PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KO

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PESERTA DIDIK
Nurhidayah1
(Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Al Asyariah Mandar)
Emaiil: nur_inung19@yahoo.com

Abstract

This study aimed to describe the effect of cooperative learning model type STAD with scientific
approach towards students mathematics learning outcomes. The research was quasi experiment
research with posttest only control group design. The population of this study is X IPS grade student
of SMAN 1 Wonomulyo academic year 2017/2018, with sample are X IPS 1 and X IPS 2. Analysys
data using indenpendent t test. The results showed that: (1) the students’ mathematics learning
outcomes without cooperative learning model type STAD with scientific approach the average is
70,29, and (2) the students’ mathematics learning outcomes without cooperative learning model type
STAD with scientific approach the average is 80,30, (3) cooperative learning model type STAD with
scientific approach significantly better impact on learning outcomes compared than without
cooperative learning model type STAD with scientific approach.
Keywords: cooperative learning model type STAD, scientific approach, students mathematics
learning outcomes


1.

PENDAHULUAN

Sejalan
dengan
perkembangan
masyarakat dewasa ini pendidikan banyak
mengalami berbagai tantangan. Salah satu
tantangan yang sangat menarik adalah
berkenaan
dengan
peningkatan
mutu
pendidikan, yang disebabkan masih rendahnya
prestasi belajar. Berbagai usaha telah
dilakukan oleh pengelola pendidikan dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar peserta
didik, salah satunya dengan melakukan

perubahan kurikulum sekolah. Langkah ini
merupakan langkah awal untuk meningkatkan
mutu pendidikan. Namun kenyataannya
prestasi belajar peserta didik terutama dalam
bidang matematika masih tergolong rendah.
Fakta tersebut menunjukkan bahwa
banyaknya waktu yang diperlukan peserta
didik untuk belajar matematika ternyata tidak
mampu meningkatkan hasil belajar mereka.
Hal ini tentunya tidak lepas dari peran seorang
guru dalam mengajar di kelas. Pemilihan
metode
pembelajaran
yang
monoton
merupakan salah satu penyebabnya karena

dengan metode pembelajaran seperti itu
memungkinkan peserta didik menjadi jenuh
dalam belajar. Kejenuhan dalam belajar

menyebabkan perhatian peserta didik terhadap
materi menjadi menurun sehingga materi yang
disampaikan tidak dapat diserap dengan
optimal.
Pada dasarnya belajar matematika
merupakan belajar konsep, sedangkan konsep–
konsep dasar matematika merupakan kesatuan
yang bulat dan utuh. Untuk itu dalam proses
belajar mengajar yang terpenting adalah
bagaimana guru dapat mengajarkan konsep itu,
dan peserta didik dapat memahaminya.
Walaupun pengajaran matematika dilakukan
dengan memperhatikan urutan konsep dan
dimulai dari hal sederhana, tetapi sampai saat
ini matematika masih dianggap sebagai
pelajaran yang sulit. Akibatnya banyak
peserta didik yang bersikap acuh dalam proses
belajar mengajar matematika.
Berdasarkan hasil obsevsasi awal,
peserta didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1

Wonomulyo
masih banyak yang kurang
menyukai dengan pembelajaran matematika

ini terbukti, masih ada peserta didik kurang
memperhatikan materi yang diajarkan guru di
kelas, beberapa terlihat mengantuk di dalam
kelas dan ada pula yang bercengkrama dengan
temannya yang lain, serta tugas yang diberikan
oleh guru terkadang tidak dikerjakan. Hal ini
yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika, yakni tidak mencapai nilai standar
kriteria ketuntasan minimal (yaitu
.
Penyebab rendahnya hasil belajar
peserta didik adalah perencanaan dan
implementasi pembelajaran yang dilakukan
oleh para guru matematika tanpaknya masih
dengan metode transfer informasi. Kondisi
pembelajaran matematika seperti ini akan

menimbulkan kebosanan bagi peserta didik,
Unsur penyebab masalah ini karena kurangnya
minat peserta didik terhadap Pembelajaran
matematika dan kurangnya rasa percaya diri
peserta didik untuk bertanya langsung kepada
guru, mereka lebih cenderung senangnya
bertanya kepada teman-temannya, maka perlu
adanya perhatian lebih terhadap kemampuan
tersebut, salah satu bentuk perhatian yang
dapat dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri dengan
pendekatan
saintifik.
Dengan
menerapkan
pendekatan
saintifik akan melatih peserta didik untuk
mengkonstruksi pengetahuan mereka sehingga
pengetahuan tersebut akan tersimpan jangka
panjang dalam ingatan peserta didik. Selain

