HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DENGAN TEKNIK DASAR FUTSAL SISWA SMAN 1 LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU.

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DENGAN

TEKNIK DASAR FUTSAL SISWA SMAN 1 LOSARANG

KABUPATEN INDRAMAYU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Science

Program Study Ilmu Keolahragaan

Oleh HERMAWAN

0704245

PRODI ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI DENGAN

TEKNIK DASAR FUTSAL SISWA SMAN 1 LOSARANG

KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh Hermawan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Hermawan 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : HERMAWAN NIM : 0704245

Judul : HUBUNGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

DENGAN TEKNIK DASAR FUTSAL SMAN 1 LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Drs. H. Badruzaman, M.Pd. NIP: 195911041986011001

Pembimbing II

Iman Imanudin, S.Pd., M.Pd. NIP: 197508102001121001

Mengetahui;

Program Studi Ilmu Keolahragaan, Ketua,

Drs. Sumardiyanto, M.Pd. NIP : 196212221987031002


(4)

ABSTRAK

Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Teknik Dasar Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.”, oleh Hermawan 0704245, di bawah bimbingan

Drs. H. Badruzaman, M.Pd., dan Iman Imanudin, M.Pd.

Tingkat kebugaran jasmani dapat dijadikan suatu faktor pendukung dalam proses latihan teknik dasar bermain futsal agar penguasaan teknik dalam bermain lebih terampil dan tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Sampel dan populasi dalam penelitian ini sebanyak 20 siswa.

Metode penelitian yang digunakan penulis yaitu metode penelitian deskriptif korelasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain dengan mengadakan observasi, tes kebugaran jasmani, tes teknik dasar futsal, studi pustaka, dan studi dokumentasi.

Hasil pengolahan data penelitian menunjukkan nilai tes dan pengukuran untuk variabel kebugaran jasmani dan teknik dasar futsal berdistribusi normal. Korelasi

antara “Tingkat kebugaran jasmani” dengan “Teknik dasar futsal” memberikan nilai

koefisien sebesar 0.24. Karena koefisien berada pada 0,200-0,399, maka dapat diketahui bahwa hubungan antara “Tingkat kebugaran jasmani” dengan “Teknik dasar futsal” lemah. Demikian pula hasil perhitungan signifikansi diperoleh t hitung 1,05 < t tabel 2,10 ini berarti koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Karena taraf

signifikansi α = 0,05, maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan, tetapi tidak signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

Kata Kunci: Korelasi, Kebugaran Jasmani, Teknik Dasar Futsal, SMAN 1 Losarang, Kabupaten Indramayu.


(5)

ABSTRACT

“Relationship of Physical Fitness Level and Futsal Basic Technique students of SMAN 1 Losarang Indramayu.” by Hermawan 0704245, under the guidance of

Drs. H. Badruzaman, M.Pd., and Iman Imanudin, M.Pd.

This paper presents the result of research about the relationship between physical fitness levels and the futsal basic techniques students of SMAN 1 Losarang Indramayu. Samples and populations in this study were 20 students.

The research method that used is descriptive correlation. The data collection techniques were observations, physical fitness test, futsal basis techniques test, literature, and study documentation.

The results of processing data showed that test and measurement values for the variables of physical fitness and futsal basic techniques in normal distribution. The correlation between "level of physical fitness" and "futsal basic techniques" gives the value of coefficient 0,24. Since the coefficient close to 0,200-0,399, it is known that the correlation between “level of physical fitness” and “futsal basic techniques” is poor. Similarly, the result of significance value of t count is 1,05 < ttable 2,10 means

the correlation coefficient is not significant. Because significance degree α = 0,05,

then H0 accepted. It can be concluded that there is a relationship, but it is not significant between “physical fitness level” and “futsal basic techniques” of Senior

High School students of Losarang, Indramayu.

Keywords: Correlation, Physical Fitness, Basic Techniques Futsal, SMAN 1 Losarang Indramayu.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Anggapan Dasar ... 6

F. Hipotesis ... 8

G. Batasan Penelitian ... 9

H. Definisi Operasional ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kebugaran Jasmani ... 11

1. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 12

a. Kebugaran yang Berkaitan Dengan Kesehatan ... 14

b. Kebugaran yang Berkaitan Dengan Performa... 16

1) . Kekuatan yang Cepat (speed strength/power) ... 17

2) . Kecepatan (Speed) ... 18


(7)

4) . Koordinasi (Coordination) ... 20

5) . Keseimbangan (Balance) ... 21

B. Futsal ... 22

1. Sejarah Futsal ... 22

2. Falsafah Futsal ... 24

3. Hakekat Permainan Futsal ... 26

C. Teknik Dasar Futsal ... 28

1. Teknik Dasar Mengumpan (Passing) ... 28

2. Teknik Dasar Menahan Bola (Stopping) ... 29

3. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling) ... 29

4. Teknik Dasar Menebak Bola (Shooting) ... 30

a. Teknik Menendang Bola Dengan Punggung ... 30

b. Teknik Menendang Bola Dengan Ujung Kaki ... 31

D. Tingkat Kebgaran Jasmani Terhadap Teknik Dasar Futsal ... 31

1. Hubungan Antara Passing Dengan Koordinasi Mata-Kaki ... 36

2. Hubungan Antara Stopping Dengan Koordinasi Mata-Kaki ... 37

3. Hubungan Antara Dribbling Dengan Kelincahan (Agilitas) ... 38

4. Hubungan Antara Shooting Dengan Power Tungkai ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 41

B. Populasi dan Sempel Penelitian ... 42

1. Populasi ... 42

2. Sampel ... 42

C. Desain Penelitian ... 43

D. Instrumen Penelitian ... 45

1. Tes Kebugaran Jasmani ... 45

2. Tes Teknik Dasar Futsal ... 49


(8)

