PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG : Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung.

(1)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,

REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jepang

oleh

Genia Kamilia Sufiadi NIM 1103208

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


(2)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG – 2015


(3)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,

REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)

Oleh

Genia Kamilia Sufiadi

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Bahasa Jepang

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra

© Genia Kamilia Sufiadi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotocopy, atau cara lainnya tanpa seizin penulis


(4)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

GENIA KAMILIA SUFIADI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY,

REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Linna Meilia Rasiban, S.Pd., M.Pd NIP. 198005072008012010

Pembimbing II

Nuria Haristiani, M.Ed., Ph.D NIP. 198209162010122002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa Jepang


(5)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(6)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

BAHASA JEPANG

(Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMAN 13 Bandung)

Genia Kamilia 1103208

ABSTRAK

Pembelajaran bahasa Jepang di SMAN 13 Bandung, sebagian besar siswa berpendapat keterampilan berbicara merupakan hal yang tersulit. Dalam penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa sebelum dan setelah mendapat perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Selain itu, bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 13 Bandung tahun ajaran 2014-2015. Sampel penelitiannya adalah 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa X MIA 2 sebagai kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis data penelitian, sebelum diberikan perlakuan, nilai mean kelas eksperimen sebesar 2,70 dan kelas kontrol 2,69. Karena nilai thitung lebih kecil daripada ttabel, maka tidak ada perbedaan

yang signifikan antara kedua variabel. Namun setelah mendapatkan perlakuan, nilai

mean kelas eksperiman sebesar 5,97 dan kelas kontrol sebesar 3,04. Nilai thitung

diperoleh sebesar 20,93. Karena nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka terdapat

perbedaan yang signifikan antara kedua variabel. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Kemudian, berdasarkan hasil analisis data angket, sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

Kata kunci : Keterampilan Berbicara; Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang; Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).


(7)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

APPLICATION OF AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) LEARNING MODEL TO INCREASE JAPANESE SPEAKING SKILLS (True Experimental to Student in First Grade at Bandung 13 SeniorHighSchool)

Genia Kamilia 1103208

ABSTRACT

Japanese learning in Bandung 13 Junior High School, most of student opine that Japanese speaking skills is the one difficult. In this research, author have chosen Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model to increase Japanese speaking skill. The purpose of this research is to know about Japanese speaking skills of student, before and after application of Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model. Moreover, to know student response about Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model. The research type is true experimental. The population on this research are students in first grade at Bandung 13 Senior High School in academic year of 2014-2015. Then, the sample of this research are 36 students from class X MIA 1 as experiment class and 36 students from class X MIA 2 as control class. From the analysis of research data obtained that average grade of experiment class before getting treatment was 2,70, and control class was 2,69. The tcalculate is lower than ttable , hence Hk rejected Ho accepted. It means, there isn’t significant differences between both of variable. But, after getting treatment, average grade of experiment class was 5,97 and control class was 3,04. The ttable with degree of freedom 71 was 2,00 (5%) and 2,65 (1%), and tcalculate it was 20,93. Because tcalculate is higher than ttable , hence Hk accepted Ho rejected. It means, there is a significant differences between both of variable. It can be conclude that Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model can increase Japanese speaking skills. Futhermore, based on result of questionnaire data, most of student give positive response about Auditory, Intellectually, and Repetition (AIR) learning model.


(8)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR HAK CIPTA

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH . ... ii

ABSTRAK.. ... iv

DAFTAR ISI … ... xiii

DAFTAR TABEL… ... xvi

DAFTAR GAMBAR.. ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN … ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah … ... 3

1. Identifikasi Masalah Penelitian .. ... 3

2. Batasan Masalah Penelitian …. ... 4

3. Perumusan Masalah Penelitian … ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian... 6

1. Manfaat Teoritis … ... 6

2. Manfaat Praktis … ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ……….. ... 7

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pembelajaran … ... 8


(9)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Model Pembelajaran … ... 10

2. Manfaat Model Pembelajaran … ... 11

C. Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) .. ... 12

1. Pengertian Model Pembelajaran AIR … ... 12

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran AIR .. ... 14

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR … ... 15

D. Berbicara ... 17

1. Pengertian Berbicara ... 18

2. Tujuan Berbicara . ... 19

3. Penilaian Keterampilan Berbicara . ... 20

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 25

B. Partisipan ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 29

1. Tes .. ... 29

2. Non Tes .. ... 35

E. Prosedur Penelitian ... 38

F. Analisis Data .. ... 43

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Penelitian .. ... 47

B. Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran .. ... 48

1. Kelas Eksperimen .. ... 48


(10)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Hasil Analisis Data .. ... 71

1. Analisis Data Hasil Pre-test .. ... 71

2. Analisis Data Hasil Post-test .. ... 74

3. Analisis Data Hasil Angket . ... 77

D. Pembahasan .. ... 85

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 92

B. Implikasi ... 93

C. Rekomendasi .. ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN


(11)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Topik Pembelajaran ... 30

Tabel 3.2. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara .. ... 31

Tabel 3.3. Skala Penilaian .. ... 31

Tabel 3.4. Penjabaran Aspek Penilaian . ... 32

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket . ... 37

Tabel 3.6. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen . ... 39

Tabel 3.7. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol . ... 40

Tabel 3.8. Tabel Persiapan untuk Menghitung Nilai thitung . ... 44

Tabel 3.9. Klasifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Tiap Kategori ... 46

Tabel 4.1. Materi Audio Pertemuan I ... 49

Tabel 4.2. Materi Audio Pertemuan II . ... 53

Tabel 4.3. Materi Audio Pertemuan III . ... 57

Tabel 4.4. Materi Audio Pertemuan IV . ... 61

Tabel 4.5. Data Hasil Pre-test . ... 71

Tabel 4.6. Data Hasil Post-test . ... 74

Tabel 4.7. Persentase Hasil Data Angket . ... 78


(12)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Macam-macam Desain Eksperimen ... 26

Gambar 3.2. Pre-test Post-test Control Group Design . ... 27

Gambar 4.1. Materi Slide Pertemuan I . ... 65

Gambar 4.2. Materi Slide Pertemuan II . ... 66

Gambar 4.3. Materi Slide Pertemuan III . ... 68

Gambar 4.4. Materi Slide Pertemuan IV . ... 70


(13)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keputusan

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3. Expert Judgement Instrumen Penelitian Penelitian Lampiran 4. Expert Judgement Materi

Lampiran 5. Kisi-kisi Soal Angket

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 7. Soal Wawancara Pre-test

Lampiran 8. Soal Wawancara Post-test Lampiran 9. Soal Angket

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian Lampiran 11. Profil Penulis


(14)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Menurut Tarigan (1983, hlm.1) menyatakan bahwa, “dalam memperoleh ketrampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu hubungan urutan yang teratur : mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak/mendengar bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis”. Dengan kata lain, dalam mempelajari bahasa, ada empat aspek yang harus dipelajari yaitu, keterampilan mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.

