PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTUR UNTUK MENANAMKAN SIKAP KERJASAMA, TOLERANSI DAN SALING MENGHORMATI.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PAI MULTIKULTUR UNTUK MENANAMKAN SIKAP KERJASAMA TOLERANSI DAN

SALING MENGHORMATI

(Penelitian Pada Sekolah Dasar di Kawasan Pantura Kabupaten Karawang)

DISERTASI

Diajukan Kepada Panitia Promosi Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Doktor (S3) Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum

PROMOVENDUS H I K M A T NIM: 0800837

PRODI PENGEMBANGAN KURIKULUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PAI MULTIKULTUR UNTUK MENANAMKAN SIKAP KERJASAMA TOLERANSI DAN

SALING MENGHORMATI

(Penelitian Pada Sekolah Dasar di Kawasan Pantura Kabupaten Karawang)

Oleh Hikmat

Drs. UIN Bandung, 1990 MA UIN Bandung, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana Program Studi

Pengembangan Kurikulum UPI Bandung

© Hikmat 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI UNTUK MEMENUHI UJIAN PROMOSI TAHAP I

Promotor merangkap ketua

Prof. DR. H. Ishak Abdulhak, M.Pd.

Ko-Promotor Merangkap Sekretaris

Prof. DR. Mulyani Sumantri, MSc.

Anggota

Prof. DR. H. Wina Sanjaya, MP.d

Mengetahui Ketua Prodi Pengembangan Kurikulum


(4)

PERNYATAAN PENULIS

Bissmillahirrahmanirrohim

Dengan ini saya menyatakan, bahwa disertasi yang berjudul:

“PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PAI MULTIKULTUR

UNTUK MENANAMKAN SIKAP KERJASAMA TOLERANSI DAN SALING MENGHORMATI” (Penelitian Pada Sekolah Dasar di Kawasan Pantura Kabupaten Karawang).

Beserta seluruh isi dalam disertasi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam ketentuan akademik. Dengan pernyataan ini, saya siap menghadapi segala kemungkinan yang harus saya hadapi dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Bandung, 23 Juli 2012 Penulis

H i k m a t NIM: 0800837


(5)

Pantura Kabupaten Karawang). Disertasi Prodi Pengembangan Kurikulum SPS UPI. Promotor: Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd, Ko-Promotor: Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc, Anggota: Prof, Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd.

Penelitian ini berawal dari masalah pembelajaran PAI Sekolah Dasar (SD) selama ini dilaksanakan dengan pemberian materi pelajaran yang sebanyak-banyaknya, di mana guru mendominasi hampir pada semua kegiatan belajar, disajian lebih bersifat dogmatis sehingga mendorong pemahaman panatisme bahwa yang berbeda sebagai lawan cenderung melahirkan sikap yang berujung pada tindak kekerasan. Karena selama ini pembelajaran tidak memberikan pemahaman tentang multikultur untuk sikap menanamkan kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) dibelajarkan kepada siswa sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). Maka berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitian, dapat dirinci, yakni: Pertama, untuk mengetahui kondisi objektif pembelajaran PAI-SD yang selama ini dilaksanakan. Kedua, mengembangkan suatu model pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) sesuai dengan kebutuhan. Ketiga, mengetahui efektivitas model pembelajaran PAI yang dikembangkan; dan Keempat, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Metode penelitian yang digunakan adalah “research and development (R&D)” atau penelitian dan pengembangan. Maka selanjutnya disederhanakan menjadi tiga tahap, yaitu: 1) Studi pendahuluan, meliputi; studi kepustakaan, survey lapangan dan kondisi sosial budaya masyarakat; 2) Tahap pengembangan, meliputi: pengembangan draf awal, uji-coba model terbatas dan uji coba lebih luas; dan 3) Tahap pengujian, yaitu validasi model antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran PAI dikembangkan terbukti efektif, untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD. Begitu juga, berdasarkan hasil belajar pada kelompok eksperimen sebagaimana hasil uji validasi lebih tinggi dari pada perolehan hasil belajar pada kelompok kontrol. Dengan demikain model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD terbukti lebih efektif jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakan. Maka, dapat disimpulkan bahwa pengembangan model pembelajaran PAI multikultur secara efektif mampu menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD serta meningkatkan kinerja guru dalam mengajar. Berdasarkan hasil penelitian, ada tiga hal penting yang dapat direkomendasikan, yakni: Pertama, bagi guru. Pengembangan model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengoptimalkan terhadap proses dan hasil pembelajaran PAI bagi siswa Sekolah Dasar (SD); Kedua, bagi kepala sekolah, dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan mutu akademik terutama dalam pembelajaran; Ketiga, bagi peneliti selanjutnya, dengan topik yang sama dapat mengembangkannya dengan desain yang berbeda serta perlakuan terhadap populasi sampel yang lebih luas dan lebih beragam.


(6)

Multicultural Attitudes: Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect (Research In Elementary Schools At Pantura Area, Karawang District). Dissertation of Curriculum Development in Postgraduate School of Indonesian University of Education. Promoter: Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd, Co-Promoter: Prof. Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc, Member: Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd.

The research is motivated by the instructional problems of PAI (Islamic Education Studies) in Elementary Schools in which has been implemented by giving the subject matter as much as possible, where teachers dominate nearly all instructional activities, and it is served more dogmatic that may encourage fanaticism understanding of that different is claimed as opposed attitudes. This understanding tends to lead to violence. During the times instructional activities of PAI do not provide an understanding of multiculturalism to instill an attitude of cooperation, tolerance and mutual respect to the students since elementary schools. Based on these problems, the research objectives can be specified, namely: First, to determine the real condition of PAI instructions that had been implemented. Second, to develop PAI instructional model that instills Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect as needed. Third, to find the effectiveness of PAI instructional model that has been developed. Fourth, to investigate the factors supporting and inhibiting PAI instructional model to instill earlier the attitudes of Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect to the students from elementary schools. The research method used is the Research and Development (R & D). The steps of research are simplified into three phases: 1) Preliminary study, including: literature study, field surveys, and study on social and cultural conditions, 2) The development phase, including: development of the early drafts, trial out the models in limited and more extensive testing, and 3) Validation phase, it is the validation test of the model through experiment by comparing between the control group and the experimental group. Based on the results of the study, it’s known that PAI instructional model developed is effective to inculcate the attitudes of Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect for elementary students. Similarly, based on the results of study, it’s found that the experimental group in validation test gets higher results than the acquisition of learning outcomes in the control group. So, the instructional model of multicultural PAI to instill attitudes of Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect for elementary students is proved to be more effective than conventional instructional model which has been implemented during the times. Thus, it can be concluded that the development of instructional model of multicultural PAI is effectively able to instill the attitudes of Cooperation, Tolerance, and Mutual Respect for elementary students, and to improve teacher performance in instructional activities. Based on this research, there are three important things that can be recommended, namely: First, for the teacher. The development of this instructional model can be used as a reference to optimize the process and learning outcomes of PAI for the students in Elementary Schools; Second, for the principal, that it may be used as part of efforts to control, especially in the teaching of academic quality; Third, for further research, that the same topic can be developed into different designs and treatment by using a wider sample of population. Keywords: Instruction, Islamic Education Studies in Elementary Schools (PAI-SD), and


(7)

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Pertanyaan Penelitian ... 16

D. Tujuan Penelitian ... 17

E. Manfaat Penelitian ... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Hakekat Pendidikan Agama Islam ... 21

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 21

2. Tujuan dan Fungsi PAI ... 25

3. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI-SD ... 30

4. Metode Pendidikan Agama Islam (PAI) ... 31

B. Hakekat Pendidikan Multikultur ... 36

1. Konsep Pendidikan Multikultur ... 36

2. Standar, Materi dan Tujuan PAI Multikulktur ... 46

3. Multikultur dalam Pendidikan Islam ... 49

C. Hakekat Pembelajaran ... 55

1. Pengertian Pembelajaran ... 55

2. Kerangka Acuan Model Pembelajaran ... 61

3. Landasan Model Pembelajaran ... 73

4. Implikasi Model Pembelajaran ... 85

D. Hakekat Sikap ... 87

1. Pengertian Sikap ... 87

2. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 91

3. Pengukuran Sikap ... 93

4. Sikap Kerjasama, Toleransi, dan Saling Menghormati ... 99

E. Penelitian Yang Relevan ... 111

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 118


(8)

E. Analisis Data ... 139

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 143

A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ... 143

1. Sejarah Kabupaten Karawang ... 143

2. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Pantura ... 145

3. Kondisi Geografis ... 154

4. Profil Responden ... 158

5. Kondisi Objektif Pembelajaran PAI di SD ... 159

B. Pengembangan Model Pembelajaran ... 162

1. Desain Awal (Draft) Model Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 164

2. Desain Awal (Draft) Model Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 170

3. Desain Awal (Draft) Model Evaluasi Pembelajaran PAI Untuk Menanamkan Sikap KTSM ... 174

C. Hasil Uji-Coba Terbatas ... 175

1. Deskripsi Uji-Coba Terbatas ... 175

a. Uji-Coba Terbatas Putaran Pertama ... 177

b. Uji-Coba Terbatas Putaran Kedua ... 185

c. Uji-Coba Terbatas Putaran Ketiga ... 194

d. Uji-Coba Terbatas Putaran Keempat ... 204

e. Uji-Coba Terbatas Putaran Kelima ... 215

2. Interpretasi Hasil Uji-Coba Terbatas ... 222

3. Perbaikan Model ... 231

D. Hasil Uji-Coba Luas ... 237

1. Deskripsi Uji-Coba Luas ... 237

a. Uji-Coba Luas Pada Sekolah Dasar Kategori Baik ... 241

1) Putaran Pertama ... 242

2) Putaran Kedua ... 246

3) Putaran Ketiga ... 249

b. Uji-Coba Luas pada Sekolah Kategori ... 253

1) Putaran Pertama ... 253

2) Putaran Kedua ... 256

3) Putaran Ketiga ... 260

c. Uji-Coba Luas pada Sekolah Kategori Kurang ... 264

1) Putaran Pertama ... 264

2) Putaran Kedua ... 268

3) Puataran Ketiga ... 272

2. Interpretasi Hasil Uji-Coba Luas ... 276


(9)

