam aspek kecerdasan emosional, sehingga mampu membangun daya perhatian, perasaan empati maupun motivasi siswa dalam belajar.

Dalam lingkup pendidikan agama Islam, ada beberapa bidang studi Islam yang dipelajari, salah satunya yaitu Sejarah Kebudayaan Islam

2

Nasirudin, “Tindakan Guru dalam Pembelajaran Pengembangan Kecerdasan


(18)

(SKI). SKI menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam kurikulum sekolah, baik Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), maupun Madrasah Aliyah (MA). Sejarah sebagai tulisan atau dokumentasi merupakan sarana penting bagi manusia dalam mempelajari kemajuan dan kemunduran yang terkandung dalam berbagai peristiwa di masa lalu. Dengan demikian, pelajaran dari peristiwa masa lalu yang sudah menjadi unsur-unsur sejarah berguna dalam memaknai hidup yang tengah berjalan demi kemajuan di masa depan.3

SKI merupakan bidang studi yang materinya berisikan peristiwa sejarah masa lalu yang saat ini dianggap sebagai pelajaran yang kurang menarik. Selain itu dalam realitanya, guru hanya menyampaikan informasi yang bersumber dari buku teks saja dengan pendekatan yang monoton baik metode ceramah atau merangkum pelajaran. Padahal metode tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa bahkan siswa tidak lagi termotivasi untuk mempelajarinya lebih mendalam. Faktor-faktor ini pula yang mengakibatkan belum adanya emosi yang terbangun dalam diri siswa akan pentingnya SKI. Oleh karena itu guru perlu mensiasati metode yang variatif dalam proses pembelajaran SKI, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan emosional siswa dalam memahami pentingnya pelajaran. Dengan meningkatkan kecerdasan emosi diharapkan siswa mampu memahami pentingnya SKI dan terdorong untuk lebih banyak mempelajari sejarah itu sendiri bukan hanya sekedar menambah informasi belaka melainkan memahaminya sebagai pelajaran yang penting sehingga ketika mempelajarinya siswa tidak lagi merasa bosan.

Secara umum apa yang disebut kecerdasan adalah kemampuan mental seseorang merespon dan menyelesaikan problem dari hal-hal yang bersifat kuantitatif dan fenomenal, seperti matematika, fisika, sejarah, dan sebagainya. IQ saja tidaklah cukup untuk menghadapi tantangan masa

3

Wijaya Kusumah dan Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Permata Puri Media, 2010), h. 117


(19)

kini, tetapi diperlukan kemampuan pengetahuan untuk mengenal dan

memahami “diri sendiri” dan sesamanya.4

Dengan menumbuhkan daya perhatian siswa, perasaan empati maupun motivasi dalam belajar SKI, diharapkan siswa mampu meningkatkan kecerdasan emosinya dalam memahami nilai-nilai penting yang terdapat dalam pelajaran SKI, sehingga tidak lagi menganggap pelajaran SKI membosankan serta adanya proses menanamkan pemahaman oleh guru kepada siswa dari materi SKI yang dipelajari.

Rasulullah SAW bersabda:

سف سف ا إو هلك سجلا حلص حلص ا إ ً غضم سجلا يف ّاو

يلع قفتم) .بلقلا يهو اأ هلك سجلا

“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika segumpal darah itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati.” (Muttafaq Alaih)5

Dalam proses pembelajaran guru harus berupaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan menumbuhkan semangat dan empati siswa serta berusaha menampilkan SKI sebagai mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaran semakin meningkat. Guru SKI idealnya tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa-siswanya, tetapi juga mampu memberikan stimulus yang tepat bagi siswa untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga dapat membangun kecerdasan emosi yang dibutuhkan.

Unang mengemukakan bahwa guru harus menentukan dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif, guru bisa memilih metode yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan, media pengajaran dan sebagainya.6

4

Basuki, Kecerdasan Emosional: Esensi dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam, Jurnal Cendekia Vol 5, (Ponorogo, 2007), h.19-20

5

Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2010), h.vii

6

Unang Subandi, Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Keagamaan Pengelolaan Pondok Pesantren, Strategi Belajar Mengajar dan Prestasi Belajar, (UIN Sunan Gunung Djati: FITK, 2009), h. 94


(20)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka sudah seharusnya guru berusaha optimal dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Guru harus mampu memilih metode yang tepat dan efektif, sebab tidak semua pelajaran bisa menggunakan metode yang sama, selain itu guru dituntut pula untuk menguasai berbagai metode, atau mengkombinasikannya. Artinya, guru membutuhkan variasi-variasi dalam penggunaan tehnik penyajian, supaya kegiatan belajar mengajar tidak membosankan. atau dengan kata lain mencapai indikator yang telah direncanakan.

Pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu Guru untuk meningkatkan kecerdasan emosi siswa seperti membangun daya perhatian, empati maupun motivasi siswa dalam belajar SKI. Dalam hal ini guru dapat menampilkan media yang menarik perhatian siswa, diantaranya yaitu video. Video dapat membantu para guru mengetahui pendekatan baru yang bisa digunakan untuk menarik daya perhatian dan empati siswa, karena pembelajaran model ini lebih memungkinkan siswa untuk fokus terhadap apa yang ia simak. Guru bisa menggunakan video untuk melibatkan emosi peserta didiknya dalam proses pembelajaran sehingga proses penyampaian isi-isi pengajaran menjadi lebih berkesan.

Selain itu, Guru perlu mengetahui bahwa untuk membangkitkan emosi siswa pada pelajaran SKI tidak cukup hanya menggunakan video lalu murid menyimak apa yang mereka tonton tanpa ada tindak lanjut dari kegiatan tersebut. Melainkan guru juga dapat mendukung kegiatan pembelajaran melalui metode Video Critic. Karena dalam Video Critic ini, siswa tidak hanya menonton tetapi diarahkan untuk mengkritisi tayangan video yang ditontonnya. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa memahami pentingnya materi yang dipelajari sehingga muncul rasa keingintahuan dan ketertarikan siswa terhadap SKI.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul


(21)

“Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Metode Video

Critic Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: 1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan

SKI masih kurang menekankan pada pemahaman siswa akan pentingnya SKI.