1. Tes Kebugaran Jasmani ... 53

2. Tes Teknik Dasar Futsal ... 53

3. Studi Dokumentasi ... 54

F. Analisis Data... 54

1. Menghitung Rata-rata ... 54

2. Menghitung Simpangan Baku ... 55

3. Uji Normalitas ... 55

4. Analisis Korelasional ... 56

5. Uji Hipotesis ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data ... 59

B. Analisis Data ... 60

1. Uji Normalitas Data ... 60

2. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

3. Uji Signifikansi ... 62

C. Diskusi Temuan ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 57

Tabel 4.1 Hasil Penghitungan Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 60

Tabel 4.2 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Tiap Variabel ... 61

Tabel 4.3 Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi ... 62


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Kebugaran Jasmani... 15

Gambar 3.1 Desain Penalitian ... 43

Gambar 3.2 Tahap-tahap Implementasi Penelitian ... 44

Gambar 3.3 Diagram Tes Passing-Stopping ... 50

Gambar 3.4 Diagram Tes Dribbling ... 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

1. Data Mentah Tes dan Pengukuran ... 70

2. Data Uji Normalitas Lilifors Tes Kebugaran Jasmani ... 74

3. Data Uji Normalitas Lilifors Tes Teknik Dasar Futsal ... 79

4. Uji Korelasi Tunggal Kebugaran Jasmani Terhadap Teknik Dasar Futsal ... 83

5. Nilai Kritis Untuk Uji Lilifors ... 85

6. Nilai Z ... 86

7. Nilai Distribusi t ... 87

8. Gambar Hasil Penelitian ... 88

9. Pengesahan Judul dan Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi ... 91

10.Surat Izin Penelitian ... 94

11.Balasan Surat Izin Penelitian ... 95


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan olahraga tidak terpisahkan dari motif pelaku olahraga itu sendiri. Karena apabila olahraga dilakukan dengan teratur dan berkesinambungan, olahraga dapat memberikan manfaat kesehatan bagi dirinya. Diantara sekian banyak masyarakat yang melakukan aktivitas olahraga salah satu tujuan adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmaninya agar tercapai derajat sehat yang sempurna. Kebugaran jasmani sangat penting untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan baik tanpa kelelahan yang berarti.

Kebugaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupan dalam melakukan pekerjaan secara optimal dan efisien. Disadari atau tidak, sebenarnya kebugaran jasmani itu merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan yang dilakukan.

Giriwijoyo (2007:23) menjelaskan bahwa:

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/ atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datangnya tugas yang sama pada esok harinya.


(13)

2

Pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan tugas memerlukan adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi oleh pelaksana tersebut, dalam hal ini kebugaran jasmani mempunyai 2 komponen dasar yang bersifat anatomis dan fisiolagis terhadap beberapa macam dan intensitas tugas fisik yang harus dilaksanakan.

Menurut Lhaksana (2011:7) Futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Dari segi lapangan yang relative kecil, hampir tidak ada ruangan untuk membuat kesalahan. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antar pemain lewat passing yang akurat, bukan hanya untuk melewati lawan. Ini disebabkan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat dengan falsafah 100% ball possession. Akan tetapi, melalui timing dan positioning yang tepat, bola dari lawan akan dapat direbut kembali.

Lhaksana berasumsi (2011:7) Futsal adalah olahraga beregu. Kolektivitas tinggi akan mengangkat prestasi. Siapa yang mencetak gol sama sekali tidak penting, yang penting adalah gol yang tercetak. Menang dan kalah itu terjadi di seluruh olahraga. Tetapi if you die, you die with honour. Tidak ada pemain yang paling berjasa dalam satu tim, yang ada adalah tim yang baik akan menjadikan seorang pemain menjadi bintang.

Futsal harus dimainkan dengan fun dan enjoy. Jika kita bermain dari hati tanpa beban dan menikmati permainan ini, prestasi akan cepat datang daripada kita penuh dengan beban melakukan tugasnya di lapangan. Hal ini penting sekali untuk sosok pelatih agar mampu mengangkat moral pemain.


(14)

3

Teknik dasar dalam bermain futsal sangat penting, karena dalam bermain futsal salah satu komponen yang sangat mendasar yaitu teknik dasar bermain bola, dalam hal ini teknik dasar merupakan kebutuhan guna untuk menunjang dalam suatu permainan yang diharapkan. Teknik dasar merupakan salah satu komponen dalam bermain futsal oleh pemain.

Lhaksana (2011:29) menjelaskan bahwa :

Dalam permainan futsal, pemain diperlukan kemampuan menguasai teknik dasar bermain futsal, seperti; mengumpan (passing), menahan bola (control), mengumpan lambung (chipping), menggiring bola (dribbling), dan menembak bola (shooting).