itu, dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD akan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
berdiskusi dengan peserta didik yang lain,
sehingga diharapkan kesulitan yang dihadapi
bisa diminimalisir bahkan peserta didik dapat
dengan mandiri memecahkan masalah dengan
jawaban yang bervariasi dan berperan aktif
dalam proses pembelajaran.
Menurut Sanjaya (2010:241) model
pembelajaran kooperatif adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta
didik dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah
dirumuskan.
Situasi
kooperatif
merupakan bagian dari peserta didik untuk


mencapai tujuan kelompok, peserta didik harus
merasakan bahwa mereka akan mencapai
tujuan, maka peserta didik lain dalam
kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya
tiap anggota kelompok bersikap kooperatif
dengan sesama anggota kelompoknya.
Menurut Slavin (Rusman, 2012:201),
pembelajaran
kooperatif
menggalakkan
peserta didik berinteraksi secara aktif dan
positif dalam kelompok yang membolehkan
pertukaran ide sendiri dalam suasana yang
tidak terancam, sesuai dengan falsafah
konstruktivisme. Dengan demikian, model
pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih
memberikan kesempatan yang luas kepada
peserta didik untuk meningkatkan aktivitas
agar benar-benar merasa ikut ambil bagian dan
berperan aktif dalam proses belajar mengajar

untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan
soal-soal yang diberikan guru.
Setiap
kelompok
diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
memberi peserta didik bentuk inergi yang
menguntungkan semua anggota. Guru
menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk
megevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerja sama mereka agar selanjutnya bisa
bekerja sama lebih efektif.
Belajar kooperatif peserta didik belajar
bersama
sebagai
suatu
tim
dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk

mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab untuk
keberhasilan kelompoknya. Belajar kooperatif
mempunyai ide bahwa setiap peserta didik
bekerjasama untuk belajar dan bertanggung
jawab pada kemampuan belajar temannya dan
menekankan pada tujuan dan kesuksesa
kelompok. Semua itu dapat dicapai jika
anggota kelompok mencapai tujuan atau
penguasaan materi. Dengan kerja sama
tersebut dapat mempererat hubungan antara
peserta didik dari latar belakang etnik dan
kemampuan.
Pembelajaran kooperatif akan efektif
digunakan apabila: (1) guru menekankan

pentingnya usaha bersaama di samping usaha
secara individual, (2) guru menghendaki
pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3)
guru ingin menanamkan tutor sebayaatau

belajar melalui teman sendiri, (4) guru
menghendaki adanya pemerataan partisifasi
aktif peserta didik, (5) guru menghendaki
kemampuan pesertadidik dalam memecahkan
berbagai permasalahan.
Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievement Division)
menurut Trianto (2010:68) merupakan salah
satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan
menggunakan
kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5
orang peserta didik secara heterogen.
Menurut Slavin (Nur, 2000:26)
menyatakan bahwa pada STAD peserta didik
ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan
4-5 orang yang merupakan campuran menurut
tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru
menyajikan pelajaran, dan kemudian peserta
didik bekerja dalam tim mereka memastikan

bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh peserta
didik diberikan tes tentang materi tersebut,
pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan
saling membantu.
Menurut Yusran (anifah, dkk, 2014)
alam pembelajaran STAD masing-masing
kelompok atau tim menerima lembar kerja dari
guru untuk dikerjakan sendiri-sendiri yang
kemudian didiskusikan melalui tanya jawab
antar sesama anggota kelompok.
Adapun sintaks model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Trianto: 2010:71) yaitu
Tabel 2.2 Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD

Fase
Fase 1
Menyampai
kan tujuan
dan
memotivasi
peserta
didik
Fase 2

Kegiatan Guru
Menyampaikan
semua
tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran
tersebut dan memotivasi
peserta didik belajar

Menyajikan

informasi

Menyajikan
/menyampai
kan
informasi
Fase 3
Mengorgani
sasikan
peserta
didik dalam
kelompokkelompok
belajar
Fase 4
Membimbin
g kelompok
bekerja dan
belajar
Fase 5
Evaluasi

Fase 6
Memberika
n
penghargaa
n

kepada
peserta
didik
dengan
jalan
mendemonstrasikan atau
lewat bahasa bacaan.
Menjelaskan
kepada
peserta didik bagaimana
caranya
membentuk
kelompok belajar dan
membantu
setiap
kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Membimbing kelompokkelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas
mereka.
Mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
diajarkan atau masingmasing
kelompok
mempresentasikan
hasil
kerjanya.
Mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya
maupun
hasil
belajar
individu dan kelompok.