1. Deskripsi ... 289

2. Hasil Uji Validasi ... 291

a. Hasil Uji Validasi pada Sekolah Kategori Baik ... 291

b. Hasil Uji Validasi pada Sekolah Kategori Sedang ... 296

c. Hasil Uji Validasi pada Sekolah Kategori Kurang ... 301

3. Interpretasi Hasil Uji Validasi ... 306

a. Hubungan Pencapaian Hasil Pembelajaran Dengan Sikap, Usaha, dan Gaya Mengajar Guru ... 308

b. Hubungan Proses Pembelajaran dengan Hasil Pembelajaran ... 309

c. Hubungan Desain Perencanaan Model Pembelajaran yang Dikembangkan dengan Implementasi Pembelajaran .... 311

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 312

1. Hakekat Pengembangan Model ... 312

2. Karakteristik Model Pembelajaran ... 318

a. Pengembangan Model Pembelajaran Bersifat Holistik 319

b. Model Pembelajaran Bersifat Konstruktivistik ... 322

c. Model Pembelajaran PAI Multikultur untuk Menanamkan Sikap KTSM Dibelajarkan Sejak di SD ... 323

3. Desain Model Pembelajaran PAI Hasil Pengembangan Model Pembelajaran ... 327

a. Desain Perencanaan Model Pembelajaran PAI ... 328

b. Desain Pelaksanaan Model Pembejaran PAI ... 330

c. Desain Penilaian Model Pembelajaran PAI Multikultur Untuk Menanamkan Sikap KTSM ... 334

4. Hasil Implementasi Model Pembelajaran PAI-SD Yang dikembangkan ... 335

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Model Pembelajaran PAI Multikultur Untuk Menanamkan Sikap KTSM di SD ... 338

BAB V PENUTUP ... 343

A. Simpulan ... 343

B. Implikasi ... 349

C. Rekomendasi ... 351

DAFTAR PUSTAKA ... 353

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 367 RIWAYAT PROMOVENDUS


(10)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan: a. latar belakang masalah; b. perumusan masalah; c. pertanyaan penelitian; d. tujuan penelitian; e. manfaat penelitian; dan f. Asumsi penelitian.

A.Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Pendidikan Agama, salah satu mata pelajaran yang paling lama diberikan kepada peserta didik pada setiap jenjang satuan pendidikan samping mata lainnya seperti; Bahasa Indonesia, PPkN dan Bahasa Inggris. Di Sekolah Dasar dan Menengah. pendidikan agama di berikan selama sembilan tahun, di SMA/MA dan SMK selama tiga tahun, begitu juga di Perguruan Tinggi (PT) Pendidikan Agama di sajikan dengan nomenklatur yang berbeda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pandidikan agama dalam proses membangun sumberdaya manusia di Indonesia. Begitu juga, proses dan hasil belajar Pendidikan Agama bagi peserta didik di sekolah seharusnya lebih baik dari mata pelajaran lainnya, terutama pada Sekolah Dasar (SD) sebagai institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam pendidikan formal. Pendidikan Agama di sekolah diharapkan menjadi peletak dasar pengetahuan, pemahaman dan sikap perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai hamba Allah SWT, maupun sebagai anggota masyarakat.

Berdasarkan data di atas, menunjukan bahwa pendidikan Agama di sekolah menjadi sangat penting, karena peserta didik dinyatakan tidak naik kelas


(11)

atau tidak lulus, jika dalam raport maupun ijazah kurang atau tidak mencapai KKM (Kriteria Kelulusan Minimal) yang ditetapkan sekolah, sekalipun mata pelajaran lainya memiliki prestasi yang baik. Penetapan KKM pada setiap mata pelajaran dan masing-masing sekolah akan berbeda. Sebut saja, misalnya hasil laporan PAI-SD di kabupaten Karawang tahun akademik 2011/2012 semester ganjil. Mata pelajaran PAI-SD kelas IV rata-rata mencapai 61,054 (enam puluh satu, nol lima puluh empat), dan secara keseluruhan pretasi akademik mata pelajaran PAI-SD di kabupaten Karawang mencapai 98,7931 artinya prestasi belajar PAI-SD kelas IV semeter ganjil di kabupaten Karawang dinyatakan berhasil karena melewati batas KKM yang ditetapkan pada masing-masing sekolah. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Rata-rata Nilai Raport Semester Ganjil Mata Pelajaran PAI-SD Kelas IV Tahun Akademik 2011/2012 Semester Ganjil Kabupaten Karawang

No UPTD Kecamatan

Jumlah SD Negeri Jumlah SD Swasta Rata-rata KKM Rata-rata Tingkat Ketercapaian (%)

1 Pangkalan 28 - 63,35 99

2 Tegalwaru 25 1 62,55 98

3 Ciampel 16 - 60,38 99

4 Telukjambe Timur 26 4 64,65 98

5 Telukjambe Barat 28 - 63,20 99

6 K l a r i 40 2 62,56 99

7 Cikampek 24 6 63,67 98

8 Purwasari 23 - 63,86 97

9 Tirtamulya 25 - 64,59 99

10 Jatisari 30 - 62,50 99

11 Banyusari 21 - 62,59 99

12 Korabaru 29 3 64,23 97

13 Cilamaya Wetan 35 - 63,02 99

14 Cilamaya Kulon 28 - 62,50 99

15 Lemahabang 30 - 62,34 99


(12)

17 Karawang Timur 29 2 64,25 99

18 Karawang Barat 39 6 62,35 100

19 Majalaya 16 - 64,01 99

20 Rawamerta 26 - 63.80 98

21 Tempuran 32 - 63,50 99

22 Kutawaluya 26 1 63,80 99

23 Rengasdengklok 32 2 63,60 99

24 Jayakerta 28 - 63,68 98

25 P e d e s 39 - 62,55 99

26 Cilebar 27 - 63,60 99

27 Cibuaya 24 - 63,34 99

28 Tirtajaya 30 - 63,30 99

29 Batujaya 39 - 62,45 99

30 Pakisjaya 22 - 62,00 99

Jumlah/Rata-rata 849 26 61,054 98,793 Sumber: Disdikpora Kabupaten Karawang. (Lihat, http://karawangkab.bps.go.id/index.php/sosial- dan-kependudukan/pendidikan/132-banyaknya-sekolah-murid-dan-guru-sekolah-dasar-menurut-status-sekolah-tiap-kecamatan-tahun-2012).

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa prestasi belajar PAI-SD di kabupaten Karawang secara akademik telah mencapai prestasi belajar yang cukup signifikan, namun pada ranah afektif cenderung terabaikan, terutama dalam sikap multikultur. Seharusnya setiap mata pelajaran di sekolah mengembangkan sikap multikultur termasuk pada mata pendidikan agama terutama menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati dibelajarkan kepada peserta didik sejak masuk di bangku Sekolah Dasar.

Di era globalisasi, menuntut suatu kehidupan masyarakat yang pluralistik dengan segala keberagaman yang ada untuk hidup bersama. Begitu juga lembaga pendidikan sebagai agent of change mampu merubah paradigma pendidikan menjadi sebuah pembelajaran bukan hanya untuk meraih prestasi kognitif semata, namun juga peserta didik memiliki jiwa dan semangat multikultur terutama dalam sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati dalam kehidupan


(13)

sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga sekolah sebagai miniatur dalam mengembangkan sikap multikultur yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Menurut Muhaimin dan kawan (2007:167) mengemukakan bahwa, efektiftas penyelenggaraan pendidikan agama harus memenuhi tiga hal, yaitu: “(1) memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan masyarakat global, (2) mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi perkembangan dunia global, dan (3) melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mengembangkan keterampilan untuk hidup mandiri”.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa keberhasilan belajar siswa tidak hanya diukur dari prestasi kognitif saja, begitu juga pada mata pelajaran PAI. Proses dan hasil belajar peserta didik harus menekankan pula pada ranah sikap multikultur terutama dalam sikap kerjasana, toleransi dan saling menghormati sebagai bagian dari akhlak terpuji yang harus dibiasakan dan ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bagian dari anggota masyarakat. Hal ini sejalan dengan tuntunan ajaran Islam sebagai “Rahmatan lil’alamin”, sehingga dapat diimplementasikan dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat yang semakin multikultur.

Sudah merupakan “sunnatullah” bahwa manusia di dunia ini beragam suku, agama, ras dan adat istiadat, sehingga membentuk suatu kehidupan masyarakat yang multikultur. Begitu juga Indonesia, dikenal sebagai salah satu negara multikultur terbesar yang ada di dunia. Menurut Greetz (2006:3), “Indonesia adalah sejumlah bangsa dengan ukuran, makna dan karakter yang


(14)

religius atau semacam itu....”. Sebagai bangsa yang multikultur, maka segala bentuk keberagaman yang ada di dalamnya merupakan realitas yang harus diterima oleh semua pihak. Sebagaimana dikemukakan Anshori (2010:148) “Keberagaman adalah hukum alam semesta sebagai sunatullah”. Namun diakui atau tidak, pada masyarakat multikutur cenderung banyak menimbulkan persoalan, jika dalam masyarakatnya tidak memiliki sikap dan kesadaran untuk hidup bersama dalam beragaman. Lebih dari satu dasawarsa terakhir ini, rangkaian konflik dan tindak kekerasan yang sering terjadi di Indonesia, seperti; tawuran antar pelajar, antar mahasiswa, konflik antar suku, antar kelompok serta aksi kekerasan yang dilakukan geng motor, sehingga mengakibatkan korban nyawa serta kerugian harta benda dengan sia-sia. Hal ini terjadi karena ketidakmampuan kita dalam mengelola serta memanfaatkan makna dari sikap keberagaman yang dimiliki pada masyarakat multikultur.