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sucipto, dkk (1999:47) bahwa : “memang pada kenyataannya, kita sadari bahwa rendahnya kualitas permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill (teknik). “Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penguasaan keterampilan teknik dasar bagi seorang pemain futsal sangat penting. Karena sangat berkaitan dengan tujuan permainan futsal. Mengenai tujuan futsal dalam permainan futsal sama hal dengan permainan sepakbola, Sucipto, dkk (1999:7) menjelaskan bahwa : “…masing-masing regu berusaha memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri untuk tidak kemasukan.” Dengan demikian, bahwa tanpa penguasaan teknik yang memadai maka tujuan permainan futsal cenderung tidak akan tercapai.

Dengan demikian maka teknik dasar pemain dalam bermain futsal tidak akan meningkat dan terampil, apabila tidak didukung dengan kebugaran jasmani yang


(15)

4

baik. Oleh karena itu, tingkat kebugaran jasmani salah satu faktor yang mempengaruhi performa pemain dalam bermain futsal. Berdasarkan penjelasan diatas, maka tingkat kebugaran jasmani dapat dijadikan suatu faktor pendukung dalam proses latihan teknik dasar bermain futsal agar penguasaan teknik dalam bermain lebih terampil dan tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

Demikian gambaran kebugaran jasmani yang baik, sehingga pemain mampu mengembangkan teknik dasar futsal dalam suatu pertandingan dengan optimal tanpa merasakan kelelahan yang berarti. Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus pembahasan mengenai hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal di SMAN 1 LOSARANG Kabupaten Indramayu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sangat diperlukandalam sebuah penelitian, karena dengan terlebih dahulu melakukan perumusan terhadap permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti akan mendapat kemudahan dan kejelasan langkah-langkah yang dapat diambil penelitian. Arikunto (1993:17) berpendapat bahwa : “agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya terlebih dahulu sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi, dan dengan apa”.

Setelah melihat pokok pemikiran di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini, adapun permasalahan pokok yang akan di kemukakan yaitu hubungan kebugaran jasmani yang di aplikasikan dalam permainan futsal yang dilakukan dengan frekuensi tertentu.


(16)

5

Untuk menjawab semua permasalahan di atas tersebut, maka masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kebugaran jasmani siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu ?

2. Bagaimana tehnik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu ?

3. Adakah hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan tehnik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran jasmani sisiwa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

2. Untuk mengetahui bagaimana tehnik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan tehnik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diperolehnya hasil penelitian di atas, maka manfaat yang diharapkan, yaitu:


(17)

6

1. Secara teoritis : sebagai bahan informasi dan keilmuan bagi para guru pendidik jasmani, Pembina atau Pelatih olahraga tentang pentingnya kebugaran jasmani dalam cabang olahraga futsal, khususnya mengenai hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar dalam bermain futsal.

2. Secara praktis : sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia terutama para pelatih, Pembina olahraga dan guru dalam membina, melatih dan membina atlet atau siswa, khususnya sebagai upaya meningkatkan teknik dasar dalam bermain futsal dengan cara meningkatkan kebugaran jasmani para atlet.

E. Anggapan Dasar

Suatu penelitian diperlukan anggapan dasar sebagai pegangan dan titik tolak dari proses penelitian yang dilakukan. Arikunto (2006:24) menyatakan bahwa :

“Anggapan dasar merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal yang dapat dipakai untuk berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya.”

Dalam permaianan futsal dibutuhkan tingkat kebugaran jasmani yang baik karena permainan futsal seseorang di tuntut untuk selalu bergerak. Menurut Lhaksana Justinus (2011:7) Futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis.

Upaya meningkatkan teknik dasar permainan futsal ada beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya fisik, teknik, taktik dan mental.


(18)

7

Kebugaran jasmani merupakan faktor penting bagi seseorang dalam kaitanya dengan pengusaan teknik dasar futsal. Latihan yang sulit akan jadi lebih mudah karena seseorang memiliki kebugaran jasmani yang baik sehingga mampu mengikuti latihan yang dilakukan secara bertahap dan berulang-ulang sehingga menjadi mahir. Seseorang memiliki tingkat kebugaran jasmani yang baik mampu melakukan gerakan-gerakan teknik dasar futsal dalam waktu yang lama. Dengan latihan secara berulang-ulang akan meningkatkan kemampuan teknik dasar futsal semakin dilatih dengan benar maka akan semakin mahir dalam bermain futsal. Seperti dinyatakan Harsono (1988 : 102) bahwa :

Dengan berlatih secara sistematis dan melalui pengulangan-pengulangan yang konstan, maka organisasi-organisasi mekanisme neurophypysiologis kita akan bertambah baik, gerakan-gerakan yang tadinya sukar dilakukan akan menjadi gerakan-gerakan otomatis dan reflektif yang semakin kurang membutuhkan kosentrasi pusat-pusat syaraf daripada sebelum melakukan latihan-latihan tersebut.

Tingkat kebugaran jasmani yang baik akan lebih mudah seseorang dalam melakukan teknik-teknik dasar permainan futsal dan dalam berlatih keterampilan teknik dasar futsal kemungkinan sedikit mengalami hambatan seperti cedera otot, atau menyelesaikan latihan dengan cepat dan bersemangat, memiliki kekebalan tubuh yang baik. Lebih lanjut menurut Tarigan (2009: 28) dijelaskan bahwa :

Kebugaran jasmani adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan semangat dan penuh kesadaran, yang dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta terhindar dari penyakit kurang gerak (hypokinetik) sehingga dapat menikmati kehidupan dengan baik dan bersahaja.