Sudah sejak lama bahasa Jepang terkenal di Indonesia dan banyak peminatnya. Di Bandung sejak tahun 1980-an, bahasa Jepang mulai diperkenalkan dan diajarkan kepada siswa di beberapa Sekolah Menengah Atas. Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari mulai dari kelas X, XI, dan XII secara merata. Namun, untuk menyesuaikan dengan kurikulum 2013 yang sekarang sedang dijalankan sebagai kurikulum pendidikan di Indonesia, bahasa Jepang hanya diajarkan pada siswa di kelas minat saja, yaitu kelas dimana siswa yang berminat pada bahasa Jepang saja. Siswa-siswa diajarkan dasar-dasar bahasa Jepang seperti kosakata dan tata bahasa.

Untuk mengukur keberhasilan mempelajari bahasa Jepang yaitu dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang, dimulai dari komunikasi yang sederhana. Agar siswa lebih cepat dan efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang, diperlukan suatu metode atau model pembelajaraan yang baik. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.


(15)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun penelitian terdahulu yang meneliti tentang efektivitas penggunaan model pembelajaran AIR. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustaqimah mengenai efektifitas model pembelajaran AIR dengan setting model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Game Tournament) terhadap pemahaman konsep dan motivasi belajar matematika, diperoleh hasil bahwa model pembelajaran AIR dapat membantu siswa dalam memahami konsep dan menambah motivasi belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti dkk. tentang penerapan model pembelajarn AIR berbantu Tape Recorder terhadap keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa model pembelajaran AIR dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa.

Model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) adalah model pembelajaran dengan belajar menggunakan model auditory, intellectually, dan repetition. Artinya, siswa mencoba belajar dengan gaya belajar mendengar dan berbicara, lalu memikirkannya, dan mengulanginya. Peneliti ingin menguji coba apakah model pembelajaran tersebut dapat efektif dilakukan untuk meningkatkan ketermpilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang. Model pembelajaran ini dapat membuat siswa lebih berpartisipasi aktif dan sering mengekspresikan dirinya, juga mampu menjadikan pengalamannya menjadi sebuah pelajaran.

Dari hasil observasi pada 52 siswa yang mempelajari bahasa Jepang di SMAN 13 Bandung, 49 siswa berminat pada pelajaran bahasa Jepang dan 3 siswa tidak berminat. Dalam mempelajari bahasa Jepang tentu ada kesulitannya, begitupula yang dialami 52 siswa yang menjadi responden. 42,67% siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari huruf kana, 21,33% siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari kosakata, 21,33% siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat, dan 14,67% siswa mengalami kesulitan dalam berbicara


(16)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Jepang. Siswa tidak banyak yang menjawab kesulitan dalam berbicara, karena mereka tidak sering mempelajari keterampilan berbicara di sekolah.

Pada hasil angket tentang „seberapa besar keterampilan berbicara bahasa

Jepang menurut anda sendiri‟, 25 siswa menjawab >50%, 21 siswa menjawab

50%<, dan 6 siswa menjawab 30%<, dari hasil tersebut terbukti keterampilan berbicara siswa masih kurang. Dan pada pertanyaan „apakah siswa ingin meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepangnya‟, 98,4% siswa

menjawab „YA‟. Dapat disimpulkan sebagian besar siswa memiliki motivasi untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang. Dan penulis akan mencobanya menggunakan model pembelajaran Audiory, Intellectually, Repetition (AIR).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan membuat penelitian

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Jepang (Penelitian Eksperimen Murni Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Bandung)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian

Adapun masalah umum yang berkaitan dengan tema penelitian ini, sebagai berikut.

a. Apakah guru sudah dapat menemukan strategi pembelajaran yang baik, efektif, menarik, dan sesuai dengan kurikulum yang ada, sehingga dapat menjadikan murid yang lebih pintar, aktif, mandiri, dan bertanggung jawab?

b. Apakah kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang seperti hiragana,

katakana, kanji, tata bahasa dan kosakata yang cukup sulit, membuat pembelajar bahasa Jepang menjadi kurang berminat untuk mempelajari bahasa Jepang?


(17)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Mengapa banyak pembelajar bahasa Jepang yang pintar secara teori, tetapi tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang?

d. Dari empat keterampilan dasar berbahasa, yaitu keterampilan menulis keterampilan membaca, keterampilan menulis, dan keterampilan berbicara, keterampilan mana yang paling sulit?

e. Apakah siswa SMAN 13 Bandung terlatih pada keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang?

f. Model pembelajaran apakah yang guru terapkan pada keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang? Seberapakah presentase keterampilan berbicara siswa SMAN 13 Bandung?

g. Apakah pernah model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) diterapkan pada pembelajaran bahasa Jepang?

h. Bagaimana keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, apabila diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)? Adakah perbedaan sebelum dan sesudah diterapkan?

2. Batasan Masalah Penelitian

Pada saat pelaksanaan penelitian, agar penjelasan tidak jauh melangkah dan lebih terarah, peneliti membatasi pada masalah yang akan di teliti. Batasan masalah tersebut, sebagai berikut.

a. Penelitian ini akan meneliti pada siswa kelas X di Sekolah Menengah Atas Negeri 13 Bandung.

b. Penelitian ini akan meneliti tentang keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang dengan kalimat sederhana yang digunakan sehari-hari serta sesuai dengan buku panduan dan LKS.

c. Penelitian ini akan meneliti efektivitas penerapan model pembelajaran


(18)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bandung dalam usaha meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang.

d. Penelitian ini akan meneliti tanggapan dan respon dari siswa mengenai penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang.