Begitu juga, koflik bernuasa suku, adat, ras dan agama yang akhir-akhir sering terjadi di beberapa daerah, semakin menambah daftar panjang insiden tindak kekerasan di Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian bersama yang dilaksanakan oleh Yayasan Wakaf Paramadina (YWP), MPRK-UGM dan The Asian Foundation (TAF). Dari tiga puluh satu provinsi yang ada di Indonesia, sebanyak dua puluh delapan provinsi diantaranya terjadi insiden tindak kekerasan karena kurang kesadaran sikap multikultur pada sebagian masyarakat kita (Ihsan Ali Fauzi dkk.(2009:14). Berdsarkan hasil penelitian dari 832 kasus tindak kekerasan sebanyak 285 (34%) merupakan insiden yang mengatasnamakan agama. Sekalipun hanya mencapai 34


(15)

%, namun secara kualitas tingkat kekerasan tersebut menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, yang menggambarkan tentang buruknya tatanan kehidupan bangsa Indonesia sehingga berpotensi menjadi ancaman terhadap tegaknya Negara Kesatuan Republik Inonesia (NKRI). Begitu juga akibat insiden kekerasan yang ahir-akhir ini sering terjadi di Indonesia, menunjukkan rendahnya tingkat kesadaran tentang kebersamaan dalam keberagaman berdampak buruk terhadap kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang sudah sejak lama di bangun para pendahulu bangsa ini. Di bawah ini, dipaparkan data tentang dampak buruk insiden tindak kekerasan akibat kurangnya kesadaran terhadap sikap multikuktur yang akhir-kahir ini sering terjadi di Indonesia, sebagai berikut:

Tabel 1.2

Dampak Insiden Kekerasan (1990-2008) Katagori Isu Korban Manusia

(Jumlah orang)

Kerugian Harta Benda (Unit)

Moral 212 422

Sektarian 500 63

Komunal 53096 1472

Terorisme 1193 32

Politik-Keagamaan 4 0

Lainnya 75 4

Total/Korban/Kerugian 55.080 1993

Sumber: Ihsan Ali Fauzi Dkk. (2009:32), Pola-pola Konflik Keagamaan di Indonesia, Penelitian Kerjasama: Yayasan Wakaf Paramadina (YWP), MPRK-UGM dan The Asia Foundation (TAF).

Data di atas, menunjukkan bahwa fenomena tindak kekerasan dalam kehidupan sehari-hari, biasanya berawal dari perbuatan saling mengejek dan saling mencemoohkan kemudian terakumulasi menjadi sebuah tindak kekerasan, hal ini terjadi diduga akibat pendidikan kita tidak membelajarkan sikap keberagaman sebagai realitas kehidupan masyarakat yang semakin multikultur.


(16)

kekuatan untuk membangun sebuah bangsa yang besar, namun di sisi lain terdapat potensi rapuhnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika hal ini tidak ditangani secara konprehensip dan berkesinambungan akan menimbulkan konflik-koflik yang lebih besar. Konflik dan tindak kekerasan pada masyarakat kita terjadi karena masalah kesadaran multikultur dan masalah panatisme yang tidak terkendali. Dalam kontek ini, menurut Albone (2009:vi) menjelaskan bahwa: “Secara ideal konflik itu seharusnya dapat berakhir pada dokrin agama, karena dalam ajaran masing-masing agama terdapat nilai-nilai ajaran tentang perdamaian, kasih sayang, persaudaraan, kesetaraan, penghargaan atas keyakinan, kesamaan hak asasi, saling hormati dan bekerjasama dalam memecahkan persoalan bersama”.

Penjelasan di atas, menunjukkan bahwa makna multikultur dalam sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati ditanamkan kepada peserta didik, dijadikan salah satu kebijakan yang harus diterapkan sejak di bangku Sekolah Dasar (SD). Karena SD merupakan lembaga pendidikan formal yang pertama dan utama untuk menanamkan sikap multikultur. Sensitivitas terhadap perbedaan suku, adat, ras dan agama, sering menjadi pemicu perbuatan anarkis yang dapat terjadi tanpa mengenal waktu dan tempat, bahkan menimbulkan disintegrasi bangsa.

Tindak kekerasan dalam bentuk apapun tidak boleh terjadi di negeri ini, karena berdampak buruk serta merusak tatanan kehidupan masyarakat kita di masa yang akan datang. Jika hal ini dibiarkan, tanpa daya dan upaya dari berbagai pihak, berarti selama ini pendidikan kita ikut andil menciptakan tindak


(17)

kekerasan yang akhir-akhir ini sering terjadi di negara Republik Indonesia. Sekarang, bagaimana dunia pendidikan kita, mencegah perilaku tindak kekerasan atasnama agama kepada peserta didiknya melalui proses pembelajaran di sekolah? Tentu, semua sepakat, lembaga pendidikan kita bukan alat pemadam kebakaran untuk mengatasi permasalahan di atas, karena tindak kekerasan apapun bentuknya sudah masuk pada ranah hukum. Namun demikian, perlu ada penanganan yang komfrehensip serta tindakan nyata, termasuk pada lembaga pendidikan sebagai salah satu institusi strategis di negeri ini, ikut bertanggungjawab terutama dalam proses membangun sumberdaya manusia yang lebih baik, lebih berperadaban, serta menjunjung tingggi harkat dan martabat manusia sebagai sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Di negeri ini, sudah terlalu banyak bukti-bukti peristiwa kekerasan akibat adanya perbedaan-perbedaan termasuk agama, seringkali menjadi pemicu berbagai konflik dalam masyarakat, sehingga menjadi penghalang harmonisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesalahfahaman akibat perbedaan sering menimbulkan konflik sosial yang berkepanjangan. Menurut Isre (2003:13): “Kerusuhan di tanah air yang bersumber dari perbedaan budaya atau agama”. Sejatinya perbedaan tersebut menjadi modal kekuatan bagi bangsa ini dalam proses pembangunan nasional. Hal senada diungkapkan oleh Mukarom (2011:25), “perbedaan kultur, etnis, agama dan nilai bukanlah ancaman, tapi itu semua menjadi potensi yang sangat besar yang perlu dijaga dan dipelihara sehingga mampu melahirkan keharmonisan dan kesejahteraan bagi masyarakat”.


(18)

Dengan demikian, perlu dikembangkan sebuah model pembelajaran untuk menanamkan sikap multikultur pada semua mata pelajaran di sekolah termasuk mata pelajaran PAI, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah bersinegi dengan realitas tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang semakin plural dan global. Gagasan kebijakan pendidikan sebagaimana menurut Nurdin (www.Ipkub.org/Jurnal/pmkmadrasah.htm-26k-12/2/2012), terdapat beberapa hal yang harus dikembangkan dalam pembelajaran PAI: “Pertama, bahwa Islam menghormati dan mengakui orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan ketaatanya dengan Tuhan”.

Pandangan di atas, menunjukkan perlu ada sebuah paradigma pembelajaran untuk mengembangkan suatu model pembelajaran PAI yang berbasis pada sikap multikultur untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghomati (KTSM), karena ketiga sikap tersebut merupakan nilai-nilai universal dari tuntutan perkembangan masyarakat yang semakin plural. Berkaitan dengan itu, menurut Tahir (2009:75), sedikitnya ada empat hal penting yang harus diterapkan berkaitan dengan pembelajaran, yakni; “Pertama. siswa etnik minoritas dan mayoritas mempunyai status yang sama. Kedua, mempunyai tugas yang sama. Ketiga, bergaul, berhubungan, berkelanjutan dan berkembang bersama. Keempat, berhubungan dengan gaya fasilitas, gaya berlajar baru, dan norma kelas tersebut”.


(19)

Kaitannya dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, kenyataannya selama ini belum membelajarkan sikap multikultur kepada peserta didik untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati di tengah tuntutan masyarakat yang semakin pluralistik. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah mampu melahirkan peradaban yang lebih maju atas dasar keharmonisan dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Dalam ajaran Islam secara jelas memberikan kebebasan kepada manusia, baik dalam agama termasuk pada masalah keberagaman lainnya, sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 156 yang menyatakan bahwa “tidak ada paksaan dalam agama”. Sikap keberagaman yang ada pada masyarakat Indonesia merupakan realitas yang harus ditanamkan kepada peserta didiki sejak mereka masuk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dalam kontek ini, Suparni (2009:168) mengemukakan, bahwa: “Pendidikan agama adalah salah satu cara mengelola perbedaan dan keragaman di Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena secara empirik pembelajaran Pendidkan Agama Islam akan berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan prilaku sehari-hari dalam masyarakat”.

Bentuk keberagaman masyarakat sebagaimana dijelaskan di atas, antara lain terdapat dikawasan Pesisir Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa yaitu kabupaten Karawang, karena secara geografis di kabupaten Karawang berada di kawasan Persisir Pantai Utara (Pantura), sebagai masyarakat yang beragam budaya termasuk dalam agama. Sikap keberagaman pada masyarakat harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari secara berdampingan. Begitu juga,


(20)

suasana kehidupan beragama di kawasan Pantura, dintandai dengan berkembangnya agama-agama yang ada di Indonesia, antara lain; Agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu dan agama Budha, menjadi sebuah sikap keberagaman masyarakat Pantura kabupaten Karawang dalam kehidupan sehari-hari.

Kebijakan stategis yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Kabupaten Karawang, sebagaimana dalam visi pendidikan, yaitu “Menanamkan dan melestarikan nilai-nilai moral dan budaya masyarakat Karawang yang silih asah, silih asih, silih asuh, caguer, baguer, bener, pinter serta singer”. Visi pendidikan tersebut sejalan dengan sikap multilkultur yang harus diimplemetasikan dalam proses pembelajaran terutama untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) di Sekolah Dasar sebagai awal penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam multikultur sehingga mengantarkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki sikap keberagaman.

B.Perumusan Masalah

Beberapa komponen-komponen yang mendukung lansung terhadap pebgembangan pembelajaran PAI di Sekolah Dasar (SD) merupakan fokus dalam penelitian ini. Begitu juga masalah yang muncul dalam pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM akan dibatasi hanya pada komponen yang berpengaruh secara langsung dalam mencapai tujuan penelitian. Terdapat enam komponen yang berpengaruh secara langsung dalam pengembangan model pembelajaran PAI multikultur, yakni: kebijakan sekolah, karakterisitik guru PAI,


(21)

tujuan pembelajaran PAI-SD, kepemimpinan sekolah, karaktersitik guru PAI-SD, karakteristik siswa, sarana prasarana dan lingkungan sosial budaya.