(19)

8

Penguasaan teknik-teknik dasar dalam permainan futsal perluh dilatih secara berulang-ulang dalam proses yang berkelanjutan dan sistematis. Pengulangan dalam latihan membutuhkan dukungan kebugaran jasamani agar latihan dapat dilakukan dalam waktu yang lama. Giriwijiyo dan Sidik (2010:21) menegaskan bahwa: “ semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan fisik atau jasmani sehingga masalah kemampuan fisik /jasmani merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia”.

Faktor kelelahan akibat lemahnya kebugaran jasmani akan mempengaruhi kemampuan teknik dasar dalam permainan futsal Giriwijiyo dan Sidik (2010:325) menegaskan bahwa:” Menurunnya kapasitas kerja berarti menurunya kualitas dan kuantitas gerakan”.

F. Hipotesis

Hipotesis tidak lain adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus di uji secara empiris. Arikunto (1993:62) mengemukakan bahwa : “Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kebenaranya melelui data yang terkumpul”.

Jadi jelaslah bahwa hipotesisi bukanlah suatu kesimpulan terakhir yang telah pasti dan benar, melainkan harus di uji kembali kebenarannya melalui pengumpulan dan pengolahan data sehingga dapat di ketahui bahwa hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Dalam hipotesis ini diajukan yaitu:


(20)

9

H0 : Tidak terdapat hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal.

H1 : Terdapat hubungan antara tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal.

G. Batasan Penelitian

Dalam melakukan penlitian penulis perlu membatasi ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu luas dan lebih terarah pada tujuan yang ingin dicapai. Adapun ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal – hal sebagai berikut :

1. Peningkatan tingkat kebugaran jasmani siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

2. Populasi dan sampel dalam penulisan ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Losarang yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.

H. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah penafsiran atau pengertian terhadap judul penelitian tersebut, maka perlu dijelaskan beberapa arti yang ada, sebagai berikut :

1. Tingkat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:950) adalah “…susunan yang berlapis atau berlenggak – lenggek.” Dalam hal ini adalah susunan atau lapisan (level) kebugaran jasmani seseorang.


(21)

10

2. Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuikan fungsi alat – alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan atau keadaan tertentu terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya Griwijoyo (2007:23).

3. Teknik dasar menurut beberapa ahli, Sudrajat (1991:24) yang dikutip Robiussani (2009:38) bahwa “teknik dasar adalah merupakan keterampilan-keterampilan pokok yang harus dikuasai untuk dapat berprestasi tinggi”. Luxbacher (1987) yang dikutip Wibawa (1997:11) menjelaskan bahwa : “teknik dasar ialah semua gerakan yang mendasari permainan, dan dengan modal tersebutseseorang dapat bermain dengan baik atau terlatih secara terarah.

4. Futsal adalah sepakbola mini yang dimainkan oleh dua regu, yang masing-masing beranggotakan lima orang.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk membantu mengungkapkan permasalahan yang akan diteliti, karena metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Menurut Arikunto (1997:151), ”Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang ditujukan untuk menilai dan mendeskripsikan fakta sebanyak-banyaknya terhadap suatu subjek kajian tanpa adanya perlakuan atau manipulasi variabel. yang bertujuan untuk melukiskan suatu kondisi apa adanya pada saat penelitian dilakukan kemudian dianalisis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan analisis data hasil penelitian secara matematis menggunakan perhitungan statistik. Metode ini dipilih dengan maksud memperoleh gambaran empiris mengenai hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal di SMAN 1 LOSARANG Kabupaten Indramayu. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik diskriptif kuantitatif dengan memakai teknik statistik korelasi dalam melihat keterkaitan hubungan yang terdapat antara kebugaran jasmani dengan keterampilan teknik dasar futsal. Sebagaimana dalam (Sugiyono, 2010: 209) disebutkan bahwa:


(23)

42

Dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2009:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dari benda-benda alam yang lain.” Dalam penelitian ini, populasi yang diambil adalah semua siswa SMAN 1 LOSARANG Kabupaten Indramayu.

2. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2009:118) adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan sampling purposive yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang terjadi dilapangan, sehingga pengumpulan data akan lebih mudah. Sugiyono (2009:124) menyatakan bahwa, “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Arikunto (2006 :131) mengatakan bahwa, “Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka peneliti tersebut disebut sampel.” Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang siswa laki-laki yang mengikuti ekstrakurikuler futsal di SMAN 1 LOSARANG Kabupaten Indramayu.


(24)

43

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan tentang cara menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan penelitian. Mengenai desain penelitian, Nasution (2004:40) mengatakan bahwa, “Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.”

Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang ingin diungkapkan.

Paradigma penelitian yang digunakan penulis yaitu :

r

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X : Kebugaran jasmani Y : Teknik dasar futsal

r

: Hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal


(25)

44

Alur Penelitian

Gambar 3.2

Bagan Tahap-Tahap Implementasi Penelitian

Observasi awal

Populasi

Sampel

Tes kebugaran jasmani 1. Tes lari cepat 60 meter 2. Tes standing broad jump 3. Tes zig – zag run

4. Tes control juggling

Tes teknik dasar futsal 1. Tes passing-stopping 2. Tes dribbling

3. Tes shooting

Pengolahan data dan Analisis data


(26)

45

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen. Menurut Arikunto (2002:126) menjelaskan bahwa, “Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan metode.” Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan tes, sebagaimana yang dijelaskan olah Nurhasan (2007: 3) bahwa tes adalah “suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk memperoleh data yang objektif tentang hasil belajar siswa”. Data tersebut diperoleh dari penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebugaran jasmani dan teknik dasar futsal. Tes yang akan dilakukan yakni tes kebugaran jasmani dan Tes teknik dasar futsal.

a). Tes kebugaran jasmani

Suherman (2009:129) menjelaskan bahwa “Tes Kebugaran Jasmani merupakan alat untuk mengukur daya kemampuan sistem kerja tubuh dan dalam hal ini, juga mengukur derajat sehat dinamisnya”.