2. Ketidaktepatan guru dalam pemilihan metode dan media pembelajaran SKI berakibat pada kurang berkembangnya kecerdasan emosional siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rancangan pembelajaran SKI yang akan diterapkan dengan metode

Video Critic.

2. Mata pelajaran SKI kelas VII semester II materi Sejarah Bani Umayyah

3. Kecerdasan emosional siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat belajar agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif.

b. Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.

4. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Islam At-Taqwa Pamulang.


(22)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

2. Bagaimana efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran SKI.

E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Hasil Penelitian

a. Untuk mengetahui penerapan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa

b. Untuk mengetahui efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran SKI.

2. Kegunaan Hasil Penelitian

a. Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam memahami cara meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan diterapkannya metode Video Critic.

b. Dapat memberikan kontribusi kepada guru mata pelajaran SKI dalam menentukan metode yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI.

c. Menambah ilmu pengetahuan, menjadi bahan referensi dan pertimbangan pengembangan penelitian yang sejenis bagi peneliti lainnya.


(23)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan antara lain yaitu: (1) Empati (kepedulian), (2) Mengungkapkan dan memahami perasaan, (3) Mengendalikan amarah, (4) Kemampuan Kemandirian, (5) Kemampuan menyesuaikan diri, (6) Diskusi, (7) Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, (8) Ketekunan, (9) Kesetiakawanan, (11) Keramahan (11) Sikap hormat.1

Beberapa pendapat yang mengemukakan tentang kecerdasan emosional diantaranya sebagai berikut:

Menurut Salovey dan Mayer kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan”.2

Sedangkan menurut Steven J. Stein dan Howard E. Book kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.3

Adapun menurut Robert dalam Hamzah B. Uno mengatakan bahwa kecerdasan emosional memotivasi seseorang untuk mencari manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam,

1

Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Gramedia Utama, 2006), h. 68-69

2

Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 513

3


(24)

mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.4

Reuven Bar-On sebagaimana dikutip oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, dalam Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.5 Kecerdasan emosional bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual, namun keduanya saling bersinergi satu sama lain.

Ari Ginanjar mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran suara hati. Suara hati itulah yang harus dijadikan pusat prinsip dalam memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.6

Selain itu, kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.7

Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligen menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkannya melalui

4

Ibid., h. 69. 5

Ibid. 6

Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ, (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), h. 9

7


(25)

keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.8

Daniel Goleman mengungkapkan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.9 Kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengelola emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.

Dengan kecerdasan emosional tersebut, seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional terjadi tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada umumnya siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah sebagai lingkungan sosial tempat berinteraksi yang membuat mereka dituntut untuk menyesuaikan diri secara efektif. Sehingga emosi yang dimiliki dapat tersalurkan dengan baik.

Dari beberapa pengertian diatas, yang dimaksud kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

8

Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting dari pada IQ

(Pent: T. Hermaya), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 53 9


(26)

2. Komponen Kecerdasan Emosional

Untuk melihat bagaimana kecerdasan emosional siswa dalam proses pembelajaran di kelas, maka perlu ada komponen-komponen yang menunjukkan kecerdasan emosional siswa. Adapun komponen-komponen kecerdasan emosional menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

Goleman membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut: 10

a. Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumberdaya, dan intuisi. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:

1) Kesadaran emosi, yaitu mengenali emosinya sendiri dan efeknya. 2) Penilaian diri secara teliti, yaitu mengetahui kekuatan dan

batas-batas diri sendiri.

3) Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.

b. Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah kemampuan mengelola dan mengekspresikan Emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:

1) Kendali diri, yaitu mengelola emosi dan desakan hati yang merusak.

2) Sifat dapat dipercaya, yaitu memelihara norma kejujuran dan integritas.

3) Kehati-hatian, yaitu bertanggung jawab atas kinerja pribadi. 4) Adaptabilitas, yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan.

10


(27)

5) Inovasi, yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.

c. Motivasi

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:

1) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.

2) Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.

3) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

4) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

d. Empati

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu: 1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan perspektif

orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.

2) Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.

3) Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.

4) Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

5) Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.


(28)

Baron dan Byrne menyatakan bahwa pada empati terdapat aspek-aspek, yaitu:11

1) Kognitif

Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada orang tersebut.

2) Afektif

Individu yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan. Adapun Batson dan Coke menyatakan bahwa di dalam empati juga terdapat aspek-aspek:

1) Kehangatan

Kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat terhadap orang lain.

2) Kelembutan

Kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.

3) Peduli

Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.

4) Kasihan

Kasihan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas asih terhadap orang lain.

e. Keterampilan Sosial

Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur keterampilan sosial, yaitu:12 1) Pengaruh, yaitu memiliki taktik untuk melakukan persuasi.

11

Gusti Yuli Asih dan Margaretha Maria Shinta Pratiwi., Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi, Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus Vol. I, 2010, h. 36

12


(29)

2) Komunikasi, yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan. 3) Manajemen konflik, yaitu negoisasi dan pemecahan silang

pendapat.

4) Kepemimpinan, yaitu membangitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.

5) Membangun hubungan, yaitu menumbuhkan hubungan yang bermanfaat.

6) Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.

7) Kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.

Pada dasarnya emosi memiliki banyak keunggulan, diantaranya sebagai berikut:13

1) Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain. Guratan emosi yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari emosi. Sejak dahulu dalam kehidupan masyarakat primitif, dan di dalam dunia buas binatang, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi seperti kata-kata. Saat sekarang pada masyarakat modern, guratan eskpresi meruapkan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata.

2) Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan. Emosi secara teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi yang penting, emosi dapat bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut karena emosi akan mempersiapkan segalanya untuk dapat melewati rintangan yang ada dalam melewati rintangan yang ada dalam pikiran kita dan yang ada di lingkungan kita.