Didalam kamus Besar Bahasa
Indonesia (Hosnan, 2014:32)
pengertian
pendekatan adalah (1) proses, perbuatan, cara
mendekati ; (2) usaha dalam rangka aktivitas
pengamatan untuk mengadakan hubungan
dengan orang yang diteliti, metode-metode
untuk mencapai pengertian tentang masalah
pengamatan. Sedangkan menurut Fauziah
(2013) pendekatan saintifik mengajak siswa
langsung dalam menginferensi masalah yang
ada dalam bentuk rumusan masalah dan
hipotesis, rasa peduli terhadap lingkungan,
rasa ingin tahu dan gemar membaca.
Tujuan
pembelajaran
dengan
pendekatan
saintifik
didasarkan
pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa

tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah sebagai berikut : (Hosnan,
2014:36)
1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek,
khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik.
2) Untuk membentuk kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana
peserta didik merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5) Untuk melatih peserta didik dalam
mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
6) Untuk mengembangkan karakter peserta
didik.
Adapun langkah-langkah dalam
pendekatan pembalajaran saintifik (Hosnan,
2014:39) adalah (a) mengamati (observing),
yakni
Melihat,
mengamati,
membaca,
mendengar, menyimak (tanpa dan dengan
alat), (b) Menanya (questioning), yakni
Mengajukan pertanyaan dari yang faktual
sampai yang bersifat hipotesis; diawali dengan
bimbingan guru sampai dengan mandiri
(menjadi suatu kebiasaan), (c) Mengumpulkan
data (experimenting), yakni Menentukan data
yang diperlukan dari pertanyaan yang
diajukan, menentukan sumber data (benda,
dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan
data, (d) mengasosiasi (associating), yakni
Menganalisis data dalam bentuk membentuk
kategori, menentukan hubungan data/kategori,
menyimpulkan dari analisis data, (d)
mengomunikasikan, yakni Menyampaikan
hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan, diagram, bagan, gambar atau media
lainnya.
Penerapan saintifik melalui model
pembelajaran
kooperatif
tipe
STAD
merupakan proses pembelajaran dengan
menggabungkan
langkah-langkah
model
pembelajaran STAD dengan kegiatan saintifik
(Naviano dan Wutsqa, 2017). Selanjutnya
Yusuf (Naviano dan Wutsqa, 2017)
mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD-PS (STAD dengan pendekatan
saintifik),
selain
siswa
mempunyai
kemampuan kerjasama tim dalam kelompok
untuk menyelesaian permasalahan matematika
yang diberikan, tanpa ada persaingan, mereka
juga dituntut harus mampu memahami materi
secara keseluruhan. Selanjutnya, dengan cara
tersebut, siswa dapat terlibat secara proaktif
dalam pembelajaran dan siswa akan terlatih
menemukan
keterkaitan
konsep-konsep
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya Yusuf
(Naviano dan Wutsqa, 2017). Sehingga
dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk aktif bekerjasama dengan
teman kelompoknya dengan menggunakan
model pembelajaran STAD dan mengasah
keterampilan berpikir tinggi peserta didik
melalui pendekatan saintifik diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik.
Berdasarkan kajian teori dan kerngka
pikir yang telah diuraikan maka dibuat
hipotesis sebagai berikut :
a. Hipotesis penelitian
Penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika peserta didik.
b. Hipotesis Statistik
Untuk keperluan penguji statistik maka
hipotesis statistik dirumuskan sebagai
berikut
H0 : µ 1 = µ 2
H1 : µ 1 ≠ µ2
Keterangan :
µ 1 = skor rata-rata hasil belajar matematika
peserta didik yang diajar tanpa
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik
µ 2 = skor rata-rata hasil belajar matematika
peserta didik yang diajar dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik

2.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian
quasi eksperiment yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik terhadap hasil belajar matematika.
Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan
(Sugiyono, 2012:72).
Dalam penelitian ini digunakan satu
kelas sebagai kelas eksperimen dengan
penerapan model kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan saintifik dan satu kelas
sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran
tanpa menerapkan kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan saintifik.
Adapun yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah hasil belajar
matematika pada peserta didik dengan
perlakuan penerapan model kooperatif tipe
STAD dengan pendekatan saintifik. Definisi
operasional variabel dalam penelitian ini skor
rata-rata hasil belajar matematika peserta didik
yang diberikan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Desain penelitian ini adalah the
posttest-only control group design. Desain ini
menggunakan dua kelompok yang dibentuk
secara acak. Pada kedua kelompok satu
kelompok diberikan perlakuan (eksperimen)
dan kelompok yang satu tanpa perlakuan
(kontrol) dan akhirnya diberikan posttest
(testnya sama).
Tabel 3.1 Skema Desain Penelitian