3. Perumusan Masalah Penelitian

Dari beberapa identifikasi masalah umum dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, agar lebih fokus dan terarah, maka peneliti akan merumuskan masalah yang lebih pokok, sebagai berikut.

a. Bagaimana kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?

b. Bagaiamana kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, setelah diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?

c. Adakah perbedaan yang signifikan antara kelas (kelas eksperimen) yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)

dengan kelas (kelas kontrol) yang tidak menggunakan model pembelajaran tersebut?

d. Bagaimana respon siswa tentang penggunaan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dijabarkan oleh peneliti, berikut tujuan yang harus dicapai dalam penelitian ini.


(19)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Mengukur kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

b. Mengukur kemampuan keterampilan berbicara siswa dalam bahasa Jepang, setelah diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

c. Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap kelas yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dengan kelas yang tidak menggunakan model penbelajaran tersebut. d. Mengetahui respon siswa tentang penggunaan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Penelitian ini juga dilakukan tidak semata-mata hanya dibuat saja, namun ada manfaat yang bisa diperoleh, baik untuk penulis maupun orang lain.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk siswa guna membantu siswa dalam mempelajari dan meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Dengan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang, siswa akan lebih mudah pula mempelajari bahasa Jepang. Dan dapat membentuk karakter siswa yang lebih mandiri dan percaya diri. Juga, karena model pembelajaran ini menarik, siswa akan mempelajari bahasa Jepang dengan menyenangkan dan bermotivasi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembelajar, model pembelajaran ini diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.


(20)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Bagi pengajar bahasa Jepang, model pembelajaran ini bisa dijadikan salah satu metode alternatif dalam mengajarkan bahasa Jepang yang lebih efektif dalam peningkatan keterampilan siswa berbahasa Jepang. c. Bagi peneliti, dapat memberikan inspirasi untuk peneliti lainnya

dalam mengembangkan ide yang kreatif dan inovatif, khususnya dalam pembelajaran bahasa Jepang.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam laporan hasil penelitian ini, akan ditulis dalam lima bab agar informasi di dalamnya lebih jelas, yaitu bab pendahuluan, bab landasan teoritis, bab metode penelitian, bab analisis data dan pembahasan, dan bab kesimpulan dan saran.

Dalam bab pendahuluan, menguraikan latar belakang penelitian; perumusan masalah penelitian yang terdiri atas, identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat/ signifikasnsi penelitian; serta struktur organisasi penelitian.

Bab landasan teoritis berisi tentang uraian teori-teori yang mendukung tujuan dilakukannya penelitan, teori tentang pembelajaran yang meliputi pengertian pembelajaran, mekanisme pembelajaran, tujuan pembelajaran, model pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR); teori tentang berbicara dan keterampilan berbicara; penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini.

Selanjutnya, dalam bab metode penelitian menguraikan desain penelitian yang digunakan, partisipan yang terlibat dalam penelitian ini, populasi dan sampel, penguraian instrumen penelitian yang digunakan, penjabaran prosedur penelitian secara kronologis, dan penjelasan tentang bagaimana cara menganalisis data penelitian ini.


(21)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lalu pada bab analisis data dan pembahasan, menguraikan pengolahan data pre-test dan post-test, pengolahan data angket, hasil penilaian keterampilan bebicara, serta pembahasan. Dan adapun bab kesimpulan dan saran, bab ini menguraikan kesimpulan dan hasil penelitian, serta saran bagi pembelajar Bahasa Jepang maupun peneliti selanjutnya.


(22)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Sudaryanto (Sutedi, 2011, hlm. 53) mengatakan bahwa “metode adalah cara yang harus dilaksakan, teknik adalah cara melaksanakan metode”. Kegiatan

penelitian menurut merupakan “salah satu cara memperoleh ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan suatu prosedur yang tepat, dengan didukung oleh data yang lengkap dan akurat, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu teori atau suatu ilmu pengetahuan baru yang dapat dianfaatkan dalam memecahkan suatu masalah” (Sutedi, 2011, hlm.9). Dapat disimpulkan. Metode penelitian merupakan prosedur dan langkah kerja yang dugunakan dalam kegiatan penelitian secara teratur dan sistematis, mulai dari tahap perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, sampai pada tahap pengambilan kesimpulan.

A. Desain Penelitian

Penulis akan melakukan uji coba penelitian kependidikan dalam penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimental. Sutedi (2011) menyatakan penelitian eksperimental cocok digunakan pada tema penelitian yang menguji suatu efektifitas. Beliau mengatakan bahwa

“Penelitian eksperimental atau penelitian uji coba merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam bidang pengajaran. Tujuan metode ini yaitu untuk menguji efektivitas dan efisiensi dari suatu pendekataan, metode, teknik, atau media pengajaran dan pembelajaran, sehingga hasilnya dapat diterapkan jika memang baik, atau tidak digunakan jika memang tidak baik, dalam pengajaran yang sebenarnya.” (hlm.64)


(23)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono (2006, hlm.81) memaparkan terdapat beberapa desain

penelelitian yang dapat digunakan, yaitu “Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Desaign, dan Quasi Experimental Design”. Hal ini dapat digambarkan seperti Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1. Macam-macam Desain Eksperimen

(Sugiyono, 2006, hlm. 82) Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True Experimental Design atau eksperimen murni. Jika menggunakan desain penelitian ini, hasil penelitian memiliki validitas yang tinggi, karena dalam desain ini dapat membandingkan dengan kelas kontrol dan dapat mengontrol semua variabel.

“Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya

eksperimen” (Sugiyono, 2006, hlm. 84).

Dalam penelitian eksperimen murni, dibutuhkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang diterapkan model

Macam Design Eksperimen Pre- Experimental One-shot Case Study

One Group Pretest- Posttest Design Intact- Group Comparison True- Experimental Posttest Only Control Design Pretest-Posttest Control Group Design Factorial Experimental Quasi Experimental Time-Series Design Nonequivalent Control Group Design


(24)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) pada pembelajaran berbicara bahasa Jepang. Sedangkan kelas kontrol, tidak diterapkannya model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), namun menggunakan media Ms. Power Point dalam pembelajaran berbicara bahasa Jepang.