EQ mempunyai empat dimensi berikut:14

1) Mengenali, menerima, dan mengekspresikan emosi (kefasihan emosional). Yaitu:

13

Triantoro Safari dan Nofrans Eka Safutra, Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 16-17

14

Makmun Mubayidh, Kecerdasan Dan Kesehatan Emosional Anak, (Jakarta: Al-Kautsar, 2006), h. 7-9


(30)

a) Mampu membaca emosi yang tergambarkan pada wajah, suara, gerak anggota badan, alunan musik, intisari cerita atau hikayat, dan juga mampu mengungkapkan emosi dengan baik

b)Mampu membedakan emosi orang lain, bentuk, dan tulisan, baik melalui ekspresi wajah, dan tingkah laku.

2) Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Yaitu:

a) Mampu mengaitkan emosi dengan kegiatan berpikir, memberikan penilaian, atau memecahkan masalah.

b)Mampu memasukkan emosi dalam kegiatan intelektual untuk menganalisa dan memahami.

3) Memahami dan menganalisa emosi. Yaitu Mampu menafsirkan tanda tanda yang disampaikan emosi. Misalnya: sedih mengindikasikan kejadian kehilangan atau kerugian. Kegembiraan, mengindikasikan keberuntungan dan keberhasilan.

4) Mengelola emosi. Yaitu: memahami sejauh mana perilaku sosial dapat mempengaruhi emosi; pengendalian emosi sendiri atau emosi orang lain; dan mengetahui perkembangan emosi sendiri.

Adapun, hal-hal yang diperhatikan dalam mengajarkan kecerdasan emosional pada anak, sebagaimana dikatakan Lawrence S. Saphiro, diantaranya yaitu: 15

1) Mengajari anak-anak bersikap peduli kepada orang lain.

2) Mengajarkan kepada anak nilai kejujuran sejak mereka masih muda dan konsisten

3) Mendorong anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka melalui kata-kata sebagai upaya mengatasi konfllik dan kesusahan mereka, dan agar kebutuhan mereka terpenuhi.

4) Mengajari anak keterampilan mendengar aktif untuk membantu mereka mengembangkan hubungan yang secara emosional saling memberi pada saat sekarang dan kemudian hari.

15

Basuki, “Kecerdasan Emosional: Esensi Dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam”,


(31)

5) Mengembangkan kemampuan komunikasi emosi meliputi kesadaran atas perilaku nonverbal orang lain (gerak tubuh, bahasa tubuh, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya) karena emosi nonverbal lebih berperan daripada kata-kata yang terucapkan.

6) Mengajarkan sopan santun.

7) Mengajarkan anak merasakan ganjaran dari suatu keberhasilan kerjasama tidak mungkin dicapai oleh satu orang saja.

Selain itu pentingnya peran guru dalam mengembangkan kecerdasan emosi siswa diantaranya yaitu:

1) Membantu siswa mempelajari bahasa emosi dan kalimat yang digunakan untuk mengekspresikannya.

2) Membantu siswa untuk merasa dirinya diperhatikan oleh guru, bukan dihegemoni atau dikuasai guru.

3) Melatih siswa untuk mengenali berbagai situasi emosi dan membedakan satu emosi dengan lainnya.16

Dengan demikian sudah seharusnya guru berperan dalam membantu siswa untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya serta berupaya mengembangkan kecerdasan emosi dalam suasana pembelajaran.

3. Indikator Kecerdasan Emosional

Berdasarkan komponen-komponen yang telah dikemukakan para ahli, maka indikator kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Motivasi

Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:

1) Dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.

16


(32)

2) Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga.

3) Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.

4) Optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.

b. Empati

Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:

1) Memahami orang lain, yaitu mengindera perasaan dan perspektif orang lain dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka.

2) Mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.

3) Orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.

4) Memanfaatkan keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

5) Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.

B. Metode Video Critic

1. Pengertian Metode Video Critic

Menurut Arthur, “Video can give students realistic models to imitate for role-play”. Disamping itu menurut Heron, Hanley dan Cole, “video mampu memberikan dukungan kontekstual dengan membantu pelajar memvisualisasikan kata beserta maknanya”.17

17

Suarcaya Putu dan A.A. Sri Barustyawati, Video untuk Pembelajaran ESP di Kelas,


(33)

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak, semakin lama semakin populer dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya ceritera), bisa bersifat edukatif maupun instruksional18

Video sebagai salah satu media dalam pengajaran dan pembelajaran. Video dapat membantu guru meningkatkan minat siswa. Selain itu, guru dapat menggunakan video sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dalam proses penyampaian materi pelajaran, sehingga pembelajaran lebih menarik dan berkesan bagi siswa. Video dapat membantu siswa memahami materi melalui visualisasi.

Dalam proses pembelajaran menggunakan video guru berupaya mensuasanakan siswa tidak merasa bosan atau cenderung monoton, sehingga membutuhkan kegiatan lain yang menunjang kreativitas siswa dengan bantuan metode yang digunakan guru. Adanya proses mengkritisi video yang ditayangkan pada proses pembelajaran menjadi kegiatan yang penting untuk dilalui siswa.

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasia atau membantu memperbaiki.19

Metode Video Critic yaitu cara aktif untuk menjadikan siswa merasa terlibat dalam menonton tayangan video.20 Pada Video Critic

ini, guru menyiapkan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik melalui video yang kemudian dikritisi oleh peserta didik.

Video Critic ini merupakan bagian dari pembelajaran aktif, yaitu suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara

18

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 74

19

Curtis, dan B; Floyd, James J; Winsor, Jerryl L, Kritik, 2014, (Http://id.wikipedia.org)

20

Melvin L.Silberman, Active Learning, (Bandung: Nusamedia,2006), Cet III Edisi Revisi, h. 138


(34)

aktif. Dengan belajar aktif ini peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.21 Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran.