Pengembangan model pembelajaran PAI Multikultur di Sekolah Dasar perlu dilaksanakan secara utuh dan konsisten tentu harus ditekankan pada kemampuan sekolah itu sendiri. Desain model pembelajaran pada dasarnya memiliki kaitan yang erat dengan kualitas pengembangan model pembelajaran itu sendiri. Yang dimaksudkan adalah Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Multikulturalisme dikembangkan melalui tahapan-tahapan dengan baik untuk menghasilkan kemampuan belajar yang lebih maksimal. Namun demikian, sehebat apapun desain pembelajaran itu dibuat, kenyataannya selalu ada kendala yang dihadapi. Oleh karena itu suatu model pembelajaran yang dikembangkan perlu dijabarkan secara nyata dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Proses adaptasi terhadap suatu model pembelajaran sangat diperlukan karena setiap desain model pembelajaran itu sendiri memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainya, disamping itu dalam adaptasi model pembelajaran harus dikemas secara kreatif dan inovatif serta disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan dari masyarakatnya sendiri. Terjadinya perbedaan antara desain pembelajaran dengan pelaksanaan proses bembelajaran itu sendiri, karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut antara lain; karakteristik desain model pembelajaran akan menyangkut isi, ide dan tujuan pembelajara, termasuk di dalamnya karakteristik guru serta manjemen sekolah akan berpengaruh secara langsung terhadap mutu hasil belajar.


(22)

Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Multikultur dirancang dan dikembangkan sesuai dengan talenta kurikulum dan model pembelajaran untuk siswa SD, dengan memperhatikan kondisi yang sedang berlangsung. Sehingga memiliki landasan secara konseptual maupun operasional bagi sekolah. Berkenaan dengan permasalahan di atas, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran Pendidikan Agama Islam Multikultural untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati bagi siswa Sekolah Dasar (SD) bagi peserta didik yang berada di kawasan Pesisir Patai Utara (Pantura) kabupaten Karawang.

Berdasarkan uraian di atas, ada tiga katagori yang dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan suatu program; Katagori Pertama, karakteristik program meliputi: (1) kebutuhan (need) yaitu sebuah program untuk mendapatkan respon dan dukungan yang pada dasarnya harus berangkat dari kebutuhan, baik dalam skala siswa, guru, madrasah/sekolah dan masyarakat. (2) kejelasan (clarity) yang mengandung arti/sebstansi dan tujuannya (goals and means), (3) Kekompakan (complexity). Artinya tingkat kemudahan atau sulitnya suatu program untuk diterapkan di lapangan; (4) mutu dan keterterapan (quality and practicality), maksudnya apakah program tersebut memiliki kualitas jika dibandingkan dengan pogram sebelumnya serta tingkat keterterapannya/kebermanfaatannya di lapangan atau mayarakat. Kedua, katagori Karakteristik lokal (local characteristics) yang meliputi; (1) lingkungan Sekolah (school district) terutama terkait dengan kondisi, fasilitas dan perlengkapan pendukung di sekolah; (2) masyarakat (community) yaitu dukungan masyarakat sekitar dunia usaha/industri


(23)

dsb; (3) kepala sekolah (principal), terutama berkaitan dengan sistem manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah; (4) guru (teacher) dan siswa (student), yaitu respon, dalam bentuk usaha untuk memahami program, serta dukungan dan partisipasi guru dalam penerapan program. Katagori ketiga, yaitu faktor-faktor eksternal (externa factors), dalam bentuk dukungan dari pemerintah (administratur pendidikan) maupun dukungan lembaga-lembaga lainnya yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan model pembelajaran PAI multikulturlisme untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa Sekolah Dasar. Secara keseluruhan identifikasi masalah model pembelajaran PAI multikultur dapat di gambarkan sebagai berikut:

Presage Variables Focus Variabeles Impact Variables

Penelitian akan dibatasi pada pokok masalah yang mendukung terhadap pengembangan model pembelajaran PAI di Sekolah Dasar (SD) yang berada di kawasan Pantura Kabupaten Karawang, baik yang berhubungan dengan guru, siswa, lingkungan, desain serta proses pembelajarannya. Pada komponen guru akan dibatasi hanya pada latar belakang pendidikan, pelatihan, pengetahuan,

Kebijakan Sekolah Tujuan pembelejaran Kepemimpinan Sekolah Karakteristik Guru Karakterisitik Siswa Sarana Prasarana dan lingkungan sosial budaya Sikap Hasil Belajar: -Kerjasama -Toleransi -Saling Menghormati (KTSM) Model Pembelajaran

PAI Multikultur A.Desain Pembelajaran 1. Tujuan 2. Materi 3. Prosedur B.Implementasi Pembelajaran: 1. Pendekatan 2. Strategi 3. Metode 4. Teknik C. Evaluasi


(24)

keterampilan, dan motivasinya dalam pembelajaran PAI bagi siswa Sekolah Dasar. Komponen siswa dibatasi pada latar belakang keluarga, sikap belajar, serta pengetahuan terhadap hasil belajar PAI di sekolah. Komponen lingkungan dibatasi pada sarana dan prasarana pembelajaran serta media dan sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah. Sementara pada komponen proses pembelajaran dibatasi hanya pada model pembelajaran yang digunakan dan metodenya yang meliputi desian, implementasi, pengorganisasian, dan evaluasi.

Desain model pembelajaran Pendidikan Agama Islam multikultural diarahkan untuk menanamkan sikap kerjasama, tolerasi dan saling menghormati (KTSM) bagi siswa yang berada di kawasan Pantai Utara (Pantura) kabupaten Karawang. Lebih menekankan dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bukan sekedar pada penguasaan materi PAI yang sebanyak-banyaknya, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran peserta didik agar memiliki sikap kerjasma, toleransi dan saling menghormati menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran bagi siswa untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) dibelajarkan sejak peserta didik memasuki bangku SD. Model ini dipandang tepat untuk mengembangkan sikap multikultur bagi siswa, karena sesuai dengan nilai-nilai atau sikap budaya masyarakat Pantura di kabupaten Karawang. Sehingga secara substansi, materi dan konsep dan tujuan pembelajaran PAI menjadi lebih relevan dan fungsional sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga produk model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap kerjasama,


(25)

toleransi dan saling menghormati yang dikembangkan, dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran, karena selama ini berdasarkan fakta di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran PAI multikultur, tidak secara sistematis dan belum diorgnisasi dengan baik dibelajarkan kepada peserta didik Sekolah Dasar (SD).

C.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok masalah penelitian adalah mengembangkan suatu Pembelajaran Pendididikan Agama Islam (PAI) Multikultur Untuk menanamkan sikap Kerjasama, Toleransi dan Saling menghormati. Merupakan penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) yang berada di kawasan Pantura Kabupaten Karawang. Maka pendalaman terhadap permasalan tersebut, diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif pembelajaran PAI yang selama ini dilaksanakan oleh guru SD di kawasan Pantura Kabupaten Karawang ?

2. Pengembangan model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM yang bagaimana yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik SD di kawasan Pantura kabupaten Karawang ?

3. Bagaimana efektivitas model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM yang dikembangkan dibandingkan dengan model pembelajaran PAI yang selama dilaksanakan oleh guru SD di kawasan Pantura Kabupaten Karawang ?


(26)

4. Apa faktor pendukung dan penghambat model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD di kawasan Pantura Kabupaten Karawang?.

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan perumusan masalah sebagaimana dikemukakan di atas, secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran PAI multikukltur untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM yang sesuai dengan kebutuhan bagi peserta didik Sekolah Dasar (SD) yang berada di kawasan Pantura di Kabupaten Karawang. Tujuan penelitian ini dapat dirinci menjadi tujuan-tujuan teknis, sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kondisi objektif tentang pembelajaran Pendikdikan Agama Islam (PAI) bagi siswa Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan sekama ini; b. Menghasilkan suatu produk model pembelajaran PAI Multikultur untuk

menanamkan sikap KTSM bagi peserta didik SD yang sesuai dengan kebutuhan;

c. Untuk mengtahui efektivitas model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM bagi peserta didik SD; dan

d. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam pengembangan model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap KTSM bagi peserta didik SD.


(27)

E.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan menghasilkan dalil dalam ilmu kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan persfektif multikultur dilaksanakan dimasukan dalam pembelajaran untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) dibelajarkan sejak di Sekolah Dasar (SD). Pengembangan model pembelajaran tersebut di dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berkiut: 1) prinsip flexibilitity, yaitu keluwesan pengembangan dokumen silabus, bahan ajar dan RPP difokuskan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa untuk memiliki sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati bagi siswa SD. 2) Prinsip selectivity, yaitu memilih dan menentukan desain pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap KTSM yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik SD, Dan 3) Prinsip appropriateness, yaitu prinsip kecocokan desain model pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap KTSM bagi peserta didik SD dengan tingkat efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan serta faktor pendukung dan penghambatnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi semua kalangan yang terkait, diantaranya:

a. Bagi para ahli kurikulum


(28)

itu. Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk mengembangkan suatu model pembelajaran PAI dengan persfektif multikultur untuk menanamkan sikap KTSM terutama yang didesain bagi siswa Sekolah Dasar. Teknik yang dikembangkan diharapkan menjadi sebuah contoh dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi pada satuan pendidikan di mana berada.

b. Bagi Guru PAI

Bagi Guru PAI penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus sebagai panduan dalam mengembangkan pembelajaran PAI-SD dengan persfektif multikultur untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati, sehingga produk model pembelajaran untuk dipelajari dan diimplementasikan pembelajaran secara proforsional. Di samping itu, guru dapat melaksanakannya memalui model pembelajaran PAI multikultur dengan menggunakan varian-varian lain dalam pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.

c. Bagi Pembuat Kebijakan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi para pembuat kebijakan agar sikap multikultur dikembangkan dilingkingan sekolah melalui proses pembelajaran termasuk pada mata pelajaran PAI yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana sekolah itu berada. Begitu juga, para pembuat kebijakan tidak sekedar mengetahui tentang penerapan sikap multikultur dalam pembelajaran, namun diikutsertakan dalam proses penyusunan pembelajaran yang akan dilaksanakan di lingkungan sekolah tersebut.