Dalam Gambar 3.1, terdapat dua bentuk desain true experimental. Pada penelitian ini bentuk desain true experimental yang digunakan yaitu, Pretest- Posttest Control Group Design. Desain penelitian ini dapat digambarkan seperti Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.2. Pretest- Posttest Control Group Design

(Sugiyono, 2006, hlm. 85)

Keterangan:

R : Sampel

O1 dan O3 : Hasil pengukuran sebelum diadakannya perlakuan (nilai pretest)

O2 : Hasil pengukuran kelas eksperiman setelah diberi

perlakuan (nilai posttest)

O4 : Hasil pengukuran kelas kontrol (nilai posttest)

X : Treatment (perlakuan)

Dari gambar di atas dapat diketahui, sampel untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol dipilih secara acak atau random. Setelah itu, untuk mengetahui keadaan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol, kedua kelas tersebut diberi pretest. Hasil pretest yang baik apabila nilai dari kelas eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

R O1 X O2


(25)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahap selanjutnya setelah diketahui hasil dari pretest, kelas eksperimen mendapatkan treatment (perlakuan) penerapan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Kemudian untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan kelas kontrol dalam keterampilan berbicara bahasa Jepang, diadakannya posttest. Keefektifitasan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang, dapat dilihat dari perbandingan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Partisipan

Partisipan yang terlibat dari penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 13 Bandung kelas X. Jumlah partisipan yang terlibat sebanyak 72 siswa yang terdiri atas 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol. Berikut karakteristik yang spesifik dari partisipan.

1. Merupakan pembelajar bahasa Jepang.

2. Senang dan berminat mempelajari bahasa Jepang.

3. Merasa memiliki keterampilan berbicara bahasa Jepang di bawah atau sama dengan 50%.

4. Ingin meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang. 5. Bersedia mengikuti penelitian ini dari awal hingga akhir.

Adapun dasar pertimbangan dalam pemilihan partisipan pada penelitian ini, sebagai berikut.

1. Penulis sedang melakukan Praktik Latihan Profesi (PLP) di SMA Negeri 13 Bandung seiring dengan penyusunan skripsi.

2. Kelas X yang merupakan kelas lintas minat bahasa Jepang yaitu kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X IIS 1. Namun peneliti memilih X MIA 1 dan X


(26)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

MIA 2 dikarenakan kelas tersebut sama-sama kelas MIA dan tentu mempunyai nalar dan daya pikir yang tidak jauh berbeda.

C. Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2006, hlm. 90). Dinyatakan juga oleh Sutedi (2011, hlm.179), mengemukakan bahwa “manusia yang dijadikan sebagai sumber data disebut dengan populasi penelitian, kemudian sebagian dari populasi tersebut dianggap bisa mewakili seluruh karakte dari populasi yang ada dapat dipilih untuk dijadikan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMAN 13 Bandung tahun ajaran 2014/2015.

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2006, hlm. 91). Pengambilan sampel ini diambil secara acak atau random atau dapat dikatakan juga teknik Simple Random Sampling. Dalam Sugiyono (2006, hlm.91), “dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi …… angggota populasi dianggap

homogen”. Maka, sampel dalam penelitian ini adalah 72 siswa kelas X di SMAN 13 Bandung, terdiri atas 36 siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah “alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian” (Sutedi, 2011, hlm. 155). Instrumen penelitian merupakan alat bantu untuk mengukur variabel-variabel penelitian agar data dapat terkumpul dan dapat diolah.


(27)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada dua golongan dalam instrument penelitian, seperti yang dikemukakan Sutedi (2011, hlm.155) bahwa “dalam penelitian pendidikan, instrument penelitian secara garis besarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu yang berbentuk tes

dan non tes” . Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tes (Tes Lisan)

Tes biasanya digunakan untuk mengukur atau mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Begitupula pada suatu penelitian pendidikan, untuk mengukur kemampuan siswa setelah proses pembelajaran dengan perlakuan berlangsung diberikanlah tes. Oleh karena itu, penelitian yang memberikan perlakuan (penelitian eksperimental), biasanya menggunakan instrumen penelitian berupa tes. “Instrumen berupa tes terdiri atas tes tulisan, tes lisan,

dan tes tindakan” (Sutedi, 2011, hlm. 155). Penelitian ini bertujuan untuk

mengukur kemampuan kemampuan berbicara, oleh karena itu instrumen tes yang digunakan yaitu instrument tes lisan.

Peneliti memberikan pre-test dan post-test yang berupa tes lisan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes lisan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dan akhir siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam berbicara bahasa Jepang. Tes lisan ini berupa wawancara kepada setiap individu, dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diajukan sesuai dengan empat topik pembelajaran yang digunakan saat pembelajaran.

Tabel 3.1. Topik Pembelajaran

Topik Pembelajaran Materi

Identitas Diri  Perkenalan diri sendiri

(nama, tempat tinggal, kesukaan)


(28)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Mengenalkan orang lain Posisi Letak Benda  Posisi letak benda mati

 Posisi letak benda hidup

Keterangan Waktu  Hari

 Tanggal

 Bulan

 Jam

Keluarga  Nama-nama keluarga

 Jumlah orang

 Umur

(Soal wawancara terlampir)

Dalam penilaian saat wawancara berlangsung, ada lima komponen penilaian yang dinilai, antara lain: lafal dan intonasi; struktur kebahasaan; diksi; volume; dan kefasihan. Berikut lembar penilaian yang digunakan.

Tabel 3.2. Lembar Penilaian Keterampilan Berbicara

Siswa

Komponen Penilaian

Total Nilai LI SB Diksi Volume KF

Keterangan:

LI = Lafal dan Intonasi


(29)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KF = Kefasihan

Komponen-komponen penilaian tersebut diisi dengan skala penilaian satu sampai lima. Dengan keterangan skala penilaian sebagai berikut.

Tabel 3.3. Skala Penilaian

5 Baik Sekali

4 Baik

3 Cukup

2 Kurang

1 Kurang Sekali

Untuk mempermudah proses penilaian/evaluasi, harus ada suatu pedoman atau patokan dalam penilaian. Berikut ini penjabaran lebih lengkap tentang skala penilaian aspek keterampilan berbicara sebagai patokan penilaian, berdasarkan masukan dari Kurniawati (2014, hlm. 38-40) dalam skripsinya.