R
R

E
K

X1
X2

O1
O2

Keterangan :
R : Randomisasi
E : Kelompok eksperimen
K : KeIompok kontrol
X 1 : Perlakuan dengan penerapan model
kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan saintifik

X2 : Perlakuan dengan pembelajaran
konvensional
O1 : Postes di kelas eksperimen
O2 : Postes di kelas kontrol
Adapun populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh peserta didik kelas X IPS di
SMA Negeri 1 Wonomulyo. Kemudian
dengan menggunakan teknik simple random
sampling dipilih 2 kelas secara acak sebagai
sampel, yakni X IPS 1 dan X IPS 2 Yang
masing-masing kelas terdiri dari 36 peserta
didik. Penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2017-2018.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar berupa
yang diberikan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah proses pembelajaran
selesai. Data yang terkumpul merupakan skor
untuk masing-masing peserta didik.
Data-data hasil penilitian yang
diperoleh, dikumpulkan kemudian dianalisis
dengan statistik deskriptif dan statistik
inferensial.
Analisis statistik deskriptif digunakan
untuk
mendeskriptifkan
hasil
belajar
matematika peserta didik untuk kelompok
penelitian. Analisis ini meliputi rata-rata,
standar deviasi, nilai maksimum, nilai
minimum, dan tabel distribusi frekuensi.
Kategorisasi data nilai hasil belajar sebagai
berikut:
Untuk menguji hipotesis penelitian
digunakan teknik statistika inferensial, yaitu
analisis yang menekankan pada hubungan
antar variabel dengan melakukan pengujian
hipotesis dan menyimpulkan hasil penelitian.
Analisis
statistika
inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
dengan menggunakan uji-t. Namun sebelum
dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan homogenitas
Untuk pengujian normalitas yang
digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui apakah data yang mengikuti
populasi berdistribusi normal. Kriteria yang
digunakan adalah data hasil belajar
matematika dikatakan mengikuti populasi

yang berdistribusi normal jika nilai
p >  = 0,05.
Sementara
untuk
pengujian
homogenitasnya yang digunakan adalah
Levene’s for equality of variances, yang
bertujuan untuk mengetahui apakah variansi
data homogen. Data hasil belajar matematika
yang diperoleh dikatakan homogen jika p > 
= 0,05.
Untuk keperluan hipotesis digunakan
statistik inferensial dengan bantuan program
SPSS yaitu statistika uji-t (independent t-test).
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk
menjawab hipotesis penelitian yang telah
diajukan. Dimana p <  = 0,05, berarti H0
ditolak dan H1 diterima.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Statistik Deskriptif
Skor
rata-rata
hasil
belajar
matematika peserta didik yang diajar tanpa
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan saintifik adalah
70,29. Skor terendah yang diperoleh 50 dari
skor yang tertinggi 91 dari skor ideal 100.
Sedangkan skor rata-rata hasil belajar
matematika peserta didik yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan saintifik adalah
80,30. Skor terendah yang diperoleh 66 dari
skor yang tertinggi 96 dari skor ideal 100.
Serta hasil belajar matematika peserta didik
setelah diajar tanpa menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan saintifik yang tidak tuntas (tidak
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 60)
sebanyak 5 peserta didik dengan persentase
13,89% dan yang tuntas sebanyak 31 peserta
didik dengan persentase 86,11%. Sedangkan
peserta
didik
setelah
diajar
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan saintifik telah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 60
dengan persentase 100%. Hal ini menunjukan
bahwa hasil belajar peserta didik meningkat
setelah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik dibandingkan tanpa menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan saintifik.