Dalam hal ini yang akan peneliti ukur yaitu tingkat kebugaran jasmani siswa yang mengikuti program ekstrakurikuler futsal di SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Adapun tes kebugaran jasmani Indonesia (Nurhasan 2007:121) untuk tingkat Sekolah Menengah terdiri dari :

1. Tes lari cepat (60 meter). 2. Tes standing broad jump. 3. Tes zig-zag run.


(27)

46

Petunjuk pada saat pelaksanaan dari setiap butir tes kebugaran jasmani dijelaskan sebagai berikut:

1. Tes lari cepat 60 meter.

Tujuan : untuk mengukur kecepatan lari seseorang.

Alat/fasilitas :

a. Lintasan lurus, rata dan tidak licin, jarak antara garis start dan b. finish 60 meter

c. Peluit d. Stop watch

e. Bendera start dan tiang pancang f. Formulir dan alat tulis

Pelaksanaan : peserta berdiri dibelakang garis start dengan sikap berdiri, ada aba-aba “ya” peserta lari ke depan secepat mungkin menempuh jarak 60 meter. Pada saat peserta menyentuh/melewati garis finish stop watch dihentikan.

Skor :skor hasil tes yaitu waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 60 meter. Waktu yang dicatat samapi sepersepuluh detik.

2. Tes Standing broad jump

Skor yang diperoleh dari atlet yang melakukan lompatan kedepan dengan kedua kaki secara serempak sebanyak tiga kali. Skor yang diambil adalah jarak lompatan terjauh yang diukur dari tempat jatuh pertama dari kedua kaki tersebut,


(28)

47

menurut (AAHPER, 1965) dalam Nurhasan (2007:174) : “Test standing broad jump memiliki validitas 0,607 dan reliabilitas 0,963”. Untuk lebih jelasnya mengenai tes standing broad jump dijelaskan oleh Nurhasan dan Cholil H.D seperti dibawah ini:

Tujuan : Mengukur daya ledak (power) otot tungkai

Alat/Fasilitas :

a. Bak lompat jauh atau matras senam sebagai landasan b. Meteran/pita ukur

Pelaksanaan : Subyek berdiri di belakang garis, kemudian melompat kedepan dengan kedua kaki menolak secara serempak (bersama-sama), dengan lutut dibengkokkan sehingga membentuk sudut ± 45º dan kemudian mendarat dengan kedua kaki bersama-sama. Tiap testee diberi 3 kali kesempatan.

Skor : jarak lompatan terbaik yang diukur mulai dari dalam papan tolak sampai batas tumpuan kaki/badan yang terdekat dengan papan tolak, dari 3 kali kesempatan.

3. Tes zig-zag run.

Tes zig-zag run dari Risma Nur Alam (2006), memiliki validitas sebesar 0,73 dan reliabilitas sebesar 0,79.


(29)

48

Alat/fasilitas :

a. Tonggok/cone b. Stop watch

Pelaksanaan : subyek berdiri di belakang garis start, bila ada aba-aba “ya”, ia lari secepat mungkin mengikuti arah panah sesuai petunjuk sampai batas finish, subyek diberi kesempatan melakukan tes ini sebanyak 3 kali kesempatan.

Gagal bila menggeserkan tonggok/cone tidak sesuai petunjuk yang ada.

Skor : catat waktu tempuh yang terbaik dari 3 kali kesempatan dan catat sampai persepuluh detik.

4. Tes controljuggling.

Tes juggling dari Anton Firmansyah (2008), memiliki validitas sebesar 0,91 dan memiliki reliabilitas sebesar 0.66.

Tujuan : mengukur keseimbangan dan koordinasi kaki.

Alat/fasilitas :

a. Lapangan b. Bola sepak no 4 c. Stop watch d. Peluit e. Alat tulis


(30)

49

Pelaksanaan : pada aba-aba “siap”, testee berdiri di tempat yang sudah ditentukan dengan bola berada dalam penguasaan kakinya. Pada aba-aba “ya”, testee memainkan bola sambil melakukan gerakan teknik keterampilan control juggling. Lakukan kegiatan ini di daerah yang telah disediakan salama 1 menit.

Skor : hitung perkenaan bola dalam control juggling yang sempurna selama 1 menit.

b). Tes teknik dasar futsal

Tes kemampuan teknik dasar futsal dalam penelitian ini meliputi tes passing-stopping, dribbling dan shooting ke gawang.

1. Tes passing-stopping

Tes keterampilan passing-stopping untuk putra dari Bambang Samsudar (2008) memiliki validitas sebesar 0,783 dan reliabilitas sebesar 0,824.

a. Tujuan : mengukur keterampilan dan gerak kaki dalam menyepak dan menahan bola.

b. Alat/fasilitas :

1. Bola 4 buah

2. Bangku swedia 4 buah 3. Kapur

4. Stopwatch 5. Pluit


(31)

50

c. Pelaksanaan : Subyek siap untuk menendang bola dibelakang garis yang ditentukan berjarak 2 meter dari sasaran/papan secara bergantian dengan menggunakan kaki kiri dan kanan. Pada saat pluit ditiup, subyek tersebut mulai menendang bola ke sasaran/papan yang sudah ditentukan dan menahan kembali dengan kaki di belakang garis yang ditentukan, kemudian balik badan untuk menendang kearah yang berlawanan dengan tendangan yang pertama selama 30 detik.

d. Skor : Jumlah passing-stopping yang sudah ditentukan selama 30 detik.