Tabel 3.4. Penjabaran Aspek Penilaian

Lafal dan Intonasi

5

Pelafalan bunyi bahasa jelas, tidak ada

pengaruh bahasa ibu si penutur serta intonasi tepat atau sempurna.

4

Tidak ada kesalahan yang berarti dan merusak bahasa dalam pelafalan dan intonasi penutur mendekati sempurna.


(30)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Terdapat sedikit kesalahan pelafalan dan intonasi, namun secara kebahasaan masih dapat dipahami.

2

Kesalahan pelafalan dan intonasi cukup sering dan terasa mengganggu.

1

Terdapat banyak kesalahan dalam pelafalan dan intonasi bahasa lisan.

Struktur Bahasa

5

Penggunaan struktur kalimat sangat tepat, tidak ada kesalahan dari kaidah bahasa.

4

Penggunaan struktur kalimat sudah tepat, tidak ada kesalahan yang berarti dan dapat merusak bahasa.

3

Terdapat sedikit kesalahan tetapi tidak merusak bahasa dan masih dapat dipahami.

2

Terdapat cukup banyak kesalahan dalam penggunaan tata bahasa.


(31)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

Banyak sekali kesalahan dalam pengguanaan tata bahasa.

Diksi

5

Kata-kata yang digunakan tepat dan bervariasi sesuai dengan situasi, kondisi, dan status pendengar sehingga tidak ada yang janggal.

4

Kata-kata yang digunakan umumnya sudah tepat dan bervariasi, hanya sekali-kali ada kata-kata yang kurang cocok.

3

Kata-kata yang digunakan sudah cukup baik hanya kurang bervariasi.

2

Kata-kata yang digunakan cukup banyak yang kurang tepat.

1

Kata-kata yang digunakan banyak sekali yang kurang tepat dan kurang sesuai.


(32)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Volume

5

Suaranya sangat jelas dan pengaturan volume suara sangat sesuai dengan kondisi.

4

Pengaturan volume suara cukup jelas, hanya sesekali dijumpai sesekali ketidaksesuaian.

3

Pengaturan volume suara cukup baik, walau masih banyak penyesuaian suara.

2

Pengaturan volume suara kurang baik, sehingga kata-kata yang diucapkan kurang jelas terdengar.

1

Volume suara terlalu lemah atau kurang jelas dan sama sekali tidak terdengar.

Kefasihan

5

Cara bicaranya sangat lancar dan fasih, baik dari segi penguasaan isi maupun bahasa.

4

Cara bicaranya lancar dan fasih, hanya ada beberapa gangguan yang tidak terlalu berarti.


(33)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Cara bicaranya agak lancar, namun agak sering berhenti.

2

Cara bicaranya kurang lancar dan sering berhenti.

1

Cara bicaranya sangat tidak lancar, banyak diam dan gugup.

2. Non Tes (Angket)

Sutedi (2011, hlm.155) mengatakan “instrumen non tes dapat berupa angket, pedoman observasi, pedoman wawancara, skala, sosiometri, daftar

(checklist), dan sebagainya”. Dalam penelitian ini, bentuk instrument non tes yang peneliti pilih adalah bentuk angket. Menurut Faisal (dalam Sutedi, 2011, hlm.164) memaparkan, “teknik angket ini dilakukan dengan cara pengumpulan datanya melalui daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari responden”.

Angket diberikan bertujuan untuk mengetahui tanggapan dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually,

Repetition (AIR) dan mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) terhadap keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa. Angket ini diberikan pada kelas eksperimen saja, setelah mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).

Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Sutedi (2011, hlm.164) mengatakan “angket tertutup yaitu angket yang alternative jawabannya sudah disediakan oleh peneliti, sehingga


(34)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

responden tidak memiliki keleluasaam untuk menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepadanya”. Pertanyaan- pertanyaan yang diajukan dalam angket meliputi ketertarikan responden terhadap pembelajaran berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR); mengetahui pernahkah responden mendapatkan perlakuan menggunakan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR); efektifitas model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang; pendapat siswa terhadap penyampaian materi oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR); peningkatan ketertarikan minat siswa dalam belajar bahasa Jepang setelah menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR). Berikut kisi-kisi angket pada penelitian ini.

Tabel 3.5. Kisi-kisi Angket

No. Indikator Angket Nomor Soal

Jumlah Soal

1.

Mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran berbicara bahasa Jepang dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy,


(35)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Repetition (AIR).

2.

Mengetahui apakah peserta didik pernah atau belum pernah mendapatkan model

pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) sebelumnya.

2 1

3.

Mengetahui efektifitas model pembelajaran

Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

dalam meningkatkan keterampilan berbicara dalam bahasa Jepang.

3, 7, 8, 10 4

4.

Mengetahui pendapat siswa terhadap penyampaian materi oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).

5, 6 2

5.

Mengetahui peningkatan ketertarikan minat siswa dalam belajar bahasa Jepang setelah menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR).

4 1

(Angket terlampir)

E. Prosedur Penelitian


(36)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Persiapan Penelitian a. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gamabaran yang jelas tentang subjek penelitian yang ada di lapangan sebagai bahan pertimbangan agar penelitian ini dapat dilaksanakan.

b. Pembuatan Instrumen Penelitian

1) Pembuatan Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (terlampir) 2) Pembuatan soal pre-test (terlampir)

3) Pembuatan soal post-test (terlampir) 4) Pembuatan angket (terlampir) c. Izin Penelitian

Hal ini bertujuan untuk melengkapi administrasi penelitian, yaitu pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan pada instansi yang terkait dengan kegiatan penelitian, yaitu meminta izin penelitian kepada pihak sekolah, guru mata pelajaran yang bersangkutan, dan khususnya kepada kepala sekolah SMAN 13 Bandung, agar penelitian ini berjalan lancar dan legal.

2. Tahap Pelaksanaan a. Memberikan pre-test

Pre-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk mengetahui kemampuan awal sampel.

b. Memberikan Treatment (perlakuan)

Treatment (perlakuan) dengan menerapkan penerapan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang, akan diberikan pada kelas eksperimen sebanyak empat kali pertemuan. Sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan metode ceramah dengan media pembelajaran Ms. Power Point sebanyak empat kali pertemuan.