(29)

d. Untuk Peneliti Selanjutnya.

Khsusnya dalam penelitian bidang ilmu kurikulum, diharapkan menjadi salah satu rujukan dalam pengembangan model pembelajaran PAI bagi peserta didik SD untuk menanamkan sikap KTSM dengan desain model dan pada lokasi penelitian yang berbeda serta perlakuan terhadap populasi dan sampel yang lebih luas.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini, diruaikan: a. tempat dan waktu penelitian; b. Metode penelitian; c. prosedur penelitian; d. Teknik Pengumpulan Data; e. teknik analiss data.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada Sekolah Dasar (SD) yang berada di kawasan Pantura Kabupaten Karawang. Terdapat enam Sekolah Dasar yang sebagai tempat penelitian, yakni: SDN Cemarajaya 2, SDN Cemarajaya 1, SD Al-Gifari, SDN Cibuaya 1, SDN Pajaten 2 dan SDN Jayamulya 1. Untuk kepentingan uji-luas, dalam penelitian ini melibatkan juga delapan kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan Pantura di kabupaten Karawang.

Dari setiap kecamatan ditetapkan 2 (dua) SD yang dijadikan tempat penelitian. Dari enam sekolah dasar tersebut diklasifikasikan menjadi: dua SD katagori baik, dua SD katagori sedang, dan 2 SD katagori kurang. Tiga dari enam SD yang dilibatkan dalam uji validasi ini adalah SD yang telah dilibatkan pada uji-coba lebih luas, yakni satu SD katagori baik, satu SD katagori sedang, dan satu SD katagori kurang. Namun dalam proses uji validasi, kelompok siswa (kelas) yang diambil berbeda dengan pada saat uji-coba lebih luas. Keterlibatan SD yang telah menjadi responden pada uji coba lebih luas ini dengan pertimbangan (1) telah tercipta hubungan kerjasama yang baik sehingga diperkirakan kecil kemungkinan akan adanya hambatan selama proses uji validasi; (2) guru yang


(31)

terlibat sudah mempunyai pengalaman dalam mengimplementasikan model pembelajaran hasil pengembangan, sehingga dapat memperkecil kemungkinan adanya hambatan selama proses uji validasi dari pihak guru; dan (3) kondisi sekolah berdasarkan pertimbangan keragaman di lihat dari fasilitas, kecenderungan animo masyarakat dalam memilih sekolag dasar, sehingga representatif untuk di uji validasi. Ke-tiga SD tersebut di atas ditentukan sebagai kelompok eksperimen, kemudian berdasarkan rekomendasi Dina Pendidikan setempat serta pengamatan yang selama berdasarkan hasil pengamatan peneliti ditentukan tiga sekolah lain yang berkatagori baik, sedang dan kurang sebagai kelompok kontrol.

Tabel 3.1

Katagori Sekolah Dasar Lokasi Penelitian Kelompok /Katagori

Sekolah

Eksperimen Kontrol

Baik SDN Cemarajaya 2 SDN Cibuaya 1

Sedang SDN Cemarajaya 1 SDN Pajaten 2

Kurang SDN Jayamulya 1 SD Swasta Al Gifari

Untuk kepentingan uji coba luas, lokasi penelitian mengambil wilayah delapan kecamatan yang berada di kawasan Pantura kabupaten Karawang. Selanjutnya ditetapkan dua SD yang dijadikan lokasi penelitian pada setiap kecamatan representatif masing- masing kecamatan yang mewakili dilakukan dengan. Selanjutnya, daftar sekolah dasar disajikan pada tabel di bawah ini:


(32)

Tabel 3. 2

Daftar SD Lokasi Pra-Survey

No Sekolah Dasar Kecamatan

1. SDN Cemarajaya 2 SDN Cibuaya 1

Cibuaya SDN Cemarajaya 1

SDN Cibuaya 2

Cibuaya SDN Jayamulya 1

SD Swasta Al-Gifari

Cibuaya Pasir 4 SDN 1 Batujaya

SDN 3 Batujaya

Batujaya 5 SDN 1 Talagasari

SDN 2 Rengasdekngklok

Telagasari Rengasdengklok 6 SDN 1 Pedes

SDN 2 Pedes

Pedes 7 SDN 2 Pakisjaya

SDN 3 Pakisjaya

Pakisjaya 8 SDN 2 Cimalaya

SDN 3 Cilamaya

Cimalaya 9 SDN 1 Tirtajaya

SDN 2 Tirtajaya

Tirtajaya 10 SDN 1 Wadas

SDN 2 Wadas

Wadas

Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik 2011/2012 pada mata pelajaran PAI kelas IV Sekolah Dasar yang berada di Kawasan Pantau Utura (Pantura) Kabupaten Karawang. Berdasarkan pendekatan dan prosedur penelitian ini, lokasi penelitian ditetapkan mejadi 4 (empat) kelompok lokasi, yakni lokasi untuk kegiatan pra-survei, lokasi untuk uji coba terbatas, lokasi uji-coba yang lebih luas, serta lokasi penelitian untuk uji validasi model pembelajaran hasil pengembangan.


(33)

1. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa yang menjadi fokus penelitian ini adalah tentang pengembangan model pembelajaran PAI multikulturalisme untuk menanamkan sikap kerjasama, tolerasi dan saling menghormati bagi siswa Sekolah Dasar dengan mengambil lokasi di kawasan pesisir pantai Utara (Pantura) kabupaten Karawang. Berdasarkan pendekatan dan prosedur penelitian ini, lokasi penelitian ditetapkan mejadi 4 (empat) kelompok lokasi, yakni lokasi untuk kegiatan pra-survei, lokasi untuk uji coba terbatas, lokasi uji-coba yang lebih luas, serta lokasi penelitian untuk uji validasi model pembelajaran hasil pengembangan.

2. Lokasi dan Subyek Penelitian Pra-Survei

Pra-survei dilaksanakan pada 8 kecamatan di kawasan Pantura kabupaten Karawang. Maksudnya dengan menggunakan sampling daerah. Berarti sampel penelitan 100%. Dari setiap kecamtan ditetapkan 2 (dua) SD yang dijadikan lokasi penelitian pra-survei. Oleh karen itu, lokasi penelitian pra survei dalam penelitian ini berjumlah 16 (enam belas) SD yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan yang berada di kawasan pantura kabupaten Karawang. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru PAI kelas IV dan siswa kelas IV di setiap sekolah yang bersangkutan. Penetapan pada sekolah dasar yang dijadikan lokasi penelitian pada setiap kecamatan dilakukan dengan random sampling sederhana.


(34)

3. Lokasi dan Subyek Penelitian Uji Coba Terbatas

Pada uji coba terbatas model pembelajaran, ditetaapkan sat Sekolah Dasar (SD) uji coba terbatas. Penetapan SD ini dilakukan dengan teknik purposip sampling. “Teknik ini digunakan apabila peneliti memiliki pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian” (Sujana dan Ibrahim, 1989 : 97). Pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan SD untuk uji-coba terbatas ini adalah pertama kesediaan dan motivasi yang tingi dari pihak sekolah, khususnya kepala sekolah dan guru PAI, untuk bekerjasama dengan peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran untuk menanamkan sikap KTSM. Hal ini penting mengingat keberhasilan dalam pengembangan model pembelajaran sangat ditentukan dukungan kepala sekolah dan motivasi serta kesungguhan guru sebagai subjek penelitian. Kedua, ketersediaan fasilitas sekolah yang memenuhi kebutuhan minimal untuk pengembangan model pembelajaran sesuai dengan tujuan penelitian. Ketersediaan fasilitas sekolah ini seperti, ruangan kelas, keadaan siswa, lingkungan sekolah, sumber, alat dan media minimal yang dapat mendukung dalam pengembangan model pembelajaran PAI Multikultural untuk menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD di pesisir pantai utara (Kawasan Pantura) Kabupaten Karawang. Maka berdasarkan pertimbangan sebagaimana dikemukakan di atas, ditetapkan SDN Cemajaya 2 kecamatan Cibuaya Kabupaten Karawang sebagai tempat uji-coba terbatas.


(35)

4. Lokasi dan Subyek Penelitian Untuk Uji-Coba Lebih Luas

Berdasarkan pada pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan lokasi penelitian SD untuk uji-coba terbatas, maka begitu juga penetapan lokasi uji coba lebih luas menggunakan pertimbangan utama kesedaiaan dan m otivasi pihak sekolah, khusunya kepala Sekolah dan Guru PAI dapat bekerjasama dengan peneliti. Pertimbangan lainnya adalah ketersediaan fasilitas dan lingkungan sekolah yang dianggap memadai. Sekolah yang ditetapkan sebagai lokasi uji-coba luas adalah sekolah dengan katagori baik, sedang dan kurang. Sekolah-sekolah tersebut adalah SDN Cemarajaya 2 sebagai sekolah dengan katagori baik, SDN Cemarajaya I sebagai sekolah dengan katagori sedang dan SDN Pajaten 2 sebagai sekolah dengan katagori kurang. Sesuai dengan lokasi penelitian, maka subyek penelitian adalah guru PAI dan siswa kelas IV pada sekolah yang bersangkutan.

5. Lokasi dan Subyek penelitian Untuk Uji Validasi Model Pembelajaran

Uji validasi dilaksanakan dengan menggunakan eksperimen. Desain yang digunakan adalah Matching Pretest-Posttest Control Group Design. Subyek penelitian dibagi ke dalam dua kelompok. Yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setiap kelompok terdiri atas sekolah katagori baik, sedang dan kurang. Kriteria penetapan sekeolah ini selain didasarakan pada pengematan peneliti selama ini, juga rekumendasi dari pihak terkait, dalam hal ini adalah dinas pendidikan setempat. Sekolah-sekolah yang menjadi subyek penelitian pada tahap uji validasi model sebagaiamana disajikan pada tabel berikut ini:


(36)

Tabel 3.3

Subyek Penelitian Pada Tahap Uji Validasi Model Pembelajaran Kelompok /Katagori

Sekolah

Eksperimen Kontrol

Baik SDN Cemarajaya 2 SDN Cibuaya 1

Sedang SDN Cemarajaya 1 SDN Cibuaya 2

Kurang SSD Al-Gifari SDN Jayamulya 1

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode“Research and Development” (R&D) atau penelitian dan pengembangan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran, yaitu mengembangkan suatu model pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) bagi siswa Sekolah Dasar (SD), yang selanjutnya dilakukan pengujian keefektifanya terhadap model yang dikembangkan tersebut. Sebagaimana dijelaskan Borg and Gall (2003:635): “The use of research findings to design new products and procedures, followed by the application of research methods to field-test, evaluate, and refine the product and procedures until they meet specified criteria of effectiveness, quality, or similar standards”.

