DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE : Study Ekspereimen pada Atlet Futsal Anggota UKM Futsal Putri UPI.

(1)

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE

(Study Eksperimen pada Atlet Futsal Anggota UKM Futsal Puteri

Universitas Pendidikan Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh :

DELIANA FATMAWATI 0704228

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS TERHADAP

PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE

(Study Eksperimen pada Atlet Futsal Anggota UKM Futsal Puteri

Universitas Pendidikan Indonesia)

Oleh

Deliana Fatmawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Deliana Fatmawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

(skripsi)

NAMA

: DELIANA FATMAWATI

NIM

: 0704228

JUDUL : DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

POWER ENDURANCE

Disetujui dan Disahkan Oleh : Dosen Pembimbing I

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 196210231989031001

Dosen Pembimbing II

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. NIP. 196818121994021001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga,

Dr. H. R. Boyke Mulyana, M.Pd. NIP. 196210231989031001


(4)

ABSTRAK

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE

(Study Ekspereimen pada Atlet Futsal Anggota UKM Futsal Putri UPI)

Pembimbing I : Dr. H. R. Boyke Mulyana, M. Pd Pembimbing II : Dr. Dikdik Zafar Sidik, M. Pd

*Deliana Fatmawati

Latar belakang penelitian ini adalah mengkaji lebih dalam tentang dampak pola Penerapan Pelatihan Harness yang dirancang dengan menggunakan metode dan bentuk-bentuk latihan gerakan secara bervariasi dan dalam hal ini peneliti akan lebih spesifikasi kepada salah satu komponen fisik yaitu kemampuan power endurance, sedangkan Pelatihan Harness masih relatif jarang dilakukan dalam pelatihan fisik di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan melihat hasil kebermaknaan dari penerapan pelatihan harness terhadap peningkatan kemampuan power endurance. Melalui lompat tes 10 hop kemampuan power endurance akan di uji.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pemain futsal puteri yang menjadi anggota UKM Futsal puteri yaitu sebanyak 14 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh.

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data dari hasil penelitian menentukan bahwa : (1). Rata-rata tungkai kanan meningkat 18,91 meter menjadi 19,16 meter (meningkat 0,25 meter) dan tungkai kiri meningkat rata-rata dari 18,43 meter menjadi 19,04 (meningkat 0,61 meter). (2). t hitung (lebih kecil dari t tabel, maka Ho diterima dan Ha (hipotesis penelitian/hipotesis kerja) ditolak yang berarti bahwa pelatihan Harness tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan “Power Endurance”. Namun perubahan peningkatan terjadi dari hasil tes awal dengan tes akhir yang lebih baik.

Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan yaitu bahwa pelatihan Harness tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan power endurance.

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Angkatan 2007 Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan


(5)

ABSTRACT

The Applicative Impact of Harness coaching to Increase Power Endurance Ability

Supervisor I : Dr. H. R. Boyke Mulyana, M. Pd Supervisor II : Dr. Dikdik Zafar Sidik, M. Pd

*Deliana Fatmawati

The background of this research is to examine about the impact of applicative pattern of Harness Coaching which is planned using methods and moving practice forms variously. The researcher specify to one physical component that is power endurance, whereas Harness Coaching is rarely done in physical coaching in Indonesia. The goal of this research is to look at the meaningful result of the Harness Coaching application toward the increase of power endurance ability. By means of jumping test 10 hop the ability of Power Endurance will be tested.

This research uses experimental method. Population and sample of this research is woman futsal player of UKM member, there are 14 players. The sample taking uses saturated sampling technique.

After doing tabulation and data analysis the research determines : (1). The right leg average upgrade from 18,91 meter to 19,16 meter (increase 0,25 meter) and the left leg average upgrade from 18,43 meter to 19,04 meter (increase 0,61 meter). (2). t count (smaller than t table , so Ho accepted and Ha (research hypotheses/work hypotheses) is rejected it means that Harness Coaching does not give significant impact to the increase of abilyti of “Power Endurance”. However the changing of the upgrading happens from pre test result and better result in the post test.

From the tabulations and data analysis it can be summarized that Harness Coaching does not give significant impact to the increase of power endurance ability.

*Student Majoring in Sport Coaching Education force 2007 Faculty of Physical Education and Health


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ………. iii

DAFTAR ISI ……….. viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR GRAFIK ……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah ……… 8

C. Tujuan Penelitian ……… 9

D. Manfaat Penelitian ……….. 9

E. Batasan Penelitian ……….. 10

F. Batasan Istilah ……… 11

G. Anggapan Dasar ………. 13

H. Hipotesis ……… 14


(7)

B. Hakikat Kemampuan Power ………... 19

C. Hakikat Kemampuan Endurance ……… 22

D. Hakikat Power Endurance ……….. 24

E. Metode Latihan Power Endurance ……….. 27

F. Hakikat Metode Latihan ……….. 30

G. Hakikat Pelatihan Harness ……….. 32

H. Bentuk-bentuk Latihan Harness ……….. 38

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ………... 42

A. Metode Penelitian ……… 42

B. Populasi dan Sampel ……….... 43

C. Penentuan Kelompok Sampel ……….. 45

D. Desain Penelitian ………. 45

E. Instrumen Penelitian ……… 46

F. Validitas Rancangan ……… 47

G. Pelaksanaan Latihan ……… 49

H. Prosedur Pengolahan Data ……….. 53

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ………... 57

A. Hasil Pengolahan Data ……… 57

B. Pengujian Persyaratan Analisis ………... 58

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ………. 59


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 64

A. Kesimpulan ……….. 64

B. Saran ………. 64

DAFTAR PUSTAKA ………. 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………. 69

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... 94


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Tabel Trainning Parameter ……….... 6 2.1 Tabel Trainning Parameter ……….... 25 4.1 Tabel Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians dari tes awal

kemampuan Power Endurance ……….. 58 4.2 Tabel Nilai Rata-rata, Simpangan Baku, dan Varians dari tes akhir

kemampuan Power Endurance…... 58 4.3 Tabel Rangkuman Hasil Uji Normalitas kemampuan Power Endurance.. 59


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Gambar Bentuk Latihan Harness ………. 7