(37)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Memberikan post-test

Post-test diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk mengetahui kemampuan akhir sampel, setelah diberi perlakuan yang berbeda.

d. Memberikan angket

Angket diberikan kepada kelas eksperimen saja, bertujuan untuk mengetahui pendapat atau tanggapan siswa atas diberikannya treatment

tentang penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition

(AIR)dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

Berikut ini adalah jadwal penelitian untuk kelas eksperimen.

Tabel 3.6. Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen

No. Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1.

Selasa,

5 Mei 2015

11.30-13.00

Pertemuan ke-1:

Mengadakan pre-test.

2.

Rabu,

6 Mei 2015

06.45-09.00

Pertemuan ke-2:

Pembelajaran berbicara tentang identitas diri dengan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR).

3.

Rabu,

13 Mei 2015

06.45-09.00

Pertemuan ke-3:

Pembelajaran berbicara tentang posisi letak benda dengan model pembelajaran Auditory,


(38)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Intellectually, Repetition (AIR).

4.

Rabu,

20 Mei 2015

06.45-09.00

Pertemuan ke-4:

Pembelajaran berbicara tentang keterangan waktu dengan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR).

5.

Rabu,

27 Mei 2015

06.45-09.00

Pertemuan ke-5:

Pembelajaran berbicara tentang anggota keluarga dengan model pembelajaran Auditory,

Intellectually, Repetition (AIR).

6.

Rabu,

3 Juni 2015

06.45-09.00

Pertemuan ke-6

Mengadakan post-test dan pembagian angket

Adapun jadwal penelitian untuk kelas kontrol adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7. Jadwal Penelitian Kelas Kontrol

No. Hari/Tanggal Waktu Kegiatan

1.

Rabu,

6 Mei 2015

09.00-10.45

Pertemuan ke-1:

Mengadakan pre-test.

2.

Jumat,

8 Mei 2015

09.15-11.30 Pertemuan ke-2:


(39)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

identitas diri dengan metode ceramah dan media Ms. Power Point.

3.

Jumat,

15 Mei 2015

09.15-11.30

Pertemuan ke-3:

Pembelajaran berbicara tentang posisi letak benda dengan metode ceramah dan media Ms. Power Point.

4.

Rabu,

20 Mei 2015

09.00-10.45

Pertemuan ke-4:

Pembelajaran berbicara tentang keterangan waktu dengan metode ceramah dan media Ms. Power Point.

5.

Jumat,

29 Mei 2015

09.15-10.45

Pertemuan ke-5:

Pembelajaran berbicara tentang anggota keluarga dengan metode ceramah dan media Ms. Power Point.

6.

Rabu,

3 Juni 2015

09.00-10.45 Pertemuan ke-6 Mengadakan post-test.

3. Tahap Akhir

a. Mengumpulkan data hasil penelitian berupa tes dan angket. b. Menentukan variabel penelitian


(40)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel dalam penelitian ini yakni:

1) Variabel (X) yaitu hasil belajar kelas eksperimen dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR).

2) Variabel (Y) yaitu hasil belajar kelas kontrol dalam peningkatan kemampuan berbicara bahasa Jepang tanpa model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). c. Analisis data statistik

d. Anggapan dasar dan hipotesis

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah pembelajar bahasa Jepang diarahkan untuk terus dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Jepang. Salah satunya dengan meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jepang. Dengan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) yang dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi masyarakat, kebudayaan dan sistem pendidikan di Indonesia, maka pembelajar bahasa Jepang di Indonesia dapat lebih mudah dan efektif dalam menguasai bahasa Jepang.

Berdasarkan anggapan dasar yang dikemukakan sebelumnya, penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut.

1) Hipotesis Kerja (Hk) : Adanya perbedaan yang signifikan antara tingkat keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) (kelas eksperimen) dengan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa yang tidak diterapkan model pembelajaran

Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)


(41)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Hipotesis Nol (Ho) : Tidak adanya perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa yang diterapkan model pembelajaran

Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

(kelas eksperimen) dengan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa yang tidak diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) (kelas kontrol).

e. Menarik kesimpulan

Tahap ini adalah tahap pengambilan kesimpulan terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian ini.

F. Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil dua macam data penelitian, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa, sedangkan data kualitatif digunakan untuk mengetahui respon atau tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR) dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

Data kuantitatif akan diambil dari penerapan teknik statistik kompあ ransional untuk menganalisis data. “Statistik komparansional digunakan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada-tidaknya perbedaan antara dua variable (atau lebih) yang sedang diteliti. Oleh karena itu, statistik ini digunakan dalam penelitian komparansi, yaitu penelitian yang berusaha untuk menemukan persamaan dan perbedaan variable yang ada.” (Sutedi, 2011, hlm.


(42)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

228). Data diambil dari hasil pre-test dan post-test, kemudian dianalisis dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Membuat tabel persiapan untuk menghitung nilai thitung

Tabel 3.8. Tabel Persiapan untuk Menghitung Nilai thitung

No. X Y

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

M

2. Mencari mean kedua variabel dengan rumus berikut.

1

N x Mx  

2

N y My  

3. Mencari standar deviasi dari variabel X dan Y dengan rumus berikut.

1 2

N x Sdx  

2 2

N y Sdy  

4. Mencari standar error mean kedua variabel X dan Y dengan rumus berikut.

1 1  N Sd SEM x x 1 2   N Sd

SEMy y


(43)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

2

y x

xy SEM SEM

SEM  

6. Mencari nilai thitung dengan rumus berikut.

xy y x

SEM M M t0  

7. Memberikan interpretasi terhadap thitung

a) Merumuskan hipotesis kerja (Hk): terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y

b) Merumuskan hipotesis nol (Ho): tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel X dan variabel Y

8. Menguji kebenaran dengan membandingkan nilai ttabel

db = (N1+N2) – 1

Keterangan:

Mx = Nilai rata-rata X

My = Nilai rata- rata Y

N1 = Jumlah sampel variabel X

N2 = Jumlah sampel variabel Y

SEMxy = Standar eror perbedaan mean X dan Y

t0 = Nilai t hitung

db = Derajat kebebasan

(Sutedi, 2011, hlm. 230-232)

Adapun data kualitatif yang diperoleh dari angket, akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan Persentase. Data diperoleh dengan langkah-langkah berdasarkan Kurniawati (2014, hlm. 45) sebagai berikut.