Research and Development merupakan metode penelitian yang berbentuk siklus yang bertujuan untuk menemukan suatu prosedur dan produk baru melalui metode riset aplikasi dengan melakukan uji lapangan, eveluasi, kemudian diikuti dengan revisi prosedur dan produk sampai akhirnya menemukan prosedur dan produk yang sesuai dengan kriteria efektifitas, mutu atau standar-standar tertentu


(37)

terdapat sepuluh langkah dalam penelitian dan pengembangan, yaitu: “(1) research and information collecting; (2) planning; (3) develovment of the preliminary form of product; (4) preliminary field testing; (5) main poduct revision; (6) main fild testing; (7) operational product revision; (8) opetional field tenting; (9) final product revision, and (10) dissimination and implementation”.

Dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan sebagaimana diungkapkan di atas, selanjutnya disederhanakan menjadi tiga tahapan sebagaimana menurut Sukmadinata (2008:1843) yaitu: 1) studi pendahuluan, 2) pengembangan model, dan 3) uji model. Secara substansi, ketiga tahapan ini sudah memenuhi langkah-langkah Research and Development sebagaimana ditawarkan Borg and Gall.

C.Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada model penelitian dan pengembangan sebagaimana yang dikemukakan di atas yakni: studi pendahuluan, pengembangan model dan validasi model.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan diarahkan untuk mengkaji terhadap beberapa literatur dan studi lapangan. Studi literatur dimaksudkan adalah untuk memahami terhadap hal-hal yang berhubungan dengan teori tentang kurikulum yang sedang dikembangkan. Studi lapangan merupakan kegiatan penelitian pra-survey yang bersifat deskriptif. Dalam pra-survei ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu. Melainkan hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu


(38)

variabel, gejala atau keadaan tertentu. Melalui penelitian pra-survey ini diungkapkan jawaban dari bentuk pertanyaan “apa”, “bagaimana”, bukan pertanyaan “mengapa”. Tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel (Sujana dan Ibrahim, 1989:74).

Mengacu pendapat Borg dan Goll, kegiatan pertama yang harus dilakukan dalam kegiatan R & D adalah “Research an informatiom collecting includes review of literature, clasroom observation, and praparation of refort of state the art”. Maka dalam studi pendahuluan ini merupakan penelitian yang diarahkan untuk menggali berbagai hal yang terkait dengan upaya mempersiapkan pengembangan model yang akan dikerjakan. Ada tiga kegiatan penting yang harus dilakukan dalam studi pendahuluan:

a. Studi literatur

Studi literatur dilakukan untuk mengkaji tentang berbagai tulisan dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan model kurikulum yang mengintegrasikan Pendidikan Agama Islam (PAI) multikulturalisme bagi siswa Sekolah Dasar. Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini dengan mengumpulkan sejumlah buku dan hasil penelitian yang ada kaitannya dengan model kurikulum dan pembelajaran PAI multikulturalisme bagi siswa sekolah dasar yang memiliki relevansinya dalam penelitian ini untuk selanjutnya dijadikan sebagai kajian dan landasan teoritis dalam merumuskan model kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam multikulturalisme khususnya yang berhubungan dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD).


(39)

b. Observasi Lapangan

Observasi langangan dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang berkenaan dengan pengembangan model pembelajatan PAI untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Data yang diperlukan antara lain tentang hakikat guru mengajar dan pembelajaran PAI di SD, pola pembelajaran PAI SD pada saat ini, kondisi sarana prasarana, lingkungan dan budaya masyarakat setempat serta pemanfaatanya dalam proses pembelajaran PAI di SD.

Observasi yang di fokuskan untuk mendapatkan informasi aktual tentang : 1) Gambaran pelaksanaan model kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang selama ini dilaksanakan di Sekolah Dasar; 2) Profil, kinerja, pandangan dan sikap guru PAI dalam mengimplementasikan PAI multikulturalisme bagi sisiwa Sekolah Dasar di kawasan pesisir pantai utara Jawa Barat. 3) Aktivitas, pandangan sikap siswa dalam kontek pembelajaran PAI multikultur untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati; 4) Kondisi pemanfaatan fasilitas serta keadaan sarana dan prasarana lingkungan yang ada di Sekolah Dasar khusunya yang ada hubunganya dengan pengembangan model PAI multikulturalisme bagi siswa kawasan pantura khususnya di Kabupaten Karawang Jawa Barat.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penelitian ini, sebab secara institusinal Sekolah Dasar akan memiliki kuriukulum PAI yang dituangkan dalam bentuk dokumen, baik yang tertulis maupun tidak


(40)

tertulis. Dari beberapa dokumen tersebut dijadikan sebagai bahan telaahan kemudian dikaji untuk melihat pada asfek kekuatan, kelemahan serta peluang yang dimiliki dalam kurikulum dan pembelajaran pada Sekolah Dasar tersebut. Untuk selanjutnya digunakan untuk menentukan dan merumuskan madel pembelajaran PAI multikulturalisme yang relevan bagi siswa SD yang berada di kawasan pesisir Pantai Utara di kabupaten Karawang. Adapun data yang diperoleh melalui berbagai teknik dari penggalian data di atas, diolah dan dianalisis dengan pendekatan deskriptif-kualitiatif. Semua data di olah melalui cara editing, klasifikasi data, yang selajutnya dilakukan analisis secara kualitatif baik secara deduktif maupun induktif.

2. Pengembangan Model

Tahap awal langkah pengembangan model ini dimulai dari penyusunan draf model pembelajaran PAI SD untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSN) berdasarkan hasil analisis data dari studi pendahuluan. Selanjatunya draf model tersebut dilakukan uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas untuk mendapatkan model final yang siap divalidasi.

a. Penyusunan Draf Awal Model

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei lapangan serta mengacu pada dasar-dasar teori dak konsep yang disimpulkan dari hasil studi kepustakaan, maka disusun draf awal model pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati (KTSM) bagi siswa Sekolah Dasar. Draf awal model yang dikembangkan ini terdiri dari terdiri atas: (1) draf model silabus dan (2) draf model rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP). Proses


(41)

pelaksanaan dalam merancang dan mengembangkan draf awal model pembelajaran ini dilakukan dengan kolaborasi bersama guru.

Draf awal model ini selanjutnya direviu dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para guru PAI SD yang terlibat dalam penelitian ini, serta pihak-pihak lain terkait yang dapat memberikan kontribusi dalam penyempurnaan draf model awal yang dikembangkan berdasarakan hasil masukan yang ada pada draf awal penyempurnaan.

b. Uji Coba Terbatas

Tahap ini adalah tahap uji coba terbatas pemgembangan model pembelajaran PAI untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan salaing menghormat bagi peserta didik SD di kawasan pantura kabupaten Karawang. Uji coba terbatasakan difokuskan pada hasil evaluasi proses pembelajaran yang melibatkan guru PAI dan peserta didik kelas IV SD semester ganjil disamping itu pada uji coba terbatas ini juga diloakukan observasi apresiasi peserta didik terhadap sikap kerjasama, tolerasi dan salingmenghormati.

Uji coba terbatas dilakaukan pada satu sekolah dasar (SD) yang berada dikawasan Pantura Karawang, dengan pertimbangan keberadaan SD terdapat guru mata pelajaran PAI yang memiliki kompetensi dan komitmen baik terhadap tugas profesinya. Guru yang demikian ditentukan berdasarkan hasil observasi peneliti naupun reokumendasi dari pihak dinas Pendidikan setempat. Pertimbangan lain adalah dukungan semua pihak yang ada di Sekolah tersebut terutama dengan pihak kepala sekolah agar memungkinkan terjadinya untuk meminimalisir kendala-kendala yang dihadapi. Sebelum uji coba dilaksanakan, terlebih dahulu


(42)

mengundang para guru PAI untuk secara bersama-sama menyususn desain pembelajaran dengan mengacu pada draf awak yang telah dikembangkan. Kemudian melakukan pengamatan selama guru melakukan pembeajaran di kelas untuk mengetahui kelemahan, keksalan dan kemungkinan adanya penyimpangan untuk selakjutnya didiskusikan dengan para guru untuk memperbaikinya. Hasil diskusi ini menjadi masukan sebagai perbaikan untuk yang selanjutnya. Setelah beberapa putaran dan masukan perbaikan sudah tidak ada lagi, maka uji coba terbatas dihentikan. Pendekatan yang digunakan dalam proses pengembangan di atas, adalah penelitian tindakan, sebagaimana pendapat Djohar (2003:97) mengemukakan, bahwa: “....penelitian tindakan adalah penelitian yang memfokuskan pada pemecahan masalah yang melibatkan guru dimana tujuan penelitian ini adalah memperbaikai kualitas proses pembelajaran. Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan model melalui ujicoba dan revisi model yang telah diuji coba. Uji coba dan revisi dilakukan dalam bentuk siklus yang di ulang-ulang, sehingga diperoleh hasil nyata terjadinya perubahan ke arah yang diharapkan”.

Pada tahap ini, guru mengimplemntasikan model pembelajaran PAI-SD untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati dikembangkan guru yaitu dengan melihat kelemahan-kelemahan yang masih ada dan terus direvisi secara berulang-ulang dalam suatu siklus sehingga sampai ditemukannya model yang siap diuji coba secara lebih luas.