2. Karakteristik Video

Ada beberapa karakteristik video yang mempunyai banyak kemiripan dengan media film, sebagaimana dijelaskan oleh Yudhi Munadi, yaitu:

a) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

b) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. c) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. d) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. e) Mengembangkan imajinasi peserta didik.

f) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik

g) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

h) Menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan siswa.

i) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun yang kurang pandai.

j)Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

k) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.22

Ada beberapa kekurangan video dalam proses belajar mengajar, yaitu:

a) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikkan.

21

Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:Insan Madani, 2008), h. XIV

22

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 127


(35)

b) Sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian bentuk umpan yang lain.

c) Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna.

d) Memerlukan peralatan yang mahal dan kompleks.23

e) Pengadaan video, biasanya membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang cukup banyak.

f) Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui video tersebut.

g) Video yang tersedia, tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belaajr yang diinginkan, kecuali video produksi sendiri.24

Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media, diantaranya adalah sebagai berikut:25

a) Motivasi, yaitu melahirkan dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran.

b) Perbedaan individual, yaitu menyesuaikan penyajian informasi melalui berdasarkan tingkat pemahaman siswa.

c) Tujuan pembelajaran, yaitu menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran.

d) Organisasi isi, yaitu materi pelajaran secara logis disajikan dengan disusun dan diurut-urutkan secara teratur.

e) Persiapan sebelum belajar, yaitu ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.

f) Emosi, yaitu pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti empati, kesenangan dan sebagainya.

23

Sadiman, op. cit., h. 75 24

Azhar arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.50 25


(36)

g) Partisipasi, yaitu internalisasi siswa terhadap informasi yang didapat dalam proses pembelajaran, sehingga kesempatan lebih besar dalam memahami dan mengingat materi pelajaran.

3. Penerapan Metode Video Critic dalam Pembelajaran

Penerapan metode Video Critic dimulai dari guru mempersiapkan video yang ingin ditunjukkan kepada siswa sesuai dengan materi yang akan dipelajari dalam kegiatan pembelajaran.

a. Langkah-Langkah Pemanfaatan Video

Adapun langkah-langkah Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: 26

1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

2) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran. 3) Sesudah program video dipertunjukan, perlu diadakan diskusi,

yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab pertanyaan.

4) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.

5) Sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka tangkap dari program video itu.

b. Langkah-Langkah Metode Video Critic

Adapun langkah-langkah metode Video Critic adalah sebagai berikut:

1) Guru memilih video yang akan dipertunjukkan kepada siswa 2) Guru menginstruksikan kepada siswa sebelum menonton video,

bahwa guru ingin mereka mengkritisi apa yang akan ditayangkan. Dan memerintahkan mereka untuk meninjau beberapa faktor, termasuk:

a) Realisme (dari para pelakunya)

26


(37)

b)Relevansi

c) Saat-saat tak terlupakan d)Penataan isi

e) Daya terapnya pada kehidupan sehari-hari mereka. 3) Guru memutar video

4) Guru melaksanakan diskusi yang disebut “pojok kritikus”

5) Guru melakukan jajak pendapat terhadap siswa (opsional), dengan menggunakan semacam sistem penilaian secara keseluruhan, semisal:

a)Bintang satu sampai lima

b)Atau jempol ke atas (bagus), jempol ke bawah (jelek).27

Pada metode Video Critic ini siswa harus membangun pengetahuannnya dengan mendayagunakan otaknya untuk berpikir dari apa yang ia lihat dari video maupun yang ia dengar dari penjelasan guru. Pada proses penyusunan bahan pembelajaran guru bertugas menampilkan materi yang menarik perhatian siswa dan mudah untuk dipahami. Pada proses mengukur pemahaman siswa guru terhadap materi pelajaran, guru mendesain informasi menjadi lebih bermakna dan lebih relevan bagi kebutuhan siswa. Caranya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal penting dari materi yang ia pelajari, dan dengan mengajak mereka agar menyadari dan secara sadar menggunakan kemampuan optimal mereka dalam memahami pentingnya suatu materi untuk dipelajari. Sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

c. Langkah-Langkah Guru dalam Penggunaan Video

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam penggunaan video sebagai media pengajaran adalah sebagai berikut: 28 1) Langkah persiapan guru, pertama-tama guru harus mempersiapkan

unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian memilih video yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Mengetahui

27

Silberman, op. cit., h. 138 28

Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 97-98


(38)

panjang pendeknya video, tingkat rekomendasi video, kemudian mengintegrasikannya dengan rencana pelajaran.

2) Mempersiapkan kelas; siswa dipersiapkan terlebih dahulu supaya mereka mendapat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam pikiran mereka sewaktu menyaksikan video tersebut. Untuk itu dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: a) menjelaskan secara ringkas isi video, b) menjelaskan bagian-bagian yang harus mendapat perhatian khusus sewaktu menonton video.

3) Langkah penyajian, setelah siswa dipersiapkan barulah video diputar. Dalam hal ini harus dipersiapkan perlengkapan yang diperlukan antara lain: proyektor, layar, pengeras suara, video. Guru harus memperhatikan keadaan ruangan gelap atau tidak. 4) Aktivitas lanjutan; yaitu dapat berupa tanya jawab, guna

mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan. Kalau masih terdapat kekeliruan bisa dilakukan dengan pengulangan pemutaran video tersebut. Pengertian yang diperoleh siswa dari melihat video akan lebih banyak manfaatnya bila diikuti dengan beberapa aktivitas, diantaranya yaitu: a) membaca buku tentaang masalah yang ditonton. b) jika dipandang perlu adakan tes atau ujian tentang materi yang disajikan lewat video tersebut.

Oemar hamalik mengemukakan bahwa video yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 29

1) Dapat menarik minat anak 2) Benar dan autentik

3) Sesuai dengan tingkat kematangan siswa 4) Perbendaharaan yang digunakan secara benar 5) Kesatuan dan sequence-nya cukup teratur; dan

6) Teknis yang dipergunakan cukup memenuhi persyaratan dan cukup memuaskan.