2.1 Gambar Otot Tungkai ……….. 21

2.2 Gambar Pelatihan Harnes ……… 33

2.3 Gambar Otot Tungkai ……….. 35

2.4 Gambar Modifikasi Alat untuk Pelatihan Harness ……….. 36

2.5 Gambar Gerakan Harness ……… 37

2.6 Gambar Pelatihan Harness ………... 37

2.7 Gambar Bentuk Latihan Kecepatan (Speed) ……….... 40

2.8 Gambar Bentuk Latihan Daya Tahan (Endurance) ………. 40

2.9 Gambar Bentuk Latihan Agility (Side Step) ……….... 41

3.1 Gambar Desain Penelitian The One Group Pretest and Posttest Design . 45 3.2 Gambar Langkah-langkah Penelitian ………....46


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1Grafik Batas Penerimaan dan Penolakan Hipotesis………... 60 4.2 Grafik Batas Penerimaan dan Penolakan Hipotesis………... 62 4.3 Grafik Perubahan Kemampuan Power Endurance


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Program Latihan Harness Pertemuan 1 ……… 69

2. Program Latihan Harness Pertemuan 2 ……… 70

3. Program Latihan Harness Pertemuan 3 ……… 71

4. Program Latihan Harness Pertemuan 4 ……… 72

5. Program Latihan Harness Pertemuan 5 ……… 73

6. Program Latihan Harness Pertemuan 6 ……… 74

7. Program Latihan Harness Pertemuan 7 ……… 75

8. Program Latihan Harness Pertemuan 8 ……… 76

9. Program Latihan Harness Pertemuan 9 ……… 77

10. Program Latihan Harness Pertemuan 10 ……… 78

11. Program Latihan Harness Pertemuan 11 ……… 79

12. Program Latihan Harness Pertemuan 12 ……… 80

13. Hasil Tes Fisik (Data Awal dan Data Akhir) ………. 81

14. Hasil Kemampuan Power Endurance ……… 84

15. Korelasi Antara Hasil Tes Awal dan Tes Akhir kemampuan Power Endurance ………... 85

16. Nilai Persentil Untuk Distribusi t ……….. 88

17. Nilai Persentil Untuk Distribusi z ………. 89

18. Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ……… 90


(13)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga merupakan kegiatan yang mengorganisasikan suatu gerakan tertentu yang terencana, seperti yang diungkapkan Rusli Lutan dkk (1991:57) mengenai pengertian olahraga :

Olahraga ialah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian di atas maka kegiatan olahraga memerlukan suatu persiapan fisik yang baik, apa lagi kalau olahraga tersebut mengarah pada olahraga prestasi.

Atlet harus berusaha keras untuk mencapai prestasi yang tinggi, dan untuk mencapai prestasi diperlukan persiapan yang relatif lama. Persiapan tersebut salah satunya menyangkut persiapan kondisi fisik. Atlet harus dibina dan ditingkatkan kondisi fisiknya sebelum mengikuti pertandingan yang sesungguhnya, sehingga atlet tersebut siap menghadapi tekanan-tekanan yang timbul dalam pertandingan baik berupa tekanan mental maupun tekanan fisik. Penjelasan senada diungkapkan Harsono (1988:153) adalah sebagai berikut :

Jadi, sebelum diterjunkan ke dalam gelanggang pertandingan, seorang atlet harus sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkatan fitnes yang baik untuk menghadapi intesitas kerja dan segala macam stress yang bakal dihadapinya dalam petandingan.

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang


(14)

2

dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada masalah status kondisi fisik (Sajoto. 1990:16).

Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting hampir di seluruh cabang olahraga. Oleh karena itu latihan kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang serius direncanakan secara matang dan sistematis sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik. Cabang olahraga futsal menuntut para pemainnya untuk berlari, mendribbling, shooting, passing, mengubah arah atau gerakan secara cepat, serta menuntut daya tahan tubuh, disamping itu juga dituntut kecerdikan, ketelitian, kecepatan bertindak dan kerjasama dengan orang lain. Apabila kondisi fisik baik, maka :

1. Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung.

2. Akan meningkat efektifitas dan efesiensi gerak ke arah yang lebih baik. 3. Terjadi peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan

komponen kondisi fisik lainnya.

4. Respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan. 5. Waktu pemulihan akan lebih cepat.

Program latihan kondisi fisik harus direncanakan dengan baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian memungkinan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.


(15)

3

Oleh karena itu faktor-faktor di atas harus benar-benar dilatih secara benar dan tepat, sistematis, berencana, progresif, dan tujuannya mengarah pada peningkatan kemampuan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Harsono (1988:153) yaitu :

Latihan kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam program latihan seorang atlet. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk prestasi yang lebih baik. Menurut Dikdik Zafar S. (2010:3) “Yang harus dipersiapkan dengan baik oleh setiap pelatih adalah perencanaan program latihan yang adekuat untuk setiap aspek-aspek latihan dan termasuk komponen latihan fisik.” Sehingga pelatih dalam pelatihan fisiknya harus menguasai berbagai metode dan bentuk latihan yang dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan perkembangan fisiknya. Oleh karena itu, pelatih dituntut untuk kompeten dalam persiapan pelatihan untuk setiap atletnya.

Dalam pelatihan fisik banyak metode dan bentuk latihan atau pola pelatihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan power endurance tergantung pada tujuan latihannya, seperti untuk meningkatkan kemampuan fleksibilitas maka digunakan pelatihan-pelatihan dengan menerapkan metode peregangan baik secara dinamis, statis, maupun kontraksi relaksasi. Untuk meningkatkan kemampuan kekuatan maka metode latihan beban (weight training) atau latihan tahanan (resistance training) dengan sistem set, piramid, burn out, multiplepoundage, circuit, dan yang lainnya. Meningkatkan kemampuan daya tahan dengan penerapan metode repetisi, latihan dengan irama (tempo activity


(16)

4

training), fartlek, cross country, speed play, marathon run, continuous activity, endless relays, interval training. Meningkatkan kemampuan kecepatan gerak dalam bentuk Speed, agility, maupun quickness dengan penerapan metode latihan repetisi dan juga termasuk pelatihan-pelatihan kekuatan dinamis (dynamic strength) karena latihan-latihan kekuatan hakikatnya juga dapat meningkatkan kemampuan kecepatan gerak.

Kelemahan yang terjadi pada atlet khususnya atlet futsal disebabkan oleh karena masih banyak pelatih yang belum mampu mengoptimalkan potensi atletnya dikarenakan keterbatasan pengetahuan tentang pelatihan olahraga terutama pelatihan Fisik. Atlet futsal potensial yang belum berhasil meraih prestasi di usia yang semestinya mendapatkan prestasi emas adalah kasalahan atau kelemahan pelatih dalam meramu menu pelatihan.