Analisis Statistik Inferensial
Berdasarkan hasil analisis inferensial
dengan bantuan program SPSS versi 20.0.
diperoleh hasil dari uji normalitas, diperoleh
data bahwa skor hasil belajar matematika
peserta didik di kelas kontrol diperoleh nilai pvalue = 0,136, sedangkan untuk uji normalitas
skor hasil belajar matematika peserta didik di
kelas eksperimen diperoleh p-value = 0,136.
Kedua p-value lebih besar dari α = 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tentang hasil belajar matematika peserta didik
dikelas kontrol dan eksperiman berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
Sedangkan hasil uji homogenitas
nilai signifikansi 0,429 yang berarti bahwa
signifikansi yang diperoleh yaitu 0,429 > 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa data hasil belajar
matematika peserta didik untuk kedua kelas
berasal dari populasi yang homogen.
Berdasarkan hasil analisis data,
kedua kelompok berdistribusi normal dan
homogen, sehingga pengujian hipotesis
dilakukan
dengan
menggunakan
uji
independent t-test. Berdasarkan statistik uji-t
dengan SPSS 20 diperoleh sig 0,000 < 0,05.
Hal ini berarti H0 ditolak, atau dengan kata lain
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
saintifik berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika peserta didik.
Dari hasil pengujian hipotesis yang
diperoleh dapat diambil kesimpulan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan
pendekatan
saintifik
dalam
pembelajaran
matematika
mampu
meningkatkan hasil belajar matematika peserta
didik kelas X SMA Negeri 1 Wonomulyo. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Yusuf (2013) yang menyatakan

bahwa model pembelajaran STAD dengan
pendekatan saintifik efektif ditinjau dari
motivasi dan prestasi belajar peserta didik.
Dengan menerapkan pendekatan
saintifik menuntut peserta didik untuk
memecahkan masalah matematika sehingga
materi akan tersimpan jangka panjang dalam
ingatan peserta didik. Selain itu, dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berdikusi, bertukar
informasi dalam memecahkan masalah
matematika. Hal ini membantu peserta didik
mengetahui secara langsung manfaat belajar
matematika berkaitan dengan kehidupan nyata,
serta melatih kemampuan berpikir, menalar,
serta berkomunikasi peserta didik dalam
menyelesaikan masalah matematika.
Penerapan
pendekatan
saintifik
memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
sehingga
mampu
memahami
konsep
matematika
dengan
baik,
selanjutnya
memanfaatkan kemampuan kognisinya dalam
upaya mengingat, mengidentifikasi, dan
menggunakan rumus serta menghubungkan,
menganalisis,
mengevaluasi
untuk
memecahkan masalah dari soal yang
diberikan.
4.

KESIMPULAN

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa: (1) rata-rata hasil belajar matematika
peserta didik yang diajar tanpa penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan pendekatan saintifik yaitu 70,29, (2)
rata-rata hasil belajar matematika peserta didik
yang diajar dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan saintifik yaitu 80,30, (3)
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD
dengan
pendekatan
saintifik
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika
peserta didik.

5.

REFERENSI

Anifah,
N
2014,
Pengaruh
Model
Pembelajaran
Student
Teams
Achievement Divisions (STAD) dan
Konvensional Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Ditinjau dari Minat Belajar Pada
Mata Pelajaran IPS Kleas VIII MTs
Negeri di Kabupaten Kudus. Jurnal
Teknologi
pendidikan
dan
Pembelajaran, Vol. 2, no.2, hh. 185198.
Fauziah, R 2013, Pembelajaran Saintifik
Elektronika
dasar
Berorientasi
Pembelajaran Berbasis Masalah Journal
Invotec, Vol. 9, no.2, hh. 165-187.
Hosnan, 2014, Pendekatan Saintifik dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Abad
21, Bogor, Ghalia Indonesia.
Naviano, R, Wutsqa, UD 2017, Keefektifan
Pembelajaran
Matematika
dengan
Pendekatan Saintifik Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Team Achievement Division (STAD)
dan Think Pair Share (TPR) Ditinjau
dari Motivasi dan Prestasi Peserta Didik
Kleas XI SMKN 4 Surakarta, Jurnal
Pendidikan Matematika dan Sains,
Vol.6, no.4, hh. 79-88.
Nur,

M 2000, Pendekatan-pendekatan
Konstrruktivis dalam Pembelajaran,
Surabaya, IKIP Surabaya.

Rusman, 2012, Model-Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, W 2010, Strategi Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan, Jakarta, Kencana.
Sugiyono,
2012,
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kulaitatif, dan R & D,
Bandung, Alfabeta.
Trianto,
2010,
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif:
Konsep Landasan, dan Implementasinya
Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), Jakarta, Kencana.

Yusuf, Muhammad. (2013). Keefektifan
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPS
dengan Tipe JIGSAW-PS Ditinjau dari
Motivasi
Belajar,
Kemampuan
Interpersonal, dan Prestasi Belajar.
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, 8(1),69-83. Diakses dari
http://journal.uny.ac.id/index.php/pytha
goras/article/view/8495