29


(39)

d. Kelebihan Metode Video Critic dalam Pembelajaran

Kelebihan metode video critic adalah sebagai berikut:

1) Siswa aktif dalam menyaksikan suatu video yang diputarkan guru. 2) Siswa diajak berperan sebagai juri untuk mengomentari video yang

telah ditayangkan, sehingga kepercayaan diri siswa akan terbangun.

3) Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat serta menghargai pendapat orang lain.

4) Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

e. Kekurangan Metode Video Critic dalam Pembelajaran

Kekurangan metode video critic adalah sebagai berikut:

1) Memerlukan waktu yang cukup panjang untuk menyiapkan peralatan, dan bahan-bahan video yang akan ditayangkan.

2) Metode ini juga memiliki ketergantungan terhadap sumber listrik pada saat metode ini digunakan dalam pembelajaran.

3) Tampilan video harus menarik perhatian siswa sehingga mereka tidak merasa bosan, sehingga butuh keahlian guru dalam mengolah video menjadi lebih menarik untuk dilihat.

C. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.30

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang

30

Departemen Pendidikan Agama RI No.2 tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi lulusan PAI dan Bahasa Arab di Madrasah.


(40)

mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:31

1. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

2. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

3. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

5. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

D. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum peneliti melakukan penelitian tentang Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Menggunakan Metode Video Critic Pada Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam, terlebih dahulu peneliti melakukan kajian terhadap penelitian yang relevan. Yaitu:

1. Evi Lailatul Latifah (2010), tentang Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Akhlak Siswa kelas XI SMA Triguna Utama

31


(41)

Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang mengungkap hubungan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa kelas XI SMA Triguna Utama Tangerang Selatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akhlak yang terdapat dalam diri siswa dapat ditingkatkan dengan adanya pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional. Dalam penelitian ini membahas upaya meningkatkan akhlak siswa dengan adanya pelatihan dan pengembangan kecerdasan emosional tidak dikaitkan dengan metode belajar yang digunakan dalam meningkatkan kecerdasan emosional sebagaimana yang penulis lakukan.

2. Fitria Ningtias Rahmawati (201), tentang Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Video Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang mengungkap secara spesifik tentang efektivitas pemanfaatan media audio visual video pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan skor hasil belajar siswa pada setiap siklus. Dengan demikian pemanfaatan media audio visual video pembelajaran pada pembelajaran sejarah dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran sejarah yang menggunakan video dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa sedangkan penulis menggunakan metode Video Critic dalam menggunakan kecerdasan emosional siswa.

Secara umum kedua penelitian diatas memiliki kemiripan dengan penelitian yang diajukan oleh penulis. Tetapi setiap penelitian mempunyai fokus masing-masing. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang fokus terhadap peningkatan kecerdasan emosional siswa dengan menggunakan metode Video Critic.


(42)

Dengan demikian perbedaan skripsi ini dengan skripsi lain adalah penggunaan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

E. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan

Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran SKI hendaknya guru tidak hanya menyampaikan informasi yang bersumber dari buku teks saja, tetapi juga mampu memberikan pemahaman akan pentingnya materi yang dipelajari. Dalam memberikan pemahaman ini guru hendaknya tidak monoton, tetapi berusaha agar pemahaman yang diberikan mampu mempengaruhi emosi siswa ketika mempelajarinya.

Diterapkannya metode Video Critic dalam pembelajaran SKI, dapat membantu guru dalam memahamkan siswa. Metode Video Critic

merupakan metode yang berusaha melibatkan siswa agar aktif dalam proses pembelajaran, yang menekankan siswa untuk fokus terhadap video yang mereka tonton, dimana siswa memperhatikan serta mengkritisi apa yang ia tonton pada tayangan tersebut dengan mencatat hal-hal penting dari video yang ditontonnya, kemudian mengemukakan pendapat. Sehingga daya perhatian siswa serta kandungan video yang disimak mampu mempengaruhi emosi siswa ketika menontonnya.


(43)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan metode

Video Critic yang diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori yang telah diuraikan maka peneliti mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Dengan penerapan metode Video Criticdapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa”.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Islam At-Taqwa Jl. Benda Timur XV, Pamulang Permai II, Benda Baru, Pamulang Tangerang Selatan. Kelas VII Tahun ajaran 2013. Waktu penelitian dilaksanakan mulai 01 Mei sampai 18 Juli 2013.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan 1. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau sering disebut Classroom Research

(CAR). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.1 PTK atau Action Research (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana pada setiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu:

a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Pengamatan d. Refleksi

Berikut rancangan dari setiap aspek pokok yang akan menjadi gambaran dari proses penelitian adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

1

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:Indeks, 2010), h.9


(45)

1) Mengidentifikasi masalah tentang proses belajar siswa.

2) Menyebarkan angket pra penelitian tentang kecerdasan emosional kepada siswa.

3) Data yang telah diidentifikasi, dianalisis berdasarkan hasil identifikasi proses belajar dan angket siswa.

4) Merencanakan tindakan yang tepat berdasarkan hasil identifikasi terhadap masalah pembelajaran dengan menyiapkan RPP dan instrumen penelitian berupa angket, pedoman observasi siswa, dan lembar wawancara guru.

b. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran SKI. Pelaku tindakan adalah peneliti sedangkan guru mata pelajaran SKI sebagai observer. Pada tahap ini, guru akan menggunakan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan.

c. Pengamatan

Pada tahap ini observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi yang telah disusun, termasuk pengamatan secara cermat pelaksanaan penelitian tindakan dan dampaknya terhadap proses pembelajaran SKI, serta mengamati hasil angket siswa pada setiap akhir siklus. Kemudian data yang telah terkumpul dianalisis oleh peneliti.2

d. Refleksi

Pada tahapan ini peneliti mengkaji secara menyeluruh terhadap tindakan penelitian yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian melakukan evaluasi guna dapat menyempurnakan tindakan berikutnya. Peneliti melakukan analisis terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud untuk