Kemampuan fisik merupakan kebutuhan dasar dalam penampilan olahraga futsal, dan kemampuan fisik juga harus dipertimbangkan sebagai bagian penting untuk menampilkan teknik dan taktik yang sempurna seperti dalam olahraga futsal. Banyaknya komponen fisik yang menjadi kebutuhan prestasi atlet futsal menuntut pelatih untuk berusaha keras memahami dengan baik tentang pelatihan-pelatihan komponen fisik, seperti : kemampuan kelenturan, kecepatan gerak (dalam bentuk speed, agility, maupun quickness), kekuatan maksimal, kekuatan yang cepat (power), daya tahan kekuatan, daya tahan anaerob, dan juga daya tahan aerob. Semua komponen fisik tersebut pada prinsipnya merupakan kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik.


(17)

5

Power endurance atau disebut juga daya ledak otot merupakan salah satu komponen fisik yang harus dimiliki seorang atlet. Menurut Sajoto (1988:55) yaitu:

Daya ledak atau power adalah “kemampuan melakukan gerakan

eksplosif”. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa, daya ledak atau

power = kekuatan atau force X kecepatan atau velocity (P = F x T) seperti dalam tolak peluru, lompat tinggi dan gerakan lainnya yang bersifat eksplosive.

Sajoto (1995:9) selanjutnya menjelaskan “power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek- pendeknya”

Menurut Ismaryati (2006:59) “power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif seta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dan secepat- cepatnya”. Hampir senada dengan Witarsa (2002:17) berpendapat bahwa:

power atau daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat, oleh karena itu power adalah tingkat kondisi fisik yang lebih tinggi dari pada kekuatan. Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan.

Sedangkan Bompa (1993:176) menjelaskan bahwa: “Several sport and position, from sprinting in track and field and swimming, to a running back, pitcher or wrestler, require the ability of applying a high degree of power not once, but several times ini a retitive manner”.

Pernyataan di atas mengandung makna bahwa beberapa cabang olahraga dan juga nomor dari cabang olahraga telah memanfaatkan kemampuan ini untuk dirancang dalam suatu program latihan yang menggambarkan pelatihan kekuatan dalam bentuk power yang bukan hanya sekali melakukan untuk gerakan dengan


(18)

6

intensitas tinggi akan tetapi dilakukan dengan berkali-kali dalam jumlah pengulangan yang cukup banyak.

Nick (2010:http://livestrong.com/article/111393-power-endurance-exercise) yang dikutip dari Santana menjelaskan bahwa :

power endurance is your ability to perform consecutive power (strength and speed) exercises with the least amount of recovery time. It helps build stamina (ability to resist fatigue), muscle mass, and increase reflexes necessary in many sports, particularly combat sports like mixed-martial arts and boxing.

Artinya bahwa gerakan power yang dilakukan secara berturut-turut dengan waktu pemulihan yang singkat dinamakan power endurance. Kemampuan ini akan membantu membangun stamina (kemampuan melawan kelelahan), massa otot, dan juga meningkatkan reflex yang diperlukan dalam cabang olahraga beladiri.

Bagaimana cara melakukannya gerakan power endurance ini ditunjukkan dengan parameter seperti yang dikemukakan oleh Bompa (1993:178) adalah:

Tabel 1.1 Trainning Parameter Nr Training Parameter Work

1 Load 70 – 85 %

2 Nr. Of Exercises 2-3 3 Nr. Of Reps/set 15-30

4 Nr. Of sets 2-4

5 Rest Interval 8-10 min. 6 Rhytm/speed of execution Very dynamic


(19)

7

Maka Ciri dari gerakan power endurance adalah gerakan yang eksplosif tanpa berhenti dalam jumlah pengulangan yang banyak. Sehingga tuntutan fisiologis sangat berperan terutama pemahaman tentang sumber energy yang bersifat anaerobic yang lakatasid, karena gerakan power endurance akan membangun tingkat asam laktat yang tinggi.

Hal ini diungkapkan oleh Bompa (1993:178) bahwa “During this type of work the athlete will experience a high level of lactic acid build up, which will impair his/her ability to repeat quality work before itwill be disposed of”. Ketika power endurance dilakukan maka iramanya harus cepat dan dinamis seperti yang diungkapkan bahwa “the rhytm/speed of performance has to be very dynamic and

explosive”.

Banyak metode dan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kondisi fisik para atlet, seperti pelatihan harness.

Gambar 1.1 Bentuk Latihan Harness

http://www.workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_harness Pelatihan Harness yang relatif jarang dilakukan dalam pelatihan fisik di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, seperti beberapa pelatih yang belum memahami manfaat dari pelatihan harness, peralatan yang dirasakan sulit untuk


(20)

8

ditemukan karena kurangnya kreativitas/seni dalam melatih, keraguan akan pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, dan bagaimana variasi dari latihan harness tersebut.

Hal lain yang menjadi permasalahan dalam praktik latihan adalah penerapan metode latihan yang masih belum jelas karakter dari setiap metode tersebut. Keterbatasan metode yang dipahami merupakan bagian dari keterbatasan pelatih dalam menerapkan cara pelatihan.

Oleh karena itu, peneliti merasa terpanggil untuk mengkaji lebih dalam tentang pola pelatihan Harness yang dirancang secara bervariasi dengan menggunakan memanfaatkan metode repetisi dan metode interval yang secara karakeristik relative berbeda, dan dalam hal ini peneliti akan lebih spesifikasi kepada salah satu komponen fisik yaitu power endurance.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka variabel yang termuat dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas tentang pelatihan harnes, sedangakan variabel terikatnya adalah daya tahan kekuatan yang cepat (power endurance). Sehingga masalah penelitiannya adalah: Apakah penerapan pelatihan harness memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan power endurance?


(21)

9

C. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:

1. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara teoretis berdasarkan kondisi aplikasi di lapangan sehingga diketahui makna dan manfaat dari penerapan pelatihan harness dan metode latihannya. 2. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil kebermaknaan dari

penerapan pelatihan harness terhadap peningkatan kemampuan power endurance.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat dan kegunaan yang bisa digeneralisasikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis

a. Dapat dijadikan sumbangan bagi pengetahuan olahraga mengenai dampak penerapan pelatihan harness terhadap peningkatan power endurance.

b. Memberikan bahan informasi bagi para pelatih untuk meningkatkan dan memelihara kondisi fisik atlitnya.