(43)

c. Uji coba Lebih Luas

Uji coba luas dilakukan dengan sampel sekolah dan guru yang lebih banyak, yaitu: 3 Sekolah Dasar (SD) dengan 3 orang Guru PAI yang mengajar di kelas IV, serta tiga kelompok belajar siswa. Pada uji coba luas, fokusnya selain pada evaluasi proses pembejaran yang melobatkan guru PAI dan siswa kelas IV pada tiga Sekolah Dasar, juga evaluasi hasil belajar serta observasi siswa terhadap keberagaman Suku, Adat, Ras dan Agama sekitar lingkungan sekolah.

Sekolah dasar yang diambil berbeda dengan SD uji coba terbatas dan terdiri dari atas masing-masing satu SD dengan katagori baik, satu SD dengan katagori sedang, dan satu SD katagori kurang derngan berdasarakan rekumendasi Dinas Pendidikan Nasional setempat dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama ini, serta dengan meperhitungkan kemingkinan untuk meminimalisir terjadinya hambatan selama proses penelitian berlangsung. Pada tahap uji coba luas ini, juga dilakukan analisis proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan observasi terhadap adanya keberagaman Suku, Adat Ras dan Agama masyarakat setempat. Dari hasil analisis, kemudian dilakukan perbaikan dan penyempurnaan model sampai ditemukan model final yang masih bersifat hipotetik sehingga validasinya masih perlu diuji.

3. Validasi Model

Validasi model merupakan tahap pengujian keampuhan model yang telah dikembangkan yang kemudian membandingkannya dengan model pembelajaran konvensional yang biasa digunakan di sekolah selama ini. Fokus pada uji validasi model adalah mengetahui efektivitas model hasil pengembangan model


(44)

pembelajaran PAI multikulturalisme untuk menamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati bagi siswa SD serta peningkatan penguasaan materi PAI dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini dikembangkan oleh guru PAI. Oleh karena itu, pada uji validasi model penelitian ini, ada dua asfek yang diukur, yaitu; pengembangan model pembelajaran PAI Multikultura dan menanamkan sikap KTSM bagi siswa SD. Hasil akhir pada tahap validasi model ini adalah untuk melahirkan suatu model pembelajaran PAI SD yang dapat memfasilitasi siswa dalam menguasai materi pelajaran melalui penanaman sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati sehingga dapat diapresiaikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka untuk kepentingan pengujian ini, akan dikemukakan materi tertentu sesuai dengan desain model pembelajaran yang telah menghasilkan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental.

Dalam pelaksanaan pengujian digunakan dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.4

Model Desain Analisis Pre-test dan Post-test

Kelas Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok Eksperimen T1 X T2

Kelompok Kontrol

T1 T2

Desain eksperimen yang digunakan desain kelompok kontrol prates-pascates berpasangan (Matching Pretest-Postest Control Group Desain). (Sukmadinata, 2007:207). Desain ini sama dengan desain kelompok kontrol


(45)

prates-pascates secara acak, namun pengambilan kelompok dilakukan dengan dipasangkan. Desain ini dapat digunakan dengan minimal kalau dapat mengontrol satu variabel saja meskipun dalam bentuk memasangkan karakteristik.

Pengontrolan variabel dalam bentuk pengukuran dalam penelitian ini hanya dilakukan melalui test-awal (Pre-test) baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, pengontrolan variabel lainnya didasarkan atas asumsi, yakni kedua kelompok kelas diasumsikan sama karena ada persamaan jenjang dan tingkat kelas berada oada satu wiyalayah yang sama, yakni kabupaten Karawang. Serta telah belajar PAI di SD selama 3 tahun.

Maka berdasarkan pada pertimbangan tersebut, asumsi kedua kelompok diasumsikan homogen. Terdapat enam SD yang dilibatkan dalam validasi model, yakni dua SD katagori baik, dua SD katagori sedang, dan 2 SD katagori kurang. Tiga dari enam SD yang dilibatkan dalam uji validasi ini adalah SD yang telah dilibatkan pada uji-coba lebih luas, yakni satu SD katagori baik, satu SD katagori sedang, dan satu SD katagori kurang. Namun dalam proses uji validasi, kelompok siswa (kelas) yang diambil berbeda dengan pada saat uji-coba lebih luas. Keterlibatan SD yang telah menjadi responden pada uji coba lebih luas ini dengan pertimbangan (1) telah tercipta hubungan kerjasama yang baik sehingga diperkirakan kecil kemungkinan akan adanya hambatan selama proses uji validasi; (2) guru yang terlibat sudah mempunyai pengelaman dalam mengimplementasikan model pembelajaran hasil pengembangan, sehingga dapat memperkecil kemungkinan adanya hambatan selama proses uji validasi dari pihak guru; dan (3) kondisi sekolah berdasarakan pertimbangan keragaman di lihat dari


(46)

fasilitas, kecenderungan animo masyarakat untuk memilih sekolah tersebut, sehingga representatif untuk di uji validasi. Ketiga SD tersebut di atas ditentukan sebagai kelompok eksperimen, kemudian berdasarakan rekomendasi Dina Pendidikan setempat serta pengematan yang selama ini peneliti lakukan ditentukan tiga sekolah lain yang berkatagori baik, sedang dan kurang sebagai kelompok kontrol. Dalam pelaksanaannya, kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran yang telah dikembangkan, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model yang konvensional. Efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan diuji secara statistik dengan cara membandingkan rata-rata peningkatan skor pada kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata gain skor kelompok eksperimen dengan rata-rata gain skor kelompok kontrol dapat diketahui melalui uji-t. Proses penelitian dan pengembangan secara keseluruhan dapat di lihat pada bagan 3.1 berikut ini:

Bagan 3.1 Proses Penelitian dan Pengembangan

STUDI PENDAHULUAN PENGEMBANGAN MODEL VALIDASI MODEL

Studi Literatur: Teori

Hasil Penelitian terdahulu

Studi Pendahuluan:

Persepsi dan pandangan Guru PAI tentang pembelajaran Kondisi dan Pola

Pembelejaran PAI saat ini

Persepsi dan pandangan siswa tentang

pembelajaran PAI Kondisi sarana dan

prasarana

Kondisi sosial budaya

Draf Awal Model Uji Coba Terbatas Uji Coba Luas Model Final Hipotetik Pre-Test Treatment Post-Test Model Teruji


(47)

D.Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: angket, observasi kelas, wawancara dan kuesioner, analisis dokumen, serta instrumen sikap dan tes hasil belajar.

1. Angkat

Intrumen angket digunakan sebagai salah satu alat untuk mengumpulkan data (Frankel dan Wallen, 1993:101), dalam hal ini tentang sikap siswa, guru dan pembelajaran PAI-SD yang selama ini dilaksanakan di kawasan Pantura kabupaten Karawang. Ada dua asfek yang dikembangkan dalam penelitian ini, yakni: a) angket untuk guru tentang pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru, dan b) insturmen angket bagi siswa SD untuk menjaring data tentang kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pembelajaran PAI.

2. Observasi Kelas

Observasi kelas, digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Sudjana & Ibrahim, 1989 :109). Dalam konteks penelitian ini, observasi dilakukan pada setiap tahapan penelitian, baik pada tahap pra-survey, tahap pengembangan maupun pada tahap uji coba yang lebih luas. Pada tahap pra-survey observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang pola pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas, serta fasilitas termasuk media pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang tersedia dan penggunaannya dalam pembelajaran. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan observasi dalam pengumpulan data,


(48)

dipersiapkan instrumen observasi dalam bentuk cheklist dan isian terbuka. Pada tahap uji coba, baik terbatas maupun lebih luas, observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai perkembanga pembelajaran PAI yang dilakukan guru dan siswa, serta kemajuan perkembangan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati. Pada tahap observasi ini, proses pengumpulan dibantu dengan alat observasi dalam proses pembelajaran PAI dan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati sebagai salah satu tujuan proses pembelajaran PAI-SD sebagai fokus dalam penelitian ini.

Penggunaan alat observasi pada tahap pengembangan model pembelajaran ini dilakukan dengan pertimbangan (1) pengelaman langsung merupakan instrumen ampuh guna men-tes suatu kebenaran berdasarakan kenyataan yang sebenaranya. (2) memungkinkan diperolehnya data secara obyektif, (3) terekamnya peristiwa atau kejadian penting yang bermanfaat bagi perbaikan proses pembelajaran, dan (4) memberikan pemahaman yang baik bagi peneliti mengenai situasi yang rumit dan kompleks.

3. Wawancara dan Kuesioner

Wawancara dan kuesioner dalam penelitian bertujuan “untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, apresiasi, harapan, persepsi, keinginan, keyakinan dan lain-lain dari individu/responden melalui pernyataan yang sengaja diajukan oleh peneliti” (Nana Sujana dan Ibrahim,1989:102). Penelitian ini menggunakan wawancara dan kueseioner pada tahap pra-survei, pengembangan model dan uji coba.


(49)

mendapatkan informasi kondisi obyektif proses pembelajaran PAI pada saat sebelum penelitian dilaksanakan. Informasi ini berkenaan dengan persepsi guru mengenai hakekat pembelajaran PAI, pola guru mengajar, pola belajar siswa, ketersediaan fasilitas, mapun kondisi psikologis sekolah serta berbagai pihak mengenai pengembangan model pembelajaran PAI multikulturalisme untuk menanamkan sikap kerjasama, toleransi dan saling menghormati bagi siswa Sekolah Dasar. Pada tahap pengembangan dan uji coba model, wawancara dan kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan model pembelajran yang sengan dikembangkan. Wawancara pada tahap ini, adalah wawancara tidak berstruktur dengan harapan sumber data dapat mengemukakan pandangan dan pendapatnya secara kebih bebas sesuai dengan kondisi aoa yang dialami dan yang diinginkannya. Sedangankan kuesioner disusun secara berpariasi dengan maksud agar responden memiliki kebebasan dalam menjawab pertanyaan sesuai dengan pendapatnya sendiri, dengan memilih beberapa alternatif jawaban yang disediakan serta opsi agar responden dapat mengemukakan pendapat yang dianggap lebih sesuai dengan keinginan responden.

Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk menjaring data, antara lain: (1) Analisis tentang sikap multikutur dalam KTSM memiliki relevansi dengan PAI (2) kemampuan dan aktivitas belajar siswa, (3) kemampuan dan kinerja guru, (4) kondisi dan pemanfaatan sarana pembelajaran, fasilitas dan lingkungan belajar.


(1)

Nana Sudjana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Nasution, S. (1994). Asas-asas Kurikulum. Bandung: Bumi Aksara

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Citra Aditia Bakti.

Nasution, S. 1982a. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Naim Ngainum dan Sauki Ahmad (2010) Pendidikan Multikultural, Konsep dan Aplikasi, Ar-Ruzz Media Yogyakarta

Nicholls, Audrey and Howard. 1978. Developing a Curriculum: A Practical Guide. London: George Allen & Unwin.

Hamalik Oemar (2003), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi Aksara, Bandung.

Patrick Slattery (1953), Curriculum Development. In The Postmodern Era, Informa.

Pedoman Sisitem Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik (2010) Kementrian Agama RI Jakarta

Pahrudin, Agus (2010), Pengembangan Model Kutikulum Pendidikan Agama Islam Dalam Perspektif Multikultural Pada SMA Negeri Kota Bandar Lampung, SPS UPI Bandung.

PendidikanMultikultural http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568 pendidikan-multikultural/#ixzz1IGzxs8nD

Paul Suparno, Pendidikan Multikultural , dapat diakses secara on-line di http://www.kompas.com/kompas-cetak/0301/07/opini/46742.htm

Pendidikan Multikultural Alternatf Reintegrasi Bangsa. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/21/dikbud/pend.09.htm. Peter F. Oliva (1992), Developing The Curriculum, Harper Collins Publishers,

New York.

Permendiknas No. 23/2006 on National Education of Standard Graduates about the Standard Competency of Graduates for Elementary Schools.

Rahman, Shafiyyu (2009), Sirah Nabawiyah, terj. Kathur Suhardi, cet. ke-30, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ralph W. Tyler (1949), Basic Principles Of Curriculum And Intruction, The Universiti Of Chicago Press.


(2)

Raven, J. (1977). Education, Values, and Society: The Objectives of Education and the Nature and Development of Compertence. London: HK Lewis & Co. Ltd.

Reyes-Carrasquilo, Angela (2007), „Multicultural Education Practice: Practical Applications,‟ in: Multicultural Handbook of School Phsycology an Interdisciplinary Perspective, Lawrence Erlbaum Associates, New Jersey. Redaksi Sinar Grafika (2007), Undang-Undang Sistem Pemdidikan No. 20/2003

(The Law No 20/2003 on National Education System).

Russel DJ dan Molenda, M. (1996). Role of Still Audio and Audiovisual Media in Education. Dalam Plomp, Tjeerd dan Ely, Donald. P (Editor). (1996). International Encyclopedia of Educational Technology. New York: Elsevier Science Ltd.

Sa‟dun, Moch. M. (ed.), 1999. Pri dan Nonpri: Mencari Format Baru Pembauran. Jakarta: Pustaka Cidesindo.

Saleh Abdurrahman (2004), Pendidikan Anak Bangsa, PT Grafindo Persada, Jakarta.

Salim, Mansur Agus. (2005). Pola Hubungan Antar Siswa Dalam Masyarakat Multikultural (Studi Kasus Terhadap Siswa Smp Maria Goretti Di Kota Semarang) Ringkasan Desertasi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Salim, Hairus. 2003. “Belajar Bersama Pluralisme: Sekelumit Pengalaman”. Wacana, XV, 2003: 223)

Sindunata. Et.all. (2000). Menggagas Paragdigma Baru Pendidikan Demokratisasi, Otonomi,Civil Society, Globalisasi. Yogyakarta: kanisius. Soekomto, Toety. Dan Udin Saripudin, Winataputra. (1997). Teori Belajar Dan

Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Stevenhagen, Rudolfo. (1996). “Education For A Multicultural World”, in Jasque Delors(et all), learning: the treasurewithin, paris, UNESCO.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 92005). Metode Penelititan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suparno, Paul. (2007)”Pendidikan Multikultural”. Kompas Cyber Media (KCM), Selasa, 07 Januari 2003

__________(2008) Kurikulum dan Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.


(3)

Sardjan Kadir, M., tanpa tahun. Pendidikan Seumur, Hidup Suatu Analisis Psikologis. Surabaya: Usaha Nasional.

Soelaeman, M.I. 1985. Menjadi Guru: Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru. Bandung: Dipenogoro.

Sukmadinata, Nana.Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

Syamsu Yusuf.(2004) Psikologi Belajar Agama, Bandung, Pustaka Bani Quraisy. ____________, (2000) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung, PT

Remaja Rosda Karya

Sanjaya, Wina. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di SD. Disertasi Doktor pada PPs UPI Bandung : tidak diterbitkan

Sardjan Kadir, M., tanpa tahun. Pendidikan Seumur, Hidup Suatu Analisis Psikologis. Surabaya: Usaha Nasional.

Soelaeman, M.I. 1985. Menjadi Guru: Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru. Bandung: Dipenogoro.

Sukmadinata, Nana.Syaodih. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya

Slavin, (1995) Cooperative Learning: Teory, Reseach and Practic, Second Edition, Massachusetts; Ally And Bacon Publishers.

Stembring KA. (1986), Pesantren, Madrasah dan Sekolah, Jakarta, LP3ES

Sugiyono, (2006) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung, CV Alfabeta.

Sukoco, Dwi Heru (2002), Pengembangan Model Pembelajar Koperatif Untuk Perkuliahan Metode Pekerjaan Sosial, Desertasi UPI, di Bandung.

Supani, Dessy (2009), Menggagas Pendidikan Agama Islam Berdimensi Multikultural Profetik, Penerbit Balitbang, Kementrian Agama, Jakarta. Suparta, Mundzier (2008), Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas

Pendidikan Agama Islam di Indonesia, cet. ke-1, Jakarta: Al-Ghazali

Center.

Suprayekti, (2004), Pembaharuan Pembelajaran Di SD, Pusat Penerbitan UT, Jakarta.


(4)

Suranto. 2005. Focused Based Education Sebagai Solusi Peningkatan Mutu Sistem Pendidikan Di Indonesia. Makalah Seminar Mahasiswa Teknik Industri UMS. Surakarta.

Suyatno, Pendidikan Multikultural, dapat diakses secara on-line di http://www.kr.co.id/article.php?sid=102681

Suyono, H. 2003. Membangun Mutu Modal Manusia Indonesia Menghadapi Era Global.

Sudarwan Danim. 2002. Inovasi Pendidikan : Dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Suryosubroto, B (1990), Tatalaksana Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta

Surya, H. M, (2002), Kapita Selekta Pendidikan di SD, Pusat Penelitian UT, Jakarta

Stein Allan C. (1990), Strategies for Effektive Teanching. Chicago: Haper Collins Publishers.

Tamsyah Budi Rahayu (1996), Kamus Lengkap Bahasa Sunda Indonesia, Pustaka Setia Bandung.

Tafsir, A. (2000). Motodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

__________(1992). Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Taher, Tarmizi. 1997a. Masyarakat Cina, Ketahanan Nasional, dan Integrasi Bangsa di Indonesia. Jakarta: PPIM.

Tampubolon, M. (2004), Paradigma Baru Pendidikan Bermutu Berdasarkan Sistem High Based Education Menghadapi Tantangan Abad Ke-21 Di Indonesia. Makalah Seminar Pendidikan di FIP-UNIMED Medan.

Thompson, John F.(1973). Foundations of Vocational Education.New Jersey: Prentice Hall, Inc

Tilaar, H..A..R., (2006) Standarisasi Pendidikan Nasional: Tinjauan Kritis, Rieneka Cipta, Jakarta.

___________(2004). Multikulturalisme, Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.


(5)

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

_____________, (2007) Model Pembelajaan Terpadu Dalam teori dan Praktek, Prestasi Pustaka, Jakarta.

__________(2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Prenada Media Group.

Trochim, K,M.W. (2001) The Reseach Methods Knowldge Base, Cincinanti:Atomic, Dog Publishing.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional.

UNDP, Human Development report 2004: Cultural libery in today’s world. New Pahrudin, Agus, (2010) Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Agama

Islam Dala Perspektif Multikultural Pada SMA Negeri di Kota Bandar Lampung, Desertasi UP Bandung.

Yaqin Ainul,(2005) Pendidikan Multikultural; Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan, cet. ke-1, Yogyakarta: Pilar Media

Ulwan, Abdullah Nashih (1995) Pendidikan Anak Dalam Islam, (terjemahan Jamaluddin Miri) Jakarta, Pustaka Amani

Undang-undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Fokusmedia.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasinal (UU RI, No.2 Tahun 1989) dan Peraturan Pelaksanaannya, (1994). Jakarta: Sinar Grafika.

Vygotsky, (2000), Psykology of Learning For Intruction, 2 nd ed, The Sosial Formation of mind in Driscooll, M.P., Allyn & Bacon, Boston.

Oen Zakiyuddin Baidhawy(2005), Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, cet. ke-1 Jakarta: Erlangga.

____________Pengembangan Kurikulum. Alumni, Bandung, 1967.

____________(1994). Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya.

____________(2008). Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam. Bandung: Maestro.


(6)

Phoenix. (1964). Realm of Meaning; A Philosophy of the Curriculum for General Education. New York: MC Graw-Hill Book Company.

Zais, Robert S. (1976). Curriculum Principles and Foundation. New York: Harper & Row Publisher, Inc.

Zainul, A dan Nasution, N (1993), Penilaian Hasil Belajar, PAU P2AI Dirjen Dikti Depdikbud, Jakarta.

Zakiyah Darajat, (1970), Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, Bulan Bintang

Zubaidi (2005), Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pustaka Pelajar. Wakhinuddin, Pembentukan Peradaban Bangsa Melalui Pengajaran Multi-Etnik

Dalam Era Reformasi, dapat diakses secara on-line di http://www.depdiknas.go.id/jurnal/41/wakhnuddin.htm (Yani kusmaryani: 2011).

//smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/pendidianmultikultural.html, download 29 april 2008.