2

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.78-79


(46)

memperbaiki kegiatan penelitian sebelumnya, yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua siklus. setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, akan dilanjutkan dengan penelitian pada siklus II. Jika pembelajaran pada siklus II telah berhasil sesuai dengan indikator maka penelitian ini dihentikan.. Adapun desain penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada bagan 1.1

Kegiatan Pendahuluan

a. Membuat instrumen penelitian. b. Mengurus surat izin penelitian. c. Observasi ke SMP Islam At-Taqwa.

d. Berkoordinasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran SKI.

e. Menyebarkan angket pra penelitian kepada siswa. f. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian.

g. Mensosialisasikan pembelajaran SKI dengan metode Video Critic

Tahap Perencanaan

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Video Critic

b. Menyiapkan ringkasan materi siklus 1 dalam bentuk powerpoint disertai video yang akan ditampilkan

c. Menyusun pedoman observasi proses pembelajaran siswa d. Menyusun pedoman angket

Tahap Pelaksanaan Siklus 1


(47)

Peneliti mulai melaksanakan tindakan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan skenario yang sudah disiapkan akan diterapkan ditahap ini. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode Video Critic.

Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan lembar observasi dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Data-data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.

Tahap Refleksi

Peneliti dan kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus I untuk menemukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Hasil analisis data akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus II.

Tahap Perencanaan

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode Video Critic

b. Menyiapkan ringkasan materi siklus II dalam bentuk powerpoint disertai video yang akan ditampilkan.

c. Menyiapkan pedoman angket

d. Menyiapkan pedoman observasi proses pembelajaran siswa e. Menyiapkan pedoman wawancara

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran SKI dengan menggunakan metode Video Critic. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian angket di akhir pertemuan siklus II.

Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa berdasarkan


(48)

Bagan 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas

C. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode Video Critic diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI. Adapun indikator penelitian yang diharapkan peneliti adalah meningkatkan kecerdasan emosional siswa melalui metode Video Critic. Penelitian ini akan dihentikan jika:

1. Hasil pengukuran kecerdasan emosional siswa melalui angket respon siswa setelah menggunakan metode Video Critic pada pembelajaran SKI mencapai rata-rata 70%

2. Hasil pengamatan melalui lembar observasi kecerdasan emosional siswa menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil persentase mencapai rata-rata 70%.

D. Subyek Penelitian/Partisipan yang Terlibat dalam Penelitian

Adapun yang menjadi subyek adalah siswa kelas VII SMP Islam At-Taqwa Pamulang, semester genap tahun pelajaran 2013-2014. Jumlah siswa kelas VII seluruhnya ada 16 orang, yang terdiri dari 12 laki-laki dan 4 perempuan.

lembar observasi dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Data-data hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis secara menyeluruh.

Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran siklus II untuk menemukan keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan tersebut. Apabila telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan maka penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil dan tidak perlu memasuki siklus berikutnya.


(49)

Pada saat pelaksanaan tindakan guru SKI kelas I membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru SKI juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai perencana dan pelaksana kegiatan. Peneliti merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan, mengumpulkan, dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti dibantu oleh guru mata pelajaran SKI kelas VII yang bertindak sebagai observer.

F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan 3 kali pertemuan yaitu 6 jam pelajaran, dan siklus II 2 kali pertemuan yaitu 4 jam pelajaran. Jadi untuk menyelesaikan penelitian memerlukan waktu 10 jam pelajaran atau 5 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa pada setiap siklus setelah diberi tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat kekurangan maka penelitian siklus II lebih diarahkan pada perbaikan dan jika siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada perkembangan.

Adapun tahapan penelitian dari tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pra Penelitian

a. Observasi keadaan kelas


(50)

Pada kegiatan ini peneliti melakukan observasi awal terhadap proses pembelajaran SKI di kelas VII SMPI At-Taqwa Pamulang. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran SKI.

b. Angket

Waktu pelaksanaan tanggal 01 Mei 2013

Pada kegiatan ini peneliti membagikan angket untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa pada pembelajaran SKI.

c. Analisis dan Refleksi

Waktu pelaksanaan tanggal 02 Mei

Pada kegiatan ini peneliti melakukan analisa data yang diperoleh pada pra penelitian dan kemudian melakukan refleksi untuk memperoleh cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran SKI sehingga dapat diberikan tindakan yang tepat.

2. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Waktu pelaksanaan: 16 April - 30 Mei 2013.

Pada tahap ini mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi siswa, serta angket yang diberikan di akhir siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Kegiatan I : Pelaksanaan tindakan Waktu pelaksanaan: 03 – 17 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode Video Critic

sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran SKI sebagai observer. Materi yang dibahas yaitu latar belakang terbentuknya Bani Umayyah dan proses berdirinya Bani Umayyah, perkembangan kebudayaan


(51)

Islam pada masa Bani Umayyah, Tokoh ilmuwan Muslim dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah.

2) Kegiatan 2: Pembagian angket siklus I Waktu pelaksanaan: 17 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti membagikan angket diakhir siklus I kepada seluruh siswa kelas VII. Hasil angket akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan emosonal siswa setelah menggunakan metode Video Critic.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: 03 – 17 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran SKI menggunakan metode

Video Critic.

d. Tahap analisis dan refleksi Waktu pelaksanaan: 17 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbaikan pada tahap perencanaan siklus II.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Waktu pelaksanaan: 16 April - 30 Mei

Pada tahap ini mempersiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan membuat instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar observasi siswa, serta angket yang diberikan di akhir siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Kegiatan I: Pelaksanaan tindakan Waktu pelaksanaan: 22 – 31 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti menerapkan metode Video Critic


(52)

Pada tahap ini peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran SKI sebagai observer. Materi yang dibahas yaitu tokoh ilmuwan muslim dan peranannya dalam kemajuan kebudayaan Islam pada masa Bani Umayyah bagian II, kisah kesederhanaan dan kesalehan Umar bin Abdul Aziz ketika menjadi khalifah.