2. Secara praktis

Dapat dijadikan pedoman atau acuan bagi para pelatih atau pembina dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan atlet khususnya kondisi fisik.


(22)

10

E. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagai berikut:

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya : tenaga, kecekatan, waktu, biaya,dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Fokus penelitian diarahkan pada penerapan pelatihan Harness yang disiapkan dalam program latihan

2. Kemampuan yang akan diuji adalah daya tahan otot (Power Endurance) melalui tes lompat 10 Hop.

3. Sampel penelitian ini adalah atlet futsal tingkat perguruan tinggi yaitu anggota UKM Futsal Puteri UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).


(23)

11

F. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan yang jelas sehingga tidak terjadi salah penafsiran. Adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Latihan Harness menurut Dikdik Zafar Sidiq (Artikel Kepelatian Olahraga 2010:3) adalah,

Pola latihan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu sebagai tahanan ketika gerakan lari atau bentuk latihan akselerasi dan kelincahan. Latihan harness adalah ideal untuk mengembangkan kemampuan maksimal dan stamina atlet, daya tahan kekuatan dan power ketika berlangsungnya lari dalam bentuk atau postur yang ideal ketika berlari.

2. Power (daya ledak) adalah kemampuan seorang untuk mempergunakan kekuatan maksimun yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa daya ledak (power) sama dengen kekuatan (force) x kecepatan (felocity).

3. Menurut Harsono (1988:155) “Endurance (daya tahan) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan

tersebut.”

4. Kondisi fisik adalah kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul (http://EzineArticles.com/?expert=Peter Somerville. Juni 07, 2006).


(24)

12

5. Tes adalah suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan yang telah ditentukan (Suharsimi Arikunto dalam Nurhasan, 2002:2)

6. Menurut Bompa (1994:167) yang dikutip Satrya, dkk (2007:11) “latihan adalah suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam watu yang lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah kepada ciri- ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.”

7. Bompa (1993:176) menjelaskan bahwa: “Several sport and position, from sprinting in track and field and swimming, to a running back, pitcher or wrestler, require the ability of applying a high degree of power not once, but several times ini a retitive manner”.

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa beberapa cabang olahraga dan juga nomor dari cabang olahraga telah memanfaatkan kemampuan ini untuk dirancang dalam suatu program latihan yang menggambarkan pelatihan kekuatan dalam bentuk power yang bukan hanya sekali melakukan untuk gerakan dengan intensitas tinggi akan tetapi dilakukan dengan berkali-kali dalam jumlah pengulangan yang cukup banyak.

8. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing beranggotakan lima orang dengan tujuan memasukan bola ke gawang lawan dengan memanipulasi bola dengan kaki. Selain lima pemain utama tiap regu juga diizinkan memiliki pemain cadangan. Lapangan futsal dibatasi garis bukan net atau papan.(http:/id.wikipedia.org/wiki/futsal).


(25)

13

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah anggapan dari para ahli yang kebenarannya tidak perlu diuji kembali. Menurut Surakhmad (1998:98) anggapan dasar adalah:

“Anggapan dasar asumsi atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi. Postulat ini menjadi titik pangkal

dimana tidak lagi menjadi keraguan penyelidik.”

Program latihan yang direncanakan dengan baik dan sistematis dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh, serta meningkatkan komponen-komponen kondisi fisik, salah satunya yaitu power endurance (daya tahan kekuatan).

Banyak bentuk pelatihan yang digunakan untuk meningkatkan kondisi fisik khususnya power endurance, salah satunya dengan pelatihan harness. Latihan harness menurut Dikdik Zafar Sidiq (2011:20-30) dalam artikel kepelatihan adalah pola latihan yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu sebagai tahanan ketika gerakan lari atau bentuk latihan akselerasi dan kelincahan. Pola ini merupakan pola latihan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan kekuatan dan juga kemampuan dalam merubah arah, mengembangkan kemampuan maksimal akan stamina atlet, daya tahan kekuatan dan power.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mempunyai anggapan dasar bahwa penerapan pelatihan harness memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan power endurance.


(26)

14

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan, dimana hipotesis ini akan memberikan arah dan tujuan dari penelitian. Hipotesis dimaksud haruslah menjadi landasan logis dan memberikan arah, kepada proses penyelidikan itu sendiri. Suatu hipotesis harus bisa membuat semakin jelas arah yang akan diuji dari masalah. Menurut Arikunto (2002:22-23) mengemukakan bahwa : “Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh

peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di uji kebenarannya”. Artinya hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya.

Bertitik tolak dari perumusan masalah dan anggapan dasar, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Penerapan pelatihan harness memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan power endurance.


(27)

42

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang sesuai dengan prosedur penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ekperimental yaitu mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan atau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel terikat yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini menurut Sugiyono (2009:72) menjelaskan,“Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.”

Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil, hasil dari kegiatan percobaan itu nantinya yang akan menegaskan hubungan variabel-variabel yang diselidiki. Variabel bebas adalah suatu gejala yang mempengaruhi atau menyebabkan kepada variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan harness. Variabel terikat adalah suatu gejala yang ingin diketahui, karena adanya pengaruh dari variabel bebas, sedangkan


(28)

43

variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan power endurance. Beberapa hal yang diperlukan dan diperhatikan dalam penelitian ini adalah : 1. Karakteristik Sampel : secara teknik sampel dalam penelitian ini adalah atlet

futsal UPI yang memiliki kemampuan bermain futsal. 2. Administrasi Sampel :

a) Jenis sampel dalam penelitian ini adalah perempuan b) Mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

B. Populasi Dan Sampel

Mengenai populasi oleh Sugiyono (2009:80) dijelaskan sebagai berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah pemain futsal puteri tingkat perguruan tinggi yang menjadi anggota UKM Futsal Puteri UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) yaitu sebanyak 14 orang. Sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel penelitian. Mengenai hal ini, Sugiyono (2009:81) menjelaskan bahwa, “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”


(29)

44

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang digunakan. Berkaitan dengan teknik sampling, Sugiyono (2009:81) menjelaskan seperti yang tertera di bawah ini:

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu sampling probability sampling dan nonprobabylity. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi, sampling jenuh, dan snowball sampling sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dalam menentukan sampelnya. Tentang teknik sampling jenuh, Sugiyono (2009:85) menjelaskan bahwa :

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Jadi dengan menggunakan teknik sampling jenuh, dapat diperoleh sampel sebanyak 14 orang.