(44)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menghitung Persentase dan frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus berikut ini.

% 100

 

N F P

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi jawaban N = Jumlah responden

3. Membuat tabel persentase frekuensi

4. Menafsirkan hasil perhitungan data angket berdasarkan tabel berikut.

Tabel 3.9. Klasifikasi Interpretasi Perhitungan Persentase Tiap Kategori

Interval Persentase Interpretasi

0% Tidak seorang pun

1%-5% Hampir tidak ada

6%-25% Sebagian kecil

26%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya

51%-75% Lebih dari setengahnya

76%-95% Sebagian besar

96%-99% Hampir seluruhnya


(45)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(46)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Pada kesimpulan berisi tentang jawaban rumusan masalah dari penelitian ini yang dibuat sebelum dilakukannya penelitian. Implikasi berisi tentang pengaruh positif dari penelitian ini dan rekomendasi berisi tentang saran yang ditujukan pada pengajar dan peneliti yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil pengolahan data yang telah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan, sebagai berikut.

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre-test yang bertujuan mengetahui kemampuan awal siswa dalam berbicara bahasa Jepang sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dapat diinterpretasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan awal berbicara bahasa Jepang kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, apabila dipersentasekan hanya mencapai 27%, termasuk dalam nilai yang rendah. Dikarenakan, keterampilan berbicaranya jarang sekali dilatih.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post-test yang bertujuan mengetahui kemampuan siswa setelah diterapkan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), terlihat jelas keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada kelas eksperimen menjadi cukup meningkat apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Kemampuan


(47)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

awal berbicara siswa kelas eksperimen sebesar 27 %, sedangkan kemampuan akhir setelah mendapatkan treatment sebesar 59,67%. Apabila dihitung perbandingannya antara kemampual awal dan kemampuan akhir sebesar 1 : 2,2.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan kelas kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition

(AIR), hanya menggunakan metode konvensional dengan media pembelajaran Ms. Powerpoint dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Oleh karena itu, terbukti jelas model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

4. Berdasarakan hasil pengolahan data angket yang disebar pada kelas eksperimen, dapat diketahui sebagian besar dengan persentase 81,39% memberikan respon dan tanggapan positif untuk penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

B. Implikasi

Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Implikasi tersebut, antara lain.

1. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari post-test pada kelas eksperimen, keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa menunjukkan angka yang cukup meningkat bila dibandingkan dengan hasil data pre-test, perbandingannya


(48)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebesar 1 : 2,2. Hal itu berarti adanya implikasi terhadap peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada penelitian ini.

2. Berdasarkan hasil data angket, sebagian besar siswa berpendapat model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang menarik. Pada tahap Auditory, siswa menjadi lebih bersemangat mendengarkan bahasa Jepang, dan pada tahap Repetition, peneliti menggunakan teknik Role play untuk mengevaluasi hasil pembelajaran, itu membuat siswa tidak bosan. Hal tersebut berimplikasi terhadap minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang yang lebih dalam lagi.

C. Rekomendasi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, diperoleh hasil data yang dapat diinterpretasikan bahwa tujuan dari penelitian ini tercapai cukup baik. Keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa setelah mendapatkan perlakuan cukup meningkat dibandingkan dengan kemampuan awalnya.

Di samping itu, terdapat suatu hambatan dan kesulitan yang dialami saat penelitian ini dilakukan. Sehingga tujuan penelitian ini tidak seluruhnya tercapai. Peneliti berekspektasi keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa meningkat dengan persentase minimal 50%. Namun pada realitanya, keterampilan berbicara siswa cukup meningkat, hanya saja bertambah kurang lebih 33%. Hal itu dikarenakan waktu yang minim. Dalam pemahaman materi, siswa terlihat sedikit bingung saat materi sedang diberikan, karena penjelasan materi terlalu cepat. Kemudian, pada tahap repetition, dimana siswa diberikan suatu tugas sebagai


(49)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengulangan materi, bentuk tugas yang diberikan kurang bervariatif, sehingga siswa menjadi sedikit malas mengerjakannya.

Berdasarkan ketidaktercapaian hal tersebut, terdapat beberapa saran untuk para pengajar dan untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini. Pertama, model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif terutama pada pembelajaran berbicara atau percakapan bahasa Jepang. Apabila akan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), sebaiknya pahami lebih dalam lagi teori dan teknik pada model pembelajaran ini dan gunakan materi serta alur pembelajaran yang bervariasi dan sederhana. Model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya. Dalam proses penelitian, sebaiknya lakukan perlakuan lebih dari empat kali dan gunakan waktu yang lebih lama, agar hasil yang diperoleh lebih terlihat jelas perbedaannya.


(50)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Boeree, G. (2010). Metode Pembelajaran dan Pengajaran: Kritik dan Sugesti Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Kecerdasan. Jogjakarta: Ar-ruz Media

Djiwandono, M.S. (2011). Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks

Kurniawati, N. (2014). Efektivitas Teknik Poster Comment Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Meier, D. (2002). The Accelerates Learning Handbook (terjemahan Rahmani Astuti). Bandung: Kaifa

Mustaqimah. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Dengan Setting Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (Skripsi). Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


(51)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subyakto, S.U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Suherman, E. (2003). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Bandung: JICA

Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: HUMANIORA.

Tarigan, H.G. (1983). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.

Widiastuti dkk. (2014). Pengaruh Model Auditory, Intellectually, Repetition Berbantuan Tape Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara. (Jurnal). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Singaraja

Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).


(1)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Pada kesimpulan berisi tentang jawaban rumusan masalah dari penelitian ini yang dibuat sebelum dilakukannya penelitian. Implikasi berisi tentang pengaruh positif dari penelitian ini dan rekomendasi berisi tentang saran yang ditujukan pada pengajar dan peneliti yang berminat melakukan penelitian selanjutnya.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil pengolahan data yang telah dianalisis, dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab rumusan, sebagai berikut.