Untuk lebih jelasnya mengenai diagram tes passing-stopping dapat dilihat pada gambar 3.8.

2 m

Gambar 3.3

Diagram Tes Passing-Stopping 2. Tes dribbling

Tes keterampilan dribbling untuk putra dari Doni Faizal (2008) memiliki validitas sebesar 0,883 dan reliabilitas sebesar 0,733.

4 2

3 Backboard 1


(32)

51

a. Tujuan : mengukur keterampilan, kelincahan dan kecepatan kaki dalam memainkan bola.

b. Alat/fasilitas :

1. Bola stopwatch 2. 6 tongkat/cone 3. Tiang bendera 4. Kapur

5. Pluit

c. Pelaksanaan : Pada saat pluit ditiup subyek tersebut mulai menggiring bola dari garis start menuju rintangan sesuai dengan arah panah yang sudah ditentukan sampai melewati garis finish.

d. Skor : Waktu yang ditempuh oleh subyek mulai dari garis strat sampai melewati garis finish. Waktu dicatat sampai sepersepuluh detik. Untuk lebih jelasnya diagram tes dribbling dapat dilihat pada gambar 3.4

2 m

2 m

2 m

FINISH START 2 m


(33)

52

3. Tes Shooting

Tes keterampilan shooting dari Asep Sumpena (2008) memiliki validitas sebesar 0,886 dan reliabilitas sebesar 0,866.

a. Tujuan : mengukur keterampilan, ketepatan dan kecepatan gerak kaki dalam menendang bola ke sasaran.

b. Alat/fasilitas : 1. Bola

2. Stopwatch 3. Gawang 4. Tali 5. Pluit

c. Pelaksanaan : subyek yang akan melakukan tes bersiap di titik yang sudah ditentukan yang berjarak 10 meter dari tiang gawang. Apabila ada pluit sudah ditiup, pada saat itu pula subyek mulai menendang bola ke arah gawang dan saat bersamaan pada saat bola ditendang stopwatch mulai di aktifkan dan berhenti saat bola mengenai sasaran yang di tentukan. Subyek tersebut diberikan 3 (kali) kesempatan untuk menendang.

d. Skor : jumlah skor dan waktu yang ditempuh bola pada sasaran dalam tiga kali kesempatan. Bila bola hasil tendangan mengenai tali pemisah skor pada sasaran, maka diambil skor terbesar dari kedua sasaran tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai diagram tes Shooting ke gawang dapat dilihat pada gambar 3.5.


(34)

53

3 m

31cm 37cm 42 cm 76cm 42cm 37cm 31cm

7 5 3 1 3 5 7 2 m

10 m Gambar 3.5

Diagram Tes Shooting ke Gawang

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes kebugaran jasmani

Dalam tes tingkat kebugaran jasmani ini juga dilakukan secara berurutan dimulai dari tes lari cepat 60 meter, tes standing broad jump, tes zig-zag run, tes juggling selama 1 menit dan lari jarak jauh 1200 meter. Keseluruhan jumlah sampel 20 orang dari siswa SMAN 1 Losarang yang mengikuti program ekstrakurikuler futsal.

2. Tes teknik dasar futsal

Tes teknik dasar futsal ini dilaksanakan secara berurutan mulai dari tes teknik dasar passing-stopping, diikuti tes dribbling dan selanjutnya tes shooting. Tes tersebut dilaksanakan secara bersama-sama dari keseluruhan jumlah sampel yaitu yang berjumlah 20 orang dari siswa SMAN 1 Losarang yang mengikuti program ekstrakurikuler futsal.


(35)

54

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang dilakukan penulis dalam penelitian tentang hubungan tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal, adalah teknik pengumpulan data pada variabel kebugaran jasmani dan teknik dasar futsal. Maka studi dokumentasi pada penelitian ini adalah pengumpulan dokumen berupa data kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

F. Analisis Data

Analisis data yang akan diteliti yaitu pengaruh antara variabel X (kebugaran jasmani) dengan variabel Y (teknik dasar futsal). Tahapan yang perlu dilakukan diantaranya menghitung skor rata-rata, menghitung simpangan baku, uji normalitas data, dan uji korelasi.

1. Menghitung Rata-Rata

Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari Sujana (2002:67) :

Keterangan:

= Skor rata-rata yang dicari = Nilai data

∑ = Jumlah


(36)

55

2. Menghitung Simpangan Baku

Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Nurhasan (2002:36)

S =

1 2 1

 

n X X

Keterangan:

S = Simpangan baku

X1 = Skor yang dicapai seseorang

X = Nilai rata-rata

n = Banyaknya jumlah orang

3. Uji Normalitas

Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui penyebaran dari distribusi data, apakah menyebarnya secara normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors. Uji ini dilakukan pada sampel berjumlah 20 orang. Adapun langkah-langkahnya yaitu:

1) Menyusun data dari hasil yang paling kecil sampai yang paling besar 2) Untuk semua nilai pengamatan dijadikan angka baku Z dengan rumus:

Z = (Nurhasan, 2008: 118)

Menghitung nilai peluang dari masing-masing nilai Z (Fzi) dengan ketentuan, jika nilai Z negatif, maka Fzi = 0,5 – luas daerah distribusi Z pada tabel.