(30)

45

C. Penentuan Kelompok Sampel

Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, diperlukan alur yang menjadi pegangan agar penelitian tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga tujuan atau hasil yang diinginkan akan sesuai dengan harapan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, penulis dalam penelitian ini menggunakan desain eksperimen yaitu pre-test, post-test group desain.

Dalam desain ini sampel diperoleh sebesar jumlah populasi, kemudian diadakan tes awal atau pre-test. Data hasil tes awal disusun berdasarkan ranking dari yang terbaik catatan nilainya sampai yang terendah.

D. Desain Penelitian

Disain penelitian yang akan diterapkan oleh peneliti adalah disain One Group Pretest and Posttest Design (Sugiyono, 2006:110-111) seperti berikut.

Da pak Pelatiha HARNESS terhadap peningkatan Kemampuan Power


(31)

46

Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk gambar :

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian (Sumber: Arikunto, 2002:23)

E. Instrumen Penelitian

Agar penelitian menjadi lebih kongkrit, maka perlu adanya data. Data tersebut diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada akhir eksperimen sebagai data akhir. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, diperlukan alat ukur yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan. Nurhasan (2007:5) mengemukakan :

Pengukuran adalah proses pengumpulan data atau informasi dari suatu objek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) tes dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).

POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

TES AKHIR

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


(32)

47

Berdasarkan pendapat tersebut, maka melalui pengukuran penulis dapat mengumpulkan data secara objektif yang diperlukan dalam penelitian ini, yaitu berupa angka-angka yang dapat diolah secara statistik. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh dari hasil perlakuan dan perbedaannya yang merupakan tujuan akhir dari eksperiment.

Untuk melaksanakan proses dan mengumpulkan data maka instrumen yang akan digunakan berupa program latihan untuk pelatihan Harness dan berikut item tes untuk mengetahui kemampuan power endurance, yaitu : Tes Daya Tahan Kekuatan yang Cepat (Tes Power Endurance).

 Tes lompat 10 Hop (menggunakan kaki kiri dan kaki kanan)

F. Validitas Rancangan

Agar rancangan penelitian yang dilaksanakan cukup memadai untuk pengujian hipotesis dan sekaligus hasil penelitian dapat mencerminkan hasil dari perilaku yang diberikan serta dapat digeneralisasikan ke dalam populasi yang ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan, sedangkan validitas eksternal instrumen dikembangkan dari fakta empirik. Sehingga dalam penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di lapangan.


(33)

48

Donald et. al. (1982:339) yang dikutip dari Campbell dan Stanley mengungkapkan bahwa :

Validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel-variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi validitas internal adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh tingkat pertumbuhan, perkembangan dan kematangan kemampuan, dan statistik. Hal ini dikontrol dengan desain penelitian dan pemilihan sampel yang sesuai.

2. Pengaruh instrumen yang sebelum digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang akan dipergunakan.

3. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen. Hal ini dapat diupayakan dengan cara dikontrol terus menerus dengan memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen, sehingga diharapkan tidak terjadi sampel yang mortal.

4. Pengaruh tes. Dikontrol dengan memberikan selang waktu yang cukup untuk mengembalikan kondisi tubuh subyek kepada keadaan pulih melalui istirahat yang cukup. Sebagai contoh, pada tes awal yang telah dilakukan, tidak secara langsung diberikan perlakukan sesuai dengan program yang telah dipersiapkan, akan tetapi program diberikan setelah berselang beberapa hari istirahat. Demikian pula pada saat diberikan tes akhir, subyek diberikan waktu istirahat selama satu hari untuk mengembalikan kondisi ke pulih asal.

Donald et.al. (1982:343) menyatakan bahwa Validitas eksternal adalah tingkat representatif dari hasil penyelidikan atau dapatnya hasil penyelidikan itu digeneralisasikan.” Menurut Donald et. al. (1982:33) yang dikutip dari Bracht dan Glass dinyatakan bahwa :

Terdapat dua macam validitas eksternal, yaitu (a) validitas populasi dan (b) validitas ekologi. Validitas populasi menyangkut identifikasi populasi yang akan digeneralisasikan berdasarkan eksperimen. Kemudian pengaruh interaksi antar efek perlakuan dan variabel personal di kontrol dengan cara memberikan batasan yang jelas terhadap kriteria karakteristik subyek eksperimen (sampel) maupun populasi. Dalam hal ini, batasan yang diberikan terhadap sampel maupun populasi adalah adanya kelompok mahasiswa yang tergabung dalam unit kegiatan olahraga mahasiswa. Sedangkan validitas ekologi menyangkut masalah identifikasi populasi


(34)

49

yang akan digeneralisasikan berdasarkan hasil eksperimen kepada kondisi lingkungan yang lain.

Validitas ini dikontrol dengan cara (1) seluruh program latihan disusun dan terjadwal secara jelas; (2) tempat latihan dan alat latihan yang digunakan dalam kondisi yang sama; (3) instruktur yang ditunjuk berjumlah 5 orang adalah 3 (tiga) orang staf pengajar mata kuliah kondisi fisik di Jurusan Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan dan 2 (dua) orang Pelatih futsal puteri yang kompeten.

G. Pelaksanaan Latihan

Latihan dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut : Jadwal Penelitian : Mulai tanggal 27 Agustus s/d 30 Oktober 2010 Tempat : Hall FPOK UPI Bandung

Pelaksanaan Latihan : Dilakukan 2-3 kali dalam satu minggu (tergantung pada tujuan latihan sesuai prinsip dan norma latihan)

Waktu : Pukul 15.00 WIB s/d selesai

Untuk mendapatkan perkembangan yang positif terhadap kondisi fisik, teknik, taktik, dan mental diperlukan proses latihan dalam jangka waktu tertentu. Dalam penelitian ini penulis membuat jadwal latihan sebanyak 2 kali pertemuan dalam seminggu yaitu hari Senin dan Jumat dari pukul 16.00 WIB s.d selesai.

Latihan dalam penelitian ini dilaksanakan selama 10 minggu atau 12 kali pertemuan. mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat Harsono (2004:50) yang menjelaskan, “Atlet sebaiknya berlatih 2–5 kali dalam seminggu, tergantung dari tingkat keterlibatannya dalam olahraga”.