2) Kegiatan 2: Pembagian angket siklus II Waktu pelaksanaan: 31 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti membagikan angket diakhir siklus I kepada seluruh siswa kelas VII. Hasil angket akan digunakan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan emosonal siswa setelah menggunakan metode Video Critic.

3) Kegiatan 3: Wawancara Guru SKI Waktu Pelaksanaan: 18 Juli 2013

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui tanggapan guru terhadap metode yang digunakan.

c. Tahap Observasi

Waktu pelaksanaan: 22 – 31 Mei 2013

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan pengamatan tentang pelaksanaan pembelajaran SKI menggunakan metode

Video Critic.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Waktu pelaksanaan: 31 Mei – 05 Juni 2013

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil pengamatan untuk seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II, kemudian hasil refleksi digunakan untuk perbandingan pada proses pembelajaran siklus I dengan siklus II.


(53)

G. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Hasil observasi proses pembelajaran

2. Hasil angket siswa

3. Hasil Wawancara terhadap guru SKI

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru kelas dan peneliti.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Angket; yaitu untuk mengetahui peningkatan kecerdasan emosional siswa terhadap mata pelajaran SKI setelah menggunakan metode Video Critic yang diberikan pada tiap akhir siklus.

2. Metode Observasi; untuk mengetahui kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan untuk mengetahui respon serta gambaran kegiatan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Video Critic. Kemudian hasil setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk menyusun tindakan pada siklus berikutnya.

3. Metode Wawancara; peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran SKI diakhir penelitian untuk mengetahui tanggapan guru trhadap penggunaan metode Video Critic pada pembelajaran SKI.

H. Instrumen-instrumen Pengumpulan Data yang Digunakan

1. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.3

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelititan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, Cet. 14, h. 194


(54)

Angket ini diberikan kepada siswa setelah penelitian selesai pada tiap akhir siklus. Angket ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tingkat kecerdasan emosional yang meliputi motivasi dan empati siswa dalam belajar SKI setelah menggunakan metode Video Critic. Pada penelitian ini setiap butir soal instrumen memakai skala likert yang telah dimodifikasi dengan empat alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Skor untuk setiap pernyataan positif adalah 4-1, sedangkan skor untuk setiap pernyataan negatif adalah 1-4. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut :

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional

No. Aspek

Kecerdasan Emosional

Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif

1 Motivasi Dorongan prestasi 1 2 2 Komitmen

menyesuaikan diri dengan kelompok

3 4 2

Inisiatif memanfaatkan kesempatan

5 6 2

Optimisme 7,9 8 3

2 Empati Memahami orang lain

10,11 12 3

Mengembangkan orang lain

13 14 2

Memanfaatkan keragaman

15 16 2


(1)

Lampiran no. 4

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEBELUM TINDAKAN

NO Responden

BUTIR SOAL/PERTANYAAN

JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 A 4 4 4 4 3 1 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 70

2 B 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 66

3 C 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 4 57

4 D 2 3 3 3 2 1 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 1 52

5 E 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 61

6 F 4 4 4 2 3 1 3 2 3 2 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 61

7 G 4 3 4 2 1 1 3 1 3 1 4 3 2 4 2 4 4 4 3 4 57

8 H 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 4 1 4 2 4 3 4 4 3 4 62

9 I 4 3 3 2 1 2 2 2 3 3 4 3 2 4 4 4 4 0 3 4 57

10 J 3 4 3 2 2 2 3 1 4 1 4 3 1 3 4 4 3 4 4 3 58

11 K 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 4 2 2 3 3 3 60

12 L 3 4 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 1 4 3 4 3 3 4 59

13 M 2 3 3 3 3 1 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 3 3 54

14 N 4 4 4 4 3 1 3 1 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 66

15 O 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 59


(2)

1 2 3 4 5 6 7

4=7 46,67 4=5 33,33 4=6 40 4=2 13,33 4=0 0 4=0 0 4=3 20

3=5 33,33 3=10 66,67 3=9 60 3=5 33,33 3=10 66,67 3=4 26,67 3=11 73,33

2=3 20 2=0 0 2=0 0 2=8 53,33 2=3 20 2=4 26,67 2=1 18,75

1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=2 13,33 1=7 46,66 1=0 6,67

15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100

8 9 10 11 12 13 14

4=0 0 4=4 26,67 4=1 6,67 4=8 53,33 4=3 20 4=2 13,33 4=4 26,67

3=5 33,33 3=10 66,67 3=9 60 3=7 46,67 3=8 53,33 3=8 53,33 3=4 26,67

2=7 46,67 2=1 6,66 2=3 20 2=0 0 2=3 20 2=4 26,67 2=6 40

1=3 20 1=0 0 1=2 13,33 1=0 0 1=1 6,67 1=1 6,67 1=1 6,66

15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100

15 16 17 18 19 20

4=9 60 4=7 46,67 4=5 33,33 4=8 53,33 4=4 26,66 4=7 46,67

3=5 33,33 3=7 46,67 3=9 60 3=6 40 3=10 66,67 3=7 46,67

2=1 6,67 2=1 6,66 2=1 6,67 2=0 0 2=1 6,67 2=0 0

1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=1 6,66

15 100 15 100 15 100 15 100 15 100 15 100


(3)

Lampiran no.5

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SIKLUS I

NO Responden BUTIR SOAL/PERTANYAAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 A 4 4 3 1 2 4 3 1 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 66