(37)

56

3) Menentukan proporsi masing-masing nilai Z (Szi) dengan melihat kedudukan nilai Z pada nomor urut sampel yang kemudian dibagi dengan jumlah sampel

4) Hitung selisih F(zi) – S(zi)

5) Ambil harga mutlak yang paling besar dan beri simbol Lo

Lihat tabel Nilai Kritis L untuk uji Liliefors untuk n = 30 dan α – 0,05 maka nilai L = 0,161 (Nurhasan, 2008: 119)

Bandingkan nilai L dengan Lo , kriteria penerimaan, jika terima Ho untuk Lo < Lα = normal, sedangkan tolak Ho jika Lo > Lα = tidak normal. (Nurhasan, 2008: 119)

4. Analisis Korelasional

Analisis korelasional ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X selaku variabel independen (yang memberikan pengaruh), yaitu kebugaran jasmani terhadap variabel Y selaku variabel dependen (yang mendapat pengaruh) berupa teknik dasar futsalUji Koefisien Korelasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menghitung koefisien korelasi, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika variabel di atas regresinya linier, maka rumus yang digunakan adalah rumus koefisien korelasi product moment, yaitu bisa melalui rumus di bawah:


(38)

57

(Sugiyono, 2010: 255)

b) Menafsirkan Harga Koefisien Korelasi dengan mengacu kepada kriteria makna Koefisien Korelasi Product Moment pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.1

Tabel Makna Koefisien Korelasi Product Moment

Angka Korelasi Makna

0.800 - 1.000 Sangat Kuat

0.600 - 0.799 Kuat

0.400 – 0.599 Sedang 0.200 – 0.399 Rendah 0.000 – 0.199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2010: 184)

5. Uji Hipotesis

Langkah-langkah dalam uji hipotesis untuk mengetahui signifikansi antara variabel X (Tingkat kebugaran jasmani) dan variabel Y (Teknik dasar futsal) yakni sebagai berikut.

1) Menetapkan harga t hitung, dengan rumus:

(Sugiyono, 2010: 257)

2) Menghitung derajat kebebasan dengan rumus: dk = N –2 (Sugiyono, 2010: 257)


(39)

58

4) Membandingkan harga t hitung dengan harga t tabel untuk menguji Hipotesis dengan ketentuan jika t hitung > t tabel, maka hipotesis kerja diterima, sedangkan jika t hitung < t tabel, maka hipotesis kerja ditolak (Sugiyono, 2010: 258)


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan pada BAB IV didapat Korelasi antara “Tingkat keburgaran jasmani” dengan “teknik dasar futsal” memberikan nilai koefisien sebesar 0,24. Karena koefisien berada pada 0,200 – 0,399, maka dapat diketahui bahwa antara “Tingkat kebugaran jasmani” dengan “Teknik dasar futsal” lemah. Demikian pula hasil perhitungan signifikansi dari t hitung sebesar 1,05, sedangkan t tabel sebesar 2,10. Karena taraf signifikansi α = 0,05, dan dk = 18 maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan, tetapi tidak signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

B. Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Untuk pihak sekolah, harus ada perhatian dari berbagai pihak yang terkait dengan proses latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang lebih baik, seperti club futsal, sekolah, pelatih serta lembaga pendidikan olahraga dan kesehatan untuk lebih meningkatkan pembinaan dan mengupayakan adanya aktivitas


(41)

66

tingkat kebugaran atlet dapat terpelihara.

2. Bagi lembaga pendidikan olahraga, club-club futsal, dan para pelatih futsal, alangkah baiknya jika atlet muda jenjang SMA menjadi sasaran dalam Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan sehingga dapat memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap atlet tentang pentingnya arti aktivitas jasmani/olahraga untuk mendapatkan kebugaran jasmani, terlebih pemerintah sudah menggulirkan atau menyelenggarakan Pekan Olahraga baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional sehingga akan diperoleh atlet-atlet yang benar-benar siap untuk bermain.

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam penelitian, serta merencanakan penelitian secara matang dan melakukan penelitian sesuai dengan jadwal sekolah. Sehingga penelitian yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

___ (2007). Pedoman Penilisan Karya Tulis Ilmiah UPI 2007. Bandung.

___ (2010). Pedoman Penilisan Karya Tulis Ilmiah UPI 2010. Bandung.

Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian Pendekatan Suatu Prektek. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depatemen kesehatan RI. (1995). Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi. Jakarta.

Griwijoyo, S. (2006). Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung: UPI.

Giriwijoyo, S., Komaryah, L., & Katinah, N.T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga (Sports Madicine) untuk Kesehatan dan untuk Prestasi Olahraga . Bandung: FPOK UPI

Griwijoyo, S., Komaryah, L., & Katinah, N.T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga (Sports Madicine) untuk Kesehatan dan untuk Prestasi Olahraga . Bandung: FPOK UPI

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: C.V. Tambak Kusuma.

Imanudin, Iman (2012). Permainan sepak bola teknik, taktik dan peraturan sepak bola. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.


(43)

68

Lhaksana, Justinus. (2011). Teknik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion (Penebar Swadaya Group)

Lutan, Rusli. (1999). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga, Depdiknas

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK. Bahan Ajar. Bandung: FPOK UPI.