(35)

50

Mengacu kepada prinsip reversibility, jika kita berlatih pasti akan ada perkembangan atau peningkatan dalam kemampuan atau fungsi organ-organ tubuh kita (fisiologis tubuh), tetapi sebaliknya jika tidak melakukan latihan atau berhenti berlatih maka kemampuan atau fungsi alat-alat tubuh akan kembali kepada keadaan semula atau tidak akan meningkat.

Untuk meningkatkan kualitas atlet dibutuhkan latihan yang terus-menerus secara berkesinambungantidak hanya satu atau dua kali berlatih, karena dibutuhkan beberapa hari, minggu dan bulan. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas fisik atau daya tahan dibutuhkan berbulan-bulan latihan. Dalam melakukan latihan seorang pelatih harus mempersiapkan program latihan sesuai dengan periodesasi yang dipersiapkan untuk atletnya.

Menurut Harre (1982) yang dikutip oleh Harsono (1988:106) menjelaskan bahwa:

Macro-cycle adalah suatu siklus latihan jangka panjang yang bisa memakan waktu 6 bulan, satu tahun, bahkan sampai beberapa tahun, meso-cycle lamanya antara 3-6 minggu, dan micro-cycle kurang dari 3 minggu, bisa juga 1 atau 2 minggu.

Program latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan pendinginan. Adapun uraian singkat dari latihannya adalah seperti yang tertera pada halaman 51.


(36)

51

1. Latihan Pemanasan

Latihan pemanasan dilakukan untuk menaikkan suhu tubuh dan mempersiapkan otot-otot tubuh sebelum melakukan aktivitas inti agar terhindar dari cedera. Menurut Santoso Giriwajaya (2007:154) menjelaskan bahwa :

Latihan pendahuluan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan raga untuk menjalani latihan inti atau pertandingan, haruslah diprogram sesuai dengan tata aturan dan tata urutan fungsional ergosistema primer dan ergosistema sekunder sebagai perangkat pendukungnya. Latihan pendahuluan peregangan dan pelemasan ini melibatkan kapsula sendi dan semua jaringan ikat sekitar sendi, tendon, dan bahkan juga otot-otot yang bekerja pada sendi itu.

Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, yaitu meregangkan seluruh anggota badan secara sistematis yang dapat dilakukan mulai dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya lari mengelilingi lapangan dan di akhiri dengan peregangan dinamis, yaitu suatu bentuk latihan yang meliputri gerakan memantul-mantulkan anggota badan secara berulang-ulang. Penekanan latihan yaitu pada bagian kaki karena latihan inti menuntut kesiapan kaki untuk menerima beban latihan.

2. Latihan Inti

Dalam latihan inti secara garis besar para sampel diberikan latihan fisik yaitu pelatihan harness yang dilakukan dengan menggunakan alat bantu sebagai tahanan ketika gerakan lari atau bentuk latihan akselerasi, kelincahan, power, dan daya tahan. Prinsip-prinsip latihan pun diterapkan diantaranya prinsip sistematis,


(37)

52

dapat dilihat pada lampiran tentang program latihan. Menurut Dikdik Zafar Sidik (2008:65) dalam buku Pembinaan Kondisi Fisik, petunjuk dalam menyusun program latihan harian dalam unit latihan untuk menghindari cedera latihan, berikanlah latihan sesuai urutan. Setelah melakukan pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan latihan inti :

Pertama, Latihan Teknik (teknik lebih mudah dikuasai kalau keadaan otot dan susunan syaraf dalam keadaan segar, teknik membutuhkan koordinasi gerak yang seringkali kompleks dan harus dilakukan dengan konsentrasi tinggi). Kedua, Latihan Kecepatan, karena latihan kecepatan mengharuskan kita melakukan gerak kompleks dan dengan kontraksi otot yang maksimal, maka latihan kecepatan paling tidak akan melelahkan susunan syaraf, sehingga perlu dilakukan sebelum latihan-latihan fisik lainnya. Ketiga, Latihan Kekuatan, dan keempat Latihan Daya Tahan. 3. Latihan Pendinginan dan Evaluasi

Latihan pendinginan bentuknya seperti latihan pendahuluan yaitu berupa gerakan-gerakan ringan lebih menyerupai peregangan dan pelemasan. Arti fisiologis latihan pendinginan menjelaskan bahwa gerakan-gerakan ringan itu akan membantu memperlancar sirkulasi (mengaktifkan pompa vena) sehingga akan membantu mempercepat pembuangan sampah-sampah sisa olah daya dari otot-otot yang aktif pada waktu melakukan olahraga sebelumnya. Latihan pendinginan pada program pelatihan Harness yaitu dengan jogging dilanjutkan dengan stretching statis aktif, kemudian diadakan evaluasi kegiatan latihan.


(38)

53

H. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data dari hasil tes dan pengukuran telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dengan menggunakan rumus-rumus statistika, kemudian setelah itu analisis data. Rumus-rumus yang digunakan oleh peneliti dikutip dari buku Nurhasan dan Dudung Hasanudin Cholil dalam buku statistik (2007:22, 38, 46,54-55)

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari Sudjana (2005) sebagai berikut :

 Xi X =

n

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah :

X = Skor rata-rata yang dicari Xi = Nilai data

Σ = Jumlah


(39)

54

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2005) sebagai berikut :

(X-X)2 S =

n – 1

arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah : S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel

Σ (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors. Prosedur yang digunakan menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2 ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn

dengan menggunakan rumus : Xi X Z1 =

S

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).