2 B 3 3 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 65

3 C 2 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 56

4 D 2 4 2 2 2 1 2 2 4 1 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 56

5 E 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 61

6 F 4 4 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 0 3 4 4 3 58

7 G 4 3 3 3 4 4 3 2 2 4 3 4 2 3 4 2 3 3 2 3 61

8 H 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 4 3 3 3 4 1 58

9 I 2 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 2 3 3 4 4 65

10 J 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 4 2 4 3 4 3 3 4 64

11 K 4 3 3 3 1 4 3 2 2 4 3 4 2 3 4 3 2 4 3 4 61

12 L 4 2 4 3 1 3 3 2 3 1 2 2 2 3 4 2 4 2 4 1 52

13 M 4 3 4 3 4 3 4 2 4 2 4 2 1 1 3 2 2 1 2 3 54

14 N 2 4 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 2 4 4 3 3 53

15 O 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 68

16 P 4 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 51


(4)

1 2 3 4 5 6 7 4=10 46,67 4=5 31,25 4=5 31,25 4=1 6,25 4=3 18,75 4=3 18,75 4=3 18,75

3=2 33,33 3=10 62,5 3=7 43,75 3=7 43,75 3=7 43,75 3=8 50 3=10 62,5

2=4 20 2=1 6,25 2=4 25 2=7 43,75 2=4 25 2=4 25 2=3 18,75

1=0 0 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=2 12,5 1=1 6,25 1=0 0

16 100 16 100 16 100 16 100 6 100 16 100 16 100

8 9 10 11 12 13 14

4=1 6,25 4=8 50 4=5 31,25 4=3 18,75 4=5 31,25 4=2 12,5 4=2 12,5

3=11 68,75 3=6 37,5 3=6 37,5 3=6 37,5 3=8 50 3=8 50 3=9 56,25

2=3 18,75 2=2 12,5 2=3 18,75 2=7 43,75 2=3 18,75 2=5 31,25 2=4 25

1=1 6,25 1=0 0 1=2 12,5 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=1 6,25

16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

15 16 17 18 19 20

4=12 75 4=2 13,33 4=5 31,25 4=5 31,25 4=7 43,75 4=7 43,75

3=3 18,75 3=6 40 3=8 50 3=9 56,25 3=6 37,5 3=7 43,75

2=0 0 2=7 46,67 2=3 18,75 2=1 6,25 2=3 18,75 2=0 0

1=1 6,25 1=0 0 1=0 0 1=1 6,25 1=0 0 1=2 12,5


(5)

Lampiran no.6

ANGKET KECERDASAN EMOSIONAL SIKLUS II

NO Responden

BUTIR SOAL/PERTANYAAN

JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 A 3 4 4 2 2 1 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 66

2 B 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 71

3 C 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 58

4 D 3 3 2 3 3 1 3 2 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 4 62

5 E 4 3 3 3 3 2 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 61

6 F 4 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 2 64

7 G 3 4 1 3 1 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 57

8 H 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 1 3 2 4 4 4 4 4 4 66

9 I 2 3 1 4 2 1 2 1 2 2 2 3 3 4 4 2 4 4 4 4 54

10 J 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 1 2 4 3 2 4 1 2 3 60

11 K 3 4 4 3 2 2 3 2 4 3 3 3 1 3 4 4 3 4 4 3 62

12 L 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 2 2 2 3 4 3 1 2 2 59

13 M 4 4 4 3 4 2 4 3 3 1 3 3 4 1 4 3 3 2 4 4 63

14 N 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 4 3 3 4 3 3 55

15 O 4 4 4 1 4 4 4 4 4 1 4 4 4 1 1 4 1 4 4 4 65

16 P 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 52


(6)

1 2 3 4 5 6 7

4=7 43,75 4=8 50 4=8 50 4=1 6,25 4=4 25 4=4 18,75 4=6 37,5

3=7 43,75 3=8 50 3=3 18,75 3=10 62,5 3=6 37,5 3=2 43,75 3=8 50

2=2 12,5 2=0 0 2=3 18,75 2=3 18,75 2=5 31,25 2=7 12,5 2=2 12,5

1=0 0 1=0 0 1=2 12,5 1=2 12,5 1=1 6,25 1=3 25 1=0 0

16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

8 9 10 11 12 13 14

4=3 18,75 4=9 56,25 4=0 0 4=5 31,25 4=4 25 4=4 25 4=4 25

3=8 50 3=6 37,5 3=8 50 3=8 50 3=9 56,25 3=7 43,75 3=6 37,5

2=4 25 2=1 6,25 2=5 31,25 2=3 18,75 2=1 6,25 2=4 25 2=4 25

1=1 6,25 1=0 0 1=3 18,75 1=0 0 1=2 12,5 1=1 6,25 1=2 12,5

16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100 16 100

15 16 17 18 19 20

4=10 62,5 4=6 37,5 4=6 31,25 4=7 43,75 4=7 43,75 4=10 62,5

3=4 25 3=6 37,5 3=9 50 3=5 31,25 3=6 37,5 3=4 25

2=1 6,25 2=4 25 2=0 18,75 2=2 12,5 2=3 18,75 2=2 12,5

1=1 6,25 1=0 0 1=1 0 1=2 12,5 1=0 0 1=2 12,5


Dokumen yang terkait

Implementasi Metode Sosiodrama Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VI MI Baitul Muttaqin Kota Bekasi

3 37 124

Minat Baca Siswa Kelas Iv Madrasah Ibtidaiyah Al-Fatimiyah Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

2 17 83

Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PAI (Penelitian Korelasional pada Siswa Kelas VIII MTs Al-Hidayah Arco Sawangan Depok)

0 7 97

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Upaya meningkalkan hasil belajar tentang peristiwa proklamasi melalui metode Video critic/ video comment pada siswa kelas V mata pelajaran IPS DI MI Sirojul Alhfal I Kota Depok

0 15 142

Hubungan kecerdasan emosional terhadap akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan

0 16 138

STRATEGI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO COMPACT DISK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH Strategi Pembelajaran Menggunakan Media Video Compact Disk Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Peneli

0 3 20

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Make A Matc

0 0 17

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe Make A Match Siswa Kelas Vii Mtsn Sukoharjo.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Tipe M

0 0 26