Moeloek, (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Sudjana & Ibrahim. (2001). Pendekatan Statistik Penelitian. Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmand. (1998). Pengantar Pendidikan Ilmiah. Bandung. Tarsito.

Suherman, A. (2009). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.


(1)

Hermawan, 2013

Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Teknik Dasar Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu (Sugiyono, 2010: 255)

b) Menafsirkan Harga Koefisien Korelasi dengan mengacu kepada kriteria makna Koefisien Korelasi Product Moment pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.1

Tabel Makna Koefisien Korelasi Product Moment

Angka Korelasi Makna

0.800 - 1.000 Sangat Kuat

0.600 - 0.799 Kuat

0.400 – 0.599 Sedang 0.200 – 0.399 Rendah 0.000 – 0.199 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2010: 184)

5. Uji Hipotesis

Langkah-langkah dalam uji hipotesis untuk mengetahui signifikansi antara variabel X (Tingkat kebugaran jasmani) dan variabel Y (Teknik dasar futsal) yakni sebagai berikut.

1) Menetapkan harga t hitung, dengan rumus:

(Sugiyono, 2010: 257)

2) Menghitung derajat kebebasan dengan rumus:

dk = N –2 (Sugiyono, 2010: 257)


(2)

58

4) Membandingkan harga t hitung dengan harga t tabel untuk menguji Hipotesis dengan ketentuan jika t hitung > t tabel, maka hipotesis kerja diterima, sedangkan jika t hitung < t tabel, maka hipotesis kerja ditolak (Sugiyono, 2010: 258)


(3)

Hermawan, 2013

Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Teknik Dasar Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan pada BAB IV didapat Korelasi antara “Tingkat keburgaran jasmani” dengan “teknik dasar futsal” memberikan nilai koefisien sebesar 0,24. Karena koefisien berada pada 0,200 – 0,399, maka dapat diketahui bahwa antara “Tingkat kebugaran jasmani” dengan “Teknik dasar futsal” lemah. Demikian pula hasil perhitungan signifikansi dari t hitung sebesar 1,05, sedangkan t tabel sebesar 2,10. Karena taraf signifikansi α = 0,05, dan dk = 18 maka Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan, tetapi tidak signifikan antara tingkat kebugaran jasmani dengan teknik dasar futsal siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu.

B. Saran

Berkenaan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dan berdasarkan kesimpulan yang telah diungkapkan di atas maka penulis menyarankan beberapa hal:

1. Untuk pihak sekolah, harus ada perhatian dari berbagai pihak yang terkait dengan proses latihan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yang lebih baik, seperti club futsal, sekolah, pelatih serta lembaga pendidikan olahraga dan kesehatan untuk lebih meningkatkan pembinaan dan mengupayakan adanya aktivitas jasmani/pendidikan jasmani dan pendidikan kesehatan sehingga kesehatan dan


(4)

66

tingkat kebugaran atlet dapat terpelihara.

2. Bagi lembaga pendidikan olahraga, club-club futsal, dan para pelatih futsal, alangkah baiknya jika atlet muda jenjang SMA menjadi sasaran dalam Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan sehingga dapat memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap atlet tentang pentingnya arti aktivitas jasmani/olahraga untuk mendapatkan kebugaran jasmani, terlebih pemerintah sudah menggulirkan atau menyelenggarakan Pekan Olahraga baik di tingkat daerah maupun tingkat nasional sehingga akan diperoleh atlet-atlet yang benar-benar siap untuk bermain.

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam penelitian, serta merencanakan penelitian secara matang dan melakukan penelitian sesuai dengan jadwal sekolah. Sehingga penelitian yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan lancar.


(5)

Hermawan, 2013

Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Teknik Dasar Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

___ (2007). Pedoman Penilisan Karya Tulis Ilmiah UPI 2007. Bandung.

___ (2010). Pedoman Penilisan Karya Tulis Ilmiah UPI 2010. Bandung.

Arikunto, S. (1997). Prosedur penelitian Pendekatan Suatu Prektek. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineke Cipta.

Depdikbud. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depatemen kesehatan RI. (1995). Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi. Jakarta.

Griwijoyo, S. (2006). Ilmu Faal Olahraga Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Bandung: UPI.

Giriwijoyo, S., Komaryah, L., & Katinah, N.T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga

(Sports Madicine) untuk Kesehatan dan untuk Prestasi Olahraga . Bandung:

FPOK UPI

Griwijoyo, S., Komaryah, L., & Katinah, N.T. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga

(Sports Madicine) untuk Kesehatan dan untuk Prestasi Olahraga . Bandung:

FPOK UPI

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: C.V. Tambak Kusuma.

Imanudin, Iman (2012). Permainan sepak bola teknik, taktik dan peraturan sepak


(6)

68

Lhaksana, Justinus. (2011). Teknik dan Strategi Futsal Modern. Jakarta: Be Champion (Penebar Swadaya Group)

Lutan, Rusli. (1999). Asas-Asas Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak

di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga, Depdiknas

Mahendra, Agus. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK. Bahan Ajar. Bandung: FPOK UPI.

Moeloek, (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Priyatno, D. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Sudjana & Ibrahim. (2001). Pendekatan Statistik Penelitian. Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitati, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surakhmand. (1998). Pengantar Pendidikan Ilmiah. Bandung. Tarsito.

Suherman, A. (2009). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.