(40)

55

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn ΣZi. Jika proporsi ini

dinyatakan S(Zi), maka :

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga-harga mutlak selisih tersebut. Untuk menolak dan menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

4. Menghitung korelasi tes, yaitu dengan mengkorelasikan hasil yang diperoleh melalui test awal dengan tes akhir, dengan rumus sebagai berikut:

 

  2 2 2 2 X Y n X X Y X XY n rxy

Arti tanda-tanda di atas adalah :

xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y X = Skor pada variabel X

Y = Skor pada variabel Y

X= Jumlah skor variabel X

Y = Jumlah skor variabel Y

2

X = Jumlah dari kuadrat skor X

2

Y = Jumlah dari kuadrat skor Y XY = Skor X kali skor Y


(41)

56

5. Analisis statistik uji t-test yang berkorelasi (Sugiyono, 2006:119). Adapun rumus uji t-test adalah :

Arti tanda-tanda diatas adalah : t = Uji signifikan

xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

X = Nilai rata-rata pada variabel X Y = Nilai rata-rata pada variabel Y S = Simpangan baku/Varians n = Jumlah subyek


(42)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pelatihan Harness memberikan dampak peningkatan yang tidak signifikan terhadap kemampuan power endurance.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian kepada atlet futsal anggota UKM futsal puteri Universitas Pendidikan Indonesia pelatihan harnes terhadap kemampuan power endurance maka:

1. Disarankan jika ingin meningkatkan kemampuan power endurance yang eksklusif harus melalui pelatihan beban (weight training) yang spesifik dan ditujukan pada kekuatan maksimal melalui koordinasi intramuscular kelompok otot (nueral activation) agar dapat menghasil daya yang lebih eksplosif.

2. Diharapkan setiap pelatih mampu merancang program latihan harness yang bervariatif karena hal ini penting agar kebutuhan latihan menjadi lebih terjamin dan sasaran latihan menjadi terarah sesuai dengan kebutuhan komponen fisik masing-masing yang diperlukan.


(43)

65

latihan dengan tepat merupakan kunci penting untuk mendapatkan overkompensasi (Efek Latihan).

Guna menghasilkan pengembangan keilmuan dalam kepelatihan yang lebih efektif dan efesien maka dalam penelitian ini dapat dikembangkan melalui kajian lain atau penerapan pada cabang olahraga yang lebih spesifik dominan kemampuan fisik, seperti cabang olahraga yang dominan kecepatan (sport speed) atau dominan daya tahan (sport endurance).


(44)

66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2002). Tes Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK-UPI

Bompa, Tudor O.,(1993). Physical Education and Trainning; Exercise; Physiological Aspects. Canada : Coaching Association.

Bompa, Tudor O. (1994). Theory and Methodology of Trainning. The Key to Athletic Performance., lowa : Kendall / Hunt Publishing Company.

Griwijoyo, Santosa, (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : FPOK UPI. Giriwijoyo, Santosa, (2007). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Mnausia

pada Olahraga, edisi 7. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI.

Giriwidjoyo, Santosa, dkk., (2001). Dampak Pelatihan Hipoksik (Tenaga Dalam) terhadap Peningkatan Kemampuan Dinamis Aerob dan Anaerob pada peserta Satria Nusantara. Bandung : Hasil Penelitian,

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.

Hermanu, Entang, 2010. Jurnal Kepelatihan Olahraga. Bandung.

Ismaryati, (2006). Power menyangkut kekuatan dan kecepatan …. Jakarta: Gramedia Pustaka

Lutan, Rusli, (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung : FPOK-IKIP. Moeloek, D. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurhasan. (1998). Tes dan Pengukuran. Bandung : FPOK-UPI

Nurhasan, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK, UPI.

Pesurnay, P. Levinus, dan Sidik, D. Zafar. (2008). Materi Penataran Pelatih Fisik Tingkat Nasional Se-Indonesia. Koni Pusat.


(45)

67

Sadjoto, (1990). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Sadjoto, 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Sadjoto, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : P2LPTK.

Satriya dkk, (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FPOK, UPI.

Setiawan, Sandi, (1992). Sibernetika. Yogyakarta : Andi Offset. Sudjana, (1990). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono, (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suharno, (1982). Ilmu Coaching Umum (diktat). Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sumosardjono, S. (1989). Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Kartini.

Surakhmad W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Sucipto. Dkk (1999). Sepak Bola. DEPDIKBUD. DIRJEN Pendidikan

Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D- III Than 1999/2000

Sunaryo Kartadinata, Drs. 1988. Metode Penelitian Sosial.Bandung. Prima Witarsa. (2002). Latihan Kondisi Fisik. Penataran Wasit dan Panahan

Sejawa Barat. Bandung.

Zafar Sidik, Dikdik, 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung : Buku ajar FPOK UPI.

Zafar Sidik, Dikdik, (2010). Artikel Jurnal Kepelatihan Olahraga. (online). Tersedia: dizas424@yahoo.com.

Zafar Sidik, Dikdik, (2010). Artikel Pelatihan Harness. (online). Tersedia: dizas424@yahoo.com.


(46)

68

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com2012/01/kondisi-fisik- dan-peranannya-dalam.html. (31 Januari 2012)

……….., (2005, 24 Mei). Tersedia:http://penjaskessman26bdg.

blogspot.com/2009_05_24_archive.html (15 November 2011) ………., (2010 November). Tersedia:

http://workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_harness. (2 November 2010)

………., (2009 Desember). Tersedia:

http://alfalaasifah.blog.friendster.com/2009/12/rangk-pembinaan- kondisi-fisik-olahraga-i/.

………., Tersedia: http://id.shvoong.com/medicine-and health

/epidemiology-public-health/2239768-pengertian-dari-kebugaran-kardiovaskular/. (24 September 2012)

………., Tersedia: http://rosy46nelli. Wordpress.com/2009/12/21/prinsip -dasar-latihan-daya-tahan-umum/.

http://www.workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_ha rness


(1)

5. Analisis statistik uji t-test yang berkorelasi (Sugiyono, 2006:119). Adapun rumus uji t-test adalah :

Arti tanda-tanda diatas adalah : t = Uji signifikan

xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Variabel Y

X = Nilai rata-rata pada variabel X Y = Nilai rata-rata pada variabel Y S = Simpangan baku/Varians n = Jumlah subyek


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan pelatihan Harness memberikan dampak peningkatan yang tidak signifikan terhadap kemampuan power endurance.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian kepada atlet futsal anggota UKM futsal puteri Universitas Pendidikan Indonesia pelatihan harnes terhadap kemampuan power endurance maka:

1. Disarankan jika ingin meningkatkan kemampuan power endurance yang eksklusif harus melalui pelatihan beban (weight training) yang spesifik dan ditujukan pada kekuatan maksimal melalui koordinasi intramuscular kelompok otot (nueral activation) agar dapat menghasil daya yang lebih eksplosif.

2. Diharapkan setiap pelatih mampu merancang program latihan harness yang bervariatif karena hal ini penting agar kebutuhan latihan menjadi lebih terjamin dan sasaran latihan menjadi terarah sesuai dengan kebutuhan komponen fisik masing-masing yang diperlukan.