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre-test yang bertujuan mengetahui kemampuan awal siswa dalam berbicara bahasa Jepang sebelum diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), dapat diinterpretasikan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemampuan awal berbicara bahasa Jepang kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, apabila dipersentasekan hanya mencapai 27%, termasuk dalam nilai yang rendah. Dikarenakan, keterampilan berbicaranya jarang sekali dilatih.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil post-test yang bertujuan mengetahui kemampuan siswa setelah diterapkan model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), terlihat jelas keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada kelas eksperimen menjadi cukup meningkat apabila dibandingkan dengan kemampuan awal. Kemampuan


(2)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

awal berbicara siswa kelas eksperimen sebesar 27 %, sedangkan kemampuan akhir setelah mendapatkan treatment sebesar 59,67%. Apabila dihitung perbandingannya antara kemampual awal dan kemampuan akhir sebesar 1 : 2,2.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen yang diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang dengan kelas kontrol yang tidak diterapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition

(AIR), hanya menggunakan metode konvensional dengan media pembelajaran Ms. Powerpoint dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Oleh karena itu, terbukti jelas model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang efektif untuk peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

4. Berdasarakan hasil pengolahan data angket yang disebar pada kelas eksperimen, dapat diketahui sebagian besar dengan persentase 81,39% memberikan respon dan tanggapan positif untuk penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang.

B. Implikasi

Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi yang berhubungan dengan penerapan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Jepang. Implikasi tersebut, antara lain.

1. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari post-test pada kelas eksperimen, keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa menunjukkan angka yang cukup meningkat bila dibandingkan dengan hasil data pre-test, perbandingannya


(3)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebesar 1 : 2,2. Hal itu berarti adanya implikasi terhadap peningkatan keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa pada penelitian ini.

2. Berdasarkan hasil data angket, sebagian besar siswa berpendapat model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) merupakan model pembelajaran yang menarik. Pada tahap Auditory, siswa menjadi lebih bersemangat mendengarkan bahasa Jepang, dan pada tahap Repetition, peneliti menggunakan teknik Role play untuk mengevaluasi hasil pembelajaran, itu membuat siswa tidak bosan. Hal tersebut berimplikasi terhadap minat siswa terhadap pembelajaran bahasa Jepang yang lebih dalam lagi.

C. Rekomendasi

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menerapkan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR). Berdasarkan data-data yang telah dianalisis, diperoleh hasil data yang dapat diinterpretasikan bahwa tujuan dari penelitian ini tercapai cukup baik. Keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa setelah mendapatkan perlakuan cukup meningkat dibandingkan dengan kemampuan awalnya.

Di samping itu, terdapat suatu hambatan dan kesulitan yang dialami saat penelitian ini dilakukan. Sehingga tujuan penelitian ini tidak seluruhnya tercapai. Peneliti berekspektasi keterampilan berbicara bahasa Jepang siswa meningkat dengan persentase minimal 50%. Namun pada realitanya, keterampilan berbicara siswa cukup meningkat, hanya saja bertambah kurang lebih 33%. Hal itu dikarenakan waktu yang minim. Dalam pemahaman materi, siswa terlihat sedikit bingung saat materi sedang diberikan, karena penjelasan materi terlalu cepat. Kemudian, pada tahap repetition, dimana siswa diberikan suatu tugas sebagai


(4)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengulangan materi, bentuk tugas yang diberikan kurang bervariatif, sehingga siswa menjadi sedikit malas mengerjakannya.

Berdasarkan ketidaktercapaian hal tersebut, terdapat beberapa saran untuk para pengajar dan untuk peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini. Pertama, model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat dijadikan salah satu model pembelajaran alternatif terutama pada pembelajaran berbicara atau percakapan bahasa Jepang. Apabila akan menggunakan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR), sebaiknya pahami lebih dalam lagi teori dan teknik pada model pembelajaran ini dan gunakan materi serta alur pembelajaran yang bervariasi dan sederhana. Model pembelajaran

Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya. Dalam proses penelitian, sebaiknya lakukan perlakuan lebih dari empat kali dan gunakan waktu yang lebih lama, agar hasil yang diperoleh lebih terlihat jelas perbedaannya.


(5)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Boeree, G. (2010). Metode Pembelajaran dan Pengajaran: Kritik dan Sugesti

Terhadap Dunia Pendidikan, Pembelajaran, dan Kecerdasan.

Jogjakarta: Ar-ruz Media

Djiwandono, M.S. (2011). Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: PT. Indeks

Kurniawati, N. (2014). Efektivitas Teknik Poster Comment Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa SMA. (Skripsi). Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Meier, D. (2002). The Accelerates Learning Handbook (terjemahan Rahmani Astuti). Bandung: Kaifa

Mustaqimah. (2012). Efektivitas Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, Repetition) Dengan Setting Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Team Games Tournament) Terhadap Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri Yogyakarta. (Skripsi). Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Sagala, S. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.


(6)

Genia Kamilia Sufiadi, 2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALY, REPETITION (AIR) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JEPANG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subyakto, S.U. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta. Suherman, E. (2003). Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Bandung: JICA

Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: HUMANIORA.

Tarigan, H.G. (1983). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: ANGKASA.

Widiastuti dkk. (2014). Pengaruh Model Auditory, Intellectually, Repetition Berbantuan Tape Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara. (Jurnal). Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Singaraja

Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi (GP Press Group).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matematika (P

0 2 17

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) PADA Peningkatan Tanggung Jawab Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Pada Bilangan Pecahan Dalam Pembelajaran Matemati

0 1 12

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI STRATEGI AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION ( AIR ) UNTUK Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Strategi Auditory Intellectualy Repetition ( Air ) Untuk Meningkatkan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matemati

0 1 16

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI STRATEGI AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION ( AIR ) UNTUK Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Melalui Strategi Auditory Intellectualy Repetition ( Air ) Untuk Meningkatkan Komunikasi Dan Hasil Belajar Matemati

0 2 12

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN LITERASI INFORMASI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian Tindakan Kelas : X IIS 3 SMAN 3 Cimahi.

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 1 14

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY REPETITION (AIR) Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR) Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (T

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. doc

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF. docx

0 0 7

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KO

0 0 8