3. Diharapkan penerapan latihan secara adekuat dengan memperhatikan metode latihan, pola latihan, prinsip-prinsip latihan dan norma-norma


(3)

latihan dengan tepat merupakan kunci penting untuk mendapatkan overkompensasi (Efek Latihan).

Guna menghasilkan pengembangan keilmuan dalam kepelatihan yang lebih efektif dan efesien maka dalam penelitian ini dapat dikembangkan melalui kajian lain atau penerapan pada cabang olahraga yang lebih spesifik dominan kemampuan fisik, seperti cabang olahraga yang dominan kecepatan (sport speed) atau dominan daya tahan (sport endurance).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, (2002). Tes Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung : FPOK-UPI

Bompa, Tudor O.,(1993). Physical Education and Trainning; Exercise; Physiological Aspects. Canada : Coaching Association.

Bompa, Tudor O. (1994). Theory and Methodology of Trainning. The Key to Athletic Performance., lowa : Kendall / Hunt Publishing Company.

Griwijoyo, Santosa, (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung : FPOK UPI. Giriwijoyo, Santosa, (2007). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Mnausia

pada Olahraga, edisi 7. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI.

Giriwidjoyo, Santosa, dkk., (2001). Dampak Pelatihan Hipoksik (Tenaga Dalam) terhadap Peningkatan Kemampuan Dinamis Aerob dan Anaerob pada peserta Satria Nusantara. Bandung : Hasil Penelitian,

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.

Hermanu, Entang, 2010. Jurnal Kepelatihan Olahraga. Bandung.

Ismaryati, (2006). Power menyangkut kekuatan dan kecepatan …. Jakarta: Gramedia Pustaka

Lutan, Rusli, (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung : FPOK-IKIP. Moeloek, D. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Nurhasan. (1998). Tes dan Pengukuran. Bandung : FPOK-UPI

Nurhasan, H. (2007). Modul Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK, UPI.

Pesurnay, P. Levinus, dan Sidik, D. Zafar. (2008). Materi Penataran Pelatih Fisik Tingkat Nasional Se-Indonesia. Koni Pusat.


(5)

Sadjoto, (1990). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Sadjoto, 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang : Dahara Prize.

Sadjoto, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta : P2LPTK.

Satriya dkk, (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung: Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, FPOK, UPI.

Setiawan, Sandi, (1992). Sibernetika. Yogyakarta : Andi Offset. Sudjana, (1990). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono, (2006). Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta. Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suharno, (1982). Ilmu Coaching Umum (diktat). Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Sumosardjono, S. (1989). Olahraga dan Kesehatan. Jakarta : Pustaka Kartini.

Surakhmad W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito. Sucipto. Dkk (1999). Sepak Bola. DEPDIKBUD. DIRJEN Pendidikan

Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D- III Than 1999/2000

Sunaryo Kartadinata, Drs. 1988. Metode Penelitian Sosial.Bandung. Prima Witarsa. (2002). Latihan Kondisi Fisik. Penataran Wasit dan Panahan

Sejawa Barat. Bandung.

Zafar Sidik, Dikdik, 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung : Buku ajar FPOK UPI.

Zafar Sidik, Dikdik, (2010). Artikel Jurnal Kepelatihan Olahraga. (online). Tersedia: dizas424@yahoo.com.

Zafar Sidik, Dikdik, (2010). Artikel Pelatihan Harness. (online). Tersedia: dizas424@yahoo.com.


(6)

http://pendidikanjasmani13.blogspot.com2012/01/kondisi-fisik- dan-peranannya-dalam.html. (31 Januari 2012)

……….., (2005, 24 Mei). Tersedia:http://penjaskessman26bdg.

blogspot.com/2009_05_24_archive.html (15 November 2011) ………., (2010 November). Tersedia:

http://workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_harness. (2 November 2010)

………., (2009 Desember). Tersedia:

http://alfalaasifah.blog.friendster.com/2009/12/rangk-pembinaan- kondisi-fisik-olahraga-i/.

………., Tersedia: http://id.shvoong.com/medicine-and health

/epidemiology-public-health/2239768-pengertian-dari-kebugaran-kardiovaskular/. (24 September 2012)

………., Tersedia: http://rosy46nelli. Wordpress.com/2009/12/21/prinsip -dasar-latihan-daya-tahan-umum/.

http://www.workoutz.com/exercise/running_with_power_speed_ha rness


Dokumen yang terkait

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN TABATA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KEKUATAN YANG CEPAT (POWER) : Studi Eksperimen pada Atlet Futsal Puteri UPI Bandung.

3 10 44

ANALISIS PERBANDINGANGAN PENGUASAAN TEKNIK DASAR PERMAINAN FUTSAL ANTARA ANGGOTA BARU DAN ANGGOTA LAMA UKM FUTSAL PUTRA UPI.

0 3 26

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN TABATA TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN (SPEED)(Studi Eksperimen pada Atlet Futsal PuteriAnggota UKM Futsal UPI Bandung).

4 13 35

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI.

1 18 45

DAMPAK PENERAPAN POLA PELATIHAN HARNESS MENGGUNAKAN METODE INTERVAL DAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE TUNGKAI : Studi Eksperimen UKM Futsal Putri UPI Bandung.

1 6 33

PERBANDINGAN PENGARUH METODE INTERVAL DENGAN REPETISI DALAM LATIHAN HARNESS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER CABANG OLAHRAGA FUTSAL PUTRI UPI.

0 1 34

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN HARNESS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE : Study Ekspereimen pada Atlet Futsal Anggota UKM Futsal Putri UPI - repository UPI S KOR 0704228 Title

0 0 3

DAMPAK PENERAPAN LATIHAN TABATA TERHADAPPENINGKATAN KEMAMPUAN KECEPATAN (SPEED)(Studi Eksperimen pada Atlet Futsal PuteriAnggota UKM Futsal UPI Bandung) - repository UPI S KOR 1005881 Title

0 0 3

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN TABATA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KEKUATAN YANG CEPAT (POWER) : Studi Eksperimen pada Atlet Futsal Puteri UPI Bandung - repository UPI S KOR 1005811 Title

0 0 3

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN TABATA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN KECEPATAN (SPEED ENDURANCE) : Studi Eksperimen UKM Futsal Puteri UPI Bandung - repository UPI S KOR 1002036 Title

